Anda di halaman 1dari 32

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat SMP Negeri 4 Surakarta

SMP Negeri 4 Surakarta berdiri pada tanggal 10 Oktober 1949. Pada saat
itu, SMP Negeri 4 Surakarta menginduk SMP Negeri 1 Surakarta dan proses
belajar-mengajarnya dilaksanakan pada siang hari. Satu hal yang menarik bahwa
SMP Negeri 4 Surakarta hanya menerima siswa putri, sedangkan SMP Negeri 1
Surakarta hanya menerima siswa putra. Mulai tahun 1950, SMP Negeri 1
Surakarta pindah ke Manahan dan SMP Negeri 4 Surakarta tetap menempati
gedung semula hingga sekarang yaitu di Jl. D.I Pandjaitan No.14 kecamatan
Banjarsari.
SMP Negeri 4 Surakarta tidak asing lagi bagi masyarakat Solo dan
sekitarnya, karena selain memiliki track of records yang sarat dengan prestasi
akademis maupun ekstrakurikuler, sekolah ini juga dikenal sebagai sekolah bagi
anak-anak pintar dan kalangan menengah keatas dari segi sosial dan ekonomi.
Pada tahun 1995 SMP Negeri 4 Surakarta pendapatkan penghargaan nasional
yang paling bergengsi karena prestasi diatas, yaitu Wawasan Wiyata Mandala.
Berdasarkan pertimbangan prestasi yang dimiliki oleh SMP Negeri 4
Surakarta maka Kanwil Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah menunjuk
SMP Negeri 4 Surakarta sebagai salah satu sekolah penyelenggara program
rintisan kelas imersi. Namun demikian, penunjukan itu juga membawa
konsekuensi yang berat, karena perintisan kelas imersi ini menuntut kompetensi
khusus bagi calon-calon guru mata pelajaran, yaitu penguasaan bahasa Inggris.
Kehadiran rintisan kelas imersi diharapkan mampu menjawab kegagalan-
kegagalan bahasa Inggris di Indonesia dan memberikan atmosfer yang berbeda
dalam sistem pengajarannya.

47
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

46

Program imersi, yang tidak lain sebagai salah satu bentuk pendidikan
siswa kelas unggulan khususnya dalam penguasaan bahasa Inggris. Dalam
program ini siswa akan mendapatkan 7 mata pelajaran yang disampaikan dalam
bahasa Inggris, yaitu Matematika, Geografi, Kertangkes, Fisika, Biologi,
Ekonomi, Sejarah. Untuk mentransfer program pendidikan bilingual ini, guru
kelas regular harus mendapatkan pelatihan yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan siswa. Dalam hal ini, mereka mendapatkan kursus intensif yang
dipandu oleh pengajar-pengajar senior dari Universitas Semarang dan pelatihan
tambahan dari guru bahasa Inggris setempat.
Adapun landasan hukum yang mendasari penerapan program imersi di
SMP Negeri 4 Surakarta adalah sebagai berikut:
a. Amandemen UUD 1945 tahun 2002
b. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan nasional
c. Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
d. Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 2001 tentang Sistem Kewenangan
Pemerintah Pusat dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.
e. Peraturan Daerah nomor 7 tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas Pokok,
Fungsi dan Susunan Organisasi Dinas Pendidikan dan kebudayaan Propinsi
Jawa Tengah.

2. Kondisi Sekolah

SMP Negeri 4 Surakarta berdiri diatas tanah seluas 4621 m2 dengan luar
bangunan 2.360 m2, dengan relatif sempitnya bangunan itu maka satu-satunya
cara untuk mengembangkan sekolah yaitu dengan menambah lantai diatas
bangunan yang sudah ada. Sekarang ini bagunan atas untuk ruangan kelas 1 (satu)
dan kelas 2 ( dua), sedangkan kelas 3 (tiga) berada dibawah bersama dengan
rungan guru dan kepala sekolah. Guna menunjang proses belajar mengajar dan
kegiatan ekstrakurikuler, SMP Negeri 4 Surakarta memiliki ruang utama dan
ruang penunjang. Ruang utama adalah ruangan yang digunakan untuk
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

47

kepentingan kegiatan akademis seperti ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang
perpustakaan, ruang ketrampilan, ruang BP/BK, ruang UKS, ruang tata usaha dan
ruang agama. sedangkan ruangan penunjang kegiatan ekstrakurikuler adalah
lapangan basket lengkap dengan asesoriesnya, lapangan tenis meja lengkap
dengan asesoriesnya, ruang kesenian, ruang karawitan, ruang komputer, ruang
osis, ruang serbaguna, ruang koperasi siswa, ruang koperasi guru, musholla,
kafetaria serta kamar mandi dan WC.
Ruang kelas imersi berada dibangunan paling utara dilantai atas. Ruang
kelas menghadap selatan berada diantara ruang agama dan ruang kelas VII B.
kelas berukuran 6 x 9 m dengan dilengkapi multimedia dan perpustakaan mini.

3. Tujuan, Perencanaan dan persiapan pelaksanaan program imersi di


SMP Negeri 4 Surakarta

a. Maksud dan Tujuan Penerapan Pengajaran Imersi di SMP Negeri 4


Surakarta
Penerapan pengajaran imersi memiliki 2 tujuan yaitu tujuan jangka
pendek (short term) dan tujuan jangka panjang ( long term).
1) Tujuan jangka pendek (short term)
Tujuan jangka pendek adalah meningkatkan kemampuan bahasa
Inggris guru dan siswa secara bertahap untuk memenuhi tuntutan era
globalisasi, menghasilkan SDM yang berkualitas, dan meningkatkan
kualitas pendidikan.
2) Tujuan jangka panjang (long term)
Tujuan jangka panjang SMP dapat mengembangkan dan
menambah kelas mersi, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

48

b. Perencanaan dan persiapan pelaksanaan program imersi di SMP Negeri


4 Surakarta
Perencanaan merupakan arah yang akan memberikan petunjuk dalam
pelaksanaan sebuah program, oleh karena itu agar pelaksanaan program
berjalan baik diperlukan suatu perencanaan yang baik pula. Adapun
perencanaan dan persiapan yang dilakukan SMP Negeri 4 Surakarta sebagai
salah satu perintis program imersi meliputi:
1) Penetapan kurikulum
2) Penunjukan beberapa guru sebagai tim penyelenggara program imersi di
SMP Negeri 4 Surakarta
3) Pemilihan guru-guru imersi
4) Penyediaan sarana dan prasana untuk kelas imersi
5) Penataran studi banding bagi guru kelas imersi
6) Persiapan penerimaan siswa kelas imersi
Uraian mengenai perencanaan dan persiapan program imersi dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
1) Penetapan Kurikulum
Kurikulum yang digunakan di kelas imersi di SMP Negeri 4
Surakarta pada dasarnya tidak ada perbedaan yang signifikan dengan
kurikulum yang berlaku di kelas reguler, yaitu kurikulum 2004 atau
kurikulum berbasis kompentensi, hal yang membedakan dengan
kurikulum yang diterapkan dikelas reguler dengan kelas imersi adalah
dalam penggunaan bahasa. Di kelas imersi bahasa yang digunakan dalam
mentransfer materi adalah bahasa Inggris.
2) Penunjukan beberapa guru sebagai tim penyelenggara program imersi di
SMP Negeri 4 Surakarta
Untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan program imersi kepala
SMP Negeri 4 Surakarta membentuk tim penyelenggara program imersi
yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program imersi secara
teknis. Tim tersebut beranggotakan :
- Ketua = Drs. H. Djoko Warsito, BBA.
- Wakil Ketua = Tugimin, A.Md.
- Sekretaris = Sucipto Didik. S, S.Pd.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

49

- Bendahara = Titik Susanti, A.Md.


- Koordiantor/Asisten = Budi Purnama, S.Pd.
3) Pemilihan guru kelas imersi
Sebagai sebuah program unggulan, penentuan guru kelas imersi
dilakukan dengan cermat. Guru dipilih berdasarkan atas kriteria tertentu.
Adapun kriteria guru kelas imersi berdasarkan analisis dokumen adalah
sebagai berikut:
a) Berusia maksimal 45 tahun
b) Sanggup mengikuti pelatihan bahasa Inggris secara intensif baik oleh
lembaga maupun diri sendiri
c) Menguasai materi ajar dengan baik dan berkualitas
d) Memiliki motivasi yang tinggi untuk mengajar kelas imersi
e) Memiliki skor TOEFL minimal 450 atau tes sejenis dari lembaga
penguji
f) Mampu membuat satuan pengajaran dalam bahasa Inggris
Berdasarkan data diatas dapat kita ketahui bahwa dalam
mempersiapkan tenaga pengajar kelas imersi dilakukan secara ketat.
Pengajar imersi merupakan pengajar kelas reguler yang memiliki
penguasaan ilmu yang kuat, disamping itu adanya beberapa kriteria lain
berupa pembatasan usia guru agar mampu berkembang lebih maksimal,
sertifikasi TOEFL. Dengan dipenuhi kriteria tersebut diatas diharapkan
pelaksanaan program imersi di SMP Negeri 4 akan maksimal.
4) Penyediaan sarana dan prasarana untuk program imersi
a) Pengadaan alat-alat Audio-Visual
Kebutuhan informasi sudah menjadi bagian penting dalam
proses belajar mengajar pada era ini. Mengingat pentingnya sarana itu,
pihak sekolah telah membangun jaringan Internet yang menyatu
dengan laboratorium komputer. Mengakses Internet langsung maupun
tidak langsung akan membantu siswa dalam penguasaan bahasa
Inggris karena sebagian besar akses internet dengan menggunakan
perintah bahasa Inggris. Di samping itu, pengenalan teknologi berbasis
komputer ini bisa membawa trend pendidikan, yaitu metode how to
learn bukannya how to teach.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

50

Selain Internet, kehadiran laboratorium bahasa dan LCD juga


dirasa urgensinya untuk memberikan sistem belajar dan mengajar
yang lebih ber-PAKEM (pendekatan yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan) karena dengan alat bantu ini mereka bisa langsung
mengetahui belajar dengan melihat tidak hanya membayangkan saja.
Meskipun sebenarnya bukan yang baru pada jaman modern ini,
pengenalan alat-alat itu juga memberikan pembelajaran bagi guru
maupun siswa tentang kemajuan teknologi sehingga mereka tidak
gagap teknologi nantinya. Untuk tahun 2005, pihak sekolah telah
melengkapi alat bantu belajar TV dan VCD untuk semua kelas VII
yang sudah melaksanakan KBK, termasuk kelas Imersi.
b) Melengkapi buku-buku dan kamus mata pelajaran
Pengadaan buku-buku/referensi penunjang mata pelajaran
dimaksudkan untuk memberikan referensi bagi guru/siswa ketika
mereka mendapatkan kesulitan dalam kegiatan belajar-mengajar.
Untuk tahun 2005 ini, pihak sekolah mengupayakan buku-buku atau
referensi yang lebih komplit dari yang sudah ada.
c) Penambahan jam belajar siswa
Mengingat tingkat penguasaan bahasa Inggris di kalangan
siswa baru sampai pada tingkat dasar/basic, siswa diberikan jam
tambahan bahasa Inggris 2 x seminggu setiap Selasa dan Jum’ at sore.
Arah pengembangan tambahan jam ini adalah untuk membantu siswa
dalam memahami pesan-pesan yang disampaikan oleh setiap mata
pelajaran yang diterbitkan dalam bahasa Inggris. Jam tambahan ini
sangat membantu sekali bagi siswa belum mampu memahami teks-
teks ilmiah dengan kata-kata yang masih sangat asing bagi mereka dan
waktu belajar juga sangat terbatas.
5) Penataran studi banding bagi guru kelas imersi
Guna meningkatkan wawasan dan pengetahuan, pihak sekolah
mengadakan studi banding ke sekolah-sekolah yang sudah mengadopsi
sistem bilingual teaching.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

51

6) Penerimaan Siswa Baru


Setiap tahun ajaran baru SMP Negeri 4 Surakarta mengadakan
penerimaan siswa baru. Proses penerimaan dilaksanakan dengan seleksi
yang ketat. Berdasarkan hasil analisis dokumentasi penerimaan siswa
kelas imersi dilaksanakan sebelum seleksi penerimaan kelas regular.
Seleksi diadakan beberapa tahapan yaitu tahap tes tertulis, tes
tertulis ada dua yaitu tes tertulis untuk 5 mata pelajaran dan tes tertulis
bahasa Inggris dan wawancara.

Adapun kriteria seleksi ditentukan dengan rumus sebagai beirkut:

Na = A+B+C

Keterangan:
A = tes tertulis untuk 5 mata pelajaran (PPKN, Matematika, IPA,
IPS, dan bahasa Indonesia)
B = tes tertulis bahasa Inggris
C = tes wawancara
Penerimaan siswa baru kelas imersi di SMP Negeri 4 Surakarta
telah dilakukan dengan ketat yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu tes
tertulis, wawancara, dan tes bahasa Inggris. Namun peminat kelas imersi
dari tahun ke tahun mengalami penurunan dikarenakan adanya sistem
pendaftaran online dan animo masyarakat. Meskipun hal tersebut terjadi
SMP Negeri 4 Surakarta masih tetap menjaga mutu dari pada siswa.

4. Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM)

Dilihat dari sumber daya manusianya, SMP Negeri 4 Surakarta, terdiri dari
dari 52 tenaga edukatif yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), terdapat 41
yang memiliki ijazah sarjana (S1). Dari jumlah tenaga edukatif yang
berpendidikan sarjana itu 30 orang diantaranya golongan VI A, dengan
pengalaman mengajar rata-rata lebih dari 15 tahun. Belum lagi adanya 4 guru
tidak tetap dan 1 guru bantu yang semuanya berijazah S1 dibidangnya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

52

Seperti sekolah-sekolah lainnya, untuk membantu proses kegiatan


akademis, SMP Negeri 4 juga dibantu oleh tenaga administratif. Tenaga
administrasi berdasarkan status kepegawaian berjumlah 7 yang berstatus Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan 5 yang berstatus tidak tetap.
Didukung oleh kedua faktor diatas dan penanaman disiplin yang tinggi
baik kepada siswa, guru, dan tenaga administratifnya, sekolah ini mampu
menunjukkan prestasi akademis maupun non-akademis.
Terkait penerapan program imersi di SMP Negeri 4 Surakarta guru imersi
merupakan guru mata pelajaran kelas regular yang memiliki penguasaan materi
yang bagus. Guru tersebut kemudian selama 1 tahun diberi pelatihan dan kursus
bahasa Inggris untuk mengembangkan kemampuan bahasa Inggris. Dari hasil
seleksi yang dilaksanakan ditentukan guru kelas imersi adalah sebagai berikut:

Tabel 2: Guru Kelas Imersi lapis I dan II


No. Nama Guru Mata Pelajaran Kelas
1 Adidarta S., SPd. SH. Guru Matematika VII
2 Sri Redayanti, SH. Guru Kertangkes VII & VIII
3 Dra. Sri Andayani Guru Geograpi VII
4 Dra. Ety Adriani Guru Fisika VII
5 Suseno, AMd. Guru Biologi VII
6 Catur Siswartini, AMd. Guru Ekonomi VII & VIII
7 Dra. Dwi Maryati Guru Sejarah VII
8 Indri Windarti, SPd. Guru Matematika VIII
9 Nunung Retno H. SPd. Guru Geograpi VIII
10 Endang Teguh R. SPd. Guru Fisika VIII
11 Pontjowati, SPd. Guru Biologi VIII
12 Esti Dwi W. SPd. Guru Sejarah VIII
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

53

Adapun calon guru kelas imersi lapis III


Tabel 3: Guru Kelas Imersi lapis III

NO. Nama Guru Mata Pelajaran


1 Jaka Rusdiyanto, SPd. Guru Matematika
2 Sri Mulyani, SPd. Guru Ekonomi
3 Paryanto, SPd. Guru Fisika
4 Lucy S, SPd. Guru Matematika
5 Nurul P, SPd. Guru Kesenian

5. Visi dan Misi SMP Negeri 4 Surakarta

a. Visi Sekolah
Visi SMP Negeri 4 Surakarta adalah “ Unggul dalam Prestasi dan
Berbagi dan Berbudi Pekerti Luhur”. Adapaun Visi SMP Negeri 4
Surakarta adalah sebgai berikut:
1) Unggul dalam peningkatan/pengembangan isi (Kurikulum)
2) Unggul dalam peningkatan/pengembangan tenaga kependidikan
3) Unggul dalam peningkatan standar proses
4) Unggul dalam peningkatan /pengembangan fasilitas pendidikan
5) Unggul dalam meningkatkan standar kelulusan
6) Unggul dalam peningkatan mutu kelembagaan dan manajemen
7) Unggul dalam pengembangan standar pembiayaan pendidikan
8) Unggul dalam pengembangan standar penilaian

b. Misi Sekolah
Adapun misi SMP Negeri 4 Surakarta
1) Meningkatkan/mengembangkan isi (kurikulum)
2) Meningkatkan/mengembangkan tenaga kependidikan
3) Meningkatkan standar proses
4) Meningkatkan/mengembangkan fasilitas pendidikan
5) Meningkatkan standar kelulusan
6) Meningkatkan mutu kelembagaan dan manajemen
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

54

7) Mengembangkan standar pembiayaan pendidikan


8) Mengembangkan standar penilaian

6. Struktur Organisasi SMP Negeri 4 Surakarta

Struktur organisasi merupakan gambaran mengenai garis koordinasi dalam


penyelenggaraan pendidikan disekolah. Adapun struktur organisasi di SMP
Negeri 4 Surakarta tahun 2006/2007terdiri dari :
Kepala Sekolah : Drs. H. Djoko Warsito, BBA
Wakil Kepala Sekolah : Sucipto Didik Setiyadi, S.Pd, M.Pd
Urusan Kurikulum : 1. Hartono, S.Pd
2. Tugimin, A.Md
Urusan Kesiswaan : 1. Suseno, A.Md
2. Paryanto, S.Pd, MM
Urusan sarana prasarana : 1. Adidarta Sriyatno, S.Pd, SH
2. Drs. Sukadi
Urusan Humas : 1. Redy Sarwanto, SS, MM
2. Endang Ekowati, BA
Bendahara Rutin : Titik Susanti, A.Md
Bendahara Komite Umum : Mulyarsi
Bendahara komite (Kasir Umum) : Sri Rahayu, S, S.Pd
Bendahara Komite : Keksiningsih
(Pengembangan pembangunan) :
Bendahara Komite : Siti Umini, S.Pd
(Kasir pengembangan pembangunan
dan media)
Bendahara Komite ( Kasir OSIS) : Nunung Retno H, S.Pd

7. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM ) Sekolah

Kegiatan belajar mengajar reguler di SMP Negeri 4 Surakarta


dilaksanakan 6 hari dengan 40 jam seminggu. Jam pertama dimulai pukul 07.00
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

55

dan berakhir jam 12.45. untuk hari Senin upacara bendera dilaksanakan pada jam
6.20 dengan tujuan tidak mengurangi jam pelajaran sesudahnya.
Untuk menunjang perolehan nilai Ujian Akhir Nasional (UAN), sekolah
memberikan jam tambahan siswa kelas yaitu jam ke nol untuk semester ganjil dan
jam tambahan sore untuk semester genap. Sedangkan untuk kelas VII dan kelas
VIII proses kegiatan belajar mengajar berjalan layaknya jam reguler, namun pada
sorenya mereka diharuskan mengikuti salah satu kegiatan ekstrakurikuler.

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang peneliti kaji yaitu mengenai analisis


pelaksanaan proses belajar mengajar kelas imersi, sebelum melakukan analisis,
peneliti memberikan gambaran data yang berkaitan dengan permasalahan
penelitian. Adapun data yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Kelas Imersi


Proses belajar mengajar merupakan interaksi edukatif dari beberapa
komponen yang saling terkait. Adapun komponen-komponen tersebut terdiri dari
tujuan, guru, siswa, materi, metode, media, dan evaluasi. Proses belajar mengajar
di kelas imersi terdiri dari 3 tahap:
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini meliputi aktivitas guru berupa penyusunan lesson
plan dalam bahasa Inggris yang didalamnya memuat tujuan pembelajaran dan
persiapan materi.
1) Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran sangat penting dalam suatu proses
pembelajaran, karena dengan penentuan tujuan pembelajaran, maka
pelaksanaan proses belajar mengajar akan lebih terfokus. Berdasarkan
hasil wawancara dan observasi guru imersi menyatakan bahwa sebelum
mengajar guru membuat persiapan yaitu membuat lesson plan yang
didalamnya terdapat tujuan pembelajaran dalam bentuk kompetensi dasar
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

56

(base competence) yang telah disesuaikan dengan kurikulum yang


berlaku. Dalam pengajaran imersi lesson plan disusun ke dalam bahasa
Inggris Hal ini selaras dengan pernyataan para guru imersi.
Informan II:
“Untuk perumusan tujuan pembelajaran disesuaikan dengan
kurikulum yang ada nah yang jelas dalam pembuatan lesson plannya
tidak terlepas dari kurikulum 2004 hanya tadi sudah saya sampaikan
hanya bahasanya saja kita menggunakan bahasa Inggris …”
(Wawancara tanggal 28 Agustus 2006 jam 10.00)
Hal yang sama diungkapan oleh informan IV:
“Tujuan pembelajaran dalam kurikulum KBK disusun dalam
bentuk kompetensi-kompetensi dasar. Tujuan pembelajaran ini
terdapat dalam lesson plan, ya untuk penyusunan lesson plannya ya
kalau saya sendiri sudah saya sesuaikan dengan kurikulum yang ada
kemudian untuk metode, kemudian untuk media kadang-kadang
saya kembangkan sendiri.”
(Wawancara tanggal 1 September 2006, jam 10.45)
2) Bahan/materi pelajaran
Bahan atau meteri pelajaran pengajaran imersi berasal dari buku
paket yang diterbitkan dari DIKNAS propinsi Jawa Tengah, dan buku
paket kelas regular dinama secara individual guru menerjemahkan buku
kelas regular tersebut kedalam bahasa Inggris. Buku paket yang
diterbitkan oleh DIKNAS propinsi Jawa Tengah terdapat beberapa
kekurangan. Hal ini selaras dengan pernyataan informan II :
“Ya tentu saja penggunaan pentranslatetan materi yang
menggunakan bahasa Indonesia di-translate ke bahasa Inggris atau
juga kita punya buku pengangan itu yang dikeluarkan dari
Semarang/propinsi itu dirasa masih belum lengkap sehingga harus
mencari tambahan materi itu dari sumber lain yang diperoleh dari
bahasa Indonesia kemudian baru ditranslate ke bahasa Inggris.”
(Wawancara tanggal 28 Agustus 2006 jam 10.00)
Hal ini juga diungkapkan oleh informan III:
“Ya yang pasti buku paket dari DIKNAS ada, lalu untuk
program imersi yang telah untuk kelas 9 belum ada yang berbahasa
Inggris belum ada, mau tidak mau kita pakai buku paket yang ada
terus nanti kita translate kedalam bahasa Inggris, tapi kalau ada
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

57

hanya untuk semester 1 yang semster 2 belum ada dan saya cocokan
dengan kelas regular. Sudah agak lumayan tadi sudah ada kaitan
dengan bab I, II namun ya hanya ada beberapa hal didalam bahasa
Inggris belum ada ya otomatis saya translate sendiri kedalam bahasa
Inggris.”
(Wawancara tanggal 1 September 2006, jam 10.00)
Disamping itu informan IV menyatakan:
“Yang pertama saya menggunakan buku-buku yang sudah
diberikan oleh DIKNAS eh dari Jawa Tengah yaitu Semarang
berupa buku paket , tapi setelah saya lihat-lihat kok ada beberapa
yang tidak sesuai, maksudnya ada banyak materi yang dihilangkan
dari buku pendamping misalnya dari Erlangga, disamping itu kok
ada beberapa yang tidak sesuai dengan indikator-indikator KD yang
ada dikurikulum jadi saya harus menambahkan sendiri dengan
meringkas dari buku pendamping, kemudian saya translate ke dalam
bahasa Inggris.”
(Wawancara tanggal 1 September 2006, jam 10.45)
Berdasarkan hasil wawancara diatas kita ketahui bahwa sumber
belajar berupa materi/bahan ajar berupa buku paket yang berbahasa
Inggris dari Jawa Tengah, namun buku tersebut masih terdapat
kekurangan yang perlu kita jadikan bahan evaluasi. Disamping buku paket
bahan/materi pengajaran berupa buku pendamping dari kelas reguler,
LKS.
b. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dalam proses belajar mengajar imersi meliputi
interaksi belajar mengajar, penyampaian materi dengan menggunakan L2/
Bahasa Inggris, penggunaan metode, penggunaan media.
1) Interaksi belajar mengajar
Interaksi belajar mengajar merupakan inti dari proses belajar
mengajar. Di dalam interaksi belajar mengajar terdapat komunikasi antara
guru dan siswa. Adanya komunikasi dua arah antara guru dan siswa.
Dimana guru maupun siswa saling bekerjasama. Berdasarkan hasil
obervasi kelas dan wawancara guru memberikan kesempatan siswa untuk
mengungkapkan ide, pendapat, serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan
sehingga siswa secara aktif terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Hal
ini sesuai dengan pernyataan siswa sebagai informan VII: “ Biasanya itu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

58

sering diakhir pelajarannya tiap siswa boleh bertanya, mengajukan


pendapat, kadang-kadang dikasih kesempatan untuk mengkritik
gurunya …”
(Wawancara tanggal 15 September 2006, jam 12.45)
Hal senada juga diungkapkan oleh informan VIII: “Biasanya sih dikasih
kesempatan untuk bertanya, mungkin kalau ada yang bosen dengan cara
mengajarnya itu biasanya ada yang ngomong dibuat permainan.”
(Wawancara tanggal 16 September 2006, jam 12.45)
Berdasarkan hasil observasi, siswa kelas imersi adalah termasuk
siswa yang aktif dan kritis. Hal ini terlihat seringnya siswa dalam
mengajukan pertanyaan, pengkoreksian apabila ada grammer yang
kurang, siswa aktif dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru
baik tugas dirumah maupun disekolah misalnya dalam diskusi kelompok
di samping itu siswa aktif dalam mengejar ketinggalan materi dari kelas
reguler yaitu dengan meminjam catatan materi dari kelas reguler untuk
meningkatkan pemahaman materi. Dalam proses pembelajaran terdapat
kekurangan yaitu beberapa siswa yang kurang memperhatikan pelajaran,
hal ini dikarenakan faktor kondisi siswa dan terkadang materi yang
disampaikan terkadang kurang menarik. Di lain pihak Alasan siswa masuk
kelas imersi rata-rata karena faktor coba-coba, dan karena dorongan orang
tua serata adanya suatu keinginan untuk mengembangkan kemampuan
bahasa Inggris. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan siswa:
Informan V :” Sebenarnya ga ada, dulu tuh cuma orang tua, coba kamu
kan udah les bahasa Inggris lama, kenapa ga nyoba aja masuk kelas imersi
aja, jadi ya coba-coba aja, ya ternyata masuk.”
(Wawancara tanggal 15 September 2006, jam 13.30)
Hal senada diungkapkan oleh informan VI: “Alasannya sih simpel cuma
pengen iseng-iseng aja tapi kalo ketrima ya udah, disamping itu ada
kemauan untuk mengembangkan kemampuan bahasa Inggris.”
(Wawancara tanggal 15 September 2006, jam 13.40)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

59

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Informan VII : “Cuma coba-coba
aja, rata-rata gitu ya, tapi ga ada niat banget, trus liat-liat juga fasilitas
pokoknya wah ya sudah.”
(Wawancara tanggal 15 September 2006, jam 13.40)
Dalam proses pembelajaran akan lebih efektif, jika terdapat
motivasi dari siswa, adapun guru dalam usahanya menumbuhkan motivasi
siswa yaitu dengan memberikan tugas, dan memberikan contoh benda-
benda asli, hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Informan II:
“Cara untuk menumbuhkan motivasi siswa yaitu dengan
mengingatkan materi yang dulu atau preview kita ingatkan, kita beri
pertanyaan dengan itu siswa siap termotivasi untuk mengingat
kembali, selain itu ya kadang-kadang kita cerita dulu mungkin
tentunya terkait dengan materi yang akan dibahas, bila materi
tentang pasar maka kita tanyakan apakah anak pernah kepasar.
Selain itu anak lebih yakin bila diberi reinforcement, penghargaan,
kita acungkan jempol, memberi hadiah atau kita beri pujian coba
yang lain mungkin lebih bagus lagi …”
(Wawancara tanggal 28 Agustus 2006, jam 10.00)
Hal yang sama juga diungkapkan informan III
“ …pertama saya tidak boleh menakutkan, lalu guru harus
menguasai materi disamping itu dengan kita mengkaitkan dengan
kehidupan sehari-hari, artinya kita kalo membahas mengenai gerak
tumbuhan pernah melihat pohon putri malu saat kita sentuh, jadi
anak bisa berfikir, disamping itu pernah liat bunga tasbih? Setelah
saya membawa contoh bunga tasbih anak baru tahu. Jadi kita
membawa benda aslinya.”
(Wawancara tanggal 1 September 2006, jam 10.00)
Dari uraian diatas dapat tarik kesimpulan bahwa untuk
menumbuhkan motivasi pada siswa dengan memberikan pertanyaan,
melakukan preview terhadap materi terdahulu, melakukan apersepsi yang
dihubungkan dengan pengalaman dan kehidupan siswa sehari-hari,
memberikan contoh benda asli selain itu juga memberikan reinforcement/
penguatan, pemberian reward dan pujian kepada siswa.
Untuk pengembangan penggunaan bahasa guru sering melakukan
koreksi jika siswa melakukan kesalahan dalam penggunaan bahasa baik
dari segi grammer maupun vocabulary dan rangkaian arti, dan guru
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

60

terbuka untuk menerima perbaikan dalam penggunaan bahasa dari siswa


Hal ini dimaksudkan pengembangan secara bertahap bahasa Inggris siswa
maupun guru. Hal ini sesuai dengan hasil observasi dan wawancara
dengan Informan II: “Tentu ada pengkoreksian grammer, maka dari itu
kan sedikit demi sedikit penggunaan grammer ya kita tingkatkan...”
(Wawancara tanggal 1 September 2006, jam 10.00)
Hal yang senada juga diungkapakan Informan III: “Ya harus terutama
yang berkaitan dengan konsep tadi, kalau salah bahasanya ya harus
dikoreksi ...”
(Wawancara tanggal 1 September 2006, jam 10.00)
Sedangkan Informan IV menyatakan bahwa “Ya, saya koreksi semampu
saya, di luar jangkauan saya saya mungkin terbatas bahasa Inggrisnya....”
(Wawancara tanggal 1 September 2006, jam 10.45)
2) Penyampaian Materi
Didalam proses belajar mengajar guru memiliki peranan yang
cukup penting, guru tidak hanya berperan sebagai sebagai informator yaitu
penyampai materi saja melainkan guru berfungsi sebagai mediator/
fasilitator, guru membantu murid apabila murid mengalami kesulitan
dalam memahami teori. Berdasarkan hasil wawancara serta observasi guru
masih sering menggunakan bahasa Indonesia untuk membantu
pemahaman siswa terhadap materi apabila siswa belum paham akan
penjelasan guru disamping itu guru mengadakan pengulangan-
pengulangan terhadap materi yang belum jelas.Hal ini sesuai dengan
pernyataan informan II :
“Kadangkala Bahasa Indonesia digunakan untuk
menjelaskan materi apabila anak tidak jelas. Bahasa Indonesia
merupakan alternatif terakhir disamping itu saya memberikan
pengulangan materi, atau saya tanya mana yang belum jelas atau
kalau tidak saya beri soal …”
(Wawancara tanggal 28 Agustus 2006 jam 10.00)
Hal yang sama diungkapkan oleh informan III yaitu:
“Untuk kelas imersi di SMP Negeri 4 Surakarta tidak 100%
dikelas dengan bahasa Inggris, tapi hanya 25-50% kalau misalnya
ada yang tidak paham untuk konsep anak-anak tahu dulu dalam
bahasa Inggris, tapi untuk menjelaskan secara panjang lebar saya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

61

memakai bahasa Indonesia. Jadi supaya nanti anak tidak kalah


dengan dengan yang reguler juga. Saya yakin anak-anak bahasa
Inggrisnya lebih bagus dari pada saya, kalau ada penjelasan seperti
ini di-translate kedalam bahasa Inggris. Disamping itu apabila ada
materi yang belum jelas saya mengadakan pengulangan materi dan
memberi kesempatan siswa untuk bertanya ...”
(Wawancara tanggal 1 September 2006, jam 10.00)
Pernyataan yang sama diungkapkan oleh informan IV “Biasanya untuk
penjelesan yang lebih mendetail saya pakai bahasa Indonesia …”
(Wawancara tanggal 1 September 2006, jam 10.45)
Dalam proses belajar mengajar, siswa merupakan objek. Berdasarkan hasil
observasi siswa kelas imersi termasuk siswa yang aktif dan kritis. Hal ini
terlihat seringnya siswa dalam mengajukan pertanyaan, aktif dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan dan melakukan koreksi secara
langsung apabila ada grammer yang kurang tepat. Di samping itu terdapat
beberapa kekurangan, dimana beberapa siswa yang kurang
memperhatikan pelajaran.
3) Penggunaan Metode
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dikelas imersi, guru
menggunakan metode pengajaran yang variatif yang disesuaikan dengan
materi dan dengan tujuan dapat mengaktifkan siswa. Berdasarkan hasil
observasi guru menggunakan metode hal tersebut sesuai dengan
pernyataan informan III:
“Ya kalau untuk metode ini saya sesuaikan dengan materi ya,
kalau misalnya informasi kita menggunakan metode
informasi/ceramah (Speech), untuk memahami dan untuk
menemukan konsep kita bisa diskusi yang memang sering saya
lakukan adalah diskusi, informasi, experimen. Experimen langsung
untuk anak agar anak bisa melihat secara langsung . ”
(Wawancara tanggal 1 September 2006, jam 10.00)
Pernyataan lain diungkapkan oleh informan IV: “Metode saya
sering menggunakan tanya jawab, lalu kemudian saya berceramah juga,
variasi metode diskusi, kemudian saya memakai sosio drama, dulu
misalnya saya menjelaskan peristiwa Rengas Dengklok …”
(Wawancara tanggal 1 September 2006, jam 10.45)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

62

Sedangkan informan II menyatakan: “Metode yang saya gunakan


adalah ceramah, diskusi, problem solving (pemecahan masalah), token
stick …”
(Wawancara tanggal 28 Agustus 2006 jam 10.00)

Berdasakan data diatas kita ketahui bahwa dalam mengajar guru


menggunakan metode pengajaran yang cukup variatif yang disesuaikan
dengan materi yang disampaikan. Adapun beberapa metode yang
digunakan berdasarkan hasil wawancara dan observasi adalah sebagai
berikut:
a) Metode ceramah/speech method
Yaitu metode yang digunakan untuk menyampaikan konsep-
konsep dari materi pelajaran, dimana guru dalam memberikan
penjelasan yang lebih detail menggunakan bahasa indonesia. Metode
ceramah merupakan metode yang sering digunakan oleh guru.
b) Metode tanya jawab
Metode tanya jawab digunakan guru untuk mengaktifkan
siswa, disamping untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa
dalam memahami materi yang disampaikan.
c) Metode diskusi.
Metode ini disebut juga metode diskusi kelompok (group
discusssion) dan resitasi bersama (sosialized recitation). Aplikasi
metode ini biasanya melibatkan seluruh siswa atau sejumlah siswa
tertentu yang diatur dalam bentuk kelompok-kelompok.
d) Metode belajar mandiri
Metode yang digunakan guru untuk mengaktifkan siswa,
dimana siswa diberi kesempatan untuk mencari serta agar siswa
mengalami sendiri.
e) Metode Resitasi
Yaitu dengan memberikan penugasan kepada siswa seperti
tugas merangkum, membawa alat-alat yang diperlukan untuk materi
selanjutnya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

63

f) Metode Experimen
Yaitu metode yang dapat memberikan kesempatan pada siswa
untuk mencari serta mengetahui sendiri. Sehingga siswa mengalami
sendiri.
4) Penggunaan Media
Media merupakan sarana yang cukup membantu didalam
membantu pemahaman siswa terhadap materi. Diruang kelas imersi
terdapat media pembelajaran yang cukup berbeda dengan kelas regular.
Adapun media yang digunakan dikelas imersi adalah OHP, TV, VCD,
white board, black board, alfa link. Dari media tersebut yang sering
digunakan adalah OHP dan whiteboard.
Penggunaan media pengajaran berdasarkan hasil observasi kelas
dan wawancara adalah cukup variatif, sesuai dengan materi. Namun untuk
penggunaan media lain yang tersedia dikelas kurang maksimal, dalam hal
ini adalah penggunaan VCD belum maksimal. hal tersebut sesuai dengan
pernyataan informan III:
“Ya untuk sementara ini yang ada dikelas itu OHP, VCD
hanya untuk pemakain VCD/DVD saya belum bisa apa menemukan
kaset yang cocok untuk materi yang akan saya sampaikan. Kalau
ada juga dalam bahasa Indonesia ya sama saja. Untuk sementara ini
media yang sering saya gunakan ya OHP.”
(Wawancara tanggal 1 September 2006, jam 10.00)
Hal ini juga diungkapkan oleh informan IV:
“Media saya biasanya disini sementara ini hanya pakai
OHP, sebenarnya disini sudah ada VCD tapi untuk sementara ini
saya mencari VCD yang sejarah kok susah, ada tapi kok tidak sesuai
dengan kurikulumnya, misalnya hanya Borobudur thok, dan waktu
hanya 1 jam sehingga untuk tujuan pembelajaran nya ga sampai.”
(Wawancara tanggal 1 September 2006, jam 10.45).
c. Tahap Evaluasi
Evaluasi berfungsi untuk mengukur tingkat pemahaman serta
kemajuan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara
terhadap guru dan observasi kelas evaluasi diadakan secara sumatif yaitu
evaluasi yang diadakan dengan pemberian tes pada setiap selesainya satu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

64

kompetensi dasar. Sedangkan untuk mengetahui tingkat pemahamn siswa


biasanya evalusi diberikan berupa tanya jawab setiap kali pertemuan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan informan II: “Setiap selesai materi ada evaluasi, dan
berapa KD sekali, ulangan block, ulangan harian setiap 1 KD selesai dengan
lisan tapi setelah beberapa KD saya beri ulangan block.”
(Wawancara tanggal 28 Agustus 2006, 10.00 WIB)
sedangkan informan III menyatakan:
“Evaluasi dilakukan ulangan harian saya adakan setelah 1 bab selesai,
sudah kesepatkatan, tapi juga kita lihat kondisi sekolah, disesuaikan
apa 1 bab atau 2. Alat yang saya gunakan biasanya memakai soal
tertulis. Disamping itu ada post test, post-test tidak harus tertulis jadi
dari apa penjelasan saya tadi saya punya pertanyaan seperti ini, secara
sukarela siapa yang mau menjawab post-test ya ada yang tertulis.”
(Wawancara tanggal 1 September 2006, 09.45)
Sedangkan informan IV menyatakan : “Evaluasi untuk ulangan harian ya
setiap KD, untuk latihan setiap habis mengajar saya beri pertanyaan.”
(Wawancara tanggal 1 September 2006, 10.45)
Dari pernyataan diatas kita ketahui bahwa evaluasi dilakukan secara
sumatif maupun formatif. Evaluasi formatif yaitu suatu penilaian yang
dilakukan setiap proses pembelajaran selesai dilakukan. Sedangkan penilaian
sumatif adalah suatu penilaian dilakukan setiap akhir unit program, misalnya
berapa bab sekali, ulangan block. Penilaian yang sering digunakan adalah
penilaian dalam bentuk tes, baik tes lisan maupun tes tertulis.

2. Faktor pendukung dan penghambat dalam proses belajar mengajar kelas


imersi

a. Faktor-faktor Pendukung
Imersi merupakan program unggulan di SMP Negeri 4 Surakarta, oleh
karena itu program tersebut membutuhkan dukungan dari berbagai pihak.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi serta analisis dokumentasi
pelaksanaan pengajaran imersi mendapatkan dukungan dari berbagai pihak,
baik dari sekolah maupun dari orang tua.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

65

1) Pihak sekolah
Dukungan dari pihak sekolah yaitu dengan penerapkan kebijakan
khusus untuk kelas imersi, dalam hal ini kepala sekolah memberikan
dukungan berupa:
a) Penyediaan sarana dan prasarana/ fasilitas khusus untuk kelas imersi
yang berbeda dengan kelas reguler, misalnya adanya fasilitas
multimedia dan mini library, dan pemberian kursus untuk guru imersi
b) Penyediaan guru-guru imersi, dimana guru-guru imersi telah dipilih
berdasarkan kriteria yang cukup ketat yang telah ditetapkan.
c) Pemberian keleluasaan konsultasi guru-guru imersi dengan native
speaker yang telah diusahakan oleh sekolah.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara informan I:
“Kepala sekolah mempunyai rasa memiliki dan perhatian terhadap
pelaksanaan program Imersi, dengan pemberian kamus, dan insentif
bagi guru imersi,dan native speaker penyediaan sarana dan prasaran
berupa multimedia, mini library. Orang tua yang mendukung secara
finansial pelaksanaan imersi secara finansial mendukung mereka mau
membayar kemudian sebenarnya pihak orang tua berapapun biaya
mereka mau membayar waktu itu bule untuk siswa, Cuma pihak
sekolah tidak mau membayar karena dikeluarkan banyak akhirnya
waktu terima rapor saya sebagai koordinator sekaligus wali kelas I
saya kumpulkan saya ajak diskusi.”
(Wawancara tanggal 24 Agustus 2006, 10.12)
Hal yang senada juga diungkapkan informan II: “Faktor pendukung ada
media yang cukup, dan native speaker.”
(Wawancara tanggal 28 Agustus 2006, 10.00)
Hal senada juga diungkapkan oleh informan III: “Ya yang pasti dari SDM
nya dan siswa cukup mendukung.”
(Wawancara tanggal 1 September 2006, 09.45)
Disamping itu informan IV menyatakan:” Ada native speaker yaitu Mrs.
Marlyn itu yang tiap hari Senin, Kamis sangat membantu, terus ada
internet kita bisa ambil literatur-literatur dari sana.”
(Wawancara tanggal 1 September jam 10.45)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

66

2) Pihak orang tua


Dukungan yang diberikan orang tua dalam pengajaran imersi yaitu
dengan bersedia membiayai pendidikan anak mereka di kelas imersi yang
terhitung relaitf cukup mahal, dan dengan memberikan kesempatan pada
anak mereka untuk mengikuti les mata pelajaran dan les bahasa Inggris di
lembaga bimbingan belajar di luar sekolah. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan informan I: “ …secara finansial mereka mendukung,
mau membayar kemudian sebenarnya pihak orang tua berapa pun biaya
mereka mau bayar …”
(Wawancara tanggal 24 Agustus 2006, jam 10.30)
Hal yang sama diungkapkan informan V: “ …ikut les diluar IPA, FISIKA,
musik …”
(Wawancara tanggal 15 September 2006, jam 12.45)
Sedangkan informan VII: “ ...saya ikut les, native speaker...”
(Wawancara tanggal 15 September 2006, jam 13.30)
Dari hasil wawancara diatas dapat kita simpulkan bahwa peranan orang
tua merupakan faktor pendukung yang sangat penting dalam kegiatan proses
belajar mengajar. Adapun peranan orang tua tersebut secara finansial berupa
kesediaan membayar biaya pendidikan, dan mengikutsertakan anak mereka
pada lembaga-lembaga kursus diluar sekolah untuk menunjang kegiatan
belajar anak.
b. Faktor-faktor Penghambat
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi ditemukan ada begitu
banyak hambatan yang muncul dalam pelaksanaan program imersi, terbagi
menjadi 3:
1) Hambatan bagi penyelenggara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan koordinator
penyelenggara kelas imersi, hambatan yang terjadi adalah:
a) Kurangnya keuangan/pendanaan yang berujung pada kurangya
fasilitas dan sarana belajar mengajar.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

67

b) Kurangnya perhatian dari pemerintah daerah maupun pemerintah kota


untuk program imersi.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan I:
“Kegiatan belajar mengajar sangat berhubungan dengan
keuangan, karena itu berhubungan dengan sarana dan prasarana jadi
ketika tidak ada dukungan finansial yang memadai kita juga tidak
susah, oh ya seperti semacam LCD sekolah hanya punya 1 jadi untuk
memakai ya kita ga enak disamping itu minimnya perhatian
pemerintah kota dan juga Kanwil Jateng yang hanya menganggarkan
dana 7 juta setahun …”
(Wawancara tanggal 24 Agustus 2006, jam 10.30)
2) Hambatan bagi guru kelas imersi
Hambatan yang sering ditemui oleh guru-guru kelas imersi adalah
hambatan dalam bahasa khususnya dalam penentuan istilah yang sesuai
dengan disiplin ilmu disamping itu kendala vocabulary (kosakata) baru,
minimnya waktu yang disediakan untuk berkonsultasi dengan native
speaker, dan kesulitan dalam mencari literatur. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dengan guru dari hasil wawancara informan III menyatakan:
“Kesulitan terus terang kita temukan disini, apablagi kalau
saya terus terang aja Biologi terkadang istilah yang di bahasa Inggris
belum ada, seperti kacang hijau sampai sekarang saya belum tahu, ya
disamping itu terbentur apa vocab ya, yan yang pasti itu kurang banget
jadi kita masih belajar terus menerus.”
(Wawancara tanggal 1 September 2006, jam 10.00)
Disamping itu informan IV menyatakan bahwa:
“Oh untuk kesulitan banyak, yang pertama basicnya bukan
bahasa Inggris jadi untuk mempelajari bahasa Inggris yang betul-betul
memang sangat susah sekali. Yang kedua saya kesulitan juga untuk
mencari literatur apalagi kosakata untuk dibahasa Inggris itu kita
susah untuk apalagi saya untuk mencari kata mandor susah, disamping
itu vocab kurang,karena belum ada kamus history.”
(Wawancara tanggal 1 September 2006, jam 10.45)
Dari uraian diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kesulitan
yang dialami guru imersi adalah:
a) Bahasa
Terkait dengan penggunaan bahasa asing, karena mengingat
latar belakang disiplin dari guru imersi bukan bahasa Inggris. Kendala
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

68

ini merupakan kendala yang tidak kecil bagi para guru mata pelajaran
yang dsiplin ilmunya disampaikan dengan imersi. Disamping itu guru
mengalami kesulitan didalam penentuan istilah, penguasaan vocab
yanag terbatas dan penggunaan vocabulary atau kosakata, sehingga
kosakata yang digunakan cenderung bersifat smurfing.
b) Literatur
Guru masih kesulitan untuk memperoleh literatur yang ditulis
oleh penutur asli bahasa Inggris (native speaker) terutama untuk mata
pelajaran sejarah. Kantor wilayah Departemen Propinsi Jawa Tengah
telah menyiapkan buku terjemahan untuk beberapa mata pelajaran
tersebut, namun didalamnya masih ditemukan kesalahan-kesalahan
dalam penerjemahan, terutama dalam istilah-istilah ilmu eksata seperti
ilmu Biologi.
c) Buku terjemahan
Buku terjemahan yang diterbitkan oleh Departemen
Pendidikan propinsi Jawa Tengah terkadang materinya tidak sesuai
dengan kurikulum 2004 terutama pelajaran Sejarah banyak bagian-
bagian yang dihilangkan, sehingga hanya sebagaian materi dari buku
terjemahan yang dapat digunakan.
3) Hambatan bagi siswa kelas imersi
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, secara umum siswa
tidak mengalami hambatan dalam pemahaman materi dikarenakan sswa
berusaha untuk mengejar materi dengan meminjam materi dari kelas
regular, namun bahasa seringkali menjadi kendala bagi siswa. Hal ini
sesuai dengan pernyataan siswa sebagai informan V : “Alhamdulillah
sampe sekarang bisa mengikuti pelajaran dan mampu memahami materi
degan baik. Disamping itu rata-rata dikelas reguler kan pakai bahasa
Indonesia sehingga mereka diterangin langsung paham tapi dikelas imersi
materinya ketinggalan.”
(Wawancara tanggal 15 September 2006, jam 12.45)
Informan VI: “Ya bisa memahami materi tapi kadang-kadang kita
susahnya narik ngertinya (bahasa) kan apa ya yang guru ngomong pake
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

69

bahasa Inggris ke kita, kita ga ngerti dan terkadang guru juga tidak
mengerti apa yang kita maksudkan kalau kita bertanya.”
(Wawancara tanggal 15 September 2006, jam 12.45)
Informan VII: “Ya karena materinya sama tadinya, alhamdulillah bisa
paham sampe sekarang belum ada problem banget.”
(wawancara tanggal 15 September 2006, jam 12.45)
Informan VIII: “Ya saya lumayan bisa menangkap apa yang dimaksudkan
guru yaitu dengan bahasa Inggris tentunya bisa, terkadang ya kesulitannya
biasanya dengan pronounciation dari gurunya itu ada yang kurang jelas.”
(Wawancara tanggal 15 September 2006, jam 12.45)
Dari hasil wawancara diatas kita ketahui bahwa hambatan yang
secara umum dialami siswa didalam kegiatan belajar mengajar adalah
bahasa yang digunakan oleh guru dari segi pronounciation dan perbedaan
penggunaan kosakata baru terkadang susah untuk dimengerti siswa di
samping itu materi dikelas imersi ketinggalan dari kelas regular karena
materi harus diulang-ulang.

3. Upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisir hambatan

Upaya yang dilakukan setiap subyek untuk meminimalisir hambatan-


hambatan yang terjadi adalah sebagai berikut:
a. Pihak penyelenggara
Untuk mengatasi masalah pendanaan, pihak penyelenggara berupaya
untuk menerjemahkan sendiri buku dan tidak henti-hentinya untuk mencari
dukungan kepada pemerintah daerah dan pemerintah kota, disamping itu
pemberian intensif khusus bagi guru-guru imersi untuk meningkatkan
motivasi dan pemberdayaan diri dengan mengikuti kursus bahasa Inggris,
pihak penyelenggara juga mengusahakan untuk melakukan pendampingan
dengan bekerjasama dengan dosen-dosen.
b. Pihak guru kelas imersi
Guru dalam upayanya meminimalisir hambatan yaitu dengan
mengadakan konsultasi dengan native speaker, menerjemahkan materi,
berusaha untuk mencari referensi, membaca.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

70

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan II:


“Disamping konsultasi dengan native, saya memberi pengertian
kepada siswa apa namanya terkadang menyalah artikan bahwa ini di sana
ga ada kata-kata ini, tapi kita di Indonesia mungkin sama dengan disana
jadi anak mudeng (masalah istilah).”
(Wawancara tanggal 28 Agustus 2006 jam 10.00
Hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara dengan informan III:
“Karena saya terbentur pada jam yang banyak maksudnya jam
konsultasi digunakan banyak guru imersi yang lain, mak saya mau tidak
mau harus banyak membaca kebetulan diperpustakaan ada ensiklopedi
yang membahas banyak sekali hal-hal seperti itu pokoknya setiap
kesempatan saya juga meluangkan waktu untuk mencari apa yang nanti
akan disampaikan terus terang misalnya ada pertemuan berikutnya saya
mau menerangkan bab ini misal struktur dan fungsi tubuh tumbuhan lalu
saya seminggu sebelumnya harus sudah mencari, berusaha buat
rangkuman lalu dikonsultasikan ke nativenya.”
(Wawancara tanggal 1 September 2006, jam 10.00)
Hal ini senada dengan pernyataan informan IV :“Ya kalau saya pribadi saya
dengan memperbanyak buku, kemudian saya berusaha untuk mentranslate
sendiri, lalu saya sering membuka-buka internet.”
(Wawancara tanggal 1 September 2006, jam 10.45)
Berdasarkan uraian diatas dapat kita tarik kesimpulan untuk mengatasi
hambatan yang ditemui guru, guru melakukan konsultasi dengan native
speaker yaitu Mrs. Marlyn, menerjemahkan materi, mencari referensi lain
baik buku referensi maupun referensi dari internet, memperbanyak dalam
membaca buku untuk meningkatkan pemahaman.
c. Pihak siswa
Upaya yang dilakukan siswa untuk meminimalisir hambatan yaitu
dengan mengikuti les mata pelajaran diluar disamping les bahasa Inggris,
berupaya untuk menerjemahkan sendiri menurut bahasa mereka, meminjam
catatan dari teman khususnya teman dari kelas regular untuk meningkatkan
pemahaman mereka terhadap materi.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan informan I: “Ya kalau saya,
saya mengikuti les diluar, les IPA, Fisika, seni musik, tapi kalau musik sih
cenderung buat hobi.”
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

71

(Wawancara tanggal 15 September 2006, jam 12.45)


Hal yang sama diungkapkan oleh informan VI: “Saya mengikuti les, fotokopi
dari catatan temen kelas reguler, cari-cari di internet.”
(Wawancara tanggal 15 September 2006, jam 12.45)
Sedangkan informan VII menyatakan: “Saya mengikuti les bahasa Inggris
diluar, native, conversation dengan temen.”
(Wawancara tanggal 15 September 2006, jam 12.45)
Sedangkan informan V menyatakan:“Ya saya dengan bertanya pada guru atau
temen yang lebih ngerti, juga membuka alfa link, dan mengikuti les diluar …”
(Wawancara tanggal 16 September 2006, jam 12.45)
Sedangkan informan IV menyatakan “ Dengan bertanya dengan guru tentang
kosakata baru yang belum ngerti, tanya temen, dan mengikuti les bahasa
diluar.”
(Wawancara tanggal 15 September 2006, jam 12.45)
Sedangkan informan VI menyatakan: “Saya ikut les, tanya ma orang lain,
mungkin juga tanya ma guru.”
(Wawancara tanggal 16 September 2006, jam 12.45)
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa untuk mengatasi
hambatan yang ditemukan siswa dalam proses belajar mengajar yaitu dengan
mengikuti les bahasa Inggris dan les mata pelajaran di lembaga bimbingan
belajar di luar sekolah, aktif bertanya kepada guru maupun teman yang lebih
mengerti, meminjam catatan teman kelas regular untuk mengejar ketinggalan
materi, penggunaan media seperti alfa link untuk mengetahui arti kosakata
baru.

C. Temuan Studi yang di Hubungkan dengan Kajian Teori

Dalam bab ini, peneliti menganalisis data yang berhasil dikumpulkan


dilapangan sesuai dengan rumusan permasalahan, yang selanjutnya dihubungkan
dengan teori yang sudah ada. Berikut ini peneliti akan menganalis pelaksanaan
proses belajar mengajar kelas imersi di SMP Negeri 4 Surakarta.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

72

1. Pelaksanaan proses belajar mengajar kelas imersi

Proses belajar mengajar meliputi 3 tahap yaitu persiapan yang terdiri dari
tahap penyusunan lesson plan dan persiapan materi dalam bahasa Inggris, tahap
kedua adalah pelaksanaan yaitu meliputi pengelolaan kegiatan belajar mengajar,
dan tahap ketiga adalah evaluasi. Proses belajar mengajar kegiatan kelas imersi
pada hakekatnya merupakan kegiatan repetitif dari suatu sistem yang terdiri dari
komponen-komponen yang saling berinteraksi. Demikian pula pembelajaran yang
dilaksanakan di kelas imersi SMP Negeri 4 Surakarta, proses belajar mengajar
proses interaksi edukatif antara siswa dan guru, dimana siswa dan guru saling
berinteraksi aktif. Untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar tidak
terlepas dari komponen lain yaitu materi atau bahan ajar yang tidak terlepas dari
tujuan pengajaran, penggunaan metode pengajaran yang variatif, penggunaan
media untuk mempermudah pemahaman siswa, dan pengadaan evaluasi untuk
mengukur tingkat keberhasilan proses belajar mengajar.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Djago Tarigan (1990:40), yang
menyatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan interaksi dari beberapa
komponen, adapun komponen itu terdiri dari:
a. Siswa
b. Guru
c. Tujuan pembelajaran
d. Materi/bahan
e. Metode
f. Sarana
g. Evaluasi
Pengajaran imersi di SMP Negeri 4 Surakarta dilakukan dengan
menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris dan menggunakan kurikulum yang
ada yaitu kurikulum tahun 2004 (kurikulum berbasis kompetensi) sama dengan
kurikulum yang berlaku dikelas reguler hal ini sesuai dengan pernyataan Roberth
Keith Johnson & Merril Swain yang dikutip oleh Richard Johnstone dalam
www.scilt.stir.ac.uk tanggal 02 Juli 2006 “ …t he immersion L2 curriculum
parallers the local L1 curriculum …” (kurikulum imersi bahasa asing
sama/setingkat dengan kurikulum lokal yang berlaku Dimana bahasa Inggris
berkedudukan sebagai bahasa asing, hal ini sesuai dengan www.det.net.gov.au.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

73

tanggal 18 Agustus 2005. Namun dalam pelaksanaan interaksi edukatif,


pengajaran imersi di SMP Negeri 4 Surakarta masih menggunakan mixing dua
bahasa yaitu bahasa asing/L2 dan bahasa ibu/L1, dalam hal ini imersi di SMP
Negeri 4 Surakarta merupakan imersi sebagian (partial immersion) mengingat
guru dalam menyampaikan konsep menggunakan bahasa Inggris tidak penuh atau
beberapa persen dan untuk penjelasan yang lebih mendetail guru menggunakan
bahasa Indonesia, hal ini sesuai dengan pernyataan John Rheyner dalam
www.uatuahine.hawaii.edu tanggal 15 Juli 2005, namun pihak sekolah saat ini
mengusahakan untuk mengarahkan program imersi parsial menjadi imersi total.
Dalam proses pembelajarannya guru menyampaikan konsep materi dengan
menggunakan bahasa Inggris dan lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia
untuk menjelaskan lebih detail konsep, karena untuk mengejar ketertinggalan
materi dengan kelas reguler, berdasarkan hasil obsevasi guru lebih menitik
beratkan pada ketercapaian penyampaian pesan/ terfokus pada materi dan kurang
memperhatikan penggunaan grammer meskipun ada pengkoreksian grammer
yang digunakan oleh kedua belah pihak, maksudnya adalah guru melakukan
pengkoreksian grammer siswa jika siswa melakukan kesalahan, dan guru terbuka
untuk menerima koreksi dari siswa apabila melakukan kesalahan dalam
penggunaaan grammer. Dalam hal ini guru telah menerapkan pembelajaran
experiental yaitu pembelajaran yang didasarkan pada pengalaman yang dimiliki.
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Harley yang dikutip oleh Richard
Johnstone yang terdapat pada www.scilt.stir.ac.uk, tanggal 2 Juli 2006 mengenai
pengajaran dikelas imersi yaitu pengajaran experiental dan analistic. Namun guru
imersi belumlah menerapkan pengajaran ini secara seimbang, mengingat untuk
mengejar ketertinggalan materi dengan kelas reguler.
Idealnya metode pengajaran imersi experiental dan analistic di lakukan
secara seimbang untuk menghindari adanya dominasi salah satu metode,
disamping itu untuk menghindari kelemahan- kelemahan masing-masing metode
pengajaran tersebut. Meskipun hal ini membutuhkan waktu, mengingat imersi
baru diterapkan dan mempertimbangkan SDM yang sebagian besar bukanlah
berbasic bahasa Inggris.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

74

2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan proses belajar


mengajar kelas imersi

Seperti yang telah diuraikan dalam deskripsi permasalahan, program


imersi mendapatkan dukungan dari berbagai pihak seperti pihak sekolah, yaitu
berupa penerapan kebijakan khusus berupa penyediaan sarana dan prasarana yang
berbeda dengan kelas reguler, penyediaan guru-guru kelas imersi, penyediaan
native speaker oleh sekolah dan dukungan yang berasal dari orang tua berupa
dukungan finansial dengan kesediaan untuk membiayai pendidikan siswa dan
memberikan kesempatan pada anak mereka untuk mengikuti les guna menunjang
kelancaran studi anak mereka, hal ini sesuai dengan pernyataan Canadian
Education Assosiation yang terdapat di http://www.scilt.stir.ac.uk (2 Juli 2006)
bahwa suksesnya suatu program tidak terlepas dari adanya dukungan administatif
sekolah yaitu berupa ketersediaan sumber pembelajaran, adanya staff (pengajar),
pelayanan khusus, strategi pengajaran, pendaftaran yang meliputi berbagai
persyaratan. Sedangkan hambatan dalam pelaksanaan program pengajaran imersi
dialami oleh berbagai pihak, seperti pihak penyelenggara hambatan yang dialami
adalah hambatan finansial atau pendanaan. Hambatan ini menimbulkan kendala
dalam pemenuhan sarana dan prasarana untuk kelas imersi, selain itu terbatasnya
referensi, dan kurangnya perhatian dari pemerintah kota dan daerah. Sedangkan
hambatan yang dialami oleh guru dan siswa kelas imersi terkait dengan kegiatan
belajar mengajar yaitu hambatan dalam penentuan dan penggunaan istilah-istilah
ilmiah dalam bahasa Inggris yang sulit dan jarang ditemui di buku-buku biasa atau
kamus umum dan perbedaan penggunaan kosakata baru antara siswa dan guru
serta terbatasnya penguasaan kosakata yang menyebabkan pemakaian kosakata
yang cenderung smurfing. Idealnya untuk mengejar ketertinggalan materi, seorang
guru imersi haruslah merencanakan suatu lesson plan yang meliputi skenario
pembelajaran, yaitu sebelum guru mengajar, guru mempersiapkan keywords-
keywords ataupun kosakata yang relevan dengan materi yang akan diajarkan,
sehingga perbedaan didalam penggunaan kosakata antara guru dan siswa dapat
diminimalisir sehingga pemahaman materi disini akan lebih terfokus, dengan hal
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

75

ini diharapkan ketertinggalan materi dapat di tinggalkan sedikit demi sedikit hal
ini sesuai dengan pernyataan Johnson & Swain (1997:77) yaitu “... where
student’ s proficiency was lower, the English teacher often presented and
explained vocabulary to the class before the relevant material was taught …”
maksudnya adalah guru diharapkan menjelaskan terlebih dahulu kosakata di
depan kelas sebelum materi yang di ajarkan.

3. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi hambatan

Untuk mengatasi hambatan yang muncul, baik penyelenggara, guru dan


siswa menempuh beberapa cara. Adapun cara yang telah ditempuh adalah sebagai
berikut:
a. Pihak Penyelenggara
1) Meminimalkan dan mengendalikan pengeluaran dana dengan
menerjemahkan sendiri buku-buku yang diperlukan dalam proses
pembelajaran.
2) Tidak henti-hentinya untuk meminta dukungan dari pemerintah kota
maupun daerah.
3) Selain terkait dengan pendanaan penyelenggara untuk meningkatkan mutu
pembelajaran dengan memberikan insentif pada guru untuk meningkatkan
motivasi .
4) Penyelenggara melakukan pendampingan terhadap guru-guru imersi
dengan bekerjasama dengan guru bahasa Inggris setempat dan dosen.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Obadia & Martin (1989) yaitu untuk
mengurungi hambatan yaitu dengan memberikan insentif khusus, melakukan
pelatihan dengan bekerjasama dengan Fakultas Keguruan. dan Hardjono
(2006) dimana untuk memimalisir masalah keuangan pihak sekolah
mengendalikan pendanaan, idealnya untuk mengurangi kesulitan pihak
penyelenggara melakukan indentifikasi akan kebutuhan sarana prasarana,
kebutuhan sumber belajar berupa materi dan sebagainya kemudian
mengajukannya kepada pemerintah daerah, ataupun donatur dan stake holder.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

76

b. Pihak Guru
Sedangkan guru mengatasi hambatan dengan cara menanyakan hal-hal
yang sulit kepada orang yang lebih tahu, atau berkonsultasi dengan native
speaker yang disediakan oleh sekolah, mencari referensi lain baik buku
maupun dari internet, memperbanyak dalam membaca buku, menerjemahkan
materi terkait. Disamping itu terkait perananya sebagai informator dan
fasilitator untuk membantu pemahaman siswa guru melakukan pengulangan
materi baik materi terdahulu maupun materi yang tengah dijelaskan,
menggunakan metode mengajar yang cukup variatif yang disesuaikan dengan
materi, menggunakan bahasa Indonesia untuk memberikan penjelasan yang
lebih detail. Idealnya untuk mengatasi perbedaan penggunaan kosakata antara
guru dan siswa, guru sebaiknya mempersiapkan keywords ataupun kosakata
yang relevan dengan materi yang akan diajarkan. Hal ini dimaksudkan supaya
siswa lebih mudah memahami materi untuk mengejar ketertinggalan materi.
c. Pihak Siswa
Sedangkan siswa mengatasi hambatan dengan berkonsultasi pada guru,
bertanya pada siswa lain, mengikuti les, seyogyanya untuk meningkatkan
kemampuan bahasa Inggris, siswa lebih banyak berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa Inggris baik dengan guru maupun antar teman.

Anda mungkin juga menyukai