Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FARMASI EKONOMI

“COST OF ILLNESS”

Disusun Untuk Memehuhi Tugas Mata Kuliah Farmasi Ekonomi

Dosen Pengampu : apt. Fransisca Gloria, M. Farm

HALAMAN JUDUL

Disusun Oleh :

Laurencia Julia B E 420038

M Harun Dwi S 420041

Siti Zainab 420048

PROGRAM STUDI S1 FARMASI - AHJ


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO
SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Farnasi Ekonomi yang berjudul “Cost Of Illness” dengan baik. Pada
kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun yang
telah berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini, dan kami juga berterima kasih
kepada Ibu apt. Fransisca Gloria, M. Farm selaku dosen pengampu mata kuliah
Farmasi Ekonomi.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan para pembaca mengenai masalah biaya dalam
pengobatan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini banyak
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, dan saran pembaca, karena mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semarang, 19 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................2
BAB II ........................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................3
A. Cost Of illness ...................................................................................................3
PEMBAHASAN ........................................................................................................8
A. Jurnal Penelitian Yang Menggunakan Metode Retrospektif .......................8
BAB IV .....................................................................................................................12
KESIMPULAN .......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah kondisi dimana fisik, mental dan sosial seseorang telah terpenuhi dan
bukan hanya karena tidak adanya penyakit atau kelemahan. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh
Lembaga suatu negara yang mengatur dan mengawasi tentang Kesehatan masyarakatnya.
Keberhasilan suatu negara di dalam promosi dan perlindungan tentang kesehatan adalah suatu
nilai tambah. Pemerintah juga mempunyai tanggung jawab tentang Kesehatan masyarakat yang
mana dapat dipenuhi hanya dengan ketentuan tindakan kesehatan dan sosial yang memadai.
Dalam hal ini pemerintah perlu mengetahui tentang beberapa penyakit yang sering diderita oleh
masyarakatnya agar dapat melakukan tindakan promosi dan pencegahan. Prevalensi yang timbul
dalam survei yang dilakukan oleh WHO tentang penyakit yang sering terjadi di dunia (WHO,
2015).

Biaya merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam pelayanan
kesehatan. Biaya yang dikeluarkan dapat dianalisis berdasarkan ilmu farmakoekonomi dengan
menggunakan metode cost analisis. Analisis biaya biasanya dipergunakan untuk mengetahui
biaya medik langsung rata-rata. Evaluasi beban ekonomi (economic burden) penyakit secara rill
akan memberikan dasar bagi pemerintah untuk menilai dampak fiskal jangka panjang dari
penyakit kronis guna efisien ekonomi dan pengembangan strategi, kebijakan atau program pada
sistem pembiayaan kesehatan (Zhuo et al, 2013).

Cost of Illness dapat didefinisikan pengeluaran seseorang ketika sakit baik itu untuk
kegiatan medis dan non medis. Contoh untuk kegiatan medis seperti biaya pemeriksaan, biaya
obat, biaya dokter, biaya rawat inap, dll. Kegiatan non medis seperti biaya transportasi, biaya
makan, dll. (Baroroh et al., 2016)

1
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah :

1. Apa pengertian, cost of illness?

2. Apa saja tipe dari cost of illness?

3. Apa saja biaya yang di analisis pada cost of illness?

4. Bagaimana contoh penelitian cost of illness?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian dari cost of illness

2. Untuk mengetahui Apa saja tipe dari cost of illness

3. Untuk mengetahui Apa saja biaya yang di analisis pada cost of illness

4. Untuk mengetahui Bagaimana contoh penelitian cost of illness

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Cost Of illness
1. Pengertian Cost Of illness

Cost of Illness (COI) atau analisis biaya adalah salah satu metode analisis biaya dalam
penelitian farmakoekonomi. COI merupakan bentuk analisis ekonomi yang paling awal disektor
pelayanan kesehatan. Tujuan utama COI adalah untuk menganalisis beban ekonomi dari suatu
penyakit pada masyarakat yang meliputi seluruh sumber daya pelayanan kesehatan yang
dikonsumsi. Analisis ini menggambarkan penyakit mana yang membutuhkan peningkatan
alokasi sumber daya untuk pencegahan atau terapi, tetapi mempunyai keterbatasan dalam
menjelaskan bagaimana sumber daya dialokasikan, karena tidak dilakukan pengukuran benefit.
Analsisi COI dapat menggambarkan penyakit mana yang membutuhkan peningkatan alokasi
sumber daya untuk pencegahan dan terapi serta dapat dikembangkan berbagai metode yang data
membatasi perbandingan dari hasil studi (Andayani, 2013).

Analisis COI meliputi direct cost, indirect cost, dan intangible cost. Directmcost mengukur
opportunity cost dari sumber daya yang digunakan untuk mengatasi penyakit tertentu.
Opportunity cost merupakan manfaat terdahulu ketika kita memilih suatu terapi alternatif yang
selanjutnya dianggap sebagai alternatif terbaik. Menjadi perhatian adalah bukan pada seberapa
banyak biaya untuk intervensi kesehatan tetapi apa yang dapat kita berikan untuk menggunakan
intervensi tersebut. Sumber daya yang terkait dengan suatu produk atau jasa tidak dapat
digunakan untuk produk atau jasa yang lain (Andayani, 2013).

Analisis biaya dengan metode COI berbeda dengan analisis ekonomi lainnya dimana dalam
studi ini tidak membandingkan biaya dengan outcome. Analisis ini mengukur beban ekonomi
suatu penyakit dan memperkirakan nilai maksimum yang dapat dihemat atau diperoleh jika
penyakit dapat disembuhkan. Tujuan utama dari analisis COI: (Andayani, 2013)

3
2. Tipe Cost Of illness
Studi cost of illness dapat dilakukan berdasarkan data epidemiologi, yaitu pendekatan
prevalensi atau insidensi, metode yang dipilih untuk menghitung biaya, yaitu prevalensi atau
insidensi dan top down atau bottom up

a. Pendekatan Prevalensi vs Insidensi

Studi COI dapat didasarkan pada prevalensi atau insidensi. Studi prevalensi mengacu
pada jumlah total dari kasus pada periode tertentu (biasanya dalam satu tahun),
sedangkan insiden mengacu pada jumlah kasus baru yang muncul dalam periode waktu
tertentu. Pendekatan prevalensi memperkirakan biaya penyakit atau kelompok penyakit
pada semua kasus yang terjadi dalam periode satu tahun, baik biaya langsung maupun
produktivitas yang hilang. Pendekatan insidensi memperkirakan biaya seumur hidup
kasus baru dari suatu keadaan atau Pendekatan insidensi memperkirakan biaya seumur
hidup kasus baru dari suatu keadaan atau kelompok keadaan dalam periode tertentu.

Studi COI yang didasarkan pada prevalensi lebih sering dilakukan karena data yang
diperlukan lebih sedikit dan asumsi yang digunakan lebih kecil dibandingkan dengan
insidensi. Data yang diperlukan cukup data satu tahun dan tidak diperlukan asumsi
mengenai survival rate dan lama sakit. Lifetime cost dapat dihitung dari biaya per tahun,
asumsi steady state insidensi penyakit, perkembangan penyakit, survival rate, dan terapi;
tetapi perkiraannya mungkin tidak tepat seperti jika digunakan data riil dari terapi (data
longitudinal) pada penyakit tersebut karena kemungkinan dilakukan perubahan terapi
(Andayani, 2013).

4
b. Pendekatan Top Down vs Bottom-up

Perbedaan lain antara kedua pendekatan di atas adalah bahwa pada pendekatan
insidensi analisis dilakukan secara bottom up, meliputi semua biaya penyakit selama
hidup Data yang diperlukan lebih detail dibandingkan pendekatan prevalensi. endekatan
prevalensi dilakukan secara top down, mengalokasikan total biaya untuk masing-masing
kategori penyakit secara umum. Pada pendekatann bottom up, perkiraan biaya dapat
dibagi menjadi 2 langkah. Langkah pertama, adalah memperkirakan jumlah input yang
diperlukan dan langkan kedua adalah memperkirakan unit cost dari input yang
digunakan. Biaya diperhitungkan dengan mengalikan unit cost dengan jumlahnya. Data
yang diperlukan akan bervariasi, tergantung dari cakupan penelitian. Pada studi yang
komprehensif, biasanya dilakukan survei secara nasional sehingga dapat disajikan data
yang sesungguhnya dari sumber daya yang digunakan. COI top down dapat
menyebabkan alokasi biaya kurang tepat, pertama disebabkan pengeluaran biaya
pelayanan kesehatan nasional bisa lebih rendah atau lebih tinggi dari biaya langsung
total. Kedua, eksklusi dari kategori biaya tidak dipertimbangkan (misalnya biaya
transportasi atau pelayanan informal), sehingga akan menyebabkan bias karena
perkiraan biaya berdasarkan kategori penyakit, kategori penyakit yang berbeda dapat
menyebabkan perbedaan biaya non medik. Ketiga, biaya total menggambarkan
diagnosis primer. Hal ini akan menyebabkan masalah jika pasien mengalami multiple
diagnosis (Andayani, 2013).
c. Cost of Illness Prospektif vs Retrospektif
COI dapat dilakukan secara prosfektif dan retrospektif tergantung dari hubungan
antara waktu penelitian dilakukan dan pengumpulan data Pada studi COI retrospektif,
saat studi dilakukan, semua kejadian yang relevan sudah terjadi. Proses pengumpulan
data mengacu pada data yang sudah ada, sedangkan pada studi SOI prospektif kejadian
yang relevan belum terjadi saat penelitian dilakukan Proses pengumpulan data dilakukan
dengan mengikuti pasien setiap waktu. COI berdasarkan prevalensi maupun insidensi
dapat dilakukan secara prospektif atau retrospektif. Kelebihan dari COI retrospektif
adalah lebih murah dan waktu yang diperlukan lebih pendek dibandingkan dengan

5
prospektif karena data yang diperlukan sudah tersedia saat penelitian dilakukan esain
retrospektif lebih efisien terutama untuk penelitian pada penyakit yang durasinya
panjang dan memerlukan waktu beberapa tahun untuk mencapai end point nya COI
retrospektif bisa dilakukan jika data yang diperlukan tersedia Sebaliknya, pada COI
prospektif, peneliti dapat merancang sistem pengumpulan data yang diperlukan. Data
penyakit dan penggunaan sumber daya pelayanan kesehatan dapat diperoleh data yang
lengkap untuk setiap intervensi yang dilakukan Kedua, kepada pasien dapat diberikan
buku harian untuk mendapatkan data biaya yang belum tercatat oleh organisasi
pelayanan kesehatan. Dengan cara ini dengan mudah dapat dilakukan pengukuran biaya
non medik langsung, seperti biaya transportasi (Putri, R. I. 2015).

3. Biaya Yang dianalisis Pada COI

Menilai jenis biaya apa saja yang terlibat dalam pengembangan pelayanan atau program
yang ditetapkan.
a) Pengukuran biaya
Untuk mengukur informasi biaya pada level pasien hanya dapat dilakukan dengan mengamati
biaya perpasien, car aini sering digunakan beberapa peneliti dengan menggunakan instrument
yang dirancang khusus
b) Marjinal biaya dan kesempatan biaya
Biaya kesempatan dari suatu kegiatan adalah nilai usaha alternatif yang mungkin telah
dilakukan dengan sumber daya yang sama. Sebbagian besar keputusan yang dibuat dalam
konteks anggaran .

4. Contoh Kasus COI

Stevens johnson syndrome dan toxic epidermal necrolysis merupakan reaksi yang melibatkan
kulit dan mukosa yang berat serta mengancam jiwa, ditandai dengan pelepasan epidermis, bintil
berisi air, dan erosi atau pengelupasan dari selaput lender. SJS/TEN sering terjadi karena reaksi
akibat infeksi obat atau dapat terjadi karena infeksi, meskipun kejadiannya jarang yaitu 1,4 –
12,7 kasus per 1 juta orang pertahun mengalami SJS,TEN, dengan angka mortalitas 10-40%.
SJS/TEN bukan hanya masalah Kesehatan tetapi juga dapat menjai beban keuangan yang

6
signifikan bagi pasien. Menurut penelitian yang et al (2019) di Korea selama priode 2005-2010
rata-rata biaya SJS/TEN adalah Rp 10.472.342 menurut penelitian Abdullah et al (2017) obat
yang paling banyak menyebabkan SJS/TEN adalah golongan analgesic antiperetik dengan biaya
rata-rata per hari pasien SJS Rp 1.664.014, overlap SJS/TEN Rp 1.938.636 dan TEN Rp
2.257.124 penelitian ini memperhitungkan biaya medis langsung dan biaya tidak langsung

7
BAB III
PEMBAHASAN

A. Jurnal Penelitian Yang Menggunakan Metode Retrospektif

1) Jurnal pertama yaitu berjudul Sebuah studi biaya penyakit kejadian hipoglikemik pada
diabetes yang diobati dengan insulin di Belanda yang mempunyai latar belakang yaitu
penderita diabetes melitus mempunyai risiko terkena penyakit ini hipoglikemia, yang
disebabkan oleh obat-obatan digunakan untuk mengobati diabetes mellitus, seperti insulin
atau obat hipoglikemik oral, dikombinasikan dengan pengurangan asupan karbohidrat atau
peningkatan aktivitas dengan tujuan untuk menghitung biaya sosial per pasien akibat
hipoglikemia di antara pasien dengan diabetes tipe 1 (T1DM) dan diabetes tipe 2 (T2DM).
yang menjalani terapi insulin di Belanda dan metode yang digunakan adalah Untuk
menghitung biaya hipoglikemia, data dari studi global Hypoglycaemia Assessment Tool
(HAT) digunakan dengan responden yg berkritenria inklusi menderita T1DM atau T2DM
dan diobati dengan insulin selama >12 bulan, berusia ≥18 tahun pada saat survei dan
memberikan persetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian dan eksklusinya adalah
Pasien yang tidak rawat jalan, jumlah responden yang digunakan ada 633 pasien 142 pasien
T1DM dan 491 pasien T2DM dan dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa beban
ekonominya sangat besar. Berarti 4 minggu biaya pasien yang mengalami hipoglikemia
adalah €145 (SD, €613). Di Belanda pada tahun 2011, biaya sebesar perawatan diabetes
berjumlah 1,7 miliar Euro. Biaya hipoglikemia di Belanda diperkirakan €201,4 juta per
tahun, setara dengan 12% dari total biaya perawatan kesehatan diabetes di Belanda. Total
biaya tahunan hipoglikemia di Belanda, termasuk biaya perawatan informal dan
produktivitas biayanya, diperkirakan €352,3 juta, dan pada table 1 dijelaskan bahwa Pasien
T2DM rata-rata menggunakan insulin selama 7,7 tahun. Tingkat control glikemik yaitu
HbA1c serupa pada pasien T1DM dan T2DM 59,3 mmol/mol (7,3%), 57,7 mmol/mol
(7,6%) dalam 4 minggu setelah awal 92% pasien T1DM dan 43% pasien T2DM mengalami
satu atau lebih kejadian hipoglikemia Dari pasien tersebut, 10% dan 15% mengalami
setidaknya satu kejadian parah, dan hampir semua pasien ini (yaitu 98% dan 96%)
mengalami setidaknya satu kejadian tidak parah. Lima puluh satu persen dan 32% dari
pasien T1DM dan T2DM yang mengalami kejadian hipoglikemia malam hari

8
2) Jurnal kedua berjudul Typhoid and Paratyphoid Cost of Illness in Pakistan: Patient and
Health Facility Costs From the Surveillance for Enteric Fever in Asia Project II dengan latar
belakang dari jurnal ini adalah untuk memahami beban ekonomi penyakit demam tifoid di
Pakistan dan negara-negara endemik lainnya. Informasi ini penting untuk mengevaluasi nilai
intervensi yang bertujuan untuk mengendalikan penyakit ini dan untuk membuat keputusan
strategis terkait vaksinasi dan perbaikan akses air bersih dan sanitasi. Dokumen ini juga
mencantumkan sumber pendanaan dan konflik kepentingan yang relevan dengan penelitian
ini tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai beban ekonomi demam yang terjadi di
Pakistan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang biaya yang terkait
dengan pengobatan dan perawatan demam enterik dari sudut pandang pasien, perawat, dan
penyedia layanan kesehatan. Temuan penelitian ini dapat membantu mengevaluasi nilai
intervensi dan menginformasikan pengambilan keputusan mengenai pengendalian dan
eliminasi demam, termasuk pengenalan vaksin tifoid Vi-konjugat dan perbaikan air dan
sanitasi dengan menggunakan metode pengumpulan data melalui alat Microsoft Excel yang
telah diuji coba di lokasi penelitian. Data dikumpulkan melalui laporan keuangan tahunan,
catatan administrasi, observasi di tempat, dan wawancara dengan staf administrasi dan medis
oleh konsultan ekonomi lokal dan tim penelitian SEAP II setempat, dengan bantuan teknis
dari staf US Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Data tentang harga dan
kuantitas sumber daya yang digunakan serta volume layanan dikumpulkan dari tahun fiskal
2015-2016. Selain itu, data tentang frekuensi prosedur yang dilakukan untuk pasien dengan
demam tifoid atau perforasi ileum nontraumatik dikumpulkan melalui komponen surveilans
SEAP II selama periode September 2016-Desember 2018 Analisis data dilakukan
menggunakan Microsoft Excel. Untuk estimasi biaya prosedur menggunakan metode mikro-
costing berbasis bahan, biaya per unit prosedur dihitung sebagai jumlah produk dari
kuantitas sumber daya yang digunakan dalam prosedur tersebut, dikalikan dengan harga
sumber daya tersebut. Untuk estimasi biaya prosedur menggunakan metode makro-costing
berbasis aktivitas, nilai moneter sumber daya yang digunakan dalam prosedur tersebut dibagi
dengan volume layanan rumah sakit. Biaya administrasi yang tidak tersedia di rumah sakit
diimputasi berdasarkan informasi dari rumah sakit lain dalam proyek SEAP II di Pakistan.
Biaya prosedur juga ditingkatkan berdasarkan proporsi biaya administrasi tersebut sebagai
bagian dari biaya nonadministrasi. Untuk menghitung biaya ekonomi langsung medis rata-

9
rata per kasus demam tifoid, biaya unit per prosedur klinis dikalikan dengan frekuensi
prosedur dalam kohort pasien demam tifoid yang diidentifikasi melalui konfirmasi kultur
darah atau perforasi ileum nontraumatik. Biaya ini dijumlahkan untuk semua prosedur,
kemudian dibagi dengan jumlah kasus demam tifoid yang diidentifikasi selama periode studi
surveilans. Penelitian ini juga menggunakan metode makro-costing berbasis aktivitas dan
mikro-costing berbasis bahan untuk mengestimasi biaya prosedur yang spesifik. Metode
makro-costing digunakan untuk prosedur yang asumsi penggunaan sumber daya per unitnya
tidak berbeda antara pasien dengan demam tifoid dan pasien dengan penyakit lain. Metode
mikro-costing digunakan untuk estimasi biaya prosedur yang spesifik di mana penggunaan
sumber daya per unitnya bervariasi. Dalam penelitian ini ada kriteria inklusi yaiu Kriteria
inklusi dari penelitian ini (kriteria inklusi untuk penelitian ini) tidak disebutkan dalam jurnal
ini dan untuk kriteria eksklusi tidak dijelaskan dalam dokumen yang diberikan, Responden
dalam penelitian yang disebutkan dalam jurnal ini adalah individu penderita diabetes melitus
tipe 2. Penelitian ini melibatkan peserta dari berbagai tingkat rumah sakit dan juga
menggunakan survei yang dilakukan sendiri untuk mengumpulkan data mengenai biaya
diabetes. Ukuran sampel berkisar antara 150 hingga 819 orang dan hasilnya adalah penelitian
menunjukkan bahwa biaya medis dan nonmedis yang dikeluarkan oleh pasien dan pengasuh
hampir 6 kali lebih tinggi daripada biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit. Biaya ini dapat
menyebabkan beban ekonomi yang signifikan bagi individu dan keluarga yang terkena
penyakit enteric. Tabel yang ada dalam dokumen ini berisi data tentang biaya penyakit dan
produktivitas yang terkait dengan penyakit demam tifoid dan perforasi ileum nontraumatik.
Tabel ini mencakup informasi tentang biaya perawatan, biaya prosedur klinis, biaya obat-
obatan, dan biaya lainnya yang terkait dengan penyakit ini. Selain itu, tabel juga
mencantumkan data tentang jumlah hari tidak dapat bekerja dan jumlah hari cuti sakit yang
disebabkan oleh penyakit ini. Tabel ini memberikan gambaran tentang dampak ekonomi
penyakit demam tifoid dan perforasi ileum nontraumatik pada individu dan masyarakat.

10
3) Jurnal ketiga The economic burden of obesity in Italy: a cost-of-illness study dengan latar
belakang Obesitas merupakan gangguan kesehatan kompleks yang secara signifikan
meningkatkan risiko beberapa penyakit kronis, dan dikaitkan dengan penurunan angka
harapan hidup selama 5-20 tahun penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
memperkirakan dampak langsung dan tidak langsung dari obesitas di Italia, dengan
mengambil tahun referensi pada tahun 2020 penelitian ini dilakukan menggunakan
metode perspektif masyarakat dengan fokus pada populasi orang dewasa yang
mengalami obesitas dengan kriteria inklusi pengukuran BMI untuk pria dan wanita
dewasa (≥18 tahun) dab eksklusi umur kurang 18 tahun, dari pemnelitian ini didapatkan
hasil bahwa total biaya yang disebabkan oleh obesitas di Italia berjumlah €13,34 miliar
pada tahun 2020 (95% interval kredibel: €8,99 miliar<µ<€17,80 miliar). Biaya
langsung berjumlah €7,89 miliar, dengan penyakit kardiovaskular (CVD) memiliki
dampak tertinggi terhadap biaya (€6,66 miliar), diikuti oleh diabetes (€0,65 miliar),
kanker (€0,33 miliar), dan operasi bariatrik (€0,24 miliar). Biaya tidak langsung
mencapai €5,45 miliar, dengan kontribusi yang hampir sama antara ketidakhadiran
(€2,62 miliar) dan kehadiran (€2,83 miliar) dalam jurnal ini Tabel dan grafik yang
disajikan dalam dokumen ini memberikan informasi tentang biaya penyakit Obesitas ·
Penyakit Kardiovaskular (CVD) · Diabetes · Kanker · Analisis Biaya · Biaya Penyakit
(COI). Gambar 1 Analisis sensitivitas deterministik (satu arah) dan diagram tornado.
Tujuh variabel diuji untuk mengatasi ketidakpastian nilai parameter berikut ketika
memperkirakan beban ekonomi akibat obesitas: (1) prevalensi obesitas, (2) total biaya
operasi bariatrik, (3) total biaya CVD yang disebabkan oleh obesitas, (4) total biaya
diabetes yang disebabkan oleh obesitas, (5) total biaya kanker yang disebabkan oleh
obesitas .

11
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pada jurnal pertama Penelitian
ini menunjukan bahwa beban ekonomi akibat hipoglikemia berat cukup besar. Oleh karena
itu pencegahan hipoglikemia tidak hanya dapat mengurangi beban pasien namun juga beban
ekonomi Masyarakat, pada jurnal kedua disimpulkan bahwa studi ini menemukan bahwa
biaya langsung medis dan non-medis yang ditanggung oleh pasien dan pengasuh demam
tifoid hampir 6 kali lebih tinggi daripada biaya yang dikeluarkan oleh fasilitas kesehatan,
biaya langsung medis meliputi biaya pendaftaran fasilitas kesehatan, pemeriksaan klinis,
rawat inap, tes laboratorium, obat-obatan, dan layanan diagnostik dan pengobatan lainnya,
Biaya tidak langsung meliputi jumlah hari sekolah yang terlewatkan oleh pasien dan waktu
kerja yang hilang oleh pasien dan pengasuh karena demam tifoid. Pada jurnal ketiga
disimpulkan bahwa Obesitas dikaitkan dengan biaya langsung dan tidak langsung yang
tinggi, dan program pencegahan yang hemat biaya dianggap penting untuk mengatasi
ancaman kesehatan masyarakat ini di Italia.

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, T. M. and Imaningsih, I. 2007. ‘Cost Analysis of Antidiabetic Drugs for Diabetes
Mellitus Outpatient in Kodya Yogyakarta

12
Bagle, T.R., Vare, V. A., Hire, R. C., Sharma, Y., Kshirsagar, P. 2017. ‘Pharmacoeconomic
Evaluation In Cost Of Illness In Type 2 Diabetes Mellitus Patients In A Tertiary Care
Hospital

Baroroh, F., Solikah, W. Y. and Urfiyya, Q. A. 2016. Analisis biaya terapi Diabetes Melitus
tipe 2 Di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Bantul Yogyakarta Jurnal Farmasi Sains
dan Praktis

Gao, L. Xia, L.Pan, S, Xiong, T., and Li, S. 2015. ‘Burden of epilepsy : A prevalence-based
cost of illness study of direct indirect and intangible costs for epilepsy Epilepsi
Research. Elsevier B.V.110

González, J. C., Walker, J. H. and Einarson, T. R. .2009. Cost-of-illness study of type 2


diabetes mellitus in Colombia Revista Panamericana de Salud Pública

Jo, C. 2014. Cost-of-illness studies: concepts, scopes, and methods Clinical and Molecular
Hepatology

Maharani, W. E. 2017. Pengaruh Jumlah Hari Pemberian Obat dengan Resep terhadap
Kepatuhan dan Biaya ‘Studi pada Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas Wilayah
Surabaya Utara’. Skripsi, Universitas Airlangga.

Sari, L. S. 2014. ‘Analisis Biaya Akibat Sakit serta Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 dengan Penyakit Jantung’. Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia

Sutrisno, D., Lestari, D., and Dewi, R. 2017. ‘Analisis Biaya Penyakit Diabetes Melitus Tipe
II Pasien BPJS Di Bangsal Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2016’.
Riset Informasi Kesehatan

Wahyuni, N. K. E., Febryana, L. P. and Udayani, N. N. W. 2012. ‘Analisis Efektivitas Biaya


Penggunaan Terapi Kombinasi Insulin dan OHO pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Rawat Jalan di RSUD Wangaya

13

Anda mungkin juga menyukai