2
SUMBER FUNDAMENTAL HUKUM EKONOMI ISLAM
Disusun untuk memenuhi tugas:
Mata Kuliah: Ushul Fikih Ekonomi dan Keuangan
Dosen Pengampu: Ahmad Hanafi, S.E.I., M.E
Oleh:
SALAHUDIN
NIM: 21141205
M. RIDWANNOR KHARYSMY
NIM: 2114120529
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................2
D. Metode Penelitian............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Al-Qur’an dan Hadist sebagai Sumber Hukum Ekonomi Islam.....................3
B. Qath’i dan Zhonniy dalam Al-Qur’an kaitannya dengan ijtihad ekonomi
Islam...............................................................................................................5
C. Dalil-dalil yang diperselisihkan keabsahannya...............................................9
D. Ayat dan Hadist Ekonomi.............................................................................15
BAB III PENUTUP..............................................................................................18
A. Kesimpulan....................................................................................................18
B. Saran..............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mu’amalah memuat aturan-aturan dalam
konteks hubungan sesama manusia dalam
maknanya yang luas. Aspek mu’amalah ini
dalam Alquran dan Hadis, tidak diatur secara
rinci, melainkan diungkap dengan menyebut
garis-garis besarnya saja. Jika menggunakan
penelitian Abdul Wahab Khallaf, yang termasuk
dalam bagian mu’amalah adalah : 1. Hukum-
hukum yang berkaitan dengan masalah keluarga
(al-ahwal al- syakhshiah) yang terdiri dari 70
ayat. 2. Hukum Perdata terdiri dari 70 ayat
(ahkam Madniyah), 3. Hukum Pidana terdiri dari
30 ayat (ahkam al-Jinayah). 4. Hukum Acara
terdiri dari 13 ayat (ahkam al-Murafa’at). 5.
Hukum Peradilan terdiri dari 10 ayat (ahkam al-
qada’), 6.Hukum Tata Negara terdiri dari 25 ayat
(ahkam al-Dauliyah). 7. Hukum Ekonomi terdiri
dari 10 ayat (ahkam al-Iqtisadiyah wa al-
Maliyah).1
Al-Quran merupakan sumber ekonomi
Islam. Alquran tidak memuat secara rinci dan
eksplisit tentang masalah-masalah ekonomi.
Tidak ada penjelasan tentang sistem ekonomi di
dalamnya. Kedua, sebagai sumber nilai, pesan
Alquran tentang ekonomi dapat dielaborasi
bahkan dikontekstualisasikan dengan persoalan
ekonomi kontemporer. Apa yang dilakukan oleh
1
Azhari Akmal Tarigan, Tafsir Ayat-ayat Ekonomi (Bandung: Citapustaka Media Perintis,
2012), h. 2.
1
ulama-ulama terdahulu sesungguhnya adalah
upaya untuk mengkonstruksi ekonomi Islam
yang berlandaskan Alquran dan Hadis. Ketiga,
kendati Alquran hanya memuat nilai-nilai etis
moral, namun ayat-ayat tersebut cukup untuk
menginspirasi para ulama dan pakar untuk
memformulasikan apa yang disebut dengan
sistem ekonomi Islam yang vis to vis berhadapan
dengan sistem ekonomi kapitaslis dan sosialis.
Keempat, bangunan ekonomi Islam itu, dengan
segala kelenturan dan fleksibilitasnya, tetaplah
harus berpijak pada asas-asas ekonomi Islam itu
sendiri, seperti asas tauhid, asas keadilan, asas
kenabian dan asas keakhiratan. Asas-asas itu
sendiri diderivasikan dari ayat-
2
2
B. Rumusan Masalah
Dari pembahasan latar belakang di atas maka
dapat diambil sebuah rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana Al-Qur’an dan Hadist menjadi
sumber hukum ekonomi Islam?
2. Apa kaitannya Qath’i dan Zhonniy dalam Al-
Qur’an dengan ijtihad ekonomi Islam?
3. Apa saja dalil-dalil yang diperselisihkan
keabsahannya?
4. Apa saja ayat dan Hadist ekonomi?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas maka dapat
diketahui bahwa tujuan dari penulisan makalah ini
yaitu:
1. Untuk mengetahui Al-Qur’an dan Hadist sebagai sumber hukum ekonomi
Islam
2. Unruk mengetahui kaitannya Qath’i dan Zhonniy dalam Al-Qur’an dengan
ijtihad ekonomi Islam
3. Untuk mengetahui dalil-dalil yang diperselisihkan keabsahannya
2
Ibid., h. 10.
3
D. Metode Penelitian
Penulisan makalah ini menggunakan metode
literatur kajian pustaka library research terhadap
buku-buku yang berhubungan dengan tema
makalah yang dibuat, dan juga bersumber dari
jurnal, artikel, dan e-book yang berkaitan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Al-Qur’an dan Hadist sebagai Sumber Hukum Ekonomi Islam
Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT. yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.
secara mutawatir melalui malaikat Jibril dari
mulai surat Al-Fatihah diakhiri surat An-Nas dan
membacanya merupakan ibadah. Al-Qur’an
merupakan dasar hukum ekonomi Islam yang
abadi dan asli, dan merupakan sumber serta
rujukan yang pertama bagi syari'at Islam, karena
di dalamnya terdapat kaidah-kaidah yang bersifat
global beserta rinciannya.3 Sebagaimana firman
Allah surat an-Nisa [4] ayat 80:
َمْن ُّيِط ِع الَّر ُسْو َل َفَق ْد َاَطاَع الّٰل َهۚ َو َمْن َتَو ّٰلى
3
macam kebutuhan hidup manusia, baik yang
primer (basic needs) maupun yang sekunder.
Seperti kebutuhan pangan, yang diindikasikan
dengan menyebutkan pemberian rizki Allah
berupa buah-buahan, binatang ternak, ikan laut,
air susu, kebutuhan pakaian dan perumahan.
Semua itu merupakan kebutuhan manusia berupa
sandang, pangan dan papan.
Al-Qur'an tidak saja mengatur hubungan
antara manusia dengan sesamanya, akan tetapi
mengatur pula hubungan antara penciptanya. Al-
Qur'an juga bertujuan untuk menciptakan
keseimbangan antara hubungan kehidupan
4
4
5
Hasbi As-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits (Jakarta: Bulan Bintang, 1991),
h. 25.
5
..... ٰٓيَاُّيَه ا اَّلِذ ْيَن ٰاَمُنْٓو ا َاِط ْيُعوا الّٰل َه َو َاِط ْيُعوا
7
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fikih (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 33.
8
Ibid., h. 34.
9
Ibid., h. 35.
7
ُيْو ِص ْيُك ُم الّٰل ُه ِفْٓي َاْو اَل ِد ُك ْم ِللَّذ َك ِر ِم ْثُل َح ِّظ اُاْلْنَثَيْيِن ۚ َفِاْن ُكَّن ِنَس ۤاًء َفْو ق اْثَنَتْيِن
ِح ٍد ِه ِل ِح ِا
َفَلُه َّن ُثُلَثا َما َتَر َك ۚ َو ْن َك اَنْت َو ا َد ًة َفَلَه ا الِّنْص ُف ۗ َو َاِلَبَو ْي ُك ِّل َو ا ِّم ْنُه َم ا الُّس ُد ُس
َ ِم َّم ا َتَر َك ِاْن َك اَن َله َو َلٌد
Artinya: "Allah mensyariatkan bagimu tentang
(pembagian pusaka untuk) anak- anakmu. Yaitu,
bagian seorang anak lelaki sama dengan dua
bagian anak perempuan, dan jika anak itu
semuanya perempuan lebih dari dua orang, maka
bagi mereka dua per tiga dari harta yang
ditinggalkan, dan jika anak perempuan itu seorang
saja, maka ia memperoleh separuh harta." (QS.
An-Nisa': 11).
... َالَّز اِنَيُة َو الَّز اِنْي َفاْج ِلُد ْو ا ُك َّل َو اِح ٍد ِّمْنُه َم ا ِم اَئَة َج ْلَد ٍة
Artinya "Perempuan yang berzina dan laki-laki
yang berzina, maka deralah tiap-tiap orang dari
keduanya seratus kali dera...“ (QS. An-Nur: 2).
Dalam kaffarah sumpah Allah berfirman:
ِا
َو َاْنَز ْلَنٓا َلْيَك الِّذ ْك َر
ِلُتَبِّيَن ِللَّناِس َم ا ُنِّز َل
ِا
َلْيِه ْم َو َلَعَّلُه ْم
12
Ibid., h. 54.
10
13
Ibid., h. 55.
11
14
Ibid., h. 56.
12
a. Sumber hukum yang telah disepakati oleh seluruh ulama, dalam hal ini
adalah Alquran dan Sunah.
b. Sumber hukum yang disepakati oleh mayoritas (jumhur) ulama, yang
menempati kedudukan ini selain Alquran dan Sunah, adalah ijmak dan
qiyas.
c. Sumber hukum yang menjadi perdepatan para ulama. Yang menempati
kedudukan ini adalah ‘urf (kebiasaan), istish-hab (pemberian hukum
berdasarkan keberadaannya pada masa lampau), istihsan (anggapan
baik tentang suatu), mashlahah mursalah (penetapan hukum
berdasarkan prinsip kemaslahtan bersama). Berikut akan diuraikan
dalil-dalil hukum syarak yang diperselisihkan oleh para ulama.15
1. Istihsan
Istihsan ini telah menjadi perdebatan
serius di antara ulama ushul fiqh. Istihsan
menurut bahasa berarti menganggap
sesuatu itu baik, sedangkan menurut istilah
isitihsan adalah berpalingnya seorang
mujtahid dari penggunaan qiyas yang jaly
(nyata) kepada qiyas yang khafy (samar)
atau dari hukum kulli (umum) kepada
hukum istitsnai (pengecualian) karena ada
dalil yang menurut logika
membenarkannya. Menurut ahli ushul fiqh
yang lain, istihsan adalah satu dalil yang
keluar dari pemikiran seorang mujtahid
yang menetapkan kerajihan qiyas khafy
dari pada qiyas jaly, atau mendahulukan
ketentuan hukum yang khusus (juz’y) dari
ketentuan umum (kully)”. Dengan
demikian istihsan ialah berpaling dari
qiyas khafi atau dari hukum kulli menuju
15
Moh Bahrudin, Ilmu Ushul Fiqh (Lampung: Aura, 2019), h. 62.
13
18
Ibid., h. 66.
15
3. ‘Urf
‘Urf menurut bahasa berarti
mengetahui, kemudian dipakai dalam arti
sesuatu yang yang diketahui, dikenal,
diangap baik dan diterima oleh pikiran
yang sehat. Sedangkan menurut ulama
ushul fiqh, ‘urf adalah sesuatu yang yang
telah dibiasakan oleh manusia, secara terus
menerus dikerjakan dalam jangka waktu
yang lama, atau ada perkataan atau istilah
yang disepakati memiliki pengertian
khusus dan tidak terdengar asing bagi
mereka.19
Kehujjahan ’urf , di mana para ulama
berpendapat bahwa ‘urf yang shahih saja
yang dapat dijadikan dasar pertimbangan
mujtahid maupun para hakim untuk
menetapkan hukum atau keputusan. Ulama
Malikiyah banyak menetapkan hukum
berdasarkan perbuatan-perbautan
penduduk Madinah. Berarti menganggap
apa yang terdapat dalam masyarakat dapat
dijadikan sumber hukum dengan ketentuan
tidak bertentangan dengan syarak. Imam
al-Syafi’i terkenal dengan qaul qadim dan
qaul jadidnya, karena melihat pratik yang
belaku pada masyarakat Baghdad dan
Mesir yang berlainan. Sedangkan ‘urf fasid
tidak dapat diterima , hal itu jelas karena
bertentangan dengan nash maupun
ketentuan umum nash.
19
Ibid., h. 67.
16
4. Mashlahah Mursalah
Mashlahah mursalah terdiri dari dua
kata yaitu mashlahat dan mursalah.
Pengertian mashlahah secara etimologi
adalah upaya mengambil manfaat dan
menghilangkan mafsadat/madharat. Dari
sini dapat dipahami, bahwa mashlahah
mamiliki dua terma yaitu adanya manfaat (
ابيOO ) إجdan menjauhkan madharat (لبيOOس
)Terkadang mashlahah ini ditinjau dari
aspek ijab-nya sajadan menjadi qorinah
menghilangkan mafsadat. Seperti pendapat
fuqaha bahwasanya “ menghilangkan
mafsadat didahulukan dalam menegakan
maslahat”20
Mengenai kehujahan mashalih al-
mursalah, mayoritas ulama berpendapat,
bahwasannya mashlahah mursalah adalah
hujjah syar’iyyah yang dapat dijadikan
sebagai dasar pembentukan hukum, dan
bahwasannya kejadian yang tidak ada
hukumnya dalam nash atau ijmak atau
qiyas, ataupun isthisan, disayriatkan
kepadanya hukum yang dikehendaki oleh
kemaslahatan umum. Pembentukan hukum
atas dasar kemaslahatan ini tidak boleh
ditangguhkan sampai ada bukti pengakuan
dari syarak”.Akan tetapi ada juga ulama
yang menolak mengenai kehujahan
mashlahah mursalahdi antaranya adalah
ulama Zhahiriyah, Syiah, Syafi’iyah dan
20
Ibid., h. 68.
17
21
Ibid., h. 69.
18
َش َر َع َلُك ْم ِّم َن الِّد ْيِن َم ا َو ّٰص ى ِبه ُنْو ًح ا َّو اَّلِذ ْٓي
َاْو َح ْيَنٓا ِاَلْيَك َو َم ا َو َّصْيَنا ِبٓه ِاْبٰر ِه ْيَم َو ُمْو ٰس ى
َو ِع ْيٰٓس ى َاْن َاِقْيُم وا الِّد ْيَن َو اَل َتَتَفَّر ُقْو ا ِفْيِۗه
Artinya : “Dia telah mensyariatkan
bagi kamu tentang apa yang telah
diwasiatkan Nya kepada Nuh dan apa telah
kami wahyukan kepadamu dan apa yang
telah kami wasiatkan kepada Ibrahim,
Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama
dan janganlah kamu berpecah belah
tentangnya. (QS.Al-syura[42]:13).
Muhammad saw.
6. Sadd al-dzari’ah
Sadd al-dzari’ah terdiri atas dua
perkara yaitu sadd dan dzari’ah. Sadd
berarti penghalang, hambatan atau
sumbatan, sedang dzari’ah berarti jalan
atau perantara. Maksudnya, menghambat
atau mengahalangi atau menyumbat semua
jalan yang menuju kepada kerusakan atau
maksiat.23
Tujuan penetapan hukum syarak
secara sad al-dzari’ah ialah untuk
memudahkan tercapainya kemaslahatan
atau jauhnya kemungkinan terjadinya
kerusakan atau terhindarnya diri dari
kemungkinan perbuatan maksiat. Hal ini
sesuai dengan tujuan umum syariat
menetapkan perintah-perintah, baik yang
dapat dilaksanakan secara langsung dan
ada pula yang tidak dapat dilaksanakan
secara langsung, semua perlu ada hal yang
dikerjaka sebelumnya.24
7. Qaul shahaby
Ketika Rasulullah saw. masih hidup,
seluruh persoalan hukum yang muncul
atau timbul dalam masyarakat langsung
ditanyakan para sahabat kepada Rasul dan
Rasulullah memberikan jawaban dan
penyelesainnya. Namun setelah Rasulullah
saw. meninggal dunia, maka para sahabat
yang tergolong ahli dalam mengistinbatkan
23
Ibid., h. 72.
24
Ibid., h. 73.
20
25
Ibid., h. 75.
21
26
Ibid., h. 76.
27
Mardani, Ayat-Ayat Dan Hadis Ekonomi Syariah (Depok: Rajagrafinfo Persada, 2022),
h. 2.
28
Ibid., h. 3.
29
Ibid., h. 6.
30
Ibid., h. 10-11.
31
Ibid., h. 12-33.
32
Ibid., h. 34.
22
39
Ibid., h. 103-104.
40
Ibid., h. 130.
24
(HR. Bukhari-Muslim) 41
4. Hawalah
َة ِض الَّلُه َعْنُه َأَّن وَل الَّلِه ِب
َرُس َعْن َأ ي ُه َر ْيَر َر َي
ِن ِه
َص َّلى الَّله َعَلْي َو َس َّلَم َقاَل َم ْطُل اْلَغ ِّي ُظْلٌم
ِل
َفِإ َذا َأْتَبَع َأَح ُد ُك ْم َعَلى َم ٍّي َفْلَيْتَبْع
Artinya: Dari Abu Hurairah ra., bahwa
Rasulullah SAW., bersabda, “Penundaan
pembayaran utang oleh orang kaya
adalah kedzaliman. Jika salah seorang di
antara kalian diminta untuk mengalihkan
utang kepada orang kaya, maka
hendaklah dia menerimanya”. (HR.
Bukhari-Muslim) 42
5. Ghasab
41
Ibid., h. 140.
42
Ibid., h. 142.
43
Ibid., h. 149.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka dapat ditarik
sebuah kesimpulan yaitu sebagai berikut
1. Al-Qur'an tidak hanya merincikan
tentang pentingnya menyusun dan
memelihara hubungan erat dengan Tuhan
tetapi juga menjelaskan semua yang mungkin
diperlukan untuk memenuhi kehidupan sosial
yang lengkap. Al-Qur'an tampil sebagai
dokumen yang sejak awal mulanya hingga
terakhir berusaha memberi penekanan pada
semua ketegangan moral yang perlu bagi
perbuatan manusia kreatif. Pusat perhatian
Al-Qur'an adalah manusia dan perbaikannya.
Untuk itu sangatlah penting bagi sesorang
untuk bekerja dalam kerangka ketegangan-
ketegangan tertentu yang sebenarnya telah
terciptakan Tuhan dalam dirinya.
As- Sunnah atau sering disebut juga al-
Hadits mempunyai arti yang sama, yaitu
segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW.baik berupa ucapan,
perbuatan maupun takrirnya. Kalaupun ada
perbedaan sangat tipis sekali, as-Sunnah yaitu
segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW. saja, sedang Al-Hadits
disandarkan bukan saja kepada Nabi
Muhammad SAW. akan tetapi kepada para
sahabat Nabi. As-Sunnah merupakan sumber
hukum yang kedua setelah Al-Qur'an, dasar
18
pokok as-Sunnah sebagai sumber hukum.
2. Seluruh ayat Al Quran itu adalah
qathi' (pasti) dari pihak da- tangnya, tetapnya
dan nukilannya itu dari Rasulullah kepada
kita. Artinya kita dapat memastikan dan
memutuskan bahwa setiap nash Al Quran
yang dibacakan orang itu, nashnya itu sendiri
yang diturunkan Allah kepada Rasulnya. Oleh
Rasul yang ma'shum itu disampaikan kepada
umatnya. Tanpa doa perubahan dan tidak
pernah bertukar letak. Rasul itu adalah
ma'sum (suci dari dosa). Apabila ada surat
diturunkan kepadanya baik satu atau beberapa
ayat lalu disampaikannya kepada sahabat-
sahabatnya. Dibacakannya kepada mereka itu,
lalu dituliskan oleh penulis-penulis wahyu
19
19
B. Saran
Sebagai mahasiswa ekonomi syariah
sepatutnya kita mengetahui dasar hukum pada
ekonomi syariah baik itu dari Al-Qur’an maupun
Hadits. Keberadaan sumber ini menjadi acuan kita
sebagai umat muslim dalam bertransaksi ataupun
melaksanakan kegiatan muamalah sehari-hari.
Jika penerapan hukum Islam dapat terlaksana
maka keberlangsungan hidup di dunia dan akhirat
akan menjadi berkah.
DAFTAR PUSTAKA
As-Shiddieqy, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu
Hadits. Jakarta: Bulan Bintang,
1991.
Bahrudin, Moh. Ilmu Ushul Fiqh. Lampung: Aura,
2019.
Hanafi, Ahmad. Pengantar dan Sejarah Hukum
Islam. Jakarta: Bukan Bintang,
1986.
Khallaf, Abdul Wahab. Ilmu Ushul Fikih. Jakarta:
Rineka Cipta, 2005.
Mardani. Ayat-Ayat Dan Hadis Ekonomi Syariah.
Depok: Rajagrafinfo Persada,
2022.
Tarigan, Azhari Akmal. Tafsir Ayat-ayat Ekonomi.
Bandung: Citapustaka Media
Perintis, 2012.
Uman, Khairul. Ushul Fiqih 1. Bandung: Pustaka
Setia, 1998.
Zahrah, Muhammad Abu. Ushul Fiqh, Alih Bahasa
Saefullah Ma’sum, dkk.
Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994.