Anda di halaman 1dari 39

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE PADA MATA

PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DALAM


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII
DI SMPN 12 BANDUNG

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan


S1 Program Studi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan

Disusun Oleh:
Nurro Syamsi Sudrajat
NIM: 2006607

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA


DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2023
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Nurro Syamsi Sudrajat


NIM : 2006607
Tempat/Tanggal Lahir: Garut/08 Oktober 2002
Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Menyatakan bahwa proposal skripsi dengan judul “Penerapan Model


Learning Cycle Pada Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Di SMPN 12 Bandung”, ini
beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila dikemudian hari
ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak
lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Oktober 2023

Penulis
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, puji dan syukur Penulis panjatkan


kehadirat Allah Swt, Tuhan yang telah memberikan limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga memberikan keterbukaan pikiran, ilmu, dan wawasan
kepada Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi
dengan judul “Penerapan Model Learning Cycle Pada PPKN Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Di SMP Rajawali
Bandung”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi
Muhamad Shalallahu ’alaihi Wassalam, kepada keluarganya, para
sahabatnya, serta mudah-mudahan sampai kepada kita selaku umatnya.
Pada kesempatan kali ini, Penulis mengucapkan banyak terima kasih
atas saran, bantuan dan bimbingan yang telah diberikan selama proses
penulisan proposal skripsi ini serta kerja samanya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan proposal skripsi ini.
Penulis mengharapkan semoga penulisan proposal skripsi ini dapat
bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.

Bandung,
Oktober
2023

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT.........................................................2


KATA PENGANTAR.................................................................................................3
DAFTAR ISI................................................................................................................4
DAFTAR TABEL........................................................................................................6
1.1 Judul Penelitian................................................................................................7
1.2 Latar Belakang Penelitian................................................................................7
1.3 Identifikasi Masalah.......................................................................................12
1.4 Rumusan Masalah Penelitian.........................................................................13
1.5 Tujuan Penelitian...........................................................................................14
1.6 Kegunaan Penelitian......................................................................................14
1.7 Tinjauan Teoritis............................................................................................16
1.7.2 Pendidikan Pancasila.....................................................................................18
1.7.3 Hasil Belajar:.................................................................................................19
1.8 Metode Penelitian..........................................................................................20
1.8.1 Desain Penelitian...........................................................................................20
1.8.2 Pendekatan Penelitian....................................................................................20
1.8.3 Metode Penelitian..........................................................................................22
1.9 Partisipan dan Tempat Penelitian...................................................................24
1.9.1 Partisipan........................................................................................................24
1.9.2 Tempat Penelitian..........................................................................................24
1.10 Prosedur Penelitian........................................................................................25
1.10.1 Persiapan penelitian................................................................................26
1.10.2 Perizinan Penelitian................................................................................26
1.10.3 Tahap Perencanaan/ Pra Lapangan.........................................................26
1.10.4 Tahap Pelaksanaan..................................................................................28
1.10.5 Tahapan Pasca Penelitian........................................................................28
1.11 Teknik Pengumpulan Data.............................................................................28
1.11.1 Observasi.................................................................................................28
1.11.2 Wawancara..............................................................................................30
1.11.3 Studi Dokumentasi..................................................................................30
1.11.4 Studi Kepustakaan...................................................................................31
1.11.5 Teknik Analisis Data..............................................................................32
1.12 Uji Validitas Data..........................................................................................34
1.12.1 Trianggulasi............................................................................................34
1.12.2 Sistematika Penulisan.............................................................................36
1.13 Agenda Penelitian..........................................................................................36
Tabel 1.1 Jadwal Penelitian.......................................................................................37
1.14 Kepustakaan...................................................................................................38
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jadwal Penelitian....................................................................21
1.1 Judul Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan mengusung judul “Penerapan Model
Learning Cycle Pada Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Di SMPN 12 Bandung”
1.2 Latar Belakang Penelitian
Pendidikan Pancasila memiliki peran yang sangat penting dalam
membentuk karakter dan kesadaran berbangsa serta menjelaskan nilai-nilai
dasar Pancasila dan konstitusi negara kepada siswa. Namun, masih terdapat
tantangan dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut, khususnya dalam hal
meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh hasil observasi terhadap kelas VIII
SMPN 12 Bandung. Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan
permasalahan yang dihadapi selama proses pembelajaran di sekolah yaitu
mata pelajaran Pendidikan Pancasila yang membosankan. Permasalahan
pembelajaran Pendidikan Pancasila juga terjadi di SMPN 12 Bandung kelas
VIII hal ini terungkap ketika peneliti melakukan observasi pada
pembelajaran pendidikan pancasila di kelas VIII, ditemukan permasalahan
etos kerja siswa dalam proses belajar mengajar masih rendah. Hal ini
terlihat dari selama pembelajaran berlangsung partisipasi siswa dalam
kegiatan pembelajaran, seperti bertanya, menanggapi, maupun menjawab
pertanyaan dari guru kurang, hanya terlihat beberapa orang saja yang ikut
terlibat dalam proses pembelajaran. Ketika guru bertanya kepada siswa,
siswapun kurang memberi respon yang baik hanya dua orang saja yang
mampu menjawab pertanyaan dari guru.
Selain itu pembelajaran sekarang cenderung klasikal, tidak terlalu
memperhatikan potensi individu. Fakta dilapangan siswa malas belajar
Pendidikan Pancasila karena menganggap pelajaran Pendidikan Pancasila
hanya konsep-konsep dan hafalan. Berangkat dari kenyataan dilapanganlah
yang mendorong peneliti untuk meningkatkan etos kerja siswa.
Pembelajaran berbasis memecahkan masalah di SMPN 12 Bandung
khususnya kelas VIII ini masih rendah. Penyebabnya karena guru kurang
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan
siswa. Siswa kurang diberi kesempatan untuk memberikan warna pada
pembelajaran pendidikan pancasila dalam memecahkan masalah. Ketika
saya mencoba menerapkan metode belajar sambil bermain game
memecahkan masalah mereka sangat antusias dan aktif dalam mengikuti
pembelajaran dan itu merupakan salah satu awal peningkatan yang baik
untuk hasil belajar siswa SMPN 12 Bandung. Sehingga dengan
pengembangan pembelajaran berbasis Learning Cycle siswa mengenal
pendidikan pancasila dan tercipta keunikan serta terjadi ketertarikan siswa
untuk mempelajari pendidikan pancasila secara lebih baik.
Dalam kondisi realnya, mata pelajaran pendidikan pancasila di mata
masyarakat dikenal dengan mata pelajaran yang menjenuhkan dan tak
sedikit yang kurang berminat pada mata pelajaran ini. Hal ini dikarenakan
mata pelajaran pendidikan pancasila dipandang sangat berorientasi pada
hafalan materi, pandangan seperti itu menyebabkan rendahnya motivasi
peserta didik untuk belajar pendidikan pancasila.
Melihat rendahnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran
Pendidikan Pancasila di SMPN 12 Bandung yang dikenal menjenuhkan,
membosankan, banyak teori, banyak hafalan, harus dikemas secara menarik
yakni bisa dilakukan dengan menggunakan metode Learning Cycle, Salah
satu model pembelajaran yang mampu membuat siswa aktif didalam kelas
adalah model pembelajaran learning cycle. Karena model pembelajaran
learning cycle adalah salah satu model yang berpusat pada pebelajar
(siswa), maka akan membuat siswa tidak hanya aktif tapi kreatif pula, hal
ini juga sesuai dengan penggunaan kurikulum 2013 yang dipakai disekolah.
Seperti yang dikemukakan oleh Ngalimun (2016, hlm. 171) bahwa siklus
belajar (learning cycle) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat
pada pebelajar (student centered).
Dalam suatu pembelajaran perlu adanya sikap aktif dari siswa tidak
hanya diam dan mendengarkan apa saja yang diberkan oleh gurunya.
Menurut Sadiman (dalam Rahmawati D, 2013) bahwa pembelajaran
(instruction) adalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar atau suatu
kegiatan untuk membelajarkan siswa. Dengan kata lain pembelajaran
merupakan upaya menciptakan suatu kondisi agar terjadi kegiatan belajar.
Oleh karena itu sepatutnya dalam pembelajaran lebih melibatkan siswa.
Jadikanlah siswa sebagai pusat dari proses berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar, berikan kesempatan agar siswa lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran atau student center. Karena dengan pengembangan
kemampuan dan memunculkan keingintahuan pada diri siswa sendiri akan
memberikan dampak positif terhadaf perkembangan kognitif (pengetahuan),
afektif (sikap), dan psikomotornya (perilaku).
Motivasi belajar siswa merupakan alat untuk memberikan pengaruh
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, motivasi juga sebagai alat
untuk membangun sistem pembelajaran lebih bermakna. Jika motivasi
belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan pancasila rendah,
pembelajaran akan sulit mencapai tujuan. Tinggi rendahnya motivasi belajar
siswa tak hanya disebabkan oleh sudut pandang akan mata pelajaran
tertentu, namun disebabkan juga oleh beberapa faktor. Faktor itu terdiri atas
faktor secara internal (yang asalnya dari dalam diri siswa) dan faktor secara
eksternal (yang asalnya dari luar diri siswa). Dengan adanya faktor tersebut,
guru bisa menggunakan metode berbasis memecahkan masalah guna
peningkatan motivasi belajar siswa salah satunya dengan memakai metode
Learning Cycle.
Hasil belajar yang optimal merupakan indikator keberhasilan dalam
proses pembelajaran. Hasil belajar yang baik di mata pelajaran Pendidikan
Pancasila penting untuk membentuk siswa yang memiliki pemahaman yang
mendalam tentang nilai-nilai demokrasi, pluralisme, toleransi, serta
kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara.
Learning Cycle adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada
siswa (student centere) yang merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan
yang di organisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai
kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan siswa berperan
aktif (Fajaroh, 2010:23).
Model pembelajaran Learning Cycle, dengan tahapan pengamatan,
konseptualisasi, aplikasi, dan refleksi, memiliki potensi untuk meningkatkan
hasil belajar siswa. Melalui model pembelajaran ini, siswa diberikan
kesempatan untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran, berpikir kritis,
dan mengaitkan konsep dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat
membantu siswa memahami konsep-konsep Pendidikan Pancasila dengan
lebih baik dan mengaplikasikannya dalam konteks nyata.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Learning Cycle
a. Kelebihan Kelebihan dari model pembelajaran Learning Cycle antara
lain sebagai berikut:
1) Merangsang siswa untuk mengingat materi pelajaran yang
telah mereka dapatkan sebelumnya.
2) Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih efektif
dan menambah rasa keingin tahuan siswa.
3) Melatih siswa belajar melakukan konsep melalui kegiatan eksperimen.
4) Melatih siswa untuk menyampaikan secara lisan konsep yang telah
mereka pelajari.
5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir, mencari,
menemukan, dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah mereka
pelajari.
6) Guru dan siswa menjalankan tahapan-tahapan pembelajaran yang
saling mengisi satu sama lain.
7) Guru dapat menerapkan model ini dengan metode yang berbeda-beda.
b. Kekurangan Dibalik kelebihan-kelebihan di atas, model
pembelajaran Learning Cycle memiliki beberapa kelemahan sebagai
berikut:
1) Efektifitas guru rendah jika guru tidak menguasai materi dan langka-
langka pembelajaran.
2) Menuntut kesungguhan dan kreatifitas guru dalam merangsang dan
melaksanakan proses pembelajaran.
3) Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak untuk
menyusun rencana dan pelaksanaan pembelajaran.
Namun, belum ada penelitian yang secara khusus menginvestigasi
pengaruh penerapan model pembelajaran Learning Cycle pada mata
pelajaran Pendidikan Pancasila terhadap hasil belajar siswa kelas VIII di
SMPN 12 Bandung. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki kepentingan
untuk mengisi kekosongan pengetahuan tersebut serta memberikan
informasi yang berguna bagi pengembangan metode pembelajaran yang
lebih efektif di bidang Pendidikan Pancasila.
Dengan melakukan penelitian ini, diharapkan dapat ditemukan bukti
empiris tentang Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle
Pada Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila Terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas VIII Di SMPN 12 Bandung. Temuan penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan yang berharga bagi pengembangan kurikulum,
strategi pembelajaran, dan pendekatan yang dapat digunakan oleh para
pendidik dalam meningkatkan hasil belajar siswa di mata pelajaran
Pendidikan Pancasila.
1.3 Identifikasi Masalah
1. Rendahnya hasil belajar siswa: Masalah utama yang dapat
diidentifikasi adalah rendahnya hasil belajar siswa di mata pelajaran
Pendidikan Pancasila di SMPN 12 Bandung. Hal ini dapat terlihat
dari prestasi belajar siswa yang masih belum mencapai standar yang
diharapkan. Rendahnya hasil belajar tersebut dapat mempengaruhi
pemahaman siswa terhadap nilai-
nilai demokrasi, toleransi, dan kewarganegaraan, serta mengurangi
kemampuan mereka dalam mengaplikasikan konsep-konsep tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran: Model
pembelajaran tradisional yang dominan di dalam kelas sering kali
hanya memposisikan siswa sebagai penerima informasi, dengan
sedikit kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif. Hal ini dapat
menyebabkan kurangnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran
Pendidikan Pancasila dan menghambat pemahaman dan penerapan
konsep yang diajarkan. Dalam konteks ini, penerapan model
pembelajaran Learning Cycle dapat menjadi solusi yang berpotensi
untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
3. Tantangan dalam penerapan model pembelajaran Learning Cycle:
Meskipun model pembelajaran Learning Cycle menawarkan
berbagai manfaat potensial, namun penerapannya tidak selalu
mudah. Guru mungkin menghadapi tantangan dalam merencanakan
dan melaksanakan langkah-langkah siklus pembelajaran secara
efektif. Selain itu, terdapat juga kendala terkait sumber daya dan
waktu yang dapat mempengaruhi implementasi model ini. Oleh
karena itu, penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi tantangan
yang mungkin muncul dalam penerapan model pembelajaran
Learning Cycle di kelas Pendidikan Pancasila.
1.4 Rumusan Masalah Penelitian
1. Bagaimana perencanaan penerapan model Learning Cycle pada mata
pelajaran pendidikan pancasila dalam meningkatkan hasil belajar siswa
kelas VIII di SMPN 12 Bandung?
2. Bagaimana pelaksanaan penerapan model Learning Cycle pada mata
pelajaran pendidikan pancasila dalam meningkatkan hasil belajar siswa
kelas VIII di SMPN 12 Bandung?
3. Bagaimana hasil belajar siswa setelah penerapan model Learning
Cycle terhadap nilai-nilai demokrasi, pluralisme, dan toleransi dalam
mata pelajaran pendidikan pancasila di SMPN 12 Bandung?
4. Bagaimana faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam
penerapan model Learning Cycle pada mata pelajaran pendidikan
pancasila di SMPN 12 Bandung?
1.5 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perencanaan dalam meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VIII di SMPN 12 Bandung.
2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penerapan model
Learning Cycle dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII
di SMPN 12 Bandung
3. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa setelah penerapan
model Learning Cycle terhadap nilai-nilai demokrasi, pluralisme,
dan toleransi dalam pendidikan pancasila di SMPN 12 Bandung
4. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat
dalam penerapan model pembelajaran Learning Cycle pada mata
pelajaran pendidikan pancasila di SMPN 12 Bandung.
1.6 Kegunaan Penelitian
Penelitian tentang pengaruh penerapan model pembelajaran Learning Cycle
pada mata pelajaran pendidikan pancasila terhadap hasil belajar siswa kelas
VIII di SMPN 12 Bandung memiliki beberapa kegunaan yang penting,
antara lain:
Kegunaan secara teoritis:
1. Kontribusi terhadap peningkatan hasil belajar siswa: Penelitian ini
dapat memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan hasil
belajar siswa di mata pelajaran Pendidikan Pancasila. Dengan
mempelajari penerapan model Learning Cycle, penelitian ini dapat
memberikan wawasan dan rekomendasi yang berguna bagi guru dan
sekolah dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran pendidikan
pancasila dan mencapai hasil belajar yang lebih baik.
2. Pengembangan metode pembelajaran yang lebih efektif: Penelitian
ini dapat memberikan dasar untuk mengembangkan metode
pembelajaran yang lebih efektif dalam mengajar mata pelajaran
pendidikan pancasila. Dengan mengeksplorasi penerapan model
Learning Cycle, penelitian ini dapat mengungkapkan kelebihan dan
manfaat metode tersebut dalam meningkatkan pemahaman siswa,
penerapan konsep, dan sikap terhadap nilai-nilai demokrasi dan
kewarganegaraan.
Kegunaan secara praktis:
1. Peningkatan kualitas pembelajaran pendidikan pancasila: Penelitian
ini dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran pendidikan pancasila di SMPN 12 Bandung. Dengan
mempelajari penerapan model Learning Cycle, penelitian ini dapat
membantu sekolah dalam merancang kurikulum dan strategi
pembelajaran yang lebih efektif dalam mengajar dan memahamkan
siswa tentang nilai-nilai dan konsep pendidikan pancasila.
2. Sumber informasi bagi pengembangan pendidikan: Temuan
penelitian ini dapat memberikan sumbangan penting dalam
pengembangan pendidikan, khususnya dalam konteks pembelajaran
pendidikan pancasila. Informasi dan hasil penelitian ini dapat
menjadi acuan bagi para pemangku kepentingan pendidikan,
termasuk guru, pengambil kebijakan pendidikan, dan peneliti
lainnya dalam melaksanakan perbaikan dan pengembangan
pendidikan yang
lebih baik.
Dengan demikian, penelitian ini memiliki kegunaan yang praktis dan
akademis dalam meningkatkan hasil belajar siswa, mengembangkan metode
pembelajaran yang lebih efektif, meningkatkan kualitas pembelajaran
pendidikan pancasila, serta memberikan kontribusi bagi pengembangan
pendidikan secara keseluruhan.
1.7 Tinjauan Teoritis
1.7.1 Model Pembelajaran Learning Cycle:.
a. Model Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran penggunaan serta pemilihan model
pembelajaran sangat dipengaruhi oleh materi pembelajaran dan
tujuan (kompetensi) yang akan dicapai pada pembelajaran tersebut.
Mohammad Jauhar (2011, hlm. 46) mengatakan bahwa, model
pembelajaran disusun untuk memudahkan pencapaian tujuan belajar
dan model pembelajaran menjadi lebih efektif. Model pembelajaran
adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan
konsep dan/atau perubahan prilaku dengan mengutamakan
pendekatan deduktif. pemilihan model pembelajaran yang tepat
sangat penting agar penyampaian materi ajar dapat tersampaikan
secara optimal.
Maka menurut menurut Ngalimun (2016, hlm. 27) mengatakan
bahwa dalam memilih suatu model pembelajaran harus
mempertimbangkan antara lain materi pembelajaran, jam pelajaran,
tingkat perkembangan kognitif siswa, lingkungan belajar dan
fasilitas penunjang yang tersedia. Dengan cara itu, tujuan
(kompetensi) pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam pemilihan
model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh 1) sifat dari materi, 2)
tujuan akan diacapai dalam pengajaran, 3) tingkat kemampuan
peserta didik, 4) jam pelajaran, 5) lingkungan belajar dan 6) fasilitas
penunjang yang tersedia.
b. Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan proses seseorang dalam rangka memperoleh
suatu hasil baik pengetahuan, keterampilan dan perubahan tingkah
laku. Seperti yang dikemukakan oleh Jumanta Hamdayana (2016,
hlm. 28) bahwa belajar adalah usaha atau suatu kegiata yang
dilakukan secara sadar supaya mengetahui atau dapat melakukan
sesuatu.
Selain belajar ada pula pembelajaran, adapun menurut Udin S
Winataputra (1994, hlm. 2) dalam Ngalimun (2016, hlm. 29) kata
pembelajaran mengandung arti proses membuat orang melakukan
suatu proses belajar sesuai dengan rancangan. Menurut Huda (2015,
hlm. 5) pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori,
kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman
c. Model Learning Cycle
Model pembelajaran Learning Cycle dikembangkan oleh J. Myron
Atkin, Robert Karplus dan Kelompok SCIS (Science Curriculum
Improvement Study) di Universitas California,Berkeley, Amerika
Serikat sejak tahun 1967 (Made Wena, 2010, hlm. 170) Learning
Cycle merupakan model pembelajaran dengan pendekatan berbasis
teori konstruktivisme sosial Vygotsky dan teori meaningful learning
Ausubel. Teori konstruktivisme sosial Vygotsky berbunyi “Interaksi
sosial memainkan peran penting dalam perkembangan intelektual
peserta didik” dikutip dalam Baharuddin (2009, hlm. 124).
Yang terpenting dalam teori konstruktivisme menurut Mohammad
Jauhar (2011, hlm. 36) yakni dalam proses pembelajaran, si
belajarlah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang
harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pebelajar
atau orang lain. Mereka harus bertanggung jawab terhadap hasil
belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu
dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu
mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.
Salah satu model pembelajaran yang mampu membuat peserta didik
aktif didalam kelas adalah model pembelajaran learning cycle.
Karena model pembelajaran learning cycle adalah salah satu model
yang berpusat pada pebelajar (siswa), maka akan membuat siswa
tidak hanya aktif tapi kreatif pula, hal ini juga sesuai dengan
penggunaan kurikulum 2013 yang dipakai disekolah. Seperti yang
dikemukakan oleh Ngalimun (2016, hlm. 171) bahwa siklus belajar
(learning cycle) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat
pada pebelajar (student centered).
Learning cycle merupakan suatu rangkaian tahapan-tahapan
kegiatan pembelajaran yang dibuat dengan sedemikian rupa
sehingga peserta didik mampu menguasai kompetensi-kompetensi
yang harus dicapai pada proses pembelajaran didalam kelas.
Menurut Hudojo (2001) dalam Ngalimun (2015, hlm. 175)
implementasi model learning cycle dalam pembelajarannya sesuai
dengan pandangan kontruktivisme yaitu:
1. Siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara
bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan
diskontruksi dari pengalaman siswa.
2. Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki
siswa. Informasi baru yang dimiliki siswa berasal dari
interpretasi individu.
3. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang
pemecahan masalah.
1.7.2 Pendidikan Pancasila
Pendidikan Pancasila di Indonesia mengalami perkembangan dari
masa-ke masa, menurut Darmadi (2010:3) pendidikan pancasila dahulu
dikenal dengan istilah civics digunakan oleh bangsa Amerika Serikat untuk
menyatukan berbagai suku bangsa (imigran Asia, Eropa, Afrika, Australia)
yang datang dan hidup menetap di Amerika Serikat. Civics mulai diajarkan di
Indonesia sejak 1948 setelah Indonesia merdeka dengan tujuan menyatukan
bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, etnis, agama,
budaya, dan bahasa yang berbeda-beda. Istilah civic kemudian berubah
menjadi kewarganegaraan, ilmu kewargaan negara, pendidikan kewargaan
negara (PKN), Pendidikan Moral Pancasila, PPKn (Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan) dan pada Kurikulum 2006 dikenal dengan PKn
(Pendidikan Kewarganegaraan), selanjutnya dalam Kurikulum 2013 dikenal
dengan PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan).
Darmadi (2010:30) memberikan pengertian “pendidikan
kewarganegaraan sebagai pendidikan Pancasila dan unsur-unsur yang dapat
mengembangkan jiwa dan nilai-nilai 1945 kepada generasi muda”.
Sedangkan Kaelan dan Zubaidi (2012:1) menyebutkan muatan materi
pendidikan kewarganegaraan antara lain pendidikan demokrasi, identitas
nasional, kenyataan dan sejarah bangsa, dasardasar kemanusiaan, dan
keadaban. Selanjutnya Mawardi dan Suroso (2009:3) menjelaskan pengertian
Pendidikan Kewarganegaraan adalah “pendidikan yang berkenaan dengan
hal-ikhwal kewarganegaraan”.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Pendidikan
Pancasila merupakan mata pelajaran yang bermuatan materi hal-hal tentang
kewarganegaraan seperti pendidikan demokrasi, nilai-nilai dalam UUD 1945,
identitas nasional, kenyataan dan sejarah bangsa, pendidikan Pancasila, serta
hak dan kewajiban sebagai warga negara, dengan pendidikan pancasila
diharapkan akan terbentuk generasi muda yang menjadi warga negara yang
berkarakter dan terampil, memahami dan mampu melaksanakan hak dan
kewajibannya sebagai warga negara.
1.7.3 Hasil Belajar:
Menurut Susanto (2015:5) mengatakan bahwa hasil belajar siswa
adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.
Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang
berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif
menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan intruksional, biasanya
guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah
yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional.
Menurut Nawawi dalam K. Brahim pada 2007:39 (dalam Susanto
2015:5) mengatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat
keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah
materi pelajaran tertentu.
Menurut Purwanto (2014:44) hasil belajar dapat dijelaskan dengan
memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”.
Pengertian hasil (product) menunjukkan pada suatu perolehan akibat
dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mangakibatkan berubahnya
input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan
karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang
jadi (finished goods).
Baik atau buruknya hasil belajar tergantung pada individu siswa
yang belajar dan guru yang mengajar, karena hasil belajar diperoleh dari
siswa yang mengalami proses pembelajaran dan guru yang mengajarnya.
Seberapa baik siswa menerima pelajaran dalam proses belajar mengajar dan
seberapa baik guru membuat pembelajaran menjadi menarik untuk siswa
terima adalah salah satu faktor penentu hasil belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli tentang hasil belajar dan faktor-
faktor yang mempengaruhi siswa dalam belajar maka penelitian ini
mengacu pada teori Nawawi dalam K. Brahim pada 2007:39 (dalam
Susanto 2015:5) yang mengatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan
sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di
sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal
sejumlah materi pelajaran tertentu.
1.8 Metode Penelitian
1.8.1 Desain Penelitian
Desain Penelitian ini menjelaskan bagaimana pendekatan penelitian
dan metode penelian atau jenis penelitian yang digunakan. Desain penelitian
bertujuan untuk memberi pegangan yang jelas dan terstruktur kepada
peneliti dalam melakukan penelitiannya.
1.8.2 Pendekatan Penelitian
Pendeketan penelitian ini memakai studi kasus dengan
pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti langsung
mengadakan penelitian pada lokasi tempat yang diteliti guna
memberikan gambaran secara lengkap dan jelas tentang masalah yang
diteliti. Menurut Sugiyono (2015, hlm 14) Metode penelitian kualitatif
sering disebut metode penelitian naturalistic karena penelitiannya
dilakukan pada kondisi yang alamiah. Peristiwa alamiah yang
dimaksud adalah menjelaskan dan menerangkan bagaimana
implementasi model pembelajaran Learning Cycle di SMPN 12
Bandung. Untuk itu, dengan menggunakan pendekatan kualitatif
peneliti mendapat data dan informasi secara mendalam mengenai
impelementasi model pembelajaran Learning Cycle tersebut.
Penelitian kualitatif menjadikan peneliti sebagai instrument kunci
di dalam melaksanakan penelitian, interprestasi baru terhadap temuan di
lapangan mengenai impelementasi model pembelajaran Learning
Cycle. Metode ini menurut sugiyono disebut
juga sebagai metode artistic, karena proses penelitian lebih bersifat seni
(kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretive karena data
penelitian dengan interprestasi terhadap data ditemukan di lapangan.
Sangat jelas bahwa dalam melakukan penelitian studi kasus
dengan pendektan kualitatif peneliti diberikan kebebasan dalam
berekspresi dan berinterpretasi mengenai penelitian yang ditelitinya.
Menurut Sukmadinat, N (2005, hlm 60) pendekatan ini
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena peristiwa, aktivitas social,
sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran, orang secara individual
maupun kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan
prinsip-prinsip dan penejlasan yang mengarah pada penyimpulan.
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti dapat
melakukan penelitian secara mendalam tentang model pembelajaran
Learning Cycle dengan sifat masalah yang akan diteliti oleh peneliti
serta tujuan dari peneliti ini hendak memperoleh gambaran yang
relevan dengan kondisi subjek dan objek yang diteliti sehingga nantinya
peneliti berharap akan memperoleh suatu hal berupa data deskriptif dari
penelitian implementasi model pembelajaran Learning Cycle di SMPN
12 Bandung.
1.8.3 Metode Penelitian
Dalam hal ini metode studi kasus dengan pendekatan penelitian
kualitatif, metodenya lebih bersifat deskriptif sehingga peneliti
kebanyakan membahas secara penjabaran dan penjelasan yang
mengandung argument secara serta penafsiran secara subjektif
berdasarkan penelitian terkait model pembelajaran Learning Cycle
menurut tafsiran peneliti. Hal ini sejalan dengan penjelasan Moleong,
Lexy J. (2017, hlm. 4) yang mendefinisikan bahwa “Metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati”. Kemudian penelitian kualitatif data-data yang diperoleh
tidak perlu dihitung dulu secara statistika Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang berangkat dari inquiry naturalistic yang temuan-
temuannya tidak diperoleh dari prosedur perhitungan secara statistik.
(Bawrowi & Suwandi, 2008, hlm. 22).
Selanjutnya Linarwati, dkk, (2016, hlm 1) mengungkapkan
bahwa Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi
yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalahmasalah dalam
masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-
situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-
sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang
berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Selain itu, Putra, E, (2015, hlm 73) menyatakan bahwa penelitian
deskriptif tidak di maksudkan untuk menguji hipotesis tertentu,
tetapi hanya menggambarkan apa adanya
tentang suatu variabel. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian
deskriptif kualitatif dalam penelitian ini adalah untuk melihat, meninjau
dan menggambarkan dengan angka tentang objek yang diteliti seperti
apa adanya dan menarik kesimpulan tentang hal tersebut sesuai
fenomena yang tampak pada saat penelitian dilakukan.
1.9 Partisipan dan Tempat Penelitian
1.9.1 Partisipan
Dalam penelitian kualitatif, informan merupakan salah satu unsur
yang terdapat dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif ini
tidak dinamakan dengan responden, melainkan informan dalam
penelitian tersebut. Peran informan dalam penelitian kualitatif sangat
signifikan untuk membantu dan mempermudah penelti dalam
pengumpulan data, dan mendapat informasi yang dibutuhkan guna
mendukung penelitian tersebut dilaksanakan. Sejalan dengan hal ini
seorang yang dijadikan subjek dalam penelitian tersebut harus dapat
memberikan sesuai dengan tujuan penelitian tersebut.
Para informan ini juga diharapakan sebagai kunci dalam
penelitian ini untuk membantu peneliti dalam menemukan informasi dan
data-data yang relevan untuk kepentingan penelitian tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, maka informan yang dipilih dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut: Guru kelas VIII SMPN 12 Bandung. Alasan
peneliti menjadikan guru kelas VIII SMPN 12 Bandung sebagai
informan penelitian karena guru kelas VIII SMPN 12 Bandung yang
paling mengetahui kekurangan dan kelebihan siswa. Selain itu, yang
dijadikan informan adalah Kepala sekolah SMPN 12 Bandung. Alasan
Kepala Sekolah dijadikan informan karena kepala sekolah bertugas
dalam membina dan mengkoordinir penelitian agar berjalan dengan
lancar dan mempunyai wawasan yang lebih luas sehingga informan
tersebut dapat menjadi sumber data yang berharga. Selanjutnya yang
dijadikan informan Murid kelas VIII SMPN 12 Bandung.
1.9.2 Tempat Penelitian
Menurut Nasution (2003, hlm 23) lokasi penelitian menunjukkan
pada pengertian tempat atau lokasi sosial penelitian yang bercirikan oleh
adanya tiga unsur yaitu pelaku, tempat, dan kejadian yang dapat
diobservasi. Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah SMP
Negeri 12, Jl. Dr. Setiabudhi No 195, Gegerkalong Kec. Sukasari, Kota
Bandung Prov. Jawa Barat.
1.10 Prosedur Penelitian
Penelitian secara sistematis harus melalui beberapa tahapan
penelitian, tahapan tersebut
adalah sebagai berikut;
1.10.1 Persiapan penelitian
Pada tahap ini, peneliti mencoba mengajukan rancangan
(proposal) penelitian. Selanjutnya proposal penelitian tersebut
diseminarkan di hadapan tim dosen penguji untuk mendapatkan koreksi,
masukan, dan sekaligus perbaikan hingga mendapatkan pengesahan dan
persetujuan dari ketua tim pengembangan dan penulisan skripsi di
Departemen Pendidikan Pancasila yang selanjutnya merekomendasikan
untuk mendapatkan pembimbing skripsi.
1.10.2 Perizinan Penelitian
Agar penelitian ini sesuai dengan apa yang diharapkan, maka
dalam persiapan penelitian ini diperlukan perizinan, adapun perizinan
yang ditempuh dan dikeluarkan oleh:
1. Mengajukan surat rekomendasi permohonan izin untuk mengadakan
penelitian kepada Ketua Departemen PPKn FPIPS UPI untuk
mendapatkan surat rekomendasinya untuk disampaikan kepada
Dekan FPIPS UPI.
2. Mengajukan syarat permohonan izin untuk mengadakan penelitian
kepada Pembantu Dekan I atas nama Dekan FPIPS UPI untuk
mendapatkan surat rekomendasinya untuk disampaikan kepada
Rektor UPI.
3. Permohonan izin penelitian dari rektor UPI diproses selama beberapa
hari.
4. Menghubungi pihak SMPN 12 Bandung dengan menemui pihak
yang bersangkutan dengan menyerahkan surat dari fakultas serta
meminta informasi tentang pelaksanaan penelitian
5. Mengadakan pembicaraan dan memberitahukan maksud dan tujuan
penelitan kepada pihak kepala sekolah beserta jajarannya.
6. Keluarlah surat keterangan telah melakukan penelitian dari pihak
SMPN 12 Bandung.
1.10.3 Tahap Perencanaan/ Pra Lapangan
Dalam tahap ini identifikasi masalah yang akan diteliti yaitu
mencari informasi terkait model pembelajaran Learning Cycle. Hasil
dari identifikasi tersebut dirumuskan menjadi rumusan masalah yang
menjadi pertanyaan penelitian dan melakukan studi penjajakan kepada
pihak terkait untuk mencari tau dimana dan kepada siapa informasi
dapat diperoleh. Selanjutnya melaksanakan studi kepustakaan dalam
rangka memperoleh pengetahuan, teori- teori, dan orientasi awal
terhadap permasalahan yang akan diteliti dan menyusun kisi-kisi dan
instrument penelitian sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian
sehingga fokus pada
masalah yang akan diteliti.
1.10.4 Tahap Pelaksanaan
Mengumpulkan data mengenai apa yang berhubungan dengan
kondisi awal, transaksi dan hasil. Selain itu, pada tahap ini pengumpulan
data dilaksanakan dengan menggunakan teknik triangulasi data, yakni
wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hal ini bertujuan untuk
memperoleh data yang sebesar-besarnya serta meningkatkan kualitas
dan kredibilitas data. Pelaksanaan menggunakan pedoman wawancara,
pedoman observasi, dan lembar dokumen yang telah disusun dari awal
sebagai acuan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini.
1.10.5 Tahapan Pasca Penelitian
Penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan,
selama di lapangan, dan setelah selesai ke lapangan. Kegiatan analisis
data ini dilakukan dengan memulai mengumpulkan data dan informasi
dari hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, kemudian data
yang telah diperoleh diolah sesuai dengan kaidah relevansi pengolahan
data dalam penelitian kualitatif. Selanjutnya pengolahan hasil analisis
data dan menyusun hasil dari penelitian kedalam bentuk laporan
penelitian sebagai bentuk hasil akhir dari karya tulis ilmiah yaitu skripsi.
1.11 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang paling startegis dan
paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini
adalah mendapatkan data. Agar memperoleh data sesuai dengan yang
diharapkan, peneliti menggunakan beberapa macam teknik pengumpulan
data yang meliputi sebagai berikut:
1.11.1 Observasi
Observasi merupakan proses pengamatan dan pencatatan secara
sistematis mengenai gejala-gejala yang diteliti. Observasi adalah salah
satu metode pengumpulan data dengan mengamati atau meninjau secara
cermat dan langsung di lokasi penelitian untuk mengetahui kondisi
yang terjadi.
Hasanah, H, (2016, hlm 26) mendefinisikan observasi sebagai
suatu proses melakukan pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan
pengkodeaan serangkaian perilaku dan suasana berkenaan dengan
organisme in situ, sesuai dengan tujuan-tujuan empiris. Selain itu,
observasi merupakan upaya yang dilakukan oleh pelaksana penelitian
kualitatif untuk merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi
dengan menggunakan alat bantu atau
tidak. (Bawrowi & Suwandi, 2008, hlm. 99)
1.11.2 Wawancara
Wawancara atau interview, yaitu pola khusus dalam bentuk
interaksi dimana penulis mengajukan pertanyaan seputar masalah yang
diteliti kepada informan. Wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan
itu. (Moleong, Lexy J, (2017, hlm. 186)
Selanjutnya Menurut (Hakim, L, 2013, hlm 167) Wawancara
adalah situasi berhadap- hadapan antara pewawancara dan responden
yang dimaksudkan untuk menggali informasi yang diharapkan, dan
bertujuan mendapatkan data tentang responden dengan minimum bias
dan maksimum efisiensi
Untuk mengumpulkan data berupa model pembelajaran Learning
Cycle, maka peneliti melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang
dianggap memiliki informasi yang berkaitan dengan fakta-fakta yang
berhubungan dengan masalah tersebut diantaranya yaitu 1 orang kepala
sekolah, 1 orang guru kelas VIII dan 34 siswa kelas VIII SMPN 12
Bandung.
1.11.3 Studi Dokumentasi
Menurut Sudarsono, B, (2017, hlm 63) Dokumentasi adalah: 1)
Dokumentasi sebagai proses; 2) Dokumentasi sebagai produk
(dokumen) dan 3) Dokumentasi sebagai ilmu. Teknik pengumpulan
data ini diperoleh dengan cara mempelajari dokumen untuk
mendapatkan data atau informasi yang berhubungan dengan
implementasi model pembelajaran Learning Cycle. Studi dokumentasi
yaitu mempelajari untuk mendapatkan data atau informasi yang ada
hubungannya dengan masalah yang sedang diteliti.
Mengidentifikasikan dokumentasi adalah ‘pengumpulan data yang
menghasilkan catatan- catatan penting yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah
dan bukan berdasarkan perkiraan. (Bawrowi & Suwandi, 2008, hlm.
158). Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang.
1.11.4 Studi Kepustakaan
Dalam studi kepustakaan, kami menelaah dan menganalisis
berbagai kutipan buku, artikel jurnal, dan bahan bacaan yang
berhubungan dengan model pembelajaran Learning Cycle. Studi
pustaka berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain yang
berkaitan dengan perilaku, upaya dan masyarakat yang diteliti, selain
studi pustaka sangat penting dalam melakukan penelitian, hal ini
dikenakan penelitian tidak akan lepas dari literatur- literatur ilmiah.
(Sugiyono, 2012, hlm. 291).
Studi literatur ini digunakan untuk mencari dan memperoleh teori-
teori yang relevan dengan permasalahan yang hendak diteliti. Dengan
demikian, studi literatur digunakan untuk mencari dan memperoleh data
empiris dari berbagai sumber yang relevan dan berkaitan dengan
masalah yang hendak diteliti.
1.11.5 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh selama proses penelitian ini
akan dianalisis secara kualitatif kemudian disajikan secara deskriptif yaitu
dengan menjelaskan, menguraikan dan menggambarkan sesuai dengan
permasalahan yang erat kaitannya dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti. Sehingga hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan mampu
memberikan gambaran terkait implementasi model pembelajaran Learning
cycle.
Selain itu, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat di
infomasikan kepada orang lain. (Sugiyono, 2013, hlm. 334).
Berdasarkan tesebut, maka proses analisis data yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Penyeleksian dan pengumpulan data, dimana peneliti merangkum dan
memilih hal-hal yang pokok, dikaitkan dengan masalah dan penelitian
yang dilakukan serta dalam reduksi data, setiap peneliti akan dipandu
oleh tujuan yang akan dicapai. pada tahap ini guru atau peneliti
mengumpulkan semua instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan
data kemudian dikelompokkan, diberi kode-kode khusus beserta
sumbernya, disusun berdasarkan fokus masalah, pada tahap ini
dimungkinkan peneliti akan membuang data yang tidak relevan,
misalnya data dari observasi, wawancara dan lain-lain. Reduksi data
dapat dibantu dengan alat atau media elektronik seperti komputer mini
(laptop) dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu
b. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah penyajian data,
dalam penelitian kualitatif, penyajian data biasanya dilakukan dalam
bentuk uraian. mendeskripsikan data sehingga data yang telah
diorganisir jadi bermakna sehingga akan semakin mudah dipahami.
c. Conclusion Drawing/Verification (Kesimpulan/Verifikasi)
Langkah selanjutnya adalah kesimpulan dan verifikasi. Dalam melakukan
verifikasi dapat menggunakan triangulasi data. Dalam proses penelitian
menganalisis merupakan langkah yang sangat penting, sebab data yang
terkumpul tidak akan berarti apa-apa tanpa dianalisis. Analisis data
dalam metode deskriptif diarahkan untuk mengumpulkan informasi
yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah dan pertanyaan
penelitian. Peneliti berusaha
mencari makna (kesimpulan) dari data yang dikumpulkan sejak awal
sampai akhir penelitian. Hal ini dilakukan untuk mencari pola, tema,
hubungan persamaan, hal-hal yang sering timbul, dan sebagainya. Jadi,
dari data yang diperoleh, sejak awal peneliti mencoba. mengambil
kesimpulan. Akan tetapi dengan bertambahnya data maka kesimpulan
itu lebih “Grounded”. Kesimpulan yang dihasilkan sejak awal
penelitian pastinya masih sangat tentatif, kabur dan diragukan. Akan
tetapi dengan bertambahnya data maka kesimpulan itu lebih
menyeluruh. Jadi, peneliti dalam mengambil kesimpulan senantiasa
diverifikasi selama penelitian berlangsung. Langkah-langkah dalam
menganalisis data kualitatif ini saling berkaitan satu dengan yang lain
selama penelitian berlangsung. Maka, kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel. Hasil data yang telah
dideskripsikan kemudian didiskusikan, dikritik ataupun dibandingkan
dengan pendapat orang lain. Data yang terkumpul diklarifikasikan dan
di kategorikan sesuai dengan fokus penelitian
1.12 Uji Validitas Data
1.12.1 Trianggulasi
Peneliti perlu melakukan trianggulasi karena dalam penelitian
kualitatif uji keabsahan data dan informasi tidak dapat dilakukan dengan
alat-alat uji statistik. Hal tersebut karena penelitian kualitatif menghimpun
banyak data kualitatif dalam bentuk kata-kata dan hasil yang nantinya akan
disimpulkan pun dalam bentuk uraian katakata.
Komariah dan Satori (2014, hlm. 170) mengemukakan bahwa
“peneliti perlu melakukan trianggulasi yaitu pengecekan data dari berbagai
sumber dengan berbagai cara dan waktu, sehingga ada trianggulasi dari
sumber, trianggulasi dari teknik pengumpulan data, dan trianggulasi waktu.”
Uji validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
trianggulasi sumber/ informan. Sugiyono (2015, hlm. 127) “mengemukakan
bahwa tianggulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber”. Peneliti
melakukan eksplorasi untuk mengecek kebenaran data dari berbagai subjek
penelitan yang dalam penelitian ini adalah Guru kelas VIII SMPN 12
Bandung, Kepala Sekolah SMPN 12 Bandung, dan siswa kelas VIII SMPN
12 Bandung. Data dari sumber tersebut dideskripsikan, dikategorisasikan,
mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik. Data
yang telah dianalisis oleh peneliti menghasilkan suatu kesimpulan yang
selanjutnya disepakati (member check) dengan keempat sumber data
tersebut.
Proses trianggulasi tersebut dilakukan terus menerus sepanjang proses
mengumpulkan data dan analisis data, sampai suatu saat peneliti yakin
bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-
perbedaan, dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan
(Bungin, 2010, hlm. 204).
1.12.2 Sistematika Penulisan
Dalam menyusun penelitian yang sistematis, sesuai dengan peraturan
Rektor Universitas Pendidikan Indonesia Nomor 3260/UN40/HK/2018
Tentang Pedoman Karya Ilmiah UPI Tahun Akademik 2021, maka penulis
menyusunnya ke dalam struktur organisasi skripsi. Dalam Penyusunan
skripsi ini meliputi, judul, pengetahuan, ucapan terima kasih, abstrak, daftar
isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran.
Adapun bagian isi dan karya ilmiah berbentuk skripsi ini yaitu:
BAB I: PENDAHULUAN, berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan
masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian dan
struktur organisasi skripsi yang merupakan sistematika penyusunan skripsi.
BAB II: KAJIAN PUSTAKA, berisi tentang konsep-konsep atau teori-teori
utama dan pendapat para ahli yang terkait dengan bidang yang dikaji
penelitian terdahulu yang relevan sesuai bidang yang diteliti, posisi teoritis
peneliti berkenaan dengan maslaah yang diteliti.
BAB III: METODE PENELITIAN, berisi tentang metode dan desain penelitian
yang digunakan, rincian mengenai lokasi dan subjek penelitian,
pengumpulan data, analisis data, dan isu etik.
BAB IV: TEMUAN DAN PEMBAHASAN, berisi tentang temuan penelitian
berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data dengan berbagai
kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan
penelitian, dan pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan
penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.
BAB V: SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI, berisi tentang
menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis
temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat
dimanfataakan dan hasil penelitian tersebut. Ada dua alternatif cara
penulisan simpulan, yakni dengan cara butir demi butir atau dengan cara
uraian padat.
1.13 Agenda Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan dalam
waktu bulan terhitung daribulan Agustus hingga Desember 2023.
Tabel 1.1 Jadwal Penelitian

No Uraian September Oktober November Desember


Minggu ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan

Penelitian
2 Perencanaa
N
3 Pelaksanaan

Siklus I
4 Pelaksanaan

Siklus II
5 Pelaksanaan
Siklus III
6 Pengolahan
Data
7 Penyusunan
Laporan
1.14 Kepustakaan
Al-Dahhan, M. F. (2019). The impact of the learning cycle model on students'
achievement in social studies at the intermediate stage. International
Journal of Instruction, 12(1), 1085- 1100.
Kurniawan, Y., & Samsudin, A. (2018). The effects of the learning cycle model
on students' learning outcomes in social studies. Jurnal Pendidikan
Humaniora, 6(3), 281-289.
Mayer, R. E. (2014). Principles of multimedia learning. In The Cambridge
Handbook of Multimedia Learning (2nd ed., pp. 43-71). Cambridge,
UK: Cambridge University Press.
Mulyasa, E. (2013). Kurikulum tingkat satuan pendidikan: Konsep,
karakteristik, dan implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
National Council for the Social Studies. (2010). National curriculum standards
for social studies: A framework for teaching, learning, and assessment.
Silver Spring, MD: National Council for the Social Studies.
Suhendar, I., & Suardiman, S. P. (2018). The effect of the learning cycle model
on social studies learning outcomes in primary school. Jurnal
Kependidikan: Penelitian Inovasi Pembelajaran, 48(1), 18-31.
Suparno, P. (2017). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Wijaya, A., & Mardiyana, M. (2019). The effect of learning cycle model with
ethnomathematics approach on students' mathematics achievement and
self-efficacy. International Journal of Instruction, 12(3), 395-410.
Bawrowi dan Suwandi. (2008). Memahami penelitian kualitatif.
Jakarta: Rineka Cipta Bungin, Burhan. (2010). Metode Penelitian
Kualitatif. Rajawali Pers. Jakarta.
Moleong, Lexy J. (2017). Metode Penelitian Kualitatif, cetakan ke-36. Bandung
: PT. Remaja Rosdakarya Offset
Komariah, Satori. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta
Sugiyono. (2009). Metode penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&B. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Penerbit Alfabet
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Tindakan Komperhensif. Bandung:
penerbit Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai