Anda di halaman 1dari 44

STRATEGI PENGAWASAN,

PENGENDALIAN LAHAN / TANAH

Materi Ajar “Diklat Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup,


6-11 Maret 2006 di Bapedalda Propinsi NTT

Yang diselenggarakan oleh Pusdiklat Lingkungan Hidup, Deputi MENLH


Bidang Pembinaan Sarana Teknis dan Peningkatan Kapasitas
Kementerian Lingkungan Hidup RI

Oleh
Dr Suratman Worosuprojo, M.Sc.
Kompetensi Materi Pelatihan
Konsep Lahan dan Faktor-faktornya
Potensi Lahan dan Pengelolaannya
Dampak pengelolaan lahan
Dasar pengelolaan LH
Strategi pengendalian/pengawasan lahan
Peran kelembagaan dalam
pengendalian/pengawasan lahan
Prinsip pengelolaan lahan berkelanjutan
Contoh masalah pengelolaan lahan
Sumberdaya lahan merupakan bagian dari
bentang lahan yang mencakup kondisi
lingkungan fisik yang penting bagi
penggunaan lahan, tidak hanya tanah tetapi
juga mencakup iklim, relief, hidrologi, vegetasi
dan tanaman yang ada dipermukaan serta
aktivitas manusia pada masa lalu dan
sekarang termasuk hewan yang
mempengaruhi penggunaan lahan sekarang
dan yang akan datang oleh manusia.
LATAR BELAKANG
• Ekosistem terbentuk oleh komponen lingkungan biotik,
abiotik, dan sosial.
• Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup menekankan
aspek keterpaduan pengelolaan sumberdaya lahan,
vegetasi, air dan manusia dengan pendekatan Sebab,
Kewilayahan dan Keterpaduan Program
• Upaya pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan perlu
disusun suatu konsep perencanaan yang berbasis
pendekatan ekologi dan ekonomi yang berimbang (ecology
and economic balance)
• Upaya pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan perlu
disusun suatu konsepsi perencanaan yang berbasis
pendekatan ekologi dan ekonomi secara berimbang
MAN AS A FACTOR IN LAND
MANAGEMENT
• ADAPTASI
• IMPROVISASI
• DEGRADASI
• ADAPTASI PADA DINAMIKA
• MERUBAH DINAMIKA
PROSES KERUSAKAN
LAHAN
HUMAN ACTIVITIES

DISTURBED

LANDUSE FRAGILITY

LAND DEGRADATION

ENVIRONMENT STRESS

ENVIRONMENT HAZARD

ENVIRONMENT DISTRUCTION

ENVIRONMENT DISSASTER
Figure Natural forest
vegetation on valley,
mountains, and hills. The
trees protect the soil from
erosion and gradual
infiltration of rainwater
recharges the groundwater
aquifers. Virgin land, even in
dry climates, is able to
support considerable
vegetation if not disturbed.
The roots of trees and plants
secure the soil and hold
water, thus preserving the
area from erosion (adapted
from Leopard, 1962)
Figure Farming in the
valleys and gradual clearing
of the hills and mountains
causes increased erosion
and flooding. In arid regions,
salts are leached into the
seepage spots and
deposited in stages of
increasing salinity and
alkalinity. Cultivation of the
valleys and timber cutting on
the slopes removes roots
and bares the soils to wind
and water erosion. Floods
flush deposits of gravel from
the upper slopes down onto
the plain (adapted from
Figure Intensification in use of
steep slopes degrades all the
soils and the entire
environment. Nearly level
farm lands are degraded by
sedimentation and salinization
(in arid regions), and up lands
are eroded. Runoff is greatly
accelerated. Declining
productivity of the flats may
cause them to be abandoned
to herds of cattle. Farmers
gradually move up and up to
steeper and steeper slopes,
where the hazards of
accelerated erosion of soils
is much greater (adapted from
Leopold, 1962)
Figure destruction of the forest
reduces infiltration and
increases erosion and runoff.
Increased intensity of grazing
with larger numbers of animals
reduces and degrades the
remaining vegetation. Lost
fertility of the steeper hillsides
caused by soil erosion and
runoff renders the useless for
further cultivation and
processes of erosion by
constant overgrazing is
intensified as the cattle move
up the slopes. (adapted from
Leopold, 1962)
Figure The “Tragedy of the
commons” is evident when thr
productivity of the area is
degraded to a low level. What
was once productive in a
harmonious relationship of
soils and vegetation in the
environment is now a
wasteland destruction of the
already barren landscape occur
when there is no longer enough
browse for cattle and the area
is turned over to sheep and
goats to be stripped clean
(adapted from Leopold, 1962)
Figure The “Tragedy of the
commons” is complete when the
area serves no useful purpose. The
exploitive human and animal
populations have move on, leaving
wastelands in their wake. Total
desolation of the once fertile
region is now complete. Much of
the original topsoil has
disappeared and large sections of
bedrocks and infertile sub soils are
exposed. Although the climate may
have not changed, the increased
runoff makes the region more arid.
The dusty land can no longer
support economic activity. The
tragedy of the commons is
bequeathed onto the future
generations (adapted from
Leopold, 1962)
PENALARAN, PENETAPAN DAN PELAKSANAAN
PROGRAM AKSI PLH
GRAND DESIGN
(RENCANA INDUK PLH)
Program-program Aksi
Pengelolaan LH Masyarakat Lokal
(Act Locally)

(PARADIGMA DAN AZAS-AZAS)


PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
(Sustainable development)
(Agenda 21 : dimensi ekonomi, sosial dan ekologi)

Komitmen Politik
Masyarakat Internasional
(Think Globally)
GOOD ENVIRONMENTAL GOVERNANCE
(Penyelenggaraan kepemerintahan di bidang
Lingkungan hidup yang baik

ENVIROMENTAL
GOOD GOVERNANCE
MANAGEMENT
(PENYELENGGARA
(PENGELOLAAN
PEMERINTAHAN)
LH)
Sumber: Suratman Woro
DOKUMEN
DOKUMEN INTEGRASI
RTRW
PENGELOLAAN LINGKUNGAN GRAND DESIGN LH
PROP/KAB DAN PROP/KAB
WILAYAH

DOKUMEN DOKUMEN

KAWASAN TIPE EKOSISTEM


FUNGSIONAL DAN
LINGKUNGAN MASALAHNYA
BUDIDAYA

PROGRAM
IMPLEMENTASI
PENGELOLAAN LH DAN
PROGRAM PELESTARIANNYA
SEKTORAL ECOLOGIC ORIENTED
ECONOMIC ORIENTED

PEMBANGUNAN
BEROREINTASI
EKONOMI-EKOLOGI

Sumber: Suratman Woro


PERMASALAHAN
• Pertambahan penduduk yang tinggi yang menyebabkan
tingginya tekanan pada lingkungan,
• Bertambahnya aktivitas pembangunan yang cenderung
menyumbang lingkungan alamiahnya,
• Gunung dan bukit yang gundul menyebabkan erosi,
longsor dan banjir serta sedimentasi di bagian bawah,
• Kondisi daerah resapan hilang atau berkurang fungsinya,
• Banyaknya limbah-limbah dari industri, kendaraan,
peternakan, domestik, pertanian dan lain
KENDALA PLH
• Jumlah penduduk yang tinggi dan persebarannya
tidak merata;
• Ketersediaan sumberdaya alam juga terbatas;
• Penguasaan teknologi yang tidak ramah
lingkungan;
• Kualitas sumberdaya manusia yang terbatas, dan
kurangnya kesadaran masyarakat akan
kelestarian lingkungan;
• Tidak ada persipan yang matang dari pemerintah
daerah dan masyarakatnya dalam era otonomi
daerah, sifatnya masih euphoria; dan
• Belum sepenuhnya para pelaku pembangunan
(stakeholders) bervisi pendekatan sistem (system
approach) dalam memecahkan masalah-masalah
pembangunan atau lingkungan hidup.
Pendekatan PLH
• Pendekatan Atur Diri Sendiri (ADS) yaitu dengan
environmental accounting, eko efisiensi dan eko
industri.
• Pendekatan Atur dan Awasi (ADA) yaitu dengan
baku mutu lingkungan, perijinan, AMDAL, audit
lingkungan, pengawasan dan sanksi administrasi.
• Pendekatan Perilaku yaitu dengan memberikan
pinjaman lunak dan pendampingan secara teknis
untuk industri kecil.
• Pendekatan Ekonomi yaitu dengan insentif, eko
label, cleaner production, green banking dan
sebagainya.
• Pendekatan Tekanan Publik yaitu dengan
demonstrasi, boikot, kampanye lingkungan dan
pemberitaan di media massa.
STRATEGI PLH
• Mengutamakan sumberdaya alam terbaharui
• Penghematan sumberdaya alam langka
• Rehabilitasi kerusakan sumberdaya alam
• Rencana penggunaan lahan dan tata ruang
• Memberi nilai kelangkaan (Scarticy value) terhadap sumberdaya alam langka
untuk prioritas perlindungan
• Memelihara kemampuan sumberdaya alam untuk menampung program
pembangunan berkelanjutan
• Meningkatkan penerapan pembangunan berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan
• Memantapkan pola desentralistik yang mendasarkan pada rasa memiliki dari
masyarakat, partisipatif, demokratis, peran masyarakat, check dan balance
• Menerapkan pendekatan ekologi bentangalam dengan mengutamakan geo-
biodeversitas, keseimbangan ekonomi-ekologi dan stabilitas sumberdaya
alam spatial-temporal
• Melaksanakan pembangunan berkelanjutan diberbagai sektor pembangunan
yang menekankan pada sustainable management, economic, ecology and
technology
KEBIJAKAN PLH
Ada 4 bagian penting yang diperhatikan dalam
Agenda 21 Global yaitu :
• Dimensi sosial-ekonomi yang dititikberatkan
pada segi manusia,
• Konservasi dan pengelolaan sumberdaya alam
dan ekosistem,
• Isu kemitraan antar pengelola lingkungan yang
dihubungkan dalam mencapai keberlanjutan,
• Sarana pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
untuk dapat dicapai.
DASAR PEMIKIRAN (4E)
1. Ekologi → Pendekatan ekologi adalah holisme
(menyeluruh) dalam arti setiap komponen lingkungan
kedudukannya sama pentingnya.
2. Ekonomi → Pendekatan ini memandang lingkungan
sebagai sumberdaya yang nyata, dalam arti
sumberdaya dapat diambil untuk meningkatkan
kesejahteraannya dalam jangka pendek.
3. Ethology → Ethology adalah suatu pendekatan
perilaku manusia berdasarkan atas sikap.
4. Etika → Etika adalah pendekatan perilaku manusia
berdasarkan atas normatif. Norma-norma yang ada di
lingkungannya dapat berupa tradisi, budaya dan
agama yang dianutnya.
PROBLEM
LINGKUNGAN

PROBLEM
PENGELOLAAN
RENCANA
INDUK

PENJABARAN
RENCANA
INDUK

Proses Penyusunan Rencana Strategis PLH


Jenis dan Dampak Kerusakan
Penambangan (proses penggalian,
pengangkutan),
• Dampak Positif
• Peluang penyerapan tenaga kerja
• Peningkatan Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat sekitar penambangan
• Meningkatnya lapangan kerja
• Peningkatan Pendapatan Daerah

• Dampak Negatif
• Hilangnya vegetasi/tumbuhan
• Hilangnya fungsi lindung
• Perubahan fisiografi
• Perubahan penggunaan lahan
• Terancamnya cek dam
• Rusaknya jalan
• Berkurangnya wilayah resapan air/hilangnya sumber mata air
• Terbentuknya tebing-tebing terjal
Industri
• Ekosistem sungai, pencemaran akibat limbah cair
industri akan mempengaruhi kehidupan biota akuatik
sehingga jumlahnya berkurang/tercemarnya ikan.
• Apabila lokasi industri menempati ketinggian
(elevasi) yang lebih tinggi dari pemukiman
penduduk, limbah cair yang dibuang dapat
mencemari air sumur penduduk dan dampak
estetika.
• Lokasi perindustrian yang terletak di kawasan padat
penduduk dapat berakibat buruk bagi kesehatan
akibat penurunan kualitas udara.
Permukiman Kota

• Munculnya kawasan kumuh, kemacetan


lalu lintas, ketidakteraturan tapak
kawasan, dan rendahnya tingkat
pelanyanan air bersih,
• Menurunnya sanitasi yang disebabkan
oleh bertambahnya perumahan baru dan
pertumbuhan penduduk yang tinggi,
• Pencemaran lingkungan hidup di kota
besar seperti pencemaran udara dan air
Kehutanan

• Komponen Abiotik
• Iklim, temperatur meningkat, kelembaban
menurun, curah hujan menurun, kecapatan dan
arah angin berubah,
• Hidrologi, aliran permukaan meningkat,
sedimentasi, debit air sungai dan air tanah
berkurang
• Geomorfologi, menyebabkan erosi dan longsor
• Tanah, kualitas lahan menurun, kemampuan tanah
menyerap air menurun
Pengendalian PLH Penambangan
(proses penggalian, pengangkutan),

– Penertiban Ijin Usaha


– Pemantauan lingkungan
– Reklamasi
– Pembinaan Tri Bina (Bina Lingkungan,
Bina Usaha, Bina Manusia)
– Pembinaan kelembagaan
– Penataan kegiatan penambangan
– Pengendalian kegiatan penambangan
– Pengaturan kegiatan penambangan
Kehutanan
Komponen Biotik
 Hilangnya vegetasi yang dilindungi dan
terganggunya vegetasi daratan dan
perairan,
 Hilangnya jenis margasatwa yang
dilindungi dan migrasi satwa
Kehutanan

 Mengembangkan dan memelihara produksi


hutan secara terpadu dan berkelanjutan,
 Meningkatkan nregenerasi, rehabilitasi dan
perlindungan hutan,
 Memperkuat peraturan dan penegakan
hukum bagi pengelola hutan maupun
masyarakat
 Mempertahankan dan meningkatkan
peranserta masyarakat sekitar
Permukiman Kota

 Ditempuh dengan cara preventif untuk


mencegah munculnya permukiman kumuh,
pembangunan fasilitas hidup kekotaan di
desa, penertiban dan pengaturan tata ruang
kota
 Penataaan kawasan kumuh untuk
menunjang pembangunan di sektor
pariwisata,
 Pengembalian fungsi kawasan lindung
disempadan sungai dengan cara relokasi,
penataaan kawasan dan transmigrasi. Selain
itu dapat ditempuh dengan pembangunan
rumah susun
METODE PENILAIAN
Penilaian tingkat kerusakan lingkungan akibat
penambangan dilakukan dengan cara pengharkatan
(scoring) dari masing-masing faktor lahan. Faktor –
faktor lahan yang terkena kerusakan yaitu: (1) relief
mikro, (2) lereng,stabilitas lereng (3) tanah, (4) air
permukaan, (5) air tanah, (6) flora dan vegetasi, (7)
fauna, (8) geologi, bahan tambang, (9) iklim mikro,
(10) kerusakan jalan, (11) jembatan, saluran irigasi
dan drainase, gorong-gorong, (12) Waduk, embung.
Masing-masing faktor diberikan harkat 1 (terendah),
2 (sedang), dan 3 (tertinggi).
Lampiran I
Keputtisan Menteri Negara LIngkungan Hidup
Nomor : KEP - 43/MENLH/10/1996 TANGGAL: 25 OKTOBER 1996

KRITERIA KERUSAKAN LINGKUNGAN


BAGI USAHA ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN BAHAN
GALIAN GOLONGAN C JENIS LEPAS Dl DATARAN
ASPEK /SIFAT FISIK PERDNTUKAN
DAN
PERMUKIMAN TANAMAN TANAMAN TANAMAN
HAYATI LINGKUNGAN
DAN DAERAH TAHUNAN PANGAN PANGAN LAHAN
INDUSTRI LAHAN BASAH KERING DAN
PETERNAKAN
1. TOPOGRAFI Lebih dalam 1 m di Melebihi muka air tanah Lebih dari 10 cm di Melebihi muka air
1.1 Lubang galian atas muka air pada musim hujan bawah muka air tanah pada
a. Kedalaman tanah pada tanah pada musim hujan
b. Jarak musim hujan <5 meter musim hujan
1.2 Dasar galian <5 meter dari batas <5 meter <5 meter
a. Perbedaan relief dasar SIPD >1 meter
galian > 8% >1 meter >1 meter
b. Kemiringan dasar galian >1 meter > 8% > 8%
1.3 Dinding galian > 8% Tinggi > 3 meter
a. Tebing teras Lebar < 6 meter Tinggi > 3 meter Tinggi > 3 meter
b. Dasar teras Tinggi > 3 meter Lebar < 6 meter Lebar < 6 meter
Lebar < 6 meter
2. TANAH < 25 cm < 50 cm < 25 cm < 25 cm
Tanah yang dikembalikan
sebagai tannh penutup
3. VEGETASI < 20% tanaman - - -
3.1 Tutiipan tanaman budi daya tumbuh di < 50% tanaman tumbuh - -
3.2 Tutupan tanaman tahunan seluruh lahan di seluruh lahan < 50% tanaman -
3.3 Tutupan lanaman lahan penambangan penambangan tumbuh di seluruh < 50% tanaman
basah - - lahan tumbuh di seluruh
3.4 Tutupan tanaman lahan - - penambangan lahan
kering/ rumput - - penambangan
PENILAIAN KERUSAKAN LAHAN
KERUSAKAN JUMLAH
HARKAT

BERAT (B) 36 - >28

SEDANG (S) 28 - > 20

RINGAN (R) 20 - 12
Perencanaan Tata Ruang

Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang

Tata Tata Tata Tata Guna


Guna Guna Guna Sumber
HANKAM
Tanah Air Udara Daya
Lainnya
Pemanfaatan Ruang

Pelaksa Program Penta Pola Pengelolaan


naan Pembi hapan
Program ayaan
Peman
faatan

Tata Tata Tata Tata


Guna Guna air Guna Guna
Tanah udara sumber
daya
lainnya
Perangkat Intensif dan Disintensif
Pengendalian pemanfaatan ruang
Mekanis
me
Pengawasan Penertiban
Perijina
n
Pelapora Pemant Evaluasi Adminis Perdata Pidana
n auan trasi
Instrumen Penting dalam
Pengendalian Lahan / Tanah
 Tata Ruang Wilayah/Kawasan
 Rencana Tata Guna Lahan

 Status Lahan

 Undang-Undang Peraturan terkait


dengan pengelolaan sumberdaya,
lingkungan, tata ruang
 Ijin lokasi, prinsip, IMB
Teknis Pengendalian / Pengawasan
Lahan
 Pengawasan perubahan landuse
 Pemantauan perubahan landuse

 Evaluasi perubahan landuse (intensitas dan


dampaknya)
 Penerapan AMDAL dalam setiap investasi di
bidang pengelolaan sumber daya
 Tertib perijinan

 Pemantauan melalui LIS (Land Information


System)
Prinsip Pengelolaan Lahan
Berkelanjutan
 Sesuai dengan potensinya
 Mengelola lahan sesuai prinsip ekonomi
dan ekologi
 Diserasikan dengan daya dukung lahan
dan daya tampung
 Menerapkan aspek biodiversitas dan
geodiversitas
 Pelestarian resources (natural,
ecological, spatial) antar generasi
Kunci Kelembagaan dalam Land
Managemen
 BAPPEDA

 BPN

 BAPEDAL/LH

 BPS

 Sektor terkait (User)


Keberhasilan Pengendalian Pengawasan
Lahan Tergantung pada :
 Peraturan / UU yang ada
 Peran Stakeholders
 Mekanisme Kelembagaan
 SDM (Policy maker, Decision maker)
 Dukungan hasil studi
 Sistem managemen data lahan dan
updating
 Penegakan hukum
Sistem Pelaporan Pengawasan / Pengendalian Lahan
(BOTTOM UP REPORTS)

Negara

Propinsi

Kabupaten

Kecamatan

Desa

RT/RW, Dusun

Anda mungkin juga menyukai