Anda di halaman 1dari 19

KARYA TULIS ILMIAH

Tugas Individu Bahasa Indonesia


Dosen pengampu : Dr. Teguh Trianton, M.Pd

Disusun Oleh :
Nur Faiqotul Ulum ( 234110302102 )

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO
2024
ABSTRAK

Artikel ini membahas tentang paragraph yaitu sebuah teks bacaan yang terdiri atas beberapa
paragraph yang di dalamnya tersusun oleh kalimat- kalimat. Jenis- jenis paragraph berdasarkan
isi yaitu ada 5 antara lain ada paragraph eksposisi, paragraph argumentasi, paragraph narasi,
paragraph persuasi, paragraph deskripsi. Sedangakan jenis paragraph berdasarkan letak kalimat
utama nya di bagi menjadi 3 bagian yaitu ada paragraph deduktif, paragraph Induktif dan
paragraph deduktif- Induktif. Dan point yang terakhir membahas analisis objek tentang “
Meninjau Ulang Kurikulum Merdeka Sebelum Jadi Kurikulum Nasional, yang dimana
menjelaskan berita mengenai Pengesahan Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum nasional
membawa reaksi beragam di kalangan guru. Sesungguhnya, perubahan kurikulum adalah sesuatu
yang tidak dapat ditinggalkan, terutama bagi para pendidik sebagai pemain utama yang memiliki
tanggung jawab besar terhadap proses pembelajaran.
DAFTAR ISI

ABSTRAK.....................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.........................................................................................................................................4
Latar Belakang Masalah...........................................................................................................................4
Rumusan Masalah..................................................................................................................................4
Tujuan....................................................................................................................................................4
Pembahasan....................................................................................................................................................5
Pengertian Paragraf....................................................................................................................................5
Jenis- jenis Paragraf Berdasarkan Isi........................................................................................................5
Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama nya........................................................................10
OBJEK ANALISIS..............................................................................................................................11
Hasil analisis objek kajian...................................................................................................................14
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Paragraf menjadi bagian yang terpenting dari suatu bacaan. Tujuan paragraf yaitu untuk
mengekspresikan suatu gagasan secara tertulis. Dari banyak jenis paragraf tersebut masing-
masing mempunyai tujuan. Kadangkala, orang menganggap semua paragraf itu sama.
Padahal setiap paragraf mempunyai jenis, karakteristik, dan tujuan masing-masing. Oleh
sebab itu, penulis membuat makalah ini dengan tujuan memberikan pemahaman kepada
orang-orang mengenai jenis-jenis, karakteristik, dan tujuan masing-masing jenis paragraf.
Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil
penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi
paragraph, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh
kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud Paragraf
2. Apa saja Jenis -jenis Paragraf
3. Objek kajian analisis
4. Hasil objek kajian analisis

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan
artikel ini adalah:
1. Untuk menjelaskan pengertian paragraf.
2. Untuk menjelaskan apa saja jenis-jenis paragraf.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Paragraf
Paragraf merupakan bagian karangan/tulisan yang membentuk satu kesatuan
pikiran/ide/gagasan (Rahardi, 2009:158).
Paragraf merupakan suatu kumpulan dari kesatuan pikiran yang kedudukannya lebih
tinggi serta lebih luas dari pada kalimat. Atau dapat diartikan pula paragraf adalah
bagian dari sebuah karangan yang terdiri dari beberapa kalimat, yang berisikan tentang
informasi dari penulis untuk pembaca dengan pikiran utama sebagai pusatnya dan juga
pikiran penjelas sebagai pendukungnya. Paragraf terdiri dari beberapa kalimat yang
berhubungan antara satu dengan yang lain dalam suatu rangkaian yang menghasilkan
sebuah informasi. Paragraf juga dapat disebut sebagai penuangan ide dari penulis
melalui beberapa kalimat yang berkaitan dan memiliki satu tema. Paragraf juga dapat
disebut sebagai karangan yang singkat.

B. Jenis- jenis Paragraf Berdasarkan Isi


Paragraf terbagi menjadi lima jenis yaitu sebagai berikut :
1) Paragraph Eksposisi
a. Pengertian paragraph eksposisi
Paragraph eksposisi (paparan) adalah paragraf yang memajankan, menjelaskan, atau
menginformasikan suatu hal untuk menambah pengetahuan atau pemahaman pembaca
(Wijayanti dkk., 2014:130). Paragraf eksposisi merupakan paragraf yang bertujuan
untuk menginformasikan sesuatu sehingga memperluas pengetahuan pembaca. Paragraf
eksposisi bersifat ilmiah/nonfiksi. Sumber untuk penulisan paragraf ini dapat diperoleh
dari hasil pengamatan, penelitian atau pengalaman (Suladi, 2014:66-67). Jadi, paragraf
eksposisi adalah paragraf yang menjelaskan atau menginformasikan sesuatu untuk
menambah pengetahuan pembaca dan bersifat ilmiah/nonfiksi yang bersumber dari
penelitian, pengamatan atau pengalaman.
b. Ciri- ciri paragraph eksposisi
Menurut Suladi (2014:67), ciri-ciri paragraf eksposisi antara lain:
1. Berusaha menjelaskan sesuatu
2. Gaya tulisan bersifat informatif.
3. Fakta dipakai sebagai alat kontribusi dan mengonkretkan informasi.
Kosasih (2008:106) juga berpendapat bahwa paragraf eksposisi memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Penjelasannya bersifat informatif
2. Pembahasan masalah bersifat objektif.
3. Tidak mempengaruhi pembaca.
4. Penjelasan dinyatakan dengan bukti yang konkret (tidak mengada-ada).
5. Pembahasannya bersifat logis dan sistematis.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri paragraf eksposisi antara
lain bersifat informatif, terdapat fakta yang menguatkan, serta masalah yang ada dibahas
secara objektif.
2) Paragraph Deskripsi
a. Pengertian paragraph Deskripsi
Paragraf deskripsi (pemerian) adalah paragraf yang melukiskan suatu objek, tempat,
atau peristiwa dengan seterang-terangnya kepada pembaca. Melalui dekripsi, pembaca
solah-olah diajak penulis untuk merasakan apa yang tertulis karena penulis melibatkan
hampir segenap pancaindra di dalam tulisannya (Wijayanti dkk., 2014:129).
Paragraf deskripsi berisi gambaran mengenai suatu objek atau suatu keadaan sejelas-
jelasnya dengan melibatkan kesan indera. Paragraf ini bertujuan untuk memberikan
kesan/impresi kepada pembaca terhadap objek, gagasan, tempat, peristiwa, dan
semacamnya yang ingin disampaikan penulis (Suladi, 2014:62-63).
Dapat disimpulkan bahwa paragraf deskripsi merupakan paragraf yang
menggambarkan suatu objek, tempat, dan peristiwa dengan seterang-terangnya kepada
pembaca dengan melibatkan kesan indera sehingga pembaca seolah-olah diajak oleh
penulis merasakan apa yang tertulis.
b. Ciri-ciri paragraph Deskripsi
Menurut Kurniasari (2014:141), ciri-ciri paragraf deskripsi sebagai berikut:
1. Isinya menggambarkan suatu benda, tempat, makhluk hidup, atau
sesama tertentu.
2. Penggambaran dilakukan dengan pancaindra, diantaranya indra
penglihatan, indra pendengaran, indra penciuman, indra pengecapan,
atau indra perabaan.
3. Orang-orang yang membaca atau yang diceritakan ikut merasakan
dan melihat sendiri objek yang dimaksud.

3) Paragraph Persuasi
a. Pengertian paragraph Persuasi
Paragraf persuasi (ajakan) adalah paragraf yang berisi unsur ajakan, imbauan,
bujukan, atau saran kepada pembaca. Persuasi mengutamakan emosi atau perasan
pembaca, sedangkan sasaran argumentasi menitikberatkan pada logika pembaca.
Persuasi bertujuan agar pembaca terbujuk (Wijayanti dkk., 2014:131).
Paragraf persuasi adalah paragraf yang berisi ajakan. Paragraf persuasi bertujuan
untuk membujuk pembaca agar mau melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan
penulisnya. Artinya, jika ingin tujuan tercapai, penulis harus mampu menyampaikan
bukti dengan data dan fakta pendukung (Suladi, 2014:72).
Jadi, paragraf persuasi adalah paragraf yang berisi ajakan mengutamakan emosi atau
perasaan pembaca. Penulis menyertakan bukti data dan fakta pendukung dengan tujuan
agar pembaca terbujuk.
b. Ciri-ciri paragraph Persuasi
Vendrafirdian (2008) mengungkapkan ciri-ciri persuasi yaitu:
1. Harus menimbulkan kepercayaan pendengar/ pembacanya.
2. Bertolak atas pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah.
3. Menciptakan persesuaian melalui kepercayaan antara penulis dan pembaca.
4. Menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan tujuan tercapai.
5. Harus ada fakta dan data yang mendukung.
Menurut Pratama (2009), ciri-ciri paragraf persuasi antara lain:
1. Mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat.
2. Bertujuan mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca agar mereka mau
berbuat, bertindak, atau melakukan sesuatu secara sukarela sesuai yang
diinginkan pengarang.
3. Membuktikkan kebenaran pendapat pengarang sehingga tercipta keyakinan
dan kepercayaan pada diri pembaca.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri paragraf persuasi
adalah mengungkapkan ide atau gagasan, bertujuan mempengaruhi pembaca, dan
disertai dengan fakta untuk mendukung gagasan.

4) Paragraf Argumentasi
a. Pengertian paragraph Argumentasi
Paragraf argumentasi (bahasan) adalah paragraf yang berisi pembuktian atau
pembahasan atas pendapat penulis tentang suatu hal. Dalam paragraf argumentasi,
penulis berusaha meyakinkan pembaca dengan menyertakan bukti, contoh, atau alas an
(Wijayanti dkk., 2014:131).
Paragraf argumentasi atau paragraf bahasan adalah suatu corak paragraf yang
bertujuan membuktikan pendapat penulis agar pembaca menerima pendapatnya. Dalam
paragraf ini penulis menyampaikan pendapat yang disertai penjelasan dan alasan yang
kuat dan meyakinkan dengan maksud agar pembaca bisa terpengaruh (Suladi, 2014:74).
Jadi, paragraf argumentasi adalah paragraf yang berisi pembahasan atas pendapat
penulis tentang suatu hal yang disertai dengan bukti penjelasan, contoh, atau alasan
yang kuat dan meyakinkan dengan maksud agar pembaca bisa terpengaruh.
b. Ciri- ciri paragraph Argumentasi
Nursisto (1999:43) mengemukakan ciri-ciri paragraf argumentasi adalah sebagai
berikut.
1. Mengandung bukti dan kebenaran.
2. Alasan kuat.
3. Menggunakan bahasa denotatif.
4. Analisis rasional (berdasarkan fakta).
5. Unsur subjektif dan emosional sangat dibatasi (sedapat mungkin tidak ada).
Indriati (2001: 79) menyatakan bahwa argumentasi yang kuat harus mengandung
lima ciri-ciri. Lima ciri-ciri tersebut antara lain:
1. klaim (claim),
2. bukti afirmatif (setuju) dan bukti kontradiktif (bantahan),
3. garansi/justifikasi (warrant),
4. kompromi (concessions), dan
5. sumber aset (reservations).
Berdasarkan pemaparan yang disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa paragraf
argumentasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, terdapat pernayataan atas suatu
pendapat. Kedua, menyertakan alasan untuk meyakinkan orang lain mengenai pendapat
yang disampaikan. Ketiga, mengandung bukti kebenaran berupa data dan fakta
pendukung yang relevan. Keempat, analisis yang dilakukan berdasarkan data dan fakta
yang disampaikan.

5) Paragraf Narasi
a. Pengertian paragraph Narasi
Paragraf narasi (kisahan) adalah paragraf yang berisi kisahan, cerita rekaan, atau
cerita pengalaman. Cerita dijalin dalam urutan waktu peristiwa dan tokoh (baik manusia
maupun benda yang ‘dimanusiakan’) yang menjadi sorotan kisah penulisnya. Narasi
buka hanya terdapat pada karya fiksi, melainkan juga nonfiksi (Wijayanti dkk.,
2014:129).
Narasi merupakan gaya pengungkapan yang bertujuan menceritakan atau
mengisahkan rangkaian kejadian atau peristiwa (baik peristiwa kenyataan maupun
peristiwa rekaan) atau pengalaman hidup berdasarkan perkembangannya dari waktu ke
waktu sehingga tampak seolah-olah pembaca mengalami sendiri peristiwa itu. (Suladi,
2014: 59-60).
Jadi, paragraf narasi merupakan paragraf fiksi atau non fiksi yang berisi kisahan,
rekaan, atau pengalaman berdasarkan pengembangannya dari waktu ke waktu sehingga
seolah-olah pembaca mengalami sendiri peristiwa itu.
b.Ciri- ciri Paragraf Narasi
Ciri utama paragraf narasi adalah gerak atau perubahan dari keadaan suatu waktu
menjadi keadaan yang lain pada waktu berikutnya melalui peristiwa-peristiwa yang
berangkaian (Sujanto 1988:3).
Suparno dan Mohammad Yunus (2007:111) menjelaskan ciri-ciri karangan narasi
yang membedakan dengan karangan yang lain, yaitu karangan narasi adalahragam
wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Sasarannya adalah
memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah,
urutan, atau rangkaian terjadinya sesuatu hal.
Menurut Keraf (2000:136) yang menjadi ciri dari karangan narasi adalah:
1. Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan.
2. Dirangkai dalam urutan waktu.
3. Berusaha menjawab pertanyaan (apa yang terjadi?).
4. Ada konfiks.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat ditarik simpulan ciri-ciri
paragraf narasi yaitu perubahan keadaan dari suatu waktu menjadi keadaan lain
(konflik), mementingkan urutan waktu (secara kronologis), ada tokoh yang diceritakan
atau tulisan itu berisi cerita tentang kehidupan makhluk hidup (boleh merupakan
kehidupan nyata, imajinasi, dan boleh gabungan keduanya), dan cerita itu memiliki nilai
keindahan (baik keindahan isinya, maupun dalam penyajiannya).

C. Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama nya

Jenis paragraf yang pertama adalah pengelompokan berdasarkan letak gagasan atau
kalimat utamanya di dalam paragraf, yaitu paragraf deduktif, induktif, deduktif-induktif
(campuran), dan ineratif.

a. Paragraph Deduktif
Paragraph Deduktif adalah paragraf yang letak gagasan atau kalimat utamanya
terletak di awal paragraf dan diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas sebagai gagasan
pendukung.
b. Paragraf Induktif
Paragraph Induktif adalah paragraf yang letak gagasan utamanya terletak di akhir
paragraf. Ciri-ciri paragraf induktif antara lain: 1) diawali dengan penyebutan peristiwa
khusus yang berfungsi sebagai pendukung gagasan utama dan 2) menarik simpulan.
c. Paragraph Deduktif- Induktif ( Campuran )
Paragraph Deduktif- Induktif adalah paragraf yang letak gagasan utamanya terletak
di awal dan akhir paragraf. Meskipun muncul dua kali, bukan berarti gagasan utamanya
ada dua. Melainkan sebagai bentuk penegasan gagasan utama.
d. Paragraph Ineratif
Paragraph Ineratif adalah paragraf yang letak gagasan utamanya terletak di bagian
tengah paragraf. Paragraf ini memiliki pola khusus-umum-khusus atau kalimat penjelas
kalimat utama-kalimat penjelas. Kalimat penjelas ini berfungsi sebagai pengantar
atau pembuka, sementara kalimat utama berada di tengah sebagai gagasan utamanya.
Sedangkan kalimat penjelas di akhir berfungsi sebagai penegas informasi.

OBJEK ANALISIS

Meninjau Ulang Kurikulum Merdeka Sebelum Jadi Kurikulum Nasional

Penulis : Akbar Pitopang

Kabar tentang pengesahan Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum nasional memang


menimbulkan beragam reaksi di kalangan guru. Tentu, perubahan kurikulum merupakan
hal yang tidak bisa dianggap remeh, terutama bagi para pendidik selaku aktor utama
yang memiliki tanggung jawab besar terhadap proses pembelajaran. Sebagian merasa
antusias menyambut perubahan ini sebagai kesempatan untuk memperbaiki sistem
pendidikan yang sudah ada, sementara sebagian lainnya merasa khawatir dengan
potensi tantangan dan kendala yang mungkin muncul dalam implementasinya.
Pengumuman akan diresmikannya Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum nasional
telah menjadi berita hangat yang mengundang perbincangan di kalangan para
pendidik. Langkah ini diperkirakan akan mengubah lanskap pendidikan di seluruh
jenjang, menempatkan Kurikulum Merdeka sebagai panduan utama dalam proses
pembelajaran di setiap satuan pendidikan.
Namun, di tengah kabar ini, banyak guru yang merasakan kebingungan dan
kekhawatiran akan dampak implementasi kurikulum baru ini. Sebagai guru, perasaan
bingung tentu saja wajar. Kurikulum Merdeka diharapkan mampu memberikan ruang
lebih besar bagi inovasi dalam pembelajaran, namun pada saat yang sama, kekhawatiran
akan kesiapan infrastruktur pendidikan, ketersediaan sumber daya, dan pelatihan yang
memadai bagi para pendidik masih menjadi perhatian utama. Menyongsong perubahan
ini, diperlukan koordinasi yang kuat antara pemerintah, Dinas Pendidikan, satuan
pendidikan, dan stakeholder terkait untuk memastikan bahwa implementasi Kurikulum
Merdeka berjalan lancar dan efektif.
Para pendidik tentu saja menyambut setiap perubahan dengan hati terbuka, karena
itulah yang bisa dilakukan. Demi mengikuti alur perubahan yang meningkatkan mutu
pendidikan. Namun, kekhawatiran guru timbul dari kurangnya pemahaman yang
komprehensif tentang isi dan implementasi dari Kurikulum Merdeka ini. Sebuah
kurikulum nasional akan mempengaruhi setiap aspek dalam proses belajar mengajar,
tentu memerlukan pemahaman yang mendalam dan persiapan yang matang. Tidak
hanya itu, guru juga perlu memastikan bahwa kurikulum ini mampu menjangkau serta
memenuhi kebutuhan dan potensi setiap siswa.
Memang benar bahwa masih ada banyak pertanyaan yang perlu dijawab dan
tantangan yang perlu diatasi. Dengan memperhatikan peluang dan tantangan yang ada,
para guru diharapkan dapat mempersiapkan diri secara optimal untuk menyambut
Kurikulum Merdeka sebagai bagian dari perjalanan panjang menuju sistem pendidikan
yang lebih inklusif, adaptif, dan relevan dengan kebutuhan zaman.
Adanya kekhawatiran ini seharusnya dijadikan sebagai momentum untuk melakukan
diskusi mendalam dan kolaborasi antara para pendidik, pemerintah, praktisi dan
stakeholders pendidikan lainnya. Diperlukan forum-forum yang memfasilitasi
pertukaran gagasan, analisis mendalam, dan penyusunan strategi untuk
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara efektif dan efisien.
Satu hal yang sangat penting yakni pendidik wajib diberikan pelatihan dan dukungan
yang memadai untuk mengimplementasikan "kurikulum baru" ini dengan baik.Sebagai
guru, sebenarnya saya masih sedikit bingung untuk mengomentari masalah ini. Dan
saya yakin rekan guru yang lainnya juga harap-harap cemas dengan rencana penetapan
kurikulum nasional ini.
Pertama, kesiapan sekolah
Situasi dimana masih banyak sekolah yang baru mengenal Kurikulum Merdeka dan
baru beradaptasi untuk menerapkannya menimbulkan kebingungan dan kekhawatiran di
kalangan para pendidik. Seiring pengumuman bahwa Kurikulum Merdeka akan menjadi
kurikulum nasional, banyak guru merasakan adanya tekanan tambahan untuk
memahami dan mengimplementasikan kurikulum baru ini dengan cepat dan tepat.
Tentu saja, sebagai pendidik, kami menginginkan yang terbaik untuk peserta didik.
Namun, tantangan yang dihadapi ketika harus beradaptasi dengan perubahan kurikulum
ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Bagi sebagian sekolah, seperti yang saya alami,
penerapan Kurikulum Merdeka masih sebagian dengan beberapa kelas sudah
menerapkannya sementara kelas lain masih menggunakan Kurikulum 2013.Kenyataan
ini menunjukkan bahwa proses transisi ke Kurikulum Merdeka tidaklah mudah,
terutama ketika harus dilakukan secara bertahap dan terbatas. Belum lagi, banyaknya
perbedaan dalam pemahaman dan kesiapan mengimplementasikan kurikulum baru ini di
antara berbagai sekolah. Hal ini dapat menciptakan ketidakpastian dan kekhawatiran di
kalangan pendidik, mengingat pentingnya menyelaraskan kurikulum dengan tujuan
pendidikan nasional sambil memperhatikan kebutuhan unik dan potensi setiap siswa.
Kedua, kesiapan guru
Ketidakpastian dan kekhawatiran yang diungkapkan oleh banyak guru terkait
Kurikulum Merdeka tidaklah mengherankan, terutama mengingat masih banyaknya
pendidik yang belum mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang memadai tentang
kurikulum ini. Fenomena ini menyoroti pentingnya peningkatan pemahaman dan
kesiapan guru dalam menghadapi perubahan kurikulum.
Saat banyak guru masih menganggap bahwa Kurikulum Merdeka hanya membawa
sedikit perubahan dari kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum 2013. Hal ini
mencerminkan kurangnya pemahaman mendalam tentang substansi dan prinsip-prinsip
yang mendasari kurikulum baru ini. Banyak istilah baru yang diperkenalkan dalam
Kurikulum Merdeka seringkali dianggap hanya sebagai perubahan nama untuk istilah-
istilah yang sudah dikenal dalam Kurikulum 2013. Akibatnya, dalam penerapannya,
banyak guru yang masih merasa terjebak dalam suasana Kurikulum 2013 dan kesulitan
untuk beralih sepenuhnya ke Kurikulum Merdeka.
Penting untuk diingat bahwa Kurikulum Merdeka mengusung visi dan pendekatan
baru dalam pembelajaran, dengan fokus pada pengembangan potensi siswa secara
holistik. Ini berarti ada pergeseran paradigma yang mendasar dalam cara pendidikan
dipahami dan diimplementasikan.Oleh karena itu, untuk mengatasi ketidakpastian dan
kebingungan ini, diperlukan upaya serius untuk meningkatkan pemahaman dan kesiapan
guru dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Hal ini dapat dilakukan melalui
pelatihan yang intensif, workshop, dan program pengembangan kompetensi.
Selain itu, penting juga untuk memfasilitasi forum diskusi dan pertukaran
pengalaman antar guru untuk saling belajar dan mendukung satu sama lain dalam proses
transisi ini. Dengan upaya bersama dan komitmen untuk terus belajar dan beradaptasi
dengan perubahan, kita dapat memastikan bahwa implementasi Kurikulum Merdeka
berjalan lancar dan memberikan manfaat yang maksimal bagi pendidikan di Indonesia.
Ketiga, tantangan mindset
Tantangan untuk menyamakan mindset tentang Kurikulum Merdeka memang menjadi
hal yang penting dalam memastikan keberhasilan implementasi. Salah satu cara untuk
mengatasi tantangan ini adalah dengan menegaskan aturan yang jelas dan tegas terkait
dengan penerapan Kurikulum Merdeka di semua sekolah.
Memang, penting untuk diakui bahwa adanya dua jalur penerapan kurikulum, seperti
Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka, dapat menciptakan kebingungan dan
memecah fokus di kalangan guru. Stop penerapan Kurikulum 2013 menjadi langkah
yang logis untuk menghindari kebingungan dan ketidakpastian dalam proses
pembelajaran. Dengan menetapkan kebijakan yang mengharuskan semua sekolah untuk
menerapkan Kurikulum Merdeka secara keseluruhan, kita dapat memastikan bahwa
semua pendidik memiliki fokus yang sama dalam mengembangkan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan perspektif Kurikulum Merdeka.
Dengan mengarahkan semua sekolah untuk menerapkan Kurikulum Merdeka, akan
lebih mudah untuk menyamakan mindset dan menghindari kekeliruan dalam pandangan
tentang pendidikan. Transisi ke Kurikulum Merdeka haruslah dilakukan secara bertahap
dan disertai dengan dukungan yang memadai bagi para pendidik. Dengan mengambil
langkah-langkah yang tepat dan memastikan adanya aturan yang jelas dan tegas terkait
dengan penerapan Kurikulum Merdeka di semua sekolah, dapat menciptakan
lingkungan yang mendukung bagi pendidik untuk mengembangkan mindset yang sesuai
dengan visi dan nilai-nilai Kurikulum Merdeka.
Keempat, kendala infrastruktur Pendidikan
Tantangan infrastruktur pendidikan yang masih buruk di berbagai daerah merupakan
hambatan nyata dalam implementasi Kurikulum Merdeka, terutama ketika kurikulum
ini sangat erat kaitannya dengan penerapan teknologi dalam pembelajaran. Misalnya,
pelaksanaan ANBK (Asesmen Nasional Berbasis Komputer) dan penerapan Platform
Merdeka Mengajar (PMM) memerlukan akses internet yang baik untuk dapat diakses
dengan lancar. Namun, kenyataannya, banyak daerah masih menghadapi kendala dalam
hal fasilitas internet yang buruk atau bahkan tidak tersedia sama sekali. Kondisi ini
menjadi sumber masalah serius bagi guru dan siswa dalam menerapkan Kurikulum
Merdeka. Perjuangan yang harus dihadapi oleh para pendidik dan peserta didik untuk
mengatasi keterbatasan infrastruktur ini seringkali memunculkan tantangan dan
kesulitan dalam proses pembelajaran.
Guru dan siswa harus berjuang lebih keras untuk menyesuaikan diri dengan
kurikulum baru yang memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran, terlebih lagi jika
akses internet masih terbatas. Kendala-kendala seperti ini menjadi cerminan dari
masalah klasik yang masih dihadapi dalam dunia pendidikan di negeri ini, dimana
kesenjangan infrastruktur pendidikan antar daerah masih menjadi persoalan yang belum
terselesaikan secara menyeluruh. Dalam menghadapi tantangan ini, diperlukan upaya
kolaboratif untuk mencari solusi yang efektif dan berkelanjutan. Langkah-langkah
konkret seperti peningkatan infrastruktur internet, pelatihan teknologi bagi guru dan
siswa, serta pengembangan alternatif untuk pembelajaran terdiferensiasi dapat menjadi
langkah dalam mengatasi hambatan ini.
Kelima, implementasi belum optimal
Kritik terhadap penerapan Kurikulum Merdeka yang masih ala kadarnya memang
menjadi sorotan penting. Banyaknya kegiatan yang belum dilaksanakan secara utuh
dalam kurikulum ini, seperti Asesmen Diagnostik di awal semester, proses penilaian
yang masih terpusat, serta pelaksanaan projek yang belum optimal, menunjukkan bahwa
masih banyak ruang untuk perbaikan dan peningkatan dalam implementasi Kurikulum
Merdeka.
Faktor-faktor seperti kurangnya pelatihan dan dukungan yang memadai bagi guru,
serta kurangnya pengawasan dari pihak terkait. Kondisi ini juga mencerminkan
perlunya sistem pengawasan dan evaluasi yang lebih ketat dalam mengawasi
implementasi Kurikulum Merdeka. Dengan adanya pengawasan yang lebih baik,
sekolah dan guru akan lebih terdorong untuk melaksanakan kurikulum ini secara lebih
konsisten dan efektif.
Keenam, politisasi pendidikan
Isu politisasi dalam dunia pendidikan seringkali menjadi perhatian utama. Perubahan
kurikulum yang terjadi setiap kali terjadi pergantian presiden atau menteri pendidikan
telah menjadi pola yang terlalu sering terjadi. Ini menimbulkan pertanyaan tentang
konsistensi dan stabilitas dalam pengembangan kurikulum yang akan berdampak
langsung pada proses pembelajaran. Kurikulum seharusnya didasarkan pada penelitian,
bukan pada preferensi atau kebijakan politik. Penting bagi kurikulum untuk tetap
relevan, mengikuti perkembangan global, dan menyesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat dan dunia kerja.
Jika setiap pergantian kepemimpinan membawa perubahan dalam kurikulum, hal ini
dapat mengganggu kondusifitas proses pembelajaran yang berkelanjutan. Ketika
Kurikulum Merdeka dijadikan kurikulum nasional menjelang pergantian
kepemimpinan, memang muncul kekhawatiran tentang apakah kebijakan tersebut akan
bertahan atau berubah lagi di masa depan.
Penting bagi kita semua, terutama para pendidik, untuk terus mengadvokasi
pentingnya memiliki kurikulum yang konsisten dan berbasis bukti atau hasil serta tujuan
yang jelas. Perubahan kurikulum yang seringkali tidak hanya membingungkan bagi
guru dan siswa, tetapi juga dapat menghambat pencapaian tujuan pendidikan jangka
panjang karena adanya kepentingan politik.
Hasil analisis objek kajian

Paragraph pertama merupakan paragraph deduktif yang dimana terletak di awal


paragraph dan diikuti oleh kalimat penjelas sebagai gagasan pendukung. Paragraph
pertama ide pokok nya yaitu terletak pada kalimat “pengesahan Kurikulum Merdeka
sebagai kurikulum nasional dan ditegaskan kembali pada kalimat perubahan kurikulum
merupakan hal yang tidak bisa dianggap remeh, terutama bagi para pendidik yang
memiliki tanggung jawab besar terhadap proses pembelajaran. Jenis paragraph ini yaitu
paragraph Eksposisi.
Paragraph ke-dua merupakan paragraph deduktif yang dimana dijelaskan pada ide
pokok nya yaitu tentang pengumuman akan diresmikannya Kurikulum Merdeka sebagai
kurikulum nasional telah menjadi berita hangat dan ditegaskan kembali pada kalimat
Langkah ini ini diperkirakan akan mengubah lanskap Pendidikan di seluruh jenjang.
Jenis paragraph ini yaitu paragraph Eksposisi.
Paragraph ke-tiga merupakan paragraph deduktif yang dimana dijelaskan pada ide
pokok nya yaitu tentang guru yang merasakan kebingungan dan kekhawatiran akan
dampak implementasi kurikulum baru ini, dan ditegaskan kembali pada kalimat
menyongsong perubahan ini, diperlukan koordinasi yang kuat antara pemerintah, dinas
Pendidikan, satuan Pendidikan, dan stakeholder terkait untuk memastikan bahwa
implementasi Kurikulum Merdeka berjalan lancar dan efektif. Jenis paragraph ini yaitu
paragraph paragraph Persuasi
Paragraph ke-empat merupakan paragraph Induktif yang dimana dijelaskan pada ide
pokok nya yaitu sebuah kurikulum nasional akan mempengaruhi setiap aspek dalam
proses belajar mengajar,guru juga perlu memastikan bahwa kurikulum ini mampu
menjangkau serta memenuhi kebutuhan dan potensi setiap siswa. Jenis paragraph ini
yaitu paragraph Argumentasi.
Paragraph ke-lima merupakan paragraph deduktif- induktif yang dimana dijelaskan
pada ide pokok nya bahwa masih ada banyak pertanyaan yang perlu dijawab dan
tantangan yang perlu diatasi, dan ditegaskan kembali pada kalimat para guru diharapkan
dapat mempersiapkan diri secara optimal untuk menyambut Kurikulum Merdeka
sebagai bagian dari perjalanan panjang menuju sisitem Pendidikan yang lebih inklusif,
adaptif, dan relevan, dengan kebutuhan zaman. Jenis paragraph ini yaitu paragraph
Eksposisi.
Paragraph ke-6 merupakan paragraph deduktif yang dimana dijelaskan pada ide
pokok nya tentang adanya kekhawatiran menimbulkan momentum untuk melakukan
diskusi mendalam dan kolaborasi antara para pendidik, pemerintah, praktisi dan
stakeholders Pendidikan lainnya. Dan ditegaskan Kembali pada diperlukan forum-
forum yang memfasilitasi pertukaran gagasan, analisis mendalam, dan penyusunan
strategis untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara efektif dann efisien.
Jenis paragraph ini yaitu paragraph Eksposisi.
Paragraph ke-7 merupakan paragraph deduktif yang dimana dijelaskan pada ide
pokok nya tentang pendidik wajib diberikan pelatihan dan dukungan yang memadai
untuk mengimplementasikan kurikulum baru ini dengan baik. Jenis paragraph ini
merupakan jenis paragraph Eksposisi
Paragraph ke-8 merupakan paragraph Induktif yang dimana dijelaskan pada ide
pokok nya tentang pengumuman bahwa kurikulum Merdeka akan menjadi kurikulum
nasional dan ditegaskan kembali bahwa guru merasakan adanya tekanan tambahan
untuk memahami dan mengimplementasikan kurikulum baru ini dengan cepat dan tepat.
Jenis paragraph ini yaitu paragraph Argumentasi.
Paragraph ke-9 merupakan paragraph deduktif- Induktif yang dimana dijelaskan pada
ide pokok nya yaitu kenyataan menunjukan bahwa proses transisi ke kurikulum
Merdeka tidaklah mudah dan ditegaskan kembali bahwa hal tersebut menciptakan
ketidakpastian dan kekhawatiran dikalangan pendidik, mengingat pentingnya
menyelaraskan kurikulum dengan tujuan Pendidikan nasional sambil memperhatikan
kebutuhan unik dan potensi setiap siswa. Jenis paragraph ini yaitu paragraph
Argumentasi.
Paragraph ke-10 merupakan paragraph Induktif yang dimana dijelaskan pada ide
pokok nya tentang pentingnya peningkatan pemahaman dan kesiapan guru dalam
menghadapi perubahan kurikulum. Jenis paragraph ini merupakan paragraph Eksposisi.
Paragraph ke-11 merupakan paragraph deduktif-induktif yang dimana dijelaskan
pada ide pokok nya yaitu mencerminkan kurangnya pemahaman mendalam tentang
substansi dan prinsip-prinsip yang mendasari kurikulum baru. Dan ditegaskan kembali
bahwa dalam penerapannya banyak guru yang masih merasa terjebak dalam susunan
kurikulum 2013 dan kesulitan untuk beralih sepenuhnya ke Kurikulum Merdeka. Jenis
paragraph ini yaitu paragraph Eksposisi.
KESIMPULAN

Dari artikel ilmiah diatas dapat disimpulkan bahwa paragraph dapat diartikan sebagai
gabungan dari beberapa kalimat. Paragraph mempunyai beberapa jenis. Setiap jenis paragraph
mempunyai tujuan tertentu sehingga berbeda antara satu sama lain. Jenis- jenis paragraph
berdasarkan isinya antara lain paragraph eksposisi, deskripsi, persuasi, argumentasi, dan narasi.
Sedangkan berdasakan letak kalimat utama nya paragraph dibagi menjadi 3 yaitu paragraph
deduktif, induktif dan deduktif- induktif. Kalimat- kalimat yang bergabung membentuk sebuah
paragraph saling berkaitan dan memiliki satu tema. Paragraph juga dapat disebut sebagai
penuangan ide dari penulis melalui beberapa kalimat yang berkaitan dan memiliki satu tema .
paragraph juga dapat disebut sebagai karangan yang singkat.
DAFTAR PUSTAKA

Rahardi, Kunjana. 2009. Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang. Jakarta:


Erlangga.
Suladi. 2014. Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Paragraf. Jakarta: Badan Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Kosasih, E. 2014. Jenis-Jenis Teks Analisis Fungsi, Struktur, Kaidah, serta Langkah
Penulisannya dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.
Kurniasari, Anna Nurlaila. 2014. Sarikata Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: Solusi
Distribusi.

Vendrafirdian. 2008. Makalah Bahasa Indonesia tentang Karangan Persuasi dalam


http://vendrafirdian.wordpress.com/2008/07/28/makalah-bahasa-indonesia/ (diakses pada
Senin, 6 Mei 2019 16.50)
Pratama, Riszal. 2009. Ciri Paragraf Persuasif dalam
http://riszal92.wordpress.com/2009/03/ciri-paragraf-persuasif/ (diakses pada Minggu, 5 Mei
2019 09.15)
Nursisto. 1999. Penuntun Mengarang. Yogyakarta: Adi Cita.

Indriati, Etty. 2001. Menulis Karya Ilmiah: Artikel, Skripsi, dan Disertasi. Jakarta: Gramedia.

Sujanto. 1988. Ketrampilan Berbahasa Membaca-Menulis-Berbicara untuk Mata Kuliah Dasar


Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Keraf, Gorys. 2000. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Suparno dan Mohammad Yunus. 2007. Ketrampilan Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.
https://www.kompasiana.com/akbarisation/65ebd1efc57afb1de42a1573/meninjau-ulang-kurikulum-
merdeka-sebelum-jadi-kurikulum-nasional?page=5&page_images=1https://
www.kompasiana.com/akbarisation/65ebd1efc57afb1de42a1573/meninjau-ulang-kurikulum-
merdeka-sebelum-jadi-kurikulum-nasional?page=5&page_images=1

Anda mungkin juga menyukai