Anda di halaman 1dari 7

VOLI DUDUK (SITTING VOLLEYBALL)

1. Sejarah
Voli duduk merupakan modifikasi dari cabang olahraga bola voli yang bertujuan
untuk memungkinkan penyandang disabilitas khususnya tuna daksa ekstremitas bawah
agar tetap dapat bermain bola voli. Pada awalnya cabang olahraga yang sekarang disebut
voli duduk tidaklah seperti sekarang beberapa merupakan adopsi dan evolusi dari
olahraga paralimpik lain yang ada yaitu sitzball, dan sitzball sendiri akhirnya lenyap karena
dianggap terlalu pasif untuk sebuah cabang olahraga. Mulanya cabang bola voli
paralimpiade dimainkan berdiri sampai tahun 1980, dimainkan oleh pria dan wanita, dan
pada 2004 versi voli berdiri akhirnya ditinggalkan sebagai mode paralimpik dan dilanjutan
dengan bola voli duduk.

2. Persamaan Dan Perbedaan Antara Bola Voli Duduk Dan Bola Voli Umum
Bola voli duduk mempunyai persamaan dan perbedaan dengan bola voli umum,
beberapa perbedaan tersebut diciptakan untuk memberikan kemudahan bagi pemain
dalam melakukan bola voli duduk. Beberapa perbedaan dan persamaan antara bola voli
duduk dengan bola voli umum adalah sebagai berikut :
a. Kesamaan
1. Setiap tim diizinkan memiliki hingga tiga kontak atau sentuhan dengan bola
sebelum mengembalikannya ke sisi lapangan tim lawan.
2. Setiap pertandingan adalah yang terbaik dari lima set, dimainkan hingga 25 poin,
tetapi Anda harus menang dengan dua. Jika set kelima diperlukan, set itu
dimainkan hingga 15 poin, dan sekali lagi, Anda harus menang dengan dua.

b. Perbedaan
1. Dalam bola voli duduk, jaring sekitar 3 kaki, dan lapangan 10 x 6 meter dengan
garis serangan 2 meter. Lapangan ini dibagi menjadi dua sisi dengan kedalaman
5m dan lebar 6m. Tinggi bersih ditetapkan pada ketinggian 1,15 m untuk pria, dan
1,05 m untuk wanita.
2. Pemain diizinkan untuk memblokir servis, tetapi satu "pipi" harus bersentuhan
dengan lantai setiap kali mereka melakukan kontak dengan bola.
3. Pemain harus tetap berhubungan dengan pengadilan setiap saat saat memegang
bola. Berdiri, naik, atau mengambil langkah tidak diizinkan. Hilangnya kontak
singkat dengan pengadilan diizinkan dalam dua skenario: ketika melakukan
permainan defensif di zona belakang untuk menyelamatkan bola dan ketika
melakukan permainan defensif di zona depan.

3. Klasifikasi
Seperti pada banyak cabang olahraga Paralimpik, dalam bola voli yang
disesuaikan ada juga klasifikasi sesuai dengan tingkat keterbatasan pemain, yang
kemudian dapat mempengaruhi kesatuan tim yang bermain sesuai dengan beberapa
peraturan kompetisi. Beberapa peringkat pada bola voli duduk adalah sebagai berikut:

a. Kelas A1: mengacu pada pemain dengan amputasi ganda di atas atau melalui
sendi lutut (Double AK, “Above Knee”, yang berarti “di atas lutut”).
b. Kelas A2: seperti klasifikasi sebelumnya, yaitu mengacu pada amputasi di atas
atau melalui sendi lutut, namun sebagian dan bukan amputasi ganda.
c. Kelas A3: adalah mereka dengan amputasi ganda di bawah lutut (Di bawah lutut,
BK), melalui dan atau di atas sendi talus-calcanear.
d. Kelas A4: sama seperti yang sebelumnya, tapi dengan amputasi sebagian.
e. Kelas A5: mengacu pada atlet yang memiliki amputasi ganda di atas atau melalui
siku sendi (AE) above elbow.
f. Kelas A6: karakteristik amputasi sama dengan yang sebelumnya namun dengan
amputasi sebagian.
g. Kelas A7: mencirikan pemain dengan amputasi ganda di bawah siku (bottom
elbow, BE) melalui dan atau di atas sendi pergelangan tangan.
h. Kelas A8: seperti yang sebelumnya, namun hanya ada amputasi sebagian.
i. Kelas A9: ACMIS mengacu pada gabungan amputasi tungkai bawah dan atas.

Catatan: Ada kategori tambahan yang disebut The Others dimana yang satu ini disusun
oleh atlet dengan jenis batasan lokomotor lainnya dari yang sudah dijabarkan diatas,
serangan jantung, masalah sumsum tulang, kelumpuhan parsial, dan lain sebagainya.

4. Aturan Voli Duduk


Peraturan pada bola voli duduk tidak jauh berbeda dengan bola voli umum, tetapi
terdapat perbedaan peraturan yang berkaitan dengan perbedaan karakteristik pemain
pada bola voli duduk dan bola voli pada umumnya. Lapangan pada bola voli duduk lebih
kecil dari lapangan pada bola voli umum yaitu ukuran 10 x 6 meter. Garis serangan adalah
2 meter dari garis tengah lapangan. net 6,50 memiliki panjang 7 dan lebar 0,80 meter,
dengan ukuran 1,15 meter dari tanah untuk pria dan 1,05 meter untuk wanita. Dari pemain
tim 12, hanya ada dua paling banyak yang memiliki “cacat minimal” dan hanya satu yang
bisa bermain di lapangan. Sementara di bola voli umum posisi pemain ditandai dengan
kakinya, pada bola voli duduk ini posisi pemain ditandai dengan posisi pantat mereka, dan
memungkinkan posisi kaki atau lengan di area lain. Selama servis, penyerang manapun
diperbolehkan menyentuh bola dan mengganggu jalur servis jika berada di atas ketinggian
net. Penyerang tim lawan juga bisa memblokir servis, dimana hal tersebut tidak
diperbolehkan dalam bola voli normal.
Di setiap pertandingan ada 2 wasit yang mengawasi semua permainan dan melihat
apakah ada sesuatu yang diluar ketentuan, 2 asisten yang masing-masing berada di salah
satu ujung lapangan yang bertugas untuk mengawasi garis dimana bola dianggap masuk
atsu keluar lapangan, dan juga ada 2 petugas yang berada di meja untuk menandai skor
permainan.
5. Metode Identifikasi Bakat
Menurut Woodworth dan Marquis, bakat adalah sebuah prestasi yang mana dapat
diramalkan serta diukur dengan melalui sebuah tes khusus. Oleh karena itu, bakat bisa
dikategorikan sebagai sebuah kemampuan atau ability. Ability sendiri sebenarnya memiliki
3 arti, antara lain adalah:

a. Achievement merupakan actual ability, yang mana dapat diukur langsung dengan
menggunakan alat ataupun tes tes tertentu.
b. Capacity, merupakan potential ability yang mana hal tersebut dapat diukur dengan
cara tidak langsung yaitu melalui kecakapan individu yang mana kecakapan ini
dapat dikembangkan dengan perpaduan antara dasar dengan latihan yang intensif
serta pengalaman.
c. Aptitude, merupakan kualitas yang mana hanya dapat diukur dengan tes tes yang
emmang ditujukan untuk tujuan tersebut.

pada anak berkebutuhan khusus memerlukan pendekatan yang berbeda dalam


identifikasi bakat, pendekatan yang sangat mungkin dilakukan adalah dengan dengan
menjalin komunikasi dengan orang tua guna mengetahui ketertarikan sang anak. Selain
untuk mengetahui ketertarikan sang anak terhadap cabang olahraga tertentu, pelatih atau
calon pelatih juga perlu berkomunikasi kepada orang tua terkait keperluan yang khusus
yang diperlukan oleh anak atau calon atlet, hal tersebut berguna untuk dapat melakukan
kegiatan berlatih melatih dengan lebih efektif.
Pada cabang olahraga bola voli duduk, atletnya cenderung kepada orang
berkekurangan fisik dan cenderung memiliki mental seperti orang pada umumnya
sehingga proses identifikasi bakat lebih mudah dilakukan dengan wawancara langsung
kepada anak atau calon atlet guna mengetahui ketertarikan mereka terhadap salah satu
cabang olahraga yang terkait dengan cabang-cabang olahraga paralimpik. Terdapat
beberapa kasus yaitu atlet voli umum yang mengalami kecelakaan sehingga harus
kehilangan sebagian alat gerak yang memaksanya untuk tidak bisa melanjutkan menjadi
atlet bola voli konvensional, pada kasus ini terdapat peluang yang sangat besar baginya
untuk dapat melanjutkan karir bola voli di cabang olahraga bola voli duduk. Masalah
selanjutnya adalah penguatan mental pada atlet, tak jarang seseorang yang mengalami
kecelakaan hingga harus merelakan untuk kehilangan alat geraknya merasa sangat
terpukul bahkan hingga depresi dan kehilangan motivasi untuk melanjutkan karirnya,
tugas pelatih bersama orang tua adalah memunculkan kembali motivasi tersebut sehingga
sang atlet lebih bisa percaya diri dan optimis untuk melanjutkan karirnya didunia
perbolavolian.

Nina Gusmita, atlet voli duduk timnas Indonesia

6. Metode Melatih
Metode melatih pada cabang olahraga bola voli duduk dapat mengadopsi sebagian
dari metode melatih bola voli pada umumnya, hanya saja pelatih harus dapat
memodifikasi bentuk bentuk latihan sehingga sesuai dengan karakteristik atlet bola voli
duduk. Secara umum penulis menjabarkan tahapan dalam melatih atlet berkebutuhan
khusus pada cabang olahraga bola voli duduk, beberapa tahapan tersbut diantaranya:
a. Pendekatan kepada orang tua, anak berkebutuhan khusus cenderung lebih
memerlukan perlakuan khusus oleh orang tua mereka, oleh karenanya orang tua
sangat mengerti serba serbi yang harus dilakukan guna memenuhi kebutuhan
mereka. Pelatih harus mampu memenuhi kebutuhan khusus mereka baik berupa
fasilitas maupun kebutuhan psikologi, dikarenakan atlet berkebutuhan khusus
memiliki keterbatasan sehingga pelatih harus bijak menentikan overload saat
latihan pada sang aatlet.
b. Pendekatan kepada atlet, hal ini merupakan lanjutan dari tahapan sebelumnya
saat pelatih telah mengetahui segala sesuatu tentang si atlet dari orang tuanya.
Pendekatan kepada atlet dilakukan dengan halus dan bijaksana guna menghindari
perlakuan yang mungkin dianggap kurang tepat bagi sang atlet.
c. Pengenalan cabang olahraga bola voli duduk, pengenalan secara detail mengenai
cabang olahraga bola voli duduk kepada atlet dan orang tua atlet.
d. Melatih teknik dasar, pemberian materi tentang teknik dasar permainan bola voli
duduk kepada atlet. Pada tahap ini pelatih dituntut untuk ekstra sabar dan
bijaksana dalam memberikan materi latihan, pelatih diimbau untuk mengikuti
perinsip bahwa pelatih yang harus mengikuti kebutuhan sang atlet, dan bukan atlet
yang dituntut untuk mengikuti kemauan pelatih.

Anda mungkin juga menyukai