Anda di halaman 1dari 16

MAKNA HUBUNGAN ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sintaksis Dosen
Pengampu : Yana Suryana M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 6

1. Siti Suhaeni (2021210001)


2. Rahmalia Annisa R (2021210020)
3. Tika Andreani (2021210041)
4. Cucun Kurnia (2121210026)

PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

PENDIDIKAN UNIVERSITAS MANDIRI

2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Makna Hubungan
Antarklausa dalam Kalimat Majemuk”

Dalam pembuatan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yana Suryana,
M.Pd. Selaku dosen pembimbing mata kuliah Sintaksis Bahasa Indonesia yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan mengenai kalimat majemuk dan makna dari kata penghubung dalam pembentukan
kalimat majemuk.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan karena adanya
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalammualaikum Wr. Wb.

Penyusun,

Kelompok 6
DAFTAR ISI

Contents
MAKNA HUBUNGAN ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK................................1
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................................1
BAB I...................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..................................................................................................................................5
MEMAHAMI HUBUNGAN ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK........................5
A. Pengertian........................................................................................................................................5
B. Hubungan Antarklausa Dalam Kalimat Majemuk Setara...............................................................6
1. Hubungan Penjumlahan............................................................................................................6
2. Hubungan Perlawanan...............................................................................................................7
3. Hubungan Pemilihan.................................................................................................................8
C. Hubungan Antarklausa Dalam Kalimat Majemuk Bertingkat.....................................................8
1. Hubungan Waktu.......................................................................................................................8
2. Hubungan Syarat.....................................................................................................................10
c. Seandainya engkau ini adikku, pasti aku akan membantumu sejauh aku mampu..................10
4. Hubungan Konsesif.................................................................................................................10
5. Hubungan Penyebaban............................................................................................................10
6. Hubungan Akibat....................................................................................................................11
7. Hubungan Sangkalan...............................................................................................................11
8. Hubungan Kenyataan..............................................................................................................11
b. Para tamu sudah datang sedangkan kedua mempelai belum selesai dirias.............................11
10. Hubungan Cara....................................................................................................................11
11. Hubungan Penjelasan...........................................................................................................11
b. Aku tidak mau tahu dengan siapa dia akan berangkat menghadiri konferensi itu..................12
12. Hubungan Antributif............................................................................................................12
BAB III...............................................................................................................................................13
PENUTUP..........................................................................................................................................13

1
A. Simpulan.....................................................................................................................................13
B. Saran...........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................14

2
3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kalimat majemuk merupakan kalimat yang tersusun dari dua atau lebih klausa dan
dihubungkan dengan konjungsi (kata sambung). Diantara dua klausa tersebut ada yang
berperan sebagai anak kalimat dan ada yang berperan sebagai induk kalimat yang menjelaskan
inti informasi. Sementara yang lain berperan sebagai anak kalimat yang menunjang induk
kalimat.
Konjungsi merupakan hal terpenting dalam pembetukkan kalimat majemuk, karena
konjungsi berfungsi sebagai penghubung antara satu klausa dengan klausa lainnya dan
berkesinambungan sehingga dapat dimengerti maksud dari sebuah kalimat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hubungan antarklausa dalam kalimat majemuk?
2. Bagaimana makna hubungan antarklausa dalam kalimat majemuk setara?
3. Bagaimana makna hubungan antarklausa dalam kalimat majemuk bertingkat?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui maksud dari hubungan antarklausa dalam kalimat majemuk.
2. Memahami makna hubungan antarklausa dalam kalimat majemuk setara.
3. Memahami makna hubungan antarklausa dalam kalimat majemuk bertingkat.

4
BAB II

PEMBAHASAN

MEMAHAMI HUBUNGAN ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK

A. Pengertian

Setiap kalimat dapat terdiri atas satu klausa atau lebih kalimat yang terdiri satu klausa
disebut kalimat tunggal, sedangkan kalimat yang sekurang-kurangnya didukung dua klausa disebut
kalimat majemuk. Pada bagian pembelajaran ini kita akan mencermati hubungan antarklausa dalam
kalimat majemuk setara dan bertingkat. Disebut kalimat majemuk setara apabila ada kesejajaran
klausa yang satu dengan kausa lainnya, hubungan yang demikian disebut koordinasi. sedangkan,
dalam kalimat majemuk bertingkat hubungan antarklausa tidak sejajar karena ada klausa yang
menjadi pokok dan ada klausa yang menjadi penjelas. Hubungan yang demikian disebut
subordinasi.
Hubungan antarklausa selalu ditandai dengan penggunaan konjungsi atau kata hubung pada
awal salah satu klausa, kita cermati beberapa contoh berikut ini :
1. Saya sungguh menyesal karena tidak dapat menghadiri pesta ulang tahunmu
2. Ibu sedang membersihkan ruang tamu, sedangkan ayah mengepel lantai
3. pengunjung berhamburan menyelamatkan diri, ketika tanah longsor menerjang pemandian air
panas di Pacet
4. Walaupun kedua tokoh proklamator itu sering berselisih paham keduanya tetap bersatu demi
kemerdekaan bangsa dari kungkungan penjajah
5. Jika kamu belajar dengan tekun dan teratur kamu pasti akan berprestasi maksimal
Dari kelima contoh kalimat tersebut kita melihat bahwa hubungan antarklausa ditandai dengan
penggunaan kata hubung atau konjungsi.
Perbedaan penggunaan konjungsi, tentu saja menyebabkan perbedaan hubungan antarklausa.
Artinya, kata hubung merupakan penanda dan pembeda hubungan dalam kalimat majemuk setara
atau bertingkat. Hubungan antar klausa yang ditandai kata hubung disebut eksplisit. Sedangkan,
hubungan antar klausa yang tidak ditandai atau tidak menggunakan kata hubung disebut hubungan
implisit. Kita cermati contoh hubungan antar klausa yang tidak menggunakan kata hubung berikut
ini :
1. Kedua anak itu duduk di sudut lapangan, memperhatikan setiap orang yang berjingkrak-
jingkrak di samping penjaga gawang kesebelasan pujaannya.
2. Ada gula, ada semut.
3. Dia membuka surat itu, membacanya baris demi baris.

5
4. Hari telah larut malam, dia belum juga beranjak dari kamar kerjanya.
5. Seluruh anggota pencari jejak memperhatikan dengan seksama peta buta yang dibentangkan di
tanah berusaha menemukan jalan mana yang harus ditempuh.

B. Hubungan Antarklausa Dalam Kalimat Majemuk Setara


Hubungan semantis antarklausa dalam kalimat majemuk setara jika dilihat dari penggunaan
kata hubungnya dapat dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu penjumlahan, perlawanan dan pemilihan.
1. Hubungan Penjumlahan
Hubungan penjumlahan menunjukkan penggabungan kegiatan, kejadian peristiwa proses
konsep atau pemikiran dan realitas dengan ditandai kata hubung dan, serta, baik......maupun .
Kita cermati contoh berikut ini :
a. Selang beberapa lama Rani masuk ke kamarnya dan membaringkan tubuhnya tubuhnya.
b. Kita harus menjadi orang yang cerdas dan tetap berkarakter.
Bila kita cermati, apalagi mengkritisi kata hubung yang digunakan, kita berhadapan dengan
empat kategori penjumlahan: sebab-akibat, urutan waktu, pertentangan dan perluasan.
1) Menyatakan Sebab-Akibat
Hubungan penjumlahan yang menyatakan sebab akibat menempatkan klausa kedua
sebagai akibat klausa pertama. Kita beri contoh berikut ini :
a) Pada hari yang naas itu, tanah longsor menerjang anak-anak yang sedang mandi di
pemandian air panas pacet dan tidak terhitung jumlah korban meninggal.
b) Sudah sebulan kami mengarungi laut dan kami amat merindukan daratan yang sejuk.
2) Menyatakan Urutan Waktu
Hubungan penjumlahan yang menyatakan urutan waktu menunjuk tahapan proses
langkah-langkah terjadinya peristiwa atau kejadian, kegiatan, maupun realitas. Klausa
kedua terjadi sesudah klausa pertama. Kita cermati contoh berikut ini :
a) Ia mengintip dari balik tirai dan berusaha mendengar pertengkaran seru kedua orang
tuanya.
b) Lisa mengambil handuk yang sudah kumal dan mengompres luka Hantoro.
3) Menyatakan Pertentengan
Hubungan penjumlahan yang menyatakan pertentangan menuju klausa kedua
mengungkap sesuatu yang bertentangan dengan apa yang di nyatakan dalam klausa
pertama. Kita cermati contoh berikut ini :
a) Sering kita berhadapan dengan orang-orang yang mencari muka demi kesempatan-
kesempatan yang dapat diraih dan memusuhi orang-orang yang berpikir kritis demi
perbaikan kehidupan bersama.

6
b) Di satu pihak hukum diciptakan untuk membentuk masyarakat sejahtera dan di pihak
lain banyak orang yang mengingkarinya.
4) Menyatakan Perluasan
Dalam hubungan penjumlahan yang menyatakan perluasan kita berhadapan dengan
klausa kedua yang mengungkap informasi atau penjelasan untuk klausa pertama. Kita
cermati contoh berikut ini :
a) Sampai saat ini saya kagum akan kemahirannya dan kekaguman saya bertambah
dengan kemampuannya mengatasi segala tantangan hidup.
b) Mendengar keputusan yang tidak adil itu dia memprotesnya dan meninggalkan ruang
sidang.
2. Hubungan Perlawanan
Pada hakikatnya hubungan perlawanan menyatakan bahwa apa yang dinyatakan dalam klausa
pertama berlawanan bertolak belakang atau bertentangan dengan apa yang dinyatakan dalam
klausa kedua titik hubungan perlawanan ditandai dengan penggunaan kata hubung tetapi . Ada
tiga kategori hubungan perlawanan: penguatan, implikasi dan perluasan.
1) Menyatakan Penguatan
Dalam hubungan perlawanan yang menyatakan penguatan klausa kedua menyatakan
informasi yang mempertegas dan memperkuat atau memperjelas informasi yang
terungkap dalam klausa pertama. Klausa pertama ditandai kata tugas : tidak saja, bukan
saja, tidak hanya, bukan hanya, tidak sekadar, bukan sekadar sedangkan klausa kedua
ditandai kata tugas tetapi, melainkan. Kita cermati contoh berikut ini:
a) Para wakil rakyat yang 'mangkir' dalam sidang-sidang tidak hanya melukai perasaan
rakyat yang diwakilinya, tetapi juga telah menghianati perjuangan rakyat.
b) Kerja keras yang telah dilakukan tidak sekadar meraih prestasi maksimal tetapi juga
wujud tanggung jawab terhadap masa depannya.
2) Menyatakan Implikasi
Dalam hubungan perlawanan yang menyatakan implikasi klausa kedua menyatakan
sesuatu yang berlawanan dengan klausa pertama. Dapat merupakan akibat, hasil, atau
konsekuensi logis dari klausa pertama. Kita cermati contoh berikut ini :
a) Kemajuan ilmu pengetahuan banyak menguntungkan manusia tetapi juga
memperbudak manusia.
b) Pendapatan sebagai pegawai tidak begitu besar tetapi ia dapat membiayai beberapa
anak sebagai anak asuh.
3) Menyatakan Perluasan

7
Dalam hubungan perlawanan yang menyatakan perluasan klausa kedua mengungkap
informasi tambahan yang sering memperlemah informasi yang dinyatakan klausa
pertama. Kita cermati contoh berikut ini :
a) Kita semua harus mempertahankan tradisi tetapi unsur-unsur luar yang positif wajib
kita ambil juga.
b) Suku terasing mulai membuka diri pada dunia luar tetapi mereka tetap tidak mau
menerima produk-produk dunia modern.
3. Hubungan Pemilihan
Hubungan pemilihan terjadi bila kita harus memilih salah satu dari peristiwa atau kejadian
kegiatan, konsep, dan mengingkari lainnya. Artinya jika peristiwa pada klausa pertama yang
kita pilih maka peristiwa pada klausa kita-kita ingkari titik kata hubung yang digunakan adalah
atau. Kita cermati contoh berikut ini :
a. Saya tidak tahu apakah dia memahami persoalan itu atau tidak tahu sama sekali.
b. Dalam situasi krisis ekonomi seperti sekarang ini ia harus tetap kuliah atau membantu
orang tua demi pendidikan adik-adiknya.

C. Hubungan Antarklausa Dalam Kalimat Majemuk Bertingkat


Kalimat majemuk tingkat terjadi dengan memperluas unsur-unsur klausa sehingga
terbentuklah klausa baru. Klausa lama (klausa yang diperluas) kita sebut sebagai klausa pokok
(induk kalimat) dan klausa baru (klausa hasil perluasan) kita sebut sebagai klausa sematan (anak
kalimat). itu sebabnya, kita berhadapan dengan hubungan yang lebih beragam dibandingkan dalam
kalimat majemuk setara. Hal ini lebih disebabkan keragaman kata hubung (konjungsi) yang kita
gunakan. Berdasarkan penggunaan kata hubung inilah kita akan membahas berbagai hubungan
antarklausa dalam kalimat majemuk tingkat.
1. Hubungan Waktu
Hubungan waktu (relasi temporal) terjadi bila klausa sematan menunjuk waktu terjadinya
klausa pokok. Artinya, anak kalimat menunjukkan keterangan waktu terjadinya peristiwa yang
dinyatakan dalam induk kalimat. Ada 4 kategori hubungan waktu : saat mula, saat bersamaan,
urutan waktu, dan saat akhir.
1) Menyatakan Saat Mula
Hubungan waktu yang menyatakan saat mula terjadi bila klausa sematan menunjukkan
saat mula terjadinya peristiwa pada klausa pokok. Kata hubung yang digunakan : sejak,
semenjak, sedari.
Kita cermati contoh berikut ini :

8
a) Sejak aku tinggal di Jakarta, telah banyak karya sastra yang aku hasilkan untuk
negeri ini.
b) Hatiku tertekan sejak ia berdiam diri.
2) Menyatakan Saat Bersamaan
Hubungan waktu yang menyatakan saat bersamaan menunjuk pada dua peristiwa,
kejadian, kegiatan yang terjadi secara bersamaan waktu. artinya, peristiwa yang
terungkap dalam klausa sematan bersamaan atau hampir bersamaan terjadinya dengan
peristiwa pada klausa pokok. Kata hubung yang digunakan: sewaktu, tatkala, seraya,
sementara, selama, sambil, ketika, selagi.
Kita cermati contoh berikut ini :
a) Pengeboman itu terjadi ketika pengunjung kafe sedang menikmati minuman khas
Bali.
b) Ketika tanah longsor menerjang pemandian air panas pacet para pengunjung sedang
menikmati segarnya air kolam pemandian itu.
3) Menyatakan Urutan Waktu
Hubungan waktu yang menyatakan urutan waktu terjadi bila peristiwa yang diungkap
klausa utama terjadi lebih dahulu dibandingkan proses terjadinya peristiwa pada klausa
sematan. kata hubung yang digunakan : sebelum, sesudah, setelah, seusai, sehabis . Kita
cermati contoh berikut ini:
a) Sudah menyelesaikan tugas-tugas sekolah, aku sempatkan menyaksikan ketoprak
humor.
b) Iya baru kembali ke Ciledug setelah sekian tahun merantau di Kalimantan.
4) Menyatakan saat akhir
Hubungan waktu yang menyatakan saat akhir terjadi bila klausa sematan menunjuk batas
akhir terjadinya peristiwa dari klausa induk. kata hubung yang digunakan : hingga,
sampai.
Kita cermati contoh berikut ini :
a) Usahanya terus merugi hingga seluruh harta kekayaannya habis.
b) Kesetiakawanan terus terbina sampai seluruh siswa menyelesaikan pendidikannya.

9
2. Hubungan Syarat
Hubungan antarklausa yang menunjukkan hubungan syarat terjadi jika klausa sematan
menyatakan syarat terjadinya peristiwa yang dinyatakan klausa pokok. Kata hubung yang
digunakan : jika, kalau, seandainya, andaikata, bila, apabila, bilamana.
Kita cermati contoh berikut ini :
a. Jika kalian menuruti saran saya dengan membuat jadwal pribadi dan target nilai, pasti tidak
menyesal seperti ini.
b. Pembangunan negeri ini tidak akan mensejahterakan masyarakat jika tidak diubah
orientasinya.
c. Seandainya engkau ini adikku, pasti aku akan membantumu sejauh aku mampu.
3. Hubungan Tujuan
Hubungan antarklausa yang menunjuk tujuan terjadi bila klausa sematan menjadi tujuan atau
harapan klausa pokok. Kata hubung yang digunakan : agar, supaya, demi, untuk, biar.
Kita cermati contoh berikut ini :
a. Kedua orang tuaku menginginkan agar aku bekerja dalam dunia jurnalistik.
b. Saya selalu bekerja hingga larut malam supaya target satu tahun satu buku dapat saya
wujudkan.
4. Hubungan Konsesif
Hubungan konsesif terjadi bila klausa sematan menunjuk hal yang bertolak belakang atau
berlawanan dengan klausa pokok. Artinya, 2 realitas yang secara hakiki bertolak belakang atau
bertentangan. Kata hubung yang digunakan : walaupun, meskipun, kendatipun, sekalipun,
biarpun, sungguhpun. Kita cermati contoh berikut ini :
a. Walaupun hujan deras mengguyur Cirebon, Violetta tetap meninggalkan rumah pergi
bersama Edo.
b. Vanessa tetap mencintai Carlos kendatipun kaki Carlos telah cacat.
5. Hubungan Penyebaban
Hubungan penyebaban terjadi bila klausa sematan menjadi sebab atau alasan terjadinya
peristiwa pada klausa pokok. Kata hubung yang digunakan : sebab , karena , oleh sebab, oleh
karena.
Kita kritisi contoh berikut ini:
a. Tawaran bekerja di salah satu penerbitan di Jakarta terpaksa saya tolak karena terlanjur
mencintai Cirebon.
b. Moralitas wakil rakyat perlu dipertanyakan sebab banyak yang 'mangkir' dalam sidang-
sidang.

10
6. Hubungan Akibat
Klausa sematan dalam hubungan akibat menyatakan akibat dari klausa pokok. Kata hubung
yang digunakan : sehingga, maka, sampai, sampai-sampai.
Kita cermati contoh berikut ini :
a. Saya tidak dapat menerima keputusan itu maka saya protes.
b. Biaya operasi sungguh mahal sampai-sampai seluruh perhiasan habis terjual.
7. Hubungan Sangkalan
Hubungan sangkalan terjadi bila klausa sematan menunjuk realitas yang berlawanan dengan
keadaan yang sebenarnya. Kata hubung yang digunakan : seolah-olah, seakan-akan.
kita kritisi contoh berikut ini :
a. Gabriela menghapus wajahnya seakan ingin melenyapkan derita hatinya.
b. Aku diam saja seakan-akan aku tidak mengetahui persoalan yang sedang dialaminya.
8. Hubungan Kenyataan
Hubungan kenyataan terjadi bila klausa sematan mengungkap sesuatu yang bertentangan
dengan yang terungkap dalam klausa utama. Kata hubung yang digunakan : padahal,
sedangkan. Kita cermati contoh berikut ini :
a. Aku pura-pura tidak tahu masalah yang ia hadapi padahal seluruhnya aku ketahui.
b. Para tamu sudah datang sedangkan kedua mempelai belum selesai dirias.
9. Hubungan Hasil
Hubungan hasil terjadi bila klausa sematan menunjuk hasil dari peristiwa atau kejadian klausa
pertama. Kata hubung yang digunakan : makanya.
Kritisi istilah berikut ini :
a. Lantai itu sangat licin, makanya adikku terpeleset
b. Ayah datang dengan wajah cemberut, makanya aku tidak berani menyapanya.
10. Hubungan Cara
Hubungan cara terjadi bila klausa sematan mengungkap cara terjadinya peristiwa yang
terungkap dalam klausa pokok. Kata hubung yang digunakan : dengan.
Kita cermati contoh berikut ini :
a. Pemburu itu menunggu di atas bukit dengan telunjuk melekat pada plastik senjatanya
b. Mike Tyson mencoba bertahan dengan kedua tangannya melindungi wajahnya
11. Hubungan Penjelasan
Hubungan penjelasan terjadi jika klausa sematan memperjelas kejadian, peristiwa, realitas yang
terungkap dalam klausa pokok. Kata hubung yang digunakan : bahwa. Dapat terjadi dalam
praktiknya, klausa sematan mengungkap pertanyaan atau ketidakpastian dengan menggunakan

11
kata hubung : _apakah, apa, siapa, bagaimana, dengan atau tanpa partikel-kah. Kita kritisi
contoh berikut ini :
a. Aku baru saja diberitahu bahwa di Cirebon telah dibuka playgroup bertaraf internasional.
b. Aku tidak mau tahu dengan siapa dia akan berangkat menghadiri konferensi itu.
12. Hubungan Antributif
Hubungan antributif dapat dibedakan menjadi dua kategori : pewatas dan posesif. Pembedaan
didasarkan pada penggunaan kata hubung :
a. Menyatakan pewatas
Hubungan antributif dengan klausa sematan sebagai pewatas terjadi bila suatu perbuatan
atau keadaan menjadi acuan terjadinya klausa utama. Kata hubung yang digunakan: yang.
Kita cermati cerita berikut ini :
a) Pamanku yang tinggal di Bogor kemarin meninggal.
b) Gamis yang berpita merah itu adalah tetangganya
b. Menyatakan Posesif
Hubungan antibiotik dengan klausa sematan sebagai posesif terjadi jika klausa sematan
menunjuk kepemilikan titik kata hubung yang digunakan: yang + kata benda + nya.
Kita cermati contoh berikut ini :
a) Pelamar yang ijazahnya dari ucla itu memenuhi persyaratan
b) Buruh dan kuli bangunan yang gajinya kecil selalu diperas tenaganya

12
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Setiap kalimat dapat terdiri atas satu klausa atau lebih kalimat yang terdiri satu klausa disebut
kalimat tunggal, sedangkan kalimat yang sekurang-kurangnya didukung dua klausa disebut kalimat
majemuk. Pada bagian pembelajaran ini kita akan mencermati hubungan antarklausa dalam kalimat
majemuk setara dan bertingkat. Disebut kalimat majemuk setara apabila ada kesejajaran klausa
yang satu dengan kausa lainnya, hubungan yang demikian disebut koordinasi. sedangkan, dalam
kalimat majemuk bertingkat hubungan antarklausa tidak sejajar karena ada klausa yang menjadi
pokok dan ada klausa yang menjadi penjelas. Hubungan yang demikian disebut subordinasi.

Hubungan Antarklausa Dalam Kalimat Majemuk Setara


Hubungan semantis antarklausa dalam kalimat majemuk setara jika dilihat dari penggunaan kata
hubungnya dapat dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu penjumlahan, perlawanan dan pemilihan.
Hubungan Antarklausa Dalam Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk tingkat terjadi dengan memperluas unsur-unsur klausa sehingga terbentuklah
klausa baru. Klausa lama (klausa yang diperluas) kita sebut sebagai klausa pokok (induk kalimat)
dan klausa baru (klausa hasil perluasan) kita sebut sebagai klausa sematan (anak kalimat). itu
sebabnya, kita berhadapan dengan hubungan yang lebih beragam dibandingkan dalam kalimat
majemuk setara. Hal ini lebih disebabkan keragaman kata hubung (konjungsi) yang kita gunakan.
Berdasarkan penggunaan kata hubung inilah kita akan membahas berbagai hubungan antarklausa
dalam kalimat majemuk tingkat.

B. Saran
Sebagai calon guru Bahasa sudah sewajibnya kita bisa memahami hubungan antar klausa
dengan kalimat majemuk .Dengan membaca dan memahami teori dan melihat contohnya sehingga
kita paham dengan materi ini

13
DAFTAR PUSTAKA

https://books.google.co.id/books?id=AaEwdR17fZcC&pg=PA6&dq=Makna+hubungan+antar+klau
sa+dalam+kalimat+majemuk&hl=jv&sa=X&ved=2ahUKEwjkzvL5xIj1AhVaTWwGHb9fCusQ6w
F6BAgEEAU#v=onepage&q=Makna%20hubungan%20antar%20klausa%20dalam%20kalimat%20
majemuk&f=false

14

Anda mungkin juga menyukai