Anda di halaman 1dari 22

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah

UNTAG Semarang

PERJANJIAN PERKAWINAN

DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

Oleh : Yulies Tiena Masriani


yuliestiena@hotmail.com

ABSTRAK

Perjanjian perkawinan dilihat sebagai gejala sosial budaya, karena itu titik tolak
untuk memahaminya ialah dengan melihat hubungan timbal balik antara pola-pola
tindakan dan struktur realitas bagi orang yang tunduk pada Hukum Islam. Pemahaman
calon suami istri dengan dibuatnya perjanjian perkawinan yaitu apabila terdapat
sejumlah kekayaan yang lebih besar pada salah satu pihak daripada pihak yang lain,
kedua belah pihak masing-masing membawa inbreng (pemasukan modal) yang cukup
besar, masing-masing mempunyai usaha sendiri, apabila salah satu jatuh pailit yang lain
tidak tersangkut, atas hutang mereka yang dibuat sebelum kawin, masing-masing akan
bertanggungjawab sendiri-sendiri, dan masing-masing pihak atau salah satu pihak telah
pernah berkeluarga, punya anak dan mempunyai harta kekayaan, sehingga mereka
bersepakat untuk membuat perjanjian perkawinan. Dibuatnya perjanjian perkawinan
melahirkan akibat secara hukum, secara psikologis, maupun secara sosiologis dan
budaya bagi para pihak maupun bagi pihak ketiga.

Kata Kunci : Perjanjian Perkawinan, Akibat Hukum.

I. PENDAHULUAN hubungan dengan sesama manusia

Islam merupakan agama (ad dan alam sekitarnya. Hubungan

din) yang rahmatanlil’alamin, dengan manusia lainnya, dalam

artinya agama yang menjadi rahmah bentuk muamalah, baik di bidang

bagi alam semesta. Pada dasarnya harta kekayaan maupun dalam

lingkup kehidupan manusia di dunia hubungan kekeluargaan. Hubungan

ini bersandar pada dua macam antar sesama manusia, khususnya di

hubungan yaitu vertikal kepada bidang lapangan harta kekayaan,

Allah SWT dan horizontal, yaitu

128
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

biasanya diwujudkan dalam bentuk bertujuan untuk saling mengikatkan

perjanjian (akad). diri, dengan kesukarelaan secara

Dengan demikian istilah akad timbal balik terhadap perjanjian

dapat disamakan dengan istilah yang dilakukan oleh kedua belah

perikatan atau verbintenis, pihak yang harus sesuai dengan

sedangkan kata Al-‘ahdu dapat kehendak syariat (Hukum Islam).

dikatakan sama dengan istilah Artinya bahwa seluruh perikatan

perjanjian atau overeenkomst, yang yang diperjanjikan oleh kedua belah

dapat diartikan sebagai suatu pihak atau lebih baru dianggap sah

pernyataan dari seseorang untuk apabila secara keseluruhan tidak

mengerjakan atau tidak mengerjakan bertentangan dengan syariat Islam

sesuatu, dan tidak ada sangkut (Hukum Islam).

pautnya dengan kemauan pihak lain. Pemahaman masyarakat

Janji hanya mengikat bagi orang mengenai dibuatnya perjanjian

yang bersangkutan, sebagaimana perkawinan kurang baik atau belum

yang telah diisyaratkan dalam Al- dapat menerima, artinya masyarakat

Qur’an Surat Ali Imran ayat 76.1 beranggapan bahwa membuat

Untuk perjanjian perkawinan perjanjian2 perkawinan sebelum atau

dapat dimasukkan dalam pengertian


2
suatu akad di mana Istilah perjanjian, menurut W.J.S. Poerwadarminta
diartikan sebagai persetujuan (tertulis atau lisan)
yang dibuat oleh dua pihak atau lebih yang masing-
mengidentifikasikan sebagai masing berjanji akan menaati apa yang tersebut
dalam persetujuan itu; syarat; janji (batas waktu
perjanjian kedua belah pihak yang dsb)(W.J.S.Poerwadarminta, 2003: 470).
Pengertian perjanjian sebagaimana diatur dalam pasal
1
1313 KUH Perdata, bahwa perjanjian atau
Fathurahman Djamil, 2001, Hukum Perjanjian persetujuan adalah suatu perbuatan hukum ketika
Syariah dalam Kompilasi Hukum Perikatan, seorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, hlm.248. seorang atau lebih. Perjanjian juga dapat diartikan

129
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

pada waktu perkawinan itu ‘tabu’ keluarga antar calon besan, karena

(pantang, larangan). Orang membuat perjanjian perkawinan

berasumsi kalau membuat perjanjian dianggap sebagai tindakan yang

perkawinan itu tidak etis. Maka materialistis. Bisa juga dikatakan ide

ketika ide untuk membuat perjanjian membuat perjanjian perkawinan ini

perkawinan dilontarkan, bukan tidak sebagai tindakan preventif untuk

mungkin akan terjadi perbedaan mengantisipasi terjadinya konflik

pendapat atau pertengkaran diantara sebelum melakukan perkawinan.

calon pasangan suami istri, bahkan Perjanjian perkawinan belum

bisa merembet menjadi masalah merupakan lembaga hukum yang

suatu peristiwa ketika seorang berjanji kepada terbiasa dilakukan di masyarakat,


seorang lain, atau ketika 2 orang saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu. Hal-hal yang diperjanjikan yang semula hanya merupakan
adalah perjanjian memberi atau menyerahkan sesuatu
barang, perjanjian berbuat sesuatu, perjanjian tidak
berbuat sesuatu (Lukman Santoso, 2012 : 12). lembaga hukum khusus bagi anggota
Perjanjian merupakan suatu perbuatan hukum,
perbuatan yang mempunyai akibat hukum. Perjanjian masyarakat Indonesia yang tunduk
juga bisa dikatakan sebagai suatu perbuatan untuk
memperoleh seperangkat hak dan kewajiban. pada Kitab Undang-Undang Hukum
Perbuatan hukum dalam perjanjian merupakan
perbuatan-perbuatan untuk melaksanakan sesuatu,
yaitu memperoleh seperangkat hak dan kewajiban Perdata (KUH Perdata), tetapi
yang disebut prestasi. Perjanjian melibatkan
sedikitnya dua pihak yang saling memberikan dengan semakin meningkatnya angka
kesepakatannya. Perjanjian membuktikan bahwa
hubungan hukum para pihak merupakan sebuah fakta
hukum, yang dengan fakta itu kesalahpahaman dalam perceraian, keinginan orang untuk
sengketa dapat diluruskan, bagaimana seharusnya
hubungan itu dilaksanakan dan siapa yang membuat perjanjian perkawinan pun
melanggarnya (legalakses.com).
Terhadap penggunaan istilah kontrak dan perjanjian, semakin bertambah, karena biasanya
Prof.Dr.Agus Yudha Hernoko,SH,MH, mengatakan
sependapat dengan beberapa sarjana yang
memberikan pengertian sama antara kontrak dengan pasangan suami istri yang bercerai
perjanjian. Hal ini disebabkan fokus kajiannya
berlandaskan pada perspektif Burgerlijk Wetboek akan meributkan pembagian harta
(BW), di mana antara perjanjian atau persetujuan
(overeenkomst) mempunyai pengertian yang sama
dengan kontrak (contract)(Agus Yudha Hernoko, perkawinannya.
2011: 15).

130
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

Dengan membuat perjanjian mewujudkan perkawinan di kalangan

perkawinan, suami istri mempunyai orang muslim menjadi perkawinan

kesempatan untuk saling terbuka, yang bertauhid dan berakhlak, sebab

saling berbagi rasa atas keinginan- perkawinan semacam inilah yang

keinginan yang hendak disepakati bisa diharapkan memiliki nilai

tanpa harus merugikan salah satu transendental dan sakral untuk

pihak, juga hubungan suami istri mencapai tujuan perkawinan yang

menjadi aman, karena jika suatu saat sejalan dengan tujuan syari’at Islam.4

hubungan mereka tidak harmonis Dari segi penerapannya,

lagi dan bahkan sampai pada hukum munakahat/hukum

perceraian, maka ada sesuatu yang perkawinan termasuk ke dalam

dapat dijadikan pegangan dan dasar bagian hukum Islam yang

hukum. Status hukum perjanjian memerlukan bantuan kekuasaan


5
perkawinan ini sifat dan hukumnya negara. Artinya, bahwa dalam

adalah mubah3. rangka pelaksanaan atau

Perjanjian perkawinan yang pemberlakuannya, negara harus

merupakan bagian dalam hukum terlebih dahulu memberikan landasan

perkawinan adalah merupakan yuridisnya, karena negara merupakan

bagian integral dari syari’at Islam, kekuasaan yang memiliki legalitas

yang tidak terpisahkan dari dimensi

akidah dan akhlak Islami. Di atas

dasar inilah hukum perkawinan ingin 4


Anshary MK, 2010, Hukum Perkawinan di
Indonesia, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, hlm.10.
3 5
Mubah, artinya tidak diharamkan dan tidak pula Abdul Manan, 2006, Reformasi Hukum Islam di
dihalalkan (tidak terlarang)(W.J.S.Poerwadarminta, Indonesia, Penerbit PT.Raja Grafindo Persada,
2003 : 776). Jakarta, hlm. 96.

131
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

dan kekuatan untuk hal itu. 6 Oleh wanita sebagai suami istri dengan

karena itu, dengan diberlakukannya tujuan membentuk keluarga (rumah

Undang-Undang Nomor 1 Tahun tangga) yang bahagia dan kekal

1974 tentang Perkawinan merupakan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

landasan yuridis dari perjanjian Esa.7

perkawinan, Instruksi Presiden RI Perkawinan sebagai lembaga

No.1 Tahun 1991 tentang Kompilasi yang sangat penting dalam

Hukum Islam dan Keputusan kehidupan berbangsa dan bernegara,

Menteri Agama RI No.154 Tahun diharapkan akan dapat melahirkan

1991 tentang Pelaksanaan Instruksi keluarga yang sakinah, yang mampu

Presiden RI No.1 Tahun 1991 mempertahankan kebahagiaan secara

Tanggal 10 Juni 1991. lahir maupun batin. Dalam

Pada dasarnya tujuan memasuki kehidupan berumahtangga,

dilaksanakannya suatu perkawinan seorang pria dengan seorang wanita

adalah untuk membentuk keluarga pasti akan merencanakan segala

yang bahagia, sejahtera lahir dan sesuatunya dalam kehidupan barunya

batin atau keluarga yang sakinah, nanti sebagai sepasang suami istri.

mawadah, warahmah. Di dalam Dalam merencanakan kehidupan

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 barunya ini terkadang seorang pria

Tahun 1974 disebutkan bahwa maupun seorang wanita

Perkawinan ialah ikatan lahir bathin menginginkan dibuatnya suatu

antara seorang pria dengan seorang perjanjian perkawinan sebelum

6
Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar
7
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan ------, Undang-Undang Perkawinan di Indonesia,
bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Surabaya, Karya Ilmu, hlm.7-8.

132
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

mereka memasuki gerbang (4) Selama perkawinan berlangsung

berumahtangga. Perjanjian perjanjian tersebut tidak dapat

perkawinan tersebut diatur di dalam dirubah, kecuali bila dari kedua

Undang-Undang Perkawinan Nomor belah pihak ada persetujuan

1 Tahun 1974, Bab V, Pasal 29 untuk merubah dan perubahan

sebagai berikut : tidak merugikan pihak ketiga.

(1) Pada waktu atau sebelum Sedangkan di dalam

perkawinan dilangsungkan, Kompilasi Hukum Islam, Buku I

kedua pihak atas persetujuan tentang Perkawinan, Bab VII, Pasal

bersama dapat mengadakan 45 mengatur masalah perjanjian

perjanjian tertulis yang disahkan perkawinan, menyebutkan bahwa

oleh Pegawai pencatat kedua calon mempelai dapat

perkawinan setelah mana isinya mengadakan perjanjian perkawinan

berlaku juga terhadap pihak dalam bentuk : (1) taklik talak, dan

ketiga sepanjang pihak ketiga (2) perjanjian lain yang tidak

tersangkut. bertentangan dengan hukum Islam.

(2) Perjanjian tersebut tidak dapat Perjanjian perkawinan adalah

disahkan bilamana melanggar perjanjian yang dilakukan oleh calon

batas-batas hukum, agama dan suami istri mengenai kedudukan

kesusilaan. harta setelah mereka melangsungkan

(3) Perjanjian tersebut berlaku sejak perkawinan. Dalam penjelasan Pasal

perkawinan dilangsungkan. 29 Undang-Undang Perkawinan

disebutkan bahwa taklik talak tidak

133
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

termasuk dalam perjanjian tata caranya. Hak memilih ini

perkawinan, yaitu syarat-syarat atau dilaksanakan segera setelah syarat

janji-janji yang disepakati bersama atau janji dimaksud dilanggar atau

dan menjadi keinginan pihak-pihak tidak dipenuhi. Jika syarat atau janji

yang akan menikah yang diucapkan yang telah disepakati oleh kedua

dalam ijab kabul dan dihadapan mempelai itu menyalahi tujuan

saksi-saksi dalam akad nikah. pokok pernikahan dan diucapkan

Syarat atau janji dalam akad dalam ijab kabul akad nikah, maka

nikah yang diperbolehkan misalnya, akad nikah itu menjadi batal

bahwa istri tidak akan dimadu, suami karenanya.8

tidak akan menjatuhkan talak, syarat Perjanjian perkawinan itu

menyediakan rumah dalam masa satu harus dibuat secara tertulis atas

bulan sesudah akad nikah, syarat persetujuan kedua belah pihak, baik

bahwa mempelai wanita masih gadis dibuat berupa surat perjanjian di

dan sebagainya. bawah tangan maupun dibuat berupa

Apabila syarat-syarat atau Akta Perjanjian Perkawinan di

janji-janji yang diucapkan dalam ijab hadapan Notaris, yang kemudian

kabul akad nikah itu kemudian surat tersebut dibawa ke Kantor

dilanggar atau tidak dipenuhi, maka Urusan Agama (KUA) untuk

pihak yang dirugikan atau dilanggar disahkan oleh Pegawai Pencatat

syarat atau janjinya berhak memilih Perkawinan. Apabila telah disahkan

antara melangsungkan perkawinan


8
R.Soetojo Prawirohamidjojo, 1994, Pluralisme
atau memfasakh perkawinan melalui Dalam Perundang-undangan Perkawinan Di
Indonesia, Airlangga University Press, Surabaya,
hlm.57.

134
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

oleh Pegawai Pencatat Perkawinan, Jika membahas masalah

maka isi dari Perjanjian Perkawinan perkawinan tentulah tidak lepas

tersebut mengikat para pihak yaitu adanya harta benda dalam

suami istri dan juga pihak ketiga perkawinan, maka pada dasarnya

sepanjang pihak ketiga tersebut harta yang diperoleh selama dalam

tersangkut. perkawinan menjadi satu yaitu

Bentuk dan isi perjanjian menjadi harta bersama.

perkawinan, sebagaimana halnya Seperti yang tercantum dalam Pasal

dengan perjanjian pada umumnya, 35 Undang-Undang Nomor 1 Tahun

kepada kedua belah pihak diberikan 1974 tentang Perkawinan sebagai

kebebasan atau kemerdekaan seluas- berikut :

luasnya (sesuai dengan azas hukum (1) Harta benda diperoleh selama

“kebebasan berkontrak”) asalkan perkawinan menjadi harta

tidak bertentangan dengan undang- bersama.

undang, kesusilaan atau tidak (2) Harta bawaan dari masing-

melanggar ketertiban umum. Dan masing suami dan istri dan harta

berlakunya perjanjian perkawinan benda yang diperoleh masing-

sejak saat perkawinan berlangsung masing sebagai hadiah atau

dan tidak boleh dirubah, kecuali atas warisan, adalah di bawah

persetujuan dari kedua belah pihak penguasaan masing-masing

dengan syarat tidak merugikan pihak sepanjang para pihak tidak

ketiga yang tersangkut. menentukan lain.

135
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

Di dalam kehidupan suatu harmonis dalam perkawinan yang

keluarga atau rumah tangga yang bertujuan untuk mewujudkan

tunduk pada Hukum Islam, selain kehidupan rumah tangga yang

masalah hak dan kewajiban sebagai sakinah, mawaddah, dan rahmah

suami istri, maka masalah harta (Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam).

benda juga merupakan salah satu Sedangkan perbedaan pandangan

faktor atau pokok pangkal yang dalam mengatur harta benda serta

dapat menyebabkan timbulnya hak dan kewajiban calon suami istri

berbagai perselisihan atau muslim dapat menimbulkan konflik.

ketegangan dalam suatu perkawinan, Konflik yang berkaitan dengan

bahkan dapat menghilangkan masalah harta kekayaan dan

kerukunan antara suami-isteri dalam kepentingan masing-masing,

kehidupan suatu keluarga. Kondisi bermuara pada masalah kesepakatan,

seperti itu dapat dihindari dengan persetujuan, yang akhirnya

membuat perjanjian perkawinan melahirkan ide, keinginan untuk

antara pihak calon suami istri, membuat perjanjian perkawinan.

sebelum atau pada saat mereka Untuk itu, yang menjadi masalah

melangsungkan perkawinan. mendasar adalah bagaimana orang

Kesamaan pandangan, yang tunduk pada Hukum Islam

keinginan dan cita-cita dari calon memahami dan melakukan perjanjian

suami istri dapat menumbuhkan perkawinan dalam memasuki

ikatan kasih sayang dan selanjutnya kehidupan rumah tangganya ? Apa

membentuk keluarga yang kuat dan sajakah akibat hukumnya dengan

136
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

dibuatnya perjanjian perkawinan memahami masalah perjanjian,

bagi para pihak tersebut ? khususnya perjanjian perkawinan ini.

Karena sebagian besar orang yang

II. PEMBAHASAN melakukan atau membuat perjanjian

Perkawinan merupakan suatu perkawinan di Notaris adalah orang-

ikatan/akad/transaksi, yang orang yang tunduk pada Hukum

didalamnya sarat dengan kewajiban- Perdata Barat (BW), yaitu orang

kewajiban dan hak, bahkan terdapat Cina (Tionghoa). Sedangkan

pula beberapa perjanjian perkawinan. masyarakat yang tunduk pada hukum

Kewajiban dan hak masing-masing adat dan hukum Islam belum banyak

suami istri telah diformulasikan di yang memahami dan membuat

dalam Undang-Undang Nomor 1 perjanjian perkawinan dikarenakan


9
Tahun 1974. Kontrak ini satu- persepsi yang berbeda. Pemahaman

satunya perbuatan hukum yang dan persepsi masyarakat muslim

relevan dalam menetapkan adanya (tunduk pada Hukum Islam) terhadap

perkawinan.10 perjanjian perkawinan yang berbeda

Pemahaman yang utuh ini dikarenakan alasan-alasan yang

mengenai hukum perjanjian Islam dimilikinya.

sangat berguna, khususnya bagi umat

Islam di Indonesia. Belum banyak 1. Alasan dibuatnya Perjanjian

orang muslim yang mengenal dan Perkawinan

9
H.M.Anshary MK, 2010, Hukum Perkawinan Di
Pada umumnya pemahaman
Indonesia, Masalah-masalah Krusial, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, hlm.21. calon suami istri dengan dibuatnya
10
Joseph Schacht, 2012, Pengantar Hukum Islam,
Jogjakarta : Imperium, hlm.240.

137
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

perjanjian perkawinan dalam mempunyai harta kekayaan,

memasuki kehidupan rumah sehingga mereka bersepakat

tangganya itu dasarkan pada hal-hal untuk membuat perjanjian

sebagai berikut : perkawinan.

(1) Bilamana terdapat sejumlah Suatu perjanjian perkawinan

kekayaan yang lebih besar pada dibutuhkan dalam kehidupan

salah satu pihak daripada pihak bermasyarakat untuk menghindari

yang lain. konflik antara calon suami istri

(2) Kedua belah pihak masing- mengenai harta yang didapat oleh

masing membawa inbreng suami istri masing-masing, untuk

(pemasukan modal) yang cukup mempertahankan harta suami istri

besar. dari kepailitan/untung rugi serta

(3) Masing-masing mempunyai keinginan suami istri terhadap

usaha sendiri, apabila salah satu kelangsungan harta yang

jatuh pailit yang lain tidak diperolehnya.

tersangkut. Dalam ajaran Islam untuk

(4) Atas hutang mereka yang dibuat sahnya suatu perjanjian, harus

sebelum kawin, masing-masing dipenuhi rukun dan syarat dari suatu

akan bertanggungjawab sendiri- akad. Rukun adalah unsur yang

sendiri. mutlak harus dipenuhi dalam sesuatu

(5) Masing-masing pihak atau salah hal, peristiwa dan tindakan.

satu pihak telah pernah Sedangkan syarat adalah unsur yang

berkeluarga, punya anak dan

138
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
12
harus ada untuk sesuatu hal, wujudnya. Secara khusus

peristiwa, dan tindakan tersebut.11 perjanjian perkawinan ini dikaji

Perlu untuk mengkaji lebih menurut pandangan masyarakat yang

jauh mengenai perjanjian perkawinan, tunduk pada Hukum Islam.

sahnya perjanjian perkawinan yang Sebagaimana telah dijelaskan

dilakukan di depan Notaris dan di muka bahwa perjanjian

akibat hukumnya apabila para pihak perkawinan merupakan suatu akad

(calon suami istri) melanggar isi dari yang harus memenuhi rukun dan

perjanjian perkawinan yang syarat dari perjanjian. Secara

dibuatnya. Karena dalam membuat etimologis perjanjian dalam bahasa

perjanjian perkawinan harus Arab diistilahkan dengan Mu’ahadah

dipenuhi 2 (dua) syarat yaitu : dua Ittifa’, atau akad. Dalam bahasa

pihak yang melakukan Indonesia dikenal dengan kontrak,

akad/perjanjian yang secara langsung perjanjian atau persetujuan yang

terlibat dalam perjanjian memiliki artinya adalah suatu perbuatan di

kelayakan untuk melakukan akad mana seseorang atau lebih

sehingga akad tersebut dianggap sah mengikatkan dirinya terhadap

dan obyek akad harus suci, bisa seseorang lain atau lebih. 13 Dalam

digunakan dengan cara yang sistem hukum Indonesia terdapat tiga

disyariatkan, harus bisa macam sistem hukum yang mengatur

diserahterimakan dan harus diketahui


12
Abdul Ghofur Anshori, 2010, Hukum Perjanjian
Islam di Indonesia, Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press, hlm. 24-26.
11 13
Fathurahman Djamil, 2001, Hukum Perjanjian Chairuman Pasaribu dan Suhrawadi K.Lubis, 2004,
Syariah dalam Kompilasi Hukum Perikatan, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Jakarta : Sinar
Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, hlm.252. Grafika, hlm.1.

139
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

masalah perjanjian ini, yaitu Hukum Rasulullah, Al-Qur’an surat Ar-Rum

Adat, Hukum Perdata Barat (30) ayat 21, yang artinya :

(KUHPerdata), dan Hukum Islam.14 “Dan di antara tanda-tanda

Mengingat secara faktual kekuasaan-Nya adalah Dia

masyarakat Indonesia mayoritas menciptakan untukmu pasangan dari

memeluk agama Islam, maka berlaku jenismu sendiri agar dapat hidup

pula hukum Islam yang menyangkut damai bersamanya, dan dijadikan

lapangan ibadah dan muamalah. rasa kasih sayang di antaramu.

Dengan demikian diperlukan Sesungguhnya pada yang demikian

pemahaman yang utuh mengenai itu, terdapat tanda-tanda bagi orang-

hukum perjanjian Islam pada orang yang berpikir.”15

umumnya, dan perjanjian Manusia sebagai ciptaan

perkawinan pada khususnya. Allah SWT menginginkan dapat

Sehubungan dengan hidup berpasangan dalam

perkawinan, maka Allah SWT telah perkawinan, hidup berdampingan

menciptakan lelaki dan perempuan secara damai. Dalam mencapai hidup

agar dapat berhubungan satu sama damai tersebut, pasangan suami istri

lain, saling mencintai, menghasilkan berupaya dengan membuat suatu

keturunan, dan hidup berdampingan perjanjian perkawinan yang dibuat

secara damai dan sejahtera sesuai sebelum atau pada saat mereka akan

dengan perintah Allah dan petunjuk melangsungkan perkawinan

sebagaimana diatur dalam Pasal 45

14 15
Abdul Ghofur Anshori, 2010, Hukum Perjanjian A.Rahman I Doi, 1996, Syariah I, Karakteristik
Islam di Indonesia,Yugyakarta: Gajah Mada Hukum Islam Dan Perkawinan, Jakarta : Raja
University Press, hlm.1. Grafindo Persada, hlm.203.

140
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

Kompilasi Hukum Islam, yang bagi yang muslim dan dibacakan

menyatakan bahwa kedua calon pada saat dilangsungkannya

mempelai dapat mengadakan perkawinan, agar dapat mengikat

perjanjian perkawinan dalam bentuk bagi para pihak maupun pihak ketiga.

taklik talak dan perjanjian lain yang Dengan adanya perjanjian

tidak bertentangan dengan hukum perkawinan, maka harta asal / harta

Islam. bawaan suami istri tetap terpisah dan

Demikian pula diatur dalam tidak masuk dalam harta bersama,

ketentuan Pasal 29 ayat (1) Undang- suami istri memisahkan harta yang

Undang Perkawinan yang berbunyi didapat masing-masing selama

sebagai berikut : “Pada waktu perkawinan.

sebelum perkawinan dilangsungkan, Dalam Pasal 29 Undang-

kedua pihak atas persetujuan Undang Perkawinan, tidak

bersama dapat mengajukan menyebutkan secara spesifik hal-hal

perjanjian tertulis yang disahkan oleh yang dapat diperjanjikan, kecuali

Pegawai Pencatat Perkawinan, hanya menyatakan bahwa perjanjian

setelah mana isinya berlaku juga tersebut tidak dapat disahkan jika

terhadap pihak ketiga tersangkut”. melanggar batas-batas hukum dan

Perjanjian perkawinan baru kesusilaan. Ini artinya, semua hal,

mempunyai akibat hukum apabila asal tidak bertentangan dengan

telah didaftarkan pada Kantor hukum dan kesusilaan dapat

Catatan Sipil (bagi yang non muslim) dituangkan dalam perjanjian tersebut,

dan Kantor Urusan Agama (KUA) misalnya tentang harta sebelum dan

141
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

sesudah perkawinan atau setelah Proses Kapitalistik ialah proses

perceraian, pemeliharaan dan untuk mempertahankan harta

pengasuhan anak, tanggung jawab suami istri dari kepailitan/untung

melakukan pekerjaan-pekerjaan rugi.

rumah tangga, pemakaian nama, 3. Proses Aktualisasi

pembukaan rekening Bank, Proses Aktualisasi ialah proses

hubungan keluarga, warisan, untuk mengemukakan keinginan

larangan melakukan kekerasan. dari pribadi masing-masing

Demikian pula didalam suami istri terhadap

Kompilasi Hukum Islam tidak kelangsungan mengenai harta

menjelaskan secara rinci masalah yang dia peroleh.

perjanjian perkawinan ini. Suatu Adapun syarat perjanjian

perjanjian perkawinan saat ini sangat perkawinan tersebut dapat dibeda-

dibutuhkan dalam kehidupan bedakan atau dikelompokkan sebagai

bermasyarakat, hal ini disebabkan berikut :

adanya 3 proses yaitu: 1. Syarat-syarat yang mengenai diri

1. Proses Individualistis pribadi / para pihak.

Proses Individualistis ialah 2. Syarat-syarat cara pembuatan

proses kemandirian untuk akta perjanjian perkawinan.

membedakan harta yang didapat 3. Syarat-syarat mengenai isi

oleh suami istri masing-masing. perjanjian perkawinan.

2. Proses Kapitalistik Syarat-syarat yang mengenai

diri pribadi / para pihak, artinya

142
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

bahwa calon suami istri tersebut masing-masing sepanjang hal itu

adalah laki-laki dan perempuan yang tidak bertentangan dengan hukum

akil (berakal), balig (dewasa), Islam (Pasal 47 ayat 2 KHI). Boleh

merdeka dan tidak dipaksa, baik juga isi perjanjian itu menetapkan

yang belum pernah menikah ataupun kewenangan masing-masingt untuk

sudah pernah menikah, telah mengadakan ikatan hipotik atas harta

bersepakat untuk membuat perjanjian pribadi dan harta bersama atau harta

perkawinan mengenai kedudukan syarikat (Pasal 47 ayat 3 KHI).

harta dalam perkawinan. Apabila dibuat perjanjian

Syarat-syarat cara pembuatan perkawinan mengenai pemisahan

akta perjanjian perkawinan, bahwa harta bersama atau harta syarikat,

perjanjian perkawinan dibuat secara maka perjanjian tersebut tidak boleh

tertulis, baik perjanjian di bawah menghilangkan kewajiban suami

tangan maupun berupa akta untuk memenuhi kebutuhan rumah

perjanjian perkawinan yang dibuat di tangga. Jika dibuat perjanjian

depan Notaris dan isi perjanjian perkawinan yang tidak memenuhi

perkawinan tidak boleh bertentangan ketentuan tersebut, dianggap tetap

dengan hukum Islam dan kesusilaan. terjadi pemisahan harta bersama atau

Syarat-syarat mengenai isi harta syarikat dengan kewajiban

perjanjian perkawinan adalah suami menanggung biaya kebutuhan

perjanjian tersebut dapat meliputi rumah tangga (Pasal 48 KHI).

percampuran harta pribadi dan Perjanjian perkawinan

pemisahan harta pencaharian mengenai harta mengikat para pihak

143
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

dan pihak ketiga terhitung tanggal mengenai kedudukan harta dalam

mulai dilangsungkannya perkawinan perkawinan.

di hadapan pegawai pencatat (2) Perjanjian tersebut dapat meliputi

perkawinan (Pasal 29 ayat 3 UUP percampuran harta pribadi dan

dan Pasal 50 ayat (1) KHI). Selama pemisahan harta pencaharian

perkawinan berlangsung, isi masing-masing sepanjang hal itu

perjanjian tersebut tidak dapat tidak bertentangan dengan

dirubah, kecuali ada persetujuan dari Hukum Islam.

kedua belah pihak, dan selama (3) Di samping ketentuan dalam ayat

perubahan tersebut tidak merugikan (1) dan (2) di atas, boleh juga isi

pihak ketiga (Pasal 29 ayat (4) UU perjanjian itu menetapkan

Perkawinan). kewenangan masing-masing

Kedua calon suami istri yang untuk mengadakan ikatan hipotik

akan membuat perjanjian perkawinan atas harta pribadi dan harta

harus mengetahui isi Pasal 47 bersama atau harta syarikat”.

Kompilasi Hukum Islam yang Apabila isi perjanjian

menyebutkan bahwa : perkawinan akan dirubah, maka

(1) Pada waktu atau sebelum harus ada kesepakatan kedua belah

perkawinan dilangsungkan kedua pihak. Bila keinginan untuk merubah

calon mempelai dapat membuat itu datang dari salah satu pihak saja,

perjanjian tertulis yang disahkan dan pihak yang lain tidak setuju,

Pegawai Pencatat Nikah maka perubahan tidak sah, yang

berarti perjanjian yang telah

144
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

disepakati, belum atau tidak perjanjian perkawinan dan

mengalami perubahan. Artinya isi masing-masing harus

dari perjanjian perkawinan masih melaksanakan kewajiban dan

tetap berlaku selama perkawinan haknya. Para pihak juga harus

tersebut masih berlangsung. siap dengan konsekuensi hukum

yang akan timbul bila melakukan

2. Akibat Hukum Dibuatnya pelanggaran terhadap perjanjian

Perjanjian Perkawinan perkawinan.

Perjanjian perkawinan 2. Secara psikologis, perjanjian

merupakan sarana untuk melakukan perkawinan akan menimbulkan

proteksi terhadap harta para pihak. perasaan tidak percaya terhadap

Maka perjanjian perkawinan dapat pasangan hidupnya. Ia akan

memuat pengaturan mengenai harta dibayangi perasaan takut kalau

bersama maupun harta bawaan. pasangannya melakukan

Suami istri dibebaskan untuk pelanggaran terhadap perjanjian.

melakukan tindakan hukum. Kecemasan ini akan

Adanya perjanjian perkawinan mengakibatkan ketidak

melahirkan akibat hukum, karena bahagiaan dalam menjalani

perjanjian tersebut dikehendaki oleh rumah tangga.

para pihak, sehingga menimbulkan 3. Secara sosiologis dan budaya,

beberapa akibat, antara lain: perjanjian perkawinan

1. Secara hukum para pihak saling menimbulkan adanya cultuur

terkait dengan diadakannya shock. Masyarakat timur yang

145
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

kekeluargaannya tidak mengenal orang lain atau ketika orang itu

individualistis tentu menolak saling berjanji untuk

adanya perjanjian perkawinan. melaksanakanan sesuatu hal. Dalam

Perjanjian perkawinan dianggap suatu perjanjian ini timbul suatu

sebagai hal yang tidak ada karena hubungan hukum antara dua orang

mementingkan harta saja. tersebut / perikatan. Perjanjian ini

Walaupun tidak selamanya sifatnya konkret.16

perjanjian perkawinan Jika terjadi pelanggaran

berorientasi pada harta dalam mengenai pemisahan harta kekayaan

perkawinan. dalam perjanjian perkawinan, istri

Prosedur perjanjian berhak meminta pembatalan nikah

perkawinan harus dibuat sebelum atau mengajukannya sebagai alasan

perkawinan dilangsungkan atau pada gugatan cerai di Pengadilan Agama

saat perkawinan dilangsungkan. (Pasal 51 KHI).

Harus dibuat dalam Akta Notaris, ini Pemisahan kekayaan dalam

merupakan syarat yang paling perjanjian perkawinan dapat diakhiri

penting, karena jika tidak, akan dengan pencabutan atas persetujuan

diancam dengan kebatalan. bersama suami istri dan wajib

Perjanjian perkawinan itu isinya didaftarkan di Kantor Pegawai

tidak boleh melanggar batas-batas Pencatat Nikah tempat perkawinan

hukum, agama, dan kesusilaan. dilangsungkan. Sejak pendaftaran ini,

Perjanjian adalah suatu peristiwa pencabutan mengikat kepada suami

ketika seseorang berjanji kepada


16
Lukman Santoso, 2012, Hukum Perjanjian Kontrak,
Jogjakarta : Cakrawala, hlm.8.

146
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

istri. Namun bagi pihak ketiga, pada salah satu pihak

pencabutan baru mengikat sejak daripada pihak yang lain.

tanggal diumumkannya pendaftaran b. Kedua belah pihak masing-

oleh suami istri dalam suatu surat masing membawa inbreng

kabar setempat. Jika dalam waktu 6 (pemasukan modal) yang

(enam) bulan pengumuman tidak cukup besar.

dilakukan, maka pendaftaran c. Masing-masing mempunyai

pencabutan menjadi gugur dengan usaha sendiri, apabila salah

sendirinya dan tidakmengikat pihak satu jatuh pailit yang lain

ketiga (Pasal 50 ayat (4) KHI). tidak tersangkut.

d. Atas hutang mereka yang

III. KESIMPULAN dibuat sebelum kawin,

Dari uraian tersebut di atas masing-masing akan

dapat disimpulkan sebagai berikut: bertanggungjawab sendiri-

1. Pada umumnya pemahaman sendiri.

calon suami istri dengan e. Masing-masing pihak atau

dibuatnya perjanjian perkawinan salah satu pihak telah pernah

dalam memasuki kehidupan berkeluarga, punya anak dan

rumah tangganya itu dasarkan mempunyai harta kekayaan,

pada alasan sebagai berikut : sehingga mereka bersepakat

a. Bilamana terdapat sejumlah untuk membuat perjanjian

kekayaan yang lebih besar perkawinan.

147
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

2. Akibat hukum dengan dibuatnya akan mengakibatkan ketidak

perjanjian perkawinan bagi para bahagiaan dalam menjalani

pihak, antara lain: rumah tangga.

a. Secara hukum para pihak c. Secara sosiologis dan budaya,

saling terkait dengan perjanjian perkawinan

diadakannya perjanjian menimbulkan adanya cultuur

perkawinan dan masing- shock. Masyarakat timur

masing harus melaksanakan yang kekeluargaannya tidak

kewajiban dan haknya. Para mengenal individualistis

pihak juga harus siap dengan tentu menolak adanya

konsekuensi hukum yang perjanjian perkawinan.

akan timbul bila melakukan Perjanjian perkawinan

pelanggaran terhadap dianggap sebagai hal yang

perjanjian perkawinan. tidak ada karena

b. Secara psikologis, perjanjian mementingkan harta saja.

perkawinan akan Walaupun tidak selamanya

menimbulkan perasaan tidak perjanjian perkawinan

percaya terhadap pasangan berorientasi pada harta dalam

hidupnya. Ia akan dibayangi perkawinan.

perasaan takut kalau

pasangannya melakukan

pelanggaran terhadap

perjanjian. Kecemasan ini

148
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

DAFTAR PUSTAKA Kompilasi Hukum Perikatan,


Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
Abdul Ghofur Anshori, 2010, Hukum Joseph Schacht, 2012, Pengantar Hukum
Perjanjian Islam di Islam, Jogjakarta : Imperium.
Indonesia,Yogyakarta: Gajah Mada
University Press. Lukman Santoso, 2012, Hukum Perjanjian
Kontrak, Jogjakarta : Cakrawala
Abdul Manan, 2006, Reformasi Hukum
Islam di Indonesia, Penerbit Pasaribu dan Suhrawadi K.Lubis, 2004,
PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hukum Perjanjian Dalam Islam,
Jakarta : Sinar Grafika.
Arief Fuechan, 1992, Pengantar Metoda
Penelitian Kualitatif, Surabaya : R.Soetojo Prawirohamidjojo, 1994,
Usaha Nasional. Pluralisme Dalam Perundang-
undangan Perkawinan Di
A.Rahman I Doi, 1996, Syariah I, 1 Indonesia, Surabaya : Airlangga
R.Soetojo Prawirohamidjojo, 1994, University Press.
Pluralisme Dalam Perundang-
undangan Perkawinan Di Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Airlangga University Press, Surabaya. Indonesia Tahun 1945.
Anshary MK, 2010, Hukum Perkawinan di 1
------, Undang-Undang Perkawinan di
Indonesia, Masalah-masalah Krusial, Indonesia, Surabaya : Karya Ilmu.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Internet :
Chairuman Pasaribu dan Suhrawadi K.Lubis,
2004, Hukum Perjanjian Dalam - digilib.sunan-
Islam, Jakarta : Sinar Grafika. ampel.ac.id/files/diski/191/jiptiain-
mohamamadkh-9518-4-bab2.pdf.
Fathurahman Djamil, 2001, Hukum - www.lbh-apik.or.id/fact%20-
Perjanjian Syariah dalam %20pemisahan%20harta%20perkawi
nan.htm

149

Anda mungkin juga menyukai