Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN

HASIL WAWANCARA IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR BEHAVIORISME,


KOGNITIVISME, KONSTRUKTIVISME, DAN HUMANISME DALAM
PEMBELAJARAN DI MADRASAH ALIYAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar dan pembelajaran
Dosen Pengampun: Afifah Nur Aini, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 4:

1. UMI LATIFAH (221101070007)


2. NURUL HASANAH (221101070026)
3. ULIN NIKMAH (221101070030)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
TADRIS MATEMATIKA
DESEMBER 2022
Lampiran 1

Transkip hasil wawancara

Tanggal : 7 Desember 2022

Informan : Farhatunisa

Tempat : Ruang Guru MA ANNURIYAH

Uraian : Dalam wawancara ini kami secara khusus menghadap guru matematika.
Wawancara ini difokuskan pada seputar metode mengajar guru, dan masalah
yang dihadapi dalam melaksanakan pembelajaran materi dan metode dalam
pembelajaran matematika.

Mahasiswa : “Assalamualaikum bu, mohon maaf sebelumnya kami dari

mahasiswa UIN KHAS Jember dari prodi tadris matematika semester 1. Saya
ingin melakukan wawancara di MA ANNURIYAH.”

Narasumber : “Waalaikumsalam. Sebelumnya tujuan wawancara ini untuk apa ya?”

Mahasiswa :“Tujuan kami melakukan wawancara ini untuk memenuhi tugas UAS bu.”

Narasumber : “Oh, iya mbak.”

Mahasiswa : “Dalam pembelajaran biasanya ibu menggunakan metode apa?”

Narasumber :“Saya biasanya menggunakan metode langsung mbak. Jadi saya memberikan,
awalnya saya masuk kelas, setelah itu salam, absen, setelah itu saya
memberikan tujuan apa yang akan dipelajari hari ini, materinya apa, tujuan
dasarnya apa. Kemudian saya mengaitkan apa yang sudah dipelajari
sebelumnya. Untuk mengambil ingatan anak-anak, biar tidak lupa dengan
materi sebelumnya. Setelah itu, saya menjelaskan materi, lalu saya beri contoh
soalnya, setelah itu anak-anak langsung dikasih latihan soal. Tetapi ini
tergantung kelasnya mbak, saya mengajar dikelas IPS dan kelas MIA. Dalam
tingkatan antara kelas MIA dan IPS ini itupun kemampuannya berbeda-beda,
antara IPA dan IPS. Kalau IPS saya lebih lama, karena cara memahaminya ini
membutuhkan waktu yang lama jadi saya memberikan latihan soal secara
berkala, apa bila anak anak tidak paham itu saya suruh maju maju satu satu
dengan ini anak anak bisa paham. Kalau kelas IPA itu kalau udah di lepas itu
sudah biasa, biasanya ini menggunakan kelompok lalu di diskusi bersama
sama setiap kelompok, setelah itu dipresentasikan, jadi saya tergantung
menyesuaikan siswanya.”
Mahasiswa : “Untuk kendala pada siswa, apakah ada ya bu?”

Narasumber : “ Pastinya ada, setiap siswa itukan mempunyai kemampuan yang berbeda
beda, ya kalau ada kendala ya saya telateni satu satu , kalau ada siswa yang
bisa ya saya suruh Tanya, saya bilang gini kalau ngga mau Tanya ya nati
tersesat di jalan gitu. Kalau masalah kendala media alhamdulilllah sudah
teepenuhi semuanya, jadi disini proyektor itu sudah ada tiap kelas jadi kalau
mau menggunkan persentasi dari ppt dari laptop atau menggunakan power
point atau yang lain lainnya itu bisa dilakukan. Jadi dapat membantulah.”

Mahasiswa : “ jadi kondusif gitu ya bu?”

Narasumber :” iya kondusif alhamdullah”

Mahasiswa :” Bagaimana, kalau dikelas IPS tingkatannya itu kan dibilang berbeda ya bu
dengan kelas yang IPA. Nah itu kan yang mengatasinya dengan satu persatu.
Nah apakah itu tidak mengulur waktu dengan target rpp ibu sendiri?”

Narasumber :”Iya memang, jadi tujuannya agar mereka paham apa yang saya sampaikan.
Kalau memang itu molor waktunya ya tidak apa-apa. Kalau menurut saya
intinya apa yang saya sampaikan mereka bisa memahami."

Mahasiswa :”Tapi materinya sampai satu semester itu kan harus sudah selesai, kan
waktunya?”

Narasumber : “Sudah selesai, tapi ada beberapa yang saya loncati agar tepat pada target.
Alhamdulillah kalau kelas 10 sudah selesai semua. Kelas11 sudah besok
terakhir pertemuan, kalau kelas 12 sudah selesai.”

Mahasiswa :”Selanjutnya bu, kalau boleh tahu disekolah ini ibu menerapkan teori
behaviorisme?”

Narasumber :”Behaviorisme itu yang seperti apa?”


Mahasiswa :”Behaviorisme itu kayak berhubungan dengan bagaimana perilaku siswa
ketika dikelas.”

Narasumber :”Iya mbak, selain melihat dari nilai saya juga melihat dari kesehariannya.”

Mahasiswa :”Untuk kendala dalam pendekatan ini itu ada gak bu?”

Narasumber :”Kendalanya ya ada siswa yang kurang kondusif ketika didalam kelas.”

Mahasiswa :”Selanjutnya bu, kalau boleh tahu ibu disekolah ini menerapkan teori
kognitivisme tidak?

Narasumber :”Contohnya?”

Mahasiswa :”Kognitivisme itu yang lebih mempentingksn proses daripada hasil.


Maksudnya kan pusatnya itu bukan dari hasil rapotnya tapi melainkan
prosesnya. Nah itu apakah diberlakukan di sekolah?”

Narasumber :”Saya kalau kelas 10 itu iya, jadi kalau kelas 10 kan, kalau matematika itu
kan bukan hanya hasilnya, tapi prosesnya. Kalau saya memang
alhamdulillah punya banyak waktu untuk mengoreksi anak-anak. Jadi
setiap langkah cara penyelesaian soal pada anal-anak itu saya koreksi, kalau
salah saya betulkan kalau benar ya saya centang dan betulkan. Jadi saya
menghitung daripada langkah penyelesaiannya. Kalau langkahnya benar
saya hitung benar, kalau salah saya benarkan dengan beberapa coretan
yakni misal kalau disini salah angka, atau salah tandapun saya bunderi
untuk prosesnya anak-anak itu salahnya dekmana. Ada yang prosesnya
salah tapi jawabannya benar, kan itu kan kayak gak mungkin ya…Jadi saya
benarkan ,kadang kalau yang salah itu saya bunderi tpi hasilnya benar saya
kurangi nilainya gitu dan hasil untuk rapot akhirnya kalau kemarin PTS itu
saya sesuaikan dengan penilaian setiap harinya. Jadi kadang saya membuat
latihan untuk anak-anak setiap harinya. Saya koreksi, saya masukkan
nilainya. Jadi nilai untuk PTS juga mempertimbangkan nilai-nilai setiap
harinya, saya masukkan itu. Ada yang kerja kelompok ada yang individu,
kadang saya minta tolong pada anak-anak, tugasnya itu diberikan cara buat
soal, itu anak-anak saya berikan cara untuk buat soal lalu nilainya itu nanti
saya komplikasikan dengan nilai akhir di rapot.”
Mahasiswa :”Terus kalau di teori kognitivisme ini bu, ada tidak pada saat proses
pembelajaran itu terdapat kendala-kendala. Prosesnya itu kan anak memiliki
proses yang berbeda-beda , mungkin ada yang lebih cepat dalam menangkap
materi, itu bagaimana penyikapan ibu di teori kognitivisme?”

Narasumber :”Kalau waktunya masih banyak saya telateni, kadang saya panggil satu anak,
kalau waktunya gak cukup yaa akhirnya di akhir pembelajaran saya bilang
jangan lupa belajar ya latihan karena matematika itu perlu banyak latihan,
kalau tidak terbiasa latihan nanti susah, matematka susah kalau gak banyak
latihan. Kalau belum bisa tanyakan ke temennya yang bisa. Saya biasanya
begitu. Kalau masih punya waktu yang banyak maka langsung tak panggil
anaknya satu.”

Mahasiswa :“Selanjutnya bu tentang, di perkuliahan kami itu di ajari beberapa teori bu.
Nah ini kita wawancara, apakah beberapa teori tersebut diterapkan oleh para
guru atau hanya diterapkan oleh sebagian guru di jember. Karena setiap guru
kan punya metode atau srateginya masing-masing. Nah selanjutnya yang
ingin kami tanyakan tentang teori konstruktivisme, dimana disini itu guru
sebagai fasilitator dan membimbing siswa sedangkan siswa dapat
mengeksplorasi dan menemukan pengetahuannya sendiri. Nah itu
bagaimana menurut ibu?”

Narasumber :”Kalau disini sepertinya masih belum. Soalnya… tapi kalau kelas 10 masih
belum, kalau kelas 11 dan 12 saya berani untuk melepas mereka seperti itu.
Kemarin saja materi terakhir tentang matriks dan transformasi kelas 11. Saya
berikan kepada anak-anak untuk dipelajari. Kan disitu ada 4 materi, dari 4
materi itu saya bagi jadi 4 kelompok jadi setiap kelompok itu mereka
mencari sendiri materinya dan contoh soalnya dan nanti di akhir pertemuan
saya akan meminta mereka untuk mendiskusikannya. Jadi saya tanpa
memberi materi dan mereka mengembangkan sendiri materinya jadi dengan
tanda kutip jika mereka tidak mengerti mereka bisa bertanya ke saya secara
pribadi yaitu perkelompok. Tapi kalau pengembangan yang saya sampaikan
sepertinya masih belum, disini kan lingkungan pondok, maaf sebelumnya
karena lingkungan pondok jadi elektronik terbatas,mencari informasi yang
seluas luasnya itu tidak bisa, tapi disini ada tapi gak bisa 24 jam.”
Mahasiswa :”Beberapa kan ada sekolah yang memperbolehkan siswanya untuk
membawa hp. Kalau disini bagaimana?”

Narasumber :”Kalau yang gak mondok itu boleh bawa hp. Dari rumah mereka bawa hp
kesini, tapi waktu jam sekolah tidak boleh, hp mereka harus dititipkan
kegurunya nanti pulang sekolah bisa di ambil lagi. Jadi selama proses
pembelajaran tidak ada internet sama sekali, jadi hanya berpatokan pada
buku siswa.”

Mahasiswa :”Selanjutnya ada teori, maaf yah bu sebelumnya karena memang yang
diajarkan di kuliah itu ada beberapa teori. Nah selanjutnya itu ada teori
humanisme yaitu pencapaian aktualisasi diri seperti memanusiakan manusia
bu. Seperti siswa itu mencari jati dirinya sendiri agar bisa mengevaluasi
dirinya dan juga bisa menghargai dirinya sendiri. Terkadang ada kan bu
yang tidak percaya diri dengan dirinya sendiri.”

Narasumber :”Saya sering bilang seperti ini ke siswa yang mau mencoba silahkan
mencoba, salahpun tidak masalah. Saya sering bilang seperti itu ke mereka.
Jangan kalah sebelum perang dan yang maju hanya satu dua orang kalau di
kelas 10. Tapi kalau dikelas 12 saya kira percaya dirinya lebih maksimal.
Jadi kadang juga kelas 10 kemarin saya refleksi ke anak-anak kan mau UAS
ya.saya tanya Gimana persiapan UAS nya? saya tanya begitu, jadi mereka
bisa mengoreksi dirinya sendiri, dia siap atau tidak untuk UAS nya atau
ujiannya. Saya tanyakan juga berapa kali belajar UAS nya? sering saya
tanyakan ke mereka. Kadang juga kalau anak-anak tidak percaya diri saya
bilangin kalau memang gak tau bisa tanyakan ke saya biar saya koreksi,
biasanya gitu. Mereka sama saya tuh gak terlalu seperti antara guru dengan
murid.”

Mahasiswa :”Mohon maaf ya bu. Biasanya kalau guru matematika itu terkenal dengan
menakutkan karena saya kan dulu pernah jadi siswa. Kalau orang belajar
matematika pikirannya pelajarannya menakutkan gurunya juga menakutkan.
Memang penilaian itu dari orang lain, tapi menurut ibu sendiri selama ibu
mengajar, maksudnya adakah murid yang takut ke ibu? Soalnya itu akan
menghambat siswa selama proses pembelajaran. Antara guru dengan siswa
itu harus memiliki hubungan yang harmonis, nah terkadang ada beberapa
guru kalau matematika itu yang notabennya menakutkan.”

Narasumber :”Sebelumnya maaf ya, sebenarnya saya bukan basic matematika tapi saya
lulusan fisika. Jadi saya itu ya saya ngajar sesuai dengan naluri saya, kalau
saya ngajar gini siswanya bisa atau nggak yaa dilanjutkan,kalau tidak ya
mungkin ada yang perlu saya rubah. Tapi kalau anak-anak sejauh ini tidak
ada yang takut ke saya. Tapi dari awal guru matematika di SMA saya itu
tidak terlalu killer ya. Jadi matematika waktu SMA itu saya ya enjoy aja,
bahagia-bahagia aja kalau mau mengerjakan matematika. Jadi menurut
saya…tapi kalau dilihat dari interaksi mereka sama saya kecuali mereka
takut kalau gak ngerjakan tugas. Biasanya saya ngasihkan PR dan mereka
belum selesai itu yang mereka takutkan. Tapi kalau udah . Ya biasa aja.”

Mahasiswa :”Kan kalau siswa, terkadang kan melakukan kesalahan bu seperti tidak
mengerkan PR dll. kira-kira hukumannya apa?”

Narasumber :”Mungkin lebih ke nilainya.”

Mahasiswa :”Kalau hukuman fisik ada tidak bu? Berdiri di kelas atau keliling lapangan
gitu?”

Narasumber :”Tidak kalau hukuman fisik.”

Mahasiswa :”Terus itu kan setiap guru itu ada rpp nya kan bu. Boleh kami meminta RPP
tersebut sebagai dokumentasi bu?”

Narasumber :”Berbentuk file atau printout?”

Mahasiswa :”File saja bu.”

Narasumber :”Tapi saya jarang buat RPP. Disini itu dari bukunya itu langsung ada RPP
nya. Jadi langsung ada prota promisnya, bab ini ada berapa jp itu sudah ada.
Ambil satu materi saja? 10? 11? Atau kelas 12?”

Mahasiswa :”Yang kelas 12 saja mungkin bu. Tadi ada yang lupa bu. Kan siswa itu ada
yang aktif dan ada yang pasif. Biasanya di kelas itu terjadi yang namanya
kesenjangan sosial. Nah bagaimana ibu dalam menanggapi siswa yang pasif
itu seperti apa?”
Narasumber :”Kalau anak yang pasiff…biasanya kalau anak 12 kan biasanya saya col
sendiri ketika proses diskusi dengan teman yang lain itu saya datangi satu
persatu. Saya tanyakan ini kenapa begini, ini kenapa begini? Jadi mereka
bisa mengutarakan yang mereka pikirkan, memberikan kesempatan kepada
mereka untuk mengungkapkan pendapatnya. Memamng mereka untuk
mengungkapkan pendapatnya itu mereka takut kan yah tapi kalau saya
datangi satu satu itu bisa. Aslinya faktanya mereka bisa tapi untuk
mengutarakan pendapatnya mereka malu atau mereka takut gitu. Tapi saya
datangi satu satu selama mereka bisa menjawab soal atau menyelesaikan
soal yang disampaikan oleh saya kalau pasif dalam pembelajaran saya gak
papa selama dia bisa menjawab pertanyaan itu ya gak papa sudah antara
aktif sama pasif. Kadang anak aktif celometan saja, tapi kalau ditanyain satu
gak bisa. Intinya kalau mereka bisa menyelesaikan masalah satu yang saya
berikan ya sudah gak papa. Toh mereka bisa menjawab pertanyaannya.”

Mahasiswa :”Ibu tadi kan katanya lulusan fisika. Itu gimana ceritanya bisa jadi guru
matematika?”

Narasumber :”Saya disini baru 8 bulan, menggantikan guru yang pindah tugas, yang
pindah tugas itu juga ngajar fisika dan matematika ya jadi tantangan saya
tersendiri untuk belajar matematika, walaupun matematika wajib menurut
saya gak terlalu sulit. Tapi ya susah-susah gampang juga sih jelaskan ke
siswanya. Karena diberikan tugas ya saya menerima saja dari atasan.”

Mahasiswa :”Dari tadi kan bahas kendala murid saja nih bu. Apakah ada kendala ibu
sendiri selama proses pembelajaran?”

Narasumber :”Ya karena saya kan basic nya bukan matematika, tapi fisika. Tapi kemarin
kebetulan di fisika juga mempelajari matematika. Karena matematika itu
bahasa dari fisika. Operasional dari fisika itu yaa pasti menghitung pakai
matematika. DI perkuliahan juga mempelajari matematika satu dua. Ada
fisika matematika juga. Ya walaupun tidak semua nyantol ke saya yah.
Jadi setiap pembelajaran terkadang setiap pembelajaran harus belajar
terlebih dahulu, takutnya salah nanti. Kendalanya ya itu basicnya bukan
matematika tapi berusaha untuk memberikan apa yang sekiranya siswa
bisa memahami apa yang saya sampaikan. Jadii saya semoga saja
seterusnya telatennya terhadap siswa tetap dilaksanakan.”

Mahasiswa :”Tapi meskipun dengan keterbatasn siswa yang dilarang bawa hp dimana
dari pagi sampai pulang itu pusatnya di buku, itu menurut ibu kondusif
tidak?”

Narasumber :”Kondusif sih, soalnya di buku itu banyak latihannya, bisa coba-coba sendiri
setelah dari yang saya sampaikan, karena kalau nanti pakai hp itu
konsentrasi siswa akan kemana mana. Saya alhamdulilllah murid saya gak
pakai hp jadi mereka bisa fokus ke tujuan mereka belajar disini. Lebih fokus
ke pembelajaran saja. Istirahat ya istirahat saja, makan sama teman-
temannya.”

Mahasiswa :”Ini kan yayasan ya bu, antara pondok dengan sekolah. Waktunya dibagi
kan? Kan biasanya lebih aktif di pondok atau lebih aktif di sekolah Itukan
kalau ada pekerjaan PR itu apakah ada siswa yang beralasan tidak
mengerjakan PR karena kurangnya waktu?”

Narasumber :”Kalau disini pembelajarannya dikurangi jadi kan biasanya 45 menit disini
itu 30 menit dan itupun kalau misal matematika itu seharusnya 3 jam deksini
jadi 2 jam. Kalau untuk tugas mereka itu banyak yang dikerjakan disekolah
dalam artian kadang kalau anak kelas 10 itu ketika saya menyampaikan
materi dan menyelesaikan latihan itu terkadang saya beri PR itu sudah
selesai sewaktu saya mengajar. Jadi setelah saya deksini mereka meminta
untuk mengoreksi pr mereka, ada yang gercep ada juga yang tidak. Selama
ini saya menekankan untuk kerjakan apa yang kalian bisa dan jika tidak bisa
maka tidak perlu dikerjakan. Tapi sejauh ini ada yang sudah mengerjakan
ada yang tidak.”

Mahasiswa :”Tapi tidak berdampak ke siswa? kan ya udah kalau gitu gak perlu
dikerjakan.”

Narasumber :”Ada sebagian, tapi dalam nilainya berbeda juga pasti. Tapi kalau kelas 11
dan 12 itu sih memang ada sih siswa yang seperti itu, macam-macam siswa
kan berbeda-beda.”
Mahasiswa :”Kalau dikelas itu bu, pengalaman saya pribadi kalau pelajaran matematika,
saya sering tidur dikelas, nah itu bagaimana kalau ada siswa yang seperti
itu?”

Narasumber :”Kalau saya, kalau tidur terserah mereka. Yang butuh pelajaran kan mereka.
Juga saya tidak membebankan harus ikut pembelajaran saya full juga tidak
apa-apa. Karena mereka sudah belajar dipondok, saya sendiri juga pernah
dipondok, pernah merasakan apa yang mereka rasakan tidur dikelas ngantuk
karena banyak kegiatan di pondok. Gitu aja sih.”

Mahasiswa :”Terima kasih bu atas waktunya. Apa yang sampean sampaikan itu juga bisa
jadi pelajaran untuk kita sebagai calon guru.”

Narasumber :”ya semoga saya juga bisa tetap istiqomah dan juga telaten dalam
menyampaikan pelajaran matematika.”

Mahasiswa :”Aamiin.”
Lampiran 2

Pada tanggal 1 Desember 2022, kami mendapatkan tugas berupa wawancara


Implementasi Teori Belajar Behaviorisme, Kognitivisme, Konstruktivisme, dan Humanisme
dalam pembelajaran matematika di Madrasah Aliyah. Kami bertugas disalah satu Madrasah
Aliyah di Jember, tepatnya di MA ANNURIYAH Rambipuji, Jember.

Pada tanggal 5 Desember 2022, kami mengirim surat perijinan. Setelah itu disetujui
oleh pihak Madrasah, kami memutuskan untuk melakukan wawancara pada tanggal 7
Desember 2022. Pihak yang kami wawancarai adalah guru matematika yang ada di MA
ANNURIYAH Rambipuji, Jember.

Ibu Farhatunnisa adalah guru pengampu matematika yang ada di MA ANNURIYAH


Rambipuji, Jember. Beliau baru mengajar di MA ANNURIYAH selama 8 bulan, beliau
merupakan lulusan Universitas Jember pada tahun 2022 program studi Fisika.

Menurut beliau, dalam strategi pembelajaran matematika menggunakan metode secara


langsung, karena menurut beliau metode tersebut merupakan metode yang paling efektif
dalam pembelajarannya. Sebelum memulai pembelajaran, beliau mengawalinya dengan
salam, berdoa bersama, presensi, kemudia beliau memberikan tema dan tujuan materi yang
akan dipelajari hari ini. Lalu mengaitkan materi dengan materi yang telah dipelajari kemarin,
agar peserta didik tidak lupa dengan materi yang telah dipelajari kemarin. Setelah itu beliau
menjelaskan materi, dan dilanjut dengan memberikan latihan soal. Namun, hal ini tergantung
dengan kemampuan siswa. Beliau mengajar didua kelas yakni kelas IPS dan kelas IPA.
Kedua kelas tersebut memiliki kapasitas yang berbeda-beda. Kelas IPS membutuhkan waktu
lebih lama dalam memahami materi dibandingkan dengan kelas IPA. Karena itu, beliau
ketika mengajar dikelas IPA setelah menyampaikan materi beliau akan membagi muridnya
menjadi beberapa kelompok dan meminta mereka untuk mendiskusikan lebih lanjut
mengenai materi yang telah beliau sampaikan. Namun, ketika dikelas IPS beliau lebih
menekankan pada pemahaman siswa agar siswa benar benar paham dengan materi. Akan
tetapi hal ini menghambat waktu jalannya RPP dalam satu semester tersebut.

Pada pembelajaran matematika beliau juga menerapkan pendekatan behaviorisme,


dimana beliau juga memperhatikan tingkah laku siswa, dan tingkah laku tersebut dapat
mempengaruhi terhadap nilai. Disetiap kelas pasti tidak semua siswa dapat kondisikan,
namun juga terdapat siswa yang sulit untuk dikondisikan.
Pada pembelajaran matematika beliau menerapkan pendekatan kognitivisme, dimana
lebih mengutamakn proses daripada hasil. Seperti, misalnya siswa pada pengerjaan soal
terkadang hasilnya benar namun dalam proses mengerjakan itu salah. Upaya beliau dalam
menerapkan pendekatan kognitivisme ini dengan cara memberikan tanda pada bagian
pengerjaan yang salah agar siswa dapat mengetahui letak kesalahan dalam pengerjaan soal
tersebut. Untuk kendala dalam penerapan pendekatan ini, beliau sering mengingatkan kepada
siswa jika mengalami kesulitan dalam memahami materi jangan pernah malu untuk bertanya
baik kepada beliau maupun kepada teman.

Beliau juga menerapkan pendekatan konstruktivisme, tetapi ada beberapa kelas yang
tidak menerapkan pendekatan ini. Karena pendekatan konstruktivisme ini guru hanya sebagai
fasilitator sedangkan murid yang lebih aktif dari pada guru hal ini diterapkan pada kelas 12.
Tetapi untuk kelas 10 tidak memakai pendekatan ini, karena kelas 10 masih membutuhkan
bimbingan yang sangat cukup.

Pada pedekatan humanisme, beliau sering menekankan kepada siswa untuk jangan
pernah takutsalah sebelum mencoba untuk mengerjakan soal didepan. Untuk kendala dalam
pendekatan ini, masih ada siswa yang kurang paham dengan materi namun tetap diam dan
malu untuk bertanya, mungkin karena tidak percaya diri atau takut untuk bertanya.

Beliau berusaha untuk menjadi guru yang menyenangkan bagi siswanya, mengurangi
rumor tentang guru matematika killer. Kendala beliau ketika mengajar, beliau belum terlalu
menguasai materi matematika, karena basicnya beliau dalam bidang fisika bukan matematika.
Lampiran 3

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai