Anda di halaman 1dari 3

01.01.2-T1-3.

Eksplorasi Konsep - Perjalanan Pendidikan Nasional dari


Perspektif Ki Hadjar Dewantara

Nama : Muh. Irwan


Kelas : IPA 4

Perkembangan pendidikan sebelum dan sesudah kemerdekaan dapat diamati


dari sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia. Pada awalnya, pendidikan
banyak mengadopsi pembelajaran dari barat. Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan
bukan hanya mempelajari konteks dari barat saja namun perlu juga pembelajaran
kultural kita sebagai bangsa Indonesia. Ki Hajar Dewantara juga beranggapan
pendidikan merupakan tempat untuk menabur benih-benih yang sesuai dengan
kehidupan masyarakat sekaligus sebagai instrumen tumbuhnya peradaban. Melalui
pendidikan menjadikan peserta didik untuk tumbuh menjadi manusia yang merdeka.
Manusia yang merdeka ialah manusia yang mampu bersandar pada kemampuan diri
sendiri. Maka dari itu, diperlukan proses pembelajaran yang modern mulai dari taman
kanak- kanak sampai keperguruan tinggi dengan tidak melupakan budaya bangsa
sebagai acuan agar tidak menelan budaya asing secara menyeluruh. Pembelajaran
yang terjadi diperlukan proses dan interaksi belajar yang mencapai tujuan pendidikan
nasional.
Proses belajar merupakan proses interaksi pendidikan antara guru dan murid
dalam situasi tertentu. Interaksi yang dilakukan dapat berupa penyampaian ilmu yang
dimiliki oleh guru kepada muridnya yang memiliki manfaat kepada anak didiknya baik
secara lahir maupun batin. Proses belajar dapat diumpamakan seperti petani yang
akan menanam padi. Dalam hal ini, petani dapat dikatakan sebagai gurunya
sedangkan padi itu sendiri sebagai muridnya. Petani itu sendiri hanya dapat berusaha
menumbuhkan benih padi menjadi padi namun tidak dapat merubah benih padi untuk
tumbuh menjadi jagung ataupun gandum. Hal ini sesuai dengan filosofi pendidikan
nasional bahwa guru hanya sebagai penuntun dan pembimbing peserta didik menjadi
manusia yang merdeka.
Pada 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan perguruan bercorak nasional
bersama teman-temannya yang bernama Perguruan Nasional Taman Siswa. Dia
mendirikan taman siswa karena pendidikan yang berjalan sebelumnya masih memiliki
pengaruh asing yaitu intelektualisme, individualisme, materialsme, dan kolonialisme
(Muchtar et al, 2019). Seiring berjalannya waktu pendidikan nasional mulai
menunjukkan titik terang dengan munculnya berbagai tokoh pendidikan sebelum
kemerdekaan. Pergerakan nasional dalam pendidikan ini bentuk kesadaran
masyarakat tentang arti penting pendidikan.
Pendidikan pasca kemerdekaan terfokus pada tujuan sesuai dengan
pembukaan undang-undang yaitu mencerdaskan dan meningkatkan kualitas serta
kemampuan. Pendidikan pada masa kemerdekaan menghasilkan produk hukum
tentang pendidikan, yaitu Undang- undang pendidikan Nomor 4 tahun 1950. Setelah
Indonesia merdeka, pendidikan nasional lebih berfokus kepada pendidikan yang
menanamkan kebudayaan yang ada dimasyarakat. Hal ini dimaksudkan agar unsur
kebudayaan dan peradaban tidak luntur dan dapat tumbuh dengan sebaik-baiknya
yang dapat diteruskan kepada anak cucu kita dimasa yang akan datang (Rahman et
al, 2017). Inilah yang dirasakan oleh cipitas pendidikan pada umumnya pada saat
sekarang ini dimana pendidikan nasional menerapkan pembelajaran merdeka yang
tidak melupakan kultural budaya yang melekat pada msayarakat Indonesia (Rodiyah,
2021).
Referensi

Muchtar, D., & Suryani, A. (2019). Pendidikan karakter menurut


kemendikbud. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 3(2), 50-57.

Rahman, H., & Ismail, I. (2017). ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR ISLAM.

Rodiyah, R. (2021, August). Implementasi program merdeka belajar kampus merdeka


di era digital dalam menciptakan karakter mahasiswa hukum yang berkarakter
dan profesional. In Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang (Vol.
7, No. 2, pp. 425-434).

Anda mungkin juga menyukai