Anda di halaman 1dari 50

Series Webinar dan Seminar Nasional :

Tata Kelola Kehutanan Berbasis


Landscape-seascape Terintegrasi
Menuju Indonesia Emas 2045

Disajikan pada :
Webinar Tata Kelola Kehutanan menuju Indonesia Emas 2045
Bagaimana kepastian kawasan, kepastian usaha dan kepastian hukum dalam
tata kelola kehutanan oasca terbitnya UUCK menuju Indonesia Emas 2045 ?

DR. IR. BAMBANG HENDROYONO, MM, IPU Bogor, 23 Maret

2024
(Ketua Umum DPP Himpunan Alumni Fakultas Kehutanan
IPB University)
1
1
Pengantar:
Peluang dan Tantangan Tata Kelola Kehutanan dalam
Mewujudkan Indonesia Emas 2045
Pengantar: Peluang & Tantangan Tata Kelola Kehutanan
KEBERLANJUTAN Landscape-Seascape 3 (Tiga) Kompetensi:
(Landscape-Seascape Sustainability) 1. Aspek Yuridis;
1. Keberlanjutan proses, fungsi dan produktivitas LH 2. Aspek Teknis & Scientifik;
(5 Focal areas: Udara-Atmosfir, Lahan, Air, Laut dan 3. Aspek Manajemen/Tata Kelola i.e.
Biodiversity); dan Sustainable Forest Governance & Good
2. Keselamatan, Mutu Hidup dan Kesejahteraan Environmental Governance dan Carbon
Governance serta Transglobal Leadership
Masyarakat;
Peluang &Tantangan Global: Landscape-Seascape:
1. The triple planetary crisis: Berbagai Pola Ruang, Bentuk Pemanfaatan
Iklim, Biodiversity loss &
Pencemaran Lingkugan Hidup;
SDA & Penerapan Berbagai Instrumen LHK Hutan Tropis Basah
2. Global Risks; • kesatuan ekosistem,
3. Megatrend 2045; hamparan lahan, SDA Hayati,
4. SDGs (Ekologi, Sosial & dominasi pepohonan dalam
Ekonomi); persekutuan alam &
5. VUCA (Volatility, Uncertainty, lingkungannya, satu dengan
Complexity, Ambiguity) lainnya tidak dapat dipisahkan;
• Ruang 3 Dimensi: Dimensi
EKOREGION LAUT - Seascape EKOREGION TERESTRIAL - Landscape Horizontal dan Vertikal (5 focal
areas); dan
LANDSCAPE-SEASCAPE: SISTEM SOCIO-EKOLOGI (A SOCIO-ECOLOGICAL SYSTEM) yang mencakup • Karekteristik Bentang Alam
mosaik ekosistem alami dan buatan, dengan konfigurasi karakteristik topografi, vegetasi, penggunaan lahan, (KVA) dan Karakteristik
permukiman yang dipengaruhi oleh proses and aktivitas ekologi, sejarah, ekonomi dan budaya dari suatu area. Vegetasi Alami (KVA) → Tipe
HUTAN BAGIAN TIDAK TERPISAHKAN DARI SUATU LANDSCAPE-SEASCAPE Ekosistem
Ekosistem Hutan dan Keberlanjutan Landscape-Seascape
HUTAN BAGIAN TIDAK TERPISAHKAN DARI SUATU LANDSCAPE-
SEASCAPE. Hutan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh wilayah
sekitarnya dalam suatu landscape-seacape. Status Kondisi Ekosistem
Hutan menjadi penopang keberlanjutan Landscape-Seascape.
1. Keberlanjutan Proses, Fungsi dan Produktivitas Lingkungan (Kualitas LH
yang baik dan sehat): [1a]. Udara/ Atmosfir, [1b].Lahan, [1.c]. Air, [1.d]
Laut; dan [1.e] Biodiversity.
2. Keselamatan, mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat

1a Udara dan Atmosfir Baik dan sehat HUTAN KONSERVASI


HUTAN LINDUNG KPHL KPHK
EKOSISTEM PBPH EKOSISTEM GAMBUT
PBPH MANGROVE

1c Air Baik dan sehat


1e Biodiversity
PEMUKIMAN
MUARA LAUT
KPHP AGRIKULTUR 1d Laut baik dan
HUTAN PRODUKSI
PBPH
SUNGAI sehat
PBPH
AGRIKULTUR
AGRIKULTUR 1b Lahan Produktif/Subur PBPH INDUSTRI/
PENGOLAHAN
2
Tata Kelola Kehutanan Untuk Mewujudkan
Indonesia Emas 2045
Tata Kelola Kehutanan Menuju Indonesia Emas 2045
Mengintegrasikan aspek-aspek PEMBANGUNAN: Sebuah
pembangunan berkelanjutan keniscayaan dan hal mutlak yang
harus dilakukan untuk mewujudkan PEMBANGUNAN Dilakukan
Transglobal (5 P – Planet/Biosphere, People
tujuan bernegara: secara berkelanjutan dan
(society) dan Prospertity 1. PLANNING (P);
Leadership (ekonomi), Partnership- 2. Organizing (O);
berwawasan lingkungan
[Green Economy]
Governance (kemitraan) dan 3. Actuating (A);
Peace (kedamaian) 4. Controlling (O);

Proses TUJUAN BERNEGARA & PPLH:


Penerapan PUU Tata Kelola Kehutanan Pembangunan 1) Pembukaan UUD 1945;
Cipta Kerja [Sustainable Forest Menuju 2) Lyric Lagu Indonesia Raya
Bidang Governance] Barbasis Indonesia Stanza 3;
Kehutanan serta Landscape-Seascape EMAS 2045 3) Pasal 28 H ayat (1) dan Pasal 33
Terpadu (P-O-A-C) ayat (3) dan (4) UUD 1945
Bidang Terkait 4) Pasal 3 UU 32/2009

1. Penguatan sistem dan infrastruktur PUU Cipta KEBERLANJUTAN LANSEKAP &


SEASCAPE [Sustainability]:
Kerja i.e. Sistem OSS-RBA, AmdalNet • Proses, fungsi dan produktivitas LH
2. PUU Cipta Kerja dari Berbagai Bidang/Sektor (Kualitas LH yang baik & Sehat: Udara/Atmosfir,
Kondisi SDA dan Lahan, Air, Laut dan Kehati];
diterapkan secara secara terintegrasi dalam Lingkungan Hidup dalam • Keselamatan, Mutu Hidup &
suatu landscape-seascape. Suatu Landscape- Kesejahtareaan masyarakat
TUJUAN BERNEGARA SESUAI DENGAN UUD 1945: FONDASASI DASAR
MEWUJUDKAN KEBERLANJUTAN LANDSCAPE-SEASCAPE
1. UUD 1945 Pasal 28 H ayat (1): “Setiap orang
berhak ... mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat ...” → Udara & Atmosfir,
Air, Lahan, Pesisir dan Laut bersih dan sehat,
Biodiversity;
2. Pasal 33 ayat (3) UUD 1945: bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat;
3. Pasal 33 ayat 4 UUD 1945: Kegiatan
perekonomian diselenggarakan berdasar
prinsip...... , berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, ....”
TUJUAN UU 11/2020 tentang Cipta Kerja

Melalui fasilitasi dan kemudahan proses dalam


penerbitan Perizinan Berusaha

Keterangan: UU 11/2020 → UU No 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti


Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang. (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 41 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6856);
11

Perubahan Pasal-pasal dalam UU 41 Tahun 1999 dan UU 19 tahun 2004,


berawal dari hal ini……
PUU CK Bidang LHK: Inovasi dan Terobosan Kebijakan Percepatan dan
Kemudahan Investasi serta Penguatan Keberlanjutan
Pengembangan dan Penerapan PUU CK merupakan Inovasi danTerobosan Kebijakan yang memfasilitasi,
mempermudah dan mengintegrasikan proses perizinan berusaha secara elektronik untuk meningkatkan daya saing
investasi Indonesia dengan tetap Memperkuat Integrated Landscape-Seascape Management untuk mewujudkan
Keberlanjutan [Sustainability]

Penguatan dan Integrasi Pengembangan dan Penerapan PUU Cipta Kerja Penyelesaian Perencaaan
Perizinan secara Elektronik Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kehutanan
Peluang &Tantangan
Penguatan Aspek Global: i.e. the triple planetary
Optimalisasi dan
crisis: Iklim, Biodiversity loss & Efektifitas Penggunaan
Keberlanjutan Landscape- Pencemaran Lingkugan Hidup; Kawasan Untuk Sektor Lain
Seascape serta Tapak secara Berkelanjutan
[Udara/Atmosfir, Lahan, Air,
Laut dan Kehati] & Aspek HUTAN SEBAGAI SATU KESATUAN EKOSISTEM (Landscapp-Seascape Optimalisasi Pemanfaatan
Keselamatan, Mutu Hidup Management): Ecologically Sensible, Socially Acceptable, Hutan secara Berkelanjutan
dan Kesejahteaan Economically Feasible
&
Masyarakat Transformasi Perizinan
Optimalisasi dan
Transformasi Perizinan Efektifitas KEBIJAKAN Berusaha Bidang Kehutanan
Menjamin
HUTSOS: [PBPH]: Single Entitas menjadi
Bidang Lingkungan Hidup: Transisi Perlindungan
Pengaturan Penguatan Akses Multi Usaha Kehutanan [PBPH
Persetujuan Teknis dan Hutan dan
Legal Masyarakat Berbasis Landscape]
Persetujuan Lingkungan Pengawasan
PENGATURAN PENYELENGGARAAN DAN PENGURUSAN HUTAN
(UU NO. 41 TAHUN 1999)
PENYELENGGARAAN KEHUTANAN berasaskan manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan,
kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan. Semua hutan di dalam wilayah Republik Indonesia
termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat, berasaskan manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan,
kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan. (Pasal 2 dan 4)
TUJUAN (pasal 3) :
Mengatur, mengurus kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan :
hutan, kawasan hutan & a. menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup
hasil hutan dan sebaran yang proporsional;
Penguasaan
b. mengoptimalkan aneka fungsi hutan (fungsi konservasi,
hutan oleh
Menetapkan status lindung, dan produksi) untuk mencapai manfaat
Negara :
wilayah tertentu sbg lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi, yang seimbang
Memberi
kawasan hutan / dan lestari;
wewenang
kawasan hutan sbg c. meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai;
kepada
bukan kawasan hutan d. meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan
Pemerintah
kapasitas dan keberdayaan masyarakat secara partisipatif,
(pasal 4) Mengatur & berkeadilan, dan berwawasan lingkungan sehingga mampu
menetapkan hub hukum menciptakan ketahanan sosial dan ekonomi serta
antara orang dg hutan ketahanan terhadap akibat perubahan eksternal;
serta mengatur e. menjamin distribusi manfaat yang berkeadilan dan
perbuatan hukum berkelanjutan.
mengenai kehutanan
PENYELENGGARAAN KEHUTANAN
Pasal 10 UU No. 41 Thn 1999 tentang Kehutanan
pengurusan hutan meliputi kegiatan penyelenggaraan perencanaan kehutanan, pengelolaan hutan, penelitian dan
pengembangan, pendidikan dan pelatihan, penyuluhan kehutanan, dan pengawasan
PERENCANAAN KEHUTANAN PENGELOLAAN HUTAN LITBANG & DIKLATLUH PENGAWASAN KEHUTANAN
PASAL 12 KEHUTANAN
✓ Inventarisasi hutan PASAL 21 PASAL 53 PASAL 52 (ayat 59 – 65)
✓ Tata hutan dan penyusunan ...

✓ Pengukuhan kawasan rencana pengelolaan hutan ✓ Pengembangan kemampuan Pencermatan, penelusuran,


nasional dan budaya iptek penilaian terhadap pelaksanaan
✓ Penatagunaan kawasan hutan ✓ Pemanfaatan hutan dan pengurusan hutan dalam upaya
✓ Pembentukan wilayah penggunaan kawasan hutan ✓ Peningkatan kualitas SDM perbaikan dan penyempurnaan
pengelolaan hutan ✓ Rehabilitasi dan reklamasi ✓ Peningkatan pengetahuan pengurusan hutan
hutan dan ketrampilan serta
✓ Penyusunan rencana
✓ Perlindungan hutan dan peruahan sikap dan perilaku
kehutanan terhadap SDH
konservasi alam

UU NO.32 / 2004 UU NO.23 / 2014


UU NO.11 / 2020 PP
PP NO. 41 / 2007 PP NO. 18 / 2016 UPTD NO. 23 / 2021
PERMENDAGRI NO. 61 / 2010 PERMENDAGRI NO. 12/2017
TINGKAT KPHL
TATA KERJA KPH -- SKPD UPTD DAN CAB DINAS RESOR KPH
PENGELOLAAN 377 UPTD
PROVINSI KPH
P.6/MENHUT- II/2009 KPH Surat Menteri LHK No. (29 RESOR KPH
S.141/MenLHK/SETJEN/PLA.0/3/2017 539 UNIT KPH PROVINSI)
P.6/MENHUTII/2010 NSPK Kelembagaan UPT Bidang Kehutanan
PERMENLHK P 8/2021
NO.74/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/ P.98/MENLHK/SETJEN/KUM.1/11/2018 344 UNIT KPHP UPTD TATA HUTAN RPH &
195 UNIT KPHL
2016 OPD BID LHK RPHJP
KPHP PEMANFAATAN
UU NO.
5/1990
UU NO. UU NO.
11/2020 KSDAE 41/1999
CIPTA KEHUTANAN
KERJA

UU NO UU NO.
16/2016 KEBIJAKAN 18/2008
PARIS PLB3
AGREEMENT Lingkup
LINGKUNGAN UU NO.
UU NO. HIDUP DAN 32/2009
23/2014 KEHUTANAN PPLH
PEMDA

UU NO. UU NO.
37/2014 18/2013
UU NO. P3H
KTA 2/2014
PANAS
BUMI
16
17
18
20
PP No 23 tahun 2021
Tentang Penyelengaraan Kehutanan
PP No 5 tahun 2021 Pasal 202
Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata
Tentang Penyelenggaraan Hutan,penyusunan rencana pengelolaan Hutan,
Perizinan Berusaha Berbasis
Resiko
PERATURAN pemanfaatan Hutan Lindung dan Hutan Produksi,
Pengolahan Hasil Hutan, PUHH, dan PNBP

Pasal 6 ayat (7)


PEMERINTAH Pemanfaatan Hutan diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 124
Standar kegiatan usaha dan/atau standar
produk sebagaimana. Dimaksud pada ayat (3)
(AMANAT (1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah provinsi sesuai
kewenangannya bertanggung jawab terhadap
huruf d pada masing-masing sektor diatur
dengan Peraturan Menteri/Kepala Lembaga.
UUCK) pembangunan dan pengembangan KPH.
(2) Anggaran pembangunan dan pengembangan KPH
bersumber dari:
a. anggaran pendapatan dan belanja negara;
b. anggaran pendapatan dan belanja daerah; dan/atau
c. dana lain yang tidak mengikat sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
PP No 24 tahun 2021
Pasal 18 Perizinan di Bidang Kehutanan, Pasal 21-23 Verifikasi Permohonan , Pasal 24 Penerbitan
Surat Perintah Tagihan Pelunasan Provisi Sumber Daya Hutan dan Dana Reboisasi, Pasal 25 Pelunasan
Provisi Sumber Daya Hutan, dan Dana Reboisasi & Pasal 29 : Pengenaan Sanksi Administratif
POIN PENTING PP 23 TAHUN 2021 PENYELENGGARAAN KEHUTANAN
Penyelesaian Perencaaan Kehutanan
Bab I Ketentuan Umum
Bab II Perencanaan kehutanan 1. Pemerintah memantau Kawasan dan Penutupan Hutan melalui
Bagian Ke-1 Umum Sistem Informasi Kehutanan
Bagian Ke-2 Inventarisasi Hutan
2. Penyelesaian konflik kawasan hutan melalui Penataan Kawasan
Bagian Ke-3 Pengukuhan Kawasan Hutan
Bagian Ke-4 Penatagunaan Kawasan Hutan Hutan
Bagian Ke-5 Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan 3. Penetapan luas kawasan hutan dan tutupan hutan yang
Bagian Ke-6 Prosedur Pembentukan KPHK, KPHL dan KPHP
dipertahankan dengan mempertimbangkan kriteria Biogeofisik,
Bagian Ke-7 Kecukupan Luas Kawasan Hutan dan Penutupan
Lahan DDDT, Karakteristik DAS dan Keanekaragaman Flora Fauna
Bagian Ke-8 Penyusunan Rencana Kehutanan
Optimalisasi dan Efektifitas Penggunaan Kawasan Untuk
Bab III perubahan peruntukan kawasan hutan dan Sektor Lain
perubahan fungsi kawasan hutan
Bagian Ke-1 Umum 1. Penggabungan HP dan HPT menjadi Hutan Produksti Tetap (HP)
Bagian Ke-2 Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan 2. Persetujuan Pelepasan hanya dapat dilakukan di HPK
Bagian Ke-3 Perubahan Fungsi Kawasan Hutan
3. Persetujuan Pelepasan di HP hanya dapat dilakukan PSN
Bab IV Penggunaan kawasan hutan
Bagian Ke-1 Umum 4. Penyelesaian Keterlanjuran Kegiatan Non Kehutanan
Bagian Ke-2 Tata Cara Penggunaan Kawasan Hutan 5. Perubahan Terminologi Pinjam Pakai Menjadi Persetujuan
Bagian Ke-3 Kawasan Hutan dengan Tujuan Tertentu Penggunaan Kawasan Hutan
Bab V tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan
hutan serta pemanfaatan hutan Optimalisasi Pemanfaatan Hutan
Bagian Ke-1 Tata Hutan
Bagian Ke-2 Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan 1. Satu Perizinan Berusaha untuk Multiusaha
Bagian Ke-3 Pemanfaatan Hutan 2. Pengelolaan Kawasan Hutan di Pulau Jawa oleh BUMN dan
Sebagian oleh Pemerintah (KHDPK)
23
3. Integrasi Dokumen Lingkungan ke dalam Perizinan Berusaha
POIN PENTING PP 23 tahun 2021 PENYELENGGARAAN KEHUTANAN

KEBIJAKAN HUTSOS
Bab VI Pengelolaan Perhutanan Sosial
Bagian Ke-1 Umum 1. Perhutanan Sosial menjadi sebuah Kebijakan Utama sebagai
Bagian Ke-2 Hutan Desa strategi penyelesaian konflik dan peningkatan kesejahteraan
Bagian Ke-3 Hutan Kemasyarakatan
Bagian Ke-4 Hutan Tanaman Rakyat masyarakat.
Bagian Ke-5 Hutan Adat 2. Peningkatan pemanfaatan hutan dalam Perhutanan Sosial
3. Penguatan Mekanisme dan Pengelolaan Hutan Adat
Bab VII Perlindungan Hutan
Bab VIII Pengawasan
Bab IX Sanksi Administratif Optimalisasi dan Efektifitas Perlindungan Hutan dan
Pengawasan
Bagian Ke-1 Penerapan Sanksi Administratif
Bagian Ke-2 Sanksi Administratif Perubahan 1. Pendekatan Sanksi Adminsitratif dalam pengelolan hutan
Peruntukan Kawasan Hutan
2. Penguatan Sistem pengawasan
Bagian Ke-3 Sanksi Administratif Penggunaan Kawasan
Hutan
Bagian Ke-4 Sanksi Administratif Pemanfaatan Hutan
Bagian Ke-5 Sanksi Administratif Pengolahan Hasil
Hutan
Bagian Ke-6 Sanksi Administratif Pengelolaan
Perhutanan Sosial
Bagian Ke-7 Sanksi Administratif Perlindungan Hutan Menjamin Transisi Pengaturan

Bab X Ketentuan Lain Lain 1. Peralihan transisi tentang perizinan berusaha


Bab XI Ketentuan Peralihan 2. Peralihan transisi tengang pinjam pakai kawasan hutan dan
Bab XII Ketentuan Penutup pelepasan kaw 24
REKONFIGURASI PENGELOLAAN HUTAN

HUTAN SEBAGAI SATU KESATUAN EKOSISTEM


(Landscape Management)
Ecologically Sensible, Socially Acceptable, Economically
Feasible

Pengelolaan
Landscape/SFM
KELOLA KELOLA KELOLA
SOSIAL LINGKUNGAN EKONOMI
PENGUATAN AKSES MULTIUSAHA
LEGAL MASYARAKAT KEHUTANAN
PERSETUJUAN
LINGKUNGAN

PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL DAN


PERIZINAN BERUSAHA
INOVASI KEBIJAKAN KEHUTANAN PASCA UUCK

27
PNBP
EKSPORT
PASAR DOMESTIK
CIPTA KERJA
MITIGASI dan ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

KEPASTIAN JAMINAN PRODUKTIVITAS DIVERSIFIKASI DAYA SAING


KAWASAN BERUSAHA PRODUK

LIMA PILAR PENGELOLAAN HUTAN LESTARI


2
1
35 JENIS PERIZINAN BERUSAHA SEKTOR LHK

Bidang Pemanfaatan Hutan Bidang Pemanfaatan


terdapat 5 (lima) jenis Perizinan Jasa Lingkungan di
Berusaha; Kawasan Konservasi
terdapat 15 (lima belas)
Bidang Pengelolaan Limbah B3 jenis Perizinan
terdapat 1 (satu) jenis Berusaha;
Perizinan Berusaha
berdasarkan kegiatannya; Bidang Pemanfaatan
Tumbuhan dan Satwa
Bidang Pengelolaan Liar terdapat 5 (lima)
Air Limbah terdapat jenis Perizinan Berusaha;
4 (empat) jenis
Perizinan Berusaha; Bidang Perbenihan
Tanaman Hutan terdapat 5
(lima) jenis Perizinan
Berusaha.
IUPHHK (PRA UUCK) PBPH MULTIUSAHA KEHUTANAN (PASKA UUCK
IUPHHK-
IUPJL HA/RE
PEMANFAATAN
KAWASAN
PEMUNGUTAN
HASIL HUTAN
KAYU
IZIN
PEMUNGUTAN HASIL PEMANFAATAN
KAYU JASA LINGKUNGAN
MULTI
PEMUNGUTAN
HASIL HUTAN USAHA
BUKAN KAYU multibusine
IZIN
PEMUNGUTAN HASIL ss
BUKAN KAYU
PEMANFAATAN
HASIL HUTAN
PEMANFAATAN KAYU
HASIL HUTAN
BUKAN KAYU
IUPHHBK IUPHHK-HTI

1. Pemanfaatan HP melalui pemberian izin per jenis


1. Pemanfaatan HP melalui pemberian perizinan berusaha
kegiatan (IUPK, IUPJL, IUPHHK, IUPHHBK, IPHHK,
pemanfaatan hutan;
IPHHBK);
2. BEYOND TIMBER - SOCIAL FORESTRY - MULTIBUSINESS
2. TIMBER ORIENTED
3. Pemanfaatan nilai lahan hutan lebih optimal.
3. Pemanfaatan nilai lahan hutan kurang optimal.
6
MULTIUSAHA PEMANFAATAN HUTAN - PERIZINAN BERUSAHA PEMANFAATAN HUTAN

BATASAN LUAS, BATASAN JANGKA WAKTU, JUMLAH PERIZINAN, PENATAAN LOKASI (BIOGEOFISIK DAN POTENSI
31 HUTAN)
PENGELOLAAN HUTAN LESTARI
IZIN USAHA PENURUNAN
PEMANFAATAN HASIL DEFORESTASI-
HUTAN
DEGRADASI –
KAYU DEKOMPOSISI
GAMBUT

PERIZINAN BERUSAHA
KAWASAN
PEMANFAATA HUTAN
N HUTAN PRODUKSI/
LINDUNG
MULTIUSAHA

REVISI RKU DAN


ADDENDUM
DOKUMEN PENINGKATAN
LINGKUNGAN PRINSIP
PENGELOLAAN
HUTAN
BERKELANJUTAN
Arah Pembangunan Tata Kelola di Tingkat Tapak

Kehadiran Pengelolaan Arah Pembangunan


Hutan di Tingkat Tapak
yang Efektif Pemanfaatan hutan produksi dan hutan lindung
kepada PBPH dan PS
● KPH dalam pengelolaan SDA yang
berbasis landscape Berbagi peran antar pemerintah pusat
Tata Kelola dan daerah
● Pengelolaan efektif dan merata di Kehutanan
tingkat tapak; yang Inklusif di Penguatan KPH sebagai kolaborator
Kehadiran Tingkat Tapak dalam menjalin bekerja sama (NGO, private
● Penyelesaian isu kehutanan yang Pengelolaan sector, masyarakat, dan pemerintah)
responsif dan sesuai konteks lokal; Hutan di
Tingkat
● Pengembangan sektor kehutanan Tapak yang
sesuai dengan kebutuhan daerah. Efektif Penguatan Penguatan fungsi KPH melalui pemberian
Kelembagaan kewenangan dalam pengelolaan hutan;
● Pemanfaatan hutan pada KPH KPH
dilaksanakan oleh pihak lain yang Pemberian insentif dan disinsentif untuk
dilaksanakan melalui mekanisme efektivitas KPH;
perizinan berusaha dan
persetujuan perhutanan sosial. KPH merupakan fasilitator dalam pelayanan
pengelolaan bidang kehutanan pada unit
● KPH sebagai VEKTOR wilayah kerjanya
Pembangunan Kehutanan Di Tingkat
Tapak, perlu peran dan kontribusi Transformasi kelembagaan KPH menuju
Stakeholder Internal KLHK & KPH yang Efektif
Eksternal untuk Penguatan
Pengelolaan Hutan di KPH)
KPH SEBAGAI VEKTOR PEMBANGUNAN KEHUTANAN DI TINGKAT TAPAK
(PERAN STAKEHOLDER INTERNAL & EKSTERNAL UNTUK
PENGUATAN PENGELOLAAN HUTAN DI KPH)

DANA HIBAH, GCF, RBP, FOLU


dll
PERAN PENTING KPH dalam PENGELOLAAN HUTAN DI TAPAK
terkait IMPLEMENTASI KEBIJAKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
(pasal 8 PermenLHK No. 8 Tahun 2021)
Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan
Inventarisasi Hutan, Kawasan Hutan
Pengukuhan Kawasan Hutan, 1. identifikasi Kawasan Hutan 6. pemantauan dan evaluasi
Penatagunaan Kawasan Hutan dan yang tidak dibebani PBPH pelaksanaan kewajiban PNBP di
penyusunan rencana Kehutanan dan persetujuan wilayah KPH.
pengelolaan perhutanan 7. pemantauan dan evaluasi
1. Inventarisasi Hutan tingkat KPH sosial. pelaksanaan kerjasama PBPH
2. Identifikasi seluruh potensi Kawasan Hutan Tusi 3 2. identifikasi kebutuhan dengan masyarakat
3. Penyusunan neraca sumber daya Hutan GANISPH dan/atau tenaga 8. pemantauan dan evaluasi
4. Penyusunan rancangan Tata Hutan profesional di bidang pelaksanaan jangka benah
kehutanan kerjasama persetujuan Penggunaan
5. Pengadaan peralatan pengukuran dan/atau
3. identifikasi dan Kawasan Hutan dengan PBPH di
pemetaan digitasi wilayah KPH
penyelesaian konflik tenurial
6. Pengembangan sistem jaringan spasial KPH. dalam areal KPH 9. pemantauan dan evaluasi kegiatan
4. pemantauan dan evaluasi Penggunaan Kawasan Hutan
pelaksanaan Rencana Kerja 10.fasilitasi pelaksanaan pemeriksaan
Rehabilitasi Hutan dan Reklamasi Tahunan Pemanfaatan lapangan dalam rangka perhitungan
Hutan PBPH penggantian biaya investasi
1. Identifikasi lahan kritis 5. pemantauan dan evaluasi 11. pemantauan dan evaluasi
2. Prakondisi masyarakat pelaksanaan PUHH pelaksanaan kerja sama penggunaan
3. Penguatan kelembagaan masyarakat jalan angkutan atau koridor.
4. Penyusunan rancangan teknis rehabilitasi Perlindungan dan pengamanan hutan,
hutan dan lahan pengendalian KARHUTLA, mitigasi ketahanan
5. Persemaian/pembibitan
bencana dan perubahan iklim pembangunan
6. Penanaman dan/atau pengayaan
7. Pemeliharaan tanaman 1. patroli pengamanan Hutan pengelolaan
8. Pembangunan sarana dan prasarana 2. perlindungan dan pengendalian KARHUTLA berbasis resor
9. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan 3. pemulihan ekosistem gambut (Resort Based
keberhasilan RHL
4. pembinaan areal perlindungan Hutan Management/
5. pengadaan dan/atau pembangunan sarana dan RBM):
prasarana perlindungan dan pengendalian KARHUT
RESORT BASED MANAGEMENT
SINERGI PERLINDUNGAN HUTAN DAN LAHAN
Desa Tanjung Medang
DARI KEBAKARAN TINGKAT TAPAK

BABINSA
A. Sinergi Personil:
BRIGDALKARHUT
(TNI) 1. Brigdalkarhut KPH
Desa Makeruh
2. Penyuluh Kehutanan
3. Polhut KPH
Desa Titi Akar
Resort
GANIS
4. Tenaga Teknis (GANIS-PHPL)
RESORT 5. BABINKAMTIBMAS (POLRI)
6. BABINSA (TNI)
Desa Dungun Baru
Desa Sei Cingam 7. Perangkat Desa
BABINKAMTIBMAS
8. Masyarakat Peduli Api (MPA)
POLHUT
(POLRI) 9. Masyarakat Pengamanan Hutan
(PAMHUT)
PERANGKAT DESA/
Desa Darul Aman MPA
B. Sinergi Kegiatan:
1. Sosialisasi pencegahan karhutla
2. Diseminasi PLTB
PENYULUH PAMHUT
Desa Sri Tanjung 3. Pelatihan
4. Patroli Bersama
Desa Tanjung Kapal
5. Penanggulangan Karhutla
Desa Batu Panjang C. Pengelolaan Hutan oleh KPH
Desa Sukarjo Mesim
bersama Masyarakat
Resort 1. Pengembangan Agroforestry
Desa Terkul
2. Pemanfaatan HHBK dan Jasling
3. Pengembangan usaha produktif
RESORT
KEPALA RESORT KPH

masyarakat (antara lain: pembuatan


kompos)
KAWASAN HUTAN BERDASARKAN FUNGSINYA

63 %
Luas Daratan Wilayah Indonesia 191.357.868
(https://www.bps.go.id)
Konservasi 27.401.900,73
(Perairan + Daratan)
21,79% Luas KH
125.766.896 Ha
Hutan Lindung (HL)
29.562.468,42
23,50% (darat+perairan)
Luas KH
Hutan Produksi Terbatas (HPT) 26.801.734,34 21,31 % 120.443.455 Ha
(daratan)
Hutan Produksi Tetap (HP) 29.199.692,45 23,24 %
Hutan Produksi yang dapat
12.798.978,84 10,17 %
37
ikonversi (HPK)
Perbedaan Perhitungan Kecukupan Luas Kawasan Hutan dan Penutupan
Hutan Sebelum dan Sesudah UUCK
Sebelum UUCK Setelah UUCK
Kecukupan 30% Luas Kawasan Hutan dan Tutupan Hutan Kecukupan Luas Kawasan Hutan dan Tutupan Hutan
Seluruh Indonesia Seluruh Indonesia Berdasarkan Kondisi kondisi fisik dan
Geografis pada luas DAS

Hanya Dalam Kawasan Hutan Dalam Kawasan Hutan Dan Luar Kawasan Hutan

Tidak Mempertimbangkan
Mempertimbangkan Variasi Karakterisitik:
Tidak 1. Biogeofisik Mempertimban
Variasi Karakterisiti:
Mempertimban 2. Daya Tampung dan gAdministrasi Mempertimbangkan
1. Biogeofisik Tidak
gAdministrasi Daya Dukung dan tidak Kondisi Eksisting
2. Daya Tampung Mempertimbangkan
semua sama Lingkungan semua sama Kawasan Hutan dan
Daya Dukung Kondisi Eksisting
untuk seluruh 3. Karakteristik DAS untuk seluruh Program Kebijakan
3. Karakteristik DAS Kawasan Hutan dan
Indonesia 4.Keanekaragaman Indonesia
4.Keanekaragaman Program Kebijakan Pembangunan
Flora Fauna
Flora Fauna Pembangunan Sebelumnya
Sebelumnya PP 23/2021 Pasal 41 (3)

• Kecukupan Luas Kawasan Hutan dan Penutupan Hutan adalah ambang batas minimal luas kawasan hutan dan penutupan hutan yang harus
dipertahankan pada DAS, pulau, dan/atau provinsi berdasarkan kriteria kondisi biogeofisik, geografis dan ekologis dalam rangka optimalisasi manfaat
lingkungan, manfaat sosial dan budaya serta manfaat ekonomi dan produksi.
2 RKTN 2011 – 2030

Perkembangan Penyusunan Rencana Kawasan Hutan RKTN 2011 -2030


(RKTN 2011 – 2030) (REVISI I)
RKTN 2011 – 2030 Memuat arahan makro pemanfaatan dan
(Revisi I) potensi kawasan hutan untuk penggunaan
RKTN 2011 – 2030 (P.41/MenLHK/Setj
(P.49/Menhut- en/Kum.1/7/2019 spasial atau ruang pembangunan
II/2011 Tanggal 31 Juli kehutanan dan pembangunan di luar
Tanggal 28 Juni 2019, diundangkan kehutanan yang menggunakan kawasan
Tanggal 19 Agustus hutan dalam skala nasional untuk jangka
2011) 2019)
waktu 20 (dua puluh) tahun

Proses Revisi
RKTN 2011 –
2030 Arahan Ruang Kehutanan
(Tahun 2017 -
2019) Target Capaian Sektor
Dilakukan untuk Kehutanan
mengakomodir
dinamika Arah Kebijakan dan
perubahan
kebijakan Strategi
pengelolaan
Diarahkan untuk Diarahkan untuk Diarahkan untuk
konservasi sumber melindungi ekosistem percepatan
daya hutan hutan alam dan rehabilitasi
gambut serta
Alokasi penyediaan karbon
(26,42 Jt ha)
Arahan Ruang (41,00 Jt ha) (3,96 Jt ha)
Pemanfaatan KAWASAN UNTUK
KAWASAN UNTUK PERLINDUNGAN HUTAN KAWASAN PRIORITAS
Kawasan Hutan KONSERVASI ALAM DAN EKOSISTEM REHABILITASI
GAMBUT
(RKTN 2011 – 2030)

Luas Kawasan Diarahkan untuk Diarahkan untuk Disiapkan untuk


Hutan Indonesia pemanfaatan hutan berbasis pemanfaatan hutan pemenuhan lahan bagi
korporasi dengan berbagai berbasis masyarakat
s/d Desember skema, antara lain IUPHHK-
masyarakat dan untuk
dengan berbagai skema memenuhi kebutuhan
2018 = 125,92 Juta HA/HT/RE, serta kemitraan antara lain HTR, HKm, HD,
dengan masyarakat sektor non kehutanan
Ha sekitarnya
Kemitraan
(4,00 Jt ha)
(37,38 Jt ha) (13,16 Jt ha)
KAWASAN UNTUK KAWASAN UNTUK
KAWASAN UNTUK NON
PEMANFAATAN HUTAN PEMANFAATAN HUTAN
KEHUTANAN
BERBASIS KORPORASI BERBASIS MASYARAKAT
RENCANA
KEHUTANAN
TINGKAT NASIONAL
2011 – 2030 (rev 2019)
Arahan pemanfaatan:
1. Kawasan untuk
Konservasi (26,42 jt ha)
2. Kawasan untuk
Perlindungan Hutan Alam
dan Ekosistem Gambut
(41,00 jt ha)
3. Kawasan Prioritas
Rehabilitasi (3,96 jt ha)
4. Kawasan untuk
Pemanfaatan Hutan
Berbasis Korporasi
(37,38 jt ha)
Arahan Kawasan Konservasi
5. Kawasan untuk
Arahan Perlindungan Ekosistem Gambut dan Hutan Alam
Pemanfaatan Hutan
Arahan Prioritas Rehabilitasi Berbasis Masyarakat
Arahan Pemanfaatan Berbasis Korporasi
(13,16 jt ha)
Arahan Pemanfaatan Berbasis Masyarakat 6. Kawasan untuk Non
Kehutanan (4,00 jt ha)
Arahan Non Kehutanan
3
Menuju Indonesia Emas 2045:
Integrasi Tata Kelola Kehutanan dengan
Tata Kelola SDA-LH dan Karbon
UU NO.
UU NO. 5/1990
11/2020 UU NO.
[UU KSDAE 41/1999
6/2023] KEHUTANAN
CIPTA
KERJA
UU NO UU NO.
16/2016 18/2008
PARIS Menuju PLB3
AGREEMENT Indonesia Emas
2045: Integrasi
Tata Kelola SDA- UU NO.
UU NO. 32/2009
23/2014 LH dan Karbon PPLH
PEMDA

UU NO. UU NO.
37/2014 18/2013
UU NO. P3H
KTA 2/2014
PANAS
BUMI
PEMANFAATAN PEMELIHARAAN PENEGAKAN HUKUM
6 P di UU Atur dan Awasi
(ADA)
32/2009
PPLH D3TLH & • Konservasi SDA Atur Diri Sendiri
• Pencadangan (ADS)
PERENCANAAN RPPLH PENGENDALIAN • Pelestarian fungsi PENGAWASAN
a. INVENTARISASI LH; Atmosfir i.e. MAPI Financial
b. PENETAPAN WILAYAH Approach
EKOREGION PEMULIHAN
c. PENYUSUNAN RPPLH
PENCEGAHAN PENANGGULANGAN
KPHL
• KLHS, tata ruang, baku
mutu LH, baku kerusakan Pembangunan,
KPHP Instrumen PPLH & Indonesia’s
KPHK

LH, AMDAL, UKL-UPL, FOLU Net Sink 2030


Persetujuan
PASAR EKSPOR LH
• Instrumen Ekonomi LH
• Analisis resiko LH, audit LH,
anggaran berbasis LH,
regulasi, dll.

Penguatan Environmental Governance [GEG]


• Dalam Konteks 6 P UU PPLH: Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim [i.e. Indonesia’s FOLU Net Sink 2030]
merupakan bagian dari Instrumen Pemeliharaan Lingkungan Hidup;
• Berbagai Instrumen PPLH tersebut [6 P] dapat didayagunakan secara Terintegrasi untuk dapat Mencapai Target
Enhanced NDC dan Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan
PUU CK: Integrasi Tata Kelola Kehutanan dengan Tata Kelola SDA-LH dan Karbon
PUU terkait dengan Proses Perizinan Berusaha 6 PUU terkait dengan pelaksanaan kegiatan dan penaatan 7
berbagai Sektor/Bidang SDA lingkungan (pengawasan dan penegakan hukum)

PUU terkait dengan Perencanaan


Sustainable Naturan Resources Management
1 Kebijakan, Rencana dan Program serta
Kegiatan i.e. Tata Ruang, RKTN Environmental Governance
Carbon Governance
PUU terkait dengan Proses Perencanaan
2 PPLH & Kajian Lingkungan
(Environmental Assessments) i.e. RPPLH, Tata Kelola Kehutanan
KLHS, Amdal, Audit LH

PUU terkait dengan Baku Mutu


3 Lingkungan Hidup (BML) dan
Kriteria Baku Kerusakan
Keberlanjutan landscape & seascape
Lingkungan Hidup (KBKL) & D3TLH Planning Stage Implementation Stage

4
PUU terkait dengan Berbagai Upaya Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan PUU terkait dengan standar-standar
Hidup i.e. kewajiban penyedian tools, peralatan dan infrastruktur perlindungan OSS-RBA termasuk standar 5
lingkungan (Pencegahan, Penanggulangan/Tanggap Darurat dan Pemulihan fungsi pemetaan IGT dan proses
LH), termasuk Mitigasi & Adaptasi PI pengambilan contoh dan analisisnya
Target NDC: Pengurangan Emisi dan Ketahanan Iklim
Perecanaan Aksi Mitigasi PI a. Bidang KETAHANAN
Mitigasi PANGAN: Pertanian,
Perubahan Pelaksanaan Aksi Mitigasi PI Kelautan, Perikanan,
Iklim Peternakan, Kehutanan
Pemantauan dan Evaluasi Aksi
dan Perkebunan];
Mitigasi PI
b. Bidang KETAHANAN
Target NDC 2030 AIR: PU, Kehutanan,
• Penurunan EMISI GRK; • Ketahanan Iklim PPLH;
• Ketahanan Iklim • Konsep Adaptasi Perubahan Iklim; c. Bidang KETAHANAN
[Ketahanan Nasional, • Kapasitas Adapatasi Perubahan Iklim; ENERGI: Energi,
Wilayah dan • Aksi Adaptasi Perubahan Iklim Kehutanan, PU,
Kelauatan dan
Masyarakat]
Perkebunan;
d. Bidang KETAHANAN
Perencanan Aksi Adaptasi PI
KESEHATAN: Kesehatan,
Adaptasi PPLH, Kehutanan, PU;
Perubahan Pelaksanaan Aksi Adaptasi PI e. Bidang KETAHANAN
Sumber: Peraturan Presiden 98/2021 Iklim EKOSISTEM: PPLH,
Penyelenggaraan Nilai Karbon untuk Pemantauan dan Evaluasi Kehutanan dan
Pencapaian Target NDC dan Aksi Adaptasi PI Kelauatan;
Pengendalian Emisi GRK
Penerapan Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 untuk Mencapai Enhanced NDC
Berbasis Integrated Landscape Management
• Dalam menjawab tantangan global sebagaimana dinyatakan dalam dokumen NDC, diperlukan
langkah-langkah terobosan, inovasi dan kolaborasi upaya untuk percepatan implementasi aksi
iklim, terutama pada sektor kehutanan dan penggunaan lahan (khususnya pertanian).
• Sektor Kehutanan memiliki porsi TERBESAR di dalam target penurunan emisi gas rumah kaca:
HUTAN KONSERVASI
HUTAN LINDUNG KPHL KPHK
EKOSISTEM PBPH EKOSISTEM GAMBUT
PBPH MANGROVE

Dasar Pijakan:
PEMUKIMAN
Sustainable Forest Management
Environmental Governance
KPHP AGRIKULTUR
HUTAN PRODUKSI
PBPH
Carbon Governance
SUNGAI
PBPH MUARA LAUT

AGRIKULTUR
AGRIKULTUR PBPH INDUSTRI/
PENGOLAHAN

PENCAPAIAN INDONESIA’S FOLU NET SINK 2030 Sektor Kehutanan


dan Lahan (FOLU)
Aksi Aksi Aksi Pengembangan Akan Mencapai
Pengurangan Pertahankan Peningkatan Kelembagaan Net Sink Pada
Emisi Serapan Serapan Tahun 2030
Co-Benefit Innovation: PPLH, Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 & Enhanced NDC
Keberlanjutan Rencana Operasional [RO] Indonesia’s Forestry
Landscape-Seascape and OTHER LAND USES [FOLU] Net Sink 2030 &
1a
Udara dan Atmosfir Enhanced NDC
Baik dan sehat
Carbon Governance
Lahan (land)
1b
Produktif/Subur PPLH
1c Air Baik dan sehat
Sustainable Forest Management
1d Laut baik dan sehat Pembangunan, Instrumen PPLH & Indonesia’s
Kehati FOLU Net Sink 2030 & enhanced NDC, NEK
1e
(Biodiversity)
2 Keselamatan, Mutu Environmental Governance
Hidup & Proses Pembangunan Nasional dan Daerah
Kesejahteraan Berkelanjutan dan Bewawasan Lingkungan
Masyarakat dalam suatu Landscape-Seascape
Integrasi Tata Kelola Kehutanan dengan Tata Kelola SDA-LH dan Karbon
Dari Tingkat Tapak Hutan [KPH] untuk Indonesia Emas 2045
Pengendalian Instrumen LHK di Level Tapak KPH dan Penerapan Instrumen LHK secara
Usaha/kegiatan terintegrasi di Tingkat Tapak i.e.:
RPHJP KPH, • Pengendalian Karhutla;
Dokumen LH & • Penyelesaian penataan kawasan hutan;
Perizinan • TORA, PIAPS dan HKm
Berusaha • Penegakan hukum Terkait dengan ilegel
(Keberlanjutan di logging dan TSL;
level Tapak) • Rehabilitas lahan kritis

Penerapan instrumem LHK di level


Landscape dan Seascape i.e. RPPLH,
Ekoregion, D3TLH, KLHS, RKTN, RKTP,
RTRW → Keberlanjutan di Level
Landscape & seascape

KPH

Dokumen Lingkungan Hidup (Amdal/


UKL-UPL) dan Persetujuan Lingkungan
Hidup serta Perizinan Berusaha Seascape – Ekoregion Laut Landscape – Ekoregion Terestrial
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai