Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

JAKARTA

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun makalah ini
dengan baik serta tepat waktu. Seperti yang sudah kita tahu“Krim” adalah suatu
sediaan yang sering dipakai oleh setiap orang. Semuanya perlu dibahas pada
makalah ini apa saja kandungan dalam sediaan krim itu dan bagaimana cara
membuat sediaan krim tersebut.

Tugas ini saya buat untuk memberikan ringkasan tentang sediaan krim.
Mudah-mudahan makalah yang kami buat ini bisa menolong menaikkan
pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih banyak
kekurangan dalam menyusun makalah ini.

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dr. Sri Teguh Rahayu, S.Farm, M.Farm, Apt Selaku dosen pengampu.
Kepada pihak yang sudah menolong turut dan dalam penyelesaian makalah ini.
Atas perhatian serta waktunya, kami sampaikan banyak terima kasih.

i
ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krim adalah suatu bentuk sediaan farmasi topikal yang digunakan


untuk aplikasi lokal pada kulit. Biasanya, krim terdiri dari campuran
bahan aktif dan bahan tambahan lainnya yang dicampur dalam suatu
basis atau dasar krim yang berfungsi sebagai pengangkut dan pemulih
bahan aktif ke kulit. Basis krim biasanya terdiri dari campuran air,
minyak, dan emulsifier untuk menciptakan suspensi yang stabil dari
bahan-bahan tersebut. Krim digunakan untuk berbagai tujuan,
termasuk pengobatan penyakit kulit, perawatan kulit, dan aplikasi
kosmetik.

Krim memiliki beragam manfaat tergantung pada formulasi dan


bahan-bahan yang digunakannya. Berikut adalah beberapa manfaat
umum dari penggunaan krim:

1) Perawatan Kulit: Krim dapat digunakan untuk melembapkan dan


merawat kulit, menjaga kelembapan alami kulit, dan mencegah
kekeringan serta iritasi.

2) Pengobatan Penyakit Kulit: Krim sering digunakan untuk


mengobati berbagai jenis penyakit kulit, termasuk eksim, psoriasis,
dermatitis, jerawat, dan infeksi jamur seperti kurap.

3) Aplikasi Topikal Obat: Krim adalah salah satu bentuk sediaan


topikal yang paling umum untuk pengiriman obat ke kulit. Mereka
dapat mengandung bahan aktif seperti kortikosteroid, antibiotik,
antijamur, atau obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) untuk
meredakan gejala penyakit kulit.

1
4) Perawatan Kecantikan: Beberapa krim dirancang khusus untuk
perawatan kecantikan, seperti krim anti-penuaan untuk mengurangi
garis-garis halus dan kerutan, krim pemutih untuk mengurangi
pigmentasi kulit, dan krim penghilang bekas luka atau noda.

5) Perlindungan Matahari: Krim tabir surya digunakan untuk


melindungi kulit dari paparan sinar matahari yang berbahaya dan
mencegah kerusakan kulit akibat sinar UV.

6) Pengurangan Rasa Gatal dan Kemerahan: Krim dengan bahan aktif


tertentu dapat membantu mengurangi rasa gatal, kemerahan, dan
peradangan pada kulit yang teriritasi atau sensitif.

7) Mengatasi Masalah Kulit Spesifik: Krim juga dapat diformulasikan


untuk mengatasi masalah kulit tertentu seperti kulit kering, kulit
berminyak, jerawat, dan ruam.

8) Aplikasi Kosmetik: Krim sering digunakan sebagai produk


kosmetik untuk memberikan kulit tampilan yang lebih halus, cerah,
dan sehat

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana landasan dari pembuatan krim?


2. Apa zat aktif dan zat tambahan dalam sediaan krim?
3. Apa monografi dari bahan sediaan krim?
4. Bagaimana cara kerja pembuataan sediaan krim?

BAB II

PEMBAHASAN

2
2.1 Landasan Teori

Krim dianggap sebagai bagian penting dari produk kosmetik sebagai


sediaan topikal sejak dahulu kala karena kemudahan pengaplikasiannya pada
kulit dan juga pengangkatannya. Dari keperluan kosmetik, krim farmasi
memiliki beragam kegunaan seperti membersihkan, mempercantik, mengubah
penampilan, melembabkan dll hingga melindungi kulit dari bakteri, infeksi
jamur serta menyembuhkan luka, luka bakar, luka pada kulit. Sediaan
setengah padat ini aman digunakan oleh masyarakat dan masyarakat.

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang
mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam
minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batas tersebut lebih diarahkan
untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi
mikrokristal asamasam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang
dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan
estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal.
(Bruntan,2008)

Keuntungan dari penggunaan krim adalah umumnya mudah menyebar


merata pada permukaan kulit serta mudah dicuci dengan air. Krim juga dapat
digunakan pada luka yang basah, karena bahan pembawa minyak di
dalam air cenderung untuk menyerap cairan yang dikeluarkan luka tersebut.
Basis yang dapat dicuci dengan air akan membentuk suatu lapisan tipis yang
semipermeabel, setelah air menguap pada tempat yang digunakan.
Tetapi emulsi air didalam minyak dari sediaan semipadat cenderung
membentuk suatu lapisan hidrofobik pada kulit (Lachman, 2008).
Dalam pembuatan krim diperlukan suatu bahan dasar. Bahan dasar
yang digunakan harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Kualitas dasar krim

3
yang diharapkanadalah sebagai berikut :
a. Stabil
Selama masih dipakai mengobati krim harus stabil. Krim harus
bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan
kelembapanyang ada dalam kamar.
b. Lunak
Semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak
dan homogen.
c. Mudah dipakai
Umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakaidan
dihilangkan dari kulit.
d. Dasar krim yang cocok
e. Terdistribusi merata
Obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair pada
penggunaan.
(Anief, 1994)
Menurut Farmakope Indonesia Edisi VI, krim adalah bentuk sediaan
setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi
dalam bahan dasar yang sesuai (Depkes RI, 2020) .

Menurut Farmakope Indonesia III, definisi Cream adalah sediaan setengah


padat berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan
untuk pemakaian luar.

2.2 Zat Aktif dan Zat Tambahan

Zat aktif adalah komponen utama dalam suatu produk farmasi yang
memberikan efek terapeutik atau farmakologis yang diinginkan. Ini adalah
bahan kimia yang bertanggung jawab atas efek medis dari suatu produk.
Dalam krim atau produk topikal lainnya, zat aktif adalah bahan yang

4
memberikan efek langsung pada kulit atau kondisi kulit tertentu yang sedang
diobati.

Zat tambahan, dalam konteks formulasi farmasi seperti krim, adalah


bahan-bahan yang ditambahkan ke formulasi untuk memberikan karakteristik
tertentu atau untuk memfasilitasi proses formulasi. Zat tambahan dapat
memiliki berbagai fungsi, termasuk sebagai pengemulsi, pengental, pengawet,
pewarna, pembasah, penstabil, atau bahan pengisi.

Berikut adalah proses pembuatan krim dengan zat tambahan yang umum
digunakan:

a) Pengemulsi: Pengemulsi digunakan untuk menciptakan emulsi dalam


krim, yaitu suspensi stabil dari fase air dan fase minyak. Contohnya
adalah cetil alkohol atau tween.

b) Sintesis: Campurkan pengemulsi dengan fase minyak dan fase air,


kemudian aduk hingga homogen.

c) Pengental: Pengental digunakan untuk memberikan tekstur yang kental


dan mudah diaplikasikan pada krim. Contohnya adalah karbomer.

d) Sintesis: Campurkan pengental dengan fase air sambil diaduk hingga


tercampur sempurna, kemudian tambahkan fase minyak dan lanjutkan
pengadukan hingga homogen.

e) Pengawet: Pengawet digunakan untuk mencegah pertumbuhan


mikroorganisme dalam krim dan memperpanjang umur simpan
produk. Contohnya adalah benzalkonium klorida atau paraben.

f) Sintesis: Tambahkan pengawet ke dalam formulasi krim sesuai dengan


dosis yang ditentukan dan aduk hingga terlarut sepenuhnya.

g) Pewarna: Pewarna digunakan untuk memberikan warna pada krim agar


lebih menarik secara visual. Contohnya adalah pigmen titanium
dioksida.

5
h) Sintesis: Tambahkan pewarna ke dalam formulasi krim dan aduk
hingga tercampur secara merata.

i) Pembasah: Pembasah digunakan untuk meningkatkan daya basah dan


penyebaran krim pada kulit. Contohnya adalah glicerin atau propilen
glikol.

j) Sintesis: Campurkan pembasah dengan fase air dan fase minyak,


kemudian aduk hingga homogen.

Formulasi
R/Asam salisilat 10%
Gliseril stearat 7,5%
PEG75 stearat 7,5%
Asam stearat 5%
Mineral oil
(paraffin cari) 8%
Deioniazid water 62%
m.f cream 10 gram

Pada formula diatas zat aktif nya yaitu Asam Salisilat yaitu sebagai
antifungi, dan untuk Gliseril Stearat sebagai zat pengemulsi,PEG 75
stearat sebagai bahan tambahan,untuk asam stearat sebagai zat tambahan,
parafin cair sebagai laktasivum, air suling.

PERMASALAHAN DAN PENYELESAIAN


PERMASALAHAN PENYELESAIAN
Asam salisilat memiliki pemerian Asam salisilat digerus terlebih dahulu
berupa hablur putih berbentuk jarum sebelum dicampur dengan bahan lainnya
yang dapat mengiritasi kulit

Asam salisilat sukar larut dalam air Asam salisilat dicampur setelah terbentuk
tetapi larut dalam air mendidih fase minyak dalam air dan di campur
degan setelah pendinginan yakni pada
suhu 40 derajat C, karena suhu air
mendidih 100 derajat C akan merusak

6
bahan lainnya
Bahan -bahan yang digunakan Seluruh bahan harus dilebur terlebih
memiliki bentuk yang berbeda, dahulu sebelum dicampur
sementara sediaan yang dibuat
berupa sediaan semi solid
Krim pada saat pencampuran Untuk mencegah kehilangan maka
mudah melekat pada wadah pada saat penimbangan dilebihkan
sehingga mengurangi jumlah 10%
sediaan

ALASAN PENGGUNAAN BAHAN


Asam salisilat 1. Asam salisilat dipilih sebagai bahan aktif yang
digunakan karena ditinjau dari efektifitanya,
stabilitas, dan toksisitas asam salisilat lebih baik
dari bahan aktif lainnya seperti Natrium salisilat
dan metal salisilat.
2. Asam salisilat memiliki efek samping yang ringan
3. Asam salisilat sangat cocok digunakan untuk
pengobatan antifungi yang hanya dikhususkan
pada micosis superficial, seperti panu, kadas,
kurap, kutu air, dibandingkan asam benzoat karena
punya efek keratolikum.
4. Asam salisilat diabsorbsi cepat dari kulit sehat,
terutama bila dipanaskan sebagai obat gosok atau
salep (Farmakologi dan Terapi Edisi V, 234)
Asam Stearat Asam strearat dapat membentuk lapisan tipis yang dapat
mencegah penguapan air dari kulit, sehingga air tidak
dapat keluar dan menimbulkan efek emollient
Grycerly Stearat Grycerly Stearat sebagai agen pengemulsi yang berguna

7
untuk membantu mencampurkan dua zat yang biasanya
terpisah bila disatukan, pengemulsi juga dapat membantu
menjaga kestabillan emulsi minyak dan air.
PEG 75 stearat Propilen glikol digunakan sebagai humektan yang akan
(PEG 4000
mempertahankan kandungan dalam sediaan sehingga sifat
monostearat)
fisik dan stabilitas sediaan selama penyimpanan dapat
dipertahankan.
Parafin Cair Parafin digunakan untuk mengikat suatu sediaan agar
berbentuk kompak,jadi bentuk sediaan tidak berubah
dalam jangka waktu yang lama.
Air Suling Air suling digunakan sebagai pelarut dalam formulasi

2.3 PREFORMULASI

A. Monografi
1) Glyceryl stearat (C21H42O4) Hope 5 hal 308,Hope 6 hal 290
BM 358,6
Pemerian Berwarna putih krem seperti lilin padat dalam bentuk
manik-manik/beads, serpih, atau serbuk. Licin saat
disentuh dan memiliki bau dan rasa sedikit berlemak.
Kelarutan Larut dalam etanol panas, eter, kloroform, aseton panas,
minyak mineral, dan fixed oils. Praktis tidak larut dalam
air,tetapi dapat terdispersi dalam air dengan bantuan
sejumlah kecil sabun atau surfaktan lainnya.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat ditempat sejuk dan kering,
dan terhindar dari cahaya.
Khasiat Emolien; bahan pengemulsi; bahan pelarut; bahan
stabilisasi; bahan sustained-release; lubrikan tablet dan
kapsul.
Stabilitas Jika disimpan pada suhu hangat, bilangan asam gliseril

8
monostearat meningkat pada penuaan dikarenakan proses
saponifikasi ester dengan sejumlah air. Antioksidan
yang efektif dapat ditambahkan, seperti butylated
hydroxytoluene dan propyl gallate.
Inkompatibilitas Tingkat self-emulsifying dari gliseril monostearat tidak
kompatibel dengan zat asam(Rowe et al, 2003).

2) PEG 75 stearat (PEG 4000 monostearat) Hope 6 hal 517,Hope 5


hal 545
Pemeriaan Serbuk licin putih atau potongan putih kuning gading;
praktis tidak berbau; tidak berasa.
Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam ethanol (95%)P dan dalam
kloroform P; praktis tidak larut dalam eter P.
Kegunaan Sebagai bahan tambahan.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
Stabilitas polietilen glikol secara kimiawi stabil di udara dan
dalam larutan, meskipun tingkat dengan berat molekul
kurang dari 2000 adalah higroskopis. Polietilen glikol
tidak mendukung pertumbuhan mikroba dan tidak
menjadi tengik.
Inkompatibilitas Reaktivitas kimia polietilena glikol terutama terbatas
pada dua kelompok hidroksil terminal, yang dapat
berupa esterifikasi atau dieterkan. Namun, semua tingkat
dapat menunjukkan beberapa aktivitas oksidasi karena
adanya pengotor peroksida dan produk sekunder yang
terbentuk oleh autoksidasi.Nilai polietilen glikol cair
dan padat mungkin tidak kompatibel dengan beberapa
pewarna.Efek fisik yang disebabkan oleh basis polietilen
glikol termasuk pelunakan dan pencairan dalam
campuran dengan fenol, asam tannic, dan asam salisilat.

9
(Rowe et al, 2003)

3) Asam Stearat Hope 5 hal 737,Hope 6 hal 697


Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari
lemak, sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat, C 18H36O2 dan asam
heksadekanoat C16H32O2.

Pemerian Zat padat keras mengkilat susunan hablur; putih atau


kuning pucat; mirip lemak lilin
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 20 bagian
etanol (95%) P, dalam 2 bagian kloroform P dan dalam
3 bagian eter P.
Suhu lebur Tidak kurang dari 54°.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat Zat tambahan (Depkes RI, 1979).
Stabilitas Asam stearatmerupakan bahanstabil; antioksi dan juga
dapat ditambahkan ke dalamnya
Inkompatibilitas Asam stearat tidak kompatibel dengan logam hidroksida
danmungkin tidak kompatibel dengan basa, bahan
pereduksi, danoksidator. (Rowe et al, 2003)
4) Parafin Cair Hope 5 hal 571,Hope 6 hal 445
Parafin cair adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak
mineral;sebagai zat pemantap dapat ditambahkan tokoferol atau
butilhidroksitoluen tidak lebih dari 10 bpj.

Pemerian Cairan kental, tidak berfluoresensi,tidak berwarna,


hampir tidak berbau, hampir tidakmempunyai rasa
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol
Khasiat Laksativum

10
Wadah dan Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Penyimpanan (Depkes RI, 1979).
Stabilitas Teroksidasi bila terpapar panas dan cahaya
Inkompatibilitas Dengan bahan oksidator kuat(Rowe et al, 2003).

5) Deionized water (Air Suling) Hope 6 hal 766,Hope 5 hal 802


Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.
Berat Molekul 18,02
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
memunyai rasa.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik(Depkes RI, 1979).

6) Asam Salisilat FI 2020 hal 112

Rumus Kimia C7H6O3


Struktur Kimia

Berat Molekul 138,12


Jarak Lebur 1580-1610C
Pemerian Hablur putih, biasanya berbentuk jarum halus atau
berbuk hablur halus putih, rasa agak manis, tajam dan
stabil di udara. Bentuk sintetis warna putih dan tidak
berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami dapat
berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau
lemah mirip mentol.
Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam benzena; mudah larut
dalam etanol dan dalam eter, larut dalam air mendidih,
agak sukar larut dalam kloroform.
Khasiat Keratolitikum dan antifungi

11
Kandungan Asam salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan
tidak lebih dari 101,0% C7H6O3 dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan.
Wadah dan Dalam wadah tertutup baik.
Penyimpanan
Kegunaan Bahan aktif (Depkes RI, 1979)

2.2 PERHITUNGAN BAHAN


10
1. Asam salisilat 10% = x 10 gram
100
= 1 gram
10
Ditambahkan 10% = x 1 gram
100
= 0 , 1 gram
Total = 1 + 0,1 gram
= 1,1 gram

7,5
2. Gliseril stearat 7,5% = x 10 gram
100
= 0 , 75 gram
10
Ditambahkan 10% = x 0 ,75 gram
100
= 0,075 gram
Total = 0,75 + 0,075 gram
= 0,825 gram

7,5
3. PEG 75 stearat 7,5% = x 10 gram
100
= 0 , 75 gram
10
Ditambahkan 10% = x 0 ,75 gram
100
= 0,075 gram
Total = 0,75 + 0,075 gram
= 0,825 gram

12
5
4. Asam stearat 5% = x 10 gram
100
= 0 , 5 gram
10
Ditambahkan 10% = x 0 ,5 gram
100
= 0 , 05 gram
Total = 0,5 + 0,05 gram
= 0,55 gram

5. Mineral oil
8
(paraffin cari) 8% = x 10 gram
100
= 0 , 8 gram
10
Ditambahkan 10% = x 0 ,8 gram
100
= 0 , 08 gram
Total = 0,8 + 0,08 gram
= 0,88 gram
62
6. Deioniazid water 62%= x 10 gram
100
= 6 , 2 gram
10
Ditambahkan 10% = x 6 ,2 gram
100
= 0 , 62 gram
Total = 6,2 + 0,62 gram
= 6,82 gram

2.1 PENIMBANGAN BAHAN


1. Asam salisilat 10% = 1,1 gram
2. Gliseril stearat 7,5% = 0,825 gram
3. PEG 75 stearat 7,5% = 0,825 gram
4. Asam stearat 5% = 0,55 gram
5. Mineral oil = 0,88 gram
(paraffin cari) 8%
6. Deioniazid water 62%= 6,82 gram

2.2 ALAT DAN BAHAN


a. Alat
 Beaker glass
 Cawan petri
 Batang pengaduk
 Timbangan analitik ADM AFP 360L

13
 Gelas ukur
 Termometer
 Sendok tanduk
 Sudip
 Stemper
 Pipet tetes
 Pot krim
 Penangas air
 Mortir
b. Bahan
 Asam salisilat
 Gliserill stearat
 PEG 75 Stearat
 Asam stearat
 Mineral oil (Parafin cair)
 Deioniazid water

2.5 Cara Kerja

14
2.6 EVALUASI SEDIAAN KRIM

1. Uji Organoleptik (FI IV, Hal 2020, soft copy) Uji Fisika

Prinsip evaluasi Metode visual terdiri dari Warna dilihat dengan indra
pelihat dan bau dicium degan indra penciuman
Jumlah 1 tube
Syarat warna putih

2. Isi Minimum (FI VI, Hal 2017) Uji Fisika

Prinsip evaluasi Ambil 10 wadah, hilangkan semua etiket yang dapat


mempengaruhi bobot pada waktu isi wadah dikeluarkan.
Bersihkan dan keringkan dengan sempurna bagian luar
wadah dengan cara yang sesuai dan timbang satu per
satu. Keluarkan isi secara kuantitatif dari masing-masing
wadah, potong ujung wadah, jika perlu cuci dengan

15
pelarut yang sesuai, hati-hati agar tutup dan bagian lain
wadah yang pada awal telah ditimbang tidak terpisah.
Keringkan dan timbang kembali masing-masing wadah
kosong beserta bagian-bagiannya yang telah ditimbang
pada penimbangan pertama. Tetapkan bobot bersih
masing-masing isi wadah dan rata-rata isi bersih dari
seluruh wadah. Perbedaan antara kedua penimbangan
adalah bobot bersih isi wadah
Jumlah 10 tube
Syarat Untuk bobot atau volume sediaan ≤ 60 gr atau 60 ml

1. Isi bersih masing-masing pada tidak kurang dari


90% jumlah yang tertera pada etiket
2. Jika terdapat 1 wadah yang kurang dari 90%
lakukan pengujian terhadap 20 wadah tambahan
(tahap 2)

3. Penetapan Viskositas (Dewi, Rosmala, dkk., 2014).

Prinsip evaluasi Dilakukan menggunakan viscometer Brookfield dan


menggunakan spindle no. 6 krim dimasukkan kedalam
wadah gelas kemudian spindle yang telah dipasang
diturunkan sehingga batas spindle tercelup ke dalam
krim. Kecepatan alat dipasang pada 2 rpm, 4 rpm, 10
rpm, 20 rpm; lalu dibalik 10 rpm, 4 rpm, 2 rpm; secara
berturut-turut, kemudian dibaca skalanya. Sifat aliran
dapat diperoleh dengan membuat kurva antara tekanan
geser terhadap kecepatan geser
Jumlah 1 tube
Syarat Viskositas sediaan krim 400-500 cPs

16
4. Penentuan tipe krim (Martin, Hal 1144-1145) Uji Fisika

Prinsip evaluasi Sebagian sediaan diletakkan pada kaca arloji lalu di


tetesi dengan zat warna
metilen blue

Jumlah 1 tube
Syarat Zat warna bergerombol pada globul minyak

5. Homogenitas (FI V, Hal 1163) Uji Fisika

Prinsip evaluasi Dioleskan dengan batang pengaduk ke dalam kaca arloji


lalu diratakan dan dilihat ukuran
partikelnya, dilakukan sebanyak 3x

Jumlah 1 tube
Syarat Sediaan krim homogen dengan ciri partikel terlihat
sama.

6. Uji kebocoran tube (FI VI 2020,hlm 2119) uji fisika

Prinsip evaluasi Dipilih tube dengan segel khusus jika disebutkan


bersihkan dan keringkan baik baik permukaan luar
tiap tube dengan kain penyerap letakan tube pada posisi
horizontal diatas lembaran kertas penyerap dalam
oven dengan suhu yang diatur pada 60°± 3 °selama 8
jam.tidak boleh terjadi kebocoran yang berarti
selama atau setelah pengujian selesai

Jumlah 3 tube
Syarat Tidak terjadi kebocoran pada satupun tube.

17
7. Uji stabilitas (FI VI,2020,hlm 709) Uji kimia

Prinsip evaluasi Menggunakan metode cycling test. Sampel krim


disimpan pada suhu 4°C selama 24 jam lalu
dipindahkan ke dalam oven bersuhu 40°C ±2°C selama
48 jam (satu siklus) uji dilakukan
sebanyak 6 siklus,kemudian diamati perubahan
fisik yang terjadi.

Jumlah 1 tube
Syarat Tidak terjadi pemisahan fase krim

8. Uji daya sebar (rahmawati et al,2010)

Prinsip evaluasi Krim ditimbang 1gram,lalu diletakan diatas plat


kaca,dibiarkan 1 menit,diukur diameter
sebar krim kemudian ditambah dengan beban 50
g.beban didiamkan selama 1 menit,lalu
diukur diameter sebarnya
Jumlah 1 tube
Syarat Diameter daya sebar yang nyaman untuk sediaan
semisolid yaitu 5-7cm (Gang 2002)

BAB III

18
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahan aktif yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim adalah asam
salisilat yang berkhasiat sebagai keratolitik. Dimana asam salisilat sebagai
antifungi berkhasiat fungisid terhadap banyak fungi pada konsentrasi 3-6% dalam
salep dan berkasiat bakteriostatis lemah dan berdaya keratolitis,yaitu dapat
melarutkan lapisan tanduk kulit pada konsentrasi 5-10%.

DAFTAR PUSTAKA

19
Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Bruntan, Laurence, Keith P, dkk. 2008. Goodman and Gillman’s Manual of
Pharmacology and Therapeutic. New York: Mc Graw Hill Medical
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit.Jakarta: Hipokrates
Lachman, L., Herbert A. L., Joseph L. K. 2008. Teori dan Praktek Farmasi
Industri Edisi III. Jakarta: UI Press
Niazi, S. K. 2009. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations
Compressed Solid ProductVolume I second Editions. New York : Informa
Healtcare
Purushothamrao K, Khaliq K., Sagare P., Patil S. K., Kharat S. S., Alpana.K.
2010. Formulation and evaluation of vanishing cream for scalp psoriasis.
Int J Pharm Sci Tech Vol-4,Issue-1, 2010. ISSN: 0975-0525
Rowe, Raymond C., Paul J. S., Paul J. W. 2003. Handbook of Pharmaceutical
Exipients. London: Pharmaceutical Press

20

Anda mungkin juga menyukai