Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

OLEH:

NAMA ANGGOTA: ODE ULFA M (02272211040)

ARFIANA (02272211037)

SIRNAWATI TALIB (02272211038)

DIAN AGRIANI TJHAN (02272211061)

SARTI ODE ASIA (02272211O39)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah swt karena telah memberikan kesempatan
dan rahmat-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “pancasila
sebagai etika politik” dengan tepat waktu. Makalah ini di susun guna mmenuhi tugas pada mata
kuliah pendidikan pancasila. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Harun Gafur,
S.pd, M.pd. selaku dosen mata kuliah pendidikan pancasilla, tugas yang telah di berikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan kami mengenai bagaiman rasa keadilan sebagai cita-cita
dalam penegakan hokum.

Demikian pula kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik dalam segi substansi maupun tata bahasa. Namun, kami tetap
berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan pendengar. Oleh karena
itu, di harapkan kritik dan saran untuk makalah ini dengan harapan sebagai masukan dalam
perbaikan dan penyempurnaan pada makalah berikutnya.

Ternate, 24 november 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3

2.1 Pengantar/ Pendahuluan................................................................................................3

2.2 Pengertian Nilai,Normal dan Moral..............................................................................6

2.3 Pengertian Politik..........................................................................................................7

2.4 Etika Politik……………………………………………………………………………

2.5 Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik .....................................................9

BAB III PENUTUP.............................................................................................................10

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................14

3.2 Saran..............................................................................................................................14

Daftar Pustaka………………………………………………………………………15
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada hakikatnya, pancasila sebagai suatu sistem filsafat merupakan suatu nilai yang
bersumber dari segala penjabaran norma baik norma hokum, norma social,maupun norma
kenegaraan lainnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila memberikan dasar-dasar yang
bersifat fundamental dan universal bagi manusia, baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Nilai-nilai tersebut sifatnya praksis atau nyata dalam masyarakat, bangsa maupun
Negara, yang kemudian di jabarkan dalam suatu norma-norma yang jelas hingga menjadi suatu
pedoman. Jadi sila-sila pancasila merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan
sumber norma yang pada gilirannya harus dijabarkan lebih lanjut dan norma-norma
etika,moral,maupun norma hokum dalam kehidupan kenegaraan maupun kebangsaan.

Politik secara sederhana dapat di artikan sebagai suatu kegiatan untuk mencapai cita-cita
yang berhubungan dengan kekuasaan. Pancasila sebagai dasar Negara, menjadi pedoman tolak
ukur kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus dipahami, dihayati dan diamalkan dalam
tata kehidupan berpolitik. Oleh karena itu, setiap warga Negara dan penyelenggara harus
mempelajari, memahami, menghayati, dan mengamalkan pancasila dalam segala bidang
kehidupan berbangsa bernegara dan bermasyarakat, karena pancasila merupakan suatu landasan
norma etika dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Etika berkaitan dengan
berbagai masalah nilai, karena etika pada pokoknya membicarakan masalah-masalah yang
berkaitan dengan predikat nilai “Susila” dan “Tidak Susila”, “Baik” dan “Buruk”, sifat seseorang
di katakana tidak susila apabila ia melakukan kejahatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Pengantar/ pendahuluan?
2. Apa yang di maksud dengan nilai,norma, dan moral?
3. Apa yang di maksud dengan politik?
4. Apa yang di maksud dengan etika politik?
5. Apa yang di maksud dengan nilai nilai pancasila sebagai sumber etika politik?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengantar/ pendahuluan
2. Untuk mengetahui pengertian dan nilai, norma, dan moral
3. Untuk mengetahui pengertian politik
4. Untuk mengetahui apa itu etika pilitik
5. Untuk mengetahui apa itu nilai-nilai pancasila sebagai sumber pilitik
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Awal Munculnya Etika Politik

Etika politik sebagai ilmu dan cabang filsafat lahir di yunani pada saat struktur politik
tradisional berangsur-angsur mulai rapuh sampai ambruk. Dengan runtuhnya tatanan masyarakat
Athena, muncul berbagai macam pertayaan tentang masyarakat dan Negara, seperti bagaimana
seharusnya masyarakat harus di tata dan siapa yang harus merata, apa tujuan Negara dan
beragam pertayaan lainnya. Dua ribu tahun kemudian, kurang lebih lima ratus tahun yang lalu,
etika politik bertambah momentumnya legitimasi kekuasaan raja dalam tatanan hierarkis kasmos
tidak lagi di terima begitu saja. Legitimasi tatanan hukum, Negara dan hak raja untuk
memerintah masyarakat di pertanyakan. Situasi seperti ini tampak jelas pada zaman
industrialisasi yang memicu kebangkitan filsafat politik. Klaim-klaim legitimasi kekuasaan yang
saling bertentangan menuntut refleksi filosofit atas prinsip dasar kehidupan politik. Etika politik
lebih berperan pada tuntutan agar segala klaim atas hak untuk menata masyarakat dipertanggung-
jawabkan padaa prinsip moral dasar. Klaim-klaim legitimasi dari segala macam kekuatan, baik
bersifat kekuasaan langsung atau tersembunyi di belakang pembenaran normatif harus
merasionalisasikan dengan kebenaran umum. Filsafat politik mendorong afirmatifis yang tidak di
pertanyakan dalam perukaan saja, tetapi memaksa tuntutan ideologis untuk membuktikan diri
filsafat, dengan demikian menjadi reflektif dengan terbuka terhadap kritik, atau memang di
telanjangi sebagai layar asap ideologis bagi kepentingan tententu.

Konsepsi etika politik al-Ghazali adalah suatu teori sistem pemerintahan yang berisikan
masyarakat dan aparatur Negara yang mempunyai moral yang baik dengan topang oleh agama
sebagai dasar Negara. Seorang pemimpin yang ideal menurut al-Ghazali adalah seorang yang
mengerti tentang budi luhur atau moral agama dan kebijaksanaan yang harus di terapkan dalam
menjalankan sistem pemerintahan.
2.2 Pengertian Nilai, Normal dan Moral

A. Nilai

Nilai (value) adalah kemampuan yang di percayai yang ada pada suatu benda
untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang
atau kelompok. Jadi nilai pada hakikatnya adalah sifat dan kualitas yang melekat pada suatu
objeknya. Dengan demikian, maka nilai itu adalah suatu kenyataan yang tersembunyi di balik
kenyataan- kenyataan yang lainnya. Dalam kaitannya dengan penjaharannya, nilai dapat di
kelompokkan kedalam tiga macam yaitu:

1. Nilai Dasar

Sekalipun nilai bersifat abstrak yang tidak dapat di amati melalui panca indra
manusia, tetapi dalam kenyataannya nilai berhubngan dengan tingkah laku atau berbagai aspek
kehidupan manusia dalam prakteknya. Setiap nilai memiliki dasar, yaitu berupa hakikat, esensi,
intisari atau makna yang dalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar itu bersifat universal karena
menyangkut kenyataan objektif dari segala sesuatu. Contohnya, akikat tuhan, manusia, atau
makhluk lainnya. Apabila nilai dasar itu berdasarkan kepada hakikat suatu benda, kuantitas, aksi,
ruang dan waaktu, nilai itu dapat juga di sebut sebagai normal yang direalisasikan dalam
kehidupan yang praktis. Namun, nilai yang bersumber dari kebendaan itu tidak boleh
bertentangan dengan nilai dasar yang merupakan sumber penjabaran norma tersebut. Nilai dasar
yang menjadi sumber etika bagi bangsa inonesia adalah nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila.

2. Nilai Instrumental

Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai dasar.
Nilai dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apalabila nilai dasar tesebut belum memiliki
formulasi serta parameter atau ukuran yang jelas dan kongkret. Apabila nilai imstrumental itu
barkaitan dengan tingkah laku manusia dalam kehdupan sehari-hari, maka nilai tersebut akan
menjadi norma moral. Akan tetapi, jika nilai instrumental itu merupakan suatu arahan kebjakan
atau strategi yang berumber pada nilai dasar, sehingga dapat juga di katakana bahwa nilai-nilai
instrumental itu merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar. Dalam kehidupan ketatanegaraan
kitam nilai instrumental itu dapat kita temukan dalam pasal-pasal undang-undang dasar 1945,
yang merupakan penjabaran dari nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila.

3. Nilai praksis

Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam
kehidupan yang lebih nyata. Dengan demikian, nilai prakis merupakan pelaksanaan secara nyata
dari nilai-nilai dasar dan instrumental. Berhubung fungsinya sebagai penjabaran dari nilai dasar
dan nilai instrumental, maka nilai praksis dijiwai oleh nilai-nilai dasar dan instrumental dan
sekaligus tidak bertentangan demgan nilai-nilai dasar dan instrumental tersebut.

B. Norma

Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus di jalankan dalam kehidupan sehari-
hari berdasarkan motivasi tertentu. Namun sesungguhnya perwujudan martabat manusia sebagai
makhluk budaya, social, moral dan religi. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur
yang di kehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh sebab itu, norma dalam perwujudan Nya
dapat berupa norma agama, norma filsafat, norma kesusila, norma hokum, dan norma sosial.
Norma memiliki kekuatan untuk dapat dipatuhi, yang di kenal dengan sanksi, misalnya:

 Normal agama, dengan sanksinya dari tuhan


 Norma kesusilaan, dengan sanksinya rasa malu dan penyesalan terhadap diri sendiri.
 Normal kesopanan, dengan sanksinya berupa dikucilkan dalam pergaulan masyarakat
 Norma hukum, dengan sanksinya berupa penjara dan kurungan atau denda yang
dipaksakan oleh alat Negara.

C. Moral

Moral berasal dari kata mos (mores) yang artinya kesusilaan, tabiat, kelakuan. Moral
adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan
manusia. Seorang yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma dan norma yang
berlaku dalam masyarakatnya, di anggap sesuai dan bertindak benar secara moral. Jika
sebaliknya terjadi, pribadi itu dianggap tidak bermoral. Moral dalam perwujudannya dapat
berupa peraturan, prinsip-prinsip yang benar, baik, terpuji, dan mulia. Moral dapat berupa
kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan moral, moral pun dapat di bedakan seperti moral
ketuhanan atau agama, moral,filsafat, moral etika, moral hukum,moral ilmu dan sebagainya.

Nilai, normal dan moral secara bersama mengantur kehidupan masyarakat dalam
berbagai aspeknya. Keterkaitan nilai, norma dan moral merupakan suatu kenyataan yang
seharusnya tetap terpelihara di setiap waktu pada hidup dan kehidupan manusia.

2.3 Pengertian Politik

Politik berasal dari kosakata “politics”, yang memiliki makna bermacam-macam


kegiatan dalam suatu sistem politik atau “Negara”, yang menyangkut proses penentuan tujuan-
tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan itu. Penegertian politik secara
sempit, yaitu bidang politik lebih banyak berkaitan dengan para pelaksana pemerintah Negara
lembaga-lembaga tinggi Negara, kalangan penyelenggaraan Negara. Penegertian politik yang
lebih luas, yaitu menyangkut seluruh unsur yang membentuk suatu persekutuan hidup yang
disebut masyarakat Negara. Penegertian secara sederhana tentang politik adalah suatu kegiatan
untuk mencapai cita-cita yang berhubungan dengan kekuasaan.

Menurut teori klasik Aristoteles, pengertian politik adalah usaha yang ditempuh warga
Negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Miriam Budiardjo menyebutkan pengertian politik
adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (Negara) yang menyangkut proses
menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.beberapa konsep
politik, yaitu:

1) Klasik

Pada pandangan klasik, politik digunakan masyarakat untuk mencapai suatu kebaikan
bersama yang dianggap memiliki nilai moral yang lebih tinggi. Kepentingan umum sering
diartikan sebagai tujuan-tujuan moral atau nilai-nilai ideal yang bersifat abstrak seperti keadilan,
kebenaran, dan kebahagiaan.
2) Kelembagaan

Menurut Max Weber, politik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
penyelenggaraan Negara. Max Weber melihat Negara dari sudut pandang yuridis formal yang
statis. Negara di anggap memiliki hak monopoli kekuasaan fisik yang utama. Namum konsep ini
hanya berlaku bagi Negara modern yaitu Negara yang sudah ada diferensiasi dan spesialisasi
peranan. Negara yang memiliki batas wilayah yang pasti dan penduduknya tidak normaden.

3) Kekuasaan

Robson mengemukakan politik adalah kegiatan mencari dan mempertahankan


kekuasaan ataupun menentang pelaksanaan kekuasaan. Kekuasaan sendiri adalah kemampuan
seorang untuk mempengaruhi orang lain, baik pikiran maupun perbuatan agar orang tersebut
berpikir dan bertindak sesuai dengan orang yang mempengaruhi. Kelemahan dari konsep ini
adalah tidak dapat di bedakannya. Konsep beraspek politik dan yang non politik dan juga
kekuasaan lainnya salah satu konsep dalam ilmu politik masih ada konsep ideology legitimasi
dan konflik

4) Fungsionalisme

David Easton berpendapat bahwa politik adalah alokasi nilai-nilai secara otoritatif
berdasarkan kewenangan dan mengikat suatu masyarakat. Sedangkan menurut Harold Lasswell.
Politik merupakan who gets, what gest when gest dan how gest nilai. Dapat diketahui bahwa
politik sebagai perumusan dan pelaksanaan kebijakan umum.

5) Konflik

Pandangan konflik mendekskripsikan bahwa politik merupakan kegiatan untuk


mempengaruhi perumusan dan kebijaksaan umum dalam rangka usaha untuk mempengaruhi,
mendapatkan, dan mempertahankan nilai. Oleh karena itu sering terjadi perdebatan dan
pertentangan antara pihak yang memperjuangkan dan pihak yang mempertahankan nilai.
Kelemahan konsep ini adalah tidak semua konflik berdimensi politik.
2.4 Etika Politik

Etika politik merupakan sebuah cabang dan ilmu etika yang membahas hakikat manusia
sebagai makhluk yang berpolitik dan dasar-dasar norma yang dipakai dalam kegiatan politik.
Etika politik sangat penting karena mempertanyakan hakikat manusia sebagai makhluk sosial
dan mempertanyakan atas dasar apa sebuah norma digunakan untuk mengontrol perilaku politik.
Etika politik menelusuri batas-batas ilmu politik, kajian ideologi, asas-asas dalam ilmu hukum,
peraturan-peraturan ketatanegaraan dan kondisi psikologi manusia sampai ke titik terdalam dari
manusia melalui pengamatan terhadap perilaku, sikap, keputusan, aksi, dan kebijakan politik.

Etika sendiri dibagi menjadi etika umum dan etika khusus. Etika umum mempertanyakan
prinsip-prinsip dasar yang berlaku bagi segenap tindakan manusia, sedangkan etika khusus
membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungan dengan kewajiban manusia dalam berbagai
lingkup kehidupannya.

 Contoh penerapan etika politik

Contoh kasusnya dapat kita temukan dalam kegiata kampanye yang (harusnya) sesuai
dengan etika pancasila. Dalam kampanye, orang-orang dapat menjalankan dengan caranya, akan
tetapi harus tetap dengan memegang prinsip sebagai berikut:

 Berkampanye dengan tetap mengusung nilai-nilai kemanusiaan, contohnya dengan tetap


menjaga keamanan pihak lain, tidak merugikan orang lain, dan menjaga hubungan baik
dengan sesame agar tetap harmonis, sehingga bentrokan tidak akan pernah terjadi. Hal ini
berdasarkan pada sila ke-3.
 Peraturan dalam kegiatan kampanye harus dipatuhi, sebab dengan menaati ketentuan
berarti memberikan keselamatan bagi diri kita semua. Hal tersebut berdasarkan pada sila
ke-4
 Pemilu dan kampanye memiliki tujuan akhir kemakmuran dan kesejahteraan hidup
bersama. Oleh sebab itu, sebaiknya hindari hal-hal yang menjadi penghambat usaha-
usaha menuju kesejahteraan bersama.langkah tersebut berdasarkan pada sila ke-5
 Dengan menyadari bahwa semua perbuatan yang tidak baik dengan mengatasnamakan
pemilu atau kampanye tidak akan lepas dari pengawasan tuhan yang Maha Esa. Hal ini di
dasarkan pada sila ke-1
2.5 Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik

Sebagai dasar filsafat Negara pancasila tidak hanya merupakan sumber derifasi
peraturan perundang-undangan, melainkan juga merupakan sumber moralitas terutama dalam
hubungannya dengan legitimasi kekuasaan, hukum serta berbagai kebijakan dalam pelaksanaan
dan penyelenggaraan Negara. Sila pertama “ketuhanan yang maha esa” sila kedua “kemanusiaan
yang adil dan beradap” adalah merupakan sumber nilai-nilai moral bagi kehidupan kebangsaan
dan kenegaraan.

Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara, etika politik menuntut agar


kekuasaan dalam Negara di jalankan sesuai dengan:

 Asas legalitas(letimilasi hukum), yaitu dijalankan sesuai dengan hukum yang berlaku.
 Disahkan dan dijalankan secara demokratif(legitimasi demokratis) dan,
 Dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip moral atau tidak bertentangan dengan
legitimasi moral.

Negara adalah berasal dari rakyat dan segala kebijaksanaan dan kekuasaan yang
dilakukan senantiasa untuk rakyat(sila IV). Oleh karena itu, rakyat merupakan asal mula
kekuasaan Negara. Oleh karena itu dalam dalam pelaksanaan dan penyelenggaraannya Negara
segala kebijaksaann, kekuasaan, serta kewenangan harus dikembalikan kepada rakyat sebagai
pendukung pokok Negara. Maka dalam pelaksanaan politik praktis hal-hal yang menyangkut
kekuasaan eksekutif, legislative, konsep pengambilan keputusan, pengawasan serta pertisipasi
harus berdasarkan legitimasi dari rakyat, atau dengan kata lain, perkataan harus memiliki
“legitim demokrasi”.

Nilai-nilai dalam sila-sila pancasila secara keseluruhan merupakan satu kesatuan.


Nilai yan satu merupakan bagian mutlak dari yang lain sistem nilai pancasila bersifat hierarkies
pyramidal, masing-masing nilai yang terkandung dalam pancasila memiliki bobot nilai yang
berbeda akan tetapi saling menjiwai dan dijiwai. Nila sila pertama menjiwai sila lainnya dan
masing-masing sila saling mengkualifikasikan dengan sila yang lain.
Masing-masing sila pancasila memiliki bobot nilai yang berbeda. sila ketuhanan yang
maha esa memiliki bobot nilai tertinggi dibanding dengan nilai sila lainnya hal ini karena sila
ketuhanan yang maha esa mengandung nilai religious. Sedangkan nilai-nilai dari sila-sila yang
di bawahnya merupakan nilai manusiawi yang artinya nilai manusia-manusia itu walaupun
demikian antar sila-sila tersebut juga memiliki tata urutan yang sedemikian karena bobot nilai
dari masing-masing sila juga berbeda-beda. Nilai kemanusiaan memiliki nilai bobot yang lebih
tinggi di banding nilai-nilai di bawahnya dan seterusnya.

Nilai-nilai pancasila bersifat universal dan dapat diterima oleh siapapu, nilai digali dari
budaya manusia artinya apa yang sudah ada sekarang merupakan warisan dari nenek moyang,
berarti pancasila adalah milik bangsa Indonesia yang menjadikan bangsa Indonesia memiliki ciri
khas di banding bangsa lain.

Nilai etika pancasila dapat di jabarkan sebagai berikut:

1) Nilai ketuhanan yang maha esa

Pada prinsipnya mengandung makna bahwa Negara kita adalah Negara yang
monotaisme. Artinya bangsa Indonesia harus memeluk salah satu agama atau ajaran kepercayaan
yang di yakini dan dapat menjalankanibadahnya dengan baik.

2) Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab

Manusia pada dasarnya adalah makhluk monopularisme yaitu manusia yang memiliki
susunan kodrat, sifat kodrat dan kedudukan kodrat, manusia sebagai makhluk jiwa raga, social
individu, dan pribadi tuhan yang maha esa. Perpaduan tersebut harus berjalan harmonis untuk
mewujudkan suatu kehidupan yang baik.

3) Nilai persatuan Indonesia

Sila ini mengandung arti bahwa bangsa Indonesia menjunjung tinggi peraturan dan
kesatuan dengan mengutamakan kepentingan- kepentingan bersama. Di bandingkan dengan
kepentingan pribadi/golongan. Nilai persatuan banyak mengandung impikasi bagi bangsa
Indonesia, artinya bangsa Indonesia harus mampu mewujudkan perbedaan yang ada menjadi
suatu persatuan dan kesatuan.
4) Nilai kerakyatan yang di pimpin oleh hikma dalam permusyawaratan/perwakilan

Kerakyatan menjadi ciri khas bagi pancasila. Nilai kerkyatan ini diwujudkan dalam
berbagai segi kehidupan, terutama dalam kehidupan politik. Kehidupan politik yang berdasarkan
kerakyatan akan lebih mengutamakan kepentingan rakayt di bandingkan dengan kepentingan
pribadi/golongan.

5) Nilai keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia

Keadilan yang dimaksud sila ini adalah seluruh masyarakat Indonesia memiliki hak
dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan. Hal ini berarti rakyat berkewajiban untuk
mengadakan keadilan. Keadila akan terwujud apabila seluruh berperan serta dan terlihat di
dalamnya untuk bersama-sama menciptakan keadilan.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Etika termasuk lingkup etika social yang berkaitan dengan bidang kehidupan politik,
politik juga memiliki makna dan bermacam-macam kegiatan, dalam sistem politik Negara dan
politik lainnya harus berpedoman dan mengacu pada butir-butir yang terdapat dalam pancasila,
dengan tujuan demi kepentingan Negara dan kepentingan masyarakat(rakayat) dan bukan
semata-mata untuk kepentingan pribadi atau individu. Dalam hubungan dengan etika politik
bahwa pengertian politik harus di pahami secara lebih luas yaitu yang menyangkut seluruh unsur
yang membentuk suatu persekutuan hidup yang di sebut Negara dan masyarakat. Dalam
kapasitas berhubungan dengan moral, maka kebebasan manusia dalam menentukan tindakan
harus bisa di pertanggungjawabkan, sesuai aturan yang telah diterapkan dan di sesuaikan dengan
keadaan masyarakat sekelilingnya. Sifat serta ciri khas kebangsaan dan kenegaraan Indonesia
bukanlah totalitas individualisme ataupun sosialitis melainkan segala keputusan kegiatan dan
kebujakan serta arah dari tujuan politik harus dapat dipertanggungjawabkan secara normal.

Saran

Pancasila hendaknya di sosialisasikan secara mendalam sehingga dalam hidup


berbangsa, bernegara dan bermasyarakat serta politik dalam berbagai segi kegiatan dapat
terwujud dengan baik dan lancar. Untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur,
pemerintah selaku pemegang amanat rakyat dan penyelenggara Negara harus mentaati peraturan
yang telah diterapkan, karena kekuatan politik suau Negara di tentukan oleh kondisi pemerintah
yang absolut, pemerintah yang di dukung penuh oleh rakyat, karena kedaulatan tertinggi berada
di tangan dan rakyat merupakan bagian terpentig dari terbentuknya suatu mega
DAFTAR PUSTAKA

Https://www.slideshare.net/tita_chubie/pancasila-makalah-pancasila-sebagai-etika-politik

Nambo, Abdulkadir B. Paluhuluwa, Muhammad Rusdiyanto. 2005. Memahami


TentangBeberapa Konsep Politik (Suatu Telaah dari Sistem Politik). Volume XXI No. 2
April± Juni 2005 : 262 – 285

Pureklolon, Thomas Tokan. 2020. Pancasila Sebagai Etika Politik dan Hukum
NegaraIndonesia. Law Review Volume XX, No. 1 – J 2020

.Yanto, Dwi. 2017. Etika Politik Pancasila. Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI
KalimantanVolume 15 No.27 April 2017

ttps://voi.id/berita/46327/etika-politik-pancasila-nilai-nilai-dan-contoh-penerapannya

https://www.studocu.com/id/n/31122854?sid=01669203767

https://www.academia.edu/37737584/
MAKALAH_PANCASILA_SEBAGAI_ETIKA_POLITIK

Suseno dan Franz Magnis.1987.Etika Politik : prinsip-prinsip moral dasarkenegaraan


modern.Jakarta.Gramedia.

.https://repository.unikom.ac.id/37222/1/%28Pertemuan%20IV%29%20Pancasila
%20sebagai%20etika%20%28moral%29%20Politik.pd

Anda mungkin juga menyukai