Model Penerimaan
Model Penerimaan
MODEL PENERIMAAN
Interfaith Harmony: Senandung Sahur Menumbuhkan Empati
Melintasi Batas Agama
MAKALAH
Disusun Oleh
Kelompok 1:
Agusta Anta Beria 21.25.89
Aniastasya Agatha 21.25.93
Anggela Paskani A 21.25.92
Andreas.M 21.25.90
Dera Novita 21.26.04
Oktowidodi 21.26.29
Otniel Oyasco 21.26.30
Riri Novriani 21.26.36
Yohana Kristin 21.26.45
Banjarmasin
Maret 2024
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki keberagaman ras, suku dan bahasa sehingga ada enam
agama yang hadir dengan latar belakang dan pemahaman yang berbeda-beda. Di
Indonesia sendiri agama memiliki peran yang sangat sentral dalam kehidupan
masyarakat. Dalam ideologi bangsa Indonesia, yaitu sila pertama dalam Pancasila
yang berisi Ketuhanan Yang Maha Esa, menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia
memiliki kebebasan untuk memilih agama yang benar menurut masing-masing
pribadi. Namun, terkadang keberagaman agama inilah yang membuat sering
terjadinya konflik antar individu maupun kelompok. Dalam hal ini ada beberapa
model yang memandang bagaimana setiap agama itu diterima di dalam pemahaman
agama lain, salah satunya adalah model penerimaan. Maka dari itu, dalam karya
tulis ini penulis akan menggunakan model penerimaan sebagai salah satu upaya
untuk melihat keragaman agama yang ada, khususnya di Banjarmasin. Model ini
menjadi salah satu model yang paling muda diantara model lainnya. Model
penerimaan memberikan jalan tengah dengan menerima berbagai keberagaman
yang nyata dari semua agama , yang berarti bahwa model ini menerima berbagai
macam tradisi agama yang beragam sebagai suatu perbedaan yang nyata ditengah
konteks kehidupan.1 Dalam hal ini keterlibatan umat Kristen dalam membantu umat
Islam untuk membangunkan sahur di bulan Ramadan menjadi titik fokus yang
menarik untuk dipaparkan. Fenomena ini mencerminkan sikap saling menghormati,
saling mendukung dan membangun solidaritas antarumat beragama. Melalui
partisipasi ini, terbuka peluang untuk merinci nilai-nilai kemanusiaan bersama,
mengeksplorasi kemungkinan kerja sama interreligius, serta meneguhkan
perbedaan.
1.2. Rumusan Masalah
1) Apa Pengertian, Kekuatan dan Kelemahan dari Model Penerimaan?
2) Bagaimana Konsep Pluralitas Agama Menurut George Lindbeck?
3) Bagaimana Analogi dan Analisis Kasus dari Model Penerimaan?
1.3. Tujuan Penulisan
1) Menjelaskan Pengertian, Kekuatan dan Kelemahan dari Model Penerimaan.
2) Menjelaskan Konsep Pluralitas Agama Menurut George Lindbeck.
3) Menjelaskan Analogi dan Analisis Kasus dari Model Penerimaan.
1
D’ Costa, Gavin, Mempertimbangkan Kembali Keunikan Agama Kristen: Mitos Teologi
Pluralis Agama-agama (Jakarta: BPK Gunung Mulia), 205.
1
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Model Penerimaan
2
Yohanes Krismantyo Susanta, Penguatan Moderasi Beragama: Dalam Perspektif
Pendidikan, Budaya, dan Tradisi Agama-agama di Indonesia (Kanisius, 2023), 120,
https://books.google.co.id/books?id=_qzFEAAAQBAJ&pg=PA119&dq=teologi+agama-
agama+model+penerimaan&hl=id&newbks=1&newbks_redir=1&sa=X&ved=2ahUKEwiq-
baVxd6EAxVk6KACHYlzC1UQ6AF6BAgHEAI.
3
Wendy Sepmady Hutahaean, Teologi Agama-agama (Ahlimedia Book, 2021), 12,
https://books.google.co.id/books?id=I4MqEAAAQBAJ&pg=PA12&dq=teologi+agama-
agama+model+penerimaan&hl=id&newbks=1&newbks_redir=1&sa=X&ved=2ahUKEwiq-
baVxd6EAxVk6KACHYlzC1UQ6AF6BAgDEAI.
2
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
4
Kesia Martini Pesik, Semboyan “Torang Samua Basudara” dalam Interaksi Penganut Kristen
dengan Penganut Agama Lain di Manado, Kenosis: Jurnal Kajian Teologi 8 No. 2 (Desember, 2022:
368 diakses pada tanggal 5 Maret 2024,
https://www.google.com/search?q=Semboyan+%E2%80%9CTorang+Samua+Basudara%E2%80
%9D+dalam+Interaksi+Penganut+Kristen+dengan+Penganut+Agama+Lain+di+Manado&rlz=1C
1CHBD_idID1070ID1074&oq=Semboyan+%E2%80%9CTorang+Samua+Basudara%E2%80%9
D+dalam+Interaksi+Penganut+Kristen+dengan++Penganut+Agama+Lain+di+Manado&gs_lcrp=
EgZjaHJvbWUyBggAEEUYOdIBCTMwNjlqMGoxNagCALACAA&sourceid=chrome&ie=UTF
-8
5
Paul F. Knitter, Pengantar Teologi Agama-Agama (Yogyakarta: KANISIUS, 2008), 259.
6
Ibid, 259-260.
3
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
sendiri karena selalu melibatkan pandangan sendiri tanpa memahami sudut pandang
yang berbeda. Hal ini tidak hanya mengubah pandangan orang lain, tetapi juga
dapat mengunci identitas diri sendiri dalam batasan yang sempit.7 Knitter
berpendapat bahwa sebelum memulai dialog antarumat beragama, penting bagi
umat beragama untuk mencari dasar bersama yang bersifat universal, tanpa terkesan
memaksakan standar tersebut kepada tradisi, budaya atau agama tertentu. Dasar
bersama ini tidak boleh diimpor seperti dalam sistem imperialisme di mana
kelompok mayoritas dengan kekuasaan memaksa norma-norma mereka kepada
kelompok minoritas yang kurang berkuasa. Jika dasar bersama tersebut bersifat
imperialistik, maka dialog antarumat beragama tidak dapat berlangsung secara
terbuka dan konstruktif. Memaksakan sifat partikularitas kepada ide universalitas
akan mengakibatkan ketidakhormatan terhadap partikularitas lain dan
menghilangkan nilai universalitas itu sendiri. Maka dari itu, kekuatan dari model
ini adalah memperkuat hubungan positif antarumat beragama karena dengan
menerima dan menghormati praktik keagamaan satu sama lain, dapat tercipta
keadaan yang saling menghargai dan membangun hubungan yang harmonis.
Penerimaan akan menciptakan landasan untuk toleransi dan kerukunan di tengah
masyarakat yang beragam. Ini memungkinkan individu dari berbagai latar belakang
keagamaan untuk hidup bersama tanpa adanya konflik atau diskriminasi. Di
samping itu, model penerimaan dapat membantu membangun solidaritas antarumat
beragama. Ketika umat dari agama yang berbeda saling mendukung dan
berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan satu sama lain maka akan tercipta rasa
persatuan dan keterikatan sehingga melalui dialog dan interaksi positif, individu
dapat belajar lebih banyak tentang keyakinan dan nilai-nilai keagamaan yang
dimiliki oleh agama lain.8
Sementara itu, kelemahan dari model penerimaan ada pada sifat
inklusivisme itu sendiri, karena jika sifat inklusivisme itu tidak disetarakan dengan
keterbukaan terhadap perbedaan maka hanya akan menghasilkan sifat imperialis
dalam berdialog dan tidak akan menemukan titik temu dalam menjalin dialog antar
agama. Beberapa kelompok mungkin resisten terhadap model penerimaan karena
cenderung mempertahankan norma dan nilai-nilai keagamaan yang sudah ada. Ini
dapat menghambat perkembangan kerukunan di beberapa agama. Selain itu, model
penerimaan dapat terhambat oleh ketidakpahaman suatu agama terhadap praktik
keagamaan yang berbeda. Ketidakpahaman ini justru dapat menyulitkan upaya
mencapai tingkat penerimaan yang optimal.9
7
Ibid.
8
Elizabeth Nathania. “Tinjauan Terhadap Konsep Model Dialog Antar Umat Beragama Paul
F. Knitter Berdasarkan Konsep Model Dialog Antar Umat Beragama Partikularisme Injili”.
(Docktor dissertation, Seminar Alkitab Asia Tenggara, 2017), 37, diakses pada tanggal 5 Maret
2024. https://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1353
9
Ibid.
4
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
10
Eko Kurniawan Wibowo, “Relevansi Pendekatan Kultural Linguistik Dengan Pluralitas
Agama
di Indonesia” Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen, Vol. 2 No. 1 (Juli 2021):82, diakses pada
tanggal 5 Maret 2024, https://sttsriwijaya.ac.id/e-
journal/index.php/mitra_sriwijaya/article/download/3/45.
11
Fahmina, “Relevansi Pemikiran Post Liberal George A. Lindbeck” dalam harian online
fahmina.or.id, 2 Agustus 2007, diakses pada tanggal 5 Maret 2024, https://fahmina.or.id/relevansi-
pemikiran-post-liberal-george-a-lindbeck/.
12
Eko Kurniawan Wibowo, “Relevansi Pendekatan Kultural Linguistik Dengan Pluralitas
Agama Di Indonesia,” Mitra Sriwijaya: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen 2, no. 1 (17 Agustus
2021): 79, diakses pada 5 Maret 2024 https://doi.org/10.46974/ms.v2i1.3.
5
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
13
Elza Astari Retaduari, Toleransi Beragama di Kalsel, Warga Non-Muslim Bantu Bangunkan
Sahur” dalam harian online detiknews, 28 Januari 2016, diakses pasda tanggal 5 Maret 2024,
https://news.detik.com/berita/d-3243524/toleransi-beragama-di-kalsel-warga-non-muslim-bantu-
bangunkan-sahur.
6
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
7
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
8
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
9
Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kalimantan Evangelis
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Gavin, D’ Costa. Mempertimbangkan Kembali Keunikan Agama Kristen: Mitos Teologi Pluralis
Agama-agama. Jakarta: BPK Gunung Mulia, t.th.
E-Book
Hutahaean, Wendy Sepmady. Teologi Agama-agama. Ahlimedia Book. 2021.
https://books.google.co.id/books?id=I4MqEAAAQBAJ&pg=PA12&dq=teologi+agama-
agama+model+penerimaan&hl=id&newbks=1&newbks_redir=1&sa=X&ved=2ahUKEwiq
-baVxd6EAxVk6KACHYlzC1UQ6AF6BAgDEAI.
Jurnal Online
Pesik, Kesia Martini Semboyan “Torang Samua Basudara” dalam Interaksi Penganut Kristen
dengan Penganut Agama Lain di Manado. Kenosis: Jurnal Kajian Teologi 8 No. 2.
Desember. 2022. Diakses pada tanggal 5 Maret 2024,
https://www.google.com/search?q=Semboyan+%E2%80%9CTorang+Samua+Basudara%E
2%80%9D+dalam+Interaksi+Penganut+Kristen+dengan+Penganut+Agama+Lain+di+Man
ado&rlz=1C1CHBD_idID1070ID1074&oq=Semboyan+%E2%80%9CTorang+Samua+Bas
udara%E2%80%9D+dalam+Interaksi+Penganut+Kristen+dengan++Penganut+Agama+Lai
n+di+Manado&gs_lcrp=EgZjaHJvbWUyBggAEEUYOdIBCTMwNjlqMGoxNagCALAC
AA&sourceid=chrome&ie=UTF-8.
Nathania. Elizabeth. “Tinjauan Terhadap Konsep Model Dialog Antar Umat Beragama Paul F.
Knitter Berdasarkan Konsep Model Dialog Antar Umat Beragama Partikularisme Injili”.
Seminar Alkitab Asia Tenggara. 2017. Diakses pada tanggal 5 Maret 2024.
https://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1353
Wibowo, Eko Kurniawan. “Relevansi Pendekatan Kultural Linguistik Dengan Pluralitas Agama
di Indonesia”. Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 2 No. 1. Juli 2021. Diakses pada tanggal 5
Maret 2024. https://sttsriwijaya.ac.id/e-
journal/index.php/mitra_sriwijaya/article/download/3/45.
Sumber Online
Fahmina. “Relevansi Pemikiran Post Liberal George A. Lindbeck”. Dalam harian online
fahmina.or.id. 2 Agustus 2007. Diakses pada tanggal 5 Maret 2024.
https://fahmina.or.id/relevansi-pemikiran-post-liberal-george-a-lindbeck/.
Retaduari, Elza Astari. Toleransi Beragama di Kalsel, Warga Non-Muslim Bantu Bangunkan
Sahur”. Dalam harian online detiknews. 28 Januari 2016. Diakses pasda tanggal 5 Maret
2024. https://news.detik.com/berita/d-3243524/toleransi-beragama-di-kalsel-warga-non-
muslim-bantu-bangunkan-sahur.
10