Anda di halaman 1dari 20

TINGKATAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

(Laporan Praktikum Pengelolaan Konservasi Sumber Daya Hutan)

Oleh:

Muhamad Rohansyah
2314151104
Kelompok 10

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2024
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keanekaragaman hayati adalah suatu varasi atau perbedaan bentuk-bentuk
antar makhluk hidup. Perbedaan tersebut meliputi perbedaan pada tumbuhan,
hewan, dan mikroorganisme, materi genetik yang terdapat didalamnya, serta
berbagai bentuk ekosistem yang menjadi tempat hidup makhluk hidup tersebut.
Keanekaragaman, memiliki arti suatu hal atau keadaan yang bermacam-macam dan
kata hayati merujuk kepada suatu hal yang hidup. Dalam arti singkat
keanekaragaman hayati ialah keseluruhan variasi makhluk hidup (organisme) yang
menghuni biosfer. Keanekaragaman hayati disebut juga “Biodiversitas” (Rhidwan,
2012).
Dalam Keanekaragaman hayati, perbedaan yang ada pada tiap makhluk hidup
dibedakan menjadi tiga tingkatan. Tiga tingkatan tersebut meliputi:
keanekaragaman genetik, keanekaragaman spesies dan keanekaragaman ekosistem.
Ketiga tingkatan keanekaragaman hayati itu diperlukan untuk kelanjutan
kelangsungan makhluk hidup di bumi dan penting bagi manusia. Pemahaman
tentang tingkat keanekaragaman hayati ini penting untuk memahami hubungan
antara spesies dan lingkungan, serta mengembangkan strategi konservasi yang
efektif untuk menjaga keanekaragaman hayati yang ada di bumi (Anggraini, 2018).
Keanekaragaman hayati tidak luput dari ancaman yang dapat membuatnya
punah. Tindakan konservasi perlu untuk diberlakukan agar kelestarian
keanekaragaman hayati tetap terjaga. Pembukaan lahan hutan untuk perluasan
areapertanian dan eksploitasi sumber daya hutan secara berlebihan menjadi salah
satu contoh permasalahan yang mengancam keanekaragaman hayati. Habitat
tempat tinggal flora dan fauna dapat rusak, terpecah, atau berkurag hingga hancur.
Kelestariannya ekosistem akan terganggu dan berujung pada kepunahan, baik lokal
maupun masal (Nasruddin, 2020).

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah

1. Mengetahui dan mendeskripsikan keanekaragaman hayati.


2. Menganalisa, mengelompokkan, dan memberikan contoh keanekaragaman
hayati berdasarkan tingkatannya.
3. Melakukan kompilasi foto untuk poster atau leaflet tentang
keanekaragaman hayati berdasarkan tingkatannya serta proses editingnya.
II. METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1. Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum ini dilakukan pada hari Jumat, 8 Maret 2024 pukul 07.00
– 09.50 WIB. Kegiatan praktikum yang praktikan laksanakan bertempat di
Lapangan Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

2.2. Alat dan Bahan


Peralatan yang digunakan dalam praktikum adalah ATK (alat tulis), kamera
digital / DSLR dan laptop. Bahan yang digunakan adalah referensi dari
berbagai sumber.

2.3. Cara Kerja


Prosedur kerja pada praktikum ini meliputi
1. Mengeksplorasi dan mengumpulkan jenis keanekaragaman hayati.
2. Melakukan pengambilan gambar dan mengidentifikasi menggunakan bantuan
buku panduan atau aplikasi lainnya.
3. Mengumpulkan informasi, menyusun, mengkompilasikan foto
4. Membuat video serta melakukan editing.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil
Hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Matriks manfaat SDH
KELOMPOK : 10
LOKASI : Lapangan Terpadu, Universitas Lampung
HARI/TANGAL : Jum’at, 8 Maret 2024

Tabel 1. Jenis KEHATI Tingkat Genetik


No. Jenis KEHATI Deskripsi Dokumentasi
1. Harimau Harimau putih Bengal (Panthera
Bengal/Putih tigris tigris), juga dikenal sebagai
(Panthera tigris harimau putih atau harimau Bengal
tigris). albino, adalah subspesies langka dari
harimau Bengal (Panthera tigris
tigris) yang dikenal karena warna
bulunya yang langka dan (Sumber: Pinterest).
karakteristiknya yang mempesona.
Secara genetik, fenomena warna
putih pada harimau ini disebabkan
oleh mutasi genetik resesif pada gen
SLC45A2, yang menghasilkan
ketidakmampuan untuk
menghasilkan pigmen eumelanin,
yang memberikan warna normal pada
bulu harimau. Penelitian genomik
terbaru menunjukkan bahwa mutasi
dalam gen SLC45A2 merupakan
Tabel 1.1. Lanjutan Jenis KEHATI Tingkat Genetik
No. Jenis KEHATI Deskripsi Dokumentasi
faktor utama dalam penentuan warna
bulu putih pada harimau Bengal.
Selain itu, penelitian juga
menunjukkan adanya keragaman
genetik yang signifikan antara
harimau putih Bengal dan harimau
Bengal biasa, yang menyoroti
pentingnya konservasi genetik untuk
memelihara populasi langka ini
(Ghosh et al., 2019).
2. Harimau Harimau Sumatra (Panthera tigris
Sumatera sumatrae) adalah subspesies kecil
(Panthera tigris dari harimau yang secara genetik
sumatrae). berbeda dari subspesies harimau
lainnya. Penelitian genomik telah
mengungkapkan adanya keragaman
genetik yang signifikan antara (Sumber:Pinterest).
harimau Sumatra dan subspesies
harimau lainnya, menunjukkan
divergensi genetik yang substansial
selama evolusi mereka di pulau
Sumatra yang terisolasi (Luo et al.,
2004). Penelitian juga telah
mengidentifikasi variasi genetik yang
penting dalam populasi harimau
Sumatra, menyoroti pentingnya
upaya konservasi untuk
mempertahankan keanekaragaman
genetik ini dalam menghadapi
ancaman terus-menerus terhadap
habitat dan populasi mereka (Paiman
et al.,2018).
Tabel 1.2. Lanjutan Jenis KEHATI Tingkat Genetik
No. Jenis KEHATI Deskripsi Dokumentasi
3. Padi (Oryza Padi (Oryza sativa) adalah salah satu
sativa). tanaman pangan paling penting secara
global, dan penelitian genetik telah
menjadi kunci dalam pemahaman dan
peningkatan varietas padi. Padi
memiliki genom yang kompleks,
dengan sekitar 30.000 hingga 40.000 (Sumber:Pinterest).
gen yang terdiri dari tiga genom,
yaitu genom A, B, dan C. Analisis
genomik telah mengidentifikasi gen-
gen yang terlibat dalam berbagai
karakteristik penting padi, seperti
produktivitas, ketahanan terhadap
penyakit, adaptasi lingkungan, dan
kualitas biji. Penelitian terkini juga
menyoroti pentingnya keragaman
genetik dalam populasi padi untuk
meningkatkan ketahanan terhadap
perubahan lingkungan dan tantangan
baru, termasuk perubahan iklim dan
tekanan penyakit. Dengan memahami
genetika padi, para peneliti dapat
mengembangkan varietas yang lebih
tangguh, produktif, dan sesuai dengan
kebutuhan petani di seluruh dunia
(Donggulo et al., (2017).
4. Padi Ketan Padi ketan (Oryza sativa subsp.
(Oryza sativa glutinosa) adalah varietas spesifik
glutinosa). dari padi yang dikenal karena
kandungan amilopektin yang tinggi
dalam berasnya, yang memberikan
Tabel 1.3. Lanjutan Jenis KEHATI Tingkat Genetik
No. Jenis KEHATI Deskripsi Dokumentasi
sifat lengket pada beras setelah
dimasak. Secara genetik, sifat lengket
pada padi ketan dikendalikan oleh
gen waxy (Wx), yang mengodekan
enzim granule-bound starch synthase
(GBSS) yang bertanggung jawab atas
sintesis amilopektin dalam biji padi. (Sumber:Pinterest).
Mutasi pada gen Wx menyebabkan
akumulasi amilosa, sehingga
menghasilkan beras yang kurang
lengket. Penelitian genetik pada padi
ketan telah menunjukkan variasi
dalam alel gen Wx, yang
memengaruhi tingkat kelengketan
beras. Selain itu, penelitian genomik
telah mengidentifikasi faktor-faktor
genetik lain yang berkontribusi pada
sifat-sifat lain dari padi ketan, seperti
resistensi terhadap penyakit dan
adaptasi terhadap lingkungan yang
berbeda (Yunus et al., 2019).

KELOMPOK : 10
LOKASI : Lapangan Terpadu, Universitas Lampung
HARI/TANGAL : Jum’at, 8 Maret 2024

Tabel 2. Jenis KEHATI Tingkat Spesies


No. Jenis KEHATI Deskripsi Dokumentasi
1. Krabuku/Tarsius Tarsius krabuku, atau yang lebih
(Tarsius dikenal dengan sebutan primata
bancanus). hantu, adalah primata kecil yang
hidup di pulau Sulawesi, Indonesia.
Table 2.1. Lanjutan Jenis KEHATI Tingkat Spesies
No. Jenis KEHATI Deskripsi Dokumentasi
Primata ini merupakan salah satu dari
beberapa spesies tarsius yang tersebar
di kepulauan Indonesia dan Filipina.
Tarsius krabuku memiliki tubuh yang
kecil dengan panjang sekitar 10
hingga 15 sentimeter, dan memiliki
mata yang besar, ekor panjang, serta (Sumber:Pinterest).
telinga yang memanjang. Bulunya
biasanya berwarna abu-abu atau
cokelat, menyesuaikan dengan
lingkungannya di hutan-hutan tropis
Sulawesi. Primata ini memiliki
perilaku nokturnal, aktif di malam
hari untuk berburu serangga dan
mungkin juga kelelawar kecil. Habitat
asli mereka umumnya terdiri dari
hutan primer dan hutan sekunder
yang lebat. Sayangnya, seperti
banyak spesies primata lainnya,
Tarsius krabuku menghadapi
ancaman serius terhadap habitatnya
akibat dari deforestasi dan perburuan
ilegal, sehingga status konservasinya
dianggap rentan (Saroyo et al.,2023).
2. Gajah Afrika Gajah Afrika (Loxodonta africana)
(Loxodonta adalah mamalia besar yang
Africana). mendominasi lanskap savana dan
hutan di Afrika Sub-Sahara. Mereka
memiliki ciri khas yang mencolok,
termasuk gading panjang, telinga
yang besar dan lebar, serta tubuh (Sumber:pinterest).
besar yang ditopang oleh kaki-kaki
Tabel 2.2. Lanjutan Jenis KEHATI Tingkat Spesies
No. Jenis KEHATI Deskripsi Dokumentasi
Gajah Afrika jantan dewasa bisa
mencapai tinggi sekitar 3-4 meter dan
berat hingga 6.000 kilogram,
menjadikannya salah satu mamalia
darat terbesar di dunia. Meskipun
ukurannya yang besar, gajah Afrika
dikenal karena kecerdasan dan
perilaku sosial yang kompleks.
Mereka hidup dalam kelompok yang
terdiri dari betina dan anak-anak
mereka, sementara gajah jantan sering
mengembara sendiri atau dalam
kelompok-kelompok kecil. Gajah
Afrika memakan berbagai jenis
tumbuhan, termasuk rumput, daun,
buah-buahan, dan cabang. Meskipun
mereka dilindungi oleh undang-
undang di banyak negara, gajah
Afrika menghadapi ancaman serius
terhadap kelangsungan hidup mereka,
seperti hilangnya habitat, perburuan
ilegal untuk gading, dan konflik
dengan manusia (Wittemyer et al.,
2014).
3. Badak Sumatra Badak Sumatra (Dicerorhinus
(Dicerorhinus sumatrensis) adalah spesies badak
sumatrensis). yang menjadi ikon dari pulau
Sumatra, Indonesia. Mereka
merupakan badak terkecil dari semua
spesies badak yang masih hidup,
dengan tinggi bahu sekitar 1,4 hingga (Sumber:Pinterest).
1,7 meter dan berat mencapai 900
kilogram. Badak Sumatra memiliki
Tabel 2.3. Lanjutan Jenis KEHATI Tingkat Spesies
No. Jenis KEHATI Deskripsi Dokumentasi
ciri khas tanduk ganda yang dimiliki
oleh kedua jenis kelamin, meskipun
pada betina tanduknya lebih kecil
dan kurang terlihat. Tubuh mereka
dilapisi oleh kulit yang tebal dan
berlipat-lipat, memberikan
perlindungan dari serangan predator.
Badak Sumatra adalah hewan
herbivora yang memakan berbagai
jenis tumbuhan, termasuk dedaunan,
buah-buahan, dan tunas pohon.
Mereka biasanya hidup sendiri atau
dalam kelompok kecil yang terdiri
dari induk betina dan anaknya.
Sayangnya, populasi badak Sumatra
mengalami penurunan yang drastis
dalam beberapa dekade terakhir
akibat perburuan ilegal untuk gading
dan hilangnya habitat akibat
deforestasi (Rohman et al.,2021).
4. Pohon Pinus Pohon pinus, yang meliputi berbagai
(Pinus merkusii spesies dalam genus Pinus, adalah
jungh). pohon konifer yang tersebar luas di
berbagai belahan dunia, terutama di
wilayah-wilayah beriklim sedang
hingga dingin. Mereka dikenal
dengan ciri-ciri seperti jarum-jarum
hijau panjang dan buah-buahan
kerucut yang berisi biji. Pohon pinus
memiliki banyak kegunaan, mulai
dari kayu untuk konstruksi hingga
resin untuk industri kimia, dan juga
penting dalam menjaga kestabilan
Tabel 2.4. Lanjutan Jenis KEHATI Tingkat Spesies
No. Jenis KEHATI Deskripsi Dokumentasi
ekosistem dan memberikan habitat
bagi satwa liar. Meskipun penting
dalam pengelolaan hutan dan
restorasi lahan terdegradasi, beberapa
spesies pinus juga dapat menjadi
spesies invasif yang mengganggu
ekosistem asli di lokasi di luar
habitat aslinya (Negara et al.,2020).
5. Padma Raksasa Rafflesia arnoldii adalah tanaman
(Rafflesia parasit yang terkenal karena memiliki
arnoldii). bunga terbesar di dunia, dengan
diameter mencapai satu meter dan
berat hingga 11 kilogram. Spesies ini
endemik di hutan hujan Sumatra dan
merupakan bagian dari genus (Sumber:Pinterest).
Rafflesia, yang dikenal karena
bunga-bunga besar dan tidak
memiliki daun. Rafflesia arnoldii
menghabiskan sebagian besar siklus
hidupnya sebagai benih dalam akar
parasit tumbuhan inangnya, pohon
anggrek. Ketika bunga mekar,
mereka menarik banyak perhatian
karena ukuran dan bau busuk yang
kuat yang menyerupai bau bangkai.
Spesies ini terancam punah karena
hilangnya habitat dan perburuan
ilegal, dan perlindungan konservasi
serta pengawetan habitat mereka
sangat penting untuk
mempertahankan kelangsungan
hidupnya (Olah, 1996).
KELOMPOK : 10
LOKASI : Lapangan Terpadu, Universitas Lampung
HARI/TANGAL : Jum’at, 8 Maret 2024

Tabel 3. Jenis KEHATI Tingkat Ekosistem


No. Jenis KEHATI Deskripsi Dokumentasi
1. Hutan Hujan Ekosistem hutan hujan Sumatera
Sumatera merupakan salah satu ekosistem
hutan hujan tropis terkaya di dunia,
yang mendukung keanekaragaman
hayati yang luar biasa. Ekosistem ini
terdiri dari hutan-hutan yang lebat
dan luas yang meliputi hutan dataran (Sumber:Okezone
rendah, hutan pegunungan, dan Travel).
hutan rawa. Hutan hujan Sumatera
kaya akan flora dan fauna endemik,
termasuk spesies ikonik seperti
gajah Sumatera, harimau Sumatera,
orangutan Sumatera, dan bunga
Rafflesia arnoldii. Tanaman tropis
seperti kayu ulin, meranti, dan
mahoni juga menjadi bagian integral
dari ekosistem ini. Hutan hujan
Sumatera memiliki peranan penting
dalam menjaga keseimbangan iklim
global, menyimpan karbon dalam
biomassa dan tanahnya, serta
menyediakan layanan ekosistem
seperti penyediaan air bersih,
mitigasi banjir, dan pengendalian
erosi. Namun, ekosistem ini
menghadapi tekanan serius akibat
deforestasi yang berkelanjutan,
perambahan lahan untuk pertanian
(Onrizal et al.,2017).
Tabel 3.1. Lanjutan Jenis KEHATI Tingkat Ekosistem
No. Jenis KEHATI Deskripsi Dokumentasi
2. Savana Ekosistem savana adalah ekosistem
terbuka yang terdiri dari padang
rumput yang luas dengan sejumlah
kecil pohon dan semak. Ekosistem
savana tersebar di berbagai belahan
dunia, terutama di daerah beriklim
tropis dan subtropis, seperti Afrika, (Sumber:Agrozine).
Amerika Selatan, dan Australia.
Vegetasi yang khas dalam
ekosistem savana meliputi rumput-
rumputan tinggi, semak belukar,
dan beberapa pohon yang tersebar.
Tanaman dominan dalam savana
sering kali memiliki adaptasi
khusus terhadap kebakaran dan
kekeringan, seperti akar yang dalam
dan tahan api. Satwa liar yang
hidup di savana termasuk berbagai
spesies herbivora seperti zebra,
gajah, dan rusa, serta predator
seperti singa, cheetah, dan serigala.
Ekosistem savana juga merupakan
habitat bagi berbagai spesies
burung dan reptil. Kebakaran alami
sering terjadi di savana, membantu
menjaga keberagaman habitat dan
membantu memperbarui
pertumbuhan rumput. Namun,
tekanan dari aktivitas manusia
seperti penggembalaan hewan,
pertanian, dan urbanisasi dapat
mengancam kelestarian ekosistem
savana (Putra el al., 2020).
3.2. Pembahasan
Keanekaragaman hayati pada tingkat genetik merujuk pada variasi genetik
yang terdapat dalam suatu spesies. Variasi ini dapat muncul melalui perbedaan
dalam urutan DNA antara individu-individu, serta variasi dalam alel-alel gen yang
mengontrol ciri-ciri tertentu. Keanekaragaman genetik sangat penting bagi
kelangsungan hidup suatu spesies, karena memungkinkan adaptasi terhadap
perubahan lingkungan, penyesuaian terhadap tekanan seleksi, dan potensi evolusi
yang lebih besar. Faktor-faktor seperti migrasi, mutasi, rekombinasi genetik, dan
seleksi alam memainkan peran penting dalam pembentukan dan pemeliharaan
keanekaragaman genetik di dalam populasi (Aprisiwi et al.,2014).
Tingkat spesies dalam keanekaragaman hayati mengacu pada keragaman
spesies-spesies yang ada di planet ini. Spesies merupakan kelompok individu yang
dapat saling berkembang biak secara alami dan menghasilkan keturunan yang juga
dapat berkembang biak. Keanekaragaman spesies mencakup berbagai bentuk
kehidupan, mulai dari mikroorganisme hingga flora dan fauna yang lebih kompleks.
Setiap spesies memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan
memberikan kontribusi yang tak ternilai bagi fungsi ekosistem. Kehilangan spesies
dapat mengakibatkan gangguan serius pada ekosistem dan menurunkan
keberlanjutan lingkungan hidup. Oleh karena itu, menjaga keanekaragaman spesies
menjadi tujuan utama dalam upaya konservasi dan perlindungan lingkungan
(Aprisiwi et al.,2014).
Tingkat ekosistem dalam keanekaragaman hayati merujuk pada beragam
lingkungan alami yang terdiri dari interaksi kompleks antara organisme hidup dan
lingkungan fisiknya. Ekosistem mencakup segala bentuk kehidupan, termasuk
tumbuhan, hewan, mikroorganisme, serta faktor abiotik seperti tanah, air, udara,
dan cahaya matahari. Keanekaragaman ekosistem mencakup variasi dalam jenis-
jenis ekosistem, seperti hutan hujan, padang rumput, gurun, rawa-rawa, dan sungai-
sungai. Setiap ekosistem memiliki struktur dan fungsi unik yang memengaruhi
keseimbangan ekologi dan keberlanjutan lingkungan. Oleh karena itu, perlindungan
dan pelestarian keanekaragaman ekosistem menjadi kunci dalam menjaga
keseimbangan alam dan kesejahteraan manusia (Kusmana, 2015).
IV. KESIMPULAN

Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah


1. Keanekaragaman hayati adalah keragaman segala bentuk kehidupan di Bumi,
termasuk variasi genetik, spesies, dan ekosistem.
2. Hasil data yang telah di kumpulkan tentang jenis keanekaragaman hayati berupa,
tingkat gen terdapat harimau putih/Bengal, harimau Sumatra, padi, dan padi
ketan. Tingkat spesies berupa Krabuku, gajah Afrika, badak Sumatra, pinus, dan
padma raksasa. Tingkat ekosistem berupa ekosistem hutan hujan Sumatra dan
ekosistem savana.
3. Melalui jurnal telah terkumpul pengertian keakeragaman hayati yaitu
Keanekaragaman hayati adalah istilah yang menggambarkan keanekaragaman
kehidupan di Bumi, termasuk tumbuhan, hewan, jamur, dan mikroorganisme.
Dan tingkatan dari keanekaragman hayati berupa tingkat gen,tingkat spesies, dan
ekosistem. Serta menampilan video dan melakukan editing yang telah
diserahkan melalui goggle drive.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, W. 2018. Keanekaragaman hayati dalam menunjang perekonomian


masyarakat Kabupaten Oku Timur. Jurnal Aktual. 16(2): 99-106.

Aprisiwi, R. C., Sasongko, H. 2014. Keanekaragaman sumber makanan umbi-


umbian di Pringombo, Gunung Kidul Yogyakarta sebagai sumber belajar
Biologi SMA Kelas X Materi Keanekaragaman Hayati. Jupemasi PBIO,
1(1): 11-15.

Donggulo, C. V., Lapanjang, I. M., Made, U. 2017. Pertumbuhan dan hasil tanaman
padi (Oryza sativa L) pada berbagai pola jajar legowo dan jarak tanam.
Agroland: Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian, 24(1): 27-35.

Ghosh, S., Bera, A. K., Saha, S., Khan, M. K. M. 2019. Genetic and morphometric
diversity in the white tiger (Panthera tigris tigris) of India: implications for
conservation. BMC Genetics, 20(1): 1-12.

Kusmana, C. 2015. Makalah utama: keanekaragaman hayati (biodiversitas) sebagai


elemen kunci ekosistem kota hijau. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(8):
1747-1755.

Nasruddin, N., Febrian, G. M. S., Rukmana, A. D., Indra, M. 2020. Alih fungsi
lahan kawasan hutan lindung (studi di kawasan pengelolaan hutan lindung
kayu tangi blok I Kota Banjarbaru). Jurnal Pendidikan Sosiologi
Antropologi, 2(2): 228-234.

Negara, H. K., Rachmawati, N., Payung, D. 2020. Identifikasi kerusakan pohon


pinus di hutan Kota BanjarBaru. Jurnal Sylva Scienteae, 2(4: 635-644.
Olah, L. V. 1996. Cytological and morphological investigations in Rafflesia arnoldi
R. Br. Bulletin of the Torrey Botanical Club, 87(6): 406-416.

Onrizal, O., Ismail, I., Perbatakusuma, E. A., Sudjito, H., Supriatna, J., Wijayanto,
I. H. 2017. Struktur vegetasi dan simpanan karbon hutan hujan tropika
primer dI batang toru, Sumatra Utara. Jurnal Biologi Indonesia, 5(2).

Paiman, A., Anggraini, R., Maijunita, M. 2018. Faktor kerusakan habitat dan
sumber air terhadap populasi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae
Pocock, 1929) di Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah III
Taman Nasional Sembilang. Jurnal Silva Tropika, 2(2): 22-28.

Putra, I. D., Cahyana, F. X. 2020. Perancangan living museum di kawasan padang


sabana tambora nusa tenggara barat dengan pendekatan arsitektur
ekologis (Doctoral dissertation, University of Technology Yogyakarta).

Ridhwan, M. 2012. Tingkat keanekaragaman hayati dan pemanfaatannya di


Indonesia. Jurnal Biology Education, 1(1).

Rohman, N. A., Dewi, B. S. 2021. Pendidikan konservasi badak sumatra dan jawa
pada peserta didik sekolah menengah kejuruan negeri 3 pandeglang,
Provinsi Banten. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Sakai Sambayan,
5(3): 182-187.

Saroyo, S., Siahaan, P., Papu, A. 2023. Pengenalan satwa endemik Sulawesi yang
hidup di Kota Bitung bagi siswa sekolah dasar di Kelurahan Batuputih
Bawah, Kecamatan Ranowulu, Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara. The
Studies of Social Sciences, 5(2): 1-6.

Wittemyer, G., Northrup, J. M., Blanc, J., Douglas-Hamilton, I., Omondi, P.,
Burnham, K. P. 2014. Illegal killing for ivory drives global decline in
African elephants. Proceedings of the National Academy of Sciences,
111(36), 13117-13121.

Yunus, A. G., Orikasa, T., Widiarta, N. 2019. Diversity of waxy gene and amylose
content in Indonesian local rice cultivars (Oryza sativa L. subsp. japonica).
Agronomy, 9(9): 537.
LAMPIRAN
Gambar 1. Persentase Plagiasi

Gambar 2. Lembar Pre-test

Anda mungkin juga menyukai