Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

WOMAN CENTRE, MIDWIFERY PARTNERSHIP, CONTINUITY OF


CARE

MATA KULIAH
KONSEP KEBIDANAN

DOSEN PENGAMPU
HENNY FITRIANI, S.SI.T, M.KEB

DISUSUN OLEH :
VINA APRIL LIANASARI
231091051

SARJANA TARAPAN KEBIDANAN TINGKAT 1


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
2023-2024

1
KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kita akal dan budi, memberikan kehidupan yang patut kita syukuri,
keluarga yang penuh kasih, dan teman-teman yang menjadi inspirasi bagi kami.
Atas anugerah-Nya, kami berhasil menyelesaikan sebuah karya ilmiah berjudul
"Woman Centre, Midwifery Partnership, Continuity of Care."
Sebagai penulis, kami menyadari bahwa karya kami memiliki
keterbatasan. Oleh karena itu, dengan ikhlas, kami meminta saran dan kritik dari
semua pihak untuk meningkatkan kualitas makalah ini. Kami mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya atas setiap masukan yang diberikan. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat, berjalan dengan lancar, dan mendapat
berkah bagi semua pembacanya. Aamiin.

Pontianak,10 Februari 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah.................................................................................. 3
1.3. Tujuan Penelitian...................................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian.................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................... 4
2.1. Woman Centred Care................................................................................ 4
2.2. Empowering (Pemberdayaan Perempuan)................................................ 6
2.3. Primery Care (Pelayanan Utama).............................................................. 8
2.4. Trush (Kepercayaan).................................................................................10
2.5. Building Trust in Women's Healthcare (Membangun Kepercayaan
dalam Pelayanan Kesehatan Perempuan) .................................................
BAB III PENUTUP........................................................................................14
3.1 Kesimpulan................................................................................................14
3.2 Saran`........................................................................................................14
BAB IV EVALUASI SOAL...........................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Peningkatan kesehatan perempuan tidak hanya menjadi prioritas,
tetapi juga fondasi utama dalam membangun masyarakat yang
berkelanjutan. Dalam konteks ini, konsep Woman Centre, Kemitraan
Kebidanan, dan Kelanjutan Asuhan menjadi pilar-pilar penting dalam
pengembangan praktik kesehatan perempuan modern. Woman Centre,
sebagai landasan pelayanan kesehatan, menempatkan perempuan sebagai
subjek utama dalam perawatan dan pengambilan keputusan terkait
kesehatan mereka. Pelayanan yang berpusat pada perempuan bukan hanya
mengakui kebutuhan fisik, tetapi juga aspek-aspek emosional, sosial, dan
psikologis dari kesehatan perempuan. Hal ini menciptakan ruang
pelayanan yang ramah perempuan, di mana keintiman, rasa aman, dan
kepercayaan menjadi inti dari setiap interaksi dalam sistem kesehatan.
(Agustin, 2022).
Kemitraan kebidanan menjadi fondasi yang memungkinkan
terwujudnya pelayanan kesehatan yang komprehensif. Melibatkan bidan
sebagai mitra utama dalam perawatan perempuan tidak hanya
meningkatkan aksesibilitas pelayanan kesehatan, tetapi juga membangun
hubungan kontinu antara penyedia layanan dan perempuan. Ini
menciptakan lingkungan di mana perempuan merasa didengar, dihormati,
dan didukung sepanjang perjalanan kesehatan mereka, mulai dari masa
pra-kehamilan hingga masa nifas. Woman-Centred Care adalah suatu
konsep dalam pelayanan kesehatan yang menempatkan perempuan sebagai
fokus utama, menciptakan lingkungan yang mendukung, menghormati,
dan memberdayakan perempuan dalam pengelolaan kesehatan mereka.
Pendekatan ini tidak hanya berkaitan dengan aspek pencegahan dan
pengobatan penyakit, tetapi juga melibatkan perhatian terhadap kebutuhan
fisik, emosional, dan sosial perempuan (Prapsetyo, 2023)

1
Dalam Woman-Centred Care, penting untuk menciptakan suatu
atmosfer di mana perempuan merasa didengar dan dihormati. Ini
melibatkan komunikasi terbuka antara penyedia layanan kesehatan dan
pasien perempuan, di mana informasi diberikan dengan jelas dan
pemahaman terhadap kebutuhan serta preferensi pasien diutamakan.
Pelayanan kesehatan perempuan juga harus memastikan bahwa perempuan
merasa memiliki kontrol atas keputusan terkait kesehatan mereka,
mempromosikan partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan. Konsep
ini mengakui keunikan setiap perempuan, menghormati diversitas
pengalaman dan kebutuhan kesehatan mereka. Dalam woman-centred
care, penyedia layanan kesehatan diharapkan untuk menggali pemahaman
mendalam terhadap konteks sosial, budaya, dan personal setiap pasien
perempuan untuk memberikan pelayanan yang lebih terpersonal dan
relevan (Agustin, 2022)
Pemberdayaan perempuan sebagai landasan utama dalam mencapai
kesehatan perempuan yang optimal merupakan upaya yang komprehensif
dan mendalam. Pemberdayaan ini tidak hanya sebatas memberikan
pengetahuan, keterampilan, dan dukungan, tetapi juga melibatkan
penguatan kapasitas perempuan untuk mengambil peran aktif dalam
pengelolaan kesehatan pribadi dan keluarga mereka. Memberikan
pengetahuan kepada perempuan tidak hanya berarti menyediakan
informasi tentang penyakit atau tindakan medis tertentu, tetapi juga
mencakup pemahaman mendalam tentang hak-hak kesehatan perempuan,
termasuk hak untuk mendapatkan akses penuh terhadap pelayanan
kesehatan yang bermutu dan bebas dari diskriminasi. Pemberdayaan
perempuan juga mencakup pemberian keterampilan, seperti keterampilan
komunikasi yang efektif dengan penyedia layanan kesehatan, keterampilan
pengambilan keputusan, dan keterampilan dalam mengelola stres dan
tekanan sehari-hari. (Putriningsih, 2019)
Pembangunan kepercayaan memegang peran kunci dalam
memperkuat hubungan antara penyedia layanan kesehatan dan perempuan.
2
Proses ini melibatkan komunikasi yang terbuka, penghargaan terhadap
nilai-nilai budaya, dan penerimaan terhadap preferensi perempuan,
sekaligus mengakui keunikan setiap pengalaman kesehatan. Kepercayaan
yang solid menjadi landasan esensial bagi kolaborasi yang efektif dan
manajemen kesehatan yang optimal. (Handayani, 2019) Dalam konteks
ini, pembahasan tentang Woman Centre, Midwifery Partnership, dan
Continuity of Care bukan hanya merupakan pemahaman tentang layanan
kesehatan perempuan, tetapi juga merupakan perwakilan dari perubahan
menuju sistem kesehatan yang lebih inklusif, berdaya, dan berkelanjutan.
Makalah ini memiliki tujuan untuk mengeksplorasi konsep-konsep
tersebut secara lebih mendalam, menggarisbawahi dampaknya terhadap
kesehatan perempuan, dan memberikan landasan bagi peningkatan kualitas
layanan kesehatan perempuan di masa depan.
Makalah ini membahas perkembangan ruang lingkup kebidanan
seiring dengan kemajuan zaman, menghadapi tantangan baru dan
pergeseran paradigma dalam pelayanan kesehatan yang dipicu oleh
kemajuan teknologi dan penelitian ilmiah. Dalam menghadapi perubahan
ini, bidan diharapkan dapat beradaptasi tanpa kehilangan inti dan prinsip
dasar kebidanan. Pemahaman mendalam terkait filosofi kesehatan menjadi
kunci untuk membantu bidan menavigasi perubahan tersebut. Dengan
eksplorasi yang mendalam, makalah ini tidak hanya memberikan wawasan
konseptual tentang peran filosofi dalam kebidanan, tetapi juga
memberikan perspektif berharga bagi praktisi, akademisi, dan pembuat
kebijakan kesehatan maternal. Harapannya, makalah ini dapat memberikan
kontribusi positif dalam mengoptimalkan peran bidan dalam konteks
kesehatan global yang terus berkembang, khususnya terkait dengan
Woman Centre, Midwifery Partnership, dan Continuity of Care.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis dapat merumuskan
masalah, Sebagai berikut:

3
1. Bagaimana Woman Centre memberikan dasar yang penting dalam
pengembangan praktik kesehatan perempuan modern?
2. Apa peran kemitraan kebidanan dalam meningkatkan aksesibilitas
pelayanan kesehatan dan membangun hubungan kontinu antara penyedia
layanan dan perempuan?
3. Bagaimana Woman-Centred Care menciptakan lingkungan yang
mendukung, menghormati, dan memberdayakan perempuan dalam
pengelolaan kesehatan mereka?
4. Mengapa pemberdayaan perempuan dianggap sebagai fondasi utama
dalam mencapai kesehatan perempuan yang optimal, dan bagaimana hal
ini dapat tercermin dalam pelayanan kesehatan perempuan?

1.3. Tujuan Penulisan


Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun oleh penulis di
atas, hingga tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah untuk
mengetahui:
1. Menganalisis Kontribusi Woman Centre dalam Praktik Kesehatan
Perempuan Modern
2. Mengidentifikasi Dampak Positif Kemitraan Kebidanan
3. Mengevaluasi Lingkungan Woman-Centred Care
4. Menggali Peran Pemberdayaan Perempuan dalam Pelayanan Kesehatan.

1.4 Manfaat
Makalah ini disusun sebagai sumber referensi yang holistik untuk
membantu pembaca mendalami konsep filosofi, definisi bidan, dan evolusi
ruang lingkup kebidanan. Penelusuran dalam makalah mencakup aspek-aspek
krusial seperti keterkaitan antara filosofi dan bidan, peran utama bidan,
interaksi perempuan dalam konteks kebidanan, dan penciptaan lingkungan
kebidanan yang optimal. Di samping itu, makalah ini secara tajam
menganalisis dampak dan implikasi paradigma filosofi serta definisi bidan
terhadap perkembangan seluruh aspek kebidanan. Tujuan utama penulisan
adalah memberikan wawasan mendalam dan holistik mengenai isu-isu krusial
4
yang terkait dengan kebidanan, dengan mengenalkan pembaca pada
pemahaman lebih lanjut tentang filosofi dan peran bidan dalam kerangka
yang lebih luas.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Partnership


Kemitraan diartikan sebagai bentuk kerjasama antara pihak-pihak yang
terlibat, termasuk persekutuan, perseroan, perkongsian, kongsi, atau
perekanan. Sementara itu, seorang bidan adalah individu yang telah
menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh negara, memiliki
kualifikasi, dan mendapatkan izin untuk menjalankan praktik kebidanan di
wilayah tersebut Pelayanan kebidanan mencakup penerapan ilmu kebidanan
dalam memberikan asuhan kepada klien yang menjadi tanggung jawab
seorang bidan, dimulai dari fase kehamilan hingga Keluarga Berencana (KB).
Aspek-aspek yang tercakup dalam pelayanan kebidanan meliputi kesehatan
reproduksi perempuan dan pelayanan kesehatan masyarakat. (Anggraini,
2022).
Pemberdayaan, dalam konteks ini, merujuk pada usaha untuk
mengembangkan individu dari kondisi kurang berdaya menjadi memiliki
kapasitas, dengan tujuan mencapai atau memperoleh kehidupan yang lebih
baik. Ini melibatkan langkah-langkah yang mendorong seseorang untuk
menjadi lebih mandiri dan aktif dalam mengelola kehidupannya. Dengan
demikian, kerjasama dalam bentuk kemitraan di bidang kebidanan merupakan
langkah yang penting untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,
sementara pemberdayaan bidan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
melalui peningkatan kapasitas dan kemandirian. ( Anggraini, 2022).

2.2 Partnership Menurut Kebidanan


Berikut ini merupakan Definisi Partnership dalam Konteks Midwifery
(Arlenti, 2021) :
1. Kerjasama Tim Kesehatan
Partnership dalam midwifery mencakup kolaborasi antara bidan, dokter,
dan profesional kesehatan lainnya. Kerjasama tim ini diperlukan untuk
memastikan bahwa perempuan mendapatkan pelayanan yang menyeluruh
dan terkoordinasi selama perjalanan kehamilan, persalinan, dan masa
nifas.
2. Empowerment Perempuan
Partnership juga mencakup upaya untuk memberdayakan perempuan
dalam pengambilan keputusan terkait kesehatan mereka sendiri. Bidan
berperan sebagai mitra yang mendukung perempuan dalam memahami
opsi perawatan yang tersedia, risiko dan manfaatnya, sehingga perempuan
dapat membuat keputusan yang tepat sesuai dengan nilai-nilai dan
preferensinya.
3. Keterlibatan Keluarga dan Komunitas
Partnership tidak hanya melibatkan perempuan dan tenaga kesehatan,
tetapi juga keluarga dan komunitas. Dalam konteks ini, bidan berperan
sebagai penghubung antara perempuan hamil, keluarga, dan komunitas,
menciptakan lingkungan dukungan yang positif dan informatif.
Fungsi utama profesi bidan adalah mengupayakan kesejahteraan ibu dan
bayinya. Proses fisiologi harus dihargai, didukung, dan dipertahankan.
Bila timbul penyulit, dapat menggunakan teknologi tepat guna dan rujukan
yang efektif untuk memastikan kesejahteraan perempuan dan
janin/bayinya.
Selain itu berikut ini Manfaat Partnership dalam Midwifery (Herlina,
2021) :
1. Kontinuitas Asuhan
Melalui partnership, tercipta kontinuitas asuhan yang melibatkan bidan
yang sama selama seluruh perjalanan kehamilan, persalinan, dan pasca
persalinan. Hal ini meningkatkan kepercayaan dan kenyamanan
perempuan, serta memungkinkan bidan untuk lebih memahami kebutuhan
individual mereka.
2. Pencegahan Komplikasi dan Pemantauan Aktif
Partnership memungkinkan pemantauan aktif terhadap perkembangan
kehamilan dan deteksi dini potensi komplikasi. Dengan komunikasi yang

5
baik antara perempuan dan bidan, informasi dapat dipertukarkan dengan
efisien, sehingga tindakan pencegahan dapat diambil lebih awal.
Woman Centre, Midwifery Partnership, dan Continuity of Care adalah
integrasi yang erat antara perempuan, bidan, tim kesehatan, keluarga, dan
komunitas dalam memberikan asuhan kesehatan maternal yang holistik,
berkelanjutan, dan sesuai dengan kebutuhan serta nilai-nilai perempuan.
Melalui kerjasama yang kuat ini, diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan kebidanan dan memberikan pengalaman kehamilan yang positif bagi
perempuan.

2.3 Woman Centred Care


Women-centered care adalah pendekatan asuhan kesehatan yang
berfokus pada wanita. Dalam konteks kebidanan yang terpusat pada ibu
(wanita), konsep ini mencakup aspek-aspek yang lebih mempertimbangkan
kebutuhan, harapan, dan aspirasi masing-masing wanita, dengan
memperhatikan lingkungan sosialnya daripada hanya memenuhi kebutuhan
institusi atau profesi terkait. Women-centered care adalah istilah yang merujuk
pada filosofi asuhan maternitas yang memberi prioritas pada keinginan dan
kebutuhan pengguna. Pendekatan ini menekankan pentingnya membuat
pilihan yang informasional, kontinuitas perawatan, keterlibatan pengguna,
efektivitas klinis, respon, dan aksebilitas (Herlina, 2021).
Women-centered care digunakan untuk menggambarkan kesehatan
yang menghormati nilai-nilai, budaya, pilihan, dan preferensi wanita beserta
keluarganya. Hal ini bertujuan untuk mempromosikan hasil kesehatan yang
optimal. Pendekatan yang berpusat pada perempuan dirancang untuk
meningkatkan kepuasan dalam pengalaman persalinan, perawatan, dan
kesejahteraan bagi perempuan, bayi, keluarga, dan profesional kesehatan. Ini
dianggap sebagai komponen penting dalam upaya meningkatkan kualitas
kesehatan secara keseluruhan.
Dalam praktik kebidanan, konsep "Women-Centered Care" mencakup
hal-hal berikut:

6
1. Perawatan yang difokuskan pada kebutuhan unik, harapan, dan aspirasi
wanita, lebih daripada memenuhi kebutuhan lembaga-lembaga atau profesi
yang terlibat.
2. Pengakuan terhadap hak-hak perempuan untuk menentukan nasib sendiri,
termasuk hak pikiran, kendali, dan kontinuitas perawatan dalam konteks
kebidanan. Ini mencakup perhatian pada kebutuhan janin, bayi, atau
keluarga wanita, serta individu lain yang diidentifikasi dan dipercayai oleh
wanita tersebut.
3. Keterlibatan masyarakat dalam semua tahap kehamilan, persalinan, dan
masa pasca kelahiran bayi.
4. Kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya jika diperlukan.
5. Pendekatan "holistik" dalam menangani masalah sosial, emosional, fisik,
psikologis, kebutuhan spiritual, dan budaya wanita.
Pendekatan fleksibel ini mencerminkan kebutuhan akan perawatan yang
sesuai dengan setiap perempuan, mengakui bahwa setiap individu memiliki
pengalaman unik dan keputusan yang berbeda. Dalam menanggapi perbedaan
ini, Women-Centered Care harus memberikan dukungan dan informasi yang
memadai, serta melibatkan perempuan dalam pengambilan keputusan tentang
perawatan kehamilan mereka. Fleksibilitas juga memungkinkan integrasi
aspek-aspek budaya dan nilai-nilai perempuan dalam setiap aspek perawatan
kehamilan, menciptakan lingkungan yang mendukung dan menghormati
pilihan dan pengalaman masing-masing perempuan.

Prinsip-prinsip Woman Centred Care


1. Memastikan bahwa perempuan menjadi mitra sejajar dalam perencanaan
dan penyelenggaraan perawatan maternitas.
2. Mengenali layanan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan perempuan, daripada hanya mengikuti kebijakan atau
preferensi staf atau manajer.
3. Memberikan informasi kepada perempuan tentang berbagai pilihan yang
tersedia selama kehamilan, persalinan, dan periode pascanatal.

7
4. Menjamin kesinambungan perawatan bagi perempuan, sehingga mereka
dapat membentuk hubungan yang saling percaya dengan para penyedia
perawatan yang peduli pada mereka.
5. Memberikan kontrol kepada perempuan dalam mengambil keputusan-
keputusan kunci yang memengaruhi isi dan perkembangan perawatan
mereka.

Women centred care harus mencakup:


1. Filosofi ini menekankan pemberdayaan perempuan, mengakui
kekuatan dan keterampilannya, serta berkomitmen untuk
mempromosikan persalinan fisiologis dan kelahiran.
2. Kebidanan ini menitikberatkan perawatan pada kehamilan normal,
kelahiran, dan periode pascanatal.
3. Layanan ini direncanakan dan disediakan dengan mendekat kepada
perempuan dan masyarakat di tempat tinggal atau tempat kerja mereka.
4. Terdapat integrasi perawatan di batas-batas sektor akui dan primer.
5. Perspektif kesehatan masyarakat digunakan, mempertimbangkan
faktor sosial dan lingkungan yang lebih luas. Ada komitmen untuk
mengalokasikan sumber daya untuk perawatan kesehatan preventif dan
tujuan untuk mengurangi kesenjangan kesehatan dan sosial.
6. Kontinuitas perawatan dan kehadiran perawat ditingkatkan, dengan
satu kesatuan perawatan kebidanan selama persalinan.
7. Pusat perhatian pada kehamilan dan persalinan sebagai awal dari
kehidupan keluarga, bukan hanya sebagai episode klinis terisolasi. Hal
ini memperhitungkan makna penuh dan nilai-nilai yang setiap wanita
bawa dalam pengalaman keibuan mereka.
8. Struktur pendanaan dan komitmen yang diakui mengenai hasil seumur
hidup kesehatan ibu dan bayi.
9. Keterlibatan pengguna dilakukan secara lebih mendalam, melampaui
bentuk-bentuk tokenistik, untuk mengembangkan kemitraan yang
nyata antara wanita dan bidan.

8
10. Perawatan berpusat pada keluarga, memfasilitasi perkembangan
kepercayaan diri orangtua yang efektif.

Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan


kesehatan, kepada masyarakat khususnya perempuan. Kegiatan ini harus
mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta
dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan
reproduksi dan asuhan anak.

2.4 Empowering (Pemberdayaan Perempuan)


Pemberdayaan Permpuan adalah usaha sistematis dan terencana untuk
mencapai kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat. Pemberdayaan perempuan ” sebagai sumber daya insani, potensi
yan dimiliki perempuan dalam hal kuantitas maupun kualitas tidak dibawah
laki-laki. Namun kenyataannya masih dijumpai bahwa status perempuan dan
peranan permpuan dalam masyarakat masih bersifat subordinatif dan belum
sebagai mitra sejajar dengan laki-laki” (Herlina, 2021)
1. Tujuan Pemberdayaan Perempuan
a. Untuk meningkatkan status, posisi, dan kondisi perempuan agar
mereka dapat mencapai kemajuan setara dengan laki-laki.
b. Untuk membentuk anak-anak Indonesia yang sehat, cerdas, ceria, dan
bertaqwa serta melindungi mereka.
2. Realisasi Pemberdayaan Perempuan
a. Meningkatkan kedudukan dan peran perempuan di berbagai bidang
kehidupan.
b. Meningkatkan peran perempuan sebagai pengambil keputusan untuk
mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.
c. Meningkatkan kualitas peran dan kemandirian organisasi perempuan
dengan tetap mempertahankan nilai persatuan dan kesatuan.
d. Meningkatkan komitmen dan kemampuan semua lembaga yang
memperjuangkan kesetaraan dan keadilan gender.

9
e. Mengembangkan upaya pemberdayaan perempuan, kesejahteraan
keluarga, dan masyarakat, serta perlindungan anak.

3. Kenijakan Dasar Pemberdayaan Perempuan.


a. Pengarusutamaan gender dalam pembangunan nasional dilakukan
melalui kebijakan "one door policy" atau pendekatan satu pintu.
b. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) perempuan.
c. Pembaharuan hukum dan peraturan perundang-undangan.
d. Penghapusan kekerasan terhadap perempuan.
e. Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) bagi perempuan.
f. Peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak.
g. Pemberdayaan lembaga pemerintah dalam mendukung perempuan.
h. Peningkatan peran serta masyarakat.
i. Perluasan jangkauan program pemberdayaan perempuan.
j. Peningkatan penerapan komitmen internasional.

Pada bulan September 1994 di Kairo, perwakilan dari 184 negara


berkumpul untuk merancang rencana untuk mencapai kesetaraan antara
kehidupan manusia dan sumber daya yang tersedia. Sejarah ini dicatat
sebagai pertemuan internasional pertama yang secara khusus
memfokuskan kesehatan reproduksi dan hak-hak perempuan sebagai tema
sentral dalam konteks perjanjian kependudukan. Kesepakatan yang
dihasilkan dari Konferensi Internasional Kairo menetapkan target agar
akses umum ke layanan kesehatan reproduksi dapat terwujud pada tahun
2015. Tantangan yang dihadapi oleh para pembuat kebijakan, pelaksana
program, dan advokat adalah mengajak pemerintah, lembaga donor,
kelompok perempuan, dan organisasi non-pemerintah lainnya untuk
memastikan implementasi penuh dari kesepakatan tersebut di setiap
negara (Alston 2018).
Pelayanan kesehatan reproduksi menjadi krusial untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan perempuan dan laki-laki yang berkaitan dengan isu-
10
isu seksualitas dan pengaturan kehamilan. Program-program yang terkait
dan konfigurasi dari layanan tersebut harus holistik, mengacu pada
program Keluarga Berencana (KB) yang konvensional serta pelayanan
kesehatan ibu dan anak. Tujuannya adalah untuk mencapai pemahaman
menyeluruh tentang kebutuhan kesehatan reproduksi dan memberikan
pelayanan yang memadai (Alston, 2018).

2.5 Primery Care (Pelayanan Utama)


Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok yang
berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang
dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam
masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang
dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat
perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri dan menentukan
nasib sendiri. Primary Health Care (Wiharto, 2019):
1. Menggambarkan Keadaan Sosial Ekonomi, Budaya, dan Politik
Masyarakat serta Penerapan Hasil Penelitian Kesehatan-sosial-biomedis
dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat.
2. Ditujukan untuk Mengatasi Masalah Utama Kesehatan Masyarakat dengan
Upaya Preventif, Promotif, Kuratif, dan Rehabilitatif.
3. Minimal Mencakup: Penyuluhan, Peningkatan Gizi, Sanitasi, Kesehatan
Ibu dan Anak, Imunisasi, dan Pengobatan Penyakit.
4. Melibatkan dan Meningkatkan Kerjasama Lintas Sektor dan Aspek
Pembangunan Nasional.
5. Membutuhkan dan Meningkatkan Kepercayaan Diri Masyarakat dalam
Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengendalian PHC serta Pemanfaatan
Sumberdaya yang Ada.
6. Ditunjang oleh Sistem Rujukan Upaya Kesehatan Secara Terpadu dan
Timbal Balik.
7. Didukung oleh Tenaga Kesehatan Profesional dan Masyarakat, Termasuk
Tenaga Kesehatan Tradisional yang Terlatih.

11
Dengan demikian, konsep pelayanan kesehatan primer (PHC)
merupakan pelayanan kesehatan essensial yang dibuat dan bisa terjangkau
secara universal oleh individu dan keluarga di masyarakat. Fokus dari
pelayanan kesehatan primer luas jangkauannya dan merangkum berbagai
aspek masyarakat dan kebutuhan kesehatan. PHC merupakan pola penyajian
pelayanan kesehatan dimana konsumen pelayanan kesehatan menjadi mitra
dengan profesi dan ikut seerta mencapai tujuan umum kesehatan yang lebih
baik.

2.6 Trush (Kepercayaan)


Kepercayaan adalah kondisi yang muncul ketika seorang mitra
mempercayai keandalan dan kejujuran mitranya. Ini melibatkan kesiapan
seseorang untuk bertindak sesuai dengan keyakinan bahwa mitranya akan
memenuhi harapan yang telah diungkapkan, serta harapan umum bahwa kata-
kata, janji, atau pernyataan orang lain dapat diandalkan (Barnes, 2003:148).
Sheth (2004) mendefinisikan kepercayaan sebagai "kesediaan untuk
mengandalkan kemampuan, integritas, dan motivasi pihak lain untuk
bertindak untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan yang disepakati secara
implisit atau eksplisit".( Agustin, 2022) :
Pengertian kepercayaan tersebut memiliki beberapa hal penting
sebagai berikut: ( Susanti, 2018):
1. Konsumen yang memiliki kepercayaan akan bersedia bergantung pada
penyedia jasa dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk penyedia
jasa.
2. Kepercayaan memiliki tiga aspek dalam karakteristik penyedia jasa, yaitu
kemampuan (ability), integritas (integrity), dan motivasi. Pertama,
konsumen akan menilai apakah penyedia jasa cukup kompeten untuk
menjalankan kewajibannya dan melayani konsumen. Kedua, konsumen
akan menilai apakah perusahaan memiliki integritas sehingga mereka
dapat percaya pada pekerjaan perusahaan. Terakhir, konsumen percaya

12
bahwa penyedia jasa memiliki motivasi untuk tidak melakukan tindakan
yang tidak sesuai dengan harapan konsumen.

3. Pihak yang dipercaya akan menjaga kepentingan pihak lain, menunjukkan


kebutuhan dan harapan pihak lain, bukan hanya memperlihatkan
kebutuhan dan harapannya sendiri.
.
2.7 Building Trust in Women's Healthcare (Membangun Kepercayaan dalam
Pelayanan Kesehatan Perempuan)
Pelayanan kesehatan perempuan yang berpusat pada perempuan,
melibatkan kemitraan kebidanan, dan menjaga kontinuitas perawatan memiliki
satu elemen krusial yang mendukung kesuksesannya, yaitu kepercayaan.
Dalam sub materi ini, kita akan menjelajahi bagaimana Woman-Centred Care,
Midwifery Partnership, dan Continuity of Care bekerja bersama untuk
membangun fondasi kepercayaan yang kokoh dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada Perempuan (Purwanti, 2020):
1. Woman-Centred Care dan Kepercayaan
Pendekatan Woman-Centred Care memandang perempuan sebagai
mitra aktif dalam perawatan kesehatan mereka. Dengan menghormati
nilai-nilai, budaya, dan preferensi perempuan, kepercayaan menjadi
pondasi utama hubungan antara penyedia layanan dan perempuan yang
dilayani.
2. Midwifery Partnership: Kemitraan yang Menguatkan
Pihak mitra kebidanan memainkan peran kunci dalam membangun
hubungan saling percaya. Komunikasi terbuka, kerjasama, dan
penghargaan terhadap keputusan bersama menjadi landasan kemitraan
yang menguatkan kepercayaan.
3. Kontinuitas Perawatan: Fondasi Kepercayaan yang Berkelanjutan
Kontinuitas perawatan memberikan peluang untuk membangun
ikatan yang kuat antara perempuan dan penyedia layanan. Dalam setiap

13
tahap perjalanan kesehatan perempuan, kontinuitas perawatan memastikan
keberlanjutan dalam hubungan dan kepercayaan yang terus berkembang.
4. Faktor-faktor Penting dalam Membangun Kepercayaan
Transparansi dalam proses perawatan, pengambilan keputusan
bersama, dan keterlibatan perempuan dalam merancang pelayanan
kesehatan menjadi faktor penting dalam membangun dan memelihara
kepercayaan.
5. Kepercayaan dan Hasil Kesehatan
Kepercayaan memainkan peran penting dalam mencapai hasil
kesehatan yang optimal. Melalui studi kasus dan bukti empiris, kita dapat
mengidentifikasi bahwa tingkat kepercayaan yang tinggi berkorelasi
dengan pengalaman perempuan yang lebih positif.
6. Tantangan dalam Membangun dan Memelihara Kepercayaan
Meskipun penting, membangun dan memelihara kepercayaan tidak
selalu mudah. Tantangan seperti kurangnya transparansi atau kurangnya
keterlibatan masyarakat dapat menjadi hambatan, tetapi strategi yang tepat
dapat mengatasi kendala tersebut.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada dasarnya, Woman Centre, Midwifery Partnership, dan
Continuity of Care membentuk landasan kuat dalam memberikan pelayanan
kesehatan perempuan yang holistik. Kepercayaan menjadi elemen kunci yang
mendukung kesuksesan ketiganya. Dengan mengintegrasikan Woman-Centred
Care, kemitraan kebidanan, dan kontinuitas perawatan, terbentuklah suatu
pendekatan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik perempuan tetapi
juga menghormati nilai-nilai, budaya, dan aspirasi individu. Membangun
kepercayaan melibatkan transparansi, partisipasi aktif perempuan dalam
pengambilan keputusan, dan keterlibatan masyarakat. Proses ini bukan hanya
menghasilkan hubungan saling percaya antara perempuan dan penyedia
layanan, tetapi juga meningkatkan hasil kesehatan dan pengalaman positif
perempuan dalam perjalanan kesehatan mereka..

3.2 Saran
Untuk memperkuat fondasi kepercayaan dalam pelayanan kesehatan
perempuan, perlu adanya upaya terus-menerus dalam meningkatkan
transparansi proses perawatan. Pendidikan dan komunikasi yang efektif
kepada perempuan tentang opsi perawatan, risiko, dan manfaatnya juga dapat
memperkuat kepercayaan. Selain itu, pelibatan masyarakat secara lebih
mendalam dapat menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan yang
mendukung dan memberdayakan perempuan. Dalam hal memelihara
kemitraan kebidanan, penting untuk terus mendorong komunikasi terbuka dan
kerjasama tim yang solid. Mengatasi tantangan seperti kurangnya keterlibatan
masyarakat memerlukan pendekatan yang berbasis pada kebutuhan dan nilai
lokal. Dengan demikian, langkah-langkah ini akan tidak hanya menjaga
kepercayaan yang sudah ada tetapi juga memperkuat fondasi untuk masa
depan yang lebih baik dalam pelayanan kesehatan perempuan.
BAB IV

EVALUASI SOAL

1. Apa itu Women Centre dalam konteks kesehatan?

A. Sebuah pusat kebugaran khusus wanita

B. Sebuah pusat belanja khusus wanita

C. Sebuah pusat pelayanan kesehatan yang berfokus pada kebutuhan wanita

D. Sebuah pusat penelitian kesehatan wanita

Jawaban: C

2. Bagaimana Women Centre dapat membantu wanita?

A. Menyediakan tempat belanja

B. Menyediakan tempat berkumpul

C. Menyediakan layanan kesehatan yang berfokus pada isu-isu kesehatan wanita

D. Menyediakan tempat bekerja

Jawaban: C

3. Apa tujuan utama dari Midwifery Partnership?

A. Membangun hubungan kerja sama antara bidan dan dokter

B. Membangun hubungan kerja sama antara bidan dan pasien

C. Membangun hubungan kerja sama antara bidan dan perawat

D. Membangun hubungan kerja sama antara bidan dan apoteker

Jawaban: B

4. Mengapa Midwifery Partnership penting dalam pelayanan kesehatan wanita?

A. Memungkinkan bidan untuk bekerja secara independen

B. Meningkatkan komunikasi dan pemahaman antara bidan dan pasien


C. Memungkinkan bidan untuk bekerja dengan banyak dokter

D. Semua jawaban di atas salah

Jawaban: B

5. Apa yang dimaksud dengan Continuity of Care?

A. Proses perawatan yang berkelanjutan dan koheren yang dikoordinasikan sesuai kebutuhan pasien

B. Proses perawatan yang berkelanjutan tanpa adanya koordinasi

C. Proses perawatan yang disediakan oleh satu dokter saja

D. Proses perawatan yang hanya melibatkan pasien dan keluarganya

Jawaban: A

6. Apa yang dimaksud dengan Continuity of Care?

A. Proses perawatan yang berkelanjutan dan koheren yang dikoordinasikan sesuai dengan kebutuhan
pasien

B. Proses perawatan yang berkelanjutan tanpa adanya koordinasi

C. Proses perawatan yang disediakan oleh satu dokter saja

D. Proses perawatan yang hanya melibatkan pasien dan keluarganya

Jawaban: A

7. Bagaimana Midwifery Partnership dapat mendukung Continuity of Care?

A. Dengan memastikan bahwa pasien selalu dirawat oleh dokter yang sama

B. Dengan memastikan bahwa pasien selalu dirawat oleh bidan yang sama

C. Dengan memastikan bahwa pasien selalu dirawat oleh perawat yang sama

D. Dengan memastikan bahwa pasien selalu dirawat oleh apoteker yang sama

Jawaban: B

14
8. Mengapa Continuity of Care penting dalam pelayanan kesehatan wanita?

A. Meningkatkan kepercayaan dan kenyamanan pasien

B. Memudahkan koordinasi dan manajemen perawatan

C. Meningkatkan kualitas perawatan

D. Semua jawaban di atas benar

Jawaban: D

9. Bagaimana Women Centre, Midwifery Partnership, dan Continuity of Care saling berhubungan?

A. Mereka tidak saling berhubungan

B. Mereka saling berhubungan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang berfokus pada wanita

C. Mereka saling berhubungan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang berfokus pada pria

D. Mereka saling berhubungan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang berfokus pada anak-
anak

Jawaban: B

15
10. Bagaimana Midwifery Partnership dapat mendukung Continuity of Care?

A. Dengan memastikan bahwa pasien selalu dirawat oleh dokter yang sama

B. Dengan memastikan bahwa pasien selalu dirawat oleh bidan yang sama

C. Dengan memastikan bahwa pasien selalu dirawat oleh perawat yang sama

D. Dengan memastikan bahwa pasien selalu dirawat oleh apoteker yang sama

Jawaban: B

16
DAFTAR PUSTAKA

Agnissa, N. (2023). Implementasi Profesi Bidan sebagai Penguatan Partisipasi


Perempuan dalam Bela Negara. Jurnal [Nama Jurnal], 11(1), Maret, [Nomor
Halaman]. P-ISSN: 2355-5793. Semarang.

Handayani, F. (2019). Penguatan Peran Bidan Dalam Pemberdayaan Perempuan


Untuk Mendukung Program Sustainable Development Goal’s. Bandung:
STIKes ‘Aisyiyah Bandung.

Hidayat, R. (2016). HAK ATAS DERAJAT PELAYANAN KESEHATAN


YANG OPTIMAL. SYARIAH Jurnal Hukum dan Pemikiran, 16(2), 127-134

Jumhati . (2020). Konsep KEBIDANAN DASAR. Bandung: Penerbit Widina


Media Utama.

Meilani, M. (2023). RESPECTFUL WOMEN CARE DALAM KEBIDANAN.


Yogyakarta: Penerbit K-Media.

Nopiani, Cahyo Sasmito. (2019). Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas


Simpang Tiga Kecamatan Banyuke Hulu Kabupaten Landak. REFERENSI:
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi, 7(1), 1-12. ISSN: 2089-0532, e-
ISSN: 2548-6152.

Purnama, S. G. (2019). DASAR-DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN.


Universitas Udayana, Bali.

Putriningsih, L. S., & Sayekti, L. A. (2019). Profesionalisme Bidan dalam


Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah
Mada (UGM). PARADIGMA: Jurnal Ilmu Administrasi, 8(2), 148-161.
http://journal.stia-aan.ac.id/index.php

Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai