Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DALAM

PEMBELAJARAN PAI PADA PESERTA DIDIK MA AL-ISTIQOMAH


(Penelitian Tindakan Kelas Pada Peserta Didik MA AL-ISTIQOMAH)
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Untuk Penyusunan Skripsi S1 Prodi PAI

Oleh:
M. Rizki Nugraha
NIM. 019.011.0014

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SILIWANGI BANDUNG
2023 M/ 1444 H
LEMBAR PENGESAHAN
PENERAPAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DALAM
PEMBELAJARAN PAI PADA PESERTA DIDIK MA AL-ISTIQOMAH
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Peserta Didik MA AL-ISTIQOMAH)

Oleh:
N. Rizki Nugraha
NIM. 019.011.0014

Disetujui oleh:
Dosen Pembimbing Akademik

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

Mengetahui
Ketua Program Studi/Pendidikan Agama Islam

Dra. Lisde Sulistiawati, M.Pd


NIP. 196006111998012001
A. Latar Belakang Masalah

Dalam hal ini kualitas pendidikan sering dibicarakan karena pada kenyataannya
sering ditemukan tidak adanya kesinkronan dengan tujuan pembelajaran yang di inginkan.
Misalnya, tawuran antar pelajar, pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba, dan lain-lain
yang masih sering ditemui di sekitar kita. Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran tersebut
maka perlu adanya peran seorang pendidik dalam mengorganisakan sebuah pembelajaran.
Karenanya, Guru perlu merumuskan model, teori, strategi dan metode apa yang akan
diterapkan sehingga program pengajaran dapat dicapai dengan maksimal (Daryanto 2016:
207).

Dalam Implikasinya, Guru memiliki paradigma yang berbeda-beda terkait teori yang
akan digunakan dalam proses pembelajarannya. Teori belajar yang dapat digunakan oleh
Guru salah satunya adalah teori belajar Behavioristik. Teori belajar Behavioristik ini
berpandangan bahwa seseorang tidak bisa dikatakan belajar apabila belum memperlihatkan
perubahan tingkah laku (Sokip 2019).
Teori Behavioristik adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan
yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru
sebagai hasil interaksi stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia
dapat menunjukkan perubahan tingkah laku. Sebagai contoh, anak belum dapat berhitung
perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat, dan Gurunya sudah mengajarkannya dengan
tekun, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka
ia belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukan perubahan perilaku sebagai
hasil belajar (Shahbana, Farizqi, dan Satria 2020).
Pada teori ini yang terpenting adalah masukan atau Input yang berupa stimulus dan
keluaran atau Output yang berupa respon. Dalam contoh di atas, stimulus adalah apa saja
yang diberikan Guru kepada siswa, misalnya daftar perkalian, alat peraga, pedoman kerja,
atau cara-cara tertentu, untuk membantu belajar siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh
Guru tersebut. Menurut teori Behavioristik, apa yang terjadi diantara stimulus dan respon
dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. yang
dapat diamati hanyalah stimulus dan respon. oleh sebab itu, apa saja yang diberikan Guru
(stimulus) dan apa yang dihasilkan siswa (respon), semuanya harus dapat diamati dan
diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang
penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku (Nahar 2016).
Belajar dalam Behavioristik dapat dilakukan dengan melatih refleks refleks
sedemikian rupa sehingga dapat menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Menurut teori
Behavioristik, belajar merupakan hasil interaksi antara stimulus dan respon. Menurut teori
ini, yang penting dalam belajar adalah Input berupa stimulus dan Output yang berupa respon
(Pratiwi 2021).

Aplikasi atau penerapan teori belajar ini sering ditemukan pada lembaga pendidikan.
Hal itu dikarenakan mudahnya penerapan teori ini untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Bahkan secara sadar atau tidak para pendidik di seluruh dunia menerapkan teori belajar ini
(Pratama 2019). Misalnya, pembentukan perilaku dengan menggunakan cara pembiasaan
disertai dengan menggunakan Reinforcement ataupun hukuman yang masih sangat sering
dilakukan.

Teori behavioristik menekankan pada pengukuran, sebab pengukuran merupakan


suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidak nya peruabahan prilaku yang tampak
sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran di aplikasikan dari
beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, karakteristik siswa, media
dan fasilitas pembelajaran yang ada di sekolah sekolah pada umumnya. Pembelajaran yang
berpedoman pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasti,
tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah tersusun dengan rapih sehingga belajar adalah
perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindah kan pengetahuan kepada
orang yang belajar atau siswa. Siswa di harapkan akan memiliki pemahaman yang sama
terhadap pengetahuan yang di ajarkan. Artinya, apa yang di pahami oleh pengajar atau guru
itulah yang harus di pahami oleh peserta didik ( Degeng, 2006 ).

Dalam hal ini penulis tertarik meneliti “ Penerapan Teori Belajar Behavioristik
dalam pemebelajaran PAI pada peserta didik Ma Al-Istiqomah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan penulis di atas, maka


dirumuskan permasalahannya yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan teori belajar behavioristik dalam proses pembelajaran PAI ?
2. Apa faktor kendala penerapan teori belajar behavioristik dalam proses
pembelajaran PAI ?
C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan teori belajar behavioristik dalam proses pembelajaran PAI.
2. Untuk mengetahui faktor kendala penerapan teori belajar behavioristik dalam proses
pembelajaran PAI.
D. Kerangka Pemikiran

Teori belajar behavioristik didefinisikan sebagai perubahan pola pikir dan tingkah
laku untuk mengidentifikasi reaksi dari hasil belajar dan menarik kesimpulan berdasarkan
proses dalam rangka memahami perubahan yang di lakukan oleh peserta didik melalui
aktivitas yang di lakukan.
Berdasarkan penelitian Saputro (2015: 160) menyimpulkan bahwa penerapan teori
behavioristik dapat mengurangi siswa mengoperasikan handphone pada saat jam
pembelajaran belangsung. Selanjutnya penelitian fajri (2011: 160) penelitian ini
menyimpulkan adanya penurunan yang signifikan terhadap perilaku membolos siswa
dengan diterapkannya teknik behavior contract.
Rendahnya penerapan teori belajar behavioristik dapat di atasi menggunakan model
Reinforcement untuk meningkat kan kualitas siswa.
E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pertama bagi peserta didik agar
dapat mudah mencapai suatu terget tertentu dalam pembelajaran, kedua bagi guru agar
penelitian ini dapat menciptakan peserta didik yang berakhlakul karimah, ketiga bagi
sekolah untuk menumbuhkan tingkahlaku yang baik bagi peserta didik.

F. Metode Penelitian

Secara umum, penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data
yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. (Nana
Syaodih, 2017: 5).

Penelitian Tindakan Kelas adalah penerapan berbagai fakta yang di temukan untuk
memecahkan masalah dalam situasi sosial untuk meningkatkan kualitas tindakan yang di
lakukan dengan melibatkan kolaborasi dan kerja sama para penelitian dan praktisi. (Burns,
1999: 20).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas.

Penelitian Tindakan Kelas dapat di artikan sebagai proses pengkajian masalah


pembelajaran di dalam kelas melalu refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah
tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta
menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tertentu.
G. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu:
a. Observasi
Wina Sanjaya (2013: 270) mengatakan:
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung
maupun tidak langsung tentang hal-hal yang diamati dan mencatatnya pada alat
observasi. Hal-hal yang diamati itu bisa gejala-gejala tingkah laku, benda-benda
hidup, ataupun benda mati.
b. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai
keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) sebagai pengaju atau pemberi pertanyaan dan yang
diwawancarai (interviewe) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu. (Basrowi
Dkk, 2008: 127).
Wawancara ini dilakukan kepada pendidik peserta Ma Al-Istiqomah, dilakukannya
wawancara untuk memperoleh kebenaran dengan realita yang ada.
c. Angket
Angket adalah instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan atau pernyataan

secara tertulis yang harus dijawab atau diisi oleh responden sesuai dengan

petunjuk pengisiannya (Wina Sanjaya, 2013: 255) Angket atau kuesioner

merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung.

Peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden instrumen atau alat

pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan atau

pernyataan yang harus dijawab atau di respon oleh responden.

Pada angket berstruktur pertanyaan atau pernyataan sudah disusun secara

terstruktur disamping ada pertanyaan pokok atau pertanyaan utama juga ada anak

pertanyaan atau sub pertanyaan. Dalam angka tertutup pertanyaan atau

pernyataan-pernyataan telah memiliki alternatif jawaban yang tinggal dipilih oleh


responden. Responden tidak bisa memberikan jawaban atau respon lain kecuali

yang telah tersedia sebagai alternatif jawaban (Syaodih, 2017: 219).

Peneliti menggunakan instrumen angket untuk memperoleh keterangan


tentang penerapan teori behavioristik dalam pembelajaran PAI pada peserta didik
Ma al-istiqomah dengan menjawab pertanyaan dalam angket, adapun yang diberi
angket adalah peserta didik yang dijadikan sampel.
d. Dokumentasi
Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan

catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga

akan diperoleh data yang lengkah, sah dan bukan berdasarkan perkiraan (Basrowi

Dkk, 2008: 158).

H. Sumber Data

Yang menjadi sampel dalam penelitian mengenai yaitu “Penerapan teori belajar
behavioristik dalam pembelajaran PAI pada peserta didik MA al-istiqomah” menggunakan
teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel dengan mengambil peserta didik yang
terpilih atau menentukan sendiri sampel yang diambil karena pertimbangan tertentu. Jadi,
sampel ditentukan sendiri oleh peneliti, tidak ditentukan secara acak dan kelas yang menjadi
sampel disini adalah peserta didik kelas XI dan peserta didik kelas XII.

I. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus menerus
terhadap data, mengajukan pertanyaan analitis dan menulis catatan singkat sepanjang
penelitian.

1. Penerapan teori belajar behavioristik dalam pembelajaran PAI pada peserta didik
MA al-istiqomah
Sebelum menguraikan data tentang Penerapan teori belajar behavioristik
dalam pembelajaran PAI pada peserta didik MA al-istiqomah, terlebih dahulu di
lakukan uji persyaratan, yaitu uji validitas dan uji reabilitas.
a. Uji Validitas
Uji vaiditas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
atau ke shahihan suatu instrumen. Suatu instumen yang valid atau shahih atau
mempunyai validitas yang tinggi. Suatu instrumen di katakan valid apabila
mampu mengukur apa yang di inginkan.
b. Uji Reabilitas
Uji reabilitas menggunakan pengujian reabilitas internal dengan rumus
Spearmen-Brown dan Guttmen (Spilt-Help Methode ) yang perhitungannya di
lakukan menggunakan program SPSS for windows version 22.

J. Jadwal Penelitian

BULAN/MINGGU KE-

No DES JAN FEB


JENIS KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Mengajukan Proposal

2 Bimbingan Bab I

3 Bimbingan Bab II

4 Membuat kisi-kisi wawancara

5 Bimbingan Bab III

6 Bimbingan Bab IV

7 Bimbingan Bab V
DAFTAR PUSTAKA

Basrowi, Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.


Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan (Cet.IV, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2008), h.222.
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods) (Bandung: Alfabeta, 2012),
h.404.
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods) (Bandung: Alfabeta,
2012),h.404.
John W. Creswell, Research Design, h. 316-318.
Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), h. 7.
Moh. Nasir. Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), h. 63.
Deddy Mulyana. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2003), h. 9.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010),. h. 160.
Lexy J. Maelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004), h. 135.
Sutrisno Hadi. Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), h. 64.
Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan (Cet. II; Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
h.159.
Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan(Cet. IV, Bandung: Remaja
Rosdakarya,2008), h.222.

Anda mungkin juga menyukai