Setiap warga negara memiliki hak yang sama dalam meraih pendidikan. Wilayah Indonesia yang membentang luas, membuat peluang dari tidak ratanya sistem pendidikan di Indonesia semakin lebih besar. Jangkauan pemerintah pusat untuk mengatur sistem pendidikan di daerah peloksok juga sangat sulit. Sitem pendidikan, sarana pendidikan, tenaga pendidik Sekolah Dasar di daerah Kampung Rahong masih jauh dari kata baik. Bahkan jalanan menuju sekolah yang ditempuh dengan waktu beberapa jam, juga ikut menghambat jalannya kelancaran kegiatan pembelajaran. Mungkin akan memiliki cerita lain, jika pendidik di SDN Padasuka 4, adalah warga setempat di kampung tersebut. Peran guru pengganti selalu ada setiap hari. Alasan yang sangat sederhana, jalanan yang jauh ditempuh, membuat para pendidik terlambat untuk datang ke sekolah. Hal itu juga yang membuat pengetahuan peserta didik, tidak seperti anak sebayanya di sekolah lain. Tak usah jauh melihat kepedulian pemerintah pusat, tentunya pemerintah daerah harus lebih peduli akan sistem pendidikan yang ada di wilayahnya. Jika ini terus berkelanjutan, bagaimana dengan hak warga negara dalam mendapatkan pendidikan yang layak. Bagaimana pula jika tidak ada peran guru pengganti setiap hari. Guru pengganti hanya seorang diri, Pak Hendi tentunya akan kesulitan untuk mengatur 40 peserta didik yang ada. Peran guru pengganti membuat peserta didik lebih kondusif untuk menunggu gurunya datang ke sekolah. Jika tidak ada guru pengganti, maka peserta didik akan dibiarkan saja entah sampai berapa lama. Seakan usaha peserta didik menempuh jalanan yang jauh untuk sampai ke sekolahnya, terlihat sia-sia. Guru pengganti itu juga sangat prihatin dengan kondisi sekolahnya. Mungkin hal yang mudah bagi guru pengganti untuk keluar dari kampung itu, tapi katanya “hidupnya harus berguna di tempat ia dilahirkan, jika bukan dia mau siapa lagi yang akan peduli” seakan luar biasa niatnya. Tidak baiknya sistem pendidikan yang ada, juga dapat membuat kegiatan pembelajaran lebih terhambat. Anak-anak jarang mendapatkan pembelajaran di kelas, dengan waktu yang singkat tidak dapat membuat ilmu itu sampai ke otak. Guru penganti ini adalah pribumi yaang peduli akan pendidikan yang ada di kampungnya. Guru penganti ini adalah guru olahraga di sekolahnya, di mana setiap hari selasa diadakan senam bersama. Guru pengganti ini juga melatih anak-anak untuk menjadi petugas upacara di hari senin. Mungkin bisa saja guru pengganti ini melakukan hal yang sama, telat datang ke sekolah seperti guru lainnya. Tetapi kepeduliannya itu lebih besar dari pada keinginannya. Tentunya kelancaran pembelajaran dinilai dari dua arah, pendidik dan peserta didik. Bukan selalu salah peserta didik, jika pembelajaran terhambat. Pendidik juga ikut salah, jika tidak adanya kepedulian dalam mengajar. Bahkan pemerintah juga harus disalahkan, banyaknya beban administrasi bagi guru, membuat pendidik harus membagi pikirannya. Dua pilihan yang memang harus dijalankan, mengurus administrasi atau mengurus kewajiban mengajar. Jika memilih kewajiban mengajar, seharusnya pendidik juga harus mengatur waktu berangkat ke sekolah agar tidak terlalu telat. Pendidik harus memperhatikan peserta didik dalam belajar, agar tidak ada lagi peserta didik yang duduk di bangku kelas 3,4, dan 6 yang masih belum bisa membaca dan berhitung. Siapa lagi yang mau disalahkan dari kegagalan itu, jika bukan pendidik. Karena pada dasarnya terciptanya pembelajaran yang baik, itu kerja sama antara peserta didik dan pendidik.