id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
SMP Negeri 4 Surakarta berdiri pada tanggal 10 Oktober 1949. Pada saat
itu, SMP Negeri 4 Surakarta menginduk SMP Negeri 1 Surakarta dan proses
belajar-mengajarnya dilaksanakan pada siang hari. Satu hal yang menarik bahwa
SMP Negeri 4 Surakarta hanya menerima siswa putri, sedangkan SMP Negeri 1
Surakarta hanya menerima siswa putra. Mulai tahun 1950, SMP Negeri 1
Surakarta pindah ke Manahan dan SMP Negeri 4 Surakarta tetap menempati
gedung semula hingga sekarang yaitu di Jl. D.I Pandjaitan No.14 kecamatan
Banjarsari.
SMP Negeri 4 Surakarta tidak asing lagi bagi masyarakat Solo dan
sekitarnya, karena selain memiliki track of records yang sarat dengan prestasi
akademis maupun ekstrakurikuler, sekolah ini juga dikenal sebagai sekolah bagi
anak-anak pintar dan kalangan menengah keatas dari segi sosial dan ekonomi.
Pada tahun 1995 SMP Negeri 4 Surakarta pendapatkan penghargaan nasional
yang paling bergengsi karena prestasi diatas, yaitu Wawasan Wiyata Mandala.
Berdasarkan pertimbangan prestasi yang dimiliki oleh SMP Negeri 4
Surakarta maka Kanwil Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah menunjuk
SMP Negeri 4 Surakarta sebagai salah satu sekolah penyelenggara program
rintisan kelas imersi. Namun demikian, penunjukan itu juga membawa
konsekuensi yang berat, karena perintisan kelas imersi ini menuntut kompetensi
khusus bagi calon-calon guru mata pelajaran, yaitu penguasaan bahasa Inggris.
Kehadiran rintisan kelas imersi diharapkan mampu menjawab kegagalan-
kegagalan bahasa Inggris di Indonesia dan memberikan atmosfer yang berbeda
dalam sistem pengajarannya.
47
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
Program imersi, yang tidak lain sebagai salah satu bentuk pendidikan
siswa kelas unggulan khususnya dalam penguasaan bahasa Inggris. Dalam
program ini siswa akan mendapatkan 7 mata pelajaran yang disampaikan dalam
bahasa Inggris, yaitu Matematika, Geografi, Kertangkes, Fisika, Biologi,
Ekonomi, Sejarah. Untuk mentransfer program pendidikan bilingual ini, guru
kelas regular harus mendapatkan pelatihan yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan siswa. Dalam hal ini, mereka mendapatkan kursus intensif yang
dipandu oleh pengajar-pengajar senior dari Universitas Semarang dan pelatihan
tambahan dari guru bahasa Inggris setempat.
Adapun landasan hukum yang mendasari penerapan program imersi di
SMP Negeri 4 Surakarta adalah sebagai berikut:
a. Amandemen UUD 1945 tahun 2002
b. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan nasional
c. Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
d. Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 2001 tentang Sistem Kewenangan
Pemerintah Pusat dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.
e. Peraturan Daerah nomor 7 tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas Pokok,
Fungsi dan Susunan Organisasi Dinas Pendidikan dan kebudayaan Propinsi
Jawa Tengah.
2. Kondisi Sekolah
SMP Negeri 4 Surakarta berdiri diatas tanah seluas 4621 m2 dengan luar
bangunan 2.360 m2, dengan relatif sempitnya bangunan itu maka satu-satunya
cara untuk mengembangkan sekolah yaitu dengan menambah lantai diatas
bangunan yang sudah ada. Sekarang ini bagunan atas untuk ruangan kelas 1 (satu)
dan kelas 2 ( dua), sedangkan kelas 3 (tiga) berada dibawah bersama dengan
rungan guru dan kepala sekolah. Guna menunjang proses belajar mengajar dan
kegiatan ekstrakurikuler, SMP Negeri 4 Surakarta memiliki ruang utama dan
ruang penunjang. Ruang utama adalah ruangan yang digunakan untuk
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
kepentingan kegiatan akademis seperti ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang
perpustakaan, ruang ketrampilan, ruang BP/BK, ruang UKS, ruang tata usaha dan
ruang agama. sedangkan ruangan penunjang kegiatan ekstrakurikuler adalah
lapangan basket lengkap dengan asesoriesnya, lapangan tenis meja lengkap
dengan asesoriesnya, ruang kesenian, ruang karawitan, ruang komputer, ruang
osis, ruang serbaguna, ruang koperasi siswa, ruang koperasi guru, musholla,
kafetaria serta kamar mandi dan WC.
Ruang kelas imersi berada dibangunan paling utara dilantai atas. Ruang
kelas menghadap selatan berada diantara ruang agama dan ruang kelas VII B.
kelas berukuran 6 x 9 m dengan dilengkapi multimedia dan perpustakaan mini.
48
49
50
51
Na = A+B+C
Keterangan:
A = tes tertulis untuk 5 mata pelajaran (PPKN, Matematika, IPA,
IPS, dan bahasa Indonesia)
B = tes tertulis bahasa Inggris
C = tes wawancara
Penerimaan siswa baru kelas imersi di SMP Negeri 4 Surakarta
telah dilakukan dengan ketat yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu tes
tertulis, wawancara, dan tes bahasa Inggris. Namun peminat kelas imersi
dari tahun ke tahun mengalami penurunan dikarenakan adanya sistem
pendaftaran online dan animo masyarakat. Meskipun hal tersebut terjadi
SMP Negeri 4 Surakarta masih tetap menjaga mutu dari pada siswa.
Dilihat dari sumber daya manusianya, SMP Negeri 4 Surakarta, terdiri dari
dari 52 tenaga edukatif yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), terdapat 41
yang memiliki ijazah sarjana (S1). Dari jumlah tenaga edukatif yang
berpendidikan sarjana itu 30 orang diantaranya golongan VI A, dengan
pengalaman mengajar rata-rata lebih dari 15 tahun. Belum lagi adanya 4 guru
tidak tetap dan 1 guru bantu yang semuanya berijazah S1 dibidangnya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
53
a. Visi Sekolah
Visi SMP Negeri 4 Surakarta adalah “ Unggul dalam Prestasi dan
Berbagi dan Berbudi Pekerti Luhur”. Adapaun Visi SMP Negeri 4
Surakarta adalah sebgai berikut:
1) Unggul dalam peningkatan/pengembangan isi (Kurikulum)
2) Unggul dalam peningkatan/pengembangan tenaga kependidikan
3) Unggul dalam peningkatan standar proses
4) Unggul dalam peningkatan /pengembangan fasilitas pendidikan
5) Unggul dalam meningkatkan standar kelulusan
6) Unggul dalam peningkatan mutu kelembagaan dan manajemen
7) Unggul dalam pengembangan standar pembiayaan pendidikan
8) Unggul dalam pengembangan standar penilaian
b. Misi Sekolah
Adapun misi SMP Negeri 4 Surakarta
1) Meningkatkan/mengembangkan isi (kurikulum)
2) Meningkatkan/mengembangkan tenaga kependidikan
3) Meningkatkan standar proses
4) Meningkatkan/mengembangkan fasilitas pendidikan
5) Meningkatkan standar kelulusan
6) Meningkatkan mutu kelembagaan dan manajemen
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
55
dan berakhir jam 12.45. untuk hari Senin upacara bendera dilaksanakan pada jam
6.20 dengan tujuan tidak mengurangi jam pelajaran sesudahnya.
Untuk menunjang perolehan nilai Ujian Akhir Nasional (UAN), sekolah
memberikan jam tambahan siswa kelas yaitu jam ke nol untuk semester ganjil dan
jam tambahan sore untuk semester genap. Sedangkan untuk kelas VII dan kelas
VIII proses kegiatan belajar mengajar berjalan layaknya jam reguler, namun pada
sorenya mereka diharuskan mengikuti salah satu kegiatan ekstrakurikuler.
56
57
hanya untuk semester 1 yang semster 2 belum ada dan saya cocokan
dengan kelas regular. Sudah agak lumayan tadi sudah ada kaitan
dengan bab I, II namun ya hanya ada beberapa hal didalam bahasa
Inggris belum ada ya otomatis saya translate sendiri kedalam bahasa
Inggris.”
(Wawancara tanggal 1 September 2006, jam 10.00)
Disamping itu informan IV menyatakan:
“Yang pertama saya menggunakan buku-buku yang sudah
diberikan oleh DIKNAS eh dari Jawa Tengah yaitu Semarang
berupa buku paket , tapi setelah saya lihat-lihat kok ada beberapa
yang tidak sesuai, maksudnya ada banyak materi yang dihilangkan
dari buku pendamping misalnya dari Erlangga, disamping itu kok
ada beberapa yang tidak sesuai dengan indikator-indikator KD yang
ada dikurikulum jadi saya harus menambahkan sendiri dengan
meringkas dari buku pendamping, kemudian saya translate ke dalam
bahasa Inggris.”
(Wawancara tanggal 1 September 2006, jam 10.45)
Berdasarkan hasil wawancara diatas kita ketahui bahwa sumber
belajar berupa materi/bahan ajar berupa buku paket yang berbahasa
Inggris dari Jawa Tengah, namun buku tersebut masih terdapat
kekurangan yang perlu kita jadikan bahan evaluasi. Disamping buku paket
bahan/materi pengajaran berupa buku pendamping dari kelas reguler,
LKS.
b. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dalam proses belajar mengajar imersi meliputi
interaksi belajar mengajar, penyampaian materi dengan menggunakan L2/
Bahasa Inggris, penggunaan metode, penggunaan media.
1) Interaksi belajar mengajar
Interaksi belajar mengajar merupakan inti dari proses belajar
mengajar. Di dalam interaksi belajar mengajar terdapat komunikasi antara
guru dan siswa. Adanya komunikasi dua arah antara guru dan siswa.
Dimana guru maupun siswa saling bekerjasama. Berdasarkan hasil
obervasi kelas dan wawancara guru memberikan kesempatan siswa untuk
mengungkapkan ide, pendapat, serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan
sehingga siswa secara aktif terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Hal
ini sesuai dengan pernyataan siswa sebagai informan VII: “ Biasanya itu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
59
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Informan VII : “Cuma coba-coba
aja, rata-rata gitu ya, tapi ga ada niat banget, trus liat-liat juga fasilitas
pokoknya wah ya sudah.”
(Wawancara tanggal 15 September 2006, jam 13.40)
Dalam proses pembelajaran akan lebih efektif, jika terdapat
motivasi dari siswa, adapun guru dalam usahanya menumbuhkan motivasi
siswa yaitu dengan memberikan tugas, dan memberikan contoh benda-
benda asli, hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Informan II:
“Cara untuk menumbuhkan motivasi siswa yaitu dengan
mengingatkan materi yang dulu atau preview kita ingatkan, kita beri
pertanyaan dengan itu siswa siap termotivasi untuk mengingat
kembali, selain itu ya kadang-kadang kita cerita dulu mungkin
tentunya terkait dengan materi yang akan dibahas, bila materi
tentang pasar maka kita tanyakan apakah anak pernah kepasar.
Selain itu anak lebih yakin bila diberi reinforcement, penghargaan,
kita acungkan jempol, memberi hadiah atau kita beri pujian coba
yang lain mungkin lebih bagus lagi …”
(Wawancara tanggal 28 Agustus 2006, jam 10.00)
Hal yang sama juga diungkapkan informan III
“ …pertama saya tidak boleh menakutkan, lalu guru harus
menguasai materi disamping itu dengan kita mengkaitkan dengan
kehidupan sehari-hari, artinya kita kalo membahas mengenai gerak
tumbuhan pernah melihat pohon putri malu saat kita sentuh, jadi
anak bisa berfikir, disamping itu pernah liat bunga tasbih? Setelah
saya membawa contoh bunga tasbih anak baru tahu. Jadi kita
membawa benda aslinya.”
(Wawancara tanggal 1 September 2006, jam 10.00)
Dari uraian diatas dapat tarik kesimpulan bahwa untuk
menumbuhkan motivasi pada siswa dengan memberikan pertanyaan,
melakukan preview terhadap materi terdahulu, melakukan apersepsi yang
dihubungkan dengan pengalaman dan kehidupan siswa sehari-hari,
memberikan contoh benda asli selain itu juga memberikan reinforcement/
penguatan, pemberian reward dan pujian kepada siswa.
Untuk pengembangan penggunaan bahasa guru sering melakukan
koreksi jika siswa melakukan kesalahan dalam penggunaan bahasa baik
dari segi grammer maupun vocabulary dan rangkaian arti, dan guru
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
61
62
63
f) Metode Experimen
Yaitu metode yang dapat memberikan kesempatan pada siswa
untuk mencari serta mengetahui sendiri. Sehingga siswa mengalami
sendiri.
4) Penggunaan Media
Media merupakan sarana yang cukup membantu didalam
membantu pemahaman siswa terhadap materi. Diruang kelas imersi
terdapat media pembelajaran yang cukup berbeda dengan kelas regular.
Adapun media yang digunakan dikelas imersi adalah OHP, TV, VCD,
white board, black board, alfa link. Dari media tersebut yang sering
digunakan adalah OHP dan whiteboard.
Penggunaan media pengajaran berdasarkan hasil observasi kelas
dan wawancara adalah cukup variatif, sesuai dengan materi. Namun untuk
penggunaan media lain yang tersedia dikelas kurang maksimal, dalam hal
ini adalah penggunaan VCD belum maksimal. hal tersebut sesuai dengan
pernyataan informan III:
“Ya untuk sementara ini yang ada dikelas itu OHP, VCD
hanya untuk pemakain VCD/DVD saya belum bisa apa menemukan
kaset yang cocok untuk materi yang akan saya sampaikan. Kalau
ada juga dalam bahasa Indonesia ya sama saja. Untuk sementara ini
media yang sering saya gunakan ya OHP.”
(Wawancara tanggal 1 September 2006, jam 10.00)
Hal ini juga diungkapkan oleh informan IV:
“Media saya biasanya disini sementara ini hanya pakai
OHP, sebenarnya disini sudah ada VCD tapi untuk sementara ini
saya mencari VCD yang sejarah kok susah, ada tapi kok tidak sesuai
dengan kurikulumnya, misalnya hanya Borobudur thok, dan waktu
hanya 1 jam sehingga untuk tujuan pembelajaran nya ga sampai.”
(Wawancara tanggal 1 September 2006, jam 10.45).
c. Tahap Evaluasi
Evaluasi berfungsi untuk mengukur tingkat pemahaman serta
kemajuan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara
terhadap guru dan observasi kelas evaluasi diadakan secara sumatif yaitu
evaluasi yang diadakan dengan pemberian tes pada setiap selesainya satu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64
a. Faktor-faktor Pendukung
Imersi merupakan program unggulan di SMP Negeri 4 Surakarta, oleh
karena itu program tersebut membutuhkan dukungan dari berbagai pihak.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi serta analisis dokumentasi
pelaksanaan pengajaran imersi mendapatkan dukungan dari berbagai pihak,
baik dari sekolah maupun dari orang tua.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
1) Pihak sekolah
Dukungan dari pihak sekolah yaitu dengan penerapkan kebijakan
khusus untuk kelas imersi, dalam hal ini kepala sekolah memberikan
dukungan berupa:
a) Penyediaan sarana dan prasarana/ fasilitas khusus untuk kelas imersi
yang berbeda dengan kelas reguler, misalnya adanya fasilitas
multimedia dan mini library, dan pemberian kursus untuk guru imersi
b) Penyediaan guru-guru imersi, dimana guru-guru imersi telah dipilih
berdasarkan kriteria yang cukup ketat yang telah ditetapkan.
c) Pemberian keleluasaan konsultasi guru-guru imersi dengan native
speaker yang telah diusahakan oleh sekolah.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara informan I:
“Kepala sekolah mempunyai rasa memiliki dan perhatian terhadap
pelaksanaan program Imersi, dengan pemberian kamus, dan insentif
bagi guru imersi,dan native speaker penyediaan sarana dan prasaran
berupa multimedia, mini library. Orang tua yang mendukung secara
finansial pelaksanaan imersi secara finansial mendukung mereka mau
membayar kemudian sebenarnya pihak orang tua berapapun biaya
mereka mau membayar waktu itu bule untuk siswa, Cuma pihak
sekolah tidak mau membayar karena dikeluarkan banyak akhirnya
waktu terima rapor saya sebagai koordinator sekaligus wali kelas I
saya kumpulkan saya ajak diskusi.”
(Wawancara tanggal 24 Agustus 2006, 10.12)
Hal yang senada juga diungkapkan informan II: “Faktor pendukung ada
media yang cukup, dan native speaker.”
(Wawancara tanggal 28 Agustus 2006, 10.00)
Hal senada juga diungkapkan oleh informan III: “Ya yang pasti dari SDM
nya dan siswa cukup mendukung.”
(Wawancara tanggal 1 September 2006, 09.45)
Disamping itu informan IV menyatakan:” Ada native speaker yaitu Mrs.
Marlyn itu yang tiap hari Senin, Kamis sangat membantu, terus ada
internet kita bisa ambil literatur-literatur dari sana.”
(Wawancara tanggal 1 September jam 10.45)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66
67
68
ini merupakan kendala yang tidak kecil bagi para guru mata pelajaran
yang dsiplin ilmunya disampaikan dengan imersi. Disamping itu guru
mengalami kesulitan didalam penentuan istilah, penguasaan vocab
yanag terbatas dan penggunaan vocabulary atau kosakata, sehingga
kosakata yang digunakan cenderung bersifat smurfing.
b) Literatur
Guru masih kesulitan untuk memperoleh literatur yang ditulis
oleh penutur asli bahasa Inggris (native speaker) terutama untuk mata
pelajaran sejarah. Kantor wilayah Departemen Propinsi Jawa Tengah
telah menyiapkan buku terjemahan untuk beberapa mata pelajaran
tersebut, namun didalamnya masih ditemukan kesalahan-kesalahan
dalam penerjemahan, terutama dalam istilah-istilah ilmu eksata seperti
ilmu Biologi.
c) Buku terjemahan
Buku terjemahan yang diterbitkan oleh Departemen
Pendidikan propinsi Jawa Tengah terkadang materinya tidak sesuai
dengan kurikulum 2004 terutama pelajaran Sejarah banyak bagian-
bagian yang dihilangkan, sehingga hanya sebagaian materi dari buku
terjemahan yang dapat digunakan.
3) Hambatan bagi siswa kelas imersi
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, secara umum siswa
tidak mengalami hambatan dalam pemahaman materi dikarenakan sswa
berusaha untuk mengejar materi dengan meminjam materi dari kelas
regular, namun bahasa seringkali menjadi kendala bagi siswa. Hal ini
sesuai dengan pernyataan siswa sebagai informan V : “Alhamdulillah
sampe sekarang bisa mengikuti pelajaran dan mampu memahami materi
degan baik. Disamping itu rata-rata dikelas reguler kan pakai bahasa
Indonesia sehingga mereka diterangin langsung paham tapi dikelas imersi
materinya ketinggalan.”
(Wawancara tanggal 15 September 2006, jam 12.45)
Informan VI: “Ya bisa memahami materi tapi kadang-kadang kita
susahnya narik ngertinya (bahasa) kan apa ya yang guru ngomong pake
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69
bahasa Inggris ke kita, kita ga ngerti dan terkadang guru juga tidak
mengerti apa yang kita maksudkan kalau kita bertanya.”
(Wawancara tanggal 15 September 2006, jam 12.45)
Informan VII: “Ya karena materinya sama tadinya, alhamdulillah bisa
paham sampe sekarang belum ada problem banget.”
(wawancara tanggal 15 September 2006, jam 12.45)
Informan VIII: “Ya saya lumayan bisa menangkap apa yang dimaksudkan
guru yaitu dengan bahasa Inggris tentunya bisa, terkadang ya kesulitannya
biasanya dengan pronounciation dari gurunya itu ada yang kurang jelas.”
(Wawancara tanggal 15 September 2006, jam 12.45)
Dari hasil wawancara diatas kita ketahui bahwa hambatan yang
secara umum dialami siswa didalam kegiatan belajar mengajar adalah
bahasa yang digunakan oleh guru dari segi pronounciation dan perbedaan
penggunaan kosakata baru terkadang susah untuk dimengerti siswa di
samping itu materi dikelas imersi ketinggalan dari kelas regular karena
materi harus diulang-ulang.
70
71
72
Proses belajar mengajar meliputi 3 tahap yaitu persiapan yang terdiri dari
tahap penyusunan lesson plan dan persiapan materi dalam bahasa Inggris, tahap
kedua adalah pelaksanaan yaitu meliputi pengelolaan kegiatan belajar mengajar,
dan tahap ketiga adalah evaluasi. Proses belajar mengajar kegiatan kelas imersi
pada hakekatnya merupakan kegiatan repetitif dari suatu sistem yang terdiri dari
komponen-komponen yang saling berinteraksi. Demikian pula pembelajaran yang
dilaksanakan di kelas imersi SMP Negeri 4 Surakarta, proses belajar mengajar
proses interaksi edukatif antara siswa dan guru, dimana siswa dan guru saling
berinteraksi aktif. Untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar tidak
terlepas dari komponen lain yaitu materi atau bahan ajar yang tidak terlepas dari
tujuan pengajaran, penggunaan metode pengajaran yang variatif, penggunaan
media untuk mempermudah pemahaman siswa, dan pengadaan evaluasi untuk
mengukur tingkat keberhasilan proses belajar mengajar.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Djago Tarigan (1990:40), yang
menyatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan interaksi dari beberapa
komponen, adapun komponen itu terdiri dari:
a. Siswa
b. Guru
c. Tujuan pembelajaran
d. Materi/bahan
e. Metode
f. Sarana
g. Evaluasi
Pengajaran imersi di SMP Negeri 4 Surakarta dilakukan dengan
menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris dan menggunakan kurikulum yang
ada yaitu kurikulum tahun 2004 (kurikulum berbasis kompetensi) sama dengan
kurikulum yang berlaku dikelas reguler hal ini sesuai dengan pernyataan Roberth
Keith Johnson & Merril Swain yang dikutip oleh Richard Johnstone dalam
www.scilt.stir.ac.uk tanggal 02 Juli 2006 “ …t he immersion L2 curriculum
parallers the local L1 curriculum …” (kurikulum imersi bahasa asing
sama/setingkat dengan kurikulum lokal yang berlaku Dimana bahasa Inggris
berkedudukan sebagai bahasa asing, hal ini sesuai dengan www.det.net.gov.au.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
74
75
ini diharapkan ketertinggalan materi dapat di tinggalkan sedikit demi sedikit hal
ini sesuai dengan pernyataan Johnson & Swain (1997:77) yaitu “... where
student’ s proficiency was lower, the English teacher often presented and
explained vocabulary to the class before the relevant material was taught …”
maksudnya adalah guru diharapkan menjelaskan terlebih dahulu kosakata di
depan kelas sebelum materi yang di ajarkan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Obadia & Martin (1989) yaitu untuk
mengurungi hambatan yaitu dengan memberikan insentif khusus, melakukan
pelatihan dengan bekerjasama dengan Fakultas Keguruan. dan Hardjono
(2006) dimana untuk memimalisir masalah keuangan pihak sekolah
mengendalikan pendanaan, idealnya untuk mengurangi kesulitan pihak
penyelenggara melakukan indentifikasi akan kebutuhan sarana prasarana,
kebutuhan sumber belajar berupa materi dan sebagainya kemudian
mengajukannya kepada pemerintah daerah, ataupun donatur dan stake holder.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76
b. Pihak Guru
Sedangkan guru mengatasi hambatan dengan cara menanyakan hal-hal
yang sulit kepada orang yang lebih tahu, atau berkonsultasi dengan native
speaker yang disediakan oleh sekolah, mencari referensi lain baik buku
maupun dari internet, memperbanyak dalam membaca buku, menerjemahkan
materi terkait. Disamping itu terkait perananya sebagai informator dan
fasilitator untuk membantu pemahaman siswa guru melakukan pengulangan
materi baik materi terdahulu maupun materi yang tengah dijelaskan,
menggunakan metode mengajar yang cukup variatif yang disesuaikan dengan
materi, menggunakan bahasa Indonesia untuk memberikan penjelasan yang
lebih detail. Idealnya untuk mengatasi perbedaan penggunaan kosakata antara
guru dan siswa, guru sebaiknya mempersiapkan keywords ataupun kosakata
yang relevan dengan materi yang akan diajarkan. Hal ini dimaksudkan supaya
siswa lebih mudah memahami materi untuk mengejar ketertinggalan materi.
c. Pihak Siswa
Sedangkan siswa mengatasi hambatan dengan berkonsultasi pada guru,
bertanya pada siswa lain, mengikuti les, seyogyanya untuk meningkatkan
kemampuan bahasa Inggris, siswa lebih banyak berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa Inggris baik dengan guru maupun antar teman.