Anda di halaman 1dari 8

REKAYASA IDE

INTEGRASI NASIONAL

Dosen Pengampu: Drs. Syahruddin Harahap, M.Si.

Disusun oleh:

Meilisa
5173143015

PENDIDIKAN TATA BUSANA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang masih memberikan kita
kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas rekayasa ide ini.

Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Drs.


Syahruddin Harahap, M.Si. selaku dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, yang
sudah memberikan kepercayaan kepada saya untuk menyelesaikan tugas ini.

Saya pun menyadari bahwa di dalam tugas ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu saya mengharapkan adanya kritik dan saran demi
perbaikan tugas yang akan kita buat dimasa yang akan datang.

Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang
berkenan.

Medan, Mei 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Tujuan dan Manfaat...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
BAB III PENUTUP...............................................................................................................................4
A. Kesimpulan................................................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................5

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang
ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional.

Faktor Pendorong Integrasi Nasional, Faktor Pendukung Integrasi Nasional dan


Faktor Penghambat Integrasi Nasional. Kita semua wajib untuk mengikut sertakan diri dalam
menjaga integrasi nasional dari berbagai macam ancaman, gangguan, hambatan yang datang
dari mana saja baik dari luar maupun dalam.

Sejak awal abad ke-20, struktur masyarakat Indonesia yang masih ke sukuan mulai
tergugat karena munculnya ide nasionalisme dan integrasi dari sekelompok elit Nusantara
(Marzali, 2009).

Masalah-masalah etnik yang masih banyak terjadi di Indonesia ini menjadi tantangan
dan ancaman tersendiri bagi terciptanya integrasi nasional bangsa ini. Berdasarkan gambaran
dari J.S Furnival (dalam Suparlan, 2005), masyarakat majemuk Indonesia cenderung tidak
menjadi satu dan tidak merasa satu, mereka memiliki tradisi kultural sendiri dan memiliki
interaksi yang sangat terbatas dengan kelompok suku lain. Lalu apakah ini hanya di diamkan
saja? Pada dasarnya, perbedaan budaya, cara pandang, dan adat istiadat harus disinergikan
satu sama lain, membangun rasa kebersamaan dalam suatu wilayah, dengan melepaskan
simbol-simbol primordial dari komunitas adat, agar tercapai sebuah integrasi nasional yang
telah dicita-citakan sejak Indonesia belum merdeka.

B. Tujuan dan Manfaat

1. Membahas permasalahan pada masyarakat adat di Indonesia.


2. Mencari solusi bagi permasalahan pada masyarakat adat di Indonesia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

Kita harus memahami bahwa arah integrasi nasional yang diharapkan


bukanlah penyatuan berbagai budaya dan identitas ke dalam satu kultur dan budaya baru,
yang menghilangkan budaya aslinya. Tetapi pada dasarnya integrasi yang diharapkan adalah
upaya membangun rasa kebersamaan dalam suatu wilayah, dengan melepaskan simbol-
simbol primordial dari komunitas adat. Maka dari itu, sudah semestinya integrasi yang
dibangun harus berdasarkan pada kelompok-kelompok etnis atau adat yang terlibat, bukan
desain kelompok ataupun penguasa. Masyarakat harus bersama-sama membangun kekuatan
dan perekat diantara mereka. Nilai-nilai yang menjadi kekuatan dari jntegrasi ini harus mulai
disosialisasikan sejak kecil, internalisasi nilai-nilai dasar ini sudah harus terbentuk dalam
keluarga sejak dini. Penguatan integrasi sosial kemudian harus diperkuat dalam konteks yang
lebih menyentuh pada kekuasaan, yang kemudian lebih popular dengan integrasi politik.
Adanya hubungan yang baik dengan masyarakat dengan elit politik, yang kemudian bisa
terintegrasi dengan berbagai kebijakan yang menguatkan harmonisasi sosial.

Dalam membangun integrasi sosial yang kuat di tengah masyarakat maka paling tidak
harus didekati dua pendekatan yang mendasar, yakni: faktor struktural dan kultural (Utami,
2000). Faktor struktural mencakup peran pemerintah dalam membangun kondisi kehidupan
masyarakat yang lebih baik, lebih harmonis dan lebih memberikan keadilan kepada semua
pihak. Kemudian memberikan akses ekonomi, politik dan sosial budaya tanpa kecuali kepada
seluruh masyarakat. Sedangkan faktor kultural mencakup kesadaran masyarakat untuk saling
menghormati dan menghargai satu sama lainnya. Membangun sikap adaptasi masyarakat
pada kultur yang berbeda, agar bisa mengurangi ketegangan-ketagangan yang timbul dalam
kehidupan bersama.

Diperlukan suatu upaya pengembangan pendidikan kearifan lokal dengan peran serta
aktif dari masyarakat untuk menjadi prakarsa dan menjadi penyelenggara program tersebut.
Maka dari itu, pemerintah harus bergerak, merangkul setiap elemen masyarakat, membentuk

2
komunitas-komunitas dengan program yang nyata, membangun kemitraan, menjadikan
kearifan lokal ini menjadi suatu hal yang dapat digali demi kepentingan bersama.

Berkaitan dengan hal itu, perlu adanya transformasi nilai-nilai kearifan lokal untuk
pembangunan karakter bangsa, agar bangsa Indonesia mampu mempertahankan budaya
bangsa, serta mampu melaksanakan musyawarah mufakat, kerja sama atau gotong royong
berbagai kearifan lokal lainnya sebagai upaya mempertahankan warisan budaya tersebut.
Karena, pembangunan karakter bangsa melalui kearifan lokal itu sangatlah dibutuhkan.

Musyawarah mufakat dan demokrasi harus di sinergikan agar dapat mencapai titik
temu, dan menciptakan kondisi yang dicita-citakan di berbagai bidang. Dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, penerapan musyawarah mufakat harus diterapkan dari hal-hal kecil
dan dimulai sejak dini. Penanaman nilai-nilai ini sangatlah penting adanya, dan akan sangat
bermanfaat bagi perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya dalam
konteks Indonesia. Karena dalam negara Indonesia, seperti yang dijelaskan sebelumnya
bahwasannya negara ini sering sekali terjadi gesekan-gesekan etnis yang mengarah pada
konflik. Penerapan musyawarah mufakat inidapat diterapkan sebagai media dalam mencegah
dan mengatasi konflik.

3
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Indonesia adalah negara yang penuh dengan keragaman, baik itu dari segi etnis,
budaya, adat istiadat, dengan segala pola kehidupan masyarakat yang ada di dalamnya.
Masyarakat adat di Indonesia juga memiliki berbagai kearifan lokal yang sangat khas dan
menunjukkan eksistensinya dalam lingkup suku bangsa di Indonesia. Beriringan dengan
hal itu, Indonesia juga memiliki berbagai masalah terkait dengan isu etnis tersebut, contoh
nyatanya adalah konflik antar etnis yang sering terjadi di berbagai daerah dan berdampak
bagi stabilitas nasional Indonesia. Hal ini pula yang menjadikan Integrasi Nasional begitu
sulit diwujudkan di negara ini, ditandai dengan belum terciptanya rasa kebersamaan
dalam suatu wilayah, dengan melepaskan simbol-simbol primordial dari komunitas adat.
Untuk mengatasi permasalahan ini diantaranya dengan berupaya dengan serius
untuk mengatasi konflik antar etnis yang terjadi di daerah, membendung segala hal yang
dapat menjadi pemicu konflik, mengedepankan toleransi dan penanaman nilai-nilai
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dan pemerintah juga harus mampu
menciptakan kebijakan yang adil dari segi politik, ekonomi, sosial dan budaya, karena
pada dasarnya isu etnis ini merupakan hal yang sangat sensitif terutama di negara
multikultural seperti Indonesia ini.

4
DAFTAR PUSTAKA

Amri, Ahmad. 2014. Polda Lampung Petakan 112 Potensi Konflik di


Lampung. (Lampungpost.co, diakses pada 29 Mei 2015, pukul 10.11 WIB)

Marzali, Amri. 2009. Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta : PT Fajar


Interpratama Offset.

Sedyawati, Edi. 2001. Permasalahan Integrasi dan Disintegrasi Bangsa. Depok : Pusat
Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Universitas Indonesia.

Sugandi, Fahmi. 2011. Pancasila Sila Ke-4 Sebagai Landasan Dalam


Bermusyawarah. Skripsi Sarjana Tidak Diterbitkan. Yogyakarta : STMIK Amikom.

Suharno, Konflik, Etnisitas Dan Integrasi Nasional,


(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Karya%20B1%20%20Konflik,%20Etnisitas
%20dan%20Integrasi%20Nasional.pdf, diakses pada 29 Mei 2015, Pukul 09.12 WIB)

Suparlan, Parsudi. 2005. Suku Bangsa dan Hubungan Antar Suku Bangsa. Jakarta : Yayasan
Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian

Yunus, Rasid. 2014. Nilai-Nilai Kearifan Lokal (Local Genius) Sebagai Penguat Karakter
Bangsa. Gorontalo : DeePublish UG

Anda mungkin juga menyukai