Anda di halaman 1dari 29

PENILAIAN DALAM PERSPEKTIF

STANDAR PERKEMBANGAN ANAK


USIA DINI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


SABILI BANDUNG

Dosen Pembimbing:
Dra Hj Endang Yanuartini Rahayu, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 5:


Saras Desita
Erna Setiya Asih
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................2
PENDAHULUAN................................................................................................3
PENILAIAN DALAM PERSPEKTIF STANDAR PERKEMBANGAN ANAK
USIA DINI............................................................................................................4
A. Pengertian Penilaian Perkembangan AUD:.................................................4
B. Tujuan Penilaian Perkembangan AUD:.......................................................4
C. Fungsi Penilaian Pekembangan AUD:.........................................................4
D. Cara Penilaian:.............................................................................................4
E. Bentuk Laporan Penilaian:...........................................................................6
E. Teknik Pelaporan:.........................................................................................9
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI..........................10
A. Pandangan Tentang Anak Usia Dini..........................................................10
B. Teori Perkembangan Anak Usia Dini........................................................10
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Usia Dini.........................................................................................................13
D. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini............................................16
KARAKTERISTIK LINGKUNGAN BELAJAR..............................................21
A. Karakteristik Lingkungan Belajar Anak Usia Dini....................................21
B. Persyaratan Dalam Menata Lingkungan Belajar Anak Usia Dini..............23
KONSIDERASI PENILAIAN............................................................................23
PENGEMBANGAN PROGRAM PENILAIAN PERKEMBANGAN AUD....24
PERTIMBANGAN KUALITAS DAN KEGUNAAN PENILAIAN
PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI...........................................................26
A. Pertimbangan Kualitas Penilaian Perkembangan AUD.............................26
B. Kegunaan Penilaian Perkembangan AUD.................................................27
KESIMPULAN...................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................29

2
PENDAHULUAN

Setiap anak memiliki karakteristik dan irama perkembangan sendiri-


sendiri. Pada setiap anak, tidak hanya berkembang kemampuan fisik tetapi juga
berkembang kemampuan berfikir/kognitif, bahasa, sosial maupun
emosionalnya.
Ketika bayi, anak baru bisa belajar berjalan, tetapi sesudah melewati
beberapa masa, anak bisa berlari, bermain bola bahkan memanjat pohon atau
papan titian. Asalnya anak tidak tahu jenis-jenis warna yang seringkali ditemui
di lingkungannya, setelah menginjak usia tertentu anak tahu ada warna merah,
putih, biru atau kuning. Ketika masa bayi, bila anak menginginkan sesuatu
hanya bisa diungkapkan melalui tangisan, tapi dengan perubahan waktu anak
dapat mengatakan ”ma-ma” atau ”papa”. Demikian juga ketika bayi, anak hanya
bisa menangis dan berhubungan dengan anggota keluarganya saja, tetapi
kemudian anak dapat menunjukkan rasa marah bila mainannya direbut orang
lain atau anak mampu bermain dengan teman-teman sebayanya.
Perkembangan yang ditunjukkan oleh anak selayaknya diketahui oleh
pendidik dan pendidik perlu melakukan penilaian pada setiap perubahan
perkembangan anak sehingga pendidik dapat mengetahui apakah anak telah
berkembang secara wajar atau membutuhkan perhatian khusus.

3
PENILAIAN DALAM PERSPEKTIF STANDAR
PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

A. Pengertian Penilaian Perkembangan AUD:


Penilaian perkembangan anak usia dini merupakan suatu upaya yang dilakukan
pendidik dalam mengumpulkan dan menafsirkan berbagai perkembangan yang
ditunjukkan anak selama proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara
menyeluruh dan berkelanjutan. Menyeluruh artinya pendidik tidak hanya
menilai salah satu kemampuan saja, misalnya kemampuan fisiknya saja, atau
menilai kemampuan berfikir/kognitifnya saja, tetapi pendidik menilai semua
perkembangan yang ditunjukkan anak baik kemampuan fisik, berfikir/kognitif,
bahasa, sosial maupun emosionalnya. Berkelanjutan artinya pendidik tidak
hanya melakukan penilaian satu atau dua kali, tetapi secara terus menerus.
Perubahan kemampuan apa saja yang ditunjukkan anak, dari satu waktu ke
waktu berikutnya perlu mendapat perhatian.

B. Tujuan Penilaian Perkembangan AUD:


Penilaian dilakukan agar pendidik dapat mengetahui setiap perkembangan yang
terjadi pada setiap anak yang dididiknya, apakah anak berkembang secara wajar
atau mungkin anak mengalami kesulitan dalam satu perkembangan tertentu.

C. Fungsi Penilaian Pekembangan AUD:


Penilaian perkembangan AUD memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah :
1. Sebagai umpan balik bagi pendidik dalam memperbaiki proses
pembelajaran yang telah dilakukannya. Ketidakmampuan anak
menunjukkan perubahan perkembangan ke arah yang lebih baik mungkin
saja disebabkan karena pendidik kurang tepat dalam memberikan
stimulasi yang bermakna pada anak.
2. Sebagai bahan pertimbangan pendidik dalam menempatkan anak pada
kegiatan kegiatan yang lebih diminati anak. Satu waktu pendidik
memandang anak perlu diberi kegiatan pembelajaran yang sifatnya
klasikal (bersama-sama), padahal mungkin ada anak yang tidak menyukai
kegiatan yang diberikan pendidik, sehingga pendidik perlu memilih
kegiatan yang lebih tepat sesuai minat anak.
3. Sebagai bahan informasi bagi orang tua tentang berbagai perkembangan
yang telah ditunjukkan anak sehingga diharapkan orang tua dapat
memberikan perhatian yang lebih baik terhadap anaknya.

D. Cara Penilaian:
Penilaian dapat dilakukan dengan mengamati setiap perkembangan yang
ditunjukkan oleh anak. Pada perkembangan fisik, pendidik dapat melihat apakah
anak sudah mampu melakukan berbagai aktivitas yang berkaitan dengan
4
kemampuan fisiknya, misal anak dapat bermain bola dengan baik, anak dapat
naik papan titian tanpa jatuh, dsbnya. Pada perkembangan berfikir/kognitif,
apakah anak dapat menghitung beberapa buah biji kelereng dengan benar,
apakah anak dapat menuliskan namanya sendiri dengan benar, dsbnya.
Demikian pula pada perkembangan sosial-emosional, apakah anak dapat
bekerjasama dengan baik dengan teman sebayanya ataukah anak menunjukkan
sikap bermusuhan. Apakah anak dapat menahan marah bila mainannya direbut
teman, atau bahkan berbalik menyerang temannya. Hasil pengamatan yang
dilakukan pendidik terhadap perubahan yang ditunjukkan anak dapat dicatat
dalam buku perkembangan anak yang dibuat oleh pendidik sendiri, hal ini
dilakukan agar guru memiliki catatan tertulis setiap perkembangan yang
ditunjukkan anak. Dengan catatan tertulis, pendidik akan lebih mudah
memberikan penilaian perkembangan anak.

Dalam melakukan pencatatan, identitas anak yang diamati, waktu pengamatan,


serta hasil pengamatan perlu senantiasa ada dalam catatan tertulis. Hal ini
dilakukan agar pendidik benar-benar dapat memiliki dokumen perkembangan
anak secara riil dan dalam memberikan laporan penilaian, memiliki dokumen
tertulis sehingga pendidik tidak akan mengalami kesulitan saat membuat
laporan penilaian.
Contoh catatan yang dapat dibuat dan digunakan pendidik sebagaimana di
bawah ini.

Catatan Harian Perkembangan Anak

Nama anak : ..........................................................................


Usia : ..........................................................................
Hari/tanggal : ..........................................................................
Nama pendidik : ..........................................................................

Perkembangan Anak :
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................

5
Catatan harian perkembangan ini dapat dikumpulkan pendidik dalam kurun
waktu tertentu dan nanti bila sudah saat pendidik membuat laporan penilaian,
pendidik perlu menganalisa kembali bagaimana perubahan atau perkembangan
yang telah ditunjukkan oleh anak didik. Apakah anak cenderung menunjukkan

perubahan ke arah yang lebih baik atau bahkan ditemukan adanya masalah atau
hambatan perkembangan yang ditunjukkan anak selama proses pembelajaran.

Informasi/dokumentasi perubahan perkembangan ini oleh pendidik dirangkum


menjadi suatu bentuk laporan penilaian perkembangan anak. Perkembangan
kemampuan yang ditunjukkan anak dan masalah/hambatan yang ditunjukkan
anak selama proses pembelajaran berlangsung dituangkan dalam laporan
penilaian perkembangan anak.

E. Bentuk Laporan Penilaian:


Laporan penilaian merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban pendidik
terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukannya. Laporan penilaian
memuat perkembangan yang telah ditunjukkan anak dalam satu waktu
pembelajaran

Laporan penilaian dibuat dalam bentuk uraian (deskripsi) dimana pendidik


menguraikan berbagai perkembangan anak baik perkembangan fisik,
berfikir/kognitif, bahasa, sosial emosionalnya maupun hal-hal yang masih perlu
mendapat perhatian dan bimbingan. Hal yang perlu dilaporkan dituangkan
dalam buku laporan perkembangan.

Adapun Aspek-aspek yang perlu ada dalam buku laporan diantaranya adalah:

1. Identitas anak (nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama, alamat,
nama orang tua, alamat orang tua, pekerjaan orang tua)
2. Identitas lembaga penyelenggara kegiatan pembelajaran (misalnya: nama
kelompok bermain, tempat penitipan anak, dsb)
3. Identitas tempat diselenggarakannya kegiatan pembelajaran (nama
desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota)

Uraian hasil penilaian perkembangan anak (uraian dapat dilakukan dalam satu
kolom bersama-sama tentang perkembangan fisik, berfikir/kognitif, bahasa,
social maupun emosional, atau masing-masing perkembangan ada dalam kolom
yang terpisah).

6
Contoh laporan perkembangan anak :

(Lembar Identitas Laporan Perkembangan Anak di halaman depan)

Nama anak :...............................................................


Nama (Kober atau TPA atau lainnya) : ..............................................................
Alamat (Kober atau TPA atau lainnya) : ..............................................................
Desa/Kelurahan : ..............................................................
Kecamatan : ..............................................................
Kabupaten/Kota : ..............................................................

Pada halaman berikutnya.

Keterangan Diri Anak

Nama anak : ...................................................................................


Jenis kelamin : ...................................................................................
Tempat tanggal lahir : ...................................................................................
Agama : ...................................................................................
Alamat : ..................................................................................
Nama orang tua/wali : ...................................................................................
Alamat orang tua/wali : ...................................................................................
Pekerjaan orang tua/wali : ...................................................................................

.....................................20...........
Pendidik

(.............................)

7
Uraian Perkembangan Anak

Nama anak : ...............................................................


Semester : ...............................................................

Perkembangan Kemampuan Fisik, Berfikir/Kognitif, Bahasa, Sosial, Emosional

…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………

.....................................20...........

Mengetahui
Orang tua/wali Pendidik

(.................................) (.................................)

8
E. Teknik Pelaporan:
Laporan perkembangan anak disampaikan oleh pendidik kepada orang tua. Cara
penyampaiannya dilakukan secara tertulis dan lisan (tatap muka). Laporan tertulis
yang sudah diisi oleh pendidik tentang perkembangan yang telah ditunjukkan anak
diserahkan kepada orang tua, namun selain itu, pendidik juga perlu bertemu secara
langsung (bertatap muka) dengan orang tua.

Bertemu langsung dengan orang tua dimaksudkan agar pendidik dapat lebih
memberikan penjelasan atau gambaran perkembangan anak dan masalah/hambatan
yang perlu mendapat perhatian dan bimbingan orang tua di rumah. Dengan
bertemu secara langsung, pendidik juga dapat mendorong orang tua untuk lebih
meningkatkan kerjasama membina anak-anaknya.

9
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

A. Pandangan Tentang Anak Usia Dini


Anak merupakan individu yang sedang menjalani proses dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. Proses ini yang kemudian menentukan bagaimana anak
menjalani kehidupan dewasa selanjutnya. Anak adalah keturunan yang kedua
setelah ibu bapak atau manusia yang masih kecil. Berkisar usia 3 sampai 6 tahun
(Hadi Subrata, 1988: 69). Ki Hajar Dewantara (1962: 20) menyatakan bahwa anak
sebagai kodrat alam memiliki pembawaan masing-masing dan sebagai individu
yang memiliki potensi untuk menemukan pengetahuan, secara tidak langsung akan
memberikan peluang agar potensi yang dimiliki anak dapat berkembang secara
optimal.

Sepanjang sejarah pun para ahli mempunyai pandangan yang beragam tentang
anak. Ada tiga pandangan filosofis dari Eropa yang berpengaruh dalam istilah
menggambarkan anak-anak :

1. Pada abad pertengahan, pandangan dosa asal (original sin view) yang secara
khusus muncul selama abad pertengahan. Anak-anak dipandang lahir ke dunia ini
sebagai makhluk jahat. Tujuan dari merawat anak adalah memberikan
penyelamatan, menghapus dosa dari kehidupan si anak.

2. Mendekati akhir abad ke-17, pandangan tabularasa dicetuskan oleh ahli filosofi
Inggris John Lock. Ia membantah bahwa anak-anak tidak buruk sejak lahir,
melainkan seperti “papan kosong”. Lock percaya bahwa pengalaman masa kanak-
kanak sangat menentukan karakteristik seseorang ketika dewasa. Ia menyarankan
para orang tua untuk menghabiskan waktu bersama anak-anak mereka dan
membantu mereka menjadi anggota masyarakat yang berguna.

3. Pada abad ke-18, pandangan kebaikan alami (innate goodness view) ditawarkan
oleh ahli filosofi Prancis kelahiran Swiss Jean-Jacques Rousseau. Ia menekankan
bahwa anak-anak pada dasarnya baik. karena anak-anak pada dasarnya baik, maka
mereka seharusnya diizinkan tumbuh secara alami dengan seminimal mungkin
pengawasan atau batasan dari orang tua.

B. Teori Perkembangan Anak Usia Dini


Keragaman teori perkembangan dapat dilihat dari pemikiran berbagai sudut
pandang para ahli. Ada lima perspektif teoritis utama dalam perkembangan, yaitu
psikoanalisis, kognitif, perilaku dan sosio-kognitif, etologi, dan ekologis.
Pendekatan teoritis tersebut sama-sama meneliti tiga proses utama dalam
10
perkembangan anak di tingkat yang berbeda-beda, yaitu biologis, didaktis dan
psikologis.

1. Teori Psikoanalisis

Teori psikoanalisis menggambarkan perkembangan sebagai sesuatu yang biasanya


tidak disadari (di luar kesadaran) dan diwarnai oleh emosi. Ahli teori psikoanalisis
percaya bahwa perilaku hanyalah sebuah karakteristik permukaan dan bahwa
pemahaman yang sebenarnya mengenai perkembangan hanya didapat dengan
menganalisis makna simbolis perilaku dan kerja pikiran yang dalam. Ahli
psikoanalisis juga menekankan bahwa pengalaman dini dengan orang tua secara
signifikan membentuk perkembangan. Karakteristik ini ditekankan dalam teori
psikoanalisis dari Sigmund Freud.

Sigmund Frued memandang manusia sebagai makhluk biologis yang kompleks,


baik dalam hal sosial, emosional dan juga sebagai suatu organisme yang dapat
berpikir. Di dalam terminologinya mengatakan bahwa anak-anak bergerak melalui
langkah-langkah yang berbeda dengan tujuan untuk mencari kepuasan yang berasal
dari sumber berbeda, di mana mereka juga harus berusaha menyeimbangkan
keadaan tersebut dengan harapan orang tua. Konflik yang timbul antara kebutuhan
akan kepuasan dan penindasan dapat berguna untuk memuaskan dan juga
menciptakan ketertarikan. Kebanyakan orang belajar untuk mengendalikan
perasaan mereka dan juga berusaha agar dapat diterima dalam lingkungan sosial
serta untuk mengintegrasikan diri mereka.

2. Teori Kognitif

Teori kognitif meyakini bahwa pembelajaran terjadi saat anak berusaha memahami
dunia di sekeliling mereka, anak membangun pemahaman mereka sendiri terhadap
dunia sekitar dan pembelajaran menjadi proses interaktif yang melibatkan teman
sebaya, orang dewasa dan lingkungan. Setiap anak membangun pengetahuan
mereka sendiri berkat pengalaman-pengalaman dan interaksi aktif dengan
lingkungan sekitar dan budaya di mana mereka berada melalui bermain. Piaget
sebagai tokoh aliran ini menganggap bahwa perkembangan kognitif terjadi ketika
anak sudah membangun pengetahuan melalui eksplorasi aktif dan penyelidikan
pada lingkungan fisik dan sosial di lingkungan sekitar. Piaget percaya bahwa kita
beradaptasi dalam dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi saat
anak menggabungkan informasi ke dalam pengetahuan yang telah mereka miliki.
Akomodasi terjadi bila anak menyesuaikan pengetahuan mereka agar cocok
dengan informasi dan pengalaman baru.

Sedangkan Lev Vygotsky berpendapat bahwa pengetahuan tidak diperoleh dengan


cara dialihkan dari orang lain, melainkan merupakan sesuatu yang dibangun dan
diciptakan oleh anak. Vygotsky yakin bahwa belajar merupakan suatu proses yang

11
tidak dapat dipaksa dari luar karena anak adalah pembelajar aktif dan memiliki
struktur psikologis yang mengendalikan perilaku belajarnya.

3. Teori Perilaku dan Sosial-kognitif

Teori perilaku dan sosial-kognitif merupakan pandangan psikolog yang


menekankan bahwa perilaku, lingkungan dan kognisi faktor kunci dalam
perkembangan. Teori ini terkait dengan bagaimana anak-anak berkembang secara
sosial, emosional, dan intelektual, tetapi tidak menjelaskan tentang perkembangan
fisik karena banyak orang yang menyetujui bahwa perkembangan fisik berkaitan
dengan genetika (keturunan) yang ditentukan berdasarkan gen dari kedua orang
tuanya, sehingga dengan demikian tidak mempengaruhi perilaku anak. Tiga versi
pendekatan perilaku dan sosial-kognotif ini adalah classical conditioning dari
Pavlov (sebuah stimulus netral memperoleh kemampuan untuk menghasilkan
sebuah respon yang tadinya dihasilkan oleh stimulus lain), operant conditioning
dari Skinner (konsekuensi dari suatu perilaku menghasilkan perubahan dalam
probabilitas kejadian perilaku tersebut), dan teori sosial-kognitif dari Albert
Bandura (menekankan interaksi timbal balik antara manusia (kognisi), perilaku dan
lingkungan).

4. Teori Etologi

Teori etologi memandang bahwa perilaku sangat dipengaruhi biologi dan evolusi.
Teori ini juga menekankan bahwa kepekaan kita terhadap jenis pengalaman yang
beragam berubah sepanjang rentang kehidupan. Ada periode kritis atau sensitif
bagi beberapa pengalaman, jika kita gagal mendapat pengalaman selama periode
sensitif tersebut, teori etologi menyatakan bahwa perkembangan kita tidak
mungkin dapat optimal. John Bowbly salah satu tokoh teori etologi menyatakan
bahwa kelekatan pada pengasuh selama satu tahun pertama kehidupan memiliki
konsekuensi penting sepanjang hidup. Jika kelekatan ini positif dan aman,
seseorang mempunyai dasar untuk berkembang menjadi individu yang kompeten
yang memiliki hubungan sosial positif dan menjadi matang secara emosional. Jika
hubungan kelekatannya negatif dan tidak aman, maka saat anak tumbuh ia akan
menghadapi kesulitan dalam hubungan sosial serta dalam menangani emosi.

5. Teori Ekologi

Teori ekologi merupakan pandangan Bronfenbrenner bahwa perkembangan


dipengaruhi oleh lima sistem lingkungan, berkisar dari lima konteks dasar
mengenai interaksi langsung dengan orang-orang hingga konteks budaya berdasar
luas. Lima sistem dalam teori ekologi Bronfenbrenner yaitu:

a. Mikrosistem adalah lingkungan di mana individu tinggal.

b. Mesosistem mencakup hubungan antar mikrosistem atau hubungan antar


konteks.

12
c. Eksosistem terlibat saat pengalaman dalam lingkungan sosial lain -di mana
individu tidak mempunyai peran aktif- mempengaruhi apa yang dialami individu
dalam konteks langsung.

d. Makrosistem mencakup budaya di mana seseorang tinggal.

e. Kronosistem mencakup pembuatan pola kejadian lingkungan dan transisi


sepanjang kehidupan.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan


Perkembangan Anak Usia Dini
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang normal
dan merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Faktor-faktor tadi dibagi dalam 2 golongan:

1. Faktor Internal

a. Perbedaan ras/etnik atau bangsa

Bila seseorang dilahirkan sebagai ras orang Eropa, maka tidak mungkin ia
memiliki faktor hereditas ras orang Indonesia atau sebaliknya. Tinggi badan tiap
bangsa berlainan, pada umumnya ras orang kulit putih mempunyai ukuran tungkai
yang lebih panjang daripada ras orang Mongol.

b. Keluarga

Ada kecendrungan keluarga yang tinggi-tinggi dan ada keluarga yang gemuk-
gemuk.

c. Umur

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama
kehidupan dan masa remaja.

d. Jenis kelamin

Wanita lebih cepat dewasa disbanding anak laki-laki. Pada masa pubertas wanita
umumnya tumbuh lebih cepat daripada laki-laki dan kemudian setelah melewati
masa pubertas laki-laki akan lebih cepat.

e. Kelainan genetik

Sebagai salah satu contoh: Achondroplasia yang menyebabkan dwarfisme,


sedangkan sindroma marfan terdapat pertumbuhan tinggi badan yang berlebihan.

f. Kelainan Kromosom

13
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti
sindroma down’s dan sindroma turner’s.

2. Faktor eksternal

a. Faktor Pranatal

1) Gizi. Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin.

2) Mekanis. Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan congenital


seperti club foot.

3) Toksin/zat kimia. Aminopterin dan obat kontrasepsi dapat menyebabkan


kelainan congenital seperti palatoskisis.

4) Endokrin. Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali,


hyperplasia adrenal.

5) Radiasi. Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada
janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota
gerak, kelainan congenital mata, kelainan jantung.

6) Infeksi. Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,
Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks), PMS (Penyakit Menular Seksual)
serta penyakit virus lainnya dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti
katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung congenital.

7) Kelainan Imunologi. Eritroblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan


golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody terhadap
sel darah merah janin; kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah
janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan
hiperbilirubinemia dan kernicterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan
otak.

8) Anoksia Embrio. Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi


plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu.

9) Psikologis ibu. Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan


mental pada ibu hamil dan sebagainya.

b. Faktor Persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala dan asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan otak.

c. Pasca Natal

1) Gizi. Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.

14
2) Penyakit Kronis/kelainan congenital. Tuberculosis, anemia, kelainan jantung
bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.

3) Lingkungan fisis dan kimia. Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya
sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercury, rokok,
dan sebagainya) mempunyai dampak yang negative terhadap pertumbuhan anak.

4) Psikologis. Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan akan
mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

5) Endokrin. Gangguan hormone misalnya pada penyakit hipotiroid akan


menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan. Defisisnesi hormone
pertumbuhan akan menyebabkan anak menjadi kerdil.

6) Sosio-ekonomi. Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,


kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan akan menghambat
pertumbuhan anak

7) Lingkungan pengasuhan. Pada lingkungan pangasuhan, interaksi ibu-anak


sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.

8) Stimulasi. Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam


keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan
anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak, perlakuan ibu terhadap perilaku
anak.

9) Obat-obatan. Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat


pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap
susunan syaraf pusat yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon
pertumbuhan.

d. Faktor lingkungan

1) Lingkungan keluarga, yaitu lingkungan yang dialami anak dalam berinteraksi


dengan anggota keluarga baik interaksi secara langsung maupun tidak langsung.
Lingkungan keluarga khususnya dialami anak usia 0 – 3 tahun. Usia ini menjadi
landasan bagi anak untuk melalui proses selanjutnya.

2) Lingkungan masyarakat atau lingkungan teman sebaya. Seiring bertambahnya


usia, anak akan mencari teman untuk berinteraksi dan bermain bersama. Kondisi
teman sebaya turut menentukan bagaimana anak dalam tumbuh kembangnya.

3) Lingkungan sekolah. Pada umumnya anak akan memasuki lingkungan sekolah


pada usia 4 – 5 tahun atau bahkan yang 3 tahun. Lingkungan di sekolah besar
pengaruhnya terhadap perkembangan anak. Sekolah yang baik akan mampu

15
berperan secara baik dengan memberi kesempatan dan mendorong anak untuk
mengaktualisasikan diri sesuai dengan kemampuan yang sesungguhnya.

D. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini


Sesuai dengan sifat individu yang unik, adanya variasi individual dalam
perkembangan anak merupakan hal normal terjadi. Terkadang anak yang satu lebih
cepat berkembang daripada anak yang lainnya, begitupun dalam perbedaan minat
dan kecakapan, sementara sebagian anak lebih senang melakukan gerakan-gerakan
fisik atau bermain kelompok dengan temannya. Berdasarkan dari tahapan
perkembangan yang telah dibahas, uraian berikut mengetengahkan tentang
karakteristik anak yang dibatasi pada hal-hal yang bersifat menonjol dan lebih
terkait dengan proses pembelajaran anak:

1. Perkembangan anak usia 0 – 2 tahun

Pada masa bayi secara umum anak mengalami perubahan yang jauh lebih pesat
dibanding dengan yang akan dialami pada fase-fase berikutnya. Berbagai
kemampuan dan keterampilan dasar, baik yang berupa keterampilan lokomotor
(bergulir, duduk, berdiri, merangkak, dan berjalan), keterampilan memegang
benda, penginderaan (melihat, mencium, mendengar, dan merasakan sentuhan),
maupun kemampuan untuk mereaksi secara emosional dan sosial (berhubungan
dengan orang tua, pengasuh, dan orang-orang dekat lainnya) dapat dikuasai pada
fase ini. Berbagai kemampuan dan keterampilan dasar tersebut merupakan modal
penting bagi anak untuk mengarungi dan menjalani proses perkembangan
selanjutnya.

Komunikasi responsif dengan orang dewasa akan mendorong dan memperluas


respon-respon verbal dan non-verbal bayi. Bayi mulai belajar tentang pengalaman-
pengalaman sensori dan ekspresi-ekspresi perasaan, meskipun bayi belum
memahami kata-kata. Penyajian pengalaman-pengalaman menarik dengan
menyediakan obyek-obyek mainan menarik merupakan hal yang bias berpengaruh
positif terhadap perkembangan kemampuan bayi dalam mengekspresikan perasaan
dan keterampilan-keterampilan sensori lainnya. Menurut Bredkamp (Solehuddin,
2000), jika bayi terasing dari pengalaman-pengalaman sensori-motor tersebut,
maka bukan saja perkembangan emosionalnya yang akan terhambat melainkan
juga perkembangan kognisinya.

2. Perkembangan anak usia 2 – 3 tahun

Di samping masih memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan pada masa


sebelumnya, anak usia 2-3 tahun memiliki karakteristik khusus. Dari segi fisik,
pada fase ini anak masih tetap mengalami pertumbuhan yang pesat, khususnya
berkenaan dengan pertumbuhan dengan pertumbuhan otot-otot besar. Anak pada

16
usia ini sudah tahu bagaimana berjalan dan berlari. Anak juga mulai senang
memanjat dan menaiki sesuatu, membuka pintu, serta mencoba berdiri di atas satu
kaki dan berloncat. Anak senang mencoba sesuatu sehingga memerlukan ruangan
yang cukup luas untuk itu. Dengan penguasaan keteramppilan-keterampilan dasar
yang diperoleh pada masa bayi, anak seusia ini akan tampak senang melakukan
banyak aktivitas.

Anak juga biasanya sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada


disekitarnya. Anak memiliki kekuatan observasi yang tajam, menyerap dan
membuat perbendaharaan bahasa baru, belajar tentang jumlah, membedakan antara
konsep “satu” dengan “banyak”. Mulai senang mendengarkan cerita-cerita
sederhana, dan gemar melihat-lihat buku. Melalui berbagai aktivitas itulah menurut
pengamatan piaget (Solehuddin: 2000) anak pada usia ini berpikir, pada saat anak
aktif melakukan aktivitas-aktivitas fisik, secara stimulant aktivitas mentalnya juga
terlibat.

3. Perkembangan anak usia 3 – 4 tahun

Pada usia ini anak juga masih mengalami perkembangan pesat dalam banyak hal.
Anak mengalami peningkatan yang cukup berarti baik dalam perkembangan
perilaku motorik, berpikir fantasi, maupun dalam kemampuan mengatasi frustasi.
Anak dapat menguasai semua jenis gerakan-gerakan tangan kecil, dapat memungut
benda-benda kecil, dapat memegang benda, dan dapat memasukkan benda ke
lubang-lubang kecil, anak juga memiliki keterampilan memanjat atau menaiki
benda-benda secara lebih sempurna. Meskipun sifat egosentrisnya masih melekat
pada anak seusia ini, biasanya sudah bisa bekerja dalam suatu aktivitas tertentu
dengan cara-cara yang lebih dapat diterima secara sosial daripada sebelumnya.
Aktivitas-aktivitas bermain bersama sudah dapat dilakukan secara lebih lama oleh
anak seusia ini.

Pada usia ini anak memiliki kehidupan fantasi yang kaya dan menuntut lebih
banyak kamandirian. Dengan kehidupan fantasi yang dimilikinya ini, anak
memperlihatkan kesiapan untuk mendengarkan cerita-cerita secara lebih lama.
Anak menyenangi dan menghargai sajak-sajak sederhana, begitupun kemandirian
yang dituntutnya membuat ia tidak mau banyak diatur dalam kegiatan-kegiatannya.
Tingkat frustasi usia ini cenderung menurun bila dibanding sebelumnya, hal ini
disebabkan adanya peningkatan kemampuan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan
yang dialaminya secara lebih aktif, di samping juga karena peningkatan
kemampuan dalam mengekspresikan keinginan-keinginannya kepada orang lain.

4. Perkembangan anak usia 4 – 5 tahun

Rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap segala sesuatu merupakan
cirri yang menonjol pada anak usia sekitar 4-5 tahun. Anak memiliki sikap
berpetualang (adventurousness) yang begitu kuat. Anak akan banyak

17
memperhatikan, membicarakan, atau bertanya tentang berbagai hal yang sempat
dilihat atau didengarnya. Secara khusus, anak pada usia ini juga memiliki
keinginan yang kuat untuk lebih mengenal tubuhnya sendiri, anak senang dengan
nyanyian, permainan, dan/atau rekaman yang membuatnya untuk lebih mengenal
tubuhnya. Minatnya yang kuat untuk mengobservasi lingkungan dan benda-benda
di sekitarnya membuat anak seusia ini senang ikut bepergian ke daerah-daerah
sekitar lingkungannya. Anak akan sangat mengamati bila diminta untuk mencari
sesuatu, karenanya pengenalan terhadap binatang-binatang piaraan dan lingkungan
sekitarnya dapat merupakan pengalaman yang positif untuk pengembangan minat
keilmuan anak. Seiring dengan pendapat diatas, Snowman (1993) yang dikutip
oleh patmonodewo (2000), anak usia prasekolah atau TK memiliki sejumlah ciri
yang dapat dilihat dari aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif.

1. Ciri fisik

a. Anak prasekolah umumnya sangat aktif. Anak pada usia ini sangat menyukai
kegiatan yang dilakukan atas kemauan sendiri. Kegiatan mereka yang dapat
diamati adalah seperti; suka berlari, memanjat dan melompat.

b. Anak membutuhkan istirahat yang cukup. Dengan adanya sifat aktif, maka
biasanya setelah melakukan banyak aktivitas anak me-merlukan istirahat walaupun
kadangkala kebutuhan untuk ber-istirahat ini tidak disadarinya.

c. Otot-otot besar anak usia prasekolah berkembang dari kontrol jari dan tangan.
Dengan demikin anakusia prasekolah belum bisa me-lakukan aktivitas yang rumit
seperti mengikat tali sepatu.

d. Sulit memfokuskan pandangan pada objek-objek yang kecil ukurannya sehingga


koordinasi tangan dan matanya masih kurang sempurna.

e. Walaupun tubuh anak ini lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak
masih lunak sehingga berbahaya jika terjadi benturan keras.

f. Dibandingkan dengan anak laki-laki, anak perempuan lebih terampil dalam tugas
yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus.

2. Ciri sosial

a. Anak pada usia ini memiliki satu atau dua sahabat tetapi sahabat ini cepat
berganti. Penyesuaian diri mereka berlangsung secara cepat sehingga mudah
bergaul. Umumnya mereka cenderung me-milih teman yang sama jenis
kelaminnya, kemudian pemilihan teman berkembang kejenis kelamin yang
berbeda.

b. Anggota kelompok bermain jumlahnnya kecil dan tidak terorganisir dengan


baik. Oleh karena itu kelompok tersebut tidak bertahan lama dan cepat berganti-
ganti.

18
c. Anak yang lebih kecil usianya seringkali bermain bersebelahan dengan anak
yang lebih besar usianya.

d. Pola bermain anak usia prasekolah sangat bervariasi fungsinya sesuai dengan
kelas sosial dan gender.

e. Perselisihan sering terjadi, tetapi hanya berlangsung sebentar kemudian


hubungannya menjadi baik kembali. Anak laki-laki lebih banyak melakukan
tingkah laku agresif dan perselisihan.

f. Anak usia prasekolah telah mulai mempunyai kesadaran terhadap perbedaan


jenis kelamin dan peran sebagai anak laki-laki dan anak perempuan. Dampak
kesadaran ini dapat dilihat dari pilihan terhadap alat-alat permainan.

3. Ciri emosional

a. Anak usia praskolah cenderung mengekspresikan emosinya secara bebas dan


terbuka. Ciri ini dapat dilihat dari sikap marah yang sering ditunjukannya.

b. Sikap iri hati pada anak usia prasekolah sering terjadi, sehingga mereka
berupaya untuk mendapatkan perhatian orang lain secara berebut.

4. Ciri Kognitif

a. Anak prasekolah umumnya telah terampil dalam berrbahasa. Pada umumnya


mereka senang berbicara, Khususnya dalam kelompoknya.

b. Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan,


mengagumi, dan kasih sayang.

Sementara itu, santoso (2000) mengemukakan pula beberapa karaktrestik anak pra
sekolah, yaitu: (a) suka meniru, (b) ingin mencooba, (c) spotan, (d) jujur, (e) riang,
(f) suka bermain, (g) ingin tahu (suka bertanya), (h) banyak gerak, (i) suka
menunjuk akunya, dan (j) unik. Sebagai indivdu yang sedang berkembang, anak
memiliki sifat suka meniru tanpa mempertimbangkan kemampuan yang ada
padanya. Hal ini didorong oleh rasa ingin tahu dan ingin mencoba sesuatu yang
diminati, yang kadang kala muncul secara spontan. Sikap jujur yang menunjukan
kepolosan seorang anak merupakan ciri yang juga dimiliki oleh anak. Kehidupan
yang dirasakan anak tanpa beban menyebabkan anak selalu tampil riang, anak
dapat bergerak dan beraktivitas. Dalam aktifitas ini, anak cenderung pula
menunjukkan sifat akunya, dengan mengakibatkan apa yang dimiliki oleh teman
lain. Akhirnya sifat unik menunjukan bahwa anak merupakan sosok individu yang
kompleks yang memiliki perbedaan dengan individu lainnya. Pemahaman guru
tentang karakteristik anak akan bermanfaat dalam upaya menciptakan lingkungan
belajar yang mendukung perkembangan anak

19
Perkembangan anak usia dini mencakup berbagai aspek yang sangat penting untuk
pemahaman dan dukungan yang tepat dalam fase ini. Berikut adalah beberapa
karakteristik perkembangan anak usia dini yang umum diamati:

1. Cepatnya Pertumbuhan dan Pengembangan Fisik: Pada usia ini, anak-anak


seringkali mengalami pertumbuhan fisik yang cepat. Mereka mungkin mengalami
lonjakan tinggi badan, peningkatan berat badan, dan perkembangan sistem organ
yang signifikan. Evaluasi perkembangan fisik meliputi kemampuan motorik kasar
(seperti berjalan, berlari) dan motorik halus (seperti menggenggam pensil,
menggerakkan jari dengan ketepatan).

2. Perkembangan Motorik: Anak usia dini mulai mengembangkan


keterampilan motorik kasar (seperti berjalan, berlari, dan melompat) serta motorik
halus (seperti menggenggam pensil, memegang objek kecil, dan menggerakkan jari
dengan ketepatan).

3. Perkembangan Bahasa: Anak-anak pada usia dini mulai belajar berbicara


dan mengembangkan kosakata mereka. Mereka juga memahami bahasa yang
digunakan di sekitar mereka dan mulai menggunakan bahasa untuk berkomunikasi
dengan orang lain.

4. Perkembangan Kognitif: Kemampuan kognitif anak usia dini meningkat


secara signifikan. Mereka mulai memahami konsep-konsep dasar seperti bentuk,
warna, angka, dan huruf. Mereka juga mulai mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah sederhana dan menggunakan imajinasi.

5. Perkembangan Sosial dan Emosional: Anak-anak pada usia dini mulai


mengembangkan keterampilan sosial seperti berbagi, bermain bersama teman
sebaya, dan memahami perasaan orang lain. Mereka juga mulai mengatur emosi
mereka dan belajar bagaimana bereaksi terhadap situasi-situasi yang berbeda.

6. Kemandirian: Anak-anak pada usia dini mulai menunjukkan minat dalam


melakukan tugas-tugas sehari-hari secara mandiri, seperti makan, berpakaian, dan
membersihkan diri. Mereka mungkin menunjukkan keinginan untuk mandiri dan
bereksperimen dengan kemandirian.

7. Imitasi dan Identifikasi: Anak-anak pada usia dini cenderung meniru


perilaku orang dewasa dan anak-anak lain di sekitar mereka. Mereka juga mulai
mengidentifikasi diri mereka sendiri sebagai individu yang unik dan memahami
peran mereka dalam keluarga dan lingkungan sekitar.

8. Kreativitas dan Imajinasi: Anak-anak usia dini sering mengekspresikan


kreativitas dan imajinasi mereka melalui permainan dan kegiatan seni. Mereka
mungkin menunjukkan minat dalam bermain peran, membangun sesuatu, atau
menggambar dan mewarnai.

20
9. Pertumbuhan Moral: Anak-anak pada usia dini mulai mengembangkan
pemahaman awal tentang konsep-konsep moral seperti kebaikan, keadilan, dan
bertanggung jawab. Mereka mungkin menunjukkan empati terhadap orang lain dan
mulai memahami perbedaan antara yang benar dan yang salah.

10. Perkembangan Sensorik: Anak usia dini juga mengalami perkembangan


sensorik yang signifikan, termasuk pengembangan penglihatan, pendengaran,
penciuman, peraba, dan pengecap.

Memahami karakteristik perkembangan anak usia dini adalah kunci untuk


memberikan dukungan yang sesuai dan lingkungan yang memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

KARAKTERISTIK LINGKUNGAN BELAJAR


Lingkungan belajar yang dihadirkan dihadapan dan untuk anak hendaklah dapat
bersentuhan secara langsung dengan berbagai potensi indranya.Semakin tepat
suatu lingkungan belajar yang diciptakan maka semakin memberikan manfaat bagi
perkembangan dan kemajuan belajar anak.

Lingkungan Belajar Anak Usia Dini Periode usia PAUD atau prasekolah adalah
masa peka. Anak sensitif untuk menerima segala rangsangan, yaitu pada masa
fungsi-fungsi fisik dan psikis telah siap merespon segala rangsangan (stimulus)
yang diberikan oleh lingkungan. Dengan demikian, lingkungan sebagai unsur yang
mensuplai atau menyediakan sejumlah rangsangan perlu mendapatkan perhatian
sungguhsungguh. Diperlukan perencanaan dan seleksi khusus agar dapat
menyediakan lingkungan yang cocok dan diperlukan oleh anak. Ketepatan
lingkungan yang disediakan akan memberi pengaruh pada proses dan hasil
perilaku anak, baik secara langsung mau pun tidak langsung

Blocher menjelaskan bahwa pada esensinya lingkungan belajar adalah suatu


konteks fisik, sosial, dan psikologis yang dalam konteks tersebut anak belajar dan
memperoleh prilaku baru. Dalam pendapat yang dikemukakan oleh Blocher
tersebut dapat kita fahami bahwa ketika lingkungan belajar yang disediakan
tersebut mendekati ideal maka dalam konteks fisik, sosial, psikologis anak akan
sangat mudah berkembang. Oleh karena itu perlunya penguatan dalam
penyempurnaan lingkungan belajar ini.

A. Karakteristik Lingkungan Belajar Anak Usia Dini


Lingkungan merupakan hal penting bagi perkembangan anak usia dini karena
dapat mempengaruhi perkembangan anak melalui perasaan yang terbentuk,
kenyamanan yang dirasakan, kesempatan untuk berinteraksi yang diberikan oleh

21
lingkungan yang dirancang sedemikian rupa. Lingkungan belajar anak adalah
dunia bermain mereka baik di dalam (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor).

Lingkungan belajar anak usia dini memiliki karakteristik khusus yang mendukung
perkembangan mereka secara optimal. Berikut adalah beberapa karakteristik utama
dari lingkungan belajar anak usia dini:

1. Aman dan Menyenangkan: Lingkungan belajar anak usia dini harus terasa
aman dan menyenangkan. Ini menciptakan suasana yang nyaman bagi anak-anak
untuk bereksperimen, menjelajahi, dan belajar tanpa rasa takut.

2. Stimulatif: Lingkungan tersebut harus memicu rasa ingin tahu anak-anak dan
mendorong mereka untuk mengembangkan minat terhadap dunia di sekitar
mereka. Ini dapat dicapai melalui penggunaan warna-warni, permainan, bahan
pembelajaran yang menarik, dan kegiatan eksplorasi yang membangkitkan rasa
ingin tahu.

3. Beragam dan Multisensoris: Lingkungan belajar harus memanfaatkan


berbagai bentuk pembelajaran, termasuk visual, auditori, dan kinestetik. Ini
memungkinkan anak-anak untuk belajar dengan cara yang sesuai dengan gaya
belajar mereka masing-masing.

4. Terstruktur namun Fleksibel: Lingkungan belajar harus memberikan struktur


yang cukup untuk mendukung rutinitas harian dan aktivitas pembelajaran, tetapi
juga harus fleksibel untuk mengakomodasi perubahan dan minat individu anak-
anak.

5. Memfasilitasi Kolaborasi dan Interaksi: Lingkungan tersebut harus


merangsang interaksi sosial antara anak-anak, serta antara anak-anak dan pengasuh
atau guru. Ini memungkinkan anak-anak untuk belajar dari satu sama lain dan
mengembangkan keterampilan sosial mereka.

6. Memiliki Area yang Didesain Khusus: Lingkungan belajar dapat memiliki


area khusus untuk berbagai jenis aktivitas, seperti area bermain, area membaca,
area seni, dan area penelitian. Ini membantu dalam memfasilitasi berbagai jenis
pembelajaran dan kegiatan.

7. Memperhatikan Kesehatan dan Kebersihan: Lingkungan belajar harus bersih


dan terjaga, dengan perhatian khusus pada kesehatan dan kebersihan anak-anak. Ini
mencakup penyediaan fasilitas kebersihan, pengaturan lingkungan yang higienis,
dan praktik kebersihan yang baik.

8. Terlibatnya Orang Tua dan Pengasuh: Lingkungan belajar yang efektif


melibatkan orang tua dan pengasuh sebagai mitra dalam proses pembelajaran anak.
Ini bisa melalui komunikasi terbuka, kolaborasi dalam merencanakan aktivitas, dan
melibatkan orang tua dalam kegiatan sekolah.

22
9. Menghargai Keanekaragaman: Lingkungan belajar harus menghargai
keanekaragaman budaya, latar belakang, dan kemampuan anak-anak. Ini
menciptakan suasana inklusif di mana setiap anak merasa diterima dan dihargai.

Dengan memperhatikan karakteristik-karakteristik ini, lingkungan belajar anak


usia dini dapat menjadi tempat yang mendukung dan merangsang pertumbuhan
dan perkembangan mereka secara holistik.

B. Persyaratan Dalam Menata Lingkungan Belajar Anak Usia Dini


1. Ruang/tempat yang digunakan untuk pembelajaran harus bisa menarik dan
mengundang minat anak untuk bermain di situ.

2. Segala sesuatu dan setiap tempat harus mengandung unsur pendidikan. Dari
warna, cahaya, tanaman, kamar mandi, dapur, pintu gerbang, dan penataan bahan-
bahan main ditata dengan nilai-nilai keindahan.

3. Aman, nyaman, sehat. bebas dari benda-benda yang dapat melukai anak serta
binatang-binatang kecil yang berbisa.

4. Menekankan pada berbagai macam media termasuk bahan-bahan alam, bahan


daur ulang, dll.

KONSIDERASI PENILAIAN
Dalam mengevaluasi perkembangan anak usia dini, ada beberapa pertimbangan
yang perlu diperhatikan untuk memastikan penilaian yang efektif dan akurat.
Berikut adalah beberapa konsiderasi penting:

1. Pendekatan Holistik: Penilaian harus mencakup berbagai aspek


perkembangan anak, termasuk fisik, kognitif, bahasa, sosial, dan emosional.
Pendekatan holistik ini memungkinkan pengamat untuk mendapatkan pemahaman
yang lebih lengkap tentang perkembangan anak.

2. Fleksibilitas: Anak-anak berkembang secara individual, sehingga penilaian


haruslah fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat
perkembangan masing-masing anak. Ini berarti mempertimbangkan variasi
individual dalam perkembangan anak dan mengakomodasi perbedaan dalam gaya
belajar, minat, dan kebutuhan.

3. Observasi Berkelanjutan: Penilaian yang efektif memerlukan observasi


berkelanjutan terhadap anak-anak dalam berbagai konteks dan situasi. Ini
memungkinkan pengamat untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang
kemajuan anak seiring waktu dan dalam berbagai situasi.

23
4. Keterlibatan Orang Tua dan Pengasuh: Orang tua dan pengasuh memiliki
wawasan yang berharga tentang perkembangan anak di rumah. Oleh karena itu,
penting untuk melibatkan mereka dalam proses penilaian dan berkomunikasi
secara terbuka tentang hasil penilaian serta memberikan rekomendasi yang sesuai.

5. Instrumen Penilaian yang Tepat: Memilih instrumen penilaian yang sesuai


dengan tujuan dan kebutuhan penilaian sangat penting. Instrumen tersebut haruslah
valid, reliabel, dan sesuai dengan standar perkembangan anak usia dini. Selain itu,
instrumen tersebut juga harus dapat memberikan informasi yang berguna untuk
mengarahkan intervensi dan dukungan yang tepat.

6. Keanekaragaman Budaya dan Bahasa: Penting untuk memperhitungkan


keanekaragaman budaya dan bahasa anak-anak dalam penilaian. Ini termasuk
memastikan bahwa instrumen penilaian sensitif terhadap konteks budaya dan
bahasa anak, serta mempertimbangkan faktor-faktor budaya dalam interpretasi
hasil penilaian.

7. Penggunaan Observasi Aktif: Observasi aktif memungkinkan pengamat


untuk mengamati dan mencatat perilaku anak secara langsung dalam konteks
alami. Ini lebih dapat memberikan gambaran yang akurat tentang kemampuan dan
kebutuhan anak daripada penilaian yang hanya berdasarkan tes atau pertanyaan.

8. Keterlibatan Anak: Penting untuk melibatkan anak dalam proses penilaian


sebanyak mungkin, terutama melalui observasi partisipatif dan percakapan terbuka.
Ini memungkinkan anak untuk merasa dihargai dan memberikan wawasan
tambahan tentang persepsi mereka terhadap perkembangan mereka sendiri.

PENGEMBANGAN PROGRAM PENILAIAN


PERKEMBANGAN AUD
Pengembangan program penilaian perkembangan anak usia dini memerlukan
pendekatan yang holistik dan berorientasi pada kebutuhan anak serta konteks
budaya dan sosial mereka. Berikut adalah langkah-langkah umum yang dapat
diikuti dalam merancang program penilaian perkembangan anak usia dini:

1. Tentukan Tujuan dan Tujuan: Langkah pertama adalah menetapkan tujuan


dan tujuan dari program penilaian. Apakah tujuannya untuk memantau
perkembangan individu anak, menilai efektivitas program pendidikan, atau
mengidentifikasi kebutuhan khusus anak? Tujuan yang jelas akan membimbing
proses pengembangan program.

2. Identifikasi Domain Penilaian: Identifikasi domain perkembangan yang akan


dinilai, seperti fisik, kognitif, bahasa, sosial, dan emosional. Pastikan untuk
mencakup semua aspek penting perkembangan anak usia dini.

24
3. Pilih Instrumen Penilaian: Pilih instrumen penilaian yang sesuai dengan
tujuan dan tujuan program, serta dengan karakteristik populasi anak yang dinilai.
Pastikan instrumen tersebut valid, reliabel, dan sesuai dengan standar
perkembangan anak usia dini.

4. Uji Coba dan Validasi: Sebelum menerapkan program penilaian secara luas,
uji coba instrumen penilaian dalam lingkungan yang representatif dan validasikan
hasilnya. Lakukan revisi jika diperlukan berdasarkan umpan balik dari pengguna
dan hasil uji coba.

5. Integrasikan Observasi Aktif: Observasi langsung anak dalam konteks alami


harus menjadi bagian integral dari program penilaian. Observasi ini memberikan
gambaran yang lebih lengkap tentang perkembangan anak daripada hanya
mengandalkan tes atau pertanyaan.

6. Kembangkan Prosedur dan Protokol: Tentukan prosedur dan protokol yang


jelas untuk implementasi program penilaian. Ini termasuk perencanaan waktu,
pelaksanaan observasi, pencatatan hasil, dan analisis data.

7. Libatkan Orang Tua dan Pengasuh: Melibatkan orang tua dan pengasuh
dalam proses penilaian penting untuk memperoleh wawasan yang komprehensif
tentang perkembangan anak. Berikan informasi kepada orang tua tentang tujuan,
prosedur, dan hasil penilaian.

8. Pelatihan dan Dukungan untuk Pengamat: Pastikan bahwa pengamat yang


terlibat dalam penilaian memiliki pelatihan yang cukup dan mendapatkan
dukungan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mereka dengan baik.

9. Analisis dan Interpretasi Hasil: Setelah data dikumpulkan, lakukan analisis


dan interpretasi hasil penilaian dengan cermat. Identifikasi kekuatan dan
kelemahan anak, serta kebutuhan dan rekomendasi untuk pengembangan lebih
lanjut.

10. Penggunaan Hasil Penilaian: Gunakan hasil penilaian untuk


menginformasikan perencanaan dan pengembangan program pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan individu anak. Pastikan bahwa hasil penilaian juga
digunakan untuk mendukung komunikasi dan kerja sama dengan orang tua dan
pengasuh.

11. Evaluasi dan Revisi: Secara teratur, evaluasi program penilaian untuk
memastikan bahwa itu efektif dan relevan. Lakukan revisi jika diperlukan
berdasarkan umpan balik dari pengguna dan hasil evaluasi.

25
PERTIMBANGAN KUALITAS DAN KEGUNAAN PENILAIAN
PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
A. Pertimbangan Kualitas Penilaian Perkembangan AUD
Pertimbangan kualitas penilaian perkembangan anak usia dini sangat penting untuk
memastikan bahwa penilaian memberikan informasi yang akurat dan bermanfaat
bagi perkembangan anak. Berikut adalah beberapa pertimbangan yang harus
dipertimbangkan:

1. Validitas: Penilaian harus valid, artinya instrumen penilaian benar-benar


mengukur apa yang dimaksud untuk diukur. Validitas harus terkait langsung
dengan tujuan penilaian, dan bukti empiris harus mendukung klaim validitas
instrumen.

2. Reliabilitas: Reliabilitas menunjukkan seberapa konsisten instrumen


penilaian menghasilkan hasil yang sama dari waktu ke waktu atau antara penilai
yang berbeda. Instrumen penilaian yang baik harus memiliki tingkat reliabilitas
yang tinggi.

3. Sensitivitas Budaya: Penilaian harus sensitif terhadap keanekaragaman


budaya dan latar belakang anak. Ini termasuk penggunaan instrumen penilaian
yang menghormati nilai-nilai dan kepercayaan budaya, serta mempertimbangkan
bahasa dan konteks budaya dalam penilaian.

4. Praktisitas: Instrumen penilaian harus praktis digunakan dalam konteks di


mana anak berada. Hal ini mencakup aspek-aspek seperti ketersediaan waktu,
sumber daya, dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan penilaian.

5. Dukungan Pengembangan: Penilaian harus memberikan informasi yang


bermanfaat dan relevan untuk mendukung perkembangan anak. Ini termasuk
memberikan wawasan yang jelas tentang kekuatan dan kelemahan anak, serta
rekomendasi untuk intervensi dan dukungan yang sesuai.

6. Konsistensi dengan Standar: Penilaian harus konsisten dengan standar


perkembangan anak usia dini yang diakui secara luas. Ini memastikan bahwa hasil
penilaian dapat dibandingkan dengan norma-norma perkembangan yang berlaku.

7. Keterlibatan Orang Tua dan Pengasuh: Penilaian harus melibatkan orang tua
dan pengasuh sebagai mitra dalam proses penilaian. Ini termasuk memberikan
umpan balik kepada orang tua tentang hasil penilaian dan melibatkan mereka
dalam merencanakan intervensi dan dukungan yang sesuai.

8. Evaluasi dan Revisi: Program penilaian harus dievaluasi secara berkala


untuk memastikan bahwa itu efektif dan relevan. Revisi harus dilakukan jika
diperlukan berdasarkan umpan balik dari pengguna dan hasil evaluasi.

26
B. Kegunaan Penilaian Perkembangan AUD
Penilaian perkembangan anak usia dini memiliki banyak kegunaan yang penting
dalam mendukung perkembangan anak dan memfasilitasi intervensi yang tepat.
Berikut adalah beberapa kegunaan utama dari penilaian perkembangan anak usia
dini:

1. Identifikasi Kebutuhan Individu: Penilaian dapat membantu


mengidentifikasi kebutuhan khusus dan kekuatan perkembangan setiap anak. Ini
memungkinkan pendidik dan pengasuh untuk menyesuaikan pendekatan
pembelajaran dan memberikan dukungan yang sesuai.

2. Pantauan Perkembangan: Dengan melakukan penilaian secara teratur,


pendidik dan pengasuh dapat memantau perkembangan anak dari waktu ke waktu.
Ini membantu dalam mengidentifikasi tren perkembangan, mengukur kemajuan,
dan menanggapi perubahan yang mungkin terjadi.

3. Pengembangan Kurikulum: Hasil penilaian dapat digunakan untuk


merancang atau menyesuaikan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan dan minat anak. Ini memastikan bahwa aktivitas pembelajaran dan
pengalaman pendidikan relevan dan mendukung perkembangan mereka.

4. Pengidentifikasi Gangguan Perkembangan: Penilaian perkembangan dapat


membantu dalam mengidentifikasi gangguan perkembangan atau masalah
kesehatan yang mungkin mempengaruhi perkembangan anak. Ini memungkinkan
untuk intervensi dini dan pengalihan ke sumber daya yang sesuai.

5. Konseling dan Dukungan Orang Tua: Hasil penilaian dapat digunakan


sebagai dasar untuk memberikan konseling dan dukungan kepada orang tua.
Informasi tentang kebutuhan dan kekuatan anak dapat membantu orang tua
memahami perkembangan anak mereka dan memberikan dukungan yang sesuai di
rumah.

6. Evaluasi Program Pendidikan: Penilaian perkembangan anak juga dapat


digunakan untuk mengevaluasi efektivitas program pendidikan. Ini dapat
membantu dalam menentukan apakah program-program tersebut mencapai tujuan
mereka dan apakah ada area yang memerlukan perbaikan.

7. Rujukan ke Layanan Pendukung: Jika diperlukan, hasil penilaian dapat


digunakan sebagai dasar untuk merujuk anak ke layanan pendukung atau spesialis,
seperti terapis wicara atau terapis fisik. Hal ini memastikan bahwa anak
mendapatkan dukungan tambahan yang mereka butuhkan.

8. Monitoring Kesehatan dan Kesejahteraan: Penilaian perkembangan juga


dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan kesejahteraan anak. Ini termasuk
pemantauan pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, dan kemampuan bahasa,
serta identifikasi tanda-tanda potensial masalah kesehatan atau kesejahteraan.

27
Dengan demikian, penilaian perkembangan anak usia dini tidak hanya memberikan
gambaran tentang kemajuan perkembangan anak, tetapi juga memungkinkan untuk
intervensi dini, dukungan yang tepat, dan penyesuaian pendidikan yang sesuai.

KESIMPULAN
Penilaian dalam perspektif standar perkembangan anak usia dini (Early Childhood
Development Standards) penting untuk memahami dan mendukung perkembangan
anak-anak pada tahap usia dini. Standar ini mencakup berbagai aspek
perkembangan, seperti fisik, kognitif, bahasa, sosial, dan emosional.

28
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2004). Standar Kompetensi Taman Kanak-kanak, Raudhatul Athfal. Jakarta

: Depdiknas

Depdiknas. (2004). Pedoman Penilaian di Taman Kanak-kanak. Jakarta : Depdiknas Helms, D. B &

Turner, J.S. (1983). Exploring Child Behavior. New York : Holt

Rinehartand Winston.

Hurlock, Elizabeth. B. (1978). Child Development, Sixth Edition.New York : Mc. Graw Hill, Inc.

https://www.scribd.com/document/329515337/Karakteristik-Perkembangan-Anak-
Usia-Dini

https://repository.uin-suska.ac.id/16549/6/11.%20BAB%201.pdf

https://chat.openai.com/c/745a187b-f9c9-4a68-a999-3a21f68d5166

https://paudpedia.kemdikbud.go.id/komunitas-pembelajar/guru-kreatif/cara-
menata-lingkungan-bermain-anak-usia-dini?
ref=MjAxODExMjExMzE2MDMtMzgwM2UxNGU=&ix=Mi0yNzUzY2RjMw=
=

29

Anda mungkin juga menyukai