Oleh :
Kita tidak mungkin langsung bisa menghafal al-Quran, tapi harus dengan perjuangan. Dan
dalam menghafal al-Quran al-Karim kita harus bertawakkal kepada Allah, agar mendapat taufiq.
Sebagaimana didalam al-Quran disampaikan :
َّ علَى
َِٱّلل َ َْعزَ ْمتََ فَت ََو َّكل
َ فَإِذَا
“Dan jika engkau berazzam, maka bertawakkalah kepada Allah” (QS : Ali Imran : 159)
Al-Quran itu layak untuk diperjuangkan karena ia adalah sebaik-baiknya jaalis/teman. Bahkan,
berbeda jika barang yang ditinggalkan, maka akan usang. Jika kita meninggalkan al-Quran, justru
kitalah yang menjadi usang.
Bagian paling sulit dalam menghafal al-Quran bukanlah saat mulai menghafal, namun
bagaimana kitab isa memurojaah hafalan tersebut. Maka, jangan menunggu waktu luang untuk al-
Quran, tapi luangkanlah waktu untuk al-Quran karena keutamaannya yang dapat mencegah kita dari api
neraka. Rumus dalam menghafal Quran adalah : Taqlilul hifz, taktsiirur roj’, istiqoomatu bilwaqti.
Sedikit menghafal, perbanyak murojaah, istiqomah dalam waktu.
ََ ِارَ َوأُدْخ
ََل ْٱل َج َّن ََة فَقَ َدْ فَاز ِ َّع ِنَ ٱلن
َ َفَ َمن ُز ْح ِز َح
Artinya : Barang siapa yang terhindar dari neraka, dan masuk ke dalam surga ialah orang-orang
beruntung.
Ayat itu menggambarkan bagaimana Al-Quran memaknai kesuksesan. Artinya, pencapaian-
pencapaian duniawi bukanlah arti kesuksesan yang sebenarnya. Hal itu karena, semua hal itu
tergantung akhirnya (husnul khotimah atau suul khotimah). Maka dari itu, apapun pencapaian yang
telah kita dapat di dunai janganlah bersenang hati dan tetaplah meminta pertolongan Allah.
Al-Quran itu semuanya berisi tentang akhlak, baik akhlak kepada Allah, kepada manusia, dan kepada
makhluk yang ada disekitar kita. Maka, sebagai penghafal al-Quran harus senantiasa mempraktekkan
Al-Quran dan menjadikan al-Quran sebagai rujukan dalam berperilaku. Jangan sampai, Al-Quran
hanya jadi hiasan lisan. Namun, ia harus menghiasi hati dan tergambarkan dari perilaku kita.
Para penghafal al-Quran, akan lebih baik dikatakan sebagai hamilul quran dibandingkan hafizhul
quran. Hal ini karena, sebagaimana Wanita hamil yang senantiasa membawa kandungannya
kemanapun dan tak pernah meninggalkannya. Para hamilul quran juga senantiasa membawa nilai-
nilai al-Quran kemanapun dan tidak pernah sekalipun meninggalkannya.