Anda di halaman 1dari 2

FILOSOFI PENDIDIKAN

Tugas 1.4: Argumentasi Kritis (minimum 300 kata dan maksimum 500 kata )

Gerakan Transformasi Ki Hadjar Dewantara Dalam Perkembangan Pendidikan Sebelum Dan


Sesudah Kemerdekaan
Ki Hajar Dewantara adalah Bapak Pendidikan Nasional. Hal itu karena beliau
merupakan seorang tokoh yang tanpa jasa memerdekakan Indonesia. Pengabdian yang ia
berikan begitu besar terhadap bangsanya.(Sugiarta et al., 2019) Pendidikan berkembang sejak
zaman sebelum kemerdekaan hingga zaman setelah kemerdekaan. Pendidikan bertransformasi
dari zaman ke zaman dengan perubahan yang sangat signifikan. Pada zaman sebelum
kemerdekaan, berarti terjadi pada masa OIC namun pendidikan ini diselenggarakan hanya
untuk membaca, menulis, dan berhitung namun hanya untuk kepentinagn Belanda.
Selanjutnya, para Gubernur telah diberikan kewenangan untuk mendirikan sekolah tetapi tidak
alin dan tidak bukan yaitu untuk kepentingan kaum Belanda untuk mengisi pos-pos pada
jabatan tertentu.
Pada tahun 1992 berdirilah Taman Siswa yang tidak terlepas dari sosok penting yang
sangat berjasa dalm pendidikan Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara. Tokoh pendidikan
Nasional yang dalam hidupnya memiliki visi dan misi untuk memerdekakan bangsanya melalui
pendidikan. Taman Siswa menentang dan mengubah sistemn pendidikan kolonial menjadi
sistem Pendidikan Nasional yang menjadi gerbang kemerdekaan dan kebudayaan bangsa
sehingga akan muncul jiwa kemerdekaan dan kebebasan. Hal ini yang sebenarnya dibutuhkan
oleh peserta didik dan seluruh individu yaitu pendidikan yang mengantarkan pada kebebasan
untuk mampu menetukan pilihan dan merdeka dalam menjalankan semua kehidupannya. Hal
ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ki Hajar dewantara yang sangat menekankan
pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air
dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.(Samho & Yasunari, 2009)
Selanjutnya, mari membandingkan dengan pembelajaran pada masa setelah
kemerdekaan. Pembelajaran pada masa setelah kemerdekaan telah memberikan kesempatan
kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk mengenyam pendidikan. Hal ini terlihat dari
berbagai program yang memudahkan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan seperti
pendidikan gratis dan bahkan mewajibkan 12 tahun pendidikan. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan(Hasanah & Permatasari, 2019) program wajib belajar sangat berperan dan
berfungsi bagi warga negara Indonesia, yaitu dalam hal mengupayakan perluasan pemerataan
kesempatan warga negara untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Selain itu, program
yang sedang trend pada tahun ini yaitu kurikulum merdeka merdeka memberikan ruang untuk
peserta didik untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan bakat dan minatnya melalui
pembelajaran berdiferensiasi. Hal ini sesungguhnya merupakan implementasi dari “Semua
anak tumbuh sesuai dengan kodratnya masing-masing”. Hal ini sesuai dengan program
Merdeka Belajar yang mampu membangun suasana yang membahagiakan bagi peserta didik,
guru dan orangtua. (Bahar & Sundi, 2020) Penjelasan di atas menjelaskan pendidikan pada
masa setekah kemerdekaan berorientasi untuk mencerdaskan peserta didik sehingga mampu
berkembang sesuai degan kodratnya. Sehingga perjuangan Ki Hajar Dewantara untuk
mentransformasikan pendidikan dari yang hanya berorentasi pada materi ke pendidikan yang
mampu memanusiakan manusia.

DAFTAR REFERENSI
Bahar, H., & Sundi, V. H. (2020). Merdeka Belajar untuk Kembalikan Pendidikan pada
Khittahnya. PROSIDING SAMASTA.
Hasanah, M., & Permatasari, M. A. (2019). Pemahaman Wajib Belajar 12 Tahun di Sekolah
Bawang Banjarmasin.
Samho, B., & Yasunari, O. (2009). Konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan tantangan-
tantangan implementasinya di Indonesia dewasa ini. Research Report-Humanities and
Social Science, 1.
Sugiarta, I. M., Mardana, I. B. P., & Adiarta, A. (2019). Filsafat Pendidikan Ki Hajar
Dewantara (Tokoh Timur). Jurnal Filsafat Indonesia, 2(3), 124–136.

Anda mungkin juga menyukai