Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ANALISIS UNSUR INTRINSIK DARI NOVEL BUMI MANUSIA

KARYA: PRAMOEDYA ANANTA TOER

OLEH: ABDILLAH DWI SAPUTRA (01)

KELAS: XII IPS 1

SMA KANJENG SEPUH SIDAYU GRESIK

JL.PEMUDA NO.75 BUNDERAN SIDAYU GRESIK

TAHUN AJARAN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puja hanya bagi Allah yang Maha Pengasi lagi Maha Penyayang.
Berkat limpahan karunia nikmatNya saya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ANALISIS UNSUR INTRINSIK DARI NOVEL BUMI MANUSIA”
dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia yang diampu oleh bapak Yusak Zainuddin S.Pd.,
M.Pd Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan
dari berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih atas segala
partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini.

Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan


kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa
maupun isi. Sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran
positif dari pembaca.

Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan untuk saya sendiri khususnya.

Gresik, 21 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Kepengarangan ..............................................................................................1

BAB II SINOPSIS

2.1 Sinopsis .........................................................................................................3

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Penokohan
3.1.1 Tokoh Utama .....................................................................................5
3.1.2 Tokoh Protagonis ...............................................................................5
3.1.3 Tokoh Antagonis ...............................................................................6
3.2 Latar
3.2.1 Latar Tempat .....................................................................................7
3.2.2 Latar Waktu .......................................................................................9
3.2.3 Latar Suasana .....................................................................................10
3.3 amanat ...........................................................................................................10

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ...................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Kepengarangan
Pramoedya dilahirkan di Blora pada tahun 1925 di jantung Pulau Jawa,
ia merupakan anak sulung dalam keluarganya. Ayahnya adalah seorang guru,
sedangkan ibunya seorang penjual nasi. Nama asli Pramoedya adalah
Pramoedya Ananta Mastoer, sebagaimana yang tertulis dalam koleksi cerita
pendek semi-otobiografinya yang berjudul Cerita Dari Blora. Karena nama
keluarga Mastoer (nama ayahnya) dirasakan terlalu aristokratik, ia
menghilangkan awalan Jawa "Mas" dari nama tersebut dan menggunakan
"Toer" sebagai nama keluarganya. Pramoedya menempuh pendidikan pada
Sekolah Kejuruan Radio di Surabaya, kemudian bekerja sebagai juru ketik
untuk surat kabar Jepang di Jakarta selama pendudukan Jepang di Indonesia.
Di pulau buruh Pada masa kemerdekaan Indonesia, ia
mengikuti kelompok militer di Jawa dan kerap ditempatkan di Jakarta pada
akhir perang kemerdekaan. Ia menulis cerpen serta buku di sepanjang karier
militernya dan ketika dipenjara Belanda di Jakarta pada 1948 dan 1949.
Pada 1950-an, ia tinggal di Belanda sebagai bagian dari program pertukaran
budaya, dan ketika kembali ke Indonesia ia menjadi anggota lekra, salah satu
organisasi sayap kiri di Indonesia. Gaya penulisannya berubah selama masa
itu, sebagaimana yang ditunjukkan dalam karyanya Korupsi, fiksi kritik pada
pamong praja yang jatuh di atas perangkap korupsi. Hal ini menciptakan friksi
antara Pramoedya dan pemerintahan Soekarno.Selama masa itu, ia mulai
mempelajari penyiksaan terhadap Tionghoa Indonesia, kemudian pada saat
yang sama, ia pun mulai berhubungan erat dengan para penulis di Tiongkok.
Khususnya, ia menerbitkan rangkaian surat-menyurat dengan penulis
Tionghoa yang membicarakan sejarah Tionghoa di Indonesia,
berjudul Hoakiau di Indonesia. Pramodya merupakan kritikus yang tak
mengacuhkan pemerintahan Jawa-sentris pada keperluan dan keinginan dari
daerah lain di Indonesia. Pramodya secara terkenal mengusulkan bahwa
pemerintahan mesti dipindahkan ke luar Jawa. Pada 1960-an, ia ditahan
pemerintahan Soeharto karena pandangan pro-Komunis Tiongkoknya.

1
Bukunya dilarang dari peredaran, dan ia ditahan tanpa pengadilan
di Nusakambangan di lepas pantai Jawa, dan akhirnya kawasan timur
Indonesia.
Pramoedya Ananta Toer duduk di sekolah rendah (sekolah dasar)
Instituut Boedi Oetomo di Blora lalu melanjutkan pendidikannya selama satu
setengah tahun di sekolah teknik radio Surabaya, nama sekolah tersebut adalah
Radiovakschool Surabaya. Tepatnya pada sekitar tahun 1940-1941. Saat itu,
dia tidak memiliki ijazah dari sekolah itu karena ijazah yang dikirimkannya ke
Bandung untuk disahkan tidak pernah diterima kembali akibat kedatangan
Jepang ke Indonesia pada awal tahun 1942.Pada Mei 1942, Pramoedya Ananta
Toer meninggalkan Rembang dan Blora untuk pergi ke Jakarta. Dia bekerja di
Kantor Berita Domei. Sambil bekerja, ia mengikuti pendidikan di Taman
Siswa (1942-1943), kursus di Sekolah Stenografi (1944-1945) lalu menempuh
kuliah di Sekolah Tinggi Islam Jakarta (1945) dan mengambil mata kuliah
Filsafat, Sosiologi, dan Sejarah.

2
BAB II

SINOPSIS

2.1 Sinopsis
Menikah orang tuannya kepada orang belanda, dan dijadikan
gundiknya. Awalnya nyai ontosoroh menolak dan benci novel ini bermula saat
pribumi bernama minke pemuda pribumi putra seorang bupati yang
berkesempatan menempuh pendidikan di H.B.S merupakan salah satu siswa
yang pandai. Karakter minke adalah pribumi yang cerdas dan berani melawan
penindasan terhadap dirinya. Ia diperolok temannya karena kulitnya berbeda
dengan temannya keturunan belanda. Minke sangat mengagungkan eropa dan
melupakan budayanya karena merasa eropa jauh lebih baik dalam segala hal.
Minke diajak temannya berkunjung ke Wonokromo sebuah perusahaan
dan perkebunan tebu milik Nyai Ontosoroh. Nyai Ontosoroh dipaksa kepada
sang suami (Tuan Mellema). Namun seiring berjalannya waktu Tuan Mellema
ternyata sangat saying pada Nyai Ontosoroh. Dari sang suami pula Nyai
Ontosoroh belajar tentang perusahaan hingga benar-benar berpengalaman
sampai seluruh perusahaan yang mengendalikan adalah Nyai Ontosoroh
meskipun pada akhirnya . Pernikahan itu melahirkan Annelies yang cantik
jelita keturunan jawa-belanda. Pertemuan itulah adalah pertemuan pertama
yang membuat Annelies dan Minke jatuh cinta. Suatu hari Minke diminta
Nyai Ontosoroh untuk datang kembali ke Wonokromo karena sejak
kepergiannya Annelies sering melamun dan pekerjaannya banyak yang salah.
Minke menjadi tempat curahan hati Annelies ia bercerita tentag keluarganya
bahwa karena suatu hal ayahnya yang dulu baik berubah karena suatu hal.
Yaitu saat anak papanya datang dan memperolok papanya serta menghina
mamanya dan menuntut haknya. Sejak itu sang papa jarang pulang dan Nyai
Ontosoroh yang mengurus seluruh perusahaan dan perkebunan. Minke
semakin dekat dengan keluarga itu. Bahkan Minke dan Annelies
diperbolehkan tidur bersama satu ranjang.
Minke dikejutkan saat suatu pagi ia dijemput agen polisi untuk dibawa
ke kantor polisi, kemudian Minke naik dokar dan ternyata menuju ke gedung
bupati kota B. ternyata saat itu adalah saat dimana ayah Minke diangkat

3
menjadi bupati. Ayahhanda Minke sangat marah karena Minke tak pernah
membalas surat dari sang ayah. Selesai berurusan di kota B Minke kembali ke
Surabaya namun karena suatu hal demi menjaga kebaikan semuanya Minke
tidak ke Wonokromo. Suatu hari Minke mendapat kabar bahwa Annelies sakit
keras karena merindukan Minke. Nyai Ontosoroh memasrahkan Annelies pada
Minke. Setelah kedatangan Minke Annelies sembuh. Berbagai masalah datang
dalam kehidupan Minke dan Annelies. Minke melanjutkan pendidikannya
hingga lulus sebagai lulusan terbaik H.B.S ia tak menyangka seorang pribumi
berada diatas eropa. Dan di hari bahagia itu minke dan annelies
mengumumkan pernikahannya. Pesta pernikahan besar-besaran digelar dengan
tata cara islam.
Enam bulan telah terlewati. Keluarga itu lagi-lagi dihantam badai.
Annelies dan Nyai menghadap ke pengadilan putih yang memutuskan semua
hak-hak kuasa kekayaan Tuan Mallema jatuh pada anak kandungnya. Hal itu
membuat keluarga itu sangat terkejut. Juga surat yang menunjukkan bahwa
Mauris Mellema menjadi wali bagi Annelies. Dan pengasuhnya di Nederland.
Hal ini membuat Minke hampir pingsan. Sejak saat itupun kesehatan Annelies
mulai terganggu. Nyai sudah menyepa advokat untuk membantu. Inilah
perkara bangsa kulit putih yang menelan pribumi. Nyai dan Minke tak ingin
menyerah dalam perkara ini. Mereka terus melawan. Pribumi harus
mempertahankan hak-haknya tidak boleh ditindas eropa saja. Semua hal
dilakukan Minke untuk mempertahankan Annelies dari menulis, berdemo
hingga mengajak forum islam yang membela Minke. Hari terus berlalu
sampailah pada saat-saat terakhir dimana Annelies akan pergi Annelies
mempunyai permintaan terakhir kepada mamanya untuk mengasuh seorang
adik perempuan mirip Annelies. Perempuan erop mulai menarik Annelies ia
berjalan lambat-lambat menuruni tangga dalam tuntunan orang eropa.
Badannya Nampak sangat rapuh dan lemah. Anneliespun pergi menuju
dimana ratu Wilhelnima berkuasa.

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penokohan
3.1.1 Tokoh Utama
 Minke: cerdas, berjiwa pribumi, keturunan priyayi, siswa HBS,
baik dan penyayang.
Bukti kalimat yang menunjukkan watak Minke:
 “Ini , mama, Minke namanya,. Pribumi jawa, mama”
“pelajar HBS, mama”
(Tersurat, Novel bumi manusia, 1980: 33)

3.1.2 Tokoh Protagonis


 Annalies: baik, pendiam, manja, dan labil.
Bukti Kalimat yang menunjukkan watak Annalies:
 Annalies duduk diam disampingku dan melayani aku dalam
segala hal dengan baik.
(Tersurat, Novel bumi manusia, 1980: 41)
 Nyai ontosoroh: mandiri, bijaksana, pandai dan tegas.
Bukti kalimat yang menujukkan watak nyai ontosoroh:
 Nyai ontosoroh yang pandai menawan dan menggenggam hati
orang, sehingga aku pun kehilangan pertimbangan.
(Tersurat, Novel bumi manusia,1980: 40)
 Ibu minke: sabar,selalu membela anaknya,bijaksana dan
penyayang.
Bukti kalimat yang menunjukkan watak ibu minke:
 “apa masih perlu dihinakan kau didepan umum dengan
cambuk seperti ini?”
(Tersurat, Novel bumi manusia, 1980: 184)
 Jean marais: penyayang.
Bukti kalimat yang menunjukkan watak Jean marais:

5
 “Jean, kau memang sahabatku. aku kira kau akan
mengadiliku”.
(Tersurat, Novel bumi manusia, 1980: 77)
 May marais: manja, dan penyayang.
Bukti kalimat yang mennjukkan watak may marais:
 aku selalu menggandeng gadis kecil itu saat aku berangkat ke
sekolah.
(Tersurat, Novel bumi manusia, 1980: 73)
 Magda petters: baik.
Bukti kalimat yang menunjukkan watak magda petters:
 magda petters adalah guru kesayanganku!
(tersurat, novel bumi manusia, 1980:270)
 Mevrouw telinga: seorang yang penyayang.
Bukti kalimat yang menunjukkan watak mevrouw telinga:
 Mevrouw telinga telah beberapa kali mengompres kepalaku
dengan cuka bawang merah.
(tersurat, novel bumi manusia, 1980:268)
3.1.3 Tokoh Antagonis
 herman mellema: kaku dan kasar.
Bukti kalimat yang menunjukkan watak herman mellema:
 “ya. tak tahu diurus, lebih suka mengembara tak menentu.”
(Tersurat, Novel bumi manusia, 1980: 111)
 robert mellema: egois, tidak bermoral, dan benci pada semua
orang.
Bukti kalimat yang menunjukkan watak robert mellema:
 “kau tak perlu perhatikan robert. dia benci pada semua orang
dan segala yang serba pribumi kecuali keenakan yang bisa
didapat darinya.”
(Tersurat, Novel bumi manusia, 1980: 95)
 Robert surhorf: pengecut.
Bukti kalimat yang menunjukkan watak robert surhorf:

6
 “jangan meringis rob! kalau kau betul jantan.”
(Tersurat, Novel bumi manusia, 1980: 22)
 Ah tjong: licik, keras dan kejam.
Bukti kalimat yang menunjukkan watak ah tjong
 ah tjong sendiri yang menghajar tubuh mereka dengan
cambuk kulit,tanpa mengeluarkan suara dari mulut mereka
yang tersumbat dengan selendang.
(Tersurat, Novel bumi manusia, 1980: 255)
 Ir. Mauritis Mellema: ambisius dan keas hati.
Bukti kalimat yang menunjukkan watak ir mauritis mellema:
 Insinyur mauritis mellema. Sedikit dari sejarah-hidupnya
diperkenalkan. Dia seorang insinyur yang keras hati.
(Tersurat novel bumi manusia, 1980:140)
 Meneer Rooseboom: keras dan pemarah.
Bukti kalimat yang menunjukkan watak meneer rooseboom:
 Meneer Rooseboom melotot menakutkan, membentak: “diam
kau, moonk......minke!”
(Tersurat novel bumi manusia, 1980:51)

3.2 Latar
3.2.1 Latar Tempat
1. Di kantor pos.
Bukti kalimat:
di kantor pos, kata sassus pula, kadang didapatkan surat lamaran
yang ditujukan pada dara yang jauh dan tinggi disana itu.
(Tersurat,Novel bumi manusia, 1980: 15)
2. Di Surabaya.
Bukti kalimat:
“juga ada seorang dewi di Surabaya ini”
(Tersurat, Novel bumi manusia, 1980: 17)
3. Di HBS Surabaya.
Bukti kalimat:

7
kemudian masuklah aku ke HBS Surabaya.
(Tersurat, Novel bumi manusia, 1980: 52)
4. di depan rumah besar tuan besar kuasa.
Bukti kalimat:
saat ini dokar pun berhenti di depan rumah besar tuan besar kuasa.
(Tersurat, Novel bumi manusia, 1980: 121)
5. Di kamar tuan besar.
Bukti kalimat:
tapi mataku masih dapat melihat pemandangan sayup-sayup dalam
kamar tuan besar ini.
(Tersurat, Novel bumi manusia, 1980: 124)
6. Di depan pondok.
Bukti kalimat:
di senjahari kami duduk di depan pondok kami, pondok bambu,
ann! belum ada rumah indah kita ini.
(Tersurat, Novel bumi manusia, 1980: 134)
7. di kamar loteng.
Bukti kalimat:
tak akan ada orang yang mendengarkan kami berdua di dalam
kamar loteng ini.
(tersurat, novel bumi manusia, 1980: 140)
8. di Wonokromo.
Bukti kalimat;
lima hari sudah aku tinggal di rumah mewah di wonokromo ini.
(tersurat, noavel bumi manusia, 1980:154)
9. di ruang belakang.
Bukti kalimat:
di ruang belakang ini kudapati robert sedang menontono kejadian
itu dari tempatnya.
(tersurat, novel bumi manusia, 1980:173)

8
3.2.2 Latar Waktu
1. Lima tahun yang lalu
Bukti kalimat:
 Lima tahun yang lalu belum lagi ada ambar tercetak beredar
dalam lingkungan hidupku.
(Tersurat, novel bumi manusia, 1980: 12)
2. 7 september 1898
Bukti kalimat:
 Pada tanggal 7 september 1898 yakni hari jum’at legi, ini di
hindia di naderland.
(Tersurat, novel bumi manusia, 1980: 18)
3. Petang
Bukti kalimat:
 “selamat petang tuan mellema”.
(Tersurat, novel bumi manusia, 1980: 64)
4. Malam hari
Bukti kalimat:
 Pada waktu makan malam robert tak muncul.
(Tersurat, novel bumi manusia, 1980:101)
5. Dua tahun yang lalu
Bukti kalimat:
 “dua tahun yang lalu, dan dia tak pernah lagi berlabuh di
perak”
(Tersurat, novel bumi manusia, 1980:158)
6. Pagi yang gelap
Bukti kalimat:
 Bunyi ketak-ketik pendule merajai pagi gelap ini.
(Tersurat, nove bumi manusia, 1980: 171)

9
3.2.3 Latar Suasana
1. Menegangkan
Bukti kalimat:
 Ketegangan kecil dan besar ini membuat aku leleah.
(Tersurat, Novel bumi manusia,1980: 57)
2. Sunyi.
Bukti kalimat
 Di malam yang sunyi dalam gedung kami yang besar dan
lengang ini.
(Tersurat, Novel bumi manusia, 1980: 284)
 Jalan ini semakin panas dan sunyi.
(Tersurat, Novel bumi manusia, 1980: 55)
3. Menakutkan
Bukti kalimat:
 Aku akui: badanku saat ini gemetar takut, walau hanya
sedikit, dalam keadaan seperti ini aku hanya bisa menunggu
kata-kata nyai.
(Tersurat, Novel bumi manusia, 1980: 64)
4. Bahagia
Bukti kalimat:
 Ia rindukan sesuatu yang baru, yang bisa mengisi
kegersngan hidup.
(Tersurat, Novel bumi manusia, 1980: 85)
3.3 Amanat
1. Sebaiknya masyarakat pribumi juga harus mendapatkan suatu keadilan
dalam hal apapun itu..
2. Monogami tidak selalu baik daripada poligami. Karena monogami juga
hak-hak nyai yang di injak-injak.

10
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh penulis, novel Bumi
Manusia karya Pramoedya Ananta Toer banyak mengandung fenomena sosial
dan humanisme semasa kolonial Belanda. Karya sastra tersebut cenderung
berporos pada sistem pendidikan diskriminatif yang diterapkan oleh
pemerintah Hindia Belanda serta jurang pemisah kelas sosial antara kaum
Eropa dengan kaum pribumi di Nusantara. Mayoritas data pada karya yang
diduga merupakan fakta memang benar adanya, tetapi Bumi Manusia tetaplah
sebuah karya sastra fiktif yang ditulis berdasarkan data riset yang akurat.
Kombinasi yang seimbang antara fakta dan fiksi dalam Bumi Manusia
menambah daya tarik novel tersebut sehingga pembaca dapat menikmati kisah
roman berbumbu sejarah yang dikemas dengan apik hingga menyerupai realita
masa lampau. Mari mengenang sejarah yang menjadi bagian dari identitas
bangsa masa kini, salah satunya dengan menyajikannya dalam bentuk karya
sastra seperti Pramoedya Ananta Toer melalui novelnya, Bumi Manusia.

11

Anda mungkin juga menyukai