Anda di halaman 1dari 13

Nama : Nur Rahmadhani Sholehah

NIM : 0301191026
Prodi : PAI 4 / Semester VII
Mata Kuliah : Perbandingan Pendidikan
Dosen : Parlaungan Lubis, M.A
UJIAN TENGAH SEMESTER

1. Jelaskan pengertian dasar dari study komperatif atau studi perbandingan yang dalam
bahasa Inggrisnya a comperative study!
Jawaban : Studi komparatif terdiri dari dua suku kata yaitu “studi” dan “komparatif”
Dalam kamus bahasa Indonesia “studi” berarti penelitian, kajian atau telaah (Depdiknas,
2007 : 1093). Sedangkan “komparatif” yaitu berkenaan atau berdasarkan dengan perbedaan,
persamaan atau perbandingan (Depdiknas, 2007 : 584). Komparatif atau perbandingan adalah
penelitian pendidikan yang menggunakan teknik membandingkan suatu objek dengan objek
lain. Objek yang diperbandingkan dapat berwujud tokoh atau cendikiawan, aliran pemikiran,
kelembagaan, manajemen maupun pengembangan aplikasi pembelajaran.

Pengertian study komperatif atau studi perbandingan menurut para ahli yaitu:

a. Mohammad Nasir (1988 : 68) mengatakan bahwa “Studi atau penelitian komparatif
adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar
tentang sebab akibat, dengan menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya atau
munculnya suatu fenomena tertentu”
b. Menurut Lipjhart (2007: 158) studi komparatif berfokus pada variabel yang bersifat
sistematik yaitu variabel yang bersifat makro. Hal ini dikarenakan sistem yang
bersifat lebih general dan luas apabila dibandingkan dengan variabel lainnya. Studi
perbandingan lebih menekankan pada observasi sosial yang bersifat tidak terbatas
pada teritorial tertentu.
c. Suharsimi Arikunto (1997 : 236) menyebutkan bahwa : “Penelitian komparatif akan
menemukan persamaan-persamaan dan perbedaanperbedaan tentang benda, orang,
prosedur kerja, ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau suatu
prosedur kerja”
Dari berbagai pengertian tersebut maka menurut saya, studi komparatif adalah
penelitian yang bertujuan untuk membandingkan dua variabel atau lebih, untuk mendapatkan
jawaban atau fakta apakah ada perbandingan atau tidak dari objek yang sedang diteliti seperti
menentukan perbedaan-perbedaan atau persamaannya. Contoh study komperatif yaitu
perbandingan pendidikan antar negara seperti pendidikan di Indonesia dibandingkan dengan
pendidikan di India. Perbandingannya dapat dilihat dari tujuan pendidikan, metode
pembelajaran, alat atau media pembelajaran, kurikulum pendidikannya dan sebagainya.
Misalnya di Indonesia guru mengajar sesuai dengan bidang mata pelajaran masing-masing
yang sudah ditetapkan seperti ada guru matematika, guru sejarah, guru seni sedangkan di
India satu guru itu harus mengajar atau menguasai semua pembelajaran untuk diajarkan
kepada peserta didiknya. Contoh lain dengan mengadakan studi perbandingan antar sekolah-
sekolah yang ada di Indonesia contohnya dengan membandingkan sistem pendidikan yang
ada di sekolah umum, madrasah, dan pesantren yang dapat dibandingkan dengan mencari
persamaan dan perbedaan di setiap komponen pendidikannya. Sekolah umum pelajaran
agama diajarkan dalam satu pelajaran yang dinamakan PAI akan tetapi di madrasah
pendidikan agama Islam terbagi atas mata pelajaran Al-Quran Hadist, Fikih, Akidah Akhlak
dan Sejarah Kebudayaan Islam sedangkan di pesantren pelajaran agama lebih dalam lagi
dengan adanya peminataan bahasa arab nahu shorof, kitab kuning, dan sebagainya. Hal-hal
tersebutlah yang dimaksud dengan a comperative study atau studi perbandingan.

2. Saudara jelaskan perbedaan kurikulum nasional dan internasional!

Jawaban :

Perbedaan Kurikulum Nasional dan Internasional

No Kurikulum Nasional Kurikulum Internasional

1 Kurikulum nasional merupakan kurikulum Kurikulum internasional adalah jenis kurikulum yang
yang diterapkan di sekolah-sekolah dijadikan acuan oleh sekolah-sekolah internasional di
nasional, baik sekolah negeri maupun seluruh dunia. Jenis-jenis kurikulum internasional
sekolah swasta. Kurikulum nasional yang umum diterapkan adalah Kurikulum
dibentuk dan diawasi oleh Kementerian Montessori, Cambridge International, International
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Baccalaureate (IB), International Primary Curriculum
Kurikulum nasional telah disesuaikan (IPC), Singaporean Primary Curriculum (SPC).
dengan sistem Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) atau dengan sistem
kurikulum 2013.

2 Bahasa pengantar, kurikulum nasional Bahasa pengantar yang digunakan kurikulum


menggunakan bahasa resmi resmi nasional, Internasional adalah bahasa asing, seperti bahasa
yaitu bahasa Indonesia. Dengan bahasa inggris.Namun, bahasa inggris bukanlah satu-satunya
indonesia sebagai bahasa pengantar, bahasa asing yang digunakan sebagai bahasa
umumnya sekolah dengan kurikulum pengantar di sekolah dengan kurikulum internasional,
nasional tidak terlalu membutuhkan tenaga di beberapa sekolah dengan kurikulum internasional
pengajar internasional dan lebih banyak bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa
mempekerjakan tenaga pengajar lokal. mandarin atau bahasa negara-negara benua Eropa
lainnya.

3 Dalam kurikulum nasional semua siswa Sekolah dengan kurikulum internasional, siswa
akan mendapatkan mata pelajaran yang diberikan keleluasaan dalam memilih mata pelajaran
setara antara satu sama lainnya atau dalam sesuai dengan bidang yang diminatinya saja sehingga
kata lain setiap siswa wajib mempelajari siswa tidak diwajibkan untuk mengambil mata
mata pelajaran yang berlaku di sekolahnya. pelajaran lainnya. Apabila siswa suka belajar
Semua kurikulum nasional dari dulu matematika, maka mereka tidak harus belajar sejarah,
hingga sekarang mewajibkan semua siswa ataupun biologi. Siswa-siswa diberi kesempatan
untuk mempelajari pelajaran-pelajaran mempelajari pelajaran kesukaannya secara mendalam
yang sama. Jika ada perbedaan adalah sehingga mereka memiliki pemahaman konsep yang
perbedaan pilihan pelajaran muatan lokal kuat.
yang berbeda antara daerah satu dengan
lainnya.

4 Sistem ujiannya, menggunakan acuan Ujian yang dijalankan oleh sekolah berkurikulum
kurikulum nasional menggunakan ujian internasional memiliki standar internasional yang
tengah semester, ujian akhir semester, dan diselenggarakan dan diawasi oleh lembaga bertaraf
asesmen nasional bagi siswa yang duduk di internasional seperti Cambridge International
kelas 6 SD, 3 SMP, dan 3 SMA. Examination yang berada di bawah naungan salah
satu kampus ternama di Inggris, Di dalam sekolah
dengan kurikulum internasional, siswa mendapatkan
lebih banyak tugas praktik terutama dalam
bidang science. Ujian yang ditempuh oleh siswa
sekolah internasional juga tidak hanya soal ujian di
tengah dan akhir semester, tetapi siswa juga
mengikuti ujian skala internasional seperti ujian
International Baccalaureate (IB) atau Cambridge
International Examination (CIE).

5 Terdapat 3 rentang jenjang pembelajaran Terdapat 4 rentang jenjang pembelajaran kurikulum


kurikulum nasional diantaranya: internasional diantaranya:

1) Sekolah Dasar (SD) menghendaki 1) Cambridge Primary, untuk siswa berusia 5-11
siswa dengan rentang usia 7–12 tahun.
tahun. 2) Cambridge Lower Secondary, adalah jenjang
2) Sekolah Menengah Pertama (SMP) kedua yang diperuntukkan untuk siswa
untuk siswa dengan rentang usia berusia 11-14 tahun.
13-15 tahun. 3) Cambridge Upper Secondary, merupakan
3) Sekolah Menengah Atas (SMA) jenjang menengah yang diperuntukkan untuk
diperuntukan siswa dalam rentang siswa berusia 14-16 tahun.
usia 16-19 tahun. 4) Cambridge Advanced, adalah jenjang
tertinggi untuk siswa berusia 16-19 tahun.

3. Bagaimana cara yang dilakukan oleh lembaga pendidikan untuk menjadi sekolah yang
mendidik agar siswa mandiri, berakhlak islami, berilmu, serta unggul dalam sains dan
teknologi yang memiliki keseimbangan individualistik dan sosiolistik!
Jawaban : Cara lembaga pendidikan dalam menyeimbangkan pemdidikan agama
berakhlak islami, berilmu, serta unggul dalam sains dan teknologi yaitu:
a. Menelusuri ayat-ayat dalam AlQur’an yang berbicara tentang sains.
Menelusuri ayat-ayat Al-Qur’an merupakan bentuk langkah yang sangat vital
untuk terintegrasinya sains dan Islam. Seterusnya bahwa kebenaran Al-Qur’an
itu merupakan sumber yang relevan dengan ilmu pengetahuan (sains) yang
saat ini sangat pesat berkembang.
b. Menumbuhkan pribadi yang berkarakter Ulil Albab. Ulil Albab adalah orang
yang benar-benar mampu menggunakan akal dan pikirannya untuk memahami
fenomena alam sehingga dapat memahami sampai pada bukti-bukti keesaan
dan kekuasaan sang Maha pencipta yakni Allah swt. Umat Islam harus secara
terus menerus meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
IPTEK dan IMTAK secara bersamaan, atau peningkatan diri kearah
kekokohan spiritual, moral dan intelektual.
c. Mengembangkan kurikulum pendidikan di lembaga pendidikan. Berdasarkan
hasil kajian beberapa ilmu dan pendekatan, tampaknya ada kesamaan
pandangan bahwa segala macam krisis itu berpangkal dari krisis akhlak dan
moral, krisis spiritual. Untuk mewujudkan insan yang mempunyai kedalaman
spiritual, keagungan akhlaq, keluasan intelektual dan kematangan
professional, akan dapat dicapai secara utuh jika terpadu/terintegrasi nya ilmu
sains dan Islam dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran terpadu dan
integrative tersebut, suatu masalah yang menggejala tidak bisa disalahkan
kepada guru tertentu.
d. Implikasi dalam hal kurikulum, bisa dalam bentuk penyusunan silabus di
sekitar dua isu fundamental, yakni (1) epistemologi, dan (2) etika. Topiktopik
yang termasuk ke dalam epistemologi terutama berbicara tentang status
epistemologis sains-sains terapan dan rekayasa, hubungan konseptualnya
dengan prinsip-prinsip tauhid (yaitu, pengetahuan metafisika dan kosmologi)
yang mengatur dunia fisik (natural), dengan metodologi ilmiah dan pemikiran
kreatif (termasuk inspirasi matematika) dan dengan implikasi-implikasi
epistemologis aspek-aspek tertentu dari kreativitas manusia dalam sains
terapan dan rekayasa kontemporer, khususnya dalam rekayasa genetika.
Sementara itu implikasinya dalam aspek pendidikan sosial keagamaan, dengan
paradigma integratif, para peserta didik akan diajak untuk berfikir holistik dan
tidak parsial dalam menghayati majemuknya keyakinan dan keberagamaan.
e. Dalam bentuk lain, bisa dengan mengajak siswa untuk mencari simbol-simbol
harmonisasi yang terbentang di alam raya, untuk kemudian diinterpretasikan
menjadi model-model integrasi antara sains dan agama. Misalnya, dalam studi
holtikultura, untuk integrasi ilmu dan agama dengan model bunga matahari.
Contohnya siswa dilatih untuk mengembangkan imajinasi kreatifnya dengan
menjelaskan bunga matahari, di mana siswa menjelaskan kelopaknya yang
mewakili berbagai budaya, mitologi, ilmu pengetahuan, pendekatan spiritual,
dan filosofi, dan semua berpusat di kepala bunga. Kemudian bahwa bunga
tumbuh atas dasar pengalaman manusia dan kelopak merupakan model dan
sistem pemikiran yang dibangun dari pengalaman manusia dan siswa diajak
untuk memahami pengalaman itu. Dari situ akan tumbuh pemikiran tentang
asumsi dasar bahwa sains dan agama bisa dan harus bekerja sama untuk
menghasilkan pemahaman yang lebih kaya dari dunia kita.
f. Menjadikan kitab suci sebagai basis atau sumber utama Ilmu Al-Qur’an dalam
pengintegrasian ilmu ini diposisikan sebagai sumber utama atau landasan
dasar bagi pencapaian ilmu umum yang diperoleh dari hasil observasi,
eksperimen, dan penalaran logis yang kedudukannya sebagai sumber
pendukung dalam rangka menambah keyakinan terhadap Allah melalui
sumber utama yakni AlQur’an.
g. Memperluas batas materi kajian Islam dan Menghindari dikotomi ilmu Ajaran
Islam bersifar universal oleh karena itu tidak ada dikotomi dalam Islam karena
semua llmu itu penting untuk dipelajari agar menjalankan kehidupan dengan
baik.
4. Jika dibanding-bandingkan konsep geopolitik di negara maju dan berkembang tentu
geopolitik di negara maju lebih baik dari negara berkembang, Saudara jelaskan
geopolitik dan sosial budaya di negara Indonesia!
Jawaban :
a. Geopolitik di Indonesia
Geopolitik secara etimologi berasal dari kata geo (bahasa Yunani) yang berarti bumi
yang menjadi wilayah hidup. Sedangkan politik dari kata polis yang berarti kesatuan
masyarakat yang berdiri sendiri atau negara; dan teia yang berarti urusan (politik) bermakna
kepentingan umum warga negara suatu bangsa (Sunarso, 2006: 195). Sebagai acuan bersama,
geopolitik dimaknai sebagai ilmu penyelenggaraan negara yang setiap kebijakannya
dikaitkan dengan masalah-masalah geografi wilayah atau tempat tinggal suatu bangsa.
Geopolitik diartikan sebagai sistem politik atau peraturan-peraturan dalam wujud
kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh aspirasi nasional geografik
(kepentingan yang titik beratnya terletak pada pertimbangan geografi, wilayah atau territorial
dalam arti luas) suatu Negara, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan berdampak
langsung kepada system politik suatu Negara. Sebaliknya, politik Negara itu secara langsung
akan berdampak pada geografi Negara yang bersangkutan. Geopolitik bertumpu pada
geografi sosial (hukum geografis), mengenai situasi, kondisi, atau konstelasi geografi dan
segala sesuatu yang dianggap relevan dengan karakteristik geografi suatu Negara.

Pandangan geopolitik bangsa Indonesia yang didasarkan pada nilainilai Ketuhanan


dan Kemanusiaan yang luhur dengan jelas tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945. bangsa
Indonesia adalah bangsa yang cinta damai, tetapi lebih cinta kemerdeklaan. Bangsa Indonesia
menolak segala bentuk penjajahan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri
keadilan. Berdasarkan uraian di atas, konsepsi Wawasan Nusantara dibangun atas geopolitik
bangsa Indonesia. Geopolitik di negara Indonesia, dinamakan Wawasan Nusantara.
Implementasi Wawasan Nusantara Penerapan Wawasan Nusantara harus tercermin pada pola
pikir, pola sikap dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan negara.

1) Implementasi dalam kehidupan politik, adalah menciptakan iklim penyelenggaraan


negara yang sehat dan dinamis, mewujudkan pemerintahan yang kuat, aspiratif,
dipercaya.
2) Implementasi dalam kehidupan ekonomi, adalah menciptakan tatanan ekonomi yang
benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat secara merata dan adil.

Pandangan geopolitik bangsa Indonesia yang didasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan


dan Kemanusiaan yang luhur dengan jelas tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945, bangsa
Indonesia adalah bangsa yang cinta damai, tetapi lebih cinta kemerdeklaan. Bangsa Indonesia
menolak segala bentuk penjajahan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri
keadilan. Konsepsi Wawasan Nusantara dibangun atas geopolitik bangsa Indonesia. Bangsa
Indonesia memiliki pandangan sendiri mengenai wilayah yang dikaitkan dengan
politik/kekuasaan. Wawasan Nusantara sebagai wawasan nasional dibentuk dan dijiwai oleh
paham kekuasaan dan geopolitik bangsa Indonesia (HAN, Sobana : 2005). Wawasan
Nusantara dapat dikatakan sebagai penerapan teori geopolitik dari bangsa Indonesia. (Chaidir
Basrie : 2002). Oleh karena itu, bangsa Indonesia juga menolak paham ekspansionisme dan
adu kekuatan yang berkembang di Barat. Bangsa Indonesia juga menolak paham rasialisme,
karena semua manusia mempunyai martabat yang sama, dan semua bangsa memiliki hak dan
kewajiban yang sama berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan yang universal.
Dalam hubungan internasional, bangsa Indonesia berpijak pada paham kebangsaaan atau
nasionalisme yang membentuk suatu wawasan kebangsaan dengan menolak pandangan
Chauvisme. Bangsa Indonesia selalu terbuka untuk menjalin kerjasama antar bangsa yang
saling menolong dan saling menguntungkan. Semua ini dalam rangka ikut mewujudkan
perdamaian dan ketertiban dunia.

Oleh karena itu, wawasan nusantara adalah geopolitik Indonesia. Hal ini dipahami
berdasarkan pengertian bahwa dalam wawasan nusantara terkandung konsepsi geopolitik
Indonesia, yaitu unsur ruang, yang kini berkembang tidak saja secara fisik geografis,
melainkan dalam pengertian secara keseluruhan (Suradinata; Sumiarno: 2005). Salah satu
kepentingan nasional Indonesia adalah bagaimana menjadikan bangsa dan wilayah ini
senantiasa satu dan utuh. Kepentingan nasional itu merupakan turunan lanjut dari cita-cita
nasional, tujuan nasional maupun visi nasional. Cita-cita nasional bangsa Indonesia
sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea II adalah untuk mewujudkan
Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Adapun tujuan
nasional Indonesia sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV, salah
satunya adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Visi nasional Indonesia menurut ketetapan MPR No. VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia
Masa Depan adalah adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi,
bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri, serta baik dan bersih dalam
penyelenggaraan negara. Sejalan dengan hal tersebut, bangsa Indonesia berkepentingan untuk
mewujudkan hal-hal di atas. Upaya untuk terus membina persatuan dan keutuhan wilayah
adalah dengan mengembangkan wawasan nasional bangsa. Wawasan nasional bangsa
Indonesia itu adalah Wawasan Nusantara.

b. Sosial Budaya di Indonesia


Sistem sosial-budaya merupakan sistem paduan dari sistem sosial dan sistem budaya
sehingga menjadi suatu sistem kemasyarakatan yang meliputi hubunganhubungan sosial yang
dengannya manusia dalam masyarakat menghasilkan dan mengembangkan unsur-unsur
budaya, untuk memenuhi hajat-hajat sosial dan budaya suatu masyarakat dalam
melangsungkan dan mengembangkan kehidupan sosial-budayanya.
Indonesia dikenal luas sebagai bangsa dengan realitas sosial-budaya yang begitu
majemuk. Hubungan sosial-budaya antar masyarakat di Indonesia merupakan produk sejarah
yang panjang, yang dari zaman ke zaman mengalami perkenalan dan pergaulan dengan
bangsa-bangsa, agama-agama, dan kebudayaan-kebudayaan dunia. Demikian juga,
nasionalisme Indonesia, kebangsaan Indonesia pun terbentuk, terbangun dan teruji oleh
sejarah panjang, dari hasil interaksi “bangsa Indonesia” dengan bangsa-bangsa, agamaagama,
dan kebudayaan-kebudayaan dunia. Pengalaman ini membentuk nilai-nilai lama dan nilai-
nilai baru dalam masyarakat Indonesia. Sebagian nilai-nilai lama hendak ditinggalkan atau
diperbaharui, sedangkan nilai-nilai baru yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
peradaban bangsa pada masa sekarang dan masa mendatang harus senantiasa dipahami,
diwujudkan dan diuji dalam pergaulan sosial-budaya.
Terdapat 3 (tiga) macam kebudayaan, atau sub-kebudayaan, dalam masyarakat
Indonesia, sebagai berikut. (1) Kebudayaan nasional Indonesia yang berlandaskan Pancasila
dan UUD 45; (2) kebudayaan suku-suku bangsa; dan (3) kebudayaan umum lokal sebagai
wadah yang mengakomodasi lestarinya perbedaanperbedaan identitas suku bangsa serta
masyarakat-masyarakat yang saling berbeda kebudayaannya yang hidup dalam satu wilayah,
misalnya pasar atau kota (Melalatoa, 1997: 6). Sementara itu, Harsya W. Bachtiar (1985: 1-
17) menyebut berkembangnya 4 (empat) sistem budaya di Indonesia, sebagai berikut. (1).
Sistem budaya etnik, yang berasal dari bermacam-macam etnik yang masingmasing memiliki
wilayah budaya (18 masyarakat etnik, atau lebih); (2) sistem budaya agamaagama besar, yang
bersumber dari praktek agama-agama Hindu, Budha, Islam, Kristen, dan Katolik; (3) sistem
budaya Indonesia: bahasa Indonesia (dari Melayu), nama Indonesia, Pancasila dan UUD-RI;
dan (4) sistem budaya asing yang bersumber dari India, Belanda, Arab/Timur Tengah, Cina,
Amerika, Jepang, dan sebagainya.

5. Saudara bedakan antara aliran-aliran dan contoh masing-masing aliran!

Jawaban : Perbedaan aliran-aliran dalam pendidikan yaitu :


a) Aliran Naturalisme
Nature artinya alam atau apa yang dibawa sejak lahir. aliran ini berpendapat
bahwa pada hakikatnya semua anak sejak dilahirkan adalah baik. Aliran ini dipelopori
oleh J. J. Rousseau, yang mengamati pendidikan. Ia berpendapat bahwa anak yang
dilahirkan pada dasarnya dalam keadaan baik. Anak menjadi rusak atau tidak baik
karena campur tangan manusia (masyarakat). Anaka yang memliki pembawaan
sendiri-sendiri baik bakat minat, kemampuan, sifat, watak dan pembawaan-
pembawaan lainya. Pembawaan akan berkembang sesuai dengan lingkungan alami,
bukan lingkungyna yang dibuat-buat. Aliran ini berpendapat bahwa pendidikan hanya
memiliki kewajiban memberi kesempatan kepada anak untuk tumbuh dengan
sendirinya. Pendidikan sebaiknya diserahkan kepada alam. Oleh karena itu, ciri utama
aliran ini adalah bahwa mendidik seorang anak hendaknya dikembalikan kepada alam
agar pembawaan yang baik tersebut tidak dirusak oleh pendidik. bukan orangtua,
guru, atau pendidik yang akan memimpin dan membimbing seseorang ke arah
kedewasaan, berdiri sendiri, dan bertanggung jawab, melainkan tergantung kepada
alam, hidup, dan pengalaman mereka dalam kehidupan.
Contohnya anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, maka
anak tersebut harus diserahkan ke alam. jika anak melakukan pelanggaran terhadap
norma-norma, hendaklah orang tua atau pendidik tidak perlu untuk memberikan
hukuman, biarlah alam yang menghukumnya. Jika seorang anak bermain pisau, atau
bermain api kemudian terbakar atau tersayat tangannya, atau bermain air kemudian ia
gatal-gatal atau masuk angin. Ini adalah bentuk hukuman alam. Biarlah anak itu
merasakan sendiri akibatnya yang sewajarnya dari perbuatannya itu yang nantinya
akan menjadi pelajaran dalam hidupnya.

b) Aliran Nativisme

Nativisme berasal dari bahasa latin. Asal kata nativus (terlahir). Seseorang
berkembang berdasarkan apa yang dibawanya dari lahir. Hasil akhir perkembangan
dan pendidikan manusia ditentukan oleh pembawaannya dari lahir. Pembawaan itu
ada yang baik dan ada yang buruk. Oleh karena itu, manusia akan berkembang
dengan pembawaan baik maupun buruk yang dibawa dari lahir. Tokoh utama aliran
ini adalah Arthur Scopenhauer (1788-1860), seorang filsuf dari Jerman. Aliran
nativisme sering dijuluki sebagai aliran pesimistis yang memandang sesuatu dengan
“kacamata hitam”. Karena para penganut aliran ini berkeyakinan bahwa
perkembangan manusia ditentukan oleh pembawaannya; sedangkan pengalaman dan
pendidikan tidak berpengaruh apa-apa. Dalam ilmu pendidikan pandangan ini disebut
“pesimistis pedagogis. Pendidikan tidak berpengaruh sama sekali terhadap
perkembangan seseorang. Pendidikan yang diberikan tidak sesuai dengan pembawaan
seseorang tidak ada gunanya untuk perkembangannya. Oleh karena itu, aliran ini
merupakan aliran pesimis dalam pendidikan (pesimisme).

Hasil pendidikan tergantung pada pembawaan, oleh sebab itu hasil akhir
pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Berdasarkan
pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak didik itu sendiri.
Ditekankan bahwa “yang jahat akan menjadi jahat, dan yang baik akan menjadi baik”.
Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik akan berguna
untuk perkembangan anak itu sendiri. menurut aliran ini, keberhasilan belajar
ditentukan oleh individu itu sendiri. Nativisme berpendapat, jika anak memiliki bakat
jahat dari lahir, ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika anak memiliki bakat baik,
ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa
tidak akan berguna bagi perkembangan anak itu sendiri.
Contohnya seorang anak yang memilki faktor pembawaan dari orang tua yang
ahli dalam bidang seni lukis maka anak tersebut akan membawa faktor bawaan dari
keterunan itu sehingga anak akan memiliki kemampuan melukis bahkan dapat lebih
baik dari orang tuanya. Contoh lainnya anak yang memiliki keturunan dari gen orang
tua atau keluarganya yang berambut keriting maka sang anak akan mewarisinya
sehingga anak tersebut juga akan berambut keriting yang didapatkan dari faktor
keturunan pembawaannnya.

c) Aliran Empirisme

Empirisme berasal dan kata empiri yang berarti pengalaman. Tokoh aliran ini
adalah John Locke (1632-1704), Aliran ini berawal dari prinsip “the school of british
empirism”. Pandangan aliran ini dikenal dengan sebutan “Tabula Rasa”, artinya buku
tulis yang kosong, atau lembaran kosong atau meja berlapis lilin putih yang tidak
terdapat tulisan apapun di atasnya. Aliran ini lebih mementingkan faktor dari
pengaruh lingkungan luar dan faktor bawaan tidak ada pengaruhnya. Faktor bawaan
dari orangtua (faktor keturunan) tidak dipentingkan. Pengalaman diperoleh anak
melalui hubungan anak dengan lingkungan (sosial, alam, dan budaya). Menurut aliran
ini anak-anak yang lahir ke dunia tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa
seperti kertas putih yang polos tanpa adanya tinta maka tinta itulah yang akan
diibaeratkan sebagai pendidikan yang dilakukan dari faktor lingkungan seorang
pendidiklah yang akan mengisi kertas putih itu menjadi bewarna yang diwarnai
dengan cara mendidiknya. Oleh karena itu anak-anak dapat dibentuk sesuai dengan
keinginan orang dewasa yang memberikan warna pendidikannya. pendidik sebagai
faktor luang memegang peranan secara penting, sebab pendidik seperti orang tua,
guru ataupun masyarakat dapat menyiapkan lingkungan pendidikan bagi anak, dan
anak menerima pendidikan sebagai pengalaman. Pengalaman tersebut akan
membentuk tingkah laku, sikap, serta watak anak.

Contohnya seorang anak yang tidak memiliki keahlian dalam bidang


kesehatan atau kedokteran namun karena dia dilatih dan dibimbing oleh faktor
lingkungannya seperti dilatih di sekolah oleh guru yang ahli dalam bidang kesehatan
maka sang anak akan lebih memiliki pengetahuan tentang ilmu-ilmu kesehatan yang
ia dapatkan yang dapat dibuktikan seperti anak mengetahui obat yang digunakan
untuk penyakit asma karena pelajaran yang sudah dipelajarinya dengan guru di kelas.
Contoh lainnya adalah dua anak yang dibesarkan dilingkungan yang berbeda. Anak
pertama dibesarkan oleh orang tuanya yang tinggal di perdesaan dengan kehidupan
yang dederhana sedangkaan anak kedua dibesarkan oleh orang tuanya yang tinggal di
perkotaan dengan kehidupan yang mewah maka memiliki hasil yang berbeda,
diantaranya yaitu anak yang tinggal di desa akan lebih memiliki sikap ramah tamah
dan berbaur dengan warga lingkungannya karena proses didikan dari orang tuanya
sedangkan anak perkotaan yang tinggal dalam kehidupan mewah itu lebih tertutp dan
introvert kepada orang lain. Anak yang tinggal di perkotaan dengan kehidupan mewah
akan mendapatkan sekolah yang lebih baik dari segi kulaitasnya dibandingkan dengan
anak yang tinggal di perdesaan sederhana akan kekurangan fasilitas atau media
pembelajaran serta mata pelajaran yang masih belum terlampau tinggi.

d) Aliran Konvergensi

Tokoh aliran konvergensi adalah Willian Stern, tokoh pendidikan Jerman yang
hidup tahun 1871-1939. Konvergensi berasal dari bahasa Inggris dari kata
convergenry, artinya pertemuan pada satu titik. William Stern mengatakan bahwa
perkembangan anak tergantung dari pembawaan dari lingkugan yang keduanya
merupakan sebagaiman dua garis yang bertemu atau menuju pada satu titik yang
disebut konvergensi. Aliran ini memandang faktor pembawaan dan lingkungan
mempengaruhi perkembangan seseorang. Pembawaan seseorang baru berkembang
karena pengaruh lingkungan. Anak yang mempunyai pembawaan baik dan didukung
oleh lingkungan pendidikan yang baik akan menjadi semakin baik. Sedangkan bakat
yang dibawa sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa dukungan
lingkungan yang sesuai bagi perkembangan bakat itu sendiri. Sebaliknya, lingkungan
yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak secara optimal jika tidak
didukung oleh bakat bawaan dari anak tersebut. Aliran ini berpendapat bahwa anak
lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk kemudian perkembangan anak
tersebut akan dipengaruhi oleh factor lingkungan. Jadi, faktor pembawaan dan faktor
lingkungan sama pentingnya. Otensi atau bakat yang dibawa anak sejak lahir tidak
akan berkembang baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai dengan
perkembangan.

Contohnya anak yang dilahirkan di dunia dilengkapi dengan faktor bawaan


lengkapnya anggota tubuh anak diberikan mulut untuk berbicara, kaki untuk berjalan,
mata untuk melihat, kuping untuk mendengar dan sebagainya, Nah dari faktor bawaan
itu anak orang tua atau faktor lingkungannya akan mendidiknya dengan kegunaa-
kegunaan yang lebih banyak seperti anak sedari kecil dilatih untuk berbicara yang
diawali dengan ejaan terbata-bata sehingga kelak besarnya akan lebih fasih, anak
balita diajarkan untuk bergerak atau berdiri sehingga nantinya akan mampu berjalan
dengan baik. Contoh lainnya anak yang memiliki faktor bawaan dari gen orang tua
yang ahli musik akan memiliki potensi dalam dirinya pandai bermain musik dan
potensi bawaan itu akan dikembangkan dengan faktor lingkungan dari luar dengan
orang tua yang menyekolahkan di kursus musik, anak yang dilatih oleh gurunya di
ekstrakulikuler musik di sekolah sehingga pengetahuan dan bakat anak dalam
bermusik akan lebih baik dari sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai