Anda di halaman 1dari 33

Ekstraksi Fikosianin dari Spirulina sp.

Berbasis Freeze-Thawing dan


MAE (Microwave-Assisted Extraction) dan Pengujian Senyawa
Antidiabetes Yang Dimiliki dengan Model Uji Ikan Zebra (Danio rerio)

TUGAS AKHIR

Oleh

Aditya Nur Anugrah

NIM 195100500111031

DEPARTEMEN ILMU PANGAN DAN BIOTEKNOLOGI

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Ekstraksi Fikosianin dari Spirulina sp. Berbasis Freeze-Thawing dan MAE
(Microwave-Assisted Extraction) dan Pengujian Senyawa Antidiabetes
Yang DImiliki dengan Model Uji Ikan Zebra (danio rerio)
Nama : Aditya Nur Anugrah
NIM : 195100500111031
Departemen : Ilmu Pangan Dan Bioteknologi
Fakultas : Teknologi Pertanian

Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Yunianta, DEA

NIP. 195906131986011001

Tanggal Persetujuan:

1
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Ekstraksi Fikosianin dari Spirulina sp. Berbasis Freeze-Thawing dan MAE
(Microwave-Assisted Extraction) dan Pengujian Senyawa Antidiabetes
Yang Dimiliki dengan Model Uji Ikan Zebra (danio rerio)
Nama : Aditya Nur Anugrah
NIM : 195100500111031
Departemen : Ilmu Pangan Dan Bioteknologi
Fakultas : Teknologi Pertanian

Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Yunianta, DEA

NIP. 195906131986011001

Ketua Jurusan,

Dr. Widya Dwi Rukmi P., STP., MP

NIP. 197005041999032002

Tanggal Lulus:

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT. Yang karena berkat rahmat yang diberikan-Nya
Tugas Akhir dengan judul “ Ekstraksi Fikosianin dari Spirulina sp. Berbasis
Freeze-Thawing dan MAE (Microwave-Assisted Extraction) dan Pengujian Senyawa
Antidiabetes Yang Dimiliki dengan Model Uji Ikan Zebra (danio rerio)” dapat diselesaikan
dengan baik. Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses
penulisan laporan ini yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Yunianta, DEA selaku Dosen Pembimbing Skripsi

2. Ibu Dr. Widya Dwi Rukmi P., STP., MP selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Universitas Brawijaya

3. Orang tua, keluarga, teman dan semua pihak yang memberikan dukungannya selama
proses penyusunan laporan ini

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
selanjutnya. Penulis mengharapkan semoga pelaksaan praktik kerja lapang ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan khalayak umum yang membutuhkan informasi.

Malang, Januari 2023

Aditya Nur Anugrah

3
ABSTRAK

Ekstraksi Fikosianin dari Spirulina sp. Berbasis Freeze-Thawing dan MAE


(Microwave-Assisted Extraction) dan Pengujian Senyawa Antidiabetes Yang
Dimiliki dengan Model Uji Ikan Zebra (danio rerio)

Mikroalga adalah organisme mikroskopis uniseluler,yang juga dianggap sebagai


sumber protein alternatif yang layak. Salah satu jenis mikroalga yang berpotensi untuk
dikembangkan adalah Spirulina. Saat ini, Spirulina sp. telah banyak dimanfaatkan secara
komersial dalam berbagai bidang baik sebagai obat atau suplemen makanan, pakan ikan
berprotein tinggi, hingga sebagai bahan produk kosmetik. MAE adalah salah satu metode
yang dapat digunakan dalam pemisahan senyawa bioaktif dari matriks tanaman yang
berbeda. Keunggulan Metode MAE di antara metode ekstraksi lainnya adalah berkat
penghematan pelarut, potensi otomatisasi, waktu kontak yang singkat, dan berbagai
kemungkinan yang mempercepat pemprosesan sampel. Fikosianin telah banyak
digunakan terutama sebagai pigmen/pewarna makanan, obat-obatan, bahan baku
kosmetik sebagai pelacak biokimia berbasis flourescence dalam immunoassay,
cytometry dan microscopy karena sifat fluoresennya yang cukup baik. Selain itu fikosianin
juga telah diketahui memiliki sifat anti-inflamasi dan anti-kanker. Spirulina platensis
merupakan salah satu sumber fikosianin yang sangat baik. Fraksi protein dari Spirulina
platensis dapat mengandung hingga 20% fikosianin, sehingga sangat potensial untuk
dikembangkan.

Berbagai penelitian telah dilakukan sebelumnya untuk menguji aktivitas biologis


fikosianin dari spirulina terutama antibakteri dan antioksidan , namun masih belum banyak
penelitian yang membahas tentang aktivitas biologis fikosianin dari spirulina dalam aspek
aktivitas antidiabetesnya . Selain itu, di Indonesia juga masih belum banyak yang
menggunakan ikan zebra sebagai hewan uji untuk uji antidiabetes. Oleh karena itu,
penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui aktivitas aspek bioaktif yaitu senyawa
antidiabetes yang didapatkan dari hasil hidrolisis ekstrak mikroalga Spirulina sp., yang
diekstrak dengan metode Freeze-Thawing dan MAE dan model hewan uji ikan zebra
(danio rerio). Rancangan penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu
Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) dengan 2 faktor yaitu jumlah siklus
freeze-thaw (A) dan lama waktu pembekuan (B).

Kata Kunci : Spirulina, Fikosianin, Ikan Zebra

4
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
ABSTRAK iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR TABEL viii
BAB I 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
BAB II 3
2.1 Mikroalga 3
2.2 Spirulina 4
2.3 Fikosianin 6
2.4 Microwave-Assisted Extraction (MAE) 7
2.5 Freeze-Thawing 9
2.6 Antidiabetes 9
2.7 Ikan Zebra (danio rerio) 10
BAB III 13
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan 13
3.2 Alat dan Bahan 13
3.2.1 Alat 13
3.2.2 Bahan 13
3.3 Metode 13
3.4 Desain Eksperimental Penelitian 14
3.5 Pelaksanaan 15
3.5.1 Persiapan Sampel 15
3.5.2 Freeze-Thawing 15
3.5.3 MAE (Microwave-Assisted Extraction) 15
3.5.4 Evaluasi Hasil Ekstraksi 16
3.5.4.1 Uji Rendemen dan Kemurnian Fikosianin 16
3.5.4.2 Uji Total Flavonoid 18
3.5.4.3 Uji Kadar Total Fenol Error! Bookmark not defined.

5
3.5.5 Pengujian Aktivitas Antidiabetes dengan Model Uji Ikan Zebra 20
3.5.5.1 Pengkondisian Ikan Zebra Dewasa 20
3.5.5.2 Induksi Hiperglikemia 20
3.5.5.3 Pemberian Ekstrak Fikosianin dari Spirulina sp. 20
3.5.5.4 Anestesi dan Pengorbanan 20
3.4.5 Pengamatan dan Analisa Data 22
DAFTAR PUSTAKA 23

6
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Spirulina sp. 4


Gambar 2.2 Struktur Fikosianin 6
Gambar 2.3 Anatomi Ikan Zebra 11

7
DAFTAR TABEL

Tabel.1 Kandungan Pigment dalam Satu Gram Spirulina sp. 5


Tabel 2 Desain Eksperimental Penelitian 6

8
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampai saat ini mikroalga masih menjadi komoditas kelautan yang masih
memiliki banyak potensi untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan mikroalga
merupakan sumberdaya alami yang mempunyai manfaat yang sangat luas
sebagai sumber protein, asam lemak, asam amino, dan pigmen baik untuk
hewan maupun manusia. Mikroalga juga masih digunakan oleh masyarakat
sebagai bahan pangan fungsional yang mempunyai keunggulan di aspek
keamanannya bila dibandingkan dengan sumber lain seperti yeast maupun fungi
(Azimatun, 2014). Beberapa mikroalga bahkan digunakan sebagai sumber obat
obatan,dan dimanfaatkan dalam industri farmasi.
Dalam satu dekade terakhir, ikan zebra telah berhasil diterapkan sebagai
organisme untuk menjelaskan etiologi penyakit manusia. Model ikan zebra dari
penyakit manusia banyak digunakan di berbagai bidang penelitian medis, seperti
kanker, , penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal, diabetes, dan gangguan saraf
(Detrich et al., 1999). Selain mempunyai waktu generasi yang pendek dan
mudah berkembang-biak , biaya perawatan ikan zebra jauh lebih rendah
dibandingkan hewan coba lain seperti tikus. Terlebih pada saat masih berupa
larva, penampang ikan zebra masih transparan yang berarti organ, sel dan
jaringan divisualisasikan in-vivo dan diselidiki secara real time (Westerfield,
2000). Ikan zebra punya sistem kardiovaskular, saraf dan sistem pencernaan
yang mirip dengan mamalia. Selain itu, tingkat tinggi konservasi ada antara
manusia dan ikan zebra genom (kemiripan sekitar 75%) (Postlethwait et al.,
2000). Karena keuntungan di atas, ikan zebra merupakan salah satu
hewan/model uji coba penelitian yang paling penting saat ini.
Spirulina platensis adalah salah satu mikroalga yang paling banyak
dibudidayakan di dunia terutama karena nilai nutrisinya yang memberikan
potensi sebagai suplemen kesehatan dan sediaan bahan aktif dalam pangan
fungsional yang bernilai tambah tinggi seperti protein, pigmen fikosianin dan
flavonoid (Deamici, Santos & Costa, 2018). Umumnya, di Indonesia sendiri,
Arthrospira platensis (Spirulina) baru dimanfaatkan sebagai makanan fungsional
karena kandungan vitamin dan mineralnya yang tinggi. Spirulina platensis
merupakan salah satu dari mikroalga hijau biru yang masih memiliki banyak
potensi untuk dimanfaatkan, terutama kandungan fikosianin yang dimilikinya
karena diduga memiliki kandungan senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai
senyawa antidiabetes. Untuk itu diperlukan riset untuk mengetahui seberapa
besar potensi Spirulina sp dapat digunakan sebagai penghasil senyawa bioaktif
dengan efisiensi produksi yang lebih baik daripada metode/kultur konvensional.
Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui aktivitas aspek
bioaktif yaitu senyawa antidiabetes yang didapatkan dari hasil hidrolisis ekstrak
mikroalga Spirulina sp., yang diekstrak dengan metode Freeze-Thawing dan
MAE dan model hewan uji ikan zebra (danio rerio)

1
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana efek adanya pretreatment freeze-thawing terhadap hasil akhir


kadar fikosianin yang didapat dari proses ekstraksi spirulina sp. ?
2. Bagaimana nilai kemurnian, rendemen, serta total kadar flavonoid dan
total fenol dari proses ekstraksi fikosianin dari Spirulina sp. dengan
metode kombinasi antara frezee-thawing dan MAE?
3. Bagaimana hasil dari uji aktivitas senyawa antidiabetes dari ekstrak
fikosianin dari Spirulina sp. yang diekstrak dengan metode kombinasi
antara frezee-thawing dan MAE ?
4. Bagaimana hasil dari evaluasi pengujian senyawa antidiabetes dari
fikosianin yang menggunakan model uji ikan zebra?

1.3 Tujuan
Tujuan umum dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui efek kombinasi gabungan metode freeze-thawing dan MAE


terhadap tingkat ekstraksi fikosianin
2. Mengetahui aktivitas senyawa antidiabetes yang dimiliki oleh fikosianin
yang telah diekstraksi dengan gabungan metode freeze-thawing dan MAE
3. Mengevaluasi pengujian senyawa antidiabetes yang dimiliki oleh
fikosianin dengan model uji model uji ikan zebra.

1.4 Manfaat
Manfaat utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui
dan mengevaluasi efek kombinasi gabungan metode freeze-thawing dan MAE
terhadap tingkat ekstraksi fikosianin dan tindak lanjut terhadap optimasi metode
gabungan tersebut. Manfaat lain dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
aktivitas aspek bioaktif yaitu senyawa antidiabetes yang didapatkan dari hasil
ekstraksi dengan metode Freeze-Thawing dan MAE dengan model hewan uji
ikan zebra (danio rerio). Adapun apabila penelitian ini berhasil dilaksanakan
dengan hasil yang sesuai, maka dapat menjadi rujukan untuk peneltian-penelitian
yang akan datang.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Mikroalga
Mikroalga adalah organisme mikroskopis uniseluler,yang juga dianggap
sebagai sumber protein alternatif yang layak. Divisi mikroalga yang paling banyak
ditemukan adalah Bacillariophyta (diatom), Chlorophyta (ganggang hijau),
Chrysophyta (ganggang emas), dan Cyanophyta (ganggang biru-hijau).
Mikroalga adalah kelompok yang sangat beragam yang mencakup kurang-lebih
sekitar 200.000 spesies (Norton et al, 1996). Beberapa spesies mikroalga saat ini
banyak dieksploitasi untuk berbagai tujuan bioteknologi, termasuk kosmetik,
pakan ternak, asam lemak, alginat, pengolahan air limbah, dan biofuel (Sampath
et al ,2008). Selain itu, Arthrospira platensis, dan Chlorella vulgaris juga dijual
sebagai makanan fungsional karena kandungan vitamin dan mineralnya yang
tinggi dan telah terdaftar sebagai bahan pangan yang aman oleh European Food
Safety Authority (EPSA) (Lee et al, 2010).

Sejauh ini, pemanfaatan alga sebagai komoditi perdagangan atau bahan


baku industri masih relatif kecil jika dibandingkan dengan keanekaragaman jenis
alga yang ada di Indonesia. Padahal komponen kimiawi yang terdapat dalam
alga sangat bermanfaat bagi bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi
dan lain-lain. Selain itu, Keuntungan lain yang dimiliki oleh alga didalam proses
budidayanya adalah tidak diperlukannya peralatan pertanian, seperti didarat,
tanpa penyemaian benih, gas CO2 yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bakar dan adanya pengambilan hasil panen yang kontinyu dengan jeda
waktu panen yang singkat (Soerawidjaja, 2005).

Pemanfaatan mikroalga semakin bervariasi, mulai sebagai bahan pangan,


bahan industri biofarmaka, perbaikan lingkungan dan pewarna alami. Mikroalga
merupakan sumber pigmen alami yang aman digunakan sebagai zat aditif
maupun dalam kosmetik. Beberapa mikroalga dapat menghasilkan pigmen selain
dari pigmen hijau yang dihasilkan dari proses fotosintesis. Beberapa pigmen
yang umum digunakan dalam industry adalah klorofil, phycobiliprotein dan
karotenoid (Azimatun, 2014). Pigmen adalah zat kimia berwarnawarni yang
merupakan bagian dari sistem fotosintesis pada mikroalga. Pigmen dibedakan
menjadi tiga kelas: karotenoid, klorofil, dan phycobiliproteins (Barra et al., 2014).
Phycobiliproteins merupakan pigmen aksesori dalam alga merah dan
cyanobacteria dan merupakan bahan berharga tinggi. Salah satu jenis mikroalga
yang berpotensi untuk dikembangkan adalah Spirulina. Selain mempunyai
kandungan protein yang tinggi, Spirulina juga mempunyai kandungan pigment
Phycobiliprotein yang tinggi, terutama fikosianin.

3
1.2 Spirulina
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, Spirulina sp. diklasifikasikan
sebagai berikut (Steenis, 2008):
Kingdom : Protista
Divisi : Cyanophyta
Kelas : Cyanophyceae
Ordo : Nostocales
Famili : Oscilatoriaceae
Genus : Spirulina
Spesies : Spirulina sp

Arthhospira atau juga lebih sering disebut Spirulina merupakan salah satu
jenis organisme multiseluler yang termasuk dalam kelompok alga hijau biru
(blueegreen algae). Nama Spirulina sendiri berarti “pegas kecil”, dimana hal
tersebut mengacu pada sel-sel Spirulina yang membentuk untaian panjang yang
terlihat mirip dengan pegas melingkar. Pada bagian tubuh Spirulina dilengkapi
dengan filamen berwarna hijau-biru berbentuk silinder dan tidak bercabang.
Spirulina umumnya mempunyai ukuran 100 kali lebih besar dari sel darah merah
manusia, berwarna hijau tua yang berasal dari jumlah kloforil yang tinggi dan
berada di dalam koloni yang besar. (Tietze, 2004).

Habitat asli dari Spirulina sp. adalah perairan danau atau kolam dangkal
yang bersifat alkali dan bersuhu hangat di Kawasan beriklim tropis dan kawasan
Samudra Pasifik. Spirulina sp. dapat hidup di lingkungan yang optimal dengan
pH berkisar 8.5-10.5, suhu 25-30°C, dan intensitas cahaya 1500-3500 lux (Soni
et al, 2019) Spirulina sp. sudah sejak lama digunakan sebagai pangan
fungsional, terutama menjadi suplemen bagi masyarakat yang hidup dekat.
dengan habitat asli Spirulina itu sendiri. Spirulina sp. juga dimanfaatkan sebagai
bahan makanan oleh suku Aztec dan suku Mesoamerika lainnya hingga abad
ke-16 (Jung et al, 2019). Saat ini, Spirulina sp. telah banyak dimanfaatkan secara
komersial dalam berbagai bidang baik sebagai obat atau suplemen makanan,
pakan ikan berprotein tinggi, hingga sebagai bahan produk kosmetik. Selain itu,
Spirulina sp. juga diketahui tinggi akan kandungan senyawa bioaktif lain seperti
antioksidan antitumor, antivirus, antibakteri, antifungal sehingga banyak
dimanfaatkan dibidang farmasi (Soni et al, 2017). Spirulina juga memiliki
kemampuan unik yaitu dapat menetralisir mineral beracun sehingga dapat
digunakan sebagal agen penetral arsenik untuk air atau air limbah, dan bahan
beracun serta logam berat lainnya (Liu et al., 1991).

4
Gambar 2.1 Spirulina sp. (Asghari et . al., 2016)

Terdapat lebih dari 58 spesies Spirulina yang telah ditemukan, tetapi


hanya beberapa jenis yang banyak diteliti dan dibudidayakan baik untuk ilmiah
maupun komersil. Dua jenis Spirulina yang cukup terkenal di pasaran adalah
Spirulina platensis dan Spirulina maxima. Dua jenis Spirulina ini berbeda dalam
bentuk serta ukurannya dimana Spirulina maxima memiliki ukuran yang lebih
besar, meskipun bentuknya tidak terlalu spiral sebagai Spirulina platensis.
Secara umum, Spirulina diproduksi dalam kapsul, jus, atau tablet. Spirulina
kering dapat digunakan sebagai sumber pasta campuran, saus, sup, minuman
instan, dan makanan suplemen. Spirulina dapat ditambahkan dalam mie, roti,
biskuit. untuk menambah gizi yang lebih tinggi pada makanan. (Henrikson, 1989).
Spirulina platensis memiliki tingkat kandungan pigmen yang tinggi, di
antaranya 1,6% klorofil-a, 18% fikosianin, 17% β-karoten, dan 20-30% γ-linoleaic
acid dari total asam lemak (Sheth, 2006). Spirulina platensis mengandung
senyawa fikobiliprotein yang terdiri dari fikosianin, allo-fikosianin, dan fikoeritrin
dengan kandungan tertinggi adalahfikosianin.
Kandungan Jumlah
Beta-Caroten 6.8 mg
Zeaxanthin 9 mg
Chlorophyll 30 mg
Total Carotenoids 15 mg
C-Phycocyanin 240 mg
Total Pycocyanins 519 mg

Tabel .1 Kandungan pigment dalam satu gram Spirulina sp. (Asghari et . al.,
2016)

5
1.3 Fikosianin
Pewarna adalah bahan tambahan pangan yang sering kali digunakan
dengan tujuan untuk membuat suatu produk pangan menjadi lebih menarik. Hal
ini disebabkan karena penampilan warna suatu produk adalah salah satu
indikator yang menentukan pertimbangan konsumen untuk membeli atau tidak
membeli produk tersebut (Steinkraus 1983). Oleh karena itu, dalam industri
khususnya industri pangan, penggunaan pewarna sangat umum dilakukan demi
alasan kompetitif. Pada umumnya pewarna sintetis lebih sering digunakan pada
industri makanan karena lebih murah, ketersediaan yang lebih banyak, lebih
stabil, dan tahan lebih lama walaupun memiliki tingkat keamanan pangan yang
lebih rendah jika dibandingkan dengan pewarna alami. Namun, pewarna sintesis
lebih berbahaya bagi kesehatan jika penggunaannya berlebihan. Hal ini tidak
berlaku pada pewarna alami karena umumnya tidak memiliki efek negatif jika
dikonsumsi dan dapat diuraikan oleh tubuh sehingga memiliki tingkat keamanan
pangan yang tinggi. Akan tetapi pewarna alami mempunyai kelemahan
diantaranya adalah kestabilannya yang kurang terhadap cahaya, panas, dan pH
serta ketersediannya yang minim.

Hal ini merupakan potensi yang dapat dikembangkan dari pewarna alami
terutama dari spesies alga yang merupakan organisme tingkat rendah di
perairan. Jenis pewarna alami yang terkandung pada mikroalga tersebut adalah
fikosianin, klorofil-α, dan karotenoid yang banyak dipercaya sebagai sumber
antioksidan yang tinggi dan agen antikanker (Pirenantyo 2008). Fikosianin
merupakan pigmen yang dapat digunakan untuk pewarna alami dengan warna
biru. Pigmen ini mudah larut pada pelarut polar seperti air. Spolaore et al. (2006),
dalam penelitiannya menyatakan bahwa pigmen fikosianin mempunyai potensi
sebagai pewarna alami. Pemanfaatan pigmen fikosianin sebagai bahan pewarna
alami pada bahan pangan sebenarnya sudah telah sedari dulu dilakukan.
Perusahaan Dainippon Ink & Chemicals (Sakura), bahkan telah mengembangkan
produk dengan bahan dasar pigmen fikobiliprotein dengan nama Lina Blue
(El-Baky ,2003). Produk ini telah diaplikasikan pada beberapa produk makanan
seperti permen karet, ice sherberts, popsicles, minuman ringan (soft drink), dairy
product, dan wasabi.

Phycobiliprotein adalah kompleks protein makromolekul yang mempunyai


fungsi utama sebagai kompleks pemanenan cahaya untuk kegiatan fotosintesis
cyanobacteria dan eukariotik. Phycobiliprotein terbentuk oleh protein subunit α
dan subunit β dan Bilin Chromophore yang berbeda dalam susunan ikatan
rangkapnya yang menyebabkannya terpecah menjadi 3 kelas utama (Roamny,
2003). Phycobiliprotein terbagi menjadi tiga kelas utama sesuai dengan
strukturnya yaitu phycoerythrins (PE-merah muda,merah), fikosianin (PC- biru
gelap) dan allofikosianins (AP- biru cerah) (Bermejo et al., 2003).

Fikosianin sendiri berasal dari bahasa yunani phyco yang berarti alga dan
cyan yang berarti biru. Fikosianin telah banyak digunakan terutama sebagai
pigmen/pewarna makanan, obat-obatan, bahan baku kosmetik sebagai pelacak
biokimia berbasis flourescence dalam immunoassay, cytometry dan microscopy

6
karena sifat fluoresennya yang cukup baik (Vonshak, 1997). Selain itu fikosianin
juga telah diketahui memiliki sifat anti-inflamasi dan anti-kanker (Reddy et al.,
2003). Spirulina platensis merupakan salah satu sumber fikosianin yang sangat
baik. Fraksi protein dari Spirulina platensis dapat mengandung hingga 20%
fikosianin (Vonshak, 1997). Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
ekstraksi fikosianin. Faktor yang paling berpengaruh dalam proses ekstraksi
fikosianin adalah metode penghancuran seluler, jenis pelarut, rasio pelarut
biomassa dan waktu ekstraksi (Abalde et al., 1998; Reis et al., 1998).

Gambar 2.2 Struktur Fikosianin (Asghari et . al., 2016)

Terdapat berbagai teknik yang dapat dilakukan untuk mengekstraksi


fikosianin dari biomassa S. platensis dalam berbagai bentuk fisik (kering, basah
dan beku). Ekstraksi fikosianin dapat terbilang cukup sulit karena dinding sel
cyanobacteria cukup resisten , karena terdiri dari empat lapisan yaitu fibril,
peptidoglikan, protein, dan analog dengan bakteri gram negatif (Van
Eykelenburg, 1977). Beberapa metode ekstraksi yang dapat dilakukan antara lain
adalah metode homogenisasi, sonikasi, microwave, dan disintegrasi. Ekstraksi
ultrasonik merupakan metode yang sering digunakan untuk menghancurkan
dinding sel bakteri (Vinatoru, 2001). Ekstraksi dengan gelombang mikro
memanfaatkan gelombang mikro (300 MHz–300 GHz) untuk memanaskan media
ekstraksi (biasanya pelarut) untuk mengekstrak sebagian besar kandungan kimia
yang diinginkan (Jain et al., 2009). Homogenisasi klasik umumnya diterapkan
menggunakan peralatan Ultra Turrax yang dapat secara efisien membawa
senyawa target dan pelarut ke dalam kontak tanpa mengekstraksi komponen
yang tidak diinginkan dari biomassa. Namun, semua metode penghancuran sel
ini kurang spesifik karena puing-puing sel dan pengotor lain yang tidak diinginkan
harus dipisahkan lagi melalui tahapan lain . Selain itu, fikosianin cenderung
sensitif terhadap cahaya, oksigen, kelembaban, dan suhu sehingga dapat
dengan mudah terdegradasi dalam kondisi tertentu (Kannaujiya dan Sinha,
2016).

1.4 Microwave-Assisted Extraction (MAE)


Ekstraksi merupakan langkah penting dalam pemurnian/pemulihan bahan
aktif dari mikroorganisme, bahan/sel tanaman maupun hewan. Dalam berbagai
literatur, banyak teknik telah digunakan untuk mengisolasi senyawa/bahan aktif

7
dari sampel alami seperti ekstraksi dengan bantuan ultrasound, dan ekstraksi
dengan bantuan gelombang mikro (MAE).
MAE (Microwave-Assisted Extraction) adalah salah satu metode yang
dapat digunakan dalam pemisahan senyawa bioaktif dari matriks tanaman yang
berbeda. Keunggulan Metode MAE di antara metode ekstraksi lainnya adalah
berkat penghematan pelarut, potensi otomatisasi, waktu kontak yang singkat,
dan berbagai kemungkinan yang mempercepat pemprosesan sampel (Sen et al,
2019). Dalam MAE, pelarut menembus matriks sampel padat dan senyawa target
keluar dari matriks melalui pelarut polar atau nonpolar (Zigoneanu et al. 2008).
Banyak faktor seperti jenis pelarut, suhu, rasio cair-ke-padat, dan waktu
mempengaruhi hasil ekstraksi (Routray dan Orsat 2012). Dalam beberapa
dekade terakhir, prosedur tertentu dengan pengurangan waktu ekstraksi dan
peningkatan hasil ekstraksi dikembangkan untuk pemulihan polifenol dari
berbagai tanaman (Xiao, Han, dan Shi, 2008). Adapun beberapa Faktor
Operasional yang mempengaruhi MAE adalah sebagai berikut
1. Konsentrasi Pelarut
Pelarut yang paling sering digunakan adalah air, etanol, metanol,
dan aseton,. Etanol memiliki sifat pelarut yang baik dan aman untuk
dikonsumsi manusia karena sifatnya yang ramah lingkungan. Konsentrasi
etanol dalam air mempercepat kerusakan pada membran sel tanaman
untuk hasil ekstraksi yang lebih tinggi, namun, adanya pengotor dan
koagulasi protein mungkin akan menjadi faktor dominan yang
mempengaruhi dan menghambat penetrasi etanol maupun pelarut
lainnya.

2. Temperatur Ekstraksi
Sistem MAE dalam wadah/vessel tertutup diketahui dapat
memberikan tingkat suhu diatas titik didih pelarut ekstraksi. Temperatur
yang tinggi ini menyebabkan efisiensi ekstraksi meningkat karena
kelarutan analit dari sisi aktif matriks meningkat. Selain itu, pelarut
memiliki kapasitas untuk melarutkan analit pada suhu yang lebih tinggi,
sedangkan tegangan permukaan dan viskositas pelarut menurun dengan
suhu, yang meningkatkan pembasahan sampel. dan penetrasi matriks,
masing-masing. Namun ekstraksi dengan suhu yang terlalu tinggi tidak
dianjurkan karena adanya kemungkinan dekomposisi structural dari
sampel dan antioksidan yang akan diamati. Selain itu, penggunaan suhu
tinggi kurang sesuai untuk keselamatan kerja dan cenderung boros
energi.

3. Lama Ekstraksi
Mekanisme proses MAE melibatkan dua tahap dasar. Pada tahap
pertama, komponen target dilarutkan dari matriks sampel padat. Pada
tahap kedua, perpindahan massa komponen zat terlarut dari matriks
padat ke pelarut dilakukan dengan proses difusi dan osmotic. Adapun
nilai efisiensi ekstraksi cenderung meningkat dengan waktu MAE. Hal ini
disebabkan karena kecenderungan pelarut untuk menembus matriks

8
sampel padat terlebih dahulu, sebelum dapat melarutkan komponen
target sehingga memerlukan beberapa saat sebelum dapat mentransfer
komponen terlarut ke media pelarut .

4. Rasio Solid-Pelarut
Dari penelitian ini faktor rasio padat-pelarut adalah faktor yang
paling tidak signifikan pada ekstraksi antioksidan. Dalam memilih
solid-to-solvent rasio, apabila rasio yang digunakan kurang optimal dapat
secara drastis menurunkan pemulihan fenolik dalam desain proses.
Selain itu, pemilihan rasio yang tidak tepat akan tidak menguntungkan
dari segi biaya dan juga beresiko merusak peralatan maupun lingkungan
kerja.

1.5 Freeze-Thawing
Siklus pembekuan dan pencairan (freeze-thawing) sering digunakan (pada
skala laboratorium untuk mengganggu sel cyanobacteria (Moraes, Sala,
Cerveira, & Kalil, 2011; Tavanandi et al., 2018). Ketika cairan intraseluler
membeku, terjadi peningkatan volume sel karena pembentukan kristal es, diikuti
oleh kontraksi sel selama pencairan. Selain itu, pembekuan mendorong
perubahan pada kondisi tekanan membran sel dan gangguan osmotik akibat
perubahan konsentrasi elektrolit di daerah tertentu, serta berkontribusi terhadap
kerusakan membran sel (Acker & McGann, 2003; Roquebert & Bury, 1993).
Meskipun metode ini diterapkan secara luas untuk ekstraksi C-PC dari Spirulina,
beberapa penulis telah mengeksplorasi efek jumlah siklus pada hasil ekstraksi
dan kemurnian C-PC. Tavanandi et al. (2018) melaporkan bahwa 4 siklus
pembekuan dan pencairan adalah kondisi optimal, memungkinkan ekstraksi
C-PC dengan hasil ekstraksi tinggi dan kemurnian tinggi. Peningkatan lebih lanjut
pada jumlah siklus (5 dan 6 siklus) menyebabkan pelepasan protein kontaminan.
Penulis lain mengevaluasi pengaruh 1, 2, 3 dan 4 pengulangan siklus
freeze-thawing terhadap hasil ekstraksi dan kemurnian ekstrak dan menemukan
3 siklus sebagai kondisi terbaik (Saran, Puri, Jasuja, Kumar, & Sharma, 2016).
Oleh karena itu, jumlah siklus dapat dioptimalkan untuk memperoleh hasil
ekstraksi yang tinggi dan mencegah degradasi C-PC. Keuntungan utama metode
pembekuan dan pencairan adalah kemurnian ekstrak yang relatif tinggi (0,66 –
0,87,) dan kesederhanaannya. Namun, siklus pembekuan dan pencairan yang
berulang memakan waktu dan energi, sehingga metode lebih cocok untuk skala
lab (Tavanandi et al., 2018).

1.6 Antidiabetes
Obesitas meriupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kelebihan
lemak tubuh, dan merupakan masalah epidemiologis di seluruh dunia. Penyebab
utama obesitas dan kelebihan berat badan adalah adanya ketidakseimbangan
antara kalori yang dikonsumsi dan kalori yang digunakan dalam tubuh. Hal ini
dapat terjadi karena adanya perubahan pola diet/makan dan aktivitas fisik,

9
maupun hasil dari perubahan tren lingkungan dan sosial di sektor-sektor seperti
kesehatan, pertanian, transportasi, konsumsi, dan pendidikan. (Oka et al,. 2010).
Obesitas juga telah diketahui dapat memicu timbulnya penyakit lain seperti
diabetes melitus, peningkatan tekanan darah, dan dyslipidemia. Diantara
penyakit lain, diabetes merupakan penyakit yang paling sering muncul ketika
seseorang telah mengalami obesitas.

Diabetes mellitus dianggap sebagai salah satu dari lima penyebab utama
kematian di seluruh dunia. Diabetes itu sendiri merupakan penyakit kronis yang
terjadi akibat kelainan pada sistem kerja pankreas sehingga tidak dapat
menghasilkan insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa) yang
cukup, atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif.
Kematian akibat diabetes diperkirakan sekitar 9% dari kematian global (Yadav et
al., 2020). Pada tahun 2030 diperkirakan terdapat kurang lebih 21,3 juta orang
penderita Diabetes Melitus (DM) di Indonesia. Sedangkan menurut hasil Riset
kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan bahwa proporsi
penderita DM usia >15 tahun di Indonesia naik hampir dua kali lipat dibanding
tahun 2007.(Kementerian Kesehatan RI, 2013). Hasil penelitian di Indonesia
pada tahun 2010 menunjukkan bahwa 5,7% dari populasi penduduk dewasa di
Indonesia menderita Diabetes Mellitus (Pramono et al., 2010). Selama dekade
terakhir, prevalensi diabetes telah meningkat lebih cepat pada negara
berkembang dibandingkan dengan negara-negara berpenghasilan tinggi.

1.7 Ikan Zebra (danio rerio)


Ikan Zebra atau juga lebih dikenal dengan nama Zebrafish dan Danio rerio
adalah salah satu spesies monofiletik dalam family Cyprinidae, dengan ciri sirip
ekor bilobate, dan merupakan anggota dari ikan bersirip pari. Habitat zebrafish di
alam liar umumnya merupakan perairan dengan aliran air yang pelan dan
memiliki sedikit predator. Ikan Zebra umumnya dapat hidup pada kondisi air
yang jernih dan basa dengan pH 8, serta kondisi suhu berkisar 20-33ºC
(Holtzman et al., 2016)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterigil

Ordo : Cypriniformes

Family : Cyprinidae

Genus : Brachydanio

Spesies : Danio rerio

10
Gambar 2.4 Struktur Anatomi Ikan Zebra (Asghari et . al., 2016)

Zebrafish memiliki kesamaan struktur anatomi dengan mamalia, seperti otak,


jantung, hati, limpa, pankreas, kandung empedu, usus, ginjal, testis, dan ovarium
seperti yang tertera pada gambar 3. Ginjal juga merupakan tempat
haematopoiesis pada zebrafish (White et al., 2013). Zebrafish memiliki fisiologi
jantung yang mengalami proses morfogenetik seperti pada manusia. Selain itu
struktur nefron dan sel-sel ginjal pada zebrafish hampir mirip dengan ginjal yang
dimiliki oleh manusia. Fisiologi mata yang dimiliki zebrafish hampir mirip dengan
mata yang dimiliki oleh manusia, dan jika dibandingkan dengan tikus, penglihatan
zebrafish lebih menyerupai manusia karena bentuknya didominasi oleh sel
kerucut sedangkan pada tikus penglihatannya didominasi oleh sel batang
(William, 2017). Sebagai tambahan, jaringan adiposa pada zebrafish memiliki
fungsi yang hampir sama dengan jaringan adiposa pada mamalia yaitu
mengelola lipid sebagai respon terhadap pembatasan makanan dan
mengakumulasi peningkatan lipid sebagai respon terhadap kelebihan kalori
(Elemans et al., 2019). Pankreas zebrafish memiliki fungsi yang sama dengan
mamalia seperti homeostasis glukosa, termasuk memproduksi dan mensekresi
insulin, somatostatin, dan enzim pencernaan seperti amilase (Benchoula et al.,
2019). Zebrafish juga dapat meregenerasi sel β pankreas sepanjang hidupnya.
Hal tersebut dikarenakan adanya sinyal adenosin yang mendorong untuk
terjadinya regenerasi sel β pada zebrafish (Matsuda, 2018).

Ikan zebra telah terbukti sebagai model hewan yang berhasil untuk meneliti
dan memodelkan penyakit manusia, seperti obesitas dan diabetes. Pada ikan
zebra, penyerapan glukosa terjadi di bagian insang dan usus oleh transporter
glukosa yang disebut GLUT. Pada model hewan coba ikan zebra, adanya
kelebihan glukosa dalam air dapat menyebabkan gejala yang berhubungan
dengan patofisiologi diabetes melitus pada hewan uji (Yadav et al., 2020). Selain
itu ikan zebra juga mempunyai organ penting yang memiliki kemampuan dalam
mengatur homeostasis energi serta metabolisme sebagaimana pada mamalia,

11
termasuk organ pencernaan, dan jaringan adiposa. Ikan zebra juga memiliki
kemampuan dalam pengaturan nafsu makan, regulasi insulin dan penyimpanan
lipid yang dapat dikembangkan dengan baik sehingga ikan zebra merupakan
salah satu hewan uji yang sanagat cocok untuk model penyakit obesitas dan
diabetes (Zang et al., 2018).

1.8 Hipotesis
A. Ekstraksi fikosianin dengan gabungan metode freeze-thaw dan MAE

H0= Hasil Ekstraksi fikosianin dengan gabungan metode freeze-thaw dan


MAE meningkat jika dibandingkan hanya menggunakan salah satu metode saja
(freeze-thaw atau MAE)

H1= Hasil Ekstraksi fikosianin dengan gabungan metode freeze-thaw dan


MAE menurun jika dibandingkan hanya menggunakan salah satu metode saja
(freeze-thaw atau MAE)

B. Uji senyawa antidiabetes dari fikosianin dengan gabungan metode


ekstraksi freeze-thaw dan MAE dengan ikan Zebra

H0= Ekstrak fikosianin menunjukkan adanya aktivitas antidiabetes

H1= Ekstrak fikosianin tidak menunjukkan adanya aktivitas antidiabetes

12
BAB III
METODE PENELITIAN

2.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Penilitian ini dilaksanakan pada Laboratorium Biologi dan Kimia (Fakultas
Teknologi Pertanian), Laboratorium Budidaya Divisi Reproduksi Ikan (Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan), dan Laboratorium Sentral Imu Hayati Universitas
Brawijaya. Adapun untuk waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada bulan
Maret 2023 sampai dengan Oktober 2023.

2.2 Alat dan Bahan


2.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah Kit MAE (
Microwave-Assisted Extraction) merek Anton Paar, Freezer, Sentrifuge, Shaker
Waterbath, tanki, jar, timbangan analitik, pH meter, penangas air, spatula,
magnetic stirrer, aluminium foil, beaker glass, separangkat tabung reaksi, pipet
ukur, pipet tetes, kaca, dan penjepit kaca Spektrofotometer , Vortex, Hotplate
stimer, Setrifuge, Mikropipet, Tip. Baker glass, , Batang pengaduk, Pinset,
Glukometer (GlucoDr), dan pisau bedah.

2.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya bubuk Spirulina
platensis yang didapatkan dari AlgaePark, NaOH 1 M. HCI 1 M, aloksan, etanol,
, Na2CO3,NaNO3,AlCl3, quercetin, pakan ikan (PF 500), Aloksan , glukosa,
aquades serta hewan/model uji coba antidiabetes yaitu ikan Zebra (Danio rerio)
yang diperoleh dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya

2.3 Metode
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas
metode ekstraksi fikosianin yang didapat dari hasil ekstraksi dengan kombinasi
perlakuan Freeze-Thawing dan MAE (Microwave-Assisted Extraction) serta
menguji aktivitas antidiabetes yang dimiliki fikosianin yang telah diekstraksi
terhadap model hewan coba ikan Zebra (Danio rerio) yang telah diinduksi
glukosa tinggi. Adapun fikosianin yang diekstrak menggunakan kombinasi
perlakuan Freeze-Thawing dan MAE (Microwave-Assisted Extraction)
divariasikan berdasarkan jumlah siklus Freeze-Thaw dan waktu pembekuan.
Adapun analisis untuk proses ekstraksi fikosianin dilakukan dengan analisa
kemurnian, uji total rendemen, dan uji aktivitas antidiabetes dengan ikan Zebra.
Pengujian aktivitas antidiabetes diuji menggunakan ikan zebra yang telah
diinduksi hiperglikemia yang terbagi menjadi 4 kelompok.

2.4 Desain Eksperimental Penelitian


Rancangan penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu
Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) dengan 2 faktor yaitu jumlah siklus

13
freeze-thaw (A) dan lama waktu pembekuan (B). Desain ini dipilih karena satuan
percobaan tidak seragam sehingga diperlukan adanya pengelompokan faktor,
sehingga dipilihlah faktor A yaitu jumlah siklus freeze-thaw (1 dan 2 kali) dan
faktor B yaitu lama waktu pembekuan (1, 2, dan 3 jam) sehingga didapatkan 6
kombinasi perlakuan dengan pengulangan sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh
total sebayak 18 pengulangan.

Tabel 2 Desain Eksperimental Penelitian

Jumlah Siklus Lama Ulangan


Freeze-Thawi Pembekuan 1 2 3
ng
B1 (A1B1)1 (A1B1)2 (A1B1)3
A1 B2 (A1B2)1 (A1B2)2 (A1B2)3
B3 (A1B3)1 (A1B3)2 (A1B3)3
B1 (A2B1)1 (A2B1)2 (A2B1)3
A2 B2 (A2B2)1 (A2B2)2 (A2B2)3
B3 (A2B3)1 (A2B3)2 (A2B3)3

Keterangan:

A1 = 1 kali cycle/ siklus freeze-thaw

A2 = 2 kali cycle/siklus freeze-thaw

B1 = Lama waktu pembekuan 1 jam

B2 = Lama waktu pembekuan 2 jam

B3 = Lama waktu pembekuan 3 jam

Sedangkan, untuk desain eksperimental pengujian dengan Ikan Zebra,


Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental laboratorium post-test only
control group design. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple
random sampling karena ikan dianggap homogen, dan dipilih secara acak,
sehingga setiap ikan memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel
penelitian. Pada penelitian ini ikan zebra yang diuji dibagi menjadi empat
kelompok yang terdiri dan sepuluh ekor ikan pada masing-masing kelompok.
Ikan dikelompokkan sebagai berikut Kelompok Kelompok normal (tanpa
pemberian perlakuan); Kelompok 2: Kontrol negatif (ikan yang diinduksi
hiperglikemia); Kelompok 3 Ikan diabetes yang diberikan ekstrak fikosianin (300
mg/L); Kelompok 4: kontrol positif (ikan diabetes yang diberikan metformin 6
mg/L). Perlakuan ini dilakukan setiap hari selama 21 hari dan pada akhir
percobaan ikan disembelih

14
2.5 Pelaksanaan
2.5.1 Persiapan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah biomassa bubuk
Spirulina platensis yang diperoleh dari PT. Algaepark Indonesia Mandiri,
Klaten, Jawa Tengah.

2.5.2 Freeze-Thawing
Sebelum dilakukan ekstraksi menggunakan metode MAE, dilakukan
pre-treatment terhadap sampel dengan metode Freeze-Thawing. Hal tersebut
dilakukan dengan harapan untuk memaksimalkan ektraksi fikosianin dari sampel.
Adapun terdapat variasi dari tahapan ini yaitu seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya yaitu adanya variasi pada faktor A yaitu jumlah siklus freeze-thaw (1
dan 2 kali/cycle) dan faktor B yaitu perbedaan lama waktu pembekuan (1, 2, dan
3 jam). Tujuan utama proses freeze-thaw adalah untuk melakukan stressing sel
sehingga mempercepat pembebasan pigmen dari sel biomassa kering Spirulina
platensis.

2.5.3 MAE (Microwave-Assisted Extraction)


Ekstraksi dilakukan dengan mencampur ekstrak Spirulina yang sudah di
freeze-thaw dengan rasio pelarut biomassa 1 g: 10 mL pelarut . Kit MAE disetel
dengan pengadukan magnet konstan 600 rpm digunakan untuk mengekstraksi
fikosinanin dari bubuk alga. Sistem ini menggunakan energi gelombang mikro 1,1
kW pada frekuensi 2450 MHz. Sampel disinari selama 0–50 detik (interval 5
detik), pada 90 W (daya microwave dipilih setelah proses pra-evaluasi) dan
proses berlangsung selama 10 menit dengan suhu 50 C. Setelah ekstraksi,
campuran disentrifugasi pada 4500 rpm selama 15 menit dan kemudian
supernatan biru jernih dikumpulkan dan disimpan pada 4 C untuk menentukan
konsentrasi dan kemurnian fikosianin.

15
Gambar 3.1 Garis Besar Alur Penelitian (Asghari et . al., 2016)

2.5.4 Evaluasi Hasil Ekstraksi


2.5.4.1 Uji Rendemen dan Kemurnian Fikosianin
Seluruh ekstrak ditimbang sebanyak 0,05 g dan dilarutkan dengan 0,025
M PBS pH 7 sebanyak 500 µl (konsentrasi 0,1 µg/ml). Setelah itu diencerkan
menggunakan 0,001 M PBS pH 7 dengan pengenceran 10X. Uji kemurnian dan
konsentrasi fikosianin ini dilakukan dengan melihat absorbansi pada panjang
gelombang 280, 615, 620, dan 652 nm. Untuk mengetahui rendemen dan
kemurnian ekstrak fikosianin dapat diukur berdasarkan rumus berikut ini:

16
.

Keterangan:

PC : Phycocyanin Concentration (Konsentrasi Fikosianin)

PP : Phycocyanin Purity (Kemurnian Fikosianin)

Sedangkan untuk menghitung hasil rendemen ekstraksi digunakan rumus


:

Dengan V adalah volume pelarut (mL), dan massa adalah berat serbuk
kering hasil pengendapan yang telah dikeringbekukan (mg).

17
Gambar 3.2 Diagram Alir Uji Kemurnian dan Rendemen Fikosianin (Asghari et .
al., 2016)

2.5.5 Pengujian Aktivitas Antidiabetes dengan Model Uji Ikan Zebra


2.5.5.1 Pengkondisian Ikan Zebra Dewasa
Ikan zebra dewasa dengan panjang tubuh antara 2,5-3,0 cm digunakan untuk
model uji senyawa antidiabetes. Ikan kemudian diaklimatisasi selama 7 hari
dalam tangki 10 L dengan suhu 25 ± 2 ° C, dan kondisi filtrasi dan aerasi yang
konstan. Ikan dipelihara dalam siklus penyinaran gelap terang yang terbagi
menjadi siklus 14 jam terang, dan 10 jam gelap setiap hari serta diberi makan
dua kali sehari dengan pakan komersial.

2.5.5.2 Induksi Hiperglikemia


Empat batch berisi 40 ikan ditempatkan dalam tangki ikan berukuran 2 L
selama 21 hari. Pada 3 tangki ikan dikondisikan agar berisi larutan glukosa
2%/L. Adapun untuk kelompok kontrol dipelihara dalam tangki ikan tanpa
penambahan glukosa. Larutan glukosa diganti setiap hari untuk menghindari
adanya kontaminasi oleh mikroorganisme serta mengurangi kemungkinan
adanya stress pada ikan. Kondisi Ikan Zebra terus dipantau setiap hari untuk

18
melihat munculnya tanda-tanda stres, termasuk gerakan insang yang berlebihan,
serta kesulitan berenang. Selama pengujian berlangsung, ikan zebra diberi
makan dua kali sehari secara teratur. Pada akhir induksi diabetes dengan induksi
hiperglikemia, ikan diambil secara acak dari setiap batch untuk menguatkan
status diabetesnya, yang dipertahankan selama percobaan.

2.5.5.3 Pemberian Ekstrak Fikosianin dari Spirulina sp.


Lima belas ikan zebra dalam keadaan diabetes akibat induksi
hiperglikemia diambil secara acak untuk membentuk kelompok yang berbeda
dan ditempatkan dalam tangki berukuran 2 L. Ekstrak fikosianin dari Spirulina sp.
dilarutkan dan ditambahkan ke dalam tangki pada konsentrasi 300 mg/L.
Pemberian senyawa Metformin (6 mg/L) digunakan dalam pengujian ini sebagai
perlakuan pengobatan pada kelompok kontrol positif sedangkan untuk kelompok
kontrol negatif tidak menerima pengobatan. Perlakuan yang berbeda diberikan
setiap hari selama 14 hari. Pada akhir masa percobaan, ikan disembelih.

● kelompok 1 : Ikan zebra normoglikemik (tanpa pemberian perlakuan).

● kelompok 2 (kontrol negatif): Ikan zebra diabetes yang diinduksi glukosa


(tanpa pemberian perlakuan).

● kelompok 3: ikan zebra diabetes yang diinduksi glukosa diberikan dengan


300 mg/L fikosianin.

● Kelompok 4 (kontrol positif): ikan zebra diabetes yang diinduksi glukosa


diberikan dengan metformin 6 mg/L.

2.5.5.4 Anestesi dan Pengorbanan


Untuk menghindari adanya faktor lain ketika mengukur parameter biokimia
yang berbeda, ikan di setiap batch dipuasakan terlebih dahulu selama 24 jam.
Ikan Zebra kemudian dipindahkan ke tangki ikan dengan air bebas glukosa
selama 15 menit. Selanjutnya, ikan zebra dari setiap batch dibius dan
dikorbankan untuk mendapatkan darah, yang digunakan pengujian kadar glukosa
dengan glukometer.

19
Gambar 3.3 Diagram Alir Uji Antidiabetes

20
3.4.5 Pengamatan dan Analisa Data
Data hasil penelitian kemudian akan di analisis menggunakan metode
Analysis of Variance (ANOVA) dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Faktorial. Apabila terjadi adanya perbedaan nyata dari faktor percobaan maka
dilakukan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan selang kepercayaan 95%
(α=0,05)

21
DAFTAR PUSTAKA

Abalde, J., Betancourt, L., Torres, E., Cid, A., Barwell, C., 1998. Purification and
characterization of phycocyanin from the marine cyanobacterium
Synechococcus sp. IO9201. Plant Science 136, 109–120.
Ananthi V. Brindhadevi K. Pugazhendhi A. Arun A . 2021. Impact of abiotic
factors on biodiesel production by microalgae. Fuel 284:118962
Anupama, Ravindra, P., 2000. Value-added food: single cell protein. Biotechnol.
Adv. 18, 459-479.
Asghari, A., Fazilati, M., Latifi, A. M., Salavati, H., & Choopani, A. 2016. A review
on antioxidant properties of Spirulina. Journal of Applied Biotechnology
Reports, 3(1), 345-351.
Azimatun Nur, MM. 2014. Potensi Mikroalga sebagai Sumber Pangan Fungsional
di Indonesia . Eksergi, 11(2), 01- 06.
Barra, L., Chandrasekaran, R., Corato, F., Brunet, C., 2014. The challenge of
ecophysiological biodiversity for biotechnological applications of marine
microalgae. Mar. Drugs 12, 1641e1675.
Bermejo, R., Acie´n, F.G., Iba´nez, M.J., Ferna´ndez, J.M., Molina, E.,
Alvarez-Pez, J.M., 2003. Preparative purification of B-phycoerythrin from
the microalga Porphyridium cruentum by expanded-bed adsorption
chromatography. J. Chromatogr. B 790, 317–325.
Brasil, B.S.A.F., Siqueira, F.G., Salum, T.F.C., Zanette, C.M., Spier, M.R., 2017.
Microalgae and cyanobacteria as enzyme biofactories. Algal Res. 25,
76-89.
Camel, V. 2000. Microwave-assisted solvent extraction of environmental
samples. TrAC Trends in Analytical Chemistry 19 (4):229–248.
Chacón-Lee, T: González-Marifio, G. 2010. Microalgae for "healthy"
foods-Possibilities and challenges Compr ReFood Sci. Food Saf, 9,
655-675.
Deamici, K. M., Santos, L. O., & Costa, J. A. V. 2018. Magnetic field action on
outdoor and indoor cultures of Spirulina: Evaluation of growth, medium
consumption and protein profile. Bioresource Technol., 249, 168-174.
Detrich, H. W., Westerfield, M., & Zon, L. I. 1999. The zebrafish: biology.
Academic Press.
Idakiev, H., Baecker, S., 2018. Extraction of proteins and active substances from
microalgae. INFORM (International News on Fats, Oils, and Related
Materials) 29, 22-25.
Jung, F., Krüger-Genge, A., Waldeck, P., & Küpper, J. H. 2019. Spirulina
platensis, a super food?. Journal of Cellular Biotechnology, 5(1), 43-54.
Liu, L.C., Guo, B.J., and Ruan, J.S. 1991. Antitumour Activity of Polysaccharides
Extracted from Spirulina. Oceanogr., 5:33-37.
Norton TA, Melkonian, M.; Andersen, R.A. 1996, Algal biodiversity. Phycologia
35, 308-326.

22
Oka T, Nishimura Y, Zang L, Hirano M, Shimada Y, Wang Z, et al., Diet-induced
obesity in zebrafish shares common pathophysiological pathways with
mammalian obesity. BMC Physiol, 2010; 10(21): 1-13
Omojasola P, Folakemi, Jilani, Omowumi Priscilla and SA Ibiyemi. 2008.
Cellulase Production by some Fungi Cultured on Pineapple Waste.Nature
and Science, 6(2):64-79
Postlethwait, J. H., Woods, I. G., Ngo-Hazelett, P., Yan, Y. L., Kelly, P. D., Chu, F.,
... & Talbot, W. S. 2000. Zebrafish comparative genomics and the origins
of vertebrate chromosomes. Genome research, 10(12), 1890-1902.
Reddy, M.C., Subhashini, J., Mahipal, S.V.K., Bhat, V.B., Reddy, P.S., Kiranmai,
G., Madyastha, K.M., Reddanna, P., 2003. C-Phycocyanin, a selective
cyclooxygenase-2 inhibitor, induces apoptosis in
lipopolysaccharide-stimulated RAW 264.7 macrophages. Biochem.
Biophys. Res. Commun. 304, 385–392.
Reis, A., Mendes, A., Lobo-Fernandes, H., Empis, J.A., Novais, J.M., 1998.
Production, extraction and purification of phycobiliproteins from Nostoc
sp.. Bioresour. Technol. 66, 181–187.
Roamy G. The mass culture of spirulina platensis (nordstedt) geiteler in kitchen
wastewater and fermented solution of oil extracted soybean. 31st
Congress on Science and Technology of Thailand at Suranaree University
of Technology, 2003, 18– 20
Routray, W., and V. Orsat. 2012. Microwave-assisted extraction of flavonoids: A
review. Food and Bioprocess Technology 5 (2):409–424
Sampath-Wiley, P: Nectus, CD: Jahnke, LS. 2008 Seasonal effects of sun
exposure and emersion on intertidal waweed physiology: Fluctuations in
antioxidant contents, photosynthetic pigments and photosynthetic
efficiency in the rod alga Porphyra umbilicalis kützing (Rhodophyta,
Bangiales). J. Exp. Mar. Biol. Ecol, 361, 83-91.
Şen, F. B., Aşçı, Y. S., Bekdeşer, B., Bener, M., & Apak, R. 2019. Optimization of
microwave-assisted extraction (MAE) for the isolation of antioxidants from
basil (Ocimum basilicum L.) by response surface methodology
(RSM). Analytical Letters, 52(17), 2751-2763.
Soni, R. A., Sudhakar, K., & Rana, R. S. 2017. Spirulina–From Growth to
Nutritional Product: A Review. Trends in Food Science & Technology, 69,
157-171.
Soni, R. A., Sudhakar, K., & Rana, R. S. (2019). Comparative study on the
growth performance of Spirulina platensis on modifying culture
media. Energy Reports, 5, 327-336.
Tietze HW. 2004. Spirulina Micro Food Macro Blessing. Fourth Edition. Australia:
Harald W. New Delhi: Tietze Publishing
Westerfield, M. 2000. The zebrafish book: a guide for the laboratory use of
zebrafish.
Xiao, W., L. Han, and B. Shi. 2008. Microwave-assisted extraction of flavonoids
from Radix astragali. Seperation and Purification Technology 62
(3):614–618

23
Vonshak, A., 1997. Spirulina platensis (Arthospira): Physiology, cell biology and
biotechnology. Taylor & Francis, London.
Yadav, S., Surendra, V., Pathak, K., Joshi, A. R., Sharma, U. R., Janadri, S., &
Manjunatha, P. M. (2020). Evaluation of anti-Obesity and Anti-Diabetic
Effect of Histidine Dihydrochloride in Zebrafish Model .
Zigoneanu, I. G., L. Williams, Z. Xu, and C. M. Sabliov. 2008. Determination of
antioxidant components in rice bran oil extracted by microwave-assisted
method. Bioresource Technology 99 (11):4910–4918.

24

Anda mungkin juga menyukai