Proposal
Proposal
TUGAS AKHIR
Oleh
NIM 195100500111031
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul : Ekstraksi Fikosianin dari Spirulina sp. Berbasis Freeze-Thawing dan MAE
(Microwave-Assisted Extraction) dan Pengujian Senyawa Antidiabetes
Yang DImiliki dengan Model Uji Ikan Zebra (danio rerio)
Nama : Aditya Nur Anugrah
NIM : 195100500111031
Departemen : Ilmu Pangan Dan Bioteknologi
Fakultas : Teknologi Pertanian
Dosen Pembimbing,
NIP. 195906131986011001
Tanggal Persetujuan:
1
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Ekstraksi Fikosianin dari Spirulina sp. Berbasis Freeze-Thawing dan MAE
(Microwave-Assisted Extraction) dan Pengujian Senyawa Antidiabetes
Yang Dimiliki dengan Model Uji Ikan Zebra (danio rerio)
Nama : Aditya Nur Anugrah
NIM : 195100500111031
Departemen : Ilmu Pangan Dan Bioteknologi
Fakultas : Teknologi Pertanian
Dosen Pembimbing,
NIP. 195906131986011001
Ketua Jurusan,
NIP. 197005041999032002
Tanggal Lulus:
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT. Yang karena berkat rahmat yang diberikan-Nya
Tugas Akhir dengan judul “ Ekstraksi Fikosianin dari Spirulina sp. Berbasis
Freeze-Thawing dan MAE (Microwave-Assisted Extraction) dan Pengujian Senyawa
Antidiabetes Yang Dimiliki dengan Model Uji Ikan Zebra (danio rerio)” dapat diselesaikan
dengan baik. Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses
penulisan laporan ini yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Yunianta, DEA selaku Dosen Pembimbing Skripsi
2. Ibu Dr. Widya Dwi Rukmi P., STP., MP selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Universitas Brawijaya
3. Orang tua, keluarga, teman dan semua pihak yang memberikan dukungannya selama
proses penyusunan laporan ini
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
selanjutnya. Penulis mengharapkan semoga pelaksaan praktik kerja lapang ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan khalayak umum yang membutuhkan informasi.
3
ABSTRAK
4
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
ABSTRAK iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR TABEL viii
BAB I 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
BAB II 3
2.1 Mikroalga 3
2.2 Spirulina 4
2.3 Fikosianin 6
2.4 Microwave-Assisted Extraction (MAE) 7
2.5 Freeze-Thawing 9
2.6 Antidiabetes 9
2.7 Ikan Zebra (danio rerio) 10
BAB III 13
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan 13
3.2 Alat dan Bahan 13
3.2.1 Alat 13
3.2.2 Bahan 13
3.3 Metode 13
3.4 Desain Eksperimental Penelitian 14
3.5 Pelaksanaan 15
3.5.1 Persiapan Sampel 15
3.5.2 Freeze-Thawing 15
3.5.3 MAE (Microwave-Assisted Extraction) 15
3.5.4 Evaluasi Hasil Ekstraksi 16
3.5.4.1 Uji Rendemen dan Kemurnian Fikosianin 16
3.5.4.2 Uji Total Flavonoid 18
3.5.4.3 Uji Kadar Total Fenol Error! Bookmark not defined.
5
3.5.5 Pengujian Aktivitas Antidiabetes dengan Model Uji Ikan Zebra 20
3.5.5.1 Pengkondisian Ikan Zebra Dewasa 20
3.5.5.2 Induksi Hiperglikemia 20
3.5.5.3 Pemberian Ekstrak Fikosianin dari Spirulina sp. 20
3.5.5.4 Anestesi dan Pengorbanan 20
3.4.5 Pengamatan dan Analisa Data 22
DAFTAR PUSTAKA 23
6
DAFTAR GAMBAR
7
DAFTAR TABEL
8
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.3 Tujuan
Tujuan umum dari penelitian ini adalah:
1.4 Manfaat
Manfaat utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui
dan mengevaluasi efek kombinasi gabungan metode freeze-thawing dan MAE
terhadap tingkat ekstraksi fikosianin dan tindak lanjut terhadap optimasi metode
gabungan tersebut. Manfaat lain dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
aktivitas aspek bioaktif yaitu senyawa antidiabetes yang didapatkan dari hasil
ekstraksi dengan metode Freeze-Thawing dan MAE dengan model hewan uji
ikan zebra (danio rerio). Adapun apabila penelitian ini berhasil dilaksanakan
dengan hasil yang sesuai, maka dapat menjadi rujukan untuk peneltian-penelitian
yang akan datang.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Mikroalga
Mikroalga adalah organisme mikroskopis uniseluler,yang juga dianggap
sebagai sumber protein alternatif yang layak. Divisi mikroalga yang paling banyak
ditemukan adalah Bacillariophyta (diatom), Chlorophyta (ganggang hijau),
Chrysophyta (ganggang emas), dan Cyanophyta (ganggang biru-hijau).
Mikroalga adalah kelompok yang sangat beragam yang mencakup kurang-lebih
sekitar 200.000 spesies (Norton et al, 1996). Beberapa spesies mikroalga saat ini
banyak dieksploitasi untuk berbagai tujuan bioteknologi, termasuk kosmetik,
pakan ternak, asam lemak, alginat, pengolahan air limbah, dan biofuel (Sampath
et al ,2008). Selain itu, Arthrospira platensis, dan Chlorella vulgaris juga dijual
sebagai makanan fungsional karena kandungan vitamin dan mineralnya yang
tinggi dan telah terdaftar sebagai bahan pangan yang aman oleh European Food
Safety Authority (EPSA) (Lee et al, 2010).
3
1.2 Spirulina
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, Spirulina sp. diklasifikasikan
sebagai berikut (Steenis, 2008):
Kingdom : Protista
Divisi : Cyanophyta
Kelas : Cyanophyceae
Ordo : Nostocales
Famili : Oscilatoriaceae
Genus : Spirulina
Spesies : Spirulina sp
Arthhospira atau juga lebih sering disebut Spirulina merupakan salah satu
jenis organisme multiseluler yang termasuk dalam kelompok alga hijau biru
(blueegreen algae). Nama Spirulina sendiri berarti “pegas kecil”, dimana hal
tersebut mengacu pada sel-sel Spirulina yang membentuk untaian panjang yang
terlihat mirip dengan pegas melingkar. Pada bagian tubuh Spirulina dilengkapi
dengan filamen berwarna hijau-biru berbentuk silinder dan tidak bercabang.
Spirulina umumnya mempunyai ukuran 100 kali lebih besar dari sel darah merah
manusia, berwarna hijau tua yang berasal dari jumlah kloforil yang tinggi dan
berada di dalam koloni yang besar. (Tietze, 2004).
Habitat asli dari Spirulina sp. adalah perairan danau atau kolam dangkal
yang bersifat alkali dan bersuhu hangat di Kawasan beriklim tropis dan kawasan
Samudra Pasifik. Spirulina sp. dapat hidup di lingkungan yang optimal dengan
pH berkisar 8.5-10.5, suhu 25-30°C, dan intensitas cahaya 1500-3500 lux (Soni
et al, 2019) Spirulina sp. sudah sejak lama digunakan sebagai pangan
fungsional, terutama menjadi suplemen bagi masyarakat yang hidup dekat.
dengan habitat asli Spirulina itu sendiri. Spirulina sp. juga dimanfaatkan sebagai
bahan makanan oleh suku Aztec dan suku Mesoamerika lainnya hingga abad
ke-16 (Jung et al, 2019). Saat ini, Spirulina sp. telah banyak dimanfaatkan secara
komersial dalam berbagai bidang baik sebagai obat atau suplemen makanan,
pakan ikan berprotein tinggi, hingga sebagai bahan produk kosmetik. Selain itu,
Spirulina sp. juga diketahui tinggi akan kandungan senyawa bioaktif lain seperti
antioksidan antitumor, antivirus, antibakteri, antifungal sehingga banyak
dimanfaatkan dibidang farmasi (Soni et al, 2017). Spirulina juga memiliki
kemampuan unik yaitu dapat menetralisir mineral beracun sehingga dapat
digunakan sebagal agen penetral arsenik untuk air atau air limbah, dan bahan
beracun serta logam berat lainnya (Liu et al., 1991).
4
Gambar 2.1 Spirulina sp. (Asghari et . al., 2016)
Tabel .1 Kandungan pigment dalam satu gram Spirulina sp. (Asghari et . al.,
2016)
5
1.3 Fikosianin
Pewarna adalah bahan tambahan pangan yang sering kali digunakan
dengan tujuan untuk membuat suatu produk pangan menjadi lebih menarik. Hal
ini disebabkan karena penampilan warna suatu produk adalah salah satu
indikator yang menentukan pertimbangan konsumen untuk membeli atau tidak
membeli produk tersebut (Steinkraus 1983). Oleh karena itu, dalam industri
khususnya industri pangan, penggunaan pewarna sangat umum dilakukan demi
alasan kompetitif. Pada umumnya pewarna sintetis lebih sering digunakan pada
industri makanan karena lebih murah, ketersediaan yang lebih banyak, lebih
stabil, dan tahan lebih lama walaupun memiliki tingkat keamanan pangan yang
lebih rendah jika dibandingkan dengan pewarna alami. Namun, pewarna sintesis
lebih berbahaya bagi kesehatan jika penggunaannya berlebihan. Hal ini tidak
berlaku pada pewarna alami karena umumnya tidak memiliki efek negatif jika
dikonsumsi dan dapat diuraikan oleh tubuh sehingga memiliki tingkat keamanan
pangan yang tinggi. Akan tetapi pewarna alami mempunyai kelemahan
diantaranya adalah kestabilannya yang kurang terhadap cahaya, panas, dan pH
serta ketersediannya yang minim.
Hal ini merupakan potensi yang dapat dikembangkan dari pewarna alami
terutama dari spesies alga yang merupakan organisme tingkat rendah di
perairan. Jenis pewarna alami yang terkandung pada mikroalga tersebut adalah
fikosianin, klorofil-α, dan karotenoid yang banyak dipercaya sebagai sumber
antioksidan yang tinggi dan agen antikanker (Pirenantyo 2008). Fikosianin
merupakan pigmen yang dapat digunakan untuk pewarna alami dengan warna
biru. Pigmen ini mudah larut pada pelarut polar seperti air. Spolaore et al. (2006),
dalam penelitiannya menyatakan bahwa pigmen fikosianin mempunyai potensi
sebagai pewarna alami. Pemanfaatan pigmen fikosianin sebagai bahan pewarna
alami pada bahan pangan sebenarnya sudah telah sedari dulu dilakukan.
Perusahaan Dainippon Ink & Chemicals (Sakura), bahkan telah mengembangkan
produk dengan bahan dasar pigmen fikobiliprotein dengan nama Lina Blue
(El-Baky ,2003). Produk ini telah diaplikasikan pada beberapa produk makanan
seperti permen karet, ice sherberts, popsicles, minuman ringan (soft drink), dairy
product, dan wasabi.
Fikosianin sendiri berasal dari bahasa yunani phyco yang berarti alga dan
cyan yang berarti biru. Fikosianin telah banyak digunakan terutama sebagai
pigmen/pewarna makanan, obat-obatan, bahan baku kosmetik sebagai pelacak
biokimia berbasis flourescence dalam immunoassay, cytometry dan microscopy
6
karena sifat fluoresennya yang cukup baik (Vonshak, 1997). Selain itu fikosianin
juga telah diketahui memiliki sifat anti-inflamasi dan anti-kanker (Reddy et al.,
2003). Spirulina platensis merupakan salah satu sumber fikosianin yang sangat
baik. Fraksi protein dari Spirulina platensis dapat mengandung hingga 20%
fikosianin (Vonshak, 1997). Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
ekstraksi fikosianin. Faktor yang paling berpengaruh dalam proses ekstraksi
fikosianin adalah metode penghancuran seluler, jenis pelarut, rasio pelarut
biomassa dan waktu ekstraksi (Abalde et al., 1998; Reis et al., 1998).
7
dari sampel alami seperti ekstraksi dengan bantuan ultrasound, dan ekstraksi
dengan bantuan gelombang mikro (MAE).
MAE (Microwave-Assisted Extraction) adalah salah satu metode yang
dapat digunakan dalam pemisahan senyawa bioaktif dari matriks tanaman yang
berbeda. Keunggulan Metode MAE di antara metode ekstraksi lainnya adalah
berkat penghematan pelarut, potensi otomatisasi, waktu kontak yang singkat,
dan berbagai kemungkinan yang mempercepat pemprosesan sampel (Sen et al,
2019). Dalam MAE, pelarut menembus matriks sampel padat dan senyawa target
keluar dari matriks melalui pelarut polar atau nonpolar (Zigoneanu et al. 2008).
Banyak faktor seperti jenis pelarut, suhu, rasio cair-ke-padat, dan waktu
mempengaruhi hasil ekstraksi (Routray dan Orsat 2012). Dalam beberapa
dekade terakhir, prosedur tertentu dengan pengurangan waktu ekstraksi dan
peningkatan hasil ekstraksi dikembangkan untuk pemulihan polifenol dari
berbagai tanaman (Xiao, Han, dan Shi, 2008). Adapun beberapa Faktor
Operasional yang mempengaruhi MAE adalah sebagai berikut
1. Konsentrasi Pelarut
Pelarut yang paling sering digunakan adalah air, etanol, metanol,
dan aseton,. Etanol memiliki sifat pelarut yang baik dan aman untuk
dikonsumsi manusia karena sifatnya yang ramah lingkungan. Konsentrasi
etanol dalam air mempercepat kerusakan pada membran sel tanaman
untuk hasil ekstraksi yang lebih tinggi, namun, adanya pengotor dan
koagulasi protein mungkin akan menjadi faktor dominan yang
mempengaruhi dan menghambat penetrasi etanol maupun pelarut
lainnya.
2. Temperatur Ekstraksi
Sistem MAE dalam wadah/vessel tertutup diketahui dapat
memberikan tingkat suhu diatas titik didih pelarut ekstraksi. Temperatur
yang tinggi ini menyebabkan efisiensi ekstraksi meningkat karena
kelarutan analit dari sisi aktif matriks meningkat. Selain itu, pelarut
memiliki kapasitas untuk melarutkan analit pada suhu yang lebih tinggi,
sedangkan tegangan permukaan dan viskositas pelarut menurun dengan
suhu, yang meningkatkan pembasahan sampel. dan penetrasi matriks,
masing-masing. Namun ekstraksi dengan suhu yang terlalu tinggi tidak
dianjurkan karena adanya kemungkinan dekomposisi structural dari
sampel dan antioksidan yang akan diamati. Selain itu, penggunaan suhu
tinggi kurang sesuai untuk keselamatan kerja dan cenderung boros
energi.
3. Lama Ekstraksi
Mekanisme proses MAE melibatkan dua tahap dasar. Pada tahap
pertama, komponen target dilarutkan dari matriks sampel padat. Pada
tahap kedua, perpindahan massa komponen zat terlarut dari matriks
padat ke pelarut dilakukan dengan proses difusi dan osmotic. Adapun
nilai efisiensi ekstraksi cenderung meningkat dengan waktu MAE. Hal ini
disebabkan karena kecenderungan pelarut untuk menembus matriks
8
sampel padat terlebih dahulu, sebelum dapat melarutkan komponen
target sehingga memerlukan beberapa saat sebelum dapat mentransfer
komponen terlarut ke media pelarut .
4. Rasio Solid-Pelarut
Dari penelitian ini faktor rasio padat-pelarut adalah faktor yang
paling tidak signifikan pada ekstraksi antioksidan. Dalam memilih
solid-to-solvent rasio, apabila rasio yang digunakan kurang optimal dapat
secara drastis menurunkan pemulihan fenolik dalam desain proses.
Selain itu, pemilihan rasio yang tidak tepat akan tidak menguntungkan
dari segi biaya dan juga beresiko merusak peralatan maupun lingkungan
kerja.
1.5 Freeze-Thawing
Siklus pembekuan dan pencairan (freeze-thawing) sering digunakan (pada
skala laboratorium untuk mengganggu sel cyanobacteria (Moraes, Sala,
Cerveira, & Kalil, 2011; Tavanandi et al., 2018). Ketika cairan intraseluler
membeku, terjadi peningkatan volume sel karena pembentukan kristal es, diikuti
oleh kontraksi sel selama pencairan. Selain itu, pembekuan mendorong
perubahan pada kondisi tekanan membran sel dan gangguan osmotik akibat
perubahan konsentrasi elektrolit di daerah tertentu, serta berkontribusi terhadap
kerusakan membran sel (Acker & McGann, 2003; Roquebert & Bury, 1993).
Meskipun metode ini diterapkan secara luas untuk ekstraksi C-PC dari Spirulina,
beberapa penulis telah mengeksplorasi efek jumlah siklus pada hasil ekstraksi
dan kemurnian C-PC. Tavanandi et al. (2018) melaporkan bahwa 4 siklus
pembekuan dan pencairan adalah kondisi optimal, memungkinkan ekstraksi
C-PC dengan hasil ekstraksi tinggi dan kemurnian tinggi. Peningkatan lebih lanjut
pada jumlah siklus (5 dan 6 siklus) menyebabkan pelepasan protein kontaminan.
Penulis lain mengevaluasi pengaruh 1, 2, 3 dan 4 pengulangan siklus
freeze-thawing terhadap hasil ekstraksi dan kemurnian ekstrak dan menemukan
3 siklus sebagai kondisi terbaik (Saran, Puri, Jasuja, Kumar, & Sharma, 2016).
Oleh karena itu, jumlah siklus dapat dioptimalkan untuk memperoleh hasil
ekstraksi yang tinggi dan mencegah degradasi C-PC. Keuntungan utama metode
pembekuan dan pencairan adalah kemurnian ekstrak yang relatif tinggi (0,66 –
0,87,) dan kesederhanaannya. Namun, siklus pembekuan dan pencairan yang
berulang memakan waktu dan energi, sehingga metode lebih cocok untuk skala
lab (Tavanandi et al., 2018).
1.6 Antidiabetes
Obesitas meriupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kelebihan
lemak tubuh, dan merupakan masalah epidemiologis di seluruh dunia. Penyebab
utama obesitas dan kelebihan berat badan adalah adanya ketidakseimbangan
antara kalori yang dikonsumsi dan kalori yang digunakan dalam tubuh. Hal ini
dapat terjadi karena adanya perubahan pola diet/makan dan aktivitas fisik,
9
maupun hasil dari perubahan tren lingkungan dan sosial di sektor-sektor seperti
kesehatan, pertanian, transportasi, konsumsi, dan pendidikan. (Oka et al,. 2010).
Obesitas juga telah diketahui dapat memicu timbulnya penyakit lain seperti
diabetes melitus, peningkatan tekanan darah, dan dyslipidemia. Diantara
penyakit lain, diabetes merupakan penyakit yang paling sering muncul ketika
seseorang telah mengalami obesitas.
Diabetes mellitus dianggap sebagai salah satu dari lima penyebab utama
kematian di seluruh dunia. Diabetes itu sendiri merupakan penyakit kronis yang
terjadi akibat kelainan pada sistem kerja pankreas sehingga tidak dapat
menghasilkan insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa) yang
cukup, atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif.
Kematian akibat diabetes diperkirakan sekitar 9% dari kematian global (Yadav et
al., 2020). Pada tahun 2030 diperkirakan terdapat kurang lebih 21,3 juta orang
penderita Diabetes Melitus (DM) di Indonesia. Sedangkan menurut hasil Riset
kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan bahwa proporsi
penderita DM usia >15 tahun di Indonesia naik hampir dua kali lipat dibanding
tahun 2007.(Kementerian Kesehatan RI, 2013). Hasil penelitian di Indonesia
pada tahun 2010 menunjukkan bahwa 5,7% dari populasi penduduk dewasa di
Indonesia menderita Diabetes Mellitus (Pramono et al., 2010). Selama dekade
terakhir, prevalensi diabetes telah meningkat lebih cepat pada negara
berkembang dibandingkan dengan negara-negara berpenghasilan tinggi.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterigil
Ordo : Cypriniformes
Family : Cyprinidae
Genus : Brachydanio
10
Gambar 2.4 Struktur Anatomi Ikan Zebra (Asghari et . al., 2016)
Ikan zebra telah terbukti sebagai model hewan yang berhasil untuk meneliti
dan memodelkan penyakit manusia, seperti obesitas dan diabetes. Pada ikan
zebra, penyerapan glukosa terjadi di bagian insang dan usus oleh transporter
glukosa yang disebut GLUT. Pada model hewan coba ikan zebra, adanya
kelebihan glukosa dalam air dapat menyebabkan gejala yang berhubungan
dengan patofisiologi diabetes melitus pada hewan uji (Yadav et al., 2020). Selain
itu ikan zebra juga mempunyai organ penting yang memiliki kemampuan dalam
mengatur homeostasis energi serta metabolisme sebagaimana pada mamalia,
11
termasuk organ pencernaan, dan jaringan adiposa. Ikan zebra juga memiliki
kemampuan dalam pengaturan nafsu makan, regulasi insulin dan penyimpanan
lipid yang dapat dikembangkan dengan baik sehingga ikan zebra merupakan
salah satu hewan uji yang sanagat cocok untuk model penyakit obesitas dan
diabetes (Zang et al., 2018).
1.8 Hipotesis
A. Ekstraksi fikosianin dengan gabungan metode freeze-thaw dan MAE
12
BAB III
METODE PENELITIAN
2.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya bubuk Spirulina
platensis yang didapatkan dari AlgaePark, NaOH 1 M. HCI 1 M, aloksan, etanol,
, Na2CO3,NaNO3,AlCl3, quercetin, pakan ikan (PF 500), Aloksan , glukosa,
aquades serta hewan/model uji coba antidiabetes yaitu ikan Zebra (Danio rerio)
yang diperoleh dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya
2.3 Metode
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas
metode ekstraksi fikosianin yang didapat dari hasil ekstraksi dengan kombinasi
perlakuan Freeze-Thawing dan MAE (Microwave-Assisted Extraction) serta
menguji aktivitas antidiabetes yang dimiliki fikosianin yang telah diekstraksi
terhadap model hewan coba ikan Zebra (Danio rerio) yang telah diinduksi
glukosa tinggi. Adapun fikosianin yang diekstrak menggunakan kombinasi
perlakuan Freeze-Thawing dan MAE (Microwave-Assisted Extraction)
divariasikan berdasarkan jumlah siklus Freeze-Thaw dan waktu pembekuan.
Adapun analisis untuk proses ekstraksi fikosianin dilakukan dengan analisa
kemurnian, uji total rendemen, dan uji aktivitas antidiabetes dengan ikan Zebra.
Pengujian aktivitas antidiabetes diuji menggunakan ikan zebra yang telah
diinduksi hiperglikemia yang terbagi menjadi 4 kelompok.
13
freeze-thaw (A) dan lama waktu pembekuan (B). Desain ini dipilih karena satuan
percobaan tidak seragam sehingga diperlukan adanya pengelompokan faktor,
sehingga dipilihlah faktor A yaitu jumlah siklus freeze-thaw (1 dan 2 kali) dan
faktor B yaitu lama waktu pembekuan (1, 2, dan 3 jam) sehingga didapatkan 6
kombinasi perlakuan dengan pengulangan sebanyak 3 kali, sehingga diperoleh
total sebayak 18 pengulangan.
Keterangan:
14
2.5 Pelaksanaan
2.5.1 Persiapan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah biomassa bubuk
Spirulina platensis yang diperoleh dari PT. Algaepark Indonesia Mandiri,
Klaten, Jawa Tengah.
2.5.2 Freeze-Thawing
Sebelum dilakukan ekstraksi menggunakan metode MAE, dilakukan
pre-treatment terhadap sampel dengan metode Freeze-Thawing. Hal tersebut
dilakukan dengan harapan untuk memaksimalkan ektraksi fikosianin dari sampel.
Adapun terdapat variasi dari tahapan ini yaitu seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya yaitu adanya variasi pada faktor A yaitu jumlah siklus freeze-thaw (1
dan 2 kali/cycle) dan faktor B yaitu perbedaan lama waktu pembekuan (1, 2, dan
3 jam). Tujuan utama proses freeze-thaw adalah untuk melakukan stressing sel
sehingga mempercepat pembebasan pigmen dari sel biomassa kering Spirulina
platensis.
15
Gambar 3.1 Garis Besar Alur Penelitian (Asghari et . al., 2016)
16
.
Keterangan:
Dengan V adalah volume pelarut (mL), dan massa adalah berat serbuk
kering hasil pengendapan yang telah dikeringbekukan (mg).
17
Gambar 3.2 Diagram Alir Uji Kemurnian dan Rendemen Fikosianin (Asghari et .
al., 2016)
18
melihat munculnya tanda-tanda stres, termasuk gerakan insang yang berlebihan,
serta kesulitan berenang. Selama pengujian berlangsung, ikan zebra diberi
makan dua kali sehari secara teratur. Pada akhir induksi diabetes dengan induksi
hiperglikemia, ikan diambil secara acak dari setiap batch untuk menguatkan
status diabetesnya, yang dipertahankan selama percobaan.
19
Gambar 3.3 Diagram Alir Uji Antidiabetes
20
3.4.5 Pengamatan dan Analisa Data
Data hasil penelitian kemudian akan di analisis menggunakan metode
Analysis of Variance (ANOVA) dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Faktorial. Apabila terjadi adanya perbedaan nyata dari faktor percobaan maka
dilakukan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan selang kepercayaan 95%
(α=0,05)
21
DAFTAR PUSTAKA
Abalde, J., Betancourt, L., Torres, E., Cid, A., Barwell, C., 1998. Purification and
characterization of phycocyanin from the marine cyanobacterium
Synechococcus sp. IO9201. Plant Science 136, 109–120.
Ananthi V. Brindhadevi K. Pugazhendhi A. Arun A . 2021. Impact of abiotic
factors on biodiesel production by microalgae. Fuel 284:118962
Anupama, Ravindra, P., 2000. Value-added food: single cell protein. Biotechnol.
Adv. 18, 459-479.
Asghari, A., Fazilati, M., Latifi, A. M., Salavati, H., & Choopani, A. 2016. A review
on antioxidant properties of Spirulina. Journal of Applied Biotechnology
Reports, 3(1), 345-351.
Azimatun Nur, MM. 2014. Potensi Mikroalga sebagai Sumber Pangan Fungsional
di Indonesia . Eksergi, 11(2), 01- 06.
Barra, L., Chandrasekaran, R., Corato, F., Brunet, C., 2014. The challenge of
ecophysiological biodiversity for biotechnological applications of marine
microalgae. Mar. Drugs 12, 1641e1675.
Bermejo, R., Acie´n, F.G., Iba´nez, M.J., Ferna´ndez, J.M., Molina, E.,
Alvarez-Pez, J.M., 2003. Preparative purification of B-phycoerythrin from
the microalga Porphyridium cruentum by expanded-bed adsorption
chromatography. J. Chromatogr. B 790, 317–325.
Brasil, B.S.A.F., Siqueira, F.G., Salum, T.F.C., Zanette, C.M., Spier, M.R., 2017.
Microalgae and cyanobacteria as enzyme biofactories. Algal Res. 25,
76-89.
Camel, V. 2000. Microwave-assisted solvent extraction of environmental
samples. TrAC Trends in Analytical Chemistry 19 (4):229–248.
Chacón-Lee, T: González-Marifio, G. 2010. Microalgae for "healthy"
foods-Possibilities and challenges Compr ReFood Sci. Food Saf, 9,
655-675.
Deamici, K. M., Santos, L. O., & Costa, J. A. V. 2018. Magnetic field action on
outdoor and indoor cultures of Spirulina: Evaluation of growth, medium
consumption and protein profile. Bioresource Technol., 249, 168-174.
Detrich, H. W., Westerfield, M., & Zon, L. I. 1999. The zebrafish: biology.
Academic Press.
Idakiev, H., Baecker, S., 2018. Extraction of proteins and active substances from
microalgae. INFORM (International News on Fats, Oils, and Related
Materials) 29, 22-25.
Jung, F., Krüger-Genge, A., Waldeck, P., & Küpper, J. H. 2019. Spirulina
platensis, a super food?. Journal of Cellular Biotechnology, 5(1), 43-54.
Liu, L.C., Guo, B.J., and Ruan, J.S. 1991. Antitumour Activity of Polysaccharides
Extracted from Spirulina. Oceanogr., 5:33-37.
Norton TA, Melkonian, M.; Andersen, R.A. 1996, Algal biodiversity. Phycologia
35, 308-326.
22
Oka T, Nishimura Y, Zang L, Hirano M, Shimada Y, Wang Z, et al., Diet-induced
obesity in zebrafish shares common pathophysiological pathways with
mammalian obesity. BMC Physiol, 2010; 10(21): 1-13
Omojasola P, Folakemi, Jilani, Omowumi Priscilla and SA Ibiyemi. 2008.
Cellulase Production by some Fungi Cultured on Pineapple Waste.Nature
and Science, 6(2):64-79
Postlethwait, J. H., Woods, I. G., Ngo-Hazelett, P., Yan, Y. L., Kelly, P. D., Chu, F.,
... & Talbot, W. S. 2000. Zebrafish comparative genomics and the origins
of vertebrate chromosomes. Genome research, 10(12), 1890-1902.
Reddy, M.C., Subhashini, J., Mahipal, S.V.K., Bhat, V.B., Reddy, P.S., Kiranmai,
G., Madyastha, K.M., Reddanna, P., 2003. C-Phycocyanin, a selective
cyclooxygenase-2 inhibitor, induces apoptosis in
lipopolysaccharide-stimulated RAW 264.7 macrophages. Biochem.
Biophys. Res. Commun. 304, 385–392.
Reis, A., Mendes, A., Lobo-Fernandes, H., Empis, J.A., Novais, J.M., 1998.
Production, extraction and purification of phycobiliproteins from Nostoc
sp.. Bioresour. Technol. 66, 181–187.
Roamy G. The mass culture of spirulina platensis (nordstedt) geiteler in kitchen
wastewater and fermented solution of oil extracted soybean. 31st
Congress on Science and Technology of Thailand at Suranaree University
of Technology, 2003, 18– 20
Routray, W., and V. Orsat. 2012. Microwave-assisted extraction of flavonoids: A
review. Food and Bioprocess Technology 5 (2):409–424
Sampath-Wiley, P: Nectus, CD: Jahnke, LS. 2008 Seasonal effects of sun
exposure and emersion on intertidal waweed physiology: Fluctuations in
antioxidant contents, photosynthetic pigments and photosynthetic
efficiency in the rod alga Porphyra umbilicalis kützing (Rhodophyta,
Bangiales). J. Exp. Mar. Biol. Ecol, 361, 83-91.
Şen, F. B., Aşçı, Y. S., Bekdeşer, B., Bener, M., & Apak, R. 2019. Optimization of
microwave-assisted extraction (MAE) for the isolation of antioxidants from
basil (Ocimum basilicum L.) by response surface methodology
(RSM). Analytical Letters, 52(17), 2751-2763.
Soni, R. A., Sudhakar, K., & Rana, R. S. 2017. Spirulina–From Growth to
Nutritional Product: A Review. Trends in Food Science & Technology, 69,
157-171.
Soni, R. A., Sudhakar, K., & Rana, R. S. (2019). Comparative study on the
growth performance of Spirulina platensis on modifying culture
media. Energy Reports, 5, 327-336.
Tietze HW. 2004. Spirulina Micro Food Macro Blessing. Fourth Edition. Australia:
Harald W. New Delhi: Tietze Publishing
Westerfield, M. 2000. The zebrafish book: a guide for the laboratory use of
zebrafish.
Xiao, W., L. Han, and B. Shi. 2008. Microwave-assisted extraction of flavonoids
from Radix astragali. Seperation and Purification Technology 62
(3):614–618
23
Vonshak, A., 1997. Spirulina platensis (Arthospira): Physiology, cell biology and
biotechnology. Taylor & Francis, London.
Yadav, S., Surendra, V., Pathak, K., Joshi, A. R., Sharma, U. R., Janadri, S., &
Manjunatha, P. M. (2020). Evaluation of anti-Obesity and Anti-Diabetic
Effect of Histidine Dihydrochloride in Zebrafish Model .
Zigoneanu, I. G., L. Williams, Z. Xu, and C. M. Sabliov. 2008. Determination of
antioxidant components in rice bran oil extracted by microwave-assisted
method. Bioresource Technology 99 (11):4910–4918.
24