Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH FARMAKOTERAPI

BPH(Benign Prostatic Hyperplasia) DAN DISFUNGSI EREKSI

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Diaz Rizky Maulana

Nur Aniatul Hikmah

Hayah Rihhadatul Aisy

Nurhalimah

Nuria Sita

Nurul Hayati

Nurul Ilma

Opi Wulandari

Wilfa Faliha

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SALSABILA

SERANG-BANTEN

2023
A. BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA

PENGERTIAN

Benign Prostatic hyperplasia adalah suatu kondisi yang sering terjadi


sebagai hasil dari pertumbuhan dan pengendalian hormon prostat.
Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah pembesaran kelenjar prostat
nonkanker. Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit yang
disebabkan oleh penuaan. Hiperplasia prostat jinak (BPH)adalah
pembesanan prostat yang jinak bervariasi berupa hiperplasia kelenjar
atauhiperplasia fibromuskular. Namun orang sering menyebutnya dengan
hipertropi prostat namun secara histologi yang dominan adalah hyperplasia.
BPH (Hiperplasia prostat benign) adalah suatu keadaan di mana kelenjar
prostat mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung
kemih dan menyumbat aliran urin dengan menutup orifisium uretra. BPH
merupakan kondisi patologis yang paling umum pada pria.

ETIOLOGI

Kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain


yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan. Ada beberapa
factor kemungkinan penyebab antara lain:

1. Dihydrotestosteron Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen


menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi .

2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testoteron Pada proses


penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan
testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.

3. Interaksi stroma – epitel Peningkatan epidermal gorwth factor atau


fibroblast growth factor dan penurunan transforming growth factor beta
menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel.
4. Berkurangnya sel yang mati Estrogen yang meningkat menyebabkan
peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat

5. Teori sel stem Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel
transit

TANDA DAN GEJALA

Berikut merupakan tanda dan gejala BPH yaitu:

1. Gejala iritatif meliputi :

a. Peningkatan frekuensi berkemih

b. Nokturia (terbangun pada malam hari untuk miksi)

c. Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak/tidak dapat ditunda


(urgensi)

d. Nyeri pada saat miksi (disuria)

2. Gejala obstruktif meliputi :

a. Pancaran urin melemah

b. Rasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik

c. Kalau mau miksi harus menunggu lama

d. Volume urin menurun dan harus mengedan saat berkemih

e. Aliran urin tidak lancar/terputus-putus

f. Urin terus menetes setelah berkemih

g. Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan


inkontinensia karena penumpukan berlebih.
h. Pada gejala yang sudah lanjut, dapat terjadi Azotemia (akumulasi produk
sampah nitrogen) dan gagal ginjal dengan retensi urin kronis dan volume
residu yang besar.

3. Gejala generalisata seperti keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan


rasa tidak nyaman pada epigastrik.

Berdasarkan keluhan dapat dibagi menjadi:

a. Derajat I : penderita merasakan lemahnya pancaran berkemih, kencing


tak puas, frekuensi kencing bertambah terutama pada malam hari

b.Derajat II : adanya retensi urin maka timbulah infeksi. Penderita akan


mengeluh waktu miksi terasa panas (disuria) dan kencing malam
bertambah hebat.

c. Derajat III : timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini maka
bisa timbul aliran refluk ke atas, timbul infeksi ascenden menjalar ke ginjal
dan dapat menyebabkan pielonfritis, hidronefrosis.

PATOFISIOLOGI

Adapun patofisiologi dari masing-masing gejala yaitu :

1. Penurunan kekuatan dan aliran yang disebabkan resistensi uretra adalah


gambaran awal dan menetap dari BPH. Retensi akut disebabkan oleh
edema yang terjadi pada prostat yang membesar.

2. Hesitancy (kalau mau miksi harus menunggu lama), terjadi karena


detrusor membutuhkan waktu yang lama untuk dapat melawan resistensi
uretra.

3. Intermittency (kencing terputus-putus), terjadi karena detrusor tidak


dapat mengatasi resistensi uretra sampai akhir miksi. Terminal dribbling
dan rasa belum puas sehabis miksi terjadi karena jumlah residu urin yang
banyak dalam buli-buli.

4. Nocturia miksi pada malam hari dan frekuensi terjadi karena


pengosongan yang tidak lengkap pada tiap miksi sehingga interval antar
miksi lebih pendek.

5. Frekuensi terutama terjadi pada malam hari (nokturia) karena hambatan


normal dari korteks berkurang dan tonus sfingter dan uretra berkurang
selama tidur.

6. Urgensi (perasaan ingin miksi sangat mendesak) dan disuria (nyeri pada
saat miksi) jarang terjadi. Jika ada disebabkan oleh ketidak stabilan
detrusor sehingga terjadi kontraksi involunter,

7. Inkontinensia bukan gejala yang khas, walaupun dengan berkembangnya


penyakit urin keluar sedikit-sedikit secara berkala karena setelah buli-buli
mencapai complience maksimum, tekanan dalam buli-buli akan cepat naik
melebihi tekanan spingter.

8. Hematuri biasanya disebabkan oleh oleh pecahnya pembuluh darah


submukosa pada prostat yang membesar.

9. Lobus yang mengalami hipertropi dapat menyumbat kolum vesikal atau


uretra prostatik, sehingga menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau
retensi urin. Akibatnya terjadi dilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal
(hidronefrosis) secara bertahap, serta gagal ginjal.

10. Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, di mana sebagian
urin tetap berada dalam saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk
organisme infektif. Karena selalu terdapat sisa urin dapat terbentuk batu
endapan dalam buli-buli, Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan
menimbulkan hematuri. Batu tersebut dapat pula menimbulkan sistiitis dan
bila terjadi refluks dapat terjadi pielonefritis.
KOMPLIKASI

Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik


mengakibatkan penderita harusmengejan pada miksi yang menyebabkan
peningkatan tekanan intraabdomen yang akan menimbulkan herniadan
hemoroid. Stasis urin dalam vesiko urinaria akan membentuk batu endapan
yang menambah keluhan iritasidan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam
vesika urinaria menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme,yang
dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan
pyelonefritis.

B. DISFUNGSI EREKSI

PENGERTIAN

Disfungsi ereksi adalah suatu keadaan pada pria yang sering atau
selalu tidak dapat mempertahankan ereksi untuk melakukan hubungan
seksual yang memuaskan. Namun disfungsi ereksi bukan hanya berupa
tidak dapat mempertahankan ereksi. Kalau seorang pria tidak dapat
mencapai ereksi yang cukup untuk melakukan hubungan seksual, pria itu
juga tergolong mengalami disfungsi ereksi. Jadi,seorang pria disebut
mengalami disfungsi ereksi kalau sering atau selalu tidak mampu
mencapai atau mempertahankan ereksi penis untuk melakukan hubungan
seksual yang memuaskan.Disfungsi ereksi merupakan salah satu disfungsi
seksual pria yang banyak dijumpai,selain ejakulasi dini. Disfungsi seksual
yang lain lebih jarang dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu faktor fisik
dan faktor psikis. Yang termasuk dalam faktor fisik adalah semua
gangguan atau penyakit yang berkaitan dengan gangguan
hormon,pembuluh darah, dan saraf. Faktor fisik juga berkaitan dengan gaya
hidup tidak sehat, efek samping obat, serta akibat operasi didaerah kelamin
pria.

ETIOLOGI

Banyak faktor yang berhubungan dengan terjadinya disfungsi ereksi,


walaupun secara garis besar faktor penyebabnya dibagi menjadi penyebab
psikogenik dan organik, tetapi belum tentu salah satu faktor tersebut
menjadi penyebab tunggal disfungsi ereksi. yang termasuk penyebab
organik adalah :

1. Penyakit kronik (aterosklerosis, diabetes dan penyakit jantung)

2. Obat-obatan (antihipertensi terutama diuretik thiazid dan


penghambat beta), antiaritmia(digoksin),, antidepresan dan antipsikotik
(terutama neuroleptik), antiandrogen, antihistamin II( simetidin), alkohol
atau heroin.

3. Pembedahan/operasi misal operasi daerah pelvis dan prostatektomi


radikal

4. Radioterapi pelvis

Diantara sekian banyak penyebab organik, gangguan vaskular adalah


penyebab yang paling umum dijumpai, sedangkan faktor psikogenik
meliputi depresi, stres, kepenatan, kehilangan, kemarahan dan gangguan
hubungan personal pada pria muda, faktor psikogenik ini menjadi penyebab
tersering dari disfungsi ereksi intermiten.

PATOFISIOLOGI

Disfungsi ereksi (DE) dapat mengakibatkan kelainan pada salah satu


dari empat sistem yang diperlukan untuk ereksi penis normal atau dari
kombinasi kelainan. pembuluh darah, saraf, atau hormonal etiologi
disfungsi ereksi (DE) disebut sebagai disfungsi ereksi (DE) organik.
Kelainan dari empat sistem (pasien penerimaan psikologis terhadap
rangsangan seksual) disebut sebagai disfungsi ereksi (DE) psikogenik.
Disfungsi ereksi dapat terjadi karena tiga mekanisme dasar yaitu, adanya
kegagalan menginisiasi (psikogenik, endokrinologik, atau neurogenik),
kegagalan untuk mengisi (arteriogenik), atau kegagalan dalam menyimpan
volume darah yang adekuat di dalam jaringan lankunar (disfungsi
venooklusif). Faktor psikogenik umumnya sering terjadi bersamaan dengan
faktor etiologi lain. Diabetes, ateroskerosis merupakan penyebab lebih dari
80% kejadian DE pada pria dewasa. Penyebab disfungsi ereksi (DE) organik
termasuk penyakit yang membahayakan aliran pembuluh darah ke corpora
cavernosum (penyakit vaskular perifer, arterisclorosis, hipertensi esensial)
mengganggu nere konduksi ke otak (cedera tulang belakang, stroke) dan
berkaitan dengan hipogonadisme (prostat atau kanker testis, hipotalamus
atau gangguan hipofisis). Penyebab disfungsi ereksi (DE) organik meliputi
malaise, depresi reaktif atau kecemasan kinerja, sedasi, penyakit alzhemier,
hipotiroidisme, dan gangguan mental. pasien dengan disfungsi ereksi (DE)
pshycogenik umumnya memiliki tingkat respon yang lebih tinggi untuk
intervensi pasien dengan disfungsi ereksi (DE) organik.

MANIFESTASI KLINIS

Pasien yang mengalami DE, dilaporkan tidak dapat mengalami ereksi


sehingga akan mengalami gangguan seksual. Hal ini berdampak pada
psikologi penderita disfungsi ereksi dimana pasien cenderung merasa
malu, mengucilkan diri, depresi, bahkan timbul rasa ingin bunuh diri.

Secara umum manifestasi klinis dari disfungsi ereksi :

a. Umum (General)

- Perubahan emosi
- Depresi

- Kecemasan

- Kesulitan dalam perkawinan dan menghindari keintiman seksual

- Timbul ketidakpatuhan pasien, akibat pengobatan penyakit yang


mengakibatkan disfungsi ereksi.

b. Gejala

Impotensi atau ketidakmampuan untuk melakukan hubungan seksual.

C. KESIMPULAN

Dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1.Benign Prostatic hyperplasia adalah suatu kondisi yang sering


terjadi sebagai hasil dari pertumbuhan dan pengendalian hormon
prostat.

2. Disfungsi ereksi adalah suatu keadaan pada pria yang sering


atau selalu tidak dapat mempertahankan ereksi untuk melakukan
hubungan seksual yang memuaskan.

Anda mungkin juga menyukai