Fiqih Lalu Lintas-Aik Iv-Klp13
Fiqih Lalu Lintas-Aik Iv-Klp13
Dosen Pengampuh:
KELOMPOK 13
Bismilahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidakakan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semogaterlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Al-
ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IV” yang membahas
tentang “FIQIH LALU LINTAS”Kami menyadari bahwa masih
terdapat beberapa kelemahan atau kekurangan dalam makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
LINTAS ................................................................................. 6
A. KESIMPULAN....................................................................... 10
B. SARAN ................................................................................... 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
berasal dari prinsip-prinsip dasar dalam Islam yang mendorong umat
Muslim untuk memperhatikan keselamatan dan kesejahteraan orang lain di
sekitarnya. Islam juga menekankan pentingnya berbuat baik dan memberikan
manfaat bagi orang lain, termasuk dalam hal berlalu lintas atau berkendara di jalan
raya.
Selain itu, perkembangan teknologi dan mobilitas yang semakin maju juga
menuntut adanya regulasi dan aturan yang jelas dalam berkendara di jalan raya.
Hal ini diperlukan untuk memastikan keselamatan dan kenyamanan bagi semua
pengguna jalan, termasuk pengendara kendaraanbermotor, pejalan kaki, pengguna
sepeda, dan lain sebagainya.
Dalam beberapa negara Islam, seperti Arab Saudi, fiqih lalu lintas telah dijadikan
sebagai bagian dari aturan hukum yang mengatur lalu lintas dan transportasi. Hal
ini menunjukkan bahwa fiqih lalu lintas bukan hanya konsep teoretis, tetapi juga
memiliki implikasi praktis yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari umat
islam.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
Berbeda dengan ushul fiqh yang umum dan teoritis, fiqh bersifat spesifik
dan praktis. Fiqh adalah produk aturan dengan kejelasan teknis, dibangun dari
kewajiban dasar muslim mukallaf mentaati syariat Allah (Shidiq 2011, 9).
Fiqh atau Fikih merupakan pengetahuan, ilmu, atau filsafat tentang serial
Hukum Islam yang secara persuasif menuntut ditaati dalam hidup muslim.
Tujuan fiqh adalah melindungi dan memperbaiki kualitas kehidupan muslim.
Fiqh lalu lintas berarti pengetahuan Hukum Islam yang secara persuasif
menuntut ditaati saat berkendara di jalan raya. Tujuan fiqh lalu lintas adalah
melindungi dan memperbaiki kualitas kehidupan muslim saat menggunakan
jalan raya.
pentingnya
aturan aturan ditaati konsekwensi
aturan
Sifat fiqh menyesuaikan fungsinya sebagai aturan agar ditaati. Fiqh lalu
lintas dibuat untuk dipraktikkan di jalan raya. Penulisan buku saku ini
bertujuan memudahkan muslim pengguna jalan raya mengetahui aturan,
menguatkan muslim pengguna jalan raya mentaati aturan, dan
memperingatkan muslim pengguna jalan menghindari pelanggaran. Jadi,
dengan adanya buku saku ini, diharapkan muslim Indonesia semakin mudah
mendekatkan diri pada Ridlo Allah melalui adab dan ibadah di jalan raya.
Bahwa dengan mentaati fiqh lalu lintas adalah bagian dari ikhtiyar mentaati
Allah dan Rasul-Nya.
2
Ada pepatah ditulis di plakat-plakat di pinggir jalan, “jalan raya adalah
cermin budaya bangsa” (Yusuf 2005, 183). Pepatah ini bisa membantu muslim
pengguna jalan raya agar semakin mawas diri, bahwa secara jumlah, mereka
yang paling bertanggung jawab. Apa yang terjadi di jalan raya di Indonesia
adalah apa yang dilakukan mayoritas pengguna jalannya, dan itu adalah
muslim Indonesia. Lalu lintas yang baik dan beradab, mengindikasikan
muslim Indonesia baik beradab. Lalu lintas yang buruk dan penuh
pelanggaran, mencerminkan perilaku muslim Indonesia yang juga buruk dan
melanggar. Bagi muslim Indonesia, menjunjung tinggi perilaku taat aturan di
jalan raya adalah sama dengan menjunjung tinggi Agama Allah.
Kajian Teori
شرعا هو و: كفارة وال فيها حد ال جناية أو معصية على المشروعة العقوبة
3
Ta'zir menurut syara' adalah hukuman yang ditetapkan atas perbuatan
maksiat atau jinayah yang tidak dikenakan hukum had dan tidak pula kafara
Dari definisi yang dikemukakan di atas, jelaslah bahwa ta'zir adalah suatu
istilah untuk hukuman atas jarimah-jarimah yang hukumannya ditetapkan oleh
syara'. Dikalangan fuqoha, jarimah-jarimah yang hukumnya belum ditetapkan
oleh syara' dinamakan jarimah taʼzir. Jadi, istilah taʼzir bias digunakan untuk
hukuman dan bisa juga jarimah (tindak pidana)."
a. Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat,
tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong
perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh
persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat
bangsa,
b. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan,
c. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.
Kandungan pesan di atas sejalan dengan kandungan pesan Q.S. Al-Isra’ [17]:
37 yang maksudnya: “Janganlah engkau -siapapun engkau- berjalan di persada bumi
4
dengan penuh keangkuhan/ ugal-ugalan. Itu hanya dapat engkau lakukan kalau
engkau telah dapat meraih segala sesuatu, padahal meskipun engkau berusaha sekuat
tenaga tetap saja kakimu tidak dapat menembus bumi walau sekeras apapun
hentakanya, dan kendati engkau telah merasa tinggi, namun kepalamu tidak akan
dapat setinggi gunung.”
Dalam konteks cara jalan, Nabi saw. mengingatkan agar tidak berjalan
membusungkan dada. Namun demikian, ketika beliau melihat seseorang berjalan
menuju arena perang dengan penuh semangat dan terkesan angkuh, beliau bersabda:
“Sungguh cara jalan ini dibenci Allah, kecuali dalam situasi (perang) ini.”
Kini pada masa kesibukan dan kesemrawutan lalu lintas, kita dapat
memasukkan dalam cakupan pengertian ayat di atas penghormatan terhadap displin
lalu lintas.
Peraturan lalu lintas jalan raya serupa dengan peraturan lalu lintas
kehidupan. Jangan pernah berkata bahwa lampu merah menghambat kelancaran lalu
lintas, ia justru memuluskannya.
Seorang pemuda dilihat oleh Sayyidina Umar ra. berjalan melempem, tanpa
semangat bagaikan orang sakit. Beliau menghentikannya sambil bertanya: “Apakah
engkau sakit?” ” Tidak,“ jawabnya. Maka Sayyidina Umar ra. menghardik dan
memerintahkannya berjalan dengan penuh semangat.
Kalau Anda ingin memperluas makna pesan ayat-ayat di atas, maka Anda
dapat berkata bahwa ia tidak sekadar menggambarkan cara jalan yang baik, tetapi
juga tuntunan kepada pengguna jalan agar berinteraksi dengan semua pihak sebaik
5
mungkin. Bukan saja memerhatikan Hak -Hak Asasi Manusia, tetapi juga dalam
istilah Nabi Muhammad saw. Hak-Hak Asasi Jalan.
Jika Anda belum pernah mendengar istilah ini maka ketahuilah bahwa Nabi
saw. -menggarisbawahi empat hal yang menjadi hak asasi jalan (H.R. Bukhari dan
Muslim), yaitu:
6
ataupun tidak disengaja, di antara pemakai jalan akan melanggar rambu-rambu
lalu lintas. Adanya pelanggaran tersebut bisa saja menimbulkan kerugian-
kerugian baik diri sendiri maupun orang lain. Adapun dari tngkat kerugian
tersebut ada yang bersifat rusaknya kendaraan maupun cedera sampai kematian.
Oleh karena itu, wajarlah jika pemerintah dan jajarannya membuat peraturan
perundang-undangan tentang berlalu-lintas untuk melindungi para pemakai jalan
agar selamat, aman dan nyaman sampai ke tujuan yang dkehendaki.
7
yang diperuntukkan bagi lalu-lintas umum. Jadi jalan-jalan khusus seperti di
kampung-kampung atau jalan lokal milik pribadi tidak termasuk dalam definisi
tersebut. Dalam UU yang sama, djelaskan bahwa untuk meningkatkan pembinaan
dan penyelenggaraan lalu-lintas dan angkutan jalan sesuai perkembangan
kehidupan rakyat dan bangsa Indonesia serta agar lebih berhasil guna dan berdaya
guna.
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatlah Rasul (Nya) dan Ulil
Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demkian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”(QS.AN-NISA’:59)
• Kita wajib berpegang kepada Kitab dan Sunnah Al-Qur’an sebagai jalan keluar
dari fitnah;
8
• Sikap orang Mukmin terhadap ftnah;
Siapa yang taat kepadaku maka berarti taat kepada Allah, dan siapa yang
maksiyat kepadaku berarti maksiyat kepada Allah, dan siapa yang taat kepada
pimpinan yang aku angkat berarti taat kepadaku, dan siapa melanggar amir
yang aku angkat berarti melanggar kepadaku. (Fuad Abdul Baqi, Muhammad,
Al-Lu’lu’ Wal Marjan 2, Terjemahan H. Salim Bahreisy, PT Bina Ilmu,
Surabaya.)
Pimpinan (pemerintah) saaat ini tidak diangkat oleh Rasulullah. Hal ini
bukan berarti tidak perlu ditaati. Asalkan suksesi dan cara memimpin dan
mengatur rakyat, bangsa dan negara ini sesuai dengan nilai-nilai Islam, maka
rakyat wajib mentaatinya. Begitu pula produk-produk hukum yang dihasilkan
juga harus diikuti selama tidak mengarah kepada kemaksiatan.
9
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
B. Saran
Demi terwujudnya suasana lalu lintas yang tertib, aman, nyaman, teratur
dan lancar maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
10
mengimplementasikan UU No. 22 Tahun 2009 dapat dijalankan dengan baik dan
maksimal untuk mewujudkan lalu lintas yang tertib, aman dan nyaman.
4. Selain itu diharapkan agar semua baik itu masyarakat, polisi dan pemerintah
saling peduli dan bekerjasama dalam mewujudkan lalu lintas yang tertib, aman
dan nyaman
11
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unimed.ac.id/18154/10/NIM.%203103111038-BAB%20V.pdf
12