Anda di halaman 1dari 14

TUGAS SEJARAH

KERAJAAN TULANG BAWANG

Anggota :
- Sifa N R
- Ade R
- Ade S
- Fadil H
- Ratih

SMA NEGERI 3 CIAMIS


Jl. Bojonghuni No. 87 Maleber Ciamis
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini penulis
membahas mengenai “Kerajaan Tulang Bawang”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis
sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya makalah
ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.

Ciamis, April 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2
A. Sejarah Kerajaan Tulang Bawang .................................................. 2
B. Kehidupan Masyarakat dari Aspek Sosial dan Ekonomi ............... 4
C. Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan Tulang Bawang ................. 5
D. Peninggalan-Peninggalan Kerajaan Tulang Bawang ..................... 5
BAB III KESIMPULAN ................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tak dipungkiri bahwa Indonesia sangat mudah menerima masuknya
kebudayaan Hindu dan Budha. Masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha
dari India ke Indonesia berpengaruh besar terhadap perkembangan kebudayaan
Indonesia. Unsur-unsur kebudayaan Hindu-Budha tersebut berpadu dengan
kebudayaan asli Indonesia (terjadi proses akulturasi budaya dan proses
sinkretisme kepercayaan). Oleh karena itu, masuknya agama dan kebudayaan
Hindu dan Budha membawa perubahan-perubahan diberbagai aspek kehidupan,
baik sosial, ekonomi, budaya termasuk pada bidang birokrasi pemerintahan
dengan munculnya kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha di Indonesia. Di
Indonesia sendiri banyak peninggalan sejarah yang berunsur Hindu seperti candi,
yupa, prasasti dan kerajaan. Kerajaan Tulang Bawang adalah salah satu kerajaan
Hindu yang ada di nusantara.

B. Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Sejarah Kerajaan Tulang Bawang?
2. Bagaimana Kehidupan Masyarakat dari Aspek Sosial dan Ekonomi?
3. Apa Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan Tulang Bawang?
4. Apa saja Peninggalan-Peninggalan Kerajaan Tulang Bawang?

C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini memiliki tujuan untuk memenuhi tugas mata
pelajaran Sejarah. Selain itu adalah untuk menambah wawasan penulis maupun
para pembaca tentang kerajaan Tulang Bawang.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kerajaan Tulang Bawang


Keberadaan nama Kerajaan Tulang Bawang (To-La P’o-Hwang) sempat di
kenal di tanah air. Meski tidak secara terperinci menjelaskan, dari sejumlah
riwayat sejarah maupun catatan penziarah asal daratan Cina, mengungkap akan
keberadaan daerah kerajaan ini. Mengenai asal muasal kata Tulang Bawang
berasal dari beberapa sumber. Keberadaan Tulang Bawang, dalam berbagai
referensi, mengacu pada kronik perjalanan pendeta Tiongkok, I Tsing.
Disebutkan, kisah pengelana dari Tiongkok, I Tsing (635-713). Seorang biksu
yang berkelana dari Tiongkok (masa Dinasti Tang) ke India dan kembali lagi ke
Tiongkok. Ia tinggal di Kuil Xi Ming dan beberapa waktu pernah tinggal di
Chang’an. Dia menerjemahkan kitab agama Budha berbahasa Sanskerta ke dalam
bahasa Cina.
Berhubung orang Tionghoa itu berasal dari Ke’, seorang pendatang negeri
Cina yang asalnya dari Tartar dan dilidahnya tidak dapat menyebutkan sebutan so,
maka I Tsing mengejanya dengan sebutan to. Sehingga kata Selapon/Solapun
disebutnya To-La P’o-Hwang (Suara Pembangunan, 2005).
Memang hingga kini belum banyak catatan sejarah yang mengungkapkan
perkembangan kerajaan ini. Namun catatan Cina kuno menyebutkan pada
pertengahan abad ke 4 masehi seorang penziarah agama Budha bernama Fa-Hien
(337-422) pernah melawat ke Sumatera. Waktu itu, ketika Fa-Hien melakukan
pelayaran ke India dan Srilangka, tapi ia justru terdampar dan singgah di sebuah
kerajaan bernama To-Lang P'o-Hwang (Tulang Bawang), tepatnya di pedalaman
Chrise (Sumatera). Catatan Fa-Hien tersebut menjelaskan akan keberadaan
wilayah Kerajaan Tulang Bawang. Namun dia tidak menyebut di mana persisnya
letak pusat pemerintahan kerajaan ini.
Menurut riwayat turun temurun yang dituturkan, mengenai penamaan
Tulang Bawang salah satu sumber menyebutkan bahwa sesuai dengan Kerajaan
Tulang Bawang yang hingga kini belum di dapat secara mutlak, baik keraton
maupun rajanya, demikian juga peninggalan-peninggalannya, bahkan abad

2
berdirinya pun tidak dapat dipastikan, sipat-sipat ini sama halnya dengan sipat
bawang. Bentuk bawang, dikatakan bertulang di mana tulangnya. Semakin dicari
semakin hilang (kecil), sampai habis tak bertemu dengan tulangnya.
Riwayat kedua, menurut cerita-cerita dahulu raja Tulang Bawang ini
banyak musuh. Semua musuh-musuhnya itu harus dibunuh. Karena tempat
pembuangan mayat ini di bawang atau lebak-lebak yang akhirnya tertimbunlah
mayat-mayat tersebut didalamnya, sampai tinggal tumpukan tulang-tulang
manusia memenuhi bawang/lebak-lebak di sungai ini, maka di sebut Sungai
Tulang Bawang.
Riwayat ketiga, pada zaman raja Tulang Bawang yang pertama sekitar
abad ke IV masehi, dikisahkan permaisuri raja menghanyutkan bawang di sungai,
yang sekarang di kenal dengan sebutan Way (Sungai) Tulang Bawang. Kemudian
Permaisuri itu menyumpah-nyumpah “Sungai Bawang” lah ini. Semenjak itu,
sungai tersebut dinamakan Sungai Tulang Bawang atau Kerajaan Tulang Bawang
(Hi. Assa’ih Akip, 1976).
Menurut tuturan rakyat, Kerajaan Tulang Bawang berdiri sekitar abad ke 4
masehi atau tahun 623 masehi, dengan rajanya yang pertama bernama Mulonou
Jadi. Diperkirakan, raja ini asal-usulnya berasal dari daratan Cina. Dari namanya,
Mulonou Jadi berarti Asal Jadi. Mulonou= Asal/Mulanya dan Jadi= Jadi. Raja
Mulonou Jadi pada masa kemudiannya oleh masyarakat juga di kenal dengan
nama Mulonou Aji dan Mulonou Haji.
Setelah memerintah kerajaan, berturut-turut Raja Mulonou Jadi digantikan
oleh putra mahkota bernama Rakehan Sakti, Ratu Pesagi, Poyang Naga Berisang,
Cacat Guci, Cacat Bucit, Minak Sebala Kuwang dan pada abad ke 9 masehi
kerajaan ini di pimpin Runjung atau yang lebih di kenal dengan Minak Tabu
Gayaw.
Minak Kemala Bumi atau di kenal Haji Pejurit merupakan keturunan raja
Kerajaan Tulang Bawang yang terakhir yang telah beragama Islam. Ia lahir dan
wafat pada abad ke 16 masehi. Minak Kemala Bumi salah satu penyebar agama
Islam di Lampung dan keturunan ke sepuluh dari Tuan Rio Mangku Bumi.

3
Secara singkat, raja-raja yang pernah memerintah kerajaan Tulang Bawang
adalah sebagai berikut :
1. Mulonou Jadi/Mulonou Aji/Mulonou Haji
2. Rakehan Sakti
3. Ratu Pesagi
4. Poyang Naga Berisang
5. Cacat Guci
6. Cacat Bucit,
7. Minak Sebala Kuwang
8. Runjung/Minak Tabu Gayaw
9. Minak Kemala Bumi

B. Kehidupan Masyarakat dari Aspek Sosial dan Ekonomi


Berdasarkan catatan dari I Tsing, seorang penziarah asal daratan Cina
menyebutkan, dalam lawatannya ia pernah mampir ke sebuah daerah di Tanah
Chrise. Di mana di tempat itu, walau kehidupan sehari-hari penduduknya masih
bersipat tradisional, tapi sudah bisa membuat kerajinan tangan dari logam besi
yang dikerjakan pandai besi. Semua alat-alat pertanian seperti : pacul, gobek,
kapak, dibuat dari besi, demikian juga alat senjata : tombak, badik, keris dan
sebagainya.
Dalam perkembangan selanjutnya, kehidupan masyarakat Tulang Bawang
juga masih ditandai dengan kegiatan ekonomi yang terus bergeliat. Pada abad ke-
15, daerah Tulang Bawang dikenal sebagai salah satu pusat perdagangan di
Nusantara. Pada saat itu, komoditi lada hitam merupakan produk pertanian yang
sangat diunggulkan.
Kebudayaan Tulang Bawang adalah tradisi dan kebudayaan lanjutan dari
peradaban Skala Brak. Karena dari empat marganya, yaitu Buai Bulan, Buai
Tegamoan, Buai Umpu dan Buai Aji, di mana salah satu buai tertuanya adalah
Buai Bulan, yang jelas bagian dari Kepaksian Skala Brak Cenggiring dan
merupakan keturunan dari Putri Si Buai Bulan yang melakukan migrasi ke daerah
Tulang Bawang bersama dua marga lainnya, yakni Buai Umpu dan Buai Aji.

4
Dengan demikian, adat budaya suku Lampung Tulang Bawang dapat
dikatakan lanjutan dari tradisi peradaban Skala Brak yang berasimilasi dengan
tradisi dan kebudayaan lokal, yang dimungkinkan sekali telah ada di masa
sebelumnya atau sebelum mendapatkan pengaruh dari Kepaksian Skala Brak.
Kebudayaan Tulang Bawang yang merupakan penyimbang punggawa dari
Kepaksian Skala Brak adalah satu kesatuan dari budaya-budaya dan etnis
Lampung yang lainnya, seperti Keratuan Semaka, Keratuan Melinting, Keratuan
Darah Putih, Keratuan Komering, Sungkai Bunga Mayang, Pubian Telu Suku,
Buai Lima Way Kanan, Abung Siwo Mego dan Cikoneng Pak Pekon.

C. Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan Tulang Bawang


Meningkatnya kekuasaan Kerajaan Sriwijaya pada akhir abad ke 7 masehi,
di sebut dalam sebuah inskripsi batu tumpul Kedukan Bukit dari kaki Bukit
Seguntang, di sebelah barat daya Kota Palembang mengatakan bahwa pada tahun
683, Kerajaan Sriwijaya telah berkuasa, baik di laut maupun di darat. Dalam tahun
tersebut berarti kerajaan ini sudah mulai meningkatkan kekuasaannya.
Pada tahun 686, negara tersebut telah mengirimkan para ekspedisinya
untuk menaklukkan daerah-daerah lain di Pulau Sumatera dan Jawa. Oleh
karenanya, diperkirakan sejak masa itu Kerajaan Tulang Bawang sudah dikuasai
oleh Kerajaan Sriwijaya, atau daerah ini tidak berperan lagi di pantai timur
Lampung.
Seiring dengan makin berkembangnya Kerajaan Che-Li P'o Chie
(Sriwijaya), nama dan kebesaran Kerajaan Tulang Bawang sedikit demi sedikit
semakin pudar. Akhirnya, dengan bertambah pesatnya kejayaan Sriwijaya yang di
sebut-sebut pula sebagai kerajaan maritim dengan wilayahnya yang luas, sulit
sekali untuk mendapatkan secara terperinci prihal mengenai catatan sejarah
perkembangan Kerajaan Tulang Bawang.

D. Peninggalan-Peninggalan Kerajaan Tulang Bawang


Peninggalan-peniggalan Kerajaan Tulang Bawang ini tidak seperti
Peninggalan-peninggalan Kerajaan-kerajaan lain, seperti Batu-batu bertulis, Keris,
Babat lama, Benda-benda purba tidak ada kesemuanya dan inilah yang

5
menyebabkan kesukaran-kesukaran kita menggali Kerajaan ini dalam memberikan
penemuan yang sebenarnya, dan inilah sebabnya penulis pada pembukaan Cerita
Riwayat Sejarah Kerajaan ini, mengatakan ia mempunyai sifat-sifat khas
ketentuan-ketentuan khusus.
Kalau memang Kerajaan ini seperti Kerajaan Hindu lainnya yang
mempunyai pembuktian-pembuktian, peninggalan-peninggalan, tentu penulis
tidak kebagian seperti ini, telah didahului oleh ahli-ahli sejarah untuk
mengungkapnya lagi kalau memang sudah terungkap seperti itu. Peninggalan-
peninggalan yang ditinggalkannya berupa :
1. Tanah Atau Daerah
Segala tanah yang didiami oleh keempat marga di daerah Tulang Bawang
itu adalah tanah bekas Kerajaan Tulang Bawang, oleh karena itu keluar ia
mempunyai batas-batas tertentu, lebih jelas lagi batas-batas itu digariskan oleh apa
yang dinamakan PAKSI EMPAT ( 4 Paksi ) oleh Pemuka-pemuka Adat Pepadun
yang ada di Lampung Utara.

Pembagian ini bukan suatu hal yang baru, ia sudah ditetapkan sebelum
Adat Pepadun ada, karena ketetapan pada Zaman Hindu itu sama-sama, maka
setelah adanya Adat Pepadun yang diperkirakan menjelang abad ke XVIII atau
pada abad ke XVIII, ke samaran batas-batas ini ditetapkan oleh Paksi 4 sebagai
berikut:
1.PAGAR DEWA
2.NEGERI JUNGKARANG
3.NEGERI BESAR
4.KOTA BUMI.

6
2. Tulisan Atau Aksara Lampung

Aksara Lampung Dari Kulit Kayu


Surat Lampung ini kalau kita teliti dan selidiki dari bentuk gambar
hurufnya, maka tulisan ini berasal dari tulisan huruf Pallawa Hindu. Tulisan ini
kebanyakan ditulis oleh nenek moyang kita diatas kulit kayu Jeluang, dan di Pagar
dewa di atas kulit kayu alim yang kayu ini tumbuhnya disekitar danau Lambo
sebelah ujung kampung Pagar Dewa.

3. Alat Pertanian dan Senjata dari Besi

Semua alat-alat pertanian seperti : pacul, gobek, kapak, dibuat dari besi,
demikian juga alat senjata : tombak, badik, keris dan sebagainya bukankah ini dari
besi?
diatas telah penulis singgung pada tahun 671 Pendeta Tiongkok I TSING
pernah mengadakan pencatatan-pencatatan tentang Kerajaan Tulang Bawang,

7
bahwa didapatinya Rakyat disana sudah maju, pandai membuat gula dan membuat
besi.
Jelas disini gula aren yang kita minum sekarang, demikian juga senjata-
senjata dari besi adalah dari Zaman Hindu dari Kerajaan Tulang Bawang asalnya,
malahan di Pagar Dewa sekarang ini masih ada pandai besi (tukang membuat
senjata) badik, keris, dan sebagainya. Malahan menurut keterangan Batu Tempaan
Kuno ada pada orang tersebut, orang Kalianda mengakui atas kebenaran ini,
mereka punya bahannya (besi segelungan), Pagar Dewa punya tepaannya.bahkan
di Lampung pembuatan sarung-sarung dari pada senjata-senjata ini yang dikenal
hanya Pagar Dewalah tempat pembuatan sarung badik yang terbaik, berita ini
sampai sekarang masih disebut-sebut.

4. Benda-Benda Kuno

Benda-benda kuno dan benda-benda yang dapat dijadikan pembuktian


seperti yang pernah didapati oleh ahli-ahli Purbakala di daerah-daerah Kerajaan
Hindu lainnya penulis kira di Tulang Bawang ini ADA.
Dimana benda-benda tersebut inilah perlu kita gali dan kita selidiki,
benda-benda tersebut di Kerajaan ini masih terpendam semuanya.
Kalau ada tetap ada, buktinya ada, sejak abad ke XIX barang-barang ini
berangsur-angsur dinampakan atau ditampakkan oleh yang empunya, siapa yang
punya jelas poyang-poyang yang menjadikan Kerajaan ini
Dimana-mana terdapat dan terdengar barang-barang yang terpendam di
Kerajaan ini misalnya di Kampung Gedung Aji, pernah penulis mendengar disini
didapati piring, di Pagar Dewa pada awal permulaan abad ke XIX didapati 3 guci,
karena guci ini sangat ganjil pandai berkata-kata minta dipulangkan lagi, maka

8
terpaksa oleh yang menemukannya dipulangkan kedalam sungai Tulang Bawang
di BUMI RATA PAGAR DEWA.
Beberapa tahun yang lalu penduduk asli Pagar Dewa pernah menemukan
sebuah kobokan Purba dan sampai sekarang benda tersebut ada di tangannya.
Terang bagi kita bahwa barang-barang kuno ini ada di kerajaan Tulang
Bawang, hanya menunggu siapa-siapa yang akan memulai mengadakan
penyelidikan dan penggalian barang-barang yang masih terpendam ini.

9
BAB III
KESIMPULAN

Setelah kita mengikuti Risalah kecil ini tentang Riwayat Sejarah Kerajaan
Tulang Bawang, maka kita dapat mengambil suatu kesimpulan sebagai berikut :
1. Kerajaan Tulang Bawang pada awal berdirinya adalah kerajaan Hindu.
2. Raja Tulang Bawang yang pertama diperkirakan Mulonou Aji/Mulonou Haji
Tahun 623 M.
3. Raja Tulang Bawang yang terakhir adalah Minak Pati Pejurit dengan gelar
Minak Kemala Bumi.
4. Adat Imigrasi / Transmigrasi sudah ada sejak zamannya Kerajaan Tulang
Bawang.
5. Demokrasi dan Hak Azazi Manusia sudah ada sejak Zamannya Minak
Kemala Bumi.
6. Penyebaran Agama Islam di Lampung adalah Minak Kemala Bumi.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://tulangbawangkab.go.id/?page_id=223
http://northmelanesian.blogspot.co.id/2012/12/sejarah-kerajaan-tulang-bawang-
lampung.html
http://putra-lampung.blogspot.com/2012/08/kerajaan-tulang-bawang.html
http://melayuonline.com/ind/history/dig/408/kerajaan-tulang-bawang
https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Tulang_Bawang
http://bangekmengan.blogspot.co.id/
http://www.academia.edu/9689893/Kerajaan_tulang_bawang

11

Anda mungkin juga menyukai