OLEH:
KELOMPOK I
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CIPUTRA
SURABAYA
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................1
SKENARIO.........................................................................................................................................2
TABEL.................................................................................................................................................3
LEARNING ISSUES..........................................................................................................................4
PEMBAHASAN..................................................................................................................................5
A. Definisi Nyeri...........................................................................................................................5
B. Klasifikasi Nyeri.......................................................................................................................5
C. Diferential Diagnosis................................................................................................................5
E. Struktur Sel.............................................................................................................................14
H. Histologi.................................................................................................................................21
MINDMAP AKHIR.........................................................................................................................27
KESIMPULAN.................................................................................................................................28
REFERENSI.....................................................................................................................................29
SKENARIO
Bayi X, laki-laki usia 3 hari, kulit kuning saat usia hari ke-2.
TABEL
Keywords 1. Laki-laki
2. Umur 3 hari
3. Kulit kuning pada usia hari ke-2
A. Definisi
Hyperbilirubinemia adalah penyakit yang sangat sering ditemui pada bayi yang baru
lahir. Penyakit kuning ini diamati selama minggu pertama kehidupan pada sekitar 60%
bayi yang lahir pada waktu yang telah diwanti-wanti dan 80% bayi prematur. Warna
kuning sendiri merupakan hasil dari akumulasi pigmen bilirubin yang tidak terkonjugasi,
nonpolar, dan larut pada lemak di kulit. Bilirubin tak terkonjugasi ini merupakan produk
akhir oleh katabolisme protein heme dari reaksi-reaksi enzimatik dari heme-oksigenase
dan biliverdin reduktase serta zat pereduksi non-enzimatik dalam sel
retikuloendotelial.Oleh karena beberapa deposisi pigmen dari bilirubin terkonjugasi,
produk akhir dari bilirubin tak terkonjugasi yang telah mengalami konjugasi dalam
mikrosom sel hati oleh enzim uridine diphosphoglucuronic acid (UDP) -glucuronyl
transferase akan membentuk kutub, air -Gluronida bilirubin yang tidak larut. Walaupun
bilirubin mempunyai peranan fisiologis sebagai antioksidan, penambahan tingkat
bilirubin tidak berproses secara langsung dan bilirubin yang tak terkonjugasi memiliki
potensi untuk menjadi neurotoksik. Namun, meskipun bentuk terkonjugasi bukan
neurotoksis, bentuk ini juga dapat menunjukkan penyakit sistemik maupun gangguan
serius pada hepar. (Kliegmen) Tingkat hyperbilirubinemia tak terkonjugasi lebih tinggi
dibanding terkonjugasi dan ini diakibatkan oleh prematuritas dan ketidakmatangan fungsi
hati. Level puncak hyperbilirubinemia tak terkonjugasi ini mayoritas <85-170µmol / L (5-
10 mg / dL). Jumlah ini akan mengalami penurunan padak konsentrasi orang dewasa yang
normal dengan proses selama 2 minggu untuk melakukan pematangan mekanisme yang
diperlukan bagi disposisi bilirubin.
B. Klasifikasi dan Penyebab
1. Ikterus pada bayi di bawah 24 jam (5 mg/dl/24 jam)
a. Erythroblastosis fetalis
b. Pendarahan tersembunyi
c. Sepsis
d. Infeksi kongenital (syphilis, cytomegalovirus, rubella, dan toxoplasmosis)
e. Kerusakan RBC intrinsik (G6PD, sferositosis herediter, pyruvate kinase
deficiency)
f. Hemolisis (ketidakcocokan rhesus/ ABO)
2. Ikterus pada bayi saat 24-2 minggu (>2 mg/dl/24 jam)
a. Physiologic jaundice
b. Breast milk jaundice
c. Sepsis bakteri
d. Infeksi saluran urin atau infeksi lain (syphilis, toxoplasmosis, cytomegalovirus,
enterovirus)
e. Familial nonhemolytic icterus
f. Septicemia, atresia kongenital, hepatitis, galactosemia, hypothyroidism, cystic
fibrosis
3. Ikterus persisten pada bayi lebih dari 2 minggu
a. Ikterus pada bayi yang tidak terkonjugasi
1) breast milk jaundice
2) hipotiroidisme
3) galaktosema
4) hepatitis
5) cytomegalic inclusion disease
6) syphilis
7) toxoplasmosis
8) familial nonhemolytic icterus
9) Atresia kongenital
10) Hemolisis (ketidakcocokan ABO atau rhesus dan defisiensi G6PD)
b. Ikterus pada bayi yang terkonjugasi
1) atresia bilier
2) hepatitis neonatal
C. Faktor Risiko
1. Faktor Resiko Mayor :
a. Saat predischarge tingkat TSB (total serum bilirubin) or TcB (transcutaneous
bilirubin) di zona dengan resiko tinggi dimana tingkat produksi bilirubin neonatal
adalah 6-8 mg/kg/24 jam (dimana bagi orang dewasa, tingkat produksinya 3-4
mg/kg/24 jam)
b. Jaundice diobservasi pada 24 jam pertama
c. Ketidakcocokan golongan darah dengan tes antiglobulin positif langsung, atau
disebut sebagai penyakit hemolitik (defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase),
peningkatan pasang surut konsentrasi CO.
d. Masa kehamilan umur 35-36 minggu
e. Saudara sebelumnya menerima phototherapy
f. Cephalometoma atau memar yang signifikan
g. Pemberian air asi secara eksklusif dan penuruan berat badan yang berlebihan
h. Ras Asia Timur
2. Faktor Resiko Minor:
a. Saat predischarge tingkat TSB or TcB ada pada zona resiko tinggi intermediate.
b. Masa kehamilan 37-38 minggu
c. Jaundice diobservasi sebelum discharge
d. Saudara sebelunya menderita jaundice
e. Bayi macrosomic dengan ibu yang menderita diabetes
f. Umur ibu hamil kurang lebih 25 tahun
g. Jenis kelamin laki-laki
3. Decreased Risk
a. Tingkat TSB atau TcB berada pada zona resiko rendah
b. Masa kehamilan kurang lebih 41 minggu
c. Pemberian susu botol secara eksklusif
d. Ras kulit hitam
e. Discharge dari rumah sakit setelah 72 jam
Gambar. Kandung empedu dan duktusnya Sumber: : Prometheus Atlas Anatomi Manusia
Organ Dalam, 2017
Bagian utama dari kandung empedu adalah:
1. Corpus vesica billaris
2. Infundibulum vesicae billaris
3. Collum vesica billaris
Canaliculi empedu akan berhubungan satu sama lain dan akan terbentuk jaringan
saluran antar sel yang akan menerima empedu yang keluar dari hepatosit. Untuk
innervasinya, melalui saraf aminergik, peptidergik, dan kolinergik yang berada dalam
saluran portal dan akan mempengaruhi aliran darah intrahepatic dan metabolism hepar.
Ductus choledochus merupakan saluran empedu yang terbesar. Pada duktus ini akan
bermuara di duktus pankreatis sehingga kedua saluran ini akan mengeluarkan secret
melalui papilla duodeni major (papilla vateri) ke dalam duodenum.
Gambar. Pembagian duktus empedu Sumber: Prometheus Atlas Anatomi Manusia Organ
Dalam, 2017
E. Histologi Hepar
Hati adalah organ interna paling besar, pada orang dewasa rata-rata seberat 1,5 kg
atau 2% berat tubuh. Hati berfungsi dalam sistem pencernaan, yaitu menghasilkan
empedu, suatu substansi kompleks yang diperlukan untuk emulsifikasi, hidrolisis, dan
penyerapan lemak pada duodenum. Hati juga berfungsi mengolah nutrisi yang diserap
pada usus halus sebelum didistribusikan ke seluruh tubuh. Sekitar 75% darah yang masuk
hati adalah darah kaya akan nutrisi (namun miskin O 2) dari vena porta yang berasal dari
lambung, usus halus, dan limpa. Sekitar 25% sisanya berasal dari arteri hepar yang
memasok O2 ke organ.
Hati tersusun oleh sel utama yang bernama hepatosit. Selain memiliki fungsi
eksokrin untuk sekresi komponen empedu, hepatosit dan sel hati lainnya berfungsi
mengolah kandungan dalam darah.
1. Hepatosit dan lobuli hepar
Hepatosit adalah sel epitel polihedral atau kuboid besar, dengan inti bulat besar di
pusat dan sitoplasma eosinofilik yang kaya mitokondria. Hepatosit membentuk
ratusan lempeng tidak beraturan yang tersusun secara radial di sekeliling vena
sentralis kecil. Lempeng hepatosit ditunjang oleh stroma halus serat-serat retikulin.
Pada bagian perifer, setiap lobules memiliki tiga hingga enam area porta dengan
jaringan ikat fibrosa, masing-masing mengandung tiga struktur interlobular yang
membentuk triad porta sebagai berikut.
a. Venul cabang vena porta yang mengandung darah kaya nutrisi, tetapi rendah O2.
b. Arteriol cabang arteri hepar yang mengandung darah kaya O2.
c. Duktus biliaris kecil dengan epitel kuboid, cabang-cabang dari sistem penghantar
empedu.
Sebagian besar area porta perifer juga mengandung limfatik dan serabut saraf,
dan pada beberapa spesies (misalnya, babi) terdapat lembaran jaringan ikat fibrosa
tipis yang keluar mengelilingi seluruh lobules sehingga lobulinya lebih mudah
dibedakan dengan manusia.
Di antara semua anastomosis lempeng hepatosit lobules hepar terdapat sinusoid
pembuluh darah penting yang muncul dari cabang perifer vena porta dan arteri hepar
serta berkumpul pada vena sentralis lobules. Sinusoid mempunyai lapisan sel endotel
berfenestra yang tipis dan terputus dikelilingi oleh lamina basal yang menyebar dan
serabut retikular. Bagian yang terputus dan fenestrasi memungkinkan plasma mengisi
ruang perisinusoid (atau ruang Disse) yang sempit.
2. Sel Kupffer
Makrofag stelata khusus dalam jumlah besar, biasanya disebut sel Kupffer,
ditemukan di dalam lapisan sinusoid. Sel-sel ini mengenali dan memfagositosis
eritrosit tua, membebaskan heme dan besi untuk dipakai kembali atau disimpan pada
kompleks feritin. Sel-sel Kupffer juga adalah sel penampil antigen dan melenyapkan
bakteri yang terdapat pada darah porta.
Bilirubin sukar larut dalam air (tak terkonjugasi/indirect) , sehingga bilirubin dikat
albumin serum dan di bawa ke hati. Di hati terjadi katabolisme bilirubin yang terjadi
dalam tiga tahap : Penyerapan oleh hati, konjugasi dengan asam glukuronat, dan sekresi
ke dalam empedu. Dalam penyerapan oleh hati, bilirubin di keluarkan dari albumin lalu
di ambil di permukaan sinusoid hepatosit oleh sistem transpor terfasilitasi yang dapat
larut dan memiliki kapasitas besar.
Setelah itu,untuk mencegah bilirubin kembali ke aliran darah, bilirubin berikatan
dengan protein sitosol seperti glutation S-transferase yang sebelumnya di sebut ligandin.
Bilirubin bersifat nonpolar sehingga akan tetap berada di sel jika tidak diubah ke bentuk
yang lebih larut air (polar). Perubahan tersebut melalui konjugasi dengan asam glukoronat.
UDP-glukosil transferase yang spesifik untuk bilirubin dan berada di retikulum endoplasma
mengatalis pemindahan pemindahan bertahap dua gugus glukosil ke bilirubin dari UDP-
glukoronat: