Penyelesaian Sengketa Kontrak PBJ Pemerintah
Penyelesaian Sengketa Kontrak PBJ Pemerintah
2
Sengketa (Dispute)
• Teori-teori tentang sebab-sebab terjadinya sengketa:
• teori hubungan masyarakat: konflik terjadi karena adanya ketidakpercayaan
dan rivalitas kelompok dalam masyarakat.
• teori negosiasi prinsip: konflik terjadi karena posisi-posisi para pihak yang
tidak selaras dan adanya perbedaan-perbedaan diantara para pihak.
• teori identitas: konflik terjadi karena suatu kelompok merasa identitasnya
teracam oleh pihak lain.
• teori kesalahpahaman: konflik terjadi karena terjadinya ketidakcocokan
komunikasi diantara para pihak karena datang dari budaya yang berbeda.
• teori transformasi: konflik terjadi karena adanya masalah-masalah
ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang mewujud dalam bidang sosial,
ekonomi dan politik.
• teori kebutuhan manusia: konflik terjadi karena kebutuhan satu pihak merasa
dihalangi oleh pihak lainnya.
3
Sengketa
•Penyebab Umum Terjadinya Sengketa
1. Perencanaan dan Perancangan yang tidak
profesional
2. Ketidaksiapan Pengguna Jasa
3. Intervensi Pihak Lain
4. Kurangnya Kompetensi Para Pihak
5. Adanya Pihak Ketiga (Pinjam Bendera, Jual Paket,
dll)
6. Akuntabilitas yang tidak terjaga
7. Force Majeure dan/atau Peristiwa Kompensasi
4
Sengketa (Dispute)
Pengadilan Litigasi
Konsultasi
Penyelesaian
Negosiasi
APS Mediasi
Diluar Pengadilan
(Non Litigasi)
Arbitrase Konsiliasi
Pencegahan dan Dewan Sengketa
Penyelesaian Konstruksi
Penilaian Ahli
5
Litigasi
Pengertian Litigasi
7
Non Litigasi
Non Litigasi
• bahwa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
penyelesaian sengketa perdata di samping dapat diajukan ke
peradilan umum juga terbuka kemungkinan diajukan melalui
arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa (klausul
Menimbang pada UU 30/99)
• Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar
peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang
dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. (Pasal 1
angka 1 UU 30/99)
• Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) adalah lembaga
penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang
disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan
cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian
ahli. (Pasal 1 angka 10 UU 30/99)
9
Sejarah APS
• Lahir di Amerika Serikat pada tahun 1970-an;
• Tahun 1976, Prof. Frank Sander (Harvard University):
• Perkara terlalu banyak masuk ke Pengadilan. Dua
solusinya adalah:
• Mencegah terjadinya sengketa;
• Mengeksplor alternatif penyelesaian sengketa di luar
pengadilan.
(Nurnaningsih Amriani, ‘Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa
Perdata di Pengadilan’, 2001, 14)
10
APS dan Antitesa terhadap Lembaga Peradilan
• Waktu: persidangan yang berlarut-larut.
• Adversary: saling menyerang dalam pengadilan (bermusuhan).
• Biaya mahal
• Prosedur yang ketat
• Lawyer oriented: karena proses yang rumit, hanya pihak yang punya keahlian
yang bisa bersidang di pengadilan.
• Ungkapan mengenai citra pengadilan:
• Hilang kerbau untuk mendapatkan kambing kembali.
• Menang jadi arang, kalah jadi abu.
• Win-Lose Situation: menghasilkan loser and winner.
• Kurangnya kemampuan hakim: hakim tidak mampu mengimbangi
kemajuan zaman.
• Hubungan putus
• Memicu konflik baru.
11
Alur APS
nKonsultasi
↓ tidak ada kesepakatan
nPenasehat Ahli-Mediator (Non-lembaga)
↓ tidak ada kesepakatan
nMediator (Lembaga)
↓ tidak ada kesepakatan
nLembaga Arbitrase atau Arbitrase ad-hoc.
12
Konsultasi
Penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui alternatif
penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diselesaikan dalam pertemuan langsung oleh para pihak dalam waktu
paling lama 14 (empat belas) hari dan hasilnya dituangkan dalam suatu
kesepakatan tertulis (Pasal 6 ayat (2) UU No. 30/1999).
• Pertemuan langsung;
• Waktu 14 hari;
• Dituangkan dalam kesepakatan tertulis.
13
Penasehat Ahli-Mediator (Non Lembaga)
Dalam hal sengketa atau beda pendapat sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) tidak dapat diselesaikan, maka atas kesepakatan tertulis para
pihak, sengketa atau beda pendapat diselesaikan melalui bantuan
seorang atau lebih penasehat ahli maupun melalui seorang mediator
(Pasal 6 ayat (3) UU No. 30/1999).
14
Mediator Lembaga
Apabila para pihak tersebut dalam waktu paling lama 14 (empat belas)
hari dengan bantuan seorang atau lebih penasehat ahli maupun
melalui seorang mediator tidak berhasil mencapai kata sepakat, atau
mediator tidak berhasil mempertemukan kedua belah pihak, maka para
pihak dapat menghubungi sebuah lembaga arbitrase atau lembaga
alternatif penyelesaian sengketa untuk menunjuk seorang mediator
(Pasal 6 ayat (4) UU No. 30/1999).
• 14 hari bantuan penasehat ahli atau mediator non-lembaga tidak
berhasil;
• Menghubungi lembaga arbitrase atau lembaga APS untuk menunjuk
seorang mediator.
15
LPS - LKPP
16
Mediator Lembaga
Setelah penunjukan mediator oleh lembaga arbitrase atau
lembaga alternatif penyelesaian sengketa, dalam waktu paling
lama 7 (tujuh) hari usaha mediasi harus sudah dapat dimulai
(Pasal 6 ayat (5) UU No. 30/1999).
• Penunjukan mediator;
• Dalam 7 hari mediasi dimulai.
17
Mediator Lembaga
Usaha penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui
mediator sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) dengan
memegang teguh kerahasiaan, dalam waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari harus tercapai kesepakatan dalam bentuk
tertulis yang ditandatangani oleh semua pihak yang terkait
(Pasal 6 ayat (6) UU No. 30/1999).
- Kesepakatan harus dicapai dalam 30 hari;
- Kesepakatan tertulis;
- Ditandatangani oleh semua pihak yang terkait.
18
Mediator Lembaga
Kesepakatan penyelesaian sengketa atau beda
pendapat secara tertulis adalah final dan mengikat para
pihak untuk dilaksanakan dengan itikad baik serta wajib
didaftarkan di Pengadilan Negeri dalam waktu paling
lama 30 (tiga puluh) hari sejak penandatanganan
(Pasal 6 ayat (7) UU No. 30/1999).
19
Mediator Lembaga
Kesepakatan penyelesaian sengketa atau beda
pendapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (7)
wajib selesai dilaksanakan dalam waktu paling
lama 30 ( tiga puluh) hari sejak pendaftaran
20
Lembaga Arbitrase atau Arbitrase Ad-Hoc
Apabila usaha perdamaian sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) sampai dengan ayat (6) tidak dapat dicapai, maka para
pihak berdasarkan kesepakatan secara tertulis dapat
mengajukan usaha penyelesaiannya melalui lembaga arbitrase
atau arbitrase ad–hoc
21
Penyelesaian Sengketa Jakon
Penyelesaian Sengketa Jasa Konstruksi
1) Sengketa yang terjadi dalam Kontrak Kerja Konstruksi diselesaikan dengan prinsip
dasar musyawarah untuk mencapai kemufakatan.
2) Dalam hal musyawarah para pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat
mencapai suatu kemufakatan, para pihak menempuh tahapan upaya penyelesaian
sengketa yang tercantum dalam Kontrak Kerja Konstruksi.
3) Dalam hal upaya penyelesaian sengketa tidak tercantum dalam Kontrak Kerja
Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), para pihak yang bersengketa
membuat suatu persetujuan tertulis mengenai tata cara penyelesaian sengketa yang
akan dipilih
4) Tahapan upaya penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. mediasi;
b. konsiliasi; dan
c. arbitrase
5) Selain upaya penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a dan
huruf b, para pihak dapat membentuk dewan sengketa.
Pasal 88 UU 2/2017
23
Penyelesaian Sengketa Jasa Konstruksi
24
Dewan Sengketa Konstruksi
Pengertian Dewan Sengketa Konstruksi
26
Tugas Dewan Sengketa
28
Tata Kerja Dewan Sengketa
1. Mekanisme pencegahan dan penyelesaian perselisihan
a. Penelaahan dokumen
b. Kunjungan lapangan
c. Pemberitahuan
d. Rapat Dengar Pendapat
e. Pemberian Saran
2. Mekanisme penyelesaian sengketa
a. Pemberitahuan
b. Penelaahan Dokumen
c. Rapat Dengar Pendapat
d. Kunjungan Lapangan
e. Rapat Internal Dewan Sengketa
f. Penerbitan Putusan Formal
29
Persyaratan Dewan Sengketa
1. Warga Negara Indonesia
2. fasih dalam bahasa yang ditetapkan dalam Kontrak dan
Perjanjian Kerja Dewan Sengketa;
3. tidak memiliki keterkaitan secara langsung atau tidak
langsung dengan Pengguna Jasa dan Penyedia; dan
4. memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan.
a. memiliki pengalaman profesional dalam menginterpretasikan
dokumen kontraktual;
b. memiliki pemahaman dalam interpretasi Kontrak dan regulasi;
dan/atau
c. memiliki pengalaman dan/atau pemahaman aspek keteknisan
pekerjaan sesuai Kontrak.
30
Bapak/Ibu, ingat pesan saya … … … !
29/02/24 31
29/02/24 32
Terima Kasih
Khalid Mustafa
TLP/WA: 08170909035
Web: www.khalidmustafa.info
33