UNTAG Semarang
PERJANJIAN PERKAWINAN
ABSTRAK
Perjanjian perkawinan dilihat sebagai gejala sosial budaya, karena itu titik tolak
untuk memahaminya ialah dengan melihat hubungan timbal balik antara pola-pola
tindakan dan struktur realitas bagi orang yang tunduk pada Hukum Islam. Pemahaman
calon suami istri dengan dibuatnya perjanjian perkawinan yaitu apabila terdapat
sejumlah kekayaan yang lebih besar pada salah satu pihak daripada pihak yang lain,
kedua belah pihak masing-masing membawa inbreng (pemasukan modal) yang cukup
besar, masing-masing mempunyai usaha sendiri, apabila salah satu jatuh pailit yang lain
tidak tersangkut, atas hutang mereka yang dibuat sebelum kawin, masing-masing akan
bertanggungjawab sendiri-sendiri, dan masing-masing pihak atau salah satu pihak telah
pernah berkeluarga, punya anak dan mempunyai harta kekayaan, sehingga mereka
bersepakat untuk membuat perjanjian perkawinan. Dibuatnya perjanjian perkawinan
melahirkan akibat secara hukum, secara psikologis, maupun secara sosiologis dan
budaya bagi para pihak maupun bagi pihak ketiga.
128
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
dapat diartikan sebagai suatu pihak atau lebih baru dianggap sah
129
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
pada waktu perkawinan itu ‘tabu’ keluarga antar calon besan, karena
perkawinan itu tidak etis. Maka materialistis. Bisa juga dikatakan ide
130
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
menjadi aman, karena jika suatu saat sejalan dengan tujuan syari’at Islam.4
131
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
dan kekuatan untuk hal itu. 6 Oleh wanita sebagai suami istri dengan
batin atau keluarga yang sakinah, nanti sebagai sepasang suami istri.
6
Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar
7
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan ------, Undang-Undang Perkawinan di Indonesia,
bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Surabaya, Karya Ilmu, hlm.7-8.
132
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
berlaku juga terhadap pihak dalam bentuk : (1) taklik talak, dan
133
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
dan menjadi keinginan pihak-pihak tidak dipenuhi. Jika syarat atau janji
yang akan menikah yang diucapkan yang telah disepakati oleh kedua
Syarat atau janji dalam akad dalam ijab kabul akad nikah, maka
menyediakan rumah dalam masa satu harus dibuat secara tertulis atas
bulan sesudah akad nikah, syarat persetujuan kedua belah pihak, baik
134
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
suami istri dan juga pihak ketiga perkawinan, maka pada dasarnya
luasnya (sesuai dengan azas hukum (1) Harta benda diperoleh selama
melanggar ketertiban umum. Dan masing suami dan istri dan harta
135
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
faktor atau pokok pangkal yang dalam mengatur harta benda serta
sebelum atau pada saat mereka Untuk itu, yang menjadi masalah
136
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
Kewajiban dan hak masing-masing adat dan hukum Islam belum banyak
9
H.M.Anshary MK, 2010, Hukum Perkawinan Di
Pada umumnya pemahaman
Indonesia, Masalah-masalah Krusial, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, hlm.21. calon suami istri dengan dibuatnya
10
Joseph Schacht, 2012, Pengantar Hukum Islam,
Jogjakarta : Imperium, hlm.240.
137
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
(2) Kedua belah pihak masing- mengenai harta yang didapat oleh
(4) Atas hutang mereka yang dibuat sahnya suatu perjanjian, harus
138
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
12
harus ada untuk sesuatu hal, wujudnya. Secara khusus
(calon suami istri) melanggar isi dari yang harus memenuhi rukun dan
dipenuhi 2 (dua) syarat yaitu : dua Ittifa’, atau akad. Dalam bahasa
dan obyek akad harus suci, bisa seseorang lain atau lebih. 13 Dalam
139
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
memeluk agama Islam, maka berlaku jenismu sendiri agar dapat hidup
agar dapat berhubungan satu sama damai tersebut, pasangan suami istri
secara damai dan sejahtera sesuai sebelum atau pada saat mereka akan
14 15
Abdul Ghofur Anshori, 2010, Hukum Perjanjian A.Rahman I Doi, 1996, Syariah I, Karakteristik
Islam di Indonesia,Yugyakarta: Gajah Mada Hukum Islam Dan Perkawinan, Jakarta : Raja
University Press, hlm.1. Grafindo Persada, hlm.203.
140
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
perjanjian perkawinan dalam bentuk bagi para pihak maupun pihak ketiga.
ketentuan Pasal 29 ayat (1) Undang- suami istri memisahkan harta yang
setelah mana isinya berlaku juga tersebut tidak dapat disahkan jika
Catatan Sipil (bagi yang non muslim) dituangkan dalam perjanjian tersebut,
dan Kantor Urusan Agama (KUA) misalnya tentang harta sebelum dan
141
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
142
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
merdeka dan tidak dipaksa, baik juga isi perjanjian itu menetapkan
bersepakat untuk membuat perjanjian pribadi dan harta bersama atau harta
dengan hukum Islam dan kesusilaan. terjadi pemisahan harta bersama atau
143
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
kedua belah pihak, dan selama (3) Di samping ketentuan dalam ayat
perubahan tersebut tidak merugikan (1) dan (2) di atas, boleh juga isi
(1) Pada waktu atau sebelum harus ada kesepakatan kedua belah
calon mempelai dapat membuat itu datang dari salah satu pihak saja,
perjanjian tertulis yang disahkan dan pihak yang lain tidak setuju,
144
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
145
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
sebagai hal yang tidak ada karena hubungan hukum antara dua orang
146
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
147
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
pasangannya melakukan
pelanggaran terhadap
148
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang
149