Anda di halaman 1dari 24

ORIENTASI PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KE ARAH

BERFIKIR HOTS LITERASI KARAKTER KECAKAPAN ABAD 21

Oleh :

Megawati

Program Magister

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Pascasarjana IAIN Sultan Amai Gorontalo

2023 M/1445 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan karya tulis ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan, bimbingan, dan inspirasi dalam
proses penulisan karya ini.
Judul "Orientasi Pengembangan Pembelajaran ke Arah Berpikir HOTS
Literasi Karakter Kecakapan Abad 21. Pentingnya orientasi pengembangan
pembelajaran yang saya bahas dalam karya ini menjadi semakin jelas mengingat
tantangan yang dihadapi oleh generasi muda dalam menghadapi dunia yang
semakin kompleks dan beragam. Berpikir HOTS mendorong peserta didik untuk
tidak hanya mengingat informasi, tetapi juga memahami, menganalisis,
mengevaluasi, dan menciptakan pengetahuan baru. Literasi karakter, di sisi lain,
membangun pondasi moral yang kuat, sehingga peserta didik dapat tumbuh
sebagai individu yang bertanggung jawab, jujur, dan memiliki empati terhadap
sesama.
Saya percaya bahwa pembahasan dalam karya ini akan memberikan
wawasan yang berharga dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan
mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi masa depan yang penuh
tantangan.
Terakhir, saya mohon maaf jika masih terdapat kekurangan dalam karya
ini. Saya selalu terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan di masa mendatang.

Gorontalo Oktober 2023


Penyusun

Megawati

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.............................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................2
C. TUJUAN..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
A. INTEGRASI BERPIKIR HOTS DALAM PEMBELAJARAN.............3
B. PENGEMBANGAN LITERASI KARAKTER......................................7
C. KECAKAPAN ABAD 21.......................................................................9
BAB III PENUTUP.........................................................................................18
A. KESIMPULAN.....................................................................................18
B. KRITIK DAN SARAN.........................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan di era milenial dan abad ke-21 menuntut perubahan paradigma
yang signifikan dalam pengembangan pembelajaran. Seiring dengan
perkembangan teknologi dan perubahan sosial, pelajar tidak hanya perlu
menguasai pengetahuan dasar, tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk
berpikir tingkat tinggi (HOTS - Higher Order Thinking Skills), mengembangkan
karakter yang kuat, serta memahami literasi yang relevan dengan tuntutan zaman.
Oleh karena itu, orientasi pengembangan pembelajaran ke arah berpikir HOTS,
literasi karakter, dan kecakapan abad ke-21 menjadi sangat penting dalam konteks
pendidikan modern.Perubahan Lingkungan Pendidikan: Perubahan drastis dalam
lingkungan pendidikan, terutama dengan percepatan kemajuan teknologi, telah
mengubah cara kita belajar dan berinteraksi. Para pelajar sekarang dihadapkan
pada tugas-tugas yang lebih kompleks dan tantangan yang memerlukan
kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti analisis, sintesis, evaluasi, dan
kreativitas.
Kebutuhan dalam Dunia Kerja: Dunia kerja saat ini menuntut individu yang
memiliki keterampilan lebih dari sekadar pengetahuan dasar. Kecakapan abad ke-
21, seperti pemecahan masalah, komunikasi efektif, kolaborasi, serta kemampuan
adaptasi, menjadi sangat penting. Kemampuan berpikir HOTS dan literasi
karakter memainkan peran penting dalam mempersiapkan generasi muda untuk
memasuki dunia kerja yang dinamis.Pengembangan Karakter yang Kuat: Karakter
yang baik, seperti etika, kejujuran, tanggung jawab, dan empati, adalah bagian
integral dari perkembangan pribadi yang seimbang. Literasi karakter membantu
peserta didik mengembangkan nilai-nilai ini, yang sangat dibutuhkan dalam
menghadapi berbagai situasi kehidupan sehari-hari.Daya Saing Global:
Persaingan dalam lingkup global semakin ketat. Negara-negara yang berhasil
menghasilkan individu yang mampu berpikir HOTS, memiliki literasi karakter
yang baik, dan memiliki keterampilan abad ke-21 akan memiliki keunggulan
dalam pasar global dan menjadi pemimpin dalam inovasi.Peran Teknologi:

1
Teknologi telah menjadi alat yang kuat dalam memfasilitasi pengembangan
berpikir HOTS, literasi karakter, dan kecakapan abad ke-21. Oleh karena itu,
integrasi teknologi dalam pendidikan adalah salah satu komponen penting dalam
mencapai tujuan ini.Kesiapan Generasi Muda: Generasi muda adalah aset terbesar
negara. Oleh karena itu, mempersiapkan mereka untuk menghadapi masa depan
yang penuh tantangan dan peluang adalah tanggung jawab utama pendidikan.
Orientasi pengembangan pembelajaran ke arah berpikir HOTS, literasi karakter,
dan kecakapan abad ke-21 akan memberikan dasar yang kuat untuk kesuksesan
mereka di masa depan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana guru dapat mengitegrasikan berpikir hots dalam kurikulum dan
pengajaran?
2. Mengapa literasi karakter penting dalam pembelajaran?
3. Apa saja kecakapan abad yang diperlukan oleh siswa serta tantangan
dalam mengembangkan pembelajaran berpikir kritis?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui Bagaimana guru dapat mengitegrasikan berpikir hots
dalam kurikulum dan pengajaran
2. Untuk mengetahui Mengapa literasi karakter penting dalam pembelajaran
3. Untuk mengetahui Apa saja kecakapan abad yang diperlukan oleh siswa
serta tantangan dalam mengembangkan pembelajaran berpikir kritis

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. INTEGRASI BERPIKIR HOTS DALAM PEMBELAJARAN


1. Pengertian Berpikir Hots
Berpikir HOTS (Higher Order Thinking Skills) adalah sebuah konsep
dalam pendidikan yang pertama kali diusulkan oleh Lorin Anderson, seorang
ahli pendidikan. Berpikir HOTS mengacu pada kemampuan kognitif yang
lebih tinggi yang melibatkan pemecahan masalah, analisis, sintesis, evaluasi,
dan penciptaan. Dalam konsep ini, Anderson mengklasifikasikan berpikir
menjadi tiga domain, yaitu:
a) Domain Kognitif
Berpikir HOTS terletak pada domain kognitif dalam tiga tingkatan, yaitu
analisis, sintesis, dan evaluasi. Analisis melibatkan pemecahan masalah,
memahami hubungan sebab-akibat, dan mengidentifikasi pola. Sintesis
melibatkan kemampuan untuk menggabungkan informasi menjadi suatu
konsep yang lebih besar. Evaluasi melibatkan kemampuan untuk
mengevaluasi informasi, argumen, atau tindakan.
b) Domain Psikomotor
Domain ini melibatkan keterampilan fisik dan gerakan. Namun, dalam
konteks berpikir HOTS, fokus utamanya adalah pada aspek-aspek kreatif
dan pemecahan masalah yang melibatkan keterampilan fisik atau tindakan.
c) Domain Affective
Domain ini melibatkan perasaan, sikap, dan nilai. Berpikir HOTS dalam
domain afektif dapat berarti mengenali emosi dan nilai-nilai dalam
berbagai situasi, serta mampu membuat keputusan yang tepat berdasarkan
pemahaman tentang nilai-nilai ini
Salah satu definisi yang terkenal adalah dari Benjamin Bloom, yang
mengembangkan taksonomi berpikir tingkat tinggi, yang mencakup
kemampuan sebagai berikut:
a) Analisis: Kemampuan memecah masalah menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil dan memahami hubungan antara bagian-bagian tersebut.

3
b) Evaluasi: Kemampuan mengevaluasi informasi, argumen, atau solusi yang
ada dengan kritis, termasuk dalam konteks kebenaran, kepentingan, dan
kualitas.
c) Mencipta (Penciptaan): Kemampuan menciptakan ide, konsep, atau solusi
yang baru dan asli.
Menurut David Krathwohl Berpikir HOTS adalah kemampuan untuk
melakukan pemecahan masalah, analisis, evaluasi, dan sintesis yang
memerlukan pemahaman mendalam, pemikiran kritis, dan kreativitas. Ini
melibatkan proses berpikir yang lebih kompleks daripada sekadar mengingat
fakta-fakta atau mengulangi informasi yang telah dipelajari. Berpikir HOTS
mendorong individu untuk merumuskan pertanyaan yang mendalam,
mengaitkan konsep-konsep yang berbeda, mengidentifikasi pola-pola, dan
menghasilkan pemahaman yang lebih dalam. Dalam taksonomi berpikir tingkat
tinggi yang dikembangkan oleh Krathwohl, berpikir HOTS mencakup lima
tingkat, yaitu:
a. Mengingat (Remembering): Kemampuan untuk mengingat dan mengulang
informasi yang telah dipelajari.
b. Memahami (Understanding): Kemampuan untuk menjelaskan, merinci,
dan menginterpretasikan informasi.
c. Menerapkan (Applying): Kemampuan untuk mengaplikasikan konsep dan
prinsip dalam situasi yang berbeda.
d. Menganalisis (Analyzing): Kemampuan untuk memecah informasi
menjadi komponen-komponen yang lebih kecil dan mengidentifikasi
hubungan antara komponen tersebut.
e. Mengevaluasi (Evaluating) dan Menciptakan (Creating): Kemampuan
untuk mengevaluasi informasi, argumen, atau solusi yang ada, serta
menciptakan sesuatu yang baru berdasarkan pemahaman yang mendalam.
Sesungguhnya pada dunia pendidikan HOTS mampu diterapkan, sebab
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dapat dilatih dan ditingkatkan.
Sehingga banyak negara yang mengunakan HOTS sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari pembelajaran dikelas (Musrikah, 2018:341).1

4
Penjelasan oleh Budiarta (2018:103) menyebutkan HOTS dapat
dimaknai sebagai kemampuan proses berpikir kompleks yang mencangkup
mengurai materi, mengkritisi serta menciptakan solusi pada pemecahan
masalah. Menanggapi hal yang sama, Thomas dan Thorne (2009)
mendefinisikan HOTS sebagai kemampuan berpikir dengan membuat
keterkaitan antar fakta terhadap sebuah permasalahan. Pemecahan masalah
yang dilakukan tidak sekedar melalui proses mengingat atau menghafal saja,
namun menuntut untuk membuat hubungan dan kesimpulan dari permasalahan.
Menyertai hal yang serupa Annuuru,dkk (2017:137) menjelaskan HOTS
merupakan kemampuan menggabungkan fakta dan ide dalam proses
menganalisis, mengevaluasi sampai pada tahap mencipta berupa memberikan
penilaian terhadap suatu fakta yang dipelajari atau bisa mencipta dari sesuatu
yang telah dipelajari.
2. Strategi pembelajaran yang mengintegrasikan pengembangan berpikir HOTS
Guru dapat mengintegrasikan berpikir HOTS (Higher-Order Thingking
Skills) dalam kurikulum dan pengajaran dengan berbagai cara.
Adapun strategi yang dapat digunakan Sebagai berikut:
 Mendefinisikan Tujuan Berfikir HOTS
Guru perlu menjelaskan tujuan pembelajaran yang berfokus pada
berpikir tingkat tinggi kepada siswa. Misalnya mereka dapat menjelaskan
bahwa tujuan adalah untuk mendorong siswa merumuskan pertanyaan yang
mendalam atau menganalisis informasi dengan kritis.
 Menggunakan pertanyaan Terbuka
Guru dapat mengajukan pertanyaan yang mengharuskan siswa berpikir
lebih dalam. Pertanyaan terbuka memungkinkan siswa untuk merenung,
berargumentasi, dan merumuskan solusi yang beragam.
 Menggunakan Pembelajaran Berbasis
Model Pembelajaran berbasis Proyek memungkinkan siswa dapat
menerapkan berpikir HOTS dalam konteks yang relevan. Mereka harus
merancang solusi, mengatasi masalah, dan melakukan analisis dalam
proyek-proyek ini.
 Stimulasi Diskusi

5
Dapat mendorong siswa untuk berdebat, berpendapat, dan
mempertahankan argument mereka. Diskusi mempromosikan pemikiran
kritis dan analisis.
 Menggunakan Sumber Daya yang Beragam
Guru dapat mengintegrasikan berbagai jenis sumber daya, seperti
literature, sumber daya online, dan studi kasus untuk merangsang pemikiran
tingkat tinggi.
 Modelkan Berpikir HOTS
Guru bisa memodelkan berpikir hots dalam interaksi kelas, siswa dapat
berpikir keras secara verbal, memproses informasi dengan cermat, dan
merumuskan pertanyaan kritis sebagai contoh bagi siswa.
 Pemberian Tugas yang Menantang
Berikan tugas yang menantang serta memerlukan analisis, sintesis, dan
pemecahan masalah. Tugas ini seharusnya lebih dari sekedar mengingat
fakta.
 Umpan Balik Konstruktif
Guru perlu memberikan umpan balik yang konstruktif yang membantu
siswa memahami cara mereka dapat meningkatkan berpikir hots. Umpan
balik ini harus spesifik dan relevan
 Kolaborasi
Memfasilitasi kolaborasi antar siswa. Bekerja sama dalam proyek atau
tugas memungkinkan siswa mengembangkan pemikiran kritis, komunikasi,
dan kemampuan bekerja dalam tim.
 Mendorong Refleksi
Mendorong siswa untuk merenung tentang proses berpikir mereka,
bagaimana mereka tiba pada suatu kesimpulan, dan bagaimana mereka
dapat meningkatkan kemampuan berpikir HOTS mereka.
 Pelatihan Guru
Guru perlu terus mengembangkan keterampilan mereka dalam
mengajar berpikir HOTS melalui pelatihan dan pengembangan professional.
Integrasi berpikir HOTS dalam pengajaran memerlukan kesadaran,
perencanaan, dan upaya. Ini membantu siswa untuk mengembangkan

6
kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan analitis yang esensial dalam
menghadapi tantangan abad 21.
B. PENGEMBANGAN LITERASI KARAKTER
1. Pengertian Literasi Karakter
Literasi karakter adalah kemampuan seseorang untuk memahami,
menginternalisasi, dan menerapkan nilai-nilai karakter yang baik dalam
kehidupan sehari-hari. Literasi karakter melibatkan pemahaman tentang
prinsip-prinsip moral dan etika, serta kemampuan untuk mengambil keputusan
yang baik, berperilaku jujur, bertanggung jawab, dan berempati terhadap orang
lain. Berikut adalah beberapa definisi literasi karakter menurut beberapa ahli:
1) Menurut Thomas Lickona, seorang ahli pendidikan karakter terkemuka,
literasi karakter adalah "pemahaman dan penguasaan nilai-nilai dasar seperti
kejujuran, integritas, empati, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap orang
lain." Dan Marvin W. Berkowitz, seorang ahli pendidikan karakter,
menggambarkan literasi karakter sebagai "kemampuan individu untuk
mengidentifikasi, memahami, mengartikan, dan menerapkan prinsip-prinsip
moral dan etika dalam situasi sehari-hari." Sedangkan James Arthur, seorang
ahli pendidikan karakter asal Inggris, menyatakan bahwa literasi karakter
adalah "kemampuan individu untuk berpikir, merenung, dan berbicara tentang
nilai-nilai moral, dan kemudian mengintegrasikan nilai-nilai tersebut dalam
tindakan sehari-hari."
Kemampuan menganalisis, mengevaluasi serta mencipta seperti yang
dijelaskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014) telah menjadi
SKL (Standar Kompetensi Lulusan) di jenjang pendidikan SD (Sekolah Dasar)
pada ranah pengetahuan dan keterampilan. Pada bagian tersebut juga dijelaskan
bahwa pengembangan Kurikulum 2013 diharapkan mampu membentuk pribadi
dengan daya pikir dan tindak yang produktif dan kreatif (Kurniasih & Sani, 2014).
Menanggapi hal tersebut Sulis (2019:553) menyatakan bahwa penerapan HOTS
pada evaluasi pembelajaran tercermin melalui soal-soal yang harus diselesaikan
oleh siswa. Soal-soal yang diberikan tidak hanya terbatas pada level aplikasi (C3)
tetapi juga sampai level mencipta (C6). Soal HOTS ialah soal yang melibatkan
bagian kognitif C4 analisis, C5 evaluasi, dan C6 kreasi (Surata, 2018, p. 3). Hal

7
yang sama diungkapkan oleh Setiawati (2019:38) bahwa soal HOTS merupakan
soal yang berada pada ranah dimensi berpikir menganalisis, mengevaluasi serta
mencitpa. Soal HOTS melibatkan masalah nyata, melalui nalar serta logika siswa
diharapkan mampu memecahkan masalah tersebut. Selain itu Widana (2017:36)
juga menjelasakan soal HOTS sebagai soal yang menuntut siswa untuk berpikir
kritis dan kreatif untuk menjawab soal. Singkatnya Hanifah (2019:6) menjelaskan
soal HOTS merupakan instrumen yang sengaja dirancang guna mengukur
kemampuan berpikir tinggi. Maka soal HOTS merupakan soal yang memuat
ranah kognitif C4 sampai C6, itu berarti kemampuan berpikir tingkat tinggi
seseorang dapat diukur menggunakan soal HOTS.
Literasi karakter sangat penting dalam pembelajaran karena memiliki
dampak mendalam pada perkembangan moral,etika, dan nilai-nilai siswa, serta
kepribadian yang kuat. Hal ini tidak hanya membentuk individu yang bertanggung
jawab dan berperilaki etis, tetapi juga membantu mereka dalam pengambilan
keputusan bijak, pengololaan konflik, dan pembentukan hubungan social yang
sehat. Literasi karakter juga member mereka landasan untuk kesiapan dalam
masyarakat. Ini menciptakan lingkungan pendidikan yang mempromosikan
perkembangan moral dan etika yang penting untuk keberhasilan sepanjang hidup.
2. Pengaruh Berpikir Kritis HOTS Terhadap Literasi Karakter
Penerapan perpikiran HOTS (Higher-Order Thinking Skills) dapat
memiliki pengaruh positif pada literasi karakter seseorang. HOTS adalah
kemampuan untuk berpikir lebih mendalam, analitis, kritis, dan kreatif. Ketika
digunakan dengan benar, HOTS dapat membantu individu mengembangkan
berbagai aspek literasi karakter sebagai berikut:
 Kemampuan Berpikir Kritis: Perpikiran HOTS mendorong individu untuk
menggali lebih dalam ke dalam masalah dan pertanyaan. Ini dapat
membantu mereka untuk lebih baik dalam menganalisis situasi dan
melihat implikasi etika dari tindakan mereka. Kemampuan berpikir kritis
ini merupakan landasan penting dalam pengembangan literasi karakter,
terutama dalam memahami dan menginternalisasi nilai-nilai moral.
 Kemampuan Penyelesaian Masalah: HOTS melibatkan kemampuan untuk
menghadapi masalah kompleks dan mencari solusi yang efektif. Ini dapat

8
membantu individu untuk menghadapi situasi moral yang sulit dan
mencari jalan keluar yang sesuai dengan nilai-nilai karakter yang baik.
 Pengambilan Keputusan Etis: Perpikiran HOTS membantu individu
mempertimbangkan implikasi etis dari tindakan mereka. Mereka belajar
untuk memahami dampak tindakan mereka pada orang lain dan
masyarakat secara lebih mendalam, yang dapat mendorong mereka untuk
membuat keputusan etis.
 Kemampuan Berempati: HOTS dapat membantu individu untuk
memahami sudut pandang dan pengalaman orang lain, sehingga
meningkatkan kemampuan mereka untuk berempati. Berempati
merupakan salah satu aspek penting dari literasi karakter, karena
melibatkan perasaan dan pemahaman terhadap perasaan dan pengalaman
orang lain.
 Kreativitas: Kemampuan berpikir kreatif yang diajarkan oleh HOTS dapat
membantu individu untuk menemukan solusi yang inovatif untuk masalah
moral dan etika. Kreativitas dapat membantu dalam pengembangan literasi
karakter dengan memberikan kemungkinan untuk menjalani nilai-nilai
karakter dalam situasi yang unik.
Dengan kata lain, perpikiran HOTS dapat menjadi alat yang kuat dalam
membentuk literasi karakter yang baik. Ketika individu mampu berpikir secara
lebih mendalam, kritis, dan kreatif tentang nilai-nilai moral dan etika, mereka
lebih cenderung untuk memahami, menginternalisasi, dan mengaplikasikan
nilai-nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari. Ini penting dalam
membentuk individu yang memiliki integritas, tanggung jawab, empati, dan
kemampuan untuk membuat keputusan yang baik.
C. KECAKAPAN ABAD 21
1. Pengertian Kecakapan Abad 21
Kecakapan abad 21 adalah istilah yang sering digunakan untuk mengacu
pada seperangkat keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dianggap
penting untuk berhasil dalam dunia yang semakin kompleks dan berubah
dengan cepat pada abad ke-21. Kecakapan abad 21 merujuk pada sekelompok
keterampilan dan kemampuan yang penting untuk kesuksesan individu diera

9
modern ini, terutama diabad 21. Ini termasuk berpikir kritis, berpikir kreatif,
komunikasi efektif, kolaborasi, literasi digital, literasi media, kemampuan
belajar sepanjang hidup, adaptasi, keterampilan social dan emosional, serta
literasi informasi. Kecakapan ini menjadi esensial dalam menghadapi
tantangan, perubahan, dan peluangdalam dunia yang terus berkembang.
Kecakapan ini tidak hanya diperlukan di dunia kerja, tetapi juga dalam
kehidupan sehari-hari. Beberapa kecakapan abad 21 yang sering disebutkan
termasuk:
 Literasi Digital: Kemampuan untuk menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi dengan efektif, termasuk keterampilan dalam penggunaan
perangkat lunak, aplikasi, dan internet.
 Literasi Media: Kemampuan untuk memahami, mengevaluasi, dan
berpartisipasi dalam media massa, termasuk kemampuan untuk mengenali
informasi palsu atau berita palsu.
 Kemampuan Berpikir Kritis: Kemampuan untuk menganalisis informasi,
menilai argumen, dan membuat keputusan yang baik. Ini mencakup
pemecahan masalah, penalaran, dan evaluasi kritis.
 Kemampuan Berkomunikasi: Kemampuan untuk berkomunikasi secara
efektif dalam berbagai bentuk, termasuk lisan, tertulis, dan visual. Ini juga
mencakup kemampuan berkolaborasi dengan orang lain.
 Kemampuan Beradaptasi: Kemampuan untuk beradaptasi dengan
perubahan dan belajar selama seumur hidup. Ini mencakup fleksibilitas,
resiliensi, dan kreativitas.
 Literasi Finansial: Kemampuan untuk mengelola keuangan pribadi dengan
bijak, termasuk pemahaman tentang investasi, tabungan, dan manajemen
utang.
 Literasi Kewirausahaan: Kemampuan untuk merancang, mengembangkan,
dan menjalankan bisnis atau proyek.
 Kemampuan Multibudaya: Kemampuan untuk berinteraksi dengan
individu dari berbagai budaya dan latar belakang, serta memahami dan
menghargai keragaman.

10
 Kemampuan Penyelesaian Masalah Kompleks: Kemampuan untuk
mengatasi masalah yang tidak memiliki solusi sederhana atau jelas.
 Kemampuan Manajemen Waktu: Kemampuan untuk mengatur waktu
dengan efektif dan mengatur prioritas.
 Pengembangan Karakter: Kemampuan untuk memahami dan menerapkan
nilai-nilai karakter yang baik, seperti kejujuran, integritas, empati, dan
tanggung jawab.
Kecakapan abad 21 ini membantu siswa untuk menjadi warga yang
kompeten, kreatif, dan adaptif dalam dunia yang terus berubah dengan
cepat. Mereka tidak hanya relevan dalam konteks pendidikan, tetapi juga
dalam karier dan kehidupan sehari-hari
2. Apa Saja Kecakapan Abad 21 yang Diperlukan Oleh Siswa
Ada beragam kecakapan abad 21 yang diperlukan siswa untuk
menghadapi tantangan dan berhasil didunia yang terus berubah. Beberapa
kecakapan abad 21 yaitu :
 Berpikir Kritis : kemampuan untuk menganalisis informasi, mengevaluasi
argument, dan mengambil keputusan yang bijak.
 Berpikir Kreatif : kemampuan untuk merumuskan solusi inovatif,
berimajinasi, dan menciptakan sesuatu yang baru
 Kemampuan Komunikasi : kemampuan untuk berkomunikasi secara
efektif, baik lisan maupun tertulis, serta menggunakan media digital
dengan bijak
 Kemampuan kolaborasi : kemampuan untuk bekerja dalam tim, berbagi
ide, dan mencapai tujuan bersama
 Kemampuan digital : kemampuan untuk menggunakan teknologi informasi
dan komunikasi (TIK) dengan efektif.
 Literasi Media : kemampuan untuk menilai, menganalisis, dan memahami
media dan pesan-pesan yang disampaikan melalui media.
 Literasi informasi : kemampuan untuk mencari, mengevaluasi, dan
menggunakan informasi dengan tepat
 Adaptabilitas ; kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dan
manghadapi situasi yang tidak pasti

11
 Kemampuan social dan emosional : kemampuan untuk memahami dan
mengelola emosi, berkomunikasi dengan orang lain, dan mengembangkan
hubungan yang baik
 Kemampuan belajar seumur hidup : kemampuan untuk terus belajar dan
mengembangkan diri sepanjang hidup
 Kemampuan pemecahan masalah : kemampuan untuk mengidentifikasi
masalah, merancang solusi, dan melaksanakan langkah-langkah untuk
mengatasi masalah tersebut
 Kemampuan berpikir sistemik : kemampuan untuk memahami hubungan
antara berbagai elemen dalam suatu system dan dampaknya
 Kemampuan berpikir kritis tentang isu etis: kemampuan untuk
mempertimbangkan implikasi etika dari tindakan dan keputusan
 Kemampuan berpikir logis : kemampuan unruk memproses informasi
dengan logis dan kohesif
 Kemampuan analitis : kemampuan untuk mengurangi masalah menjadi
komponen-komponen yang lebih kecil untuk pemahaman yang lebih baik.
Semua kecakapan ini membantu siswa menghadapi tandangan yang kompleks
dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Pendidikan yang efektif harus
mencakup pengembangan kecakapan abad 21 ini untuk mempersiapkan siswa
menjadi warga yang kompeten dan berdaya saing di abad 21.
3. Peran Berpikir Kritis HOTS Dalam Pengembangan Kecakapan Abad 21
Peran berpikir kritis atau Higher-Order Thinking Skills (HOTS) dalam
pengembangan kecakapan abad 21 sangat signifikan. Kecakapan abad 21
mencakup berbagai kemampuan dan pengetahuan yang dibutuhkan individu
untuk berhasil dalam lingkungan yang semakin kompleks dan berubah dengan
cepat. Berikut adalah peran berpikir kritis HOTS dalam pengembangan
kecakapan abad 21:
a) Kemampuan Berpikir Analitis: HOTS mendorong individu untuk
menguraikan masalah menjadi komponen-komponen yang lebih kecil.
Kemampuan ini sangat penting dalam pengembangan kecakapan abad 21
karena dapat membantu dalam pemecahan masalah yang kompleks, seperti
masalah-masalah dalam dunia kerja atau kehidupan sehari-hari.

12
b) Pemecahan Masalah Kompleks: Berpikir kritis melibatkan kemampuan
untuk menghadapi masalah yang tidak memiliki solusi yang jelas. Ini
penting dalam pengembangan kecakapan abad 21 karena banyak masalah
modern cenderung kompleks, dan individu perlu mampu mencari solusi
yang inovatif dan efektif.
c) Evaluasi dan Pengambilan Keputusan: HOTS melibatkan kemampuan
untuk mengevaluasi informasi dan argumen dengan kritis. Ini penting
dalam pengembangan kemampuan evaluasi data dan pengambilan
keputusan yang baik dalam situasi yang beragam, baik dalam konteks
pekerjaan maupun dalam kehidupan sehari-hari.
d) Literasi Digital: Dalam era digital, kemampuan berpikir kritis juga
membantu individu dalam memahami dan mengevaluasi informasi yang
ditemukan di internet. Dengan meningkatnya penyebaran berita palsu dan
informasi yang tidak akurat, literasi digital adalah kecakapan abad 21 yang
sangat penting.
e) Kemampuan Berkomunikasi: Berpikir kritis membantu individu untuk
mengorganisir dan mengartikulasikan gagasan mereka secara efektif, baik
dalam komunikasi tertulis maupun lisan. Ini merupakan bagian penting
dari kemampuan berkomunikasi yang baik, yang juga merupakan salah
satu komponen kecakapan abad 21.
f) Kreativitas: Berpikir kritis dapat mendorong individu untuk berpikir secara
kreatif dalam mencari solusi untuk masalah. Kreativitas adalah aspek
penting dari kecakapan abad 21 karena dapat membantu dalam
menemukan solusi inovatif untuk tantangan yang dihadapi.
g) Kemampuan Adaptasi: Berpikir kritis memungkinkan individu untuk
beradaptasi dengan perubahan yang cepat dalam dunia yang terus berubah.
Ini penting dalam pengembangan kemampuan beradaptasi, yang
merupakan karakteristik utama dalam kecakapan abad 21.
h) Kemampuan Manajemen Waktu: Berpikir kritis membantu individu untuk
mengatur waktu dengan efektif, mengidentifikasi prioritas, dan mengelola
tugas yang kompleks. Kemampuan manajemen waktu adalah salah satu
aspek penting dari kecakapan abad 21.

13
Dengan demikian, berpikir kritis HOTS memainkan peran sentral dalam
pengembangan berbagai kecakapan abad 21 yang penting dalam mencapai
kesuksesan dalam dunia yang terus berubah. Ini membantu individu untuk
menjadi pemecah masalah yang lebih baik, komunikator yang efektif, dan
masih banyak lagi.
4. Tantangan Dalam Mengembangkan Pembelajaran Berpikir Kritis
Mengembangkan pembelajaran berpikir Higher Order Thinking Skills
(HOTS) adalah suatu tugas yang kompleks dan memerlukan pendekatan yang
cermat. Berikut adalah beberapa tantangan yang sering muncul dalam
mengembangkan pembelajaran berpikir HOTS:
a) Kurikulum yang Terfokus pada Penguasaan Materi: Sistem pendidikan
seringkali terlalu berfokus pada penguasaan materi, sehingga kurikulum
cenderung lebih mengutamakan pemahaman konsep dasar daripada
pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
b) Keterbatasan Waktu: Mengembangkan keterampilan HOTS memerlukan
waktu dan upaya yang lebih banyak. Tantangan muncul ketika kurikulum
yang padat dan jadwal pelajaran yang ketat membatasi waktu yang dapat
dialokasikan untuk pengajaran HOTS.
c) Keterbatasan Pelatihan Guru: Banyak guru mungkin tidak memiliki
pelatihan yang cukup dalam pengembangan HOTS. Mereka perlu belajar
strategi pengajaran yang efektif untuk mengembangkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi.
d) Penilaian yang Tidak Tepat: Sistem penilaian seringkali lebih berfokus
pada tes standar yang memeriksa pengetahuan dasar daripada keterampilan
berpikir tingkat tinggi. Ini bisa menghambat perkembangan HOTS.
e) Perbedaan Kebutuhan Peserta didik: Setiap peserta didik memiliki
kecepatan belajar yang berbeda dan kebutuhan yang beragam.
Mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan individu peserta didik dalam
pengembangan HOTS bisa menjadi tantangan.
f) Motivasi Peserta didik: Tantangan lain adalah bagaimana memotivasi
peserta didik untuk berpikir lebih dalam dan kritis, terutama ketika mereka
menghadapi materi yang mereka anggap sulit atau tidak relevan.

14
g) Integrasi HOTS dalam Mata Pelajaran yang Berbeda: Mengintegrasikan
HOTS ke dalam berbagai mata pelajaran adalah penting, tetapi juga
merupakan tantangan bagi guru untuk menjembatani keterampilan ini di
seluruh kurikulum.
h) Keterbatasan Sumber Daya: Sekolah dan lembaga pendidikan mungkin
mengalami keterbatasan sumber daya, termasuk buku teks, perangkat
lunak, dan alat pembelajaran yang diperlukan untuk mengembangkan
HOTS.
i) Evaluasi yang Lebih Kompleks: Mengevaluasi kemajuan peserta didik
dalam HOTS memerlukan pendekatan yang lebih holistik dan kreatif,
bukan hanya berdasarkan tes tertulis. Ini bisa menjadi tantangan dalam
mengukur perkembangan peserta didik.
j) Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat: Mendapatkan dukungan orang
tua dan masyarakat dalam pengembangan HOTS bisa menjadi tantangan,
terutama jika mereka kurang memahami pentingnya keterampilan berpikir
tingkat tinggi dalam pendidikan.
k) Teknologi yang Tidak Memadai: Meskipun teknologi dapat menjadi alat
yang kuat dalam pengembangan HOTS, tidak semua sekolah atau peserta
didik memiliki akses yang setara ke perangkat dan sumber daya teknologi.
Meskipun tantangan-tantangan ini nyata, pengembangan HOTS dalam
pendidikan memiliki manfaat yang signifikan dalam mempersiapkan peserta
didik untuk sukses di dunia yang semakin kompleks dan berubah. Upaya
yang cermat dan terus-menerus diperlukan untuk mengatasi tantangan ini dan
mengintegrasikan HOTS secara efektif dalam pengajaran dan pembelajaran.
5. Faktor-Faktor Pendukung Dalam Mengintegrasikan HOTS, Literasi Karakter,
Dan Kecakapan Abad 21
Integrasi antara Higher Order Thinking Skills (HOTS), literasi karakter,
dan kecakapan abad 21 dapat menjadi bagian penting dari pendidikan yang
holistik dan berkelanjutan. Berikut adalah beberapa faktor pendukung yang
dapat membantu dalam mengintegrasikan ketiga aspek ini:
a) Kurikulum Terpadu: Membangun kurikulum yang mencakup aspek
HOTS, literasi karakter, dan kecakapan abad 21 adalah langkah awal yang

15
penting. Kurikulum yang dirancang dengan baik akan memungkinkan
pendidikan yang seimbang dalam hal peningkatan keterampilan akademik,
karakter, dan kemampuan kontemporer.
b) Pelatihan Guru: Guru adalah agen utama dalam pelaksanaan integrasi ini.
Mereka perlu menerima pelatihan yang memadai dalam pengembangan
HOTS, literasi karakter, dan strategi pengajaran yang relevan dengan
kecakapan abad 21. Pelatihan ini membantu guru menjadi fasilitator yang
efektif dalam mengintegrasikan aspek-aspek tersebut ke dalam pengajaran
mereka.
c) Pengembangan Materi Pembelajaran: Pengembangan materi pembelajaran
yang mencakup HOTS, literasi karakter, dan kecakapan abad 21 adalah
penting. Materi tersebut harus memungkinkan peserta didik untuk
mengembangkan keterampilan berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi,
kreativitas, serta nilai-nilai karakter seperti integritas, etika, dan
kepemimpinan.
d) Penilaian Holistik: Penilaian harus mencerminkan sejauh mana peserta
didik telah menguasai HOTS, literasi karakter, dan kecakapan abad 21.
Penilaian ini harus mencakup berbagai metode, termasuk tes, proyek,
presentasi, dan penilaian portofolio, sehingga memberikan gambaran yang
lengkap tentang perkembangan peserta didik.
e) Lingkungan Pendidikan yang Mendukung: Sekolah dan lembaga
pendidikan harus menciptakan lingkungan yang mendukung
perkembangan HOTS, literasi karakter, dan kecakapan abad 21. Ini
termasuk fasilitas, perpustakaan, teknologi, serta budaya sekolah yang
mendorong kolaborasi, eksperimen, dan pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik.
f) Kolaborasi dengan Stakeholder Eksternal: Melibatkan keluarga,
masyarakat, dan mitra industri dalam pendidikan dapat membantu
mengintegrasikan HOTS, literasi karakter, dan kecakapan abad 21. Mereka
dapat memberikan dukungan tambahan dan konteks nyata untuk
pengembangan keterampilan dan karakter.

16
g) Pengembangan Karakter sebagai Bagian dari Pembelajaran: Pembelajaran
karakter seharusnya tidak terpisah dari pelajaran akademik.
Pengembangan karakter harus terintegrasi dalam kurikulum sehari-hari
sehingga peserta didik memahami bagaimana karakter positif dan nilai-
nilai etika dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan konteks
belajar.
h) Penggunaan Teknologi Pendidikan: Teknologi pendidikan dapat menjadi
alat yang efektif untuk mengintegrasikan HOTS, literasi karakter, dan
kecakapan abad 21. Aplikasi, platform pembelajaran online, dan alat
lainnya dapat digunakan untuk menciptakan pengalaman pembelajaran
yang mendukung perkembangan kompetensi ini.
i) Pembelajaran Berbasis Proyek: Pembelajaran berbasis proyek adalah
pendekatan yang baik untuk mengintegrasikan HOTS, literasi karakter,
dan kecakapan abad 21. Peserta didik dapat bekerja pada proyek-proyek
yang memungkinkan mereka untuk berkolaborasi, memecahkan masalah,
dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan.
j) Pemantauan dan Evaluasi Berkelanjutan: Penting untuk terus memantau
dan mengevaluasi efektivitas integrasi HOTS, literasi karakter, dan
kecakapan abad 21 dalam pendidikan. Dengan pengembangan
berkelanjutan dan penyesuaian berdasarkan hasil evaluasi, sistem
pendidikan dapat terus meningkat dalam mendukung perkembangan
holistik peserta didik.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Orientasi pengembangan pembelajaran ke arah berpikir HOTS,
literasi, dan karakter kecakapan abad 21 adalah langkah progresif dalam
mempersiapkan generasi mendatang untuk menghadapi tantangan global.
Dengan perpaduan keterampilan berpikir yang kuat, literasi yang
mendalam, dan karakter yang kuat, peserta didik akan memiliki landasan
yang kokoh untuk sukses dalam masyarakat yang kompleks dan terus
berubah. Pendidikan harus mampu mencetak generasi yang tidak hanya
mampu berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS),
tetapi juga memiliki literasi karakter dan keterampilan (kecakapan) yang
relevan dengan tuntutan abad 21.
B. Kritik dan Saran
Kritik:
1. Terlalu Fokus pada Hasil Akademik: Salah satu kritik terhadap orientasi
pengembangan pembelajaran ke arah berpikir HOTS (Higher Order
Thinking Skills) adalah bahwa sistem pendidikan seringkali lebih
terfokus pada hasil akademik daripada pengembangan karakter dan
kecakapan abad 21.
2. Penting untuk menjaga keseimbangan yang seimbang antara aspek
akademik dan non-akademik dalam pendidikan.
3. Kurangnya Penekanan pada Literasi Karakter: Literasi karakter adalah
aspek penting dalam pendidikan yang terkadang tidak mendapatkan
perhatian yang cukup. Sistem pendidikan harus memastikan bahwa
peserta didik tidak hanya mengembangkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi tetapi juga karakter yang kuat, seperti kejujuran, empati, dan rasa
tanggung jawab.
Saran:
1. Integrasi yang Lebih Baik: Pendidikan seharusnya mengintegrasikan
berpikir HOTS, literasi karakter, dan kecakapan abad 21 ke dalam

18
kurikulum. Guru harus dilatih untuk mengajar dengan pendekatan
holistik yang mencakup semua aspek ini.
2. Pengembangan Guru: Guru harus menerima pelatihan yang memadai
untuk mengajar berpikir HOTS, literasi karakter, dan kecakapan abad
21. Mereka harus memahami bagaimana mengintegrasikan semua ini ke
dalam pengajaran mereka.
3. Fokus pada Pembelajaran Aktif: Pembelajaran harus lebih fokus pada
kegiatan yang melibatkan peserta didik secara aktif. Ini dapat mencakup
proyek kolaboratif, permainan berbasis masalah, dan penelitian
independen yang mendorong berpikir kritis dan berpikir kreatif.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W.,Krathwohl, D.R., Airasian, P. W., Cruikshank, K.A., Mayer, R.


E., Pintrich, P, R., … & Wittrock, M. C (2001). A Taxonomy for Learning
Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxanomy of
Educational Objectives, Pearson.
Althof, Wolfgang and Marvin W. Berkowitz, Moral Education and Craracter
Education: Their Relasionship and Roles in Citizenship Education, Jurnal
of Moral Education Vol. 35, No. 4 2006, 495-518,
https://www.jubileecentre.ac.uk/Character-Citizenship-education.pdf (di
akses pada tanggal 10 Oktober 2023
Budiarta, K., Harahap, M. H., Faisal, & Mailani, E. (2018). Potret Implementasi
Pembelajaran Berbasis High Order Thinking Skills (HOTS) di Sekolah
Dasar Kota Medan. Jurnal Pembangunan Perkotaan, 6(2), 102–111.
Hanifah,Hanim Nur, Nurul Hidayanti, and Rita Mutiarni. 2019. “Pengaruh
Produk Ramah Lingkungan/Green Product Dan Harga Terhadap
Keputusan Pembelian Produk Tupperware”. JMD: Jurnal Riset
Manajemen & Bisnis Dewantara 2(1): 37-44 https://www.topbrand-
award.com/top-brand-index/.”Uy.”
Kurniasih, Imas & Sani, Berlian. (2014). Implementasi kurikulum 2013 Konsep &
penerapan. Surabaya: Kota Pena.
Kemeterian. Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Materi Pelatihan Guru
Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014 Sd Kelas IV, Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Lickona, Thomas.2012. Mendidik untuk Membentuk karakter: Bagaimana sekolah
dapat Memberikan Pendidikan Sikapa Hormat dan Bertanggung Jawab.
(Penerjemah: Juma Abdu Wamaungo. Jakarta: Bumi Aksara)
Musrikah, M. (2018). Higher Order Thingking Skill (Hots) Untuk Anak Sekolah
Dasar Dalam Pembelajaran Matematika. Martabat: Jurnal Perempuan
Dan Anak, 2(2). https://doi.org/10.21274/martabat.2018.2.2.339-360

20
Setiawati, S. (2019). Analisis HigherOrder ThingkingSkills (HOTS) Siswa
Sekolah Dasar dalam Menyelesaikan Soal Bahasa Indonesia. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan KALUNI, 2(2010), 552-557.
https://doi.org/10.30998/prokaluni.v2i0.143
Widana, I. W. (2017). Higher Order Thinking Skills Assessment (HOTS). Jisae:
Journal of Indonesian Student Assesment and Evaluation, 3(1), 32–44.
https://doi.org/10.21009/jisae.031.04

21

Anda mungkin juga menyukai