Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEBIJAKAN UTAMA PENDIDIKAN INDONESIA

(JENIS, JALUR, JENJANG DAN KURIKULUM PENDIDIKAN)

TERMASUK PENDIDIKAN AKADEMIK DAN VOKASI

Disusun oleh :
Kelompok 7
Afrida Damayanti (1210623102)
Fadhillah Salsa A. (1210623104)
Jessica Ayu P. (1210623012)
Putri Helma Dwiarti (1210623082)

Mata Kuliah : Wawasan Pendidikan


Dosen Pengampu : Prof. Dr. Rugaiyah, M.Pd dan Dr. Siti Nabilah, S.Sos.I, M.Pd.

PRODI SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kebijakan Utama Pendidikan
Indonesia (Jenis, Jalur, Jenjang dan Kurikulum Pendidikan) Termasuk Pendidikan Akademik
dan Vokasi” dengan baik dan tepat waktu. Tak lupa kami berterima kasih kepada Ibu Prof. Dr.
Rugaiyah, M.Pd. dan Dr. Siti Nabilah, S.Sos.I, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Wawasan
Pendidikan Universitas Negeri Jakarta yang telah memberikan tugas kepada kami, sehingga
dapat mempelajari pentingnya “Kebijakan Utama Pendidikan Indonesia (Jenis, Jalur, Jenjang
dan Kurikulum Pendidikan) Termasuk Pendidikan Akademik dan Vokasi”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Wawasan Pendidikan di
Universitas Negeri Jakarta. Selain itu, makalah ini dibuat untuk menambah wawasan serta
pengetahuan bagi kami selaku penyusun makalah dan juga para pembaca. Kami
mengucapkan terimakasih untuk seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung kami
dalam penyelesaian makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna.
Oleh sebab itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Sebelumnya, kami mohon maaf apabila ada kesalahan kata yang
kurang berkenan di hati para pembaca.

Jakarta, 20 Februari 2024

Kelompok 7

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
1.1. Latar Belakang................................................................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................................3
1.3. Tujuan..................................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN........................................................................................................................4
2.1 Jenis Pendidikan di Indonesia..............................................................................................4
2.1.2 Jalur Pendidikan di Indonesia...........................................................................................5
2.1.3 Jenjang dan Kurikulum Pendidikan di Indonesia termasuk akademik dan vokasi........................8
BAB III.....................................................................................................................................11
3.1. Kesimpulan........................................................................................................................11
3.2. Saran..................................................................................................................................12
3.3. Kritik.................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................13

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, telah diatur


mengenai kategori Pendidikan dengan tahapan yang jelas. Tahapan-tahapan ini berupa jalur,
jenjang dan jenis pendidikan yang diatur dalam ketentuan pasal 13-32 Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam UU ini diatur mengenai
dasar, fungsi, dan tujuan sistem pendidikan nasional; prinsip penyelenggaraan pendidikan;
hak dan kewajiban warga negara, orang tua, masyarakat, dan pemerintah; peserta didik; jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan; bahasa pengantar; dan wajib belajar. Selain itu diatur juga
mengenai standar nasional pendidikan; kurikulum; pendidik dan tenaga kependidikan; sarana
dan prasarana pendidikan; pendanaan pendidikan; pengelolaan pendidikan; peran serta
masyarakat dalam pendidikan; evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi; pendirian satuan
pendidikan; penyelenggaraan pendidikan oleh lembaga negara lain; pengawasan; dan
ketentuan pidana.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja jenis pendidikan di Indonesia?
2. Apa saja jalur pendidikan di Indonesia?
3. Apa saja jenjang dan kurikulum pendidikan di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan jenis pendidikan di Indonesia.
2. Menjelaskan jalur pendidikan di Indonesia.
3. Menjelaskan jenjang dan kurikulum pendidikan di Indonesia.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis Pendidikan di Indonesia

Jenis pendidikan menurut Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan
tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. Jenis pendidikan ini meliputi:

1. Pendidikan Umum: Pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan


pengetahuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Contohnya,
Sekolah Dasar (SD) mencakup kelas 1-6, Sekolah Menengah Pertama (SMP) ialah
jenjang pendidikan formal di Indonesia yang ditempuh setelah lulus SD atau sederajat.,
Sekolah Menengah Atas (SMA) yang ditempuh dalam waktu 3 tahun, yaitu mulai dari
kelas 10 sampai kelas 12.

2. Pendidikan Kejuruan: Pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama


untuk bekerja dalam bidang tertentu. Contohnya, SMK merupakan salah satu bentuk
satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang
pendidikan menengah sebagai kelanjutan dari SMP/MTs atau yang setara. SMK
seringkali disebut juga STM (Sekolah Teknik Menengah). Program-program keahlian
yang diajarkan di SMK meliputi: Penerbangan, Perkapalan, Tata Boga (Memasak), Tata
Rias (Kecantikan), Tata Busana (Desain Baju), Akuntansi, Administrasi, Perkantoran,
Multimedia, Rekayasa Perangkat Lunak, Desain Grafis, Perhotelan, Keperawatan,
Apoteker, Elektronik, Pertanian, Perikanan, Pengolahan Kayu, dan lain-lain. Selain itu,
terdapat Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK): di bawah binaan Menteri Agama yang
biasanya berada dalam ruang lingkup pondok pesantren.

3. Pendidikan Akademik: Pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang


diarahkan terutama kepada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu. Contohnya,
Pendidikan Akademik mencakup program pendidikan sarjana (S1), magister atau master
(S2) dan doktor (S3). Contoh: lulusan sarjana ekonomi bergelar S.E., sarjana kedokteran
mendapat gelar S.Med., sarjana teknik mendapat gelar S.T., sarjana hukum S.H. dan
sebagainya. Begitu juga dengan Magister dan Doktor (Dr.).

4. Pendidikan Profesi: Pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan


peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Contohnya,
Akuntan (Ak.), Konsultan Pajak (B.K.P.), Apoteker (Apt.), Dokter (dr.), Dokter gigi
(drg.), Dokter hewan (drh.), Perawat (Ners.), Psikologi (Psi.), Fisioterapi (Physo.),
Insinyur (Ir.), Pekerja Sosial (Peksos.), Guru (Gr.), Konselor (Kons.), Arsitek (Ar.),
Certified Public Accountant (CPA.), Chartered Accountant (CA.).

5. Pendidikan Vokasi: Pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki
pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana.
Contohnya, Diploma 1 (D1), Diploma 2 (D2), Diploma 3 (D3), Diploma 4 (D4).

4
6. Pendidikan Keagamaan: Pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan
peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan
tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama. Contohnya, Seminari Alkitab,
Sekolah Tinggi Theologia (STT), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah
(MTs), Madrasah Aliyah (MA), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), Pendidikan diniyah,
Pesantren, Pasraman

7. Pendidikan Khusus: Penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan


atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara
inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan
menengah. Contohnya, Pendidikan khusus, yang mencakup definisi dari berbagai istilah,
seperti kebutuhan khusus, luar biasa, impairment, disability, disorder. Contohnya, TKLB;
SDLB, SMPLB, dan SMALB

2.1.2 Jalur Pendidikan di Indonesia

Tingkat kualitas suatu negara dapat ditentukan oleh peran masyarakatnya dalam
berkontribusi membangun bangsa. Pendidikan yang baik dapat meningkatkan sumber daya
manusia (SDM). Pendidikan tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga
berpengaruh pada fasilitas yang ada di masyarakat. Selain itu, pendidikan juga merupakan
bagian dari budaya yang terstruktur dalam suatu masyarakat. Oleh karena itu,
penyelenggaraan pendidikan harus disesuaikan dengan karakteristik dan budaya masyarakat
tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Arwildayanto (2018) bahwa pendidikan menjadi
bagian dari seluruh kehidupan manusia dalam konteks sosialnya.

Pada peraturan UU no 20 tahun tentang sistem pendidikan nasional ( Pasal 12 ayat 1 )


dinyatakan pendidikan memiliki jalur formal, non formal dan informal. Terdapat 3 jalur
pendidikan di Indonesia, yaitu pendidikan formal, non-formal, dan informal. Pendidikan
formal merupakan jalur pendidikan terstruktur dalam jenjang pendidikan dasar, menengah,
dan tinggi seperti SD, SMP, SMA, dan seterusnya. Pendidikan non-formal adalah jalur
pendidikan di luar pendidikan formal yang tersusun secara sistematis dan berjenjang.
Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan yang diperoleh dari lingkungan
keluarga dan masyarakat tempat tinggal.

A. Pendidikan Formal
Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang umum di Indonesia, yaitu
pendidikan yang diselenggarakan secara terstruktur dan berjenjang seperti sekolah.
Pendidikan formal memiliki tingkatan mulai dari pendidikan dasar (SD), pendidikan
menengah (SMP dan SMA). Pada jalur pendidikan formal, jenjang pendidikannya sangat
terstruktur dan jelas, dimulai dari SD, SMP, hingga SMA.

Ciri-Ciri Pendidikan Formal :

5
1. Terdapat kurikulum yang terstruktur
2. Memiliki persyaratan tertentu
3. Materi yang dipakai bersifat akademik
4. Memakan waktu yang lama untuk proses pembelajaran
5. Tenaga pembimbing / guru memenuhi kualifikasi tertentu
6. Tempat pendidikan dari pemerintah atau swasta
7. Harus mengikuti ujian untuk peserta didik
8. Adanya peraturan berseragam
9. Saat selesai menempuh jenjang pendidikan atau melanjutkan ke jenjang
berikutnya membutuhkan ijazah sebagai peranan penting dalam penerimaan
peserta didik.

B. Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal adalah kegiatan pendidikan yang terorganisir di luar sistem
pendidikan formal. Pendidikan nonformal bertujuan untuk membantu peserta didik tertentu
mencapai tujuan belajarnya. Sebagian besar pendidikan informal berlangsung pada usia dini
seperti Taman Pendidikan Al-Quran di masjid-masjid dan sekolah minggu di gereja. Selain
itu terdapat berbagai kursus seperti musik, les, dan lain-lain.

Menurut Philip H. Coombs, pendidikan nonformal adalah kegiatan pendidikan


terorganisir yang berdiri sendiri atau menjadi bagian dari kegiatan yang lebih luas, di luar
sistem pendidikan formal, yang ditujukan untuk melayani peserta didik tertentu guna
mencapai tujuan belajarnya. Berkaitan dengan tujuan pembelajaran/pendidikan, pendidikan
nonformal memiliki tanggung jawab untuk mencapai tujuan yang bersifat sangat luas, dilihat
dari sifat, tingkat, dan cakupannya.

Ciri Ciri Pendidikan Non Formal :


1. Memiliki tujuan untuk mendapatkan keterampilan
2. Berfokus pada siswa bagaimana belajar mandiri, dapat mengontrol aktivitas belajar
3. Waktu pembelajaran tidak mempengaruhi
4. Kurikulum fleksibel dan biasanya peserta didik yang menentukan
5. Hubungan guru dan siswa bersifat mendatar
6. Ijazah tidak terlalu penting untuk penerimaan siswa

Contoh Pendidikan non formal :


1. Kelompok Belajar
2. Tempat untuk penitipan anak
3. Sanggar
4. Tempat Kursus
5. Majelis taklim
6. Lembaga pelatihan khusus

6
Asas Pendidikan Nonformal
1. Asas Prinsip Inovasi
Kebutuhan siswa harus diperhatikan dalam menyelenggarakan pendidikan nonformal.
Oleh karena itu, dalam mengembangkan inovasi, aspek-aspek seperti norma, nilai,
teknologi, dan metode perlu disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
2. Asas Prinsip-prinsip untuk menetapkan dan mengembangkan visi pendidikan
nonformal
Hal ini berkaitan dengan standar minimal yang dicapai siswa, dengan
mempertimbangkan berbagai jenis dan tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang dibutuhkan oleh anggota masyarakat, yaitu tentang menetapkan tujuan.
3. Asas Pokok-Pokok rencana dan mengembangkan Pendidikan Nonformal

Pendidikan Nonformal adalah sebagai berikut:

(1) Menyeluruh Artinya program atau kegiatan yang direncanakan harus sejalan
dengan tujuan di atas.
(2) Keterpaduan adalah suatu rencana yang meliputi program pendidikan formal
dan informal yang terkoordinasi sehingga jenis program pendidikannya selaras
satu sama lain.
(3) Pertimbangan aspek kuantitatif dan kualitatif Di bidang pendidikan nonformal,
kemampuan belajar dan bekerja perlu ditingkatkan secara kualitatif dan
kuantitatif.
(4) Sumber pemerintah dan informasi swasta atau pemerintah daerah Tinjauan
semua sumber yang tersedia atau terpercaya dalam bentuk integrasi dan
penggunaan semua sumber yang tersedia dari kedua sumber.

C. Pendidikan Informal
Pendidikan informal merupakan metode pendidikan yang berasal dari lingkungan
keluarga dan masyarakat tertentu terhadap kegiatan belajar individu yang dilaksanakan
dengan penuh tanggung jawab. Setelah lulus ujian kesetaraan, hasil pendidikan informal akan
diperlakukan setara dengan pendidikan formal dan nonformal sesuai standar nasional
pendidikan. Contoh pendidikan informal adalah suatu proses pembelajaran yang berasal dari
keluarga dan lingkungan sekitar.

Pemerintah memiliki alasan untuk memulai pendidikan informal adalah sebagai berikut:

- Memulai Pendidikan dengan Keluarga


- Pendidikan Informal juga telah disosialisasikan untuk menggapai tujuan pendidikan
nasional dimulai dari Keluarga
- Homeschooling: Formal tapi Informal
- Anak harus dibesarkan sejak lahir
- Kurikulum pendidikan usia dini

7
Selain itu, dibawah ini yang termasuk ciri ciri dari pendidikan informal adalah :

Ciri Ciri Pendidikan Informal :


1. Lingkungan keluarga dapat dilakukan khusus untuk pendidikan informal
2. Persyaratan khusus tidak berlaku
3. Tidak perlu untuk mengikuti ujian yang diselenggarakan
4. Keluarga dan lingkungan berperan penting dalam proses pendidikan
5. Tidak berlakunya kurikulum
6. Jenjang pendidikan / tingkat pendidikan tidak berlaku dalam pendidikan informal
7. Pendidikan informal dilakukan tanpa adanya batasan waktu dan ruang
8. Guru pada pendidikan informal adalah orang tua
9. Dalam pendidikan informal tidak adanya sistem manajemen yang terstruktur
10. Tidak dibutuhkannya ijazah

2.1.3 Jenjang dan Kurikulum Pendidikan di Indonesia Termasuk Akademik dan Vokasi

A. Jenjang Pendidikan di Indonesia

Di Indonesia, pembahasan tentang jenjang pendidikan telah tertulis dalam


Undang-undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 Bab IV Pasal 13 Ayat 1. Selain itu, ada
pula tambahan penjelasan pada UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab | Pasal 1 Ayat 8 yang
mana berisi jenjang pendidikan merupakan tingkat pendidikan yang dikukuhkan
berlandaskan level perkembangan siswa dengan tujuan pengembangan keterampilan.
Pendidikan di Indonesia memiliki beberapa jenjang pendidikan formal yang
dibagi menjadi 4 jenjang, antara lain pendidikan usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Pada bulan Juni 2015, Indonesia telah menetapkan masa pendidikan wajib di
negara Republik Indonesia selama 12 tahun terhitung dari jenjang Sekolah Dasar.
jenjang pendidikan dan pembagian tingkatannya yang sudah diterapkan di
Indonesia:
1. Pendidikan Anak Usia Dini
Menurut UU No 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 14 Tentang Pendidikan
Nasional, PAUD atau Pendidikan Anak Usia Dini adalah salah satu usaha
pembimbingan yang mengarah pada anak dari mulai usia awal sampai mencapai
enam tahun.
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu cara menstimulasi pendidikan
yang bersangkutan dengan pengembangan, perubahan, dan progress. Hal ini
bertujuan agar anak dapat memperoleh kesiapan jasmani dan juga rohani untuk
menempuh jenjang pendidikan selanjutnya.
2. Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar

8
Jenjang pendidikan sekolah dasar merupakan level pendidikan yang
disiapkan untuk tahap perkembangan serta pertumbuhan anak. Harapannya agar
di kemudian hari anak dapat bersaing dan melaksanakan pendidikan di jenjang
sekolah menengah dengan baik dan optimal.
Pendidikan sekolah dasar ini dapat berupa lembaga dalam bentuk yang
beragam, seperti bentuk SD (Sekolah Dasar) dan MI (Madrasah Ibtidaiyah)
hingga SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan MTs (Madrasah Tsanawiyah).
Di tahap pendidikan ini, siswa akan menjalani pendidikan selama 9 tahun.
Pendidikan dimulai dari pendidikan sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6
SD/MI, lalu dilanjutkan ke kelas 7 hingga kelas 9 SMP/MTs.

3. Jenjang Pendidikan Sekolah Menengah


Tahap lanjutan dari jenjang pendidikan sekolah dasar adalah jenjang
sekolah menengah. Di tahap ini terdapat pilihan berupa SMK (Sekolah
Menengah Kejuruan), SMA (Sekolah Menengah Atas), dan Madrasah Aliyah
(MA).
Pada tahap ini, anak atau siswa akan dipersiapkan dengan matang agar
dapat memperoleh pekerjaan ataupun pendidikan di tahap lanjutan, yaitu jenjang
pendidikan tinggi setelah menyelesaikan pendidikan sekolah menengah.
Selain itu, di jenjang pendidikan ini anak juga dapat memilih untuk
melanjutkan studinya ataupun langsung turun ke dunia kerja.

4. Jenjang Pendidikan Tinggi


Pada tingkatan atau level ini, siswa akan dihadapkan dengan pilihan bidang
studi yang ingin mereka dalami. Mulai dari diploma (D3), sarjana (S1), magister
(S2), spesialis, dan juga doktor. Program pendidikan yang akan dijalankan juga
berbeda-beda menyesuaikan dengan bidang studi yang dipilih.
Tujuan jenjang pendidikan tinggi adalah untuk mencetak siswa atau peserta
didik menjadi individu yang berguna bagi masyarakat dan mampu meraih
potensi yang terdapat dalam diri masing-masing.

B. Kurikulum Pendidikan di Indonesia

Kurikulum adalah sekumpulan rencana dan pengaturan yang berkaitan dengan


tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mengarahkan
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu (UU No. 20 Tahun 2003).
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia mendorong dan mendukung pengembangan
kerangka kualifikasi untuk lulusan pendidikan tinggi, yang kemudian dikenal sebagai
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Ini akan menjadi tonggak baru
dalam sejarah pendidikan tinggi Indonesia untuk menghasilkan sumber daya manusia
berkualitas tinggi.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia mendorong dan mendukung pengembangan

9
kerangka kualifikasi untuk kualifikasi lulusan pendidikan di Indonesia. Ini menjadi
tonggak baru dalam sejarah pendidikan tinggi Indonesia untuk menghasilkan sumber
daya manusia berkualitas tinggi.

1. Kurikulum Pendidikan Akademik di Indonesia


Pendidikan akademik didukung oleh kurikulum, sumber daya manusia, sarana
prasarana, dan program praktik profesi lapangan. Kurikulum, menurut Syaodih
(1996:7), adalah suatu sistem yang mencakup semua kebijakan yang diperlukan untuk
mengembangkan, mengevaluasi, dan menyempurnakan kurikulum agar tetap dinamis.
Menurut Sanjaya (2008: 4), kurikulum secara konseptual terdiri dari tiga aspek: mata
pelajaran, pengalaman belajar, dan perencanaan program pembelajaran.
Standar kualifikasi akademik dicapai melalui pendidikan akademik (S1) yang
dinyatakan dengan gelar sarjana (S1) atau Diploma Empat (D4) yang sesuai dengan
mata pelajaran yang diampunya. Kurikulum pendidikan S1 terdiri atas delapan
rumpun mata kuliah, yaitu: (1) mata kuliah umum (MKU) terdiri atas 15 mata kuliah
dan wajib mengambil tujuh mata kuliah dengan bobot 14 SKS; (2) mata kuliah
keahlian profesi (MKKP) terdiri atas lima mata kuliah dengan bobot 12 SKS; (3) mata
kuliah dasar profesi (MKDP) terdiri atas lima mata kuliah dengan bobot 12 SKS; (3)
mata kuliah latihan profesi (MKLP) satu mata kuliah dengan bobotempat SKS; (5)
mata kuliah keahlian fakultas (MKKF) terdiri atas tiga mata kuliah dan wajib
mengambil dua mata kuliah dengan bobotenam SKS; (6) mata kuliah keahlian
program studi (MKKPS) terdiri atas 33 mata kuliah dengan 84 SKS; (7) mata kuliah
perluasan pendalaman (MKPP) terdiri atas 11 mata kuliah dan wajib mengambil
delapan mata kuliah dengan bobot 16 SKS; dan (8) mata kuliahkemampuan tambahan
(MKKT) terdiri atas delapan mata kuliah dengan bobot 19 SKS, yang diperuntukan
bagi mahasiswa di luar jurusan/program studi.
Menggabungkan mata kuliah bidang keilmuan pedagogi dengan mata kuliah
bidang studi memastikan bahwa lulusan memiliki penguasaan kompetensi akademik
yang seimbang. Perangkat kurikulum terdiri dari standar kompetensi, kompetensi
dasar, dan standar kompetensi lulusan, silabus, rencana perkuliahan (SAP), handout,
media dan alat belajar, sumber belajar, instrumen penilaian dan prosedur penilaian,
dan penentuan standar kelulusan. Hal ini menunjukkan bahwa struktur dan isi
kurikulum memengaruhi pengembangan kurikulum pada tataran mikro, yang
bergantung pada hasil pengembangan kurikulum secara makro (Sanjaya, 2008).
Struktur dan isi kurikulum program pendidikan S1 belum dirancang untuk memenuhi
kebutuhan lapangan, sebagian besar mengakomodasi standar isi mata pelajaran SMA.
Pengembangan kurikulum pendidikan S1, baik secara makro maupun mikro
dan sebagai suatu sistem adalah bermuatan subsatansial, bermuatan matakuliah,
memberikan pengalaman belajar, dan bermuatan perencanaan program pembelajaran
yang bersifat dinamis melalui pengembangan, penerapan, evaluasi, dan
penyempurnaannya.
Kurikulum yang berlaku di Indonesia sering dianggap terlalu ketat dan
berpusat pada konten. Tidak banyak kesempatan untuk benar-benar memahami materi
dan merenungkan apa yang Anda pelajari. Selain itu, isi kurikulum dianggap terlalu

10
teoritis sehingga sulit bagi guru untuk memasukkannya ke dalam materi pembelajaran
dan aktivitas di kelas. Jenis kurikulum menjadi salah satu perubahan dalam kebijakan
Merdeka Belajar. Dalam hal pedagogi, kebijakan belajar bebas akan beralih dari
pendekatan standarisasi ke pendekatan heterogen yang lebih lengkap, yang akan
memungkinkan guru dan siswa mengeksplorasi spektrum pengetahuan yang terus
berkembang.

2. Kurikulum Pendidikan Vokasi di Indonesia


Kurikulum pendidikan vokasi di Indonesia mengacu pada penyelenggaraan
pendidikan yang menekankan pada penguasaan keterampilan dan pengetahuan
praktis yang relevan dengan dunia kerja. Kurikulum ini dirancang untuk
mempersiapkan peserta didik agar siap terjun langsung ke dunia kerja setelah lulus.
Pada tingkat pendidikan menengah, terdapat program keahlian vokasi di sekolah
menengah kejuruan (SMK) yang menawarkan beragam program studi sesuai dengan
kebutuhan industri dan pasar kerja. Sedangkan di tingkat pendidikan tinggi, terdapat
perguruan tinggi vokasi yang menawarkan program sarjana vokasi dengan
kurikulum yang menggabungkan teori dan praktik secara menyeluruh. Kurikulum
pendidikan vokasi di Indonesia terus mengalami pengembangan untuk menjawab
tuntutan pasar kerja yang terus berubah.
Perguruan tinggi vokasi berperan secara strategis dalam menyiapkan tenaga
kerja muda untuk industri, usaha, atau bahkan wiraswastawan. Pendidikan akademik,
vokasi, dan profesi memiliki cara yang sama untuk menyusun kurikulum. Ketiga jenis
pendidikan tinggi ini memiliki kurikulum yang berbeda, tergantung pada isi atau
substansi dari setiap tahapannya. Proses penyusunan KPT (Kurikulum Pendidikan
Tinggi) termasuk:
1. Membuat Profil Lulusan dan Capaian Pembelajaran (CP)
2. Memilih dan merangkai Bahan Kajian
3. Menentukan Struktur Kurikulum, Mata Kuliah, dan SKS
4. Membangun Strategi Pembelajaran
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dan standar internasional
lainnya telah digunakan dalam penyusunan kurikulum saat ini. Kebijakan pengembangan
vokasi Indonesia 2017–2025 mencakup kurikulum yang terlalu umum untuk sekolah vokasi
(Afrina, Eka, dkk., 2018). Kebijakan tersebut menunjukkan kurikulum yang luas untuk
sekolah vokasi, yang menunjukkan bahwa kurikulum saat ini mengalami masalah. Oleh
karena itu, kurikulum harus diperbaiki dengan hati-hati agar sesuai.
Menurut Sudira (2018:278), kurikulum pendidikan vokasi terdiri dari pedoman untuk
program pengembangan kompetensi kerja lulusan yang sesuai dengan standar dunia kerja.
Kurikulum TVET adalah program pembelajaran yang lengkap yang mencakup landasan
filosofis program, profil kompetensi lulusan, standar kompetensi lulusan, capaian
pembelajaran, struktur mata pelajaran, deskripsi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran,
modul pembelajaran, kertas lab, kertas kerja, alat penilaian, uji kompetensi, dan sertifikasi
kompetensi.
Redesign kurikulum harus berfokus pada kompetensi karena pendidikan vokasi
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan lapangan kerja. Dengan kata lain, acuan utama untuk

11
pengembangan kurikulum adalah analisis kebutuhan tenaga kerja saat ini dan proyeksi masa
depan dalam konteks pertumbuhan industri dan bisnis yang diharapkan memanfaatkan
sumber daya alam.
Selain itu, masukan untuk perancangan ulang kurikulum vokasi diperoleh dari
evaluasi pembelajaran sebagai pelaksanaan kurikulum saat ini berdasarkan pencapaian, yang
bahkan melampaui standar kompetensi lulusan dengan fokus pada standar isi, proses, dan
penilaian. Hasil dari semua ini akan digunakan untuk membangun kurikulum, yang dapat
mencakup perubahan atau perancangan ulang.

12
BAB III

Kesimpulan

Pendidikan merupakan hak segala bangsa, sebagaimana dalam Undang- Undang


Dasar 1945 Pasal 31 ayat (1) setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. (2) setiap
warga negara wajib mengikuti pendidikan dan pemerintah wajib membiayainya. Hal ini
sebagai jembatan setiap warga negara agar memperoleh pendidikan yang layak. Jenis
pendidikan menurut Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan
suatu satuan pendidikan. Menurut peraturan UU no 20 tahun tentang sistem pendidikan
nasional ( Pasal 12 ayat 1 ) dinyatakan pendidikan memiliki jalur formal, non formal dan
informal. Terdapat 3 jalur pendidikan di Indonesia, yaitu pendidikan formal, non-formal, dan
informal. Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan terstruktur dalam jenjang
pendidikan dasar, menengah, dan tinggi seperti SD, SMP, SMA, dan seterusnya. Pendidikan
non-formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang tersusun secara sistematis
dan berjenjang. Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan yang diperoleh dari
lingkungan keluarga dan masyarakat tempat tinggal. Di Indonesia, pembahasan tentang
jenjang pendidikan telah tertulis dalam Undang-undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 Bab IV
Pasal 13 Ayat 1. Selain itu, ada pula tambahan penjelasan pada UU Nomor 20 Tahun 2003
Bab | Pasal 1 Ayat 8 yang mana berisi jenjang pendidikan merupakan tingkat pendidikan yang
dikukuhkan berlandaskan level perkembangan siswa dengan tujuan pengembangan
keterampilan. Kurikulum merupakan sekumpulan rencana dan pengaturan yang berkaitan
dengan tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mengarahkan
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu (UU No. 20 Tahun 2003).

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dari hasil pemaparan diatas, pada dasarnya
penelitian ini berjalan baik. Namun bukan suatu kekeliruan apabila penulis ingin
mengemukakan beberapa saran yang mudah-mudahan bermanfaat bagi kemajuan
pengetahuan Wawasan Pendidikan dalam hal ini mengenai jenis pendidikan, jalur pendidikan,
jenjang pendidikan dan kurikulum pendidikan. Adapun saran dari penulis meliputi :

a. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan
terkait dengan jenis pendidikan, jalur pendidikan, jenjang pendidikan dan kurikulum
Pendidikan di Indonesia dalam Wawasan Pendidikan. Khususnya yang berminat untuk
mengetahui lebih jauh tentang bidang tersebut.

b. Diharapkan pula penulis dapat mengkaji lebih banyak sumber maupun referensi yang
terkait dengan penelitian yang telah dipaparkan dalam makalah ini. Kedepannya penulis
dapat mengembangkan isi makalah menjadi lebih lengkap dan luas sehingga hasilnya
dapat dinikmati lebih baik oleh pembaca.

13
Kritik

Demikian makalah berjudul “Makalah Sistem Pendidikan Indonesia” telah kami selesaikan
guna memenuhi tugas mata kuliah Wawasan Pendidikan. Penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat untuk para pembaca dalam memahami jenis pendidikan, jalur pendidikan, jenjang
pendidikan dan kurikulum Pendidikan di Indonesia. Apabila ada penyusunan atau kesalahan
dalam penggunaan kata, mohon dimaafkan. Penulis sangat terbuka dengan kritik dan saran
yang membangun demi berkembangnya makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, F. Z., Setiawan, F., Hariadi, D., & Setianingsih, F. N. (2022). Transformasi Kebijakan
Kurikulum Pendidikan di Indonesia Sebagai Landasan Pengelolaan Pendidikan.
Attractive: Innovative Education Journal, 4(2), 217-228.

Kaimuddin, K. (2015). Pengembangan kurikulum pendidikan tinggi. Al-Ta'dib, 8(1), 19-38.

KEBUDAYAAN, K. P. D. (2014). Buku Kurikulum Pendidikan Tinggi. Jakarta: Direktorat


Pembelajaran dan Kemahasiswaan Pendidikan Tinggi dan Kebudayaan.

Ningrum, E. (2016). Membangun sinergi pendidikan akademik (S1) dan pendidikan profesi
guru (PPG). Jurnal Geografi Gea, 12(2).

Muhammad Indra Astrawan. (2023). Kebijakan Pendidikan di Indonesia Ditinjau dari


Sustainable Development Goals.
https://bem-fpsi.umm.ac.id/id/berita/kebijakan-pendidikan-di-indonesia-ditinjau-dari-
sustainable-development-goals.html

Pijarsekolah.id. (2021). Pendidikan – 3 Jalur pendidikan Formal, Non Formal dan Informal.
https://pijarsekolah.id/blog/pendidikan-3-jalur-pendidikan-formal-non-formal-dan-inf
ormal/

TINGGI, T. D. P. Panduan penyusunan kurikulum pendidikan vokasi.

Tim CNN. (2022, 8 Desember). Pengertian Konjungsi, Macam-Macam, dan Contohnya


dalam Kalimat. CNN Indonesia. Diakses pada 27 November 2023 melalui
https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20221201122647-569-881326/pengertian-kon
jungsi-macam-macam-dan-contohnya-dalam-kalimat.

JENJANG PENDIDIKAN DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG


https://www.linovhr.com/jenjang-pendidikan/

Universitas Negeri Malang. (2015). Sistem Pendidikan Nasional.


https://fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/13_Sisdiknas.pdf

Wardina, U. V., Jalinus, N., & Asnur, L. (2019). Kurikulum pendidikan vokasi pada era
revolusi industri 4.0. Jurnal Pendidikan, 20(1), 82-90.

15

Anda mungkin juga menyukai