Eksplorasi Konsep - Perjalanan Pendidikan Nasional dari
Perspektif Ki Hadjar Dewantara
Nama : Muh. Irwan
Kelas : IPA 4
Perkembangan pendidikan sebelum dan sesudah kemerdekaan dapat diamati
dari sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia. Pada awalnya, pendidikan banyak mengadopsi pembelajaran dari barat. Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan bukan hanya mempelajari konteks dari barat saja namun perlu juga pembelajaran kultural kita sebagai bangsa Indonesia. Ki Hajar Dewantara juga beranggapan pendidikan merupakan tempat untuk menabur benih-benih yang sesuai dengan kehidupan masyarakat sekaligus sebagai instrumen tumbuhnya peradaban. Melalui pendidikan menjadikan peserta didik untuk tumbuh menjadi manusia yang merdeka. Manusia yang merdeka ialah manusia yang mampu bersandar pada kemampuan diri sendiri. Maka dari itu, diperlukan proses pembelajaran yang modern mulai dari taman kanak- kanak sampai keperguruan tinggi dengan tidak melupakan budaya bangsa sebagai acuan agar tidak menelan budaya asing secara menyeluruh. Pembelajaran yang terjadi diperlukan proses dan interaksi belajar yang mencapai tujuan pendidikan nasional. Proses belajar merupakan proses interaksi pendidikan antara guru dan murid dalam situasi tertentu. Interaksi yang dilakukan dapat berupa penyampaian ilmu yang dimiliki oleh guru kepada muridnya yang memiliki manfaat kepada anak didiknya baik secara lahir maupun batin. Proses belajar dapat diumpamakan seperti petani yang akan menanam padi. Dalam hal ini, petani dapat dikatakan sebagai gurunya sedangkan padi itu sendiri sebagai muridnya. Petani itu sendiri hanya dapat berusaha menumbuhkan benih padi menjadi padi namun tidak dapat merubah benih padi untuk tumbuh menjadi jagung ataupun gandum. Hal ini sesuai dengan filosofi pendidikan nasional bahwa guru hanya sebagai penuntun dan pembimbing peserta didik menjadi manusia yang merdeka. Pada 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan perguruan bercorak nasional bersama teman-temannya yang bernama Perguruan Nasional Taman Siswa. Dia mendirikan taman siswa karena pendidikan yang berjalan sebelumnya masih memiliki pengaruh asing yaitu intelektualisme, individualisme, materialsme, dan kolonialisme (Muchtar et al, 2019). Seiring berjalannya waktu pendidikan nasional mulai menunjukkan titik terang dengan munculnya berbagai tokoh pendidikan sebelum kemerdekaan. Pergerakan nasional dalam pendidikan ini bentuk kesadaran masyarakat tentang arti penting pendidikan. Pendidikan pasca kemerdekaan terfokus pada tujuan sesuai dengan pembukaan undang-undang yaitu mencerdaskan dan meningkatkan kualitas serta kemampuan. Pendidikan pada masa kemerdekaan menghasilkan produk hukum tentang pendidikan, yaitu Undang- undang pendidikan Nomor 4 tahun 1950. Setelah Indonesia merdeka, pendidikan nasional lebih berfokus kepada pendidikan yang menanamkan kebudayaan yang ada dimasyarakat. Hal ini dimaksudkan agar unsur kebudayaan dan peradaban tidak luntur dan dapat tumbuh dengan sebaik-baiknya yang dapat diteruskan kepada anak cucu kita dimasa yang akan datang (Rahman et al, 2017). Inilah yang dirasakan oleh cipitas pendidikan pada umumnya pada saat sekarang ini dimana pendidikan nasional menerapkan pembelajaran merdeka yang tidak melupakan kultural budaya yang melekat pada msayarakat Indonesia (Rodiyah, 2021). Referensi
Muchtar, D., & Suryani, A. (2019). Pendidikan karakter menurut
Rahman, H., & Ismail, I. (2017). ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR ISLAM.
Rodiyah, R. (2021, August). Implementasi program merdeka belajar kampus merdeka
di era digital dalam menciptakan karakter mahasiswa hukum yang berkarakter dan profesional. In Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang (Vol. 7, No. 2, pp. 425-434).