Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

EVALUASI PROGRAM PANGAN GIZI


MASYARAKAT
“EVALUASI INTERVENSI DASHAT SEBAGAI PROGRAM PERCEPATAN ATASI STUNTING ”

DISUSUN OLEH :

IMAM MUKHSIN. A P00313021020

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KENDARI

PRODI D-IV GIZI

TA 2023/2024
No. Instansi/Lembaga INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1. Program yang dievaluasi Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT)
2. Waktu/periode evaluasi Bulan Agustus – Desember 2022.
3. Deskripsi program yang Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) menjadi
dievaluasi program unggulan BKKBN sebagai upaya untuk
menurunkan angka stunting. DASHAT merupakan
upaya memanfaatkan potensi pangan lokal yang sehat,
lezat, bergizi serta kekinian melalui kegiatan teori dan
praktek pengolahan pangan. DASHAT sendiri
merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam
upaya pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga berisiko
stunting yang memiliki calon pengantin, ibu hamil, ibu
menyusui, baduta/balita stunting terutama dari keluarga
kurang mampu. Dengan melalui pemanfaatan
sumberdaya lokal (termasuk bahan pangan lokal).
DASHAT harus menjadi sarana edukasi penyiapan
makanan bergizi, namun juga bisa dimaksudkan untuk
memberi bantuan pangan secara berkesinambungan
bagi rumahtangga miskin atau rumahtangga yang
memiliki anak stunting. Dengan demikian bantuan
makanan melalui kegiatan DASHAT akan membantu
percepatan penurunan stunting. Program perbaikan gizi
untuk mengatasi gizi kurang atau gizi buruk (dengan
indikator berat badan menurut umur) dapat dilakukan
dengan intervensi makanan selama tiga bulan.
Sementara itu, upaya penanganan stunting melalui
intervensi makanan (telur) diketahui efektif bila
dilakukan selama enam bulan.
4. Tahapan pelaksanaan evaluasi (diketahui setelah anda membaca secara tuntas
laporan hasil evaluasi program bersangkutan)
a. Penetapan dan 1. apa yang dievaluasi
formulasi tujuan a. input : intervensi makanan selama tiga
evaluasi bulan
b. proses : Intervensi yang diberikan adalah
makanan tambahan berupa makan siang
lengkap (nasi, sayur, lauk-pauk, buah, dan
susu) 3 kali/minggu selama 3 bulan. Salah
satu contoh meals yang diberikan adalah
nasi goreng ceria+papaya. Satu porsi makan
siang dalam kegiatan intervensi ini
memberikan kontribusi energi sebesar 433
kalori atau 32.1% dari AKG dan protein 22.8
g atau 88% AKG. i
c. output : upaya untuk menurunkan angka
stunting dan upaya memanfaatkan potensi
pangan lokal yang sehat, lezat, bergizi serta
kekinian melalui kegiatan teori dan praktek
pengolahan pangan
d. outcome :
 peningkatan pengetahuan ibu
 peningkatan tingkat kecukupan gizi
 peningkatan status gizi balita yang di
ukur berdasarkan BB/U, PB/U, dan BB/TB

2. tujuan evaluasi
 Menganalisis pengetahuan gizi ibu sebelum dan
sesudah intervensi melalui DASHAT 2.
 Menganalisis asupan gizi makro dan mikro serta
keragaman konsumsi pangan anak (Individual
Dietary Diversity Score) sebelum dan sesudah
intervensi melalui DASHAT 3.
 Menganalisis status gizi anak dengan indikator
BB/U, PB/U, dan BB/TB sebelum dan sesudah
intervensi melalui DASHAT
b. Kriteria evaluasi 1. pengetahuan ibu :
Pengetahuan gizi ibu dilihat berdasarkan nilai
pretest dan posttest dan dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu rendah (<60%), sedang (60-80%), dan
tinggi (>80%).
2. tingkat kecukupan gizi :
zat gizi makro (energi, protein, lemak, dan
karbohidrat) serta zat gizi mikro (Fe, Zn, Ca, dan
vitamin A). Persentase tingkat kecukupan
didapatkan dari asupan dibagi dengan angka
kecukupan gizi AKG
3. status gizi balita yang di ukur berdasarkan BB/U,
PB/U, dan BB/TB :
Pengukuran secara antropometri berdasarkan Z-
score

c. Metode atau model Data diolah secara deskriptif dalam bentuk frekuensi dan
evaluasi persentase. Pengukuran data baseline dilakukan pada bulan
September 2022 dan data endline dikumpulkan pada bulan
Desember 2022. Data pengetahuan gizi terdiri dari 10
pertanyaan pilihan B – S dikumpulkan sebelum dan sesudah
penyuluhan (pretest dan posttest). Pengolahan data
pengetahuan gizi dengan cara mengelompokkan ke dalam 3
kategori yaitu baik, sedang, dan kurang. Data konsumsi
pangan dikumpulkan dengan 1x24 hour recall dan kemudian
data diolah dengan software Nutrisurvey. Penilaian status
gizi dilakukan dengan mengukur berat badan, panjang
badan, dan tanggal lahir, serta kemudian diolah dengan
software WHOAntro
5. Hasil evaluasi program
a. Tingkat keberhasilan 1. Pengetahuan gizi ibu sebelum dan sesudah
program intervensi program DASHAT mengalami
peningkatan. Peningkatan tersebut ditandai
dengan naiknya nilai rata- rata saat pretest dan
posttest. Pada intervensi pendidikan gizi fase 1
terjadi kenaikan skor pengetahuan gizi dari
56.2±13.0 (pretest) menjadi 70.4 ±13.8
(posttest). Pada fase 2 intervensi pendidikan gizi
terjadi kenaikan skor dari 65.7 ±16.2 (pretest)
menjadi 72.1 ± 14.0 (posttest). Skor
pengetahuan gizi yang diperoleh ibu balita saat
posttest secara signifikan lebih tinggi dibanding
saat pretest (p<0.05).
2. Ada peningkatan tingkat kecukupan gizi setelah
intervensi program DASHAT. Tingkat
kecukupan energi meningkat dari 77.6%
menjadi 89.0% untuk energi, 153.4% menjadi
187.9% untuk protein, 80.6% menjadi 97.5%
untuk lemak, dan 67.3% menjadi 75.5% untuk
karbohidrat. Peningkatan asupan juga terjadi
pada Fe, Zn, dan Ca; hal ini disebabkan
kontribusi dari susu yang telah difortifikasi dan
diberikan sebagai PMT dalam program
DASHAT. Keragaman pangan (IDDS) juga
mengalami peningkatan, nilai IDDS pada saat
baseline adalah 4.2±1.5 meningkat menjadi
5.0±1.6. Peningkatan ini berbeda secara
signifikan (p<0.05).
3. Status gizi balita yang diukur berdasarkan
BB/U, TB/U, dan BB/TB mengalami
peningkatan setelah diberikan intervensi
program DASHAT. Peningkatan ini ditunjukkan
dengan perubahan nilai z-score yang lebih baik.
Prevalensi severe underweight berkurang
17.4%, severe stunting berkurang 23.1%, dan
severe wasting berkurang 50%.
b. Rekomendasi 1. Perlu adanya pemberdayaan kader posyandu
secara kontinu yang dapat menjadi kunci
dalam peningkatan pengetahuan ibu terkait
pangan, gizi, dan kesehatan. Pemberdayaan
ini dapat dilakukan dengan mengadakan
training secara berkesinambungan untuk
meningkatkan kualitas kader posyandu.
2. Intervensi berupa PMT pada balita dapat
ditingkatkan durasinya menjadi 6 bulan
sehingga dampaknya terhadap status gizi
dapat lebih bermakna.
3. Tentunya yang terpenting adalah melibatkan
ahli gizi
6. Reviu/kritik

a. Waktu

b. dst

Anda mungkin juga menyukai