Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FIQIH LALU LINTAS

Dosen Pengampuh:

AINUN JARIAH, S.Ag.,M.A.

KELOMPOK 13

REKSY AURELIA ARDANA (105731112221)


RILA ALFIANA ALWI (105731123221)
SANDI (10541102421)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2023

Jl. Sultan Alauddin no.259, Gn Sari, Kec. Rappocini, Kota Makassar,


Sulawesi Selatan, Indonesia
KATA PENGANTAR

Bismilahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidakakan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semogaterlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Al-
ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IV” yang membahas
tentang “FIQIH LALU LINTAS”Kami menyadari bahwa masih
terdapat beberapa kelemahan atau kekurangan dalam makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan


motivasi bagi siapa saja yang membaca dan memanfaatkannya.

Makassar, 7 Juni 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ ii


DAFTAR ISI ...................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ............................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................ 1
C. TUJUAN ................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FIQIH LALU LINTAS DAN KAJIAN


TEORI .................................................................................... 2

B. LALU LINTAS PERSPEKTIF ISLAM ................................ 4

C. PENERAPAN NILAI-NILAI ISLAM DALAM BERLALU

LINTAS ................................................................................. 6

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN....................................................................... 10

B. SARAN ................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
berasal dari prinsip-prinsip dasar dalam Islam yang mendorong umat
Muslim untuk memperhatikan keselamatan dan kesejahteraan orang lain di
sekitarnya. Islam juga menekankan pentingnya berbuat baik dan memberikan
manfaat bagi orang lain, termasuk dalam hal berlalu lintas atau berkendara di jalan
raya.

Selain itu, perkembangan teknologi dan mobilitas yang semakin maju juga
menuntut adanya regulasi dan aturan yang jelas dalam berkendara di jalan raya.
Hal ini diperlukan untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan bagi semua
pengguna jalan, termasuk pengendara kendaraanbermotor, pejalan kaki, pengguna
sepeda, dan lain sebagainya.

Sebagai agama yang menyeluruh, Islam juga memandang kehidupan


manusia secara holistik, termasuk dalam hal berkendara di jalan raya. Oleh karena
itu, fiqih lalu lintas menjadi penting untuk menetapkan aturan dan hukum yang
mengatur perilaku pengemudi dalam berlalu lintas, serta menjaga keselamatan.

Dalam beberapa negara Islam, seperti Arab Saudi, fiqih lalu lintas telah dijadikan
sebagai bagian dari aturan hukum yang mengatur lalu lintas dan transportasi. Hal
ini menunjukkan bahwa fiqih lalu lintas bukan hanya konsep teoretis, tetapi juga
memiliki implikasi praktis yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari umat
islam.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari fiqih lalu lintas?

2. Bagaimana itu Lalu lintas dalam perspektif islam?

3. Bagaimana penerapan nilai-nilai islam dalam berlalu lintas?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui kajian teori dari fiqih lalu lintas.

2. Untuk mengetahui lalu lintas dalam perspektif islam.

3. Untuk mengetahui penerapan nilai-nilai islam dalam berlalu lintas.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fiqih Lalu Lintas dan Kajian Teori

 Pengertian

Berbeda dengan ushul fiqh yang umum dan teoritis, fiqh bersifat spesifik
dan praktis. Fiqh adalah produk aturan dengan kejelasan teknis, dibangun dari
kewajiban dasar muslim mukallaf mentaati syariat Allah (Shidiq 2011, 9).
Fiqh atau Fikih merupakan pengetahuan, ilmu, atau filsafat tentang serial
Hukum Islam yang secara persuasif menuntut ditaati dalam hidup muslim.
Tujuan fiqh adalah melindungi dan memperbaiki kualitas kehidupan muslim.
Fiqh lalu lintas berarti pengetahuan Hukum Islam yang secara persuasif
menuntut ditaati saat berkendara di jalan raya. Tujuan fiqh lalu lintas adalah
melindungi dan memperbaiki kualitas kehidupan muslim saat menggunakan
jalan raya.

Setiap produk fiqh memiliki maksud keberadaan mengacu pada


kepentingan signifikansi, isi, fungsi, dan konsekwensi. Produk fiqh tidak
hanya berupa batang tubuh aturan, tetapi melibatkan juga hal-hal mengenai
hulu hingga hilir aturan. Pembahasan fiqh lalu lintas ini meliputi batasan:
filosofi kepentingan muslim terhadap aturan di jalan raya, aturan di jalan raya,
persuasi aturan agar ditaati di jalan raya, dan konsekwensi bagaimana jika
aturan ini ditaati atau tidak ditaati oleh muslim pengguna jalan raya. Buku
saku ini mengakomodir penjelasan tentang batasan cakupan sebagaimana di
atas melalui skema:

pentingnya
aturan aturan ditaati konsekwensi
aturan

Sifat fiqh menyesuaikan fungsinya sebagai aturan agar ditaati. Fiqh lalu
lintas dibuat untuk dipraktikkan di jalan raya. Penulisan buku saku ini
bertujuan memudahkan muslim pengguna jalan raya mengetahui aturan,
menguatkan muslim pengguna jalan raya mentaati aturan, dan
memperingatkan muslim pengguna jalan menghindari pelanggaran. Jadi,
dengan adanya buku saku ini, diharapkan muslim Indonesia semakin mudah
mendekatkan diri pada Ridlo Allah melalui adab dan ibadah di jalan raya.
Bahwa dengan mentaati fiqh lalu lintas adalah bagian dari ikhtiyar mentaati
Allah dan Rasul-Nya.

2
Ada pepatah ditulis di plakat-plakat di pinggir jalan, “jalan raya adalah
cermin budaya bangsa” (Yusuf 2005, 183). Pepatah ini bisa membantu muslim
pengguna jalan raya agar semakin mawas diri, bahwa secara jumlah, mereka
yang paling bertanggung jawab. Apa yang terjadi di jalan raya di Indonesia
adalah apa yang dilakukan mayoritas pengguna jalannya, dan itu adalah
muslim Indonesia. Lalu lintas yang baik dan beradab, mengindikasikan
muslim Indonesia baik beradab. Lalu lintas yang buruk dan penuh
pelanggaran, mencerminkan perilaku muslim Indonesia yang juga buruk dan
melanggar. Bagi muslim Indonesia, menjunjung tinggi perilaku taat aturan di
jalan raya adalah sama dengan menjunjung tinggi Agama Allah.

 Kajian Teori

1. Konsep perlindungan hukum

Negara Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan pancasila harus


memberikan perlindungan hukum terhadap warga negaranya yang sesuai
dengan pancasila. Oleh karena itu konsep perlindungan hukum berdasarkan
pancasila berarti pengakuan dan perlindungan hukum akan harkat dan
martabat atas dasar nilai ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan, persatuan,
permusyawaratan dan keadilan sosial. Dalam hal perlindungan kerukunan.?

Perlindungan hukum menurut Satjipto Raharjo yaitu dimana hukum


melindungi kepentingan seseorang dengan cara menempatkan suatu kekuasaan
yang dilakukan secara terukur (tertentu dan dalamnya) untuk bertindak dalam
rangka kepentingan tersebut. Kata "perlindungan" memiliki arti tempat
berlindung atau suatu perbuatan melindungi. Sedangkan kata "hukum"
memiliki arti sebuah system yang terpenting (peraturan perundang-undangan)
dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan.

2. Konsep Hukum Tentang Sanksi

Jarimah taʼzir adalah jarimah yang diancam dengan hukuman taʼzir


Pengertian taʼzir menurut bahasa ialah ta'dib atau memberi pelajaran. T'a'zir.
Juga diartikan Ar Rad wa Al Man'u, artinya menolak dan mencegah. Akan
tetapi menurut istilah, sebagaimana yang dikemukakan oleh Wahbah Zuhaili
pengertiannya adalah sebagai berikut.

‫شرعا هو و‬: ‫كفارة وال فيها حد ال جناية أو معصية على المشروعة العقوبة‬

3
Ta'zir menurut syara' adalah hukuman yang ditetapkan atas perbuatan
maksiat atau jinayah yang tidak dikenakan hukum had dan tidak pula kafara

Dari definisi yang dikemukakan di atas, jelaslah bahwa ta'zir adalah suatu
istilah untuk hukuman atas jarimah-jarimah yang hukumannya ditetapkan oleh
syara'. Dikalangan fuqoha, jarimah-jarimah yang hukumnya belum ditetapkan
oleh syara' dinamakan jarimah taʼzir. Jadi, istilah taʼzir bias digunakan untuk
hukuman dan bisa juga jarimah (tindak pidana)."

3. Konsep Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas


dan angkutan jalan

Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam


mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian upaya
memajukan kesejahteraan umum. Didalam ketentuan umum pasal 1 undang-
undang No. 22 Tahun 2009 dijelaskan bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
adalah suatu kesatuan system yang terdiri atas lalu lintas, angkutan jalan.
jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, prasarana lalu lintas dan angkutan
jalan, kendaraan. pengemudi pengguna jalan, serta pengelolaannya. Serta lalu
lintas adalah gerakan kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan."

Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 diatur mengenai


tujuan dari Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yakni :

a. Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat,
tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong
perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh
persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat
bangsa,
b. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan,
c. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.

B. Lalu Lintas Perspektif Islam

“Hamba-hamba Ar-Rahmân – Tuhan Pencurah kasih – adalah orang-orang


yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa
mereka, mereka mengucapkan “salam “ (yakni mari berpisah dengan damai). (Q.S.
Al-Furqân [25]: 63).

Kandungan pesan di atas sejalan dengan kandungan pesan Q.S. Al-Isra’ [17]:
37 yang maksudnya: “Janganlah engkau -siapapun engkau- berjalan di persada bumi

4
dengan penuh keangkuhan/ ugal-ugalan. Itu hanya dapat engkau lakukan kalau
engkau telah dapat meraih segala sesuatu, padahal meskipun engkau berusaha sekuat
tenaga tetap saja kakimu tidak dapat menembus bumi walau sekeras apapun
hentakanya, dan kendati engkau telah merasa tinggi, namun kepalamu tidak akan
dapat setinggi gunung.”

Dalam konteks cara jalan, Nabi saw. mengingatkan agar tidak berjalan
membusungkan dada. Namun demikian, ketika beliau melihat seseorang berjalan
menuju arena perang dengan penuh semangat dan terkesan angkuh, beliau bersabda:
“Sungguh cara jalan ini dibenci Allah, kecuali dalam situasi (perang) ini.”

Kini pada masa kesibukan dan kesemrawutan lalu lintas, kita dapat
memasukkan dalam cakupan pengertian ayat di atas penghormatan terhadap displin
lalu lintas.

Peraturan lalu lintas jalan raya serupa dengan peraturan lalu lintas
kehidupan. Jangan pernah berkata bahwa lampu merah menghambat kelancaran lalu
lintas, ia justru memuluskannya.

Karena itu, sebagaimana kewajiban menghindari yang haram, maka wajib


pula mengindahkan lampu merah, dan sebagaimana keharusan menaati pemimpin
pemerintahan – suka kepadanya atau tidak –maka demikian juga keharusan
mengindahkan polisi lalu lintas yang mengatur kelancaran jalan, karena dengan
membangkang akan terjadi chaos, kekacauan, dan kesemrawutan. Para polisi
itu adalah bagian dari apa yang dinamai Al- Qur’an Ulu Al-Amr yakni orang-orang
yang memiliki wewenang memerintah, yang oleh Q.S. An-Nisaa’ [4]: 59 dinyatakan
harus ditaati. Tentu saja bila tidak melanggar hukum.

Pesan-pesan ayat-ayat di atas bukan berarti anjuran berjalan perlahan, atau


larangan bergerak cepat. Nabi Muhammad saw. dilukiskan berjalan dengan gesit,
penuh semangat, bagaikan turun dari dataran tinggi.

Seorang pemuda dilihat oleh Sayyidina Umar ra. berjalan melempem, tanpa
semangat bagaikan orang sakit. Beliau menghentikannya sambil bertanya: “Apakah
engkau sakit?” ” Tidak,“ jawabnya. Maka Sayyidina Umar ra. menghardik dan
memerintahkannya berjalan dengan penuh semangat.

Kalau Anda ingin memperluas makna pesan ayat-ayat di atas, maka Anda
dapat berkata bahwa ia tidak sekadar menggambarkan cara jalan yang baik, tetapi
juga tuntunan kepada pengguna jalan agar berinteraksi dengan semua pihak sebaik

5
mungkin. Bukan saja memerhatikan Hak -Hak Asasi Manusia, tetapi juga dalam
istilah Nabi Muhammad saw. Hak-Hak Asasi Jalan.

Jika Anda belum pernah mendengar istilah ini maka ketahuilah bahwa Nabi
saw. -menggarisbawahi empat hal yang menjadi hak asasi jalan (H.R. Bukhari dan
Muslim), yaitu:

a. Membatasi pandangan – termasuk tidak memperlambat kendaraan, atau


berkerumun sehingga memacetkan lalu-lintas sekadar untuk melihat satu
peristiwa;
b. Menghindarkan gangguan, bukan saja dengan tidak membuang sampah di jalan
tetapi juga – misalnya– tidak membunyikan klakson secara berlebihan;
c. Menyebarluaskan kedamaiaan, antara lain dengan bertoleransi memberi peluang
mendahului bagi siapa yang memintanya. Di sisi lain, berterima kasih – walau
dengan mengangguk atau mengangkat tangan- kepada yang melapangkan buat
Anda;
d. Mengajak kepada kebaikan serta menghalangi kemungkaran. Butir terakhir ini
mencakup banyak hal, karena memang berjalan atau mengemudi membutuhkan
bukan sekedar pengetahuan tentang jalan dan berjalan, tetapi ia juga adalah seni
dan di atas seni ada akhlak. Wa Allah A’lam.

C. Penerapan Nilai-Nilai Islam dalam Berlalu Lintas

Menaati aturan lalu-lintas memang wajib diindahkan. Masyarakat juga


wajib membekali diri mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
perintah dan larangan yang ada dijalan. Hal ini dperuntukkan bagi mereka yang
menggunakan jalan sebagai sarana untuk menunjang aktifitas kehidupan sehari-
hari.

Pemerintah dengan segala jajarannya telah berupaya memfasiltasi


berbagai fasltas yang dibutuhkan masyarakat dalam berlalu-lintas agar mereka
merasa nyaman dan aman dalam beraktiftas sehar-hari. Hal ini merupakan suatu
hal yang lazim, karena segala sesuatu aktifitas praktis memerlukan jalan sebagai
penunjang laju alat transportasi untuk menuju ke suatu tujuan.

Akan tetapi, ketika seseorang menggunakan fasilitas jalan sebagai


sarana penunjang alat trtansportasi, tentu mereka akan berinteraksi dengan
pemakai jalan yang lain. Dari sini, tentu suatu saat akan timbul suatu
permasalahan. Sebab, semua individu pasti akan berusaha untuk secara cepat
sampai ke tujuan yang dikehendaki. Tidaklah dipungkiri bahwa baik disengaja

6
ataupun tidak disengaja, di antara pemakai jalan akan melanggar rambu-rambu
lalu lintas. Adanya pelanggaran tersebut bisa saja menimbulkan kerugian-
kerugian baik diri sendiri maupun orang lain. Adapun dari tngkat kerugian
tersebut ada yang bersifat rusaknya kendaraan maupun cedera sampai kematian.
Oleh karena itu, wajarlah jika pemerintah dan jajarannya membuat peraturan
perundang-undangan tentang berlalu-lintas untuk melindungi para pemakai jalan
agar selamat, aman dan nyaman sampai ke tujuan yang dkehendaki.

Data pelanggaran aturan lalu lintas di Yogyakarta pada pertengahan


tahun 2018, misalnya, menunjukkan bahwa golongan pelajar menduduki ranking
tertinggi dalam pendominasian pelanggaran aturan berlalu-lintas. Hal ini ironis
sekali karena justru dari generasi terdidik yang merupakan generasi penerus
bangsa yang seharusnya memperlihatkan perilaku intelektual dan bermoraltas,
justru memperlhatkan perilaku yang tidak semestinya.

Padahal, pada saat memasuki dunia pendidikan formal, sebenarnya bekal


pendidikan yang ada di sekolah atau di kampus masih hangat-hangatnya diingat
oleh para pelajar maupun mahasiswa. Seharusnya pada usia pelajar tersebut,
semangat idealsme intelektual masih menyala. Kita semua tahu bahwa seluruh
lembaga pendidikan formal di Negara Kesatuan Republk Indonesia (NKRI) ini,
pasti tidak lepas dari Pendidikan Agama yang didalamnya tentu saja ada sub
pendidkan bermoralitas (Pelajaran Akhlak). Ironisnya, mayoritas penduduk
Indonesia ini beragama Islam. Lantas dimana penerapan Nilai-Nilai Islam yang di
dalam Kitab Suci Al-Qur’an disinyalir 80 % berisi pendidikan akhlak.

Permasalahannya adalah jika para masyarakat terdidik saja justru paling


banyak menduduki ranking pelanggar aturan berlalu lintas, lantas bagaimana
dengan orang-orang awam? Dalam hal ini penulis mengidentifkasi ada dua
golongan masyarakat terdidik yang merupakan golongan dengan kemungkinan
besar terlibat dalam pelanggaran aturan berlalu-lintas. Pertama, para pelanggar
aturan berlalu-lintas tersebut adalah dari golongan masyarakat terdidik yang
sengaja kurang sadar hukum, sehingga mereka menyepelekan aturan-aturan
tersebut. Kedua, para pelanggar aturan berlalu-lintas yang menganggap bahwa
perundang-undangan Lalu-Lintas merupakan buatan manusia yang bersifat nisbi
(relatif) sehingga tidak haram jika melanggarnya. Sedangkan Aturan-aturan
didalam Kitab Suci Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw merupakan aturan-
aturan yang bersifat Qoth’i (Mutlak) yang bilamana orang melanggarnya
dihukumi haram.

 Ketaatan Aturan Lalu Lintas dalam Perspektif Islam

Menurut pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992


disebutkan bahwa lalu-lintas adalah gerak kendaraan dan hewan di jalan.
Sedangkan pada nomor 4 pasal serupa disebutkan bahawasanya jalan adalah jalan

7
yang diperuntukkan bagi lalu-lintas umum. Jadi jalan-jalan khusus seperti di
kampung-kampung atau jalan lokal milik pribadi tidak termasuk dalam definisi
tersebut. Dalam UU yang sama, djelaskan bahwa untuk meningkatkan pembinaan
dan penyelenggaraan lalu-lintas dan angkutan jalan sesuai perkembangan
kehidupan rakyat dan bangsa Indonesia serta agar lebih berhasil guna dan berdaya
guna.

Dari proposisi-proposisi di atas, dapat diketahui bahwa inti dibuatnya


jalan beserta sagala bentuk perlengkapannya adalah untuk memudahkan
kehidupan rakyat dan bangsa Indonesia agar dapat diambil manfaatnya. Dari sini
jelas, kita dapat membahas permasalahan yang dihadapi oleh golongan pertama
pelanggar aturan berlalu lintas. Yakni, mereka harus diberi pemahaman mengenai
apa sebenarnya tujuan pemerintah beserta jajarannya membuat aturan-autaran
berlalu-lintas dengan ketat termasuk sanksi dan denda yang begitu tinggi bagi
para pelanggarnya.

Golongan pertama ini harus diberi pemahaman secara intensif dan


berkesinambungan agar betul-betul dsadari bahwa adanya ketaatan berlalu-lintas
tersebut sebenarnya manfaatnya akan kembali kepada masing-masing individu.
Adapun pembinaan ini harus terprogram dan melibatkan berbagai unsur terkait
agar hasilnya betul-betul siknifikan. Lebih efektf lagi jika golongan pertama ini
diperlihatkan akibat-akibat negatif yang terjadi karena adanya pelanggaran-
pelanggaran aturan berlalu-lintas.

Sedangkan untuk membahas permasalahan golongan kedua, kita harus


secara intensif pula memberikan pemahaman secara relijius dengan dalil-dalil
yang kuat dan tidak bersifat debatable (menimbulkan perdebatan). Kita harus
kembali kepada Kitab Suci Al-Qur’an sebagai kitab yang bersifat mutawatir dan
tidak dragukan lagi kebenarannya. Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa kita
sebagai hamba Allah harus taat kepada para pemimpin (pemerintah) apabila kita
menghendaki kebaikan hidup di dunia dan di akhirat selagi para pemimpin itu
tidak mengajak kita kepada kemaksiyatan.

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatlah Rasul (Nya) dan Ulil
Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demkian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(QS.AN-NISA’:59)

Di antara substansi tafsir ringkas ayat tersebut dapat ditarik hikmah


yang relevan terhadap permasalah terkait, yakni:

• Kita wajib berpegang kepada Kitab dan Sunnah Al-Qur’an sebagai jalan keluar
dari fitnah;

8
• Sikap orang Mukmin terhadap ftnah;

• Kewajiban mematuhi pemimpin;

• Mendengar dan patuh pada selain maksiyat.

Siapa yang taat kepadaku maka berarti taat kepada Allah, dan siapa yang
maksiyat kepadaku berarti maksiyat kepada Allah, dan siapa yang taat kepada
pimpinan yang aku angkat berarti taat kepadaku, dan siapa melanggar amir
yang aku angkat berarti melanggar kepadaku. (Fuad Abdul Baqi, Muhammad,
Al-Lu’lu’ Wal Marjan 2, Terjemahan H. Salim Bahreisy, PT Bina Ilmu,
Surabaya.)

Pimpinan (pemerintah) saaat ini tidak diangkat oleh Rasulullah. Hal ini
bukan berarti tidak perlu ditaati. Asalkan suksesi dan cara memimpin dan
mengatur rakyat, bangsa dan negara ini sesuai dengan nilai-nilai Islam, maka
rakyat wajib mentaatinya. Begitu pula produk-produk hukum yang dihasilkan
juga harus diikuti selama tidak mengarah kepada kemaksiatan.

9
BAB III

PENUTUP

A. kesimpulan

Lalu lintas merupakan bagian yang penting dalam kehidupan sehari-hari


namun juga dapat menjadi sumber masalah. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama
dan upaya dari semua pihak untuk mengatur lalu lintas dengan baik, menggunakan
transportasi yang lebih ramah lingkungan, mematuhi peraturan lalu lintas, dan
mempraktikkan kesadaran berkendara yang baik, keselamatan dan keamanan
adalah nilai yang sangat dihargai dan ditekankan. Oleh karena itu, setiap muslim
diharapkan untuk memperhatikan keselamatan dalam melakukan segala aktivitas,
termasuk dalam berkendara di jalan raya.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam berkendara di jalan raya antara


lain mematuhi aturan-aturan lalu lintas, menggunakan perlengkapan keselamatan
seperti helm dan sabuk pengaman, memperhatikan kondisi kendaraan dan
lingkungan sekitar, serta menghindari tindakan yang membahayakan diri sendiri
dan orang lain.

Dalam hal terjadi kecelakaan lalu lintas, seseorang harus memperhatikan


etika dan moralitas Islam. Hal ini termasuk memberikan pertolongan kepada
korban, tidak meninggalkan korban dalam kondisi terlantar, dan melaporkan
kecelakaan kepada pihak yang berwenang.

Dalam kesimpulannya, fiqih lalu lintas mengajarkan pentingnya


memperhatikan keselamatan dan keamanan dalam berkendara di jalan raya serta
mengedepankan nilai-nilai etika dan moralitas dalam menangani kecelakaan lalu
lintas.

B. Saran

Demi terwujudnya suasana lalu lintas yang tertib, aman, nyaman, teratur
dan lancar maka penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Masyarakat hendaknya sadar akan pentingnya keselamatan dan ketertiban dalam


hal berlalu lintas. Berkendara sesuai dengan ketentuan UU No. 22 Tahun 2009
tentunya akan menunjang kelancaran lalu lintas khususnya di kota Medan.

2. Diharapkan kepada pihak kepolisian untuk terus melakukan sosialisasi tentang


UU No. 22 Tahun 2009 agar memupuk kesadaran masyarakat dalam memahami
dan menaati peraturan tersebut. Selain itu pihak kepolisian kota Medan juga
diharapkan untuk bekerja semaksimal mungkin agar peran kepolisian dalam

10
mengimplementasikan UU No. 22 Tahun 2009 dapat dijalankan dengan baik dan
maksimal untuk mewujudkan lalu lintas yang tertib, aman dan nyaman.

3. Pihak pemerintah kota Medan juga seharusnya memperhatikan dan membenahi


sarana dan prasarana lalu lintas demi kelancaran berlalu lintas di kota Medan,
karena sarana dan prasarana merupakan faktor penting demi terwujudnya lalu
lintas yang tertib, aman dan nyaman.

4. Selain itu diharapkan agar semua baik itu masyarakat, polisi dan pemerintah
saling peduli dan bekerjasama dalam mewujudkan lalu lintas yang tertib, aman
dan nyaman

11
DAFTAR PUSTAKA

KBP Dicky Sodani, S. D. (2021). FIQIH BERLALU LINTAS. Banda Aceh:


BANDAR Publishing.

M.Lathoif Ghozali, M. H. FIQIH LALU LINTAS. SURABAYA:


http://repository.unisa.ac.id.

Yogyakarta, S. (2019). KETAATAN BERLALU LINTAS SEBAGAI PENERAPAN


NILAI-NILAI ISLAM. YOGYAKARTA: jurnal.tarjih.or.id.

Hasballah, K. (2022). Fiqih Berlalu Lintas. Banda Aceh: Bandar Publishing.

Islamiah, A. P. (2023). FIQIH LALU LINTAS. MAKASSAR.

Hamdani, S. (2021). Etika Berlalu Lintas Menurut Perspektif Islam. Aceh:


Dialeksis.com.

Shihab, Q. (2015). BERLALU LINTAS MENURUT ISLAM. liputanislam.com.

http://digilib.unimed.ac.id/18154/10/NIM.%203103111038-BAB%20V.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai