ANALYSIS
WILLIAM N. DUNN
Identitas Buku
Judul : Public Policy Analysis: An Introduction. 3rd Edition
Pengarang: William N. Dunn
9 (sembilan) Chapter :
1. Proses Analisis Kebijakan
2. Analisis Kebijakan dalam Proses Pembuatan Kebijakan
3. Merumuskan Masalah-masalah Kebijakan
4. Meramal Masa Depan Kebijakan
5. Rekomendasi Aksi-aksi Kebijakan
6. Monitoring Hasil-hasil Kebijakan
7. Mengevaluasi Kinerja Kebijakan
8. Mengembangkan Argumen-argumen Kebijakan
9. Mengkomunikasikan Analisis Kebijakan
#1 Proses Analisis Kebijakan
Analisis Kebijakan ?
Proses pengkajian multidisiplin ilmu
yang bertujuan menciptakan, menilai
secara kritis, dan mengkomunikasikan
pengetahuan yang relevan dengan
kebijakan
#1 Proses Analisis Kebijakan
Dalam menganalisis
kebijakan dibutuhkan
metodologi, yaitu sistem Deskriptif
standar, aturan dan
prosedur untuk Metodologi
menciptakan penilaian Normatif
secara kritis dan
mengkomunikasikan
informasi dan
pengetahuan yang
relevan dengan kebijakan.
#1 Proses Analisis Kebijakan
Metodologi analisis kebijakan harus
menyediakan informasi yang dapat menjawab :
Kinerja kebijakan
Hasil kebijakan
(policy
(policy outcome)
performance)
• Nilai/kebutuhan/kesempatan yang belum terpenuhi,
Masalah kebijakan
& dapat diidentifikasi untuk diperbaiki atau dicapai
(policy problem) melalui tindakan publik
Prediksi /
Evaluasi
Peramalan
Pemantauan Rekomendasi
Evaluation Forcasting
Problem
Structuring
Problem
Structuring
Monitoring Recommen
dation
Preferred
Policies
Asal Muasal
Kautilya (300 SM)
Etimologis
Adaptasi Evaluasi
Implementasi
Kebijakan Kebijakan
Suksesi /
Membatalkan
Kebijakan
Rasionalitas Teori
Rasionalitas Bounded
„Terbaik Inkremental
Ekonomi Rationality
Kedua‟ Terputus
Perumusan
Masalah
Masalah kebijakan
adalah kebutuhan, nilai-
Evaluasi Peramalan
nilai, atau kesempatan-
kesempatan yang tidak
terealisasi tetapi dapat
Pemantauan Rekomendasi dicapai melalui tindakan
publik.
Policy
Performance
Problem
Structuring
Problem
Structuring
Preferred
Policies
Problem structuring
Policy problem
Problem dissolving Problem unsolving
Right problem ?
NO
Problem solving
YES NO
Right solution
Ciri-Ciri Masalah :
Subjektivitas (Subjectivity)
Dinamis (Dinamics)
#3 Merumuskan Masalah Kebijakan
Kebijakan Strategis
Masalah vs Isu
Terdapat tingkatan (hirarki) Isu-Isu Utama
isu-isu dalam masalah
kebijakan. Dalam menentukan Isu-Isu Sekunder
masalah kebijakan, kita perlu
memahami tingkatan isu dan Isu-Isu Fungsional
posisinya dalam jenis
kebijakan (kebijakan strategis Isu-Isu Minor
/ kebijakan operasional)
Kebijakan Operasional
Meta
Problem
Problem Substantive
Situation Problem
Formal
Problem
Model-Model Kebijakan :
Sumber Kriteria
Metode Tujuan Prosedur Pengetahuan Kinerja
Sinektika mengenal konstruksi pribadi, Individu Apakah
masalah- langsung, simbolik, Analis masuk
masalah yang dan Analogi-analogi atau akal?
bersifat analog Kelompok
Brainstor menghasilkan Membangun ide-ide Kelompok Konsensus
ming ide-ide, tujuan dan mengevaluasinya
jangka pendek,
& strategi-
strategi
Analisis Membangun Melihat dari perspektif Kelompok Peningkata
Perspekt wawasan yang yang berbeda-beda n wawasan
if Ganda mendalam
Metode-Metode Perumusan Masalah (Lanj.)
Sumber
Kriteria
Metode Tujuan Prosedur Pengetahu
Kinerja
an
Analisis mensistesiska Identifikasi pelaku Kelompok Konfilk
Asumsi n secara kebijakan,
kreatif Memunculkan
asumsi- asumsi,
asumsi yang Mempertentangkan,
saling Mengelompokkan,
bertentangan dan mesintesis.
Pemetaan Mengevaluasi Merangking Kelompok Argumentas
Argument argumentasi- argumentasi- i paling
asi argumentasi argumentasi optimal
#4 Meramal Masa Depan Kebijakan
Forcasting
Preferred
Policies
Keterbatasan Peramalan :
Kelebihan
Akurasi ramalan Konteks
komparatif
• Ketepatan dari • Ketepatan • Dalam konteks
ramalan yang Prediksi berdasar waktu, semakin
relatif sederhana model teoritis lama kerangka
maupun tidak lebih tinggi waktunya
kompleks dibandingkan semakin kurang
masihlah proyeksi dan akurat
terbatas penilaian ramalannya
sederhana oleh
pakar
#4 Meramal Masa Depan Kebijakan
perilaku penentu
kebijakan
#5 Rekomendasi Aksi-Aksi Kebijakan
Perumusan
Masalah
Policy Recommendation
adalah proses
Evaluasi Peramalan membangun informasi
dari aksi-aksi kebijakan
yang telah
diselenggarakan untuk
Pemantauan Rekomendasi kebijakan masa depan.
RETROSPECTIVE PROSPECTIVE
Analisis Yang Telah Terjadi Policy Analisis Yang Akan Terjadi
Performance
Apakah
Kebijakan ini
AKAN bernilai?
Recomme
ndation
Preferred
Policies
Kriteria untuk
Bentuk-bentuk
Rekomendasi
Rasionalitas
Kebijakan
#5 Rekomendasi Aksi-Aksi Kebijakan
Pendekatan Rekomendasi kebijakan :
Analisis Hal-
Analisis Analisis
Pemotongan Hal Masuk
Sensitifitas „Fortiori‟
Akal
#6 Monitoring Hasil-hasil Kebijakan
Perumusan
Masalah
Policy Monitoring adalah
prosedur analisis
Evaluasi Peramalan
kebijakan yang digunakan
untuk membentuk
informasi tentang kasus
dan konsensus daru
Pemantauan Rekomendasi
kebijakan publik.
RETROSPECTIVE PROSPECTIVE
Analisis Yang Telah Terjadi Policy Analisis Yang Akan Terjadi
Performance
Monitoring
Preferred
Apa yang Policies
terjadi?
Sumber- Tipe-Tipe
Sumber Hasil
Informasi Kebijakan
Kuantitatif dan/atau
Pemeriksaan sosial Informasi baru
kualitatif
Kuantitatif dan/atau
Sintesis riset praktek Informasi lama
kualitatif
#6 Monitoring Hasil-hasil Kebijakan
Teknik-Teknik Monitoring Kebijakan :
Perumusan
Masalah
Policy Evaluation adalah
prosedur analisis kebijakan
Evaluasi Peramalan yang digunakan untuk
membentuk informasi
tentang kasus dan
konsensus dari kebijakan
Pemantauan Rekomendasi publik.
RETROSPECTIVE PROSPECTIVE
Analisis Yang Telah Terjadi Policy Analisis Yang Akan Terjadi
Performance
Evaluation
Apakah Kebijakan
ini bernilai?
Preferred
Policies
Etika
Nilai
dan
(Values) values-as
Metaetik Deskriptif
object
values-as
object and Normatif
criteria
#7 Mengevaluasi Kinerja Kebijakan
Etika Deskriptif, Etika Normatif dan Metaetik
Metaetik
klasifikasi,dan Normatif dan aplikasi dan aplikasi
pengukuran kriteria untuk kriteria
nilai-nilai dan menilai tambahan
etika-etika tingkahlaku untuk menilai
etika etika normatif
itu sendiri
#7 Mengevaluasi Kinerja Kebijakan
• Pemetaan sasaran
Evaluasi Formal
• Klarifikasi nilai
(Formal Evaluation)
• Kritik nilai
W R
Klaim (C)
Bantahan (R) menjadi
Kenapa? tidak masuk informasi (I)
Karena akal dalam Argumen
B
Dukungan (B) membenarkan
Jaminan (W)
7 Motivasi Pernyataan kebijakan didasarkan pada argumen yang berasal dari daya
pengaruh tujuan, nilai, dan dorongan.
8 Intuisi Pernyataan kebijakan didasarkan pada pengetahuan terpendam,emosi
dan sepiritual.
9 Analogi- Reasoning dari bentuk ini berdasarkan pada kesamaan hubungan
Metapora diantara dua atau lebih latar kebijakan
10 Kasus paralel Reasoning dari bentuk kasus paralel didasarkan pada kesamaan antara
dua atau lebih kasus pembuatan kebijakan
11 Etika Reasonig berdasarkan pada asumsi kebaikan dan kejelekan,kebenaran
atau kekeliruan dari kebijakan dan konsekwensinya
#9 Mengkomunikasikan Analisis
Kebijakan
Komunikasi Kebijakan
adalah proses empat
tahap yang melibatkan
analisis kebijakan,
pembuatan materi,
komunikasi interaktif, dan
pemanfaatan
pengetahuan.
PENGETAHUAN
-Masalah Kebijakan
-Masa Depan Kebij.
-Aksi Kebijakan
-Hasil Kebijakan
-Kinerja Kebijakan
Analisis Pengembangan
Kebijakan materi
Komunikasi
Pemanfaatan
Interaktif
Pengetahuan
PRESENTASI
-Percakapan
-Konferensi
-Pertemuan
-Briefing
-Dengar Pendapat
Ringkasan
Memoranda Eksekutif
Kebijakan Surat
Pengantar
#9 Mengkomunikasikan Analisis
Kebijakan
Briefing Lisan dan Tampilan Visual :
Cara lain untuk mengkomunikasikan hasil-hasil analisis
kebijakan yaitu dengan briefing lisan
Temuan-temuan
Kata pembuka dan
Latar belakang pokok dalam paper Pendekatan dan
ucapan terimakasih
briefing isu, penelitian, atau metode
pada peserta
laporan
2
Mengapa Perlu Ada Pembatasan Luas
Lingkup?
⚫Jika kebijakan publik mencakup semua
aspek maka menjadi sangat sulit bagi
analis kebijakan untuk membuat fokus
pada level mana, atau kebijakan yang
mana yang menjadi fokus bahasannya.
⚫Oleh karena itu untuk keperluan analisis
kebijakan maka analis perlu membuat
suatu pendekatan untuk dapat memetakan
luas lingkup suatu kebijakan
3
Bagaimana Cara Membatasi Ruang
Lingkup kebijakan
⚫Tidak ada cara tunggal untuk membuat
batasan atau klasifikasi suatu kebijakan.
⚫Salah satu cara yang dapat dipakai adalah
melihat kebijakan dari hierarkinya (secara
vertikal) dan berdasarkan substansi ang
dibicarakannya (horisontal).
4
Model Umum Perumusan Kebijakan
Government
Policy
activity
Environment
Policy actors’
of Societal
environment Policy
Activity
5
Aktor-aktor dalam perumusan dan implementasi kebijakan
7
Luas Lingkup Vertikal…(2)
⚫ Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
(berdasarkan Tap MPR No III tahun 2000) Tap
MPR masih menduduki hierarki tertinggi dalam
sistem perundang-undangan nasional. Namun
dengan dilakukannya amandemen ke empat
UUD 45 ketentuan ini perlu dirubah karena MPR
telah kehilangan statusnya sebagai lembaga
tertinggi negara. Konsekuensinya Tap MPR
perlu dirubah formatnya menjadi UU.
⚫ Dalam UU No. 10/2004 (pasal 7) Tap MPR
sudah tidak masuk lagi dalam hirarki sistem
perundang-undangan di Indonesia
8
Luas…(3)
⚫Undang-Undang
UU dibuat berdasarkan kesepakatan presiden
dan DPR di mana salah satu pihak bisa menjadi
pengusul
UU dibagi menjadi tiga jenis: Pidana,Perdata,
Tata Negara
Untuk dapat dilaksanakan suatu UU
memerlukan perangkat aturan yang lebih
operasional
9
Luas…(4)
10
Luas…(5)
⚫ Peraturan Pemerintah: Merupakan perangkat
hukum sekunder yang merupakan peraturan
pelaksanaan sebuah UU
⚫ Keputusan Presiden: Kedudukannya lebih
rendah daripada peraturan pemerintah yang
merupakan perangkat pelaksanaan UU dan
program-program pemerintah
⚫ Peraturan Daerah: Memiliki kedudukan paling
rendah dalam hirarki sistem perundang2an di
Indonesia.
Berdasarkan Pasal 7 UU No. 10/2004 Perda meliputi:
Perda provinsi, Perda kabupaten/kota, Peraturan Desa.
11
Luas Lingkup Secara Horisontal
12
Horisontal…(2)
13
Horisontal…(3)
14
DISKUSI MAHASISWA (1)
15
DISKUSI MAHASISWA (2)
16
TUGAS 1
⚫Berikan studi kasus kebijakan public
terkait masalah ekonomi yang diambil oleh
dinas-dinas (minimal 2 dinas) di
lingkungan pemerintah kabupaten/kota
Jawa Barat.
⚫Kemudian berikan perbandingan
bagaimana kebijakan public yang diambil
dari 2 dinas yang anda cari tersebut.
17
Tugas 1 (lanjut)
AGENDA SETTING
PERCEPTION OF PROBLEM Produce
DEFINITION OF PROBLEM AGENDA OF GOVERNMENT
MOBILIZATION OF SUPPORT FOR
INCLUDING PROBLEM ON AGENDA
Sumberdaya
Implementasi
Disposisi
Struktur Birokrasi
Model Implementasi Kebijakan
Van Meter dan Van Horn
Model implementasi kebijakan dari Van Meter dan
Horn menetapkan beberapa variabel yang diyakini
dapat mempengaruhi implementasi dan kinerja
kebijakan, yaitu:
1. Standar dan sasaran kebijakan
2. Kinerja kebijakan
3. Sumber daya
4. Komunikasi antar badan pelaksana
5. Karakteristik badan pelaksana
6. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik
7. Sikap pelaksana
Model Implementasi Kebijakan-Van
Meter dan Van Horn
Komunikasi
Antar Organisasi
dan Pelaksana
Kegiatan
Standar dan
Sasaran
Karakteristik
Badan Sikap Kinerja
Pelaksana Pelaksana Kebijakan
Sumber
Daya
Lingkungan
Sosial, ekonomi
dan politik
Masalah?
Jones (1984)
Kebutuhan manusia yang perlu diatasi atau dipecahkan.
Dunn(1995)
Nilai,kebutuhan,dan kesempatan yang belum terpenuhi
tetapi yang dapat diidentifikasikan dan dicapai dengan
melakukan tindakan publik.
Anderson(1979)
Kondisi dan atau situasi yang menghasilkan kebutuhan-
kebutuhan atauketidakpuasan-ketidakpuasan pada rakyat
untuk mana perlu dicari cara-cara penanggulangannya.
Sifat masalah publik
Saling ketergantungan
Subyektif
Artifisial
Dinamis
Metode pengenalan masalah
Analisis Snowball Sampling dan survey
Analisis ini menunjuk pada upaya mengenali masalah
dengan cara menanyakan kepada stakeholders tentang
isu masalah publik tertentu yang telah menjadi
masalah formal (masuk dalam agenda pemerintah)
untuk diselesaikan dengan kebijakan publik.
Analisis Klasifikasi
Menunjuk pada upaya untuk mengelompokkan
masalah-masalah publik yang hendak dikenali pada
kategori-kategori tertentu sehinggamemudahkan
analisis.
Analisis klasifikasi masalah
kerusakan gedung sekolah
Ting Kategori Umur Kateori Jumlah Murid
-kat Ruang Sekolah Kerusakan Ruang pada Sekolah
Pen- Rusak Sekolah Rusak
didi
k-an
SD 25 45 30 60 30 10 25 30 45
SMP 15 35 20 30 35 5 15 25 30
Analisis Bertingkat
Usaha mengetahui sebab-sebab masalah yang dapat
dilihat dari setting permasalahan.
Contoh:
Sumberdaya
Implementasi
Disposisi
Struktur Birokrasi
Faktor komunikasi
Komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian
informasi dari komunikator (policy maker) kepada
komunikan (policy implementors)
Komunikasi kebijakan memiliki beberapa macam
dimensi antara lain dimensi transformasi
(transmission), kejelasan (clarity), dan konsistensi
(consistency).
Sumber Daya
Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Anggaran
Sumber Daya peralatan
Sumber Daya Informasi dan Kewenangan
Disposisi
Disposisimerupakan kemauan, keinginan, dan
kecenderungan para pelaku kebijakan untuk
melaksanakan kebijakan secara sungguh-sungguh
sehingga apa yang menjadi tujuan kebijakan dapat
diwujudkan.
Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi ini mencakup aspek-aspek seperti
struktur organisasi, pembagian kewenangan,
hubungan antar unit-unit organisasi yang ada dalam
organisasi yang besangkutan, dan hubungan
organisasi dengan organisasi luar dsb.
Struktur birokrasi mencakup dimensi fragmentasi,
dan SOP
Konsep Evaluasi Kebijakan
Publik
Evaluasi kebijakan merupakan kegiatan
untuk menilai atau melihat keberhasilan
atau kegagalan pelaksanaan suatu kebijakan
publik.
Oleh karena itu, evaluasi merupakan
kegiatan pemberian nilai atas sesuatu
“fenomena” di dalamnya terkandung
pertimbangan nilai (value judgement)
tertentu.
Tipe Evaluasi Kebijakan
Tipe evaluasi hasil (outcomes of public
policy implementation), merupakan riset
yang mendasarkan diri pada tujuan
kebijakan.
Tipe evaluasi proses (process of public policy
implementation), yaitu riset evaluasi yang
mendasarkan diri pada petunjuk
pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis
(juknis)
Weiss (1972)
The purpose of evaluation research is to measure the
effects of a program againts the goals it set out to
accomplish as a means of contributing to subsequent
decision making about the program and improving
future programming.
Riset evaluasi bertujuan untuk mengukur dampak dari
suatu program yang mengarah pada pencapaian dari
serangkaian tujuan yang telah ditetapkan dan sebagai
sarana untuk memberikan kontribusi (rekomendasi)
dalam membuat keputusan dan perbaikan program
pada masa mendatang.
Unsur Evaluasi Kebijakan
Publik
Untuk mengukur dampak (to measure effects) dengan
bertumpu pada metodologi riset yang digunakan.
Dampak (effects) tadi menekankan pada suatu hasil
(outcomes) dari efisiensi, kejujuran, moral yang melekat
pada aturan-aturan atau standar.
Perbandingan antara dampak (effects) dengan tujuan
(goals) menekankan pada penggunaan kriteria yang jelas
dalam menilai bagaimana suatu kebijakan telah
dilaksanakan dengan baik.
Memberikan kontribusi pada pembuatan keputusan
selanjutnya dan perbaikan kebijakan pada masa
mendatang sebagai tujuan sosial dari evaluasi.
Tujuan riset evaluasi kebijakan
publik
Tujuan utama
untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan
suatu kebijakan program
Tujuan sosial
untuk memberikaan kontribusi (rekomendasi)
pada pembuatan keputusan selanjutnya dan
perbaikan kebijakan program pada masa
mendatang.
Keputusan tentang masa
depan kebijakan (Weiss, 1972)
To continue or discontinue the program.
To improve its practices and procedures.
To add or drop specific program strategies and
techniques.
To institute similar programs elsewhere.
To allocate resource among competing programs.
To accept or reject a program approach or theory.
Kebijakan perlu diteruskan atau dihentikan
Kebijakan perlu diteruskan, namun perlu diperbaiki baik
prosedur maupun penerapannya.
Perlunya menambah atau mengembangkan strategi dan
teknik program-program khusus
Perlunya menerapkan kebijakan program serupa di tempat
lain
Perlunya mengalokasikan sumber daya langka diantara
program yang saling berkompetitif
Perlunya menolak atau menerima teori atau pendekatan
kebijakan program
Riset Evaluasi (Rossi, 1979)
Research for program Planning and
Development
Project monitoring Evaluation
Research
Impact Evaluation
Economic Efficiency Evaluation
Comprehensive Evaluation
Tahapan (Proses) Evaluasi
Kebijakan Publik
Mengidentifikasi apa yang menjadi tujuan kebijkan,
program, dan kegiatan
Penjabaran tujuan kebijakan, program, dan kegiatan ke
dalam kriteria atau indikator pencapaian tujuan.
Pengukuran indikator pencapaian tujuan kebijakan
program.
Berdasarkan indikator pencapaian tujuan kebijakan
program tadi, dicarikan datanya di lapangan.
Hasil data yang diperoleh dari lapangan kemudian
dilakukan pengolahan, dan dikomparasi dengan kriteria
pencapaian tujuan.
Campbell (2001:2) mengembangkan sistem
pengukuran kinerja program menjadi beberapa
kegiatan proses pengukuran:
Identifikasi hasil yang diharapkan
Memilih ukuran atau indikator
Menyusun standar hasil dan kinerja
Laporan hasil
Gunakan laporan untuk membuat
rencana, mengelola, dan menyusun
anggaran
Tahapan riset evaluasi
kebijakan
Perencanaan riset evaluasi
1. Menetapkan kebijakan publik
2. Menetapkan kapan hasil riset evaluasi
diperlukan
3. Menemukan dan memformulasikan
tujuan kebijakan
4. Menetapkan indikator pencapaian tujuan
kebijakan
5. Menyusun instrumen penelitian
6. Menetapkan sumber dan tehnik
pengumpulan data
Pelaksanaan riset evaluasi kebijakan
1.Tahap editing
2.Tahap coding
3.Tahap tabulating
Tindak Lanjut
Analisis Evaluasi Kinerja
Kebijakan Publik
Mengkritisi kebijakan dapat dipelajari
melalui dua pendekatan, yaitu:
1. Analysis of the policy process
2. Analysis in and for the policy process
Metode penilaian kinerja
kebijakan
Pertumbuhan ekonomi dunia diprakirakan tetap sebesar 2,7% dengan kecenderungan ekonomi Tiongkok melambat dan ekonomi Amerika Serikat
yang makin kuat...
• Pergeseran komposisi pertumbuhan ekonomi global 2023 semakin kuat, ekonomi Tiongkok lebih rendah akibat krisis properti, ekonomi Eropa melemah dipicu
oleh dampak eskalasi ketegangan geopolitik. Sebaliknya, ekonomi AS lebih baik dari prakiraan semula dipengaruhi konsumsi yang membaik ditopang kenaikan
upah dan pemanfaatan tabungan yang tinggi (excess saving).
• Tekanan inflasi masih tinggi mendorong kenaikan suku bunga kebijakan moneter negara maju.
• Ketidakpastian pasar keuangan global meningkat. Aliran modal ke negara berkembang lebih selektif dan tekanan nilai tukar negara berkembang meningkat.
Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2023 tercatat sebesar 5,17% (yoy), meningkat dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya
sebesar 5,04% (yoy)
• Sumber pertumbuhan adalah kuatnya permintaan domestik sejalan kenaikan pertumbuhan konsumsi RT dan pemerintah serta peningkatan
investasi, di tengah kinerja ekspor yang menurun karena melemahnya perekonomian dan harga komoditas dunia.
• Secara spasial, pertumbuhan Jawa – Sumatera meningkat sedangkan Kalimantan - Sulawesi melambat.
• Inflasi IHK September 2023 tercatat rendah, yaitu 2,28% (yoy), lebih rendah dari inflasi Agustus 2023 sebesar 3,27% (yoy). Secara spasial,
perkembangan inflasi di setiap wilayah sangat beragam.
• Bank Indonesia meyakini inflasi tetap terkendali dalam kisaran 3,0±1% pada sisa tahun 2023 dan 2,5±1% pada 2024.
INFLASI NASIONALL
September 2023: 2,28% (yoy)
Ditopang oleh tingginya permintaan pada momentum HBKN Idul Fitri dan Idul Adha
• Perekonomian Jawa Barat pada triwulan II 2023 tumbuh 5,25% (yoy), Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat dan Nasional
membaik dari triwulan I 2023 yang sebesar 5,01% serta lebih tinggi % (YOY)
5.25
dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,17% (yoy). Jawa Barat Nasional 5.03
8
5.01 5.17
• Dari sisi pengeluaran, peningkatan kinerja ekonomi Jawa Barat 4
bersumber dari konsumsi RT, investasi, dan ekspor dalam negeri. Secara
sektoral, sumber pertumbuhan perekonomian Jawa Barat bersumber 0
Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Penjualan Riil PMI Negara Mitra Dagang
• Pada awal tw III 2023, ekspor manufaktur Jawa Barat tumbuh membaik meskipun masih kontraksi sebesar –1,3% (yoy). Berdasarkan
komoditas, perbaikan ekspor terutama pada elektronik, kulit & alas kaki, karet & plastik dan kendaraan.
• Peningkatan ekspor terutama terjadi ke Tiongkok (18,34% yoy), sementara ekspor ke AS, Eropa dan Jepang membaik namun masih kontraksi.
• Hingga akhir bulan Juli 2023, seluruh sub sektor ekspor manufaktur masih mengalami kontraksi kecuali sub sektor kendaraan.
• Nilai Ekspor Jawa Barat pada triwulan II 2023 sebesar Rp 208,89 T, terdiri dari ekspor luar negeri (38,6%) dan ekspor antar
daerah (61,4%).
• Pertumbuhan total ekspor sebesar 11,94% (yoy) bersumber dari ekspor antar daerah 31,12% (yoy), dan ekspor luar negeri
yang terkontraksi -9,19% (yoy).
• Hingga bulan Juli 2023, pengiriman barang melalui pelabuhan laut di Jawa Barat sebagian besar dilakuan dengan tujuan
domestik sebanyak 36.244 ribu ton atau tumbuh sebesar 56,6% (yoy), lebih banyak dibandingkan dengan tujuan luar negeri
sebanyak 26.474 ribu ton.
Laju Pertumbuhan Ekspor Jabar Jumlah Muat Barang Kapal Laut (ton)
Laju Pertumbiuhan Share
Domestik Luar Negeri
(%) (%)
44,015,916
Komponen
40,616,856
37,245,369
36,244,656
Q1 2023 Q2 2023
34,803,846
34,803,846
29,384,544
27,268,164
26,471,214
26,444,145
Ekspor Barang dan Jasa 4.95 11.94 100.00
24,987,900
21,117,096
20,124,720
Ekspor Luar Negeri -0.05 -9.19 38.60
12,274,416
Ekspor Antar Daerah 9.43 31.12 61.40
Kinerja sektor industri pengolahan dan konstruksi diperkirakan membaik pada triwulan III 2023...
• Indeks Survei Kegiatan Dunia Usaha diperkirakan meningkat dari 29,60% pada triwulan II 2023 menjadi 46,40%
pada triwulan III 2023.
• Hari kerja efektif yang relatif lebih banyak di triwulan III 2023 mendorong perbaikan kinerja sektor riil sebagaimana
tercermin pada sektor industri pengolahan dan sektor konstruksi. Hal ini terindikasi dari pertumbuhan penggunaan listrik
industri di Jawa Barat yang membaik meskipun masih kontraksi menjadi –0,81% (yoy) pada triwulan III 2023. Sementara
pertumbuhan penggunaan semen di Jawa Barat tercatat meningkat signifikan sebesar 9,89% (yoy).
Survei Kegiatan Dunia Usaha Pertumbuhan Penggunaan Listrik Industri Pertumbuhan Penggunaan Semen
• Inflasi kelompok inflasi inti berasal dari kenaikan harga air kemasan. JULI AGUST SEPT
Andil Kelompok dan Komoditas Utama Inflasi September 2023 (mtm) Inflasi Kab/Kota (mtm) Inflasi Tahunan (yoy)
Inflasi Kota Tasikmalaya 0.34%
Transportasi
0.0741 Beras
0,1328%
Kota Sukabumi 0.23% Jawa : 2,25% (yoy) Nasional : 2,28% (yoy)
Penyediaan Makanan
dan Minuman/Restoran
0.0201 Bensin Kota Cirebon 0.18% 1,89%
Informasi, Komunikasi, 0,0613%
dan Jasa Keuangan
0.0153
Biaya Pulsa Ponsel
Kota Bogor 0.16%
2,49%
Perawatan Pribadi dan
0,0161% 2,04% 3,01%
Jasa Lainnya Kota Bandung 0.11%
0.0109 2,35%
Wortel
Pakaian dan Alas Kaki 0,0081% Kota Depok 0.09%
0.0049 3,30%
Sumber: BPS
Air Kemasan Kota Bekasi 0.08%
0,0078%
STABILITAS SISTEM KEUANGAN JAWA BARAT TERJAGA 12
Industri Mamin & Tembakau Total Kredit (Lokasi Bank Pelapor) Total Kredit (Lokasi Proyek)
60.00 Industri Tekstil & Produk Tekstil 900.00
Industri Barang Logam
40.00 Industri Alat Angkutan
700.00
20.00
6.25
500.00
0.00 5.13
-1.90
300.00
-20.00
-12.69
100.00
-40.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III*
I II III IV I II III*
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia -100.00
2019 2020 2021 2022 2023 Sumber: Bank Indonesia 2022 2023
PROFIL PERBANKAN DI JAWA BARAT : SEBARAN KANTOR BANK 14
Jumlah kantor cabang bank umum dan syariah di Jawa Barat cukup seimbang, Kota Bandung merupakan
daerah dengan jumlah KC bank terbanyak di Jawa Barat…..
• Jumlah kantor cabang bank umum di Jawa Barat pada 2023* sebesar 377 unit (59%) sedangkan kantor cabang syariah
sebesar 264 unit (41%). Secara nasional, jumlah kantor cabang di Jawa Barat tersebut menempati posisi kedua setelah DKI
Jakarta.
• Jika dilihat dari sebaran kabupaten/kota, daerah yang memiliki jumlah kantor cabang bank yakni Kota Bandung (62 bank),
diikuti Kota Bogor (31 bank), Kota Cirebon (29 bank), dan Kota Tasikmalaya (23 bank).
Jumlah Bank di Jawa Barat Sebaran Bank Umum di Jawa Barat Tahun 2022
(unit) KC Bank Umum
UNIT
450 416 KC Bank Syariah
402 398 70
62
400 375 377
60
350
50
300 283 281
264 40
240 241 31
250 29
30 23
200
20
150
10
100
0
50
-
2018 2020 2021 2022 2023*
Pengolahan Uang Rp Nilai Transaksi RTGS Nilai Transaksi SKNBI Jumlah Pengguna QRIS di Indonesia
Rp triliun (Rp Miliar) (%, YOY)
Outflow RRH Transaksi g. Nominal (rhs) % yoy
1,000 RRH Transaksi g. Nominal (rhs) 20.00
5.00 40.00
900 15.00
4.50 3.83 3.79 30.00
Q3’23* : Rp2,95 T 4.00 20.00 800 10.00
3.50 2.62 10.00 700
Q2’23 : Rp20,8T 3.00 - 600
5.00
2.50 0.00
2.00 (5.63) (10.00) 500
(20.00) -5.00
Inflow 1.50 400
1.00 (30.00) 300 -10.00
(11.21)
Q3’23* : Rp14,41 T 0.50
0.00
(40.00)
(50.00)
200 -15.00
100 -20.00
Q2’23 : Rp24,1 T
I
IV
I
IV
I
IV
I
II
III
II
III
II
III
II
III* (Aug)
(22.72)
- -25.00
III
III
III
IV
IV
IV
II
II
II
II
I
III* (Aug)
2020 2021 2022 2023
Perekonomian Jabar tahun 2023 diperkirakan tumbuh positif dalam kisaran 4,9% – 5,6 (yoy) seiring dengan perbaikan
konsumsi rumah tangga dan berlanjutnya realisasi investasi, meskipun dihadapkan pada beberapa tantangan….
Proyeksi Perekonomian Jawa Barat 2023 Tantangan Perekonomian Jawa Barat Tahun 2023
Kota Bandung berkontribusi kedua terbesar terhadap perekonomian Jawa Barat pada tahun 2022…
Pangsa PDRB Kota Bandung terhadap PDRB Jawa Barat sebesar 13,55%, kedua terbesar setelah Kab. Bekasi. Pada tahun 2022, pangsa ekonomi
Kota Bandung meningkat dari tahun sebelumnya, meskipun pertumbuhannya sedikit lebih rendah dibandingkan Provinsi Jawa Barat.
13.55%
11.05%
14.00%
2. Kota Bandung 13,48% 13,55% Naik < Jabar
12.00% 3. Kab. Karawang 11,05% 11,07% Naik > Jabar
10.00% 4. Kab. Bogor 11,29% 11,05% Naik < Jabar
5. Kab. Bandung 5,92% 5,90% Turun < Jabar
5.90%
8.00%
4.54%
3.75%
6.00%
3.35%
3.16%
3.15%
2.75%
2.34%
2.23%
2.18%
2.18%
1.90%
1.76%
1.66%
1.56%
1.55%
1.52%
4.00%
1.22%
1.10%
1.03%
0.59%
0.54%
0.20%
2.00%
0.00%
-20.00
Sumber: Badan Pusat Statistik,diolah Sumber: Badan Pusat Statistik,diolah
SEBARAN IBS DAN IMK 20
Industri Besar Sedang berada di Jabar Utara sedangkan Industri Mikro Kecil di Jabar Selatan
• Industri besar pada umumnya adalah adalah industri padat modal sehingga memiliki nilai tambah lebih tinggi dibandingkan dengan industri
kecil. Sebaran Industri di Jabar Utara menyebabkan Jabar Utara memiliki pendapatan regional yang lebih tinggi dibandingkan dengan Jabar
Selatan yang memiliki sebaran industri mikro kecil.
Sebaran Industri Besar dan Sedang (IBS) Sebaran Industri Mikro dan Kecil (IMK)
PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI DI JAWA BARAT 21
Di tengah berbagai tantangan global, realisasi investasi di Jawa Barat Semester I mencapai Rp 103,67 T (55%) dari target
tahun 2023 Rp 188T. Jabar menempati peringkat 1 secara nasional Berdasarkan sektornya, realisasi investasi terbesar di tahun
2023 pada sektor transportasi pergudangan, perumahan & kawasan industri, serta industri kendaraan bermotor.
Perkembangan Realisasi Investasi Jawa Barat Proporsi Realisasi Investasi Jawa Barat Tahun 2022-2023
Target:
Triliun Realisasi Investasi Jawa Barat Rp 188 T Sem-I
200
174.58 2023 Realisasi PMA di Jabar di
180
160
sepanjang semester I 2023
140
136.13 35.39% relatif lebih besar dibandingkan
120.43 PMA
120 tahun 2022. Hal ini seiring
100
46.29% Th. dengan realisasi investasi dari
103.67 2022 53.71% PMDN
80 Tiongkok yang cukup besar
60
64.07% menyusul finalisasi proyek
40
Kereta Cepat Jakarta-Bandung
20
0
Sektor dengan Realisasi Investasi Tertinggi Th. 2023 Negara dengan Realisasi Investasi Tertinggi Th. 2023
Alokasi investasi terkonsentrasi di Jawa Barat utara khususnya Kab Bekasi (25%) dan Kab Karawang (21,5%)
Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, perlu dikembangkan investasi di Jawa Barat selatan
Wilayah Porsi Realisasi Investasi 2023
Share realisasi investasi > 20% Kab Bekasi 25,53%
Kab Karawang 21,57%
Share realisasi investasi 4%-20%
Kab Purwakarta 8,67%
Share realisasi investasi 1%-3% Kab Bogor 7,39%
Kota Kab Bandung Barat 5,83%
Kab. Share realisasi investasi < 1%
Bekasi Kab. Kota Bekasi 5,48%
Bekasi
Kota Karawang Kab Bandung 4,35%
Depok Kota Bandung 4,02%
Kab. Indramayu Kab Subang 2,62%
Kab. Kota Kab. Subang Kab Sukabumi 2,45%
Kab. Kab.
Bogor Bogor Kab Sumedang 2,42%
Purwakarta Cirebon
Kota Kota Depok 1,66%
Kota Cirebon Kab Cirebon 1,59%
Kab. Kab Majalengka 1,53%
Kota Cimahi Kab. Sumedang
Kota Majalengka
Sukabumi Kota Cimahi 1,45%
Kab. Bandung
Bandung Barat Kab. Kuningan Kab Cianjur 0,77%
Kab. Kota Bogor 0,63%
Kab.
Sukabumi Kab Indramayu 0,54%
Kab. Bandung Kab.Ciamis Kab Garut 0,39%
Cianjur Kota Kota
Kota Tasikmalaya 0,31%
Tasikmalaya Banjar
Kab Tasikmalaya 0,26%
Kab. Kota Cirebon 0,21%
Garut Kab. Pangandaran 0,10%
Kab. Kab.
Tasikmalaya Pangandaran Kab Kuningan 0,08%
Kota Sukabumi 0,08%
Kota Banjar 0,04%
Kab Ciamis 0,02%
KAPASITAS FISKAL KOTA BANDUNG TAHUN 2023 DIPERKIRAKAN LEBIH BAIK 23
Seiring dengan perbaikan ekonomi di Jawa Barat, Kota Bandung menjadi salah satu daerah yang berpotensi mengalami lonjakan pertumbuhan
ekonomi karena mayoritas aktivitas ekonomi Jawa Barat salah satunya terpusat di kota Bandung, termasuk menjadi tujuan wisata domestik
utama. Pemulihan ekonomi yang akan mendorong pemulihan pendapatan berpeluang meningkatkan konsumsi durable goods, termasuk
properti. Perbaikan income masyarakat yang berdampak pada kemampuan membayar pajak PBB dan BPHTB yang semakin baik dan geliat
pariwisata berpotensi meningkatkan penerimaan pajak Kota Bandung 2023.
Realisasi Pendapatan Kota Bandung 2023 Realisasi Belanja Kota Bandung 2023 Target Pendapatan Pajak Kota Bandung 2023
Rp Triliun
0.71% Pajak Daerah Belanja Pegawai 2.75 2.71 2.71 2.70
5% 2.70
7%
1.27% 19.35% 2.65
Retribusi Daerah Belanja Barang dan
Jasa 2.60
46% 2.55
Belanja Modal 2.50
Hasil Pengelolaan
2.44
Kekayaan Daerah yang 2.45 2.40
78.67% Dipisahkan 42% Belanja Lainnya 2.40
Lain-lain PAD yang sah
2.35
2.30
2.25
2019 2020 2021 2022 2023
Pendapatan Kota Bandung 2023 Belanja Kota Bandung 2023
1. Ditargetkan meningkat signifikan seiring dengan 1. Anggaran belanja Kota Bandung di tahun
aktivitas ekonomi yang berjalan normal dimana hotel, 2023 disetujui sebesar Rp7,2 triliun
restoran, dan hiburan di Kota Bandung kembali ramai, 2. Mandatory spending yang harus masuk
terutama saat momen HBKN dan libur sekolah pada APBD tahun 2023 adalah
2. Perbaikan income masyarakat berdampak pada penambahan anggaran pendidikan,dan
kemampuan bayar pajak, khususnya untuk PBB dan bea anggaran kesehatan berupa insntif Sumber: DJKP Kementerian Keuangan, diolah
perolehan hak atas tanah dan bangunan tenaga kesehatan, *Data s.d Oktober 2023
PERLUNYA MENDORONG PENYALURAN KREDIT DI KOTA BANDUNG DI TAHUN 20223 24
Dari sisi intermediasi perbankan, penyaluran kredit di Kota Bandung masih memiliki ruang untuk didorong lebih optimal, khususnya pada sektor-sektor
produktif yang memberikan multiplier effect besar dalam menggerakkan perekonomian. Sampai dengan pertengahan triwulan III 2023, penyaluran kredit
di Kota Bandung terpantau meningkat menjadi 1,33% (yoy) seiring dengan peningkatan penyaluran Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit Konsumsi (KK) dan
Kredit Investasi (KI). Adapun Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 113,95% yang menunjukkan bahwa penyaluran kredit masih bisa dioptimalkan. Di sisi
lain, penyaluran kredit UMKM terpantau kembali tumbuh positif menjadi 3,50 (yoy), konsisten tumbuh sepanjang 2023.
Pertumbuhan Kredit Kota Bandung berdasarkan Lokasi Proyek Pangsa Kredit berdasarkan Jenis Penggunaan
10.00% 8.87%
KI
8.00% 6.15% 27.30% KMK
6.00%
3.89% 42.72% KMK
4.00%
1.33% KK
2.00%
-0.32% KI
0.00% -2.53% -1.08%
I II III IV I II III*
-2.00%
2022 2023
KK
-4.00% 29.98%
Pertumbuhan Kredit berdasarkan Jenis Penggunaan Pertumbuhan Kredit UMKM di Kota Bandung
9.00% 7.93%
(yoy) Q2 2023 Q3* 2023 8.00%
7.59%
7.00%
6.00%
KMK -2,30% 1,39% 5.00%
3.47% 3.24% 3.50%
4.00% 2.95%
3.00% 1.99%
KI -5,83% -3,32% 2.00%
1.00%
0.00%
KK 5,75% 5,89% I II III IV I II III*
2022 2023
Sumber: LBU, diolah
*Data s.d Agustus 2023
SEBARAN KREDIT DAN DPK KOTA BANDUNG 25
Kota Bandung merupakan wilayah yang dominan dalam penyaluran kredit perbankan dimana menempati posisi ke-2
terbesar….
• Secara spasial, penyaluran kredit di Jawa Barat sebagian besar (42%) disalurkan ke Kabupaten Bekasi, Kota Bandung, dan
Kabupaten Bogor. Kabupaten Bekasi memperoleh penyaluran kredit terbesar ditengarai karena sebagai kota industri
terbesar se-Asia Tenggara terdapat 2000 perusahaan yang beroperasi di wilayah tersebut.
• Dana Pihak Ketiga (DPK) Jawa Barat terutama merupakan kontribusi dari simpanan masyarakat yang berasal dari Kota
Bandung, Kota Bekasi, dan Kota Bogor dengan total pangsa sebesar 61%.
Penyaluran Kredit Jawa Barat tw III 23* Sebaran DPK Jawa Barat tw III 23*
Rp Triliun
160
Rp Triliun
140 250 Sumber: LBU, diolah
*Data s.d Agustus 2023
120
200
100
150
80
60 100
40
50
20
0 0
Kab. Bogor
Kota Cimahi
Kab. Sumedang
Kab. Bekasi
Kota Cirebon
Kab. Cianjur
Kota Banjar
Kota Sukabumi
Kab Indramayu
Kab. Cirebon
Kab. Ciamis
Kab. Sukabumi
Kab. Garut
Kab. Subang
Kab. Kuningan
Kab. Majalengka
Kota Bandung
Kota Bogor
Kab. Karawang
Kota Depok
Kota Tasikmalaya
Kab Bandung
Kab. Purwakarta
Kab. Tasikmalaya
2023*
Kab. Bekasi Kota Bandung Kab. Bogor Kota Bekasi Kab. Bandung Kab. Karawang
Kota Depok Kota Bogor Kab. Cirebon Kab. Subang Kab. Sukabumi Kab. Garut
Kab. Purwakarta Kab. Indramayu Kab. Kuningan Kab. Cianjur Kab. Sumedang Kab. Ciamis
Kab. Tasikmalaya Kab. Bandung Barat Kota Cimahi Kab. Majalengka Kota Tasikmalaya Kota Cirebon
Kota Sukabumi Kota Banjar Kab. Pangandaran
PROSPEK EKONOMI KOTA BANDUNG 2023 26
Pertumbuhan ekonomi Kota Bandung 2023 diperkirakan tumbuh positif seiring dengan perbaikan mobilitas dan aktivitas ekonomi serta
konsumsi masyarakat, dan perbaikan tersebut juga diperkirakan terus berlanjut hingga akhir tahun 2023. Indikator dini menunjukkan Indeks
Keyakinan Konsumen (IKK) masyarakat Kota Bandung s.d Agustus 2023 tercatat >100 yang mengindikasikan optimisme masyarakat masih
terjaga, salah satunya tercermin pada aktivitas leisure yang dilakukan.
Indeks Keyakinan Konsumen Tren Pencarian “Wisata Kota Bandung” pada Google
100 60
PESIMIS
80 40
60
20
40
0
20
1/8/2023
4/2/2023
6/4/2023
8/6/2023
10/16/2022
11/27/2022
12/18/2022
11/6/2022
1/29/2023
2/19/2023
3/12/2023
4/23/2023
5/14/2023
6/25/2023
7/16/2023
8/27/2023
9/17/2023
6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2022 2023
Karakteristik pariwisata di Kota Bandung telah berubah dari wisata bersejarah/budaya menjadi wisata urban dengan tujuan kuliner, wisata
alam, shopping dan café hopping. Hal ini perlu diantisipasi oleh Pemerintah dan pelaku usaha untuk menyesuaikan segala fasilitas penunjang
pariwisata yang diperlukan.
Historical Urban
tourism tourism
*Wisata berbasis sejarah *Wisata berbasis Kuliner Shopping Wisata Alam Café hopping
dan budaya modernitas dan digitalisasi
3A 2P MENDORONG PARIWISATA
Tren wisata alam dan belanja menjadi Promosi & Pelaku Usaha
destinasi favorit bagi mayoritas wisatawan
saat ini
Kemiskinan Kota Bandung pada tahun 2022 menurun. Hal tersebut diindikasikan oleh turunnya indikator jumlah penduduk miskin, indeks
kedalaman, dan keparahan kemiskinan. Di sisi lain, kondisi ketimpangan di Kota Bandung tercatat lebih tinggi jika dibandingkan Provinsi Jawa
Barat. Adapun Garis Kemiskinan (GK) Kota Bandung menduduki peringkat ke-7 tertinggi di Jawa Barat.
Jawa Barat memiliki angka pdd miskin cukup baik namun jumlah penduduk miskinnya terbesar di Jawa….
• Diagram %-tase Penduduk Miskin Tahun 2019 dan
2022 di Jawa Barat (%)
14.00
•
12.00
•
10.00
8.00
6.00
2.00
0.00
0 2 4 6 8 10 12 14
14
12
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14
PERKEMBANGAN KETANAGA KERJAAN JAWA BARAT 30
12
• 10
10
0
4 5 6 7 8 9 10 11 12
HATUR NUHUN
GAMBAR.1
PRIORITAS PERUMUSAN MASALAH
DALAM ANALISIS KEBIJAKAN
PENGENALAN MASALAH VS PERUMUSAN MASALAH
• Proses analisis kebijakan kadang tidak berawal dari masalah yang
diartikulasikan dengan jelas.
• Masalah sering diartikan sebagai perasaan khawatir atau kondisi kacau
yang dirasakan oleh para analisis kebijakan, pembuat kebijakan dan pelaku
kebijakan
• Masalah kebijakan adalah produk pemikiran yang dibuat pada suatu
lingkungan, suatu elemen situasi masalah yang diabstraksikan dari sebuah
situasi oleh para analisis
• Harus dibedakan antara situasi masalah yang dialami oleh para analis
dengan masalah itu sendiri
PERUMUSAN MASALAH VS PEMECAHAN MASALAH
120000,00
• Perlu strategi kebijakan yang lebih
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 terarah
PDRBF PDRBact PDRBCov
Linear (PDRBF) Linear (PDRBCov)
Permasalahan
1. Perkembangan permasalahan ekonomi global dan nasional yang sangat dinamis masih menjadi
kendala bagi Pemerintah Kota Bandung untuk menyusun strategi dan kebijakan pembangunan
ekonomi yang bisa beradaptasi dan antisipatif terhadap perubahan tersebut.
2. Sektor pembangunan ekonomi relatif masih bersifat sektoral, belum menjadi satu kesatuan
yang terintegrasi saling bersinergi untuk mencapai target-target kinerja pembangunan yang
telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan jangka menengah maupun jangka pendek.
3. Program dan kegiatan pembangunan untuk pemulihan ekonomi Kota Bandung masih
diperlukan pendalaman dari sisi akademisi agar program dan kegiatan tersebut tidak bersifat
“Business as Usual”, tapi lebih inovatif dan menjadi solusi untuk mengatasi krisis ekonomi agar
tidak berkepanjangan.
Model Percepatan Pertumbuhan Ekonomi
Kota Bandung
• Model Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung
• Proyeksi Nilai PDRB Ekonomi Kota Bandung Pada Tingkat
Pertumbuhan Tertentu
• Proyeksi Nilai Investasi Kota Bandung Pada Tingkat Pertumbuhan
Tertentu
• Proyeksi Nilai Tenaga Kerja Kota Bandung Pada Tingkat Pertumbuhan
Tertentu
• Proyeksi Logis Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung
Model Percepatan Pertumbuhan Ekonomi
Kota Bandung
lnPDRB=LnA+α Ln(PMTDB)+βLn(TK)
PDRB : Nilai PDRB berdasarkan harga konstan periode 2010-2021, sebagai proksi aktivitas ekonomi Kota Bandung
PMTDB : Besaran PMTDB berdasarkan harga konstan periode 2010-2021, sebagai proksi besaran input investasi/modal yang dibutuhkan
dalam perekonomian
TK : Jumlah input tenaga kerja Kota Bandung periode 2010-2021
A : Mewakili variabel input lainnya, selain PMTDB dan TK yang dianggap bisa mempengaruhi besaran aktivitas ekonomi Kota Bandung
a dan b : Mewakili nilai parameter berupa elastisitas dari PMTDB dan TK terhadap PDRB
Tujuan pembentukan model pertumbuhan
1. Berusaha menentukan besaran tingkat pertumbuhan ekonomi yang akan membuat perekonomian Kota Bandung
bisa kembali ke trend pertumbuhan di masa sebelum pandemik paling tidak hingga tahun 2025.
2. Setelah diketahui tingkat pertumbuhan yang diperlukan, Langkah selanjutnya adalah menentukan prasyarat untuk
mencapai tingkat pertumbuhan tersebut, dalam hal ini mencari tahu berapa besar pertumbuhan PMTDB dan juga
pertumbuhan TK yang akan menghasilkan pertumbuhan tersebut.
3. Langkah terakhir adalah Menyusun Langkah-langkah strategis apa yang bisa dilakukan oleh pemerintah Kota
Bandung, dan segenap lapisan masyarakat, agar syarat-syarat pertumbuhan tersebut – yaitu besaran pertumbuhan
PMTDB dan juga pertumbuhan tenaga kerja bisa dicapai, tentu saja dengan memperhatikan berbagai kejadian
yang mungkin dihadapi oleh perekonomi baik di tingkat Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Nasional maupun
perekonomian dunia.
Transformasi Struktural Nilai Tambah Kota
Bandung
Sektor Perdagangan, Industri, Pariwisata serta Informasi dan Komunikasi merupakan 4 sektor terpenting di
Kota Bandung, karena ke-4 sektor ini memiliki share nilai tambah dan juga share tenaga kerja ter besar di
Kota Bandung – share Nilai tambah di atas 65% dan share tenaga kerja mencapai 60%.
35,00
• Laju penurunan penduduk miskin di Kota Bandung lebih rendah dibandingkan dengan laju penurunan penduduk
miskin di tingkat nasional – menunjukkan berlaku hukum diminishing dalam penurunan tingkat kemiskinan
• Kecenderungan ketimpangan di Kota Bandung meningkat, sementara di Indonesia kecenderungannya justru
menurun
• Meskipun Kota Bandung memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi – sebelum covid – akan tetapi tingkat
penganggurannya cenderung berada di atas tingkat pengangguran secara nasional
Hasil model pertumbuhan ekonomi kota
bandung dan Growth Accounting
Dependent Variable: Ln(PDRB)
Method: Least Squares
ln 𝑃𝐷𝑅𝐵
Sample (adjusted): 2010 2021
Included observations: 12 after adjustments
= 1,033 𝐿𝑛 𝑃𝑀𝑇𝐷𝐵
White-Hinkley (HC1) heteroskedasticity consistent standard errors and covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
+ 0,85 𝐿𝑛 𝑇𝐾 + 𝜀
C -10,941 4,671 -2,342 0,044
Ln(PMTDB) 1,033 0,101 10,253 0,000 Growth Accounting
Ln(TK) 0,850 0,394 2,158 0,059
Persen
dan berkelanjutan – menyamai 5,00
pertumbuhan ekonomi sebelum
masa pandemik
• Tantangan yang dihadapi adalah 0,00
Kualitas Pertumbuhan –
keterbatasan sumber-sumber
pertumbuhan jangka Panjang -5,00
yang ditandai dengan
pertumbuhah TFP yang negatif –
diluar modal dan tenaga kerja -10,00
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Growth TFP -7,53 -8,66 11,50 -0,27 -0,27 -0,54 -0,89 0,92 -3,54 8,88 -3,21
Share PMTB, ICOR dan Pertumbuhan Ekonomi
40,00
30,00
20,00
Persen
10,00
(10,00)
(20,00)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Share PMTB 31,57 31,98 33,15 29,26 28,93 29,17 28,93 28,78 28,65 28,02 25,88 26,31 25,29
LPE 7,91 8,53 7,84 7,72 7,64 7,79 7,21 7,08 6,79 (2,28 3,76 5,41
ICOR 3,99 3,75 4,23 3,79 3,79 3,75 4,01 4,07 4,22 (12,3 6,88 4,87
120000,00
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Skenario perkembangan pdrb riil kota
bandung 2022 -2025
200000,00 1.350.000
150.000 1.318.290
180000,00 1.300.000
62.548,08 66.733,92
140000,00 55.807,70 58.624,79 1.200.000
50.000
120000,00 1.150.000
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
- 1.100.000
PDRBF1 PDRBact PDRBCov 2022 2023 2024 2025
PDRB_P Linear (PDRBF1) Linear (PDRBCov) PDRB (Rp. Mily ar) Investasi (Rp. Mily ar) TK (Orang)
Pola Perkembangan Ekonomi, Investasi dan Tenaga Kerja yang paling mungkin bisa di capai selama 2022 - 2025
Strategi Jangka Menengah Percepatan
Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung
• Strategi Peningkatan Investasi di Kota
• Strategi Peningkatan Tenaga Kerja di Kota
• Usulan Program dan Kegiatan
Strategi Peningkatan Investasi di Kota
(1)Penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal
Peningkatan keterkaitan antar 1 Program penguatasn Penyusunan tabel input output Kota Bandung Bappelitbangda
sektor ekonomi perekonomian daerah
Penyusunan Tabel Sistem Neraca Sosial Bappelitbangda
Ekonomi Kota Bandung
Penyusunan Neraca Satelit Pariwisata Kota Disbudpar
Bandung
Pengambangan ekonomi lokal berbasis Bappelitbangda
pemberdayaan kelompok masyarakat
Usulan Program dan Kegiatan à Peningkatan
Prodiktivitas dan Kesejahteraan pelaku
Ekonomi Rakyat
Usulan Kegiatan Penanggung Jawab
No Tujuan Sasaran Usulan Progam
5. Kesimpulan untuk menelaah peran nilai dan etika dalam analisis kebijakan,
memperlihatkan bagaimana premis-premis nilai dan komitmen etis yang implisit
dapat berubah menjadi eksplisit dengan menyisipkannya ke dalam argumen dan
debat kebijakan.
jika syarat tersebut dipenuhi, hubungan antara suatu kebijakan dengan satu atau
lebih hasil memang bersifat pasti.
2. pengetahuan yang siap pakai atau yang relevan dengan kebijakan, dengan
demikian, berisi pernyataan tentang plausabilitas kebenaran yang optimal,
yang diciptakan dengan keterlibatan, secara langsung dan tidak langsung,
dalam proses komunikasi, argumentasi, dan debat kebijakan.
2. argumen praktis tidak pernah pasti dan jarang, seandainya pernah, bersifat
deduktif atau analitis.
2. Ada tiga jenis pernyataan, yaitu desainatif, evaluatif, dan advokatif. ketiga
jenis pernyataan ini terkait dengan tiga pendekatan analisis kebijakan (bab
3).
d. dukungan (backing, B)
e. sanggahan (rebuttal, R)
8. salah sati sifat penting dari analisis kebijakan: informasi yang sama dapat
memancing pernyataan-pengetahuan yang berbeda:
2. model struktrutal bersifat arotetis (erotetic( karena semua unsur dari suatu
argumen dikaji secara hati-hati dan menjadi sasaran tanya jawab. proses
argumentasi dimulai dengan perntanyaan.
3. kritis: premis yang tersembunyi atau tak teruji dimunculkan sampai dapat
dipercaya.
sifat penting dari komunikatif: tindakan ini melibatkan dua pihak atau lebih
yang secara resiprokal mempengaruhi, melalui proses persuasi dan debat
yang rasional, penerimaan dan penolakan pernyataan yang paling plausibel,
bukan yang pasti.
ramalan yang benar diperoleh dengan bergerak dari suatu pertanyaan (Q) ke
suatu akar pengetahuam (K) yang relevan dengan pertanyaan, lalu mencari
jawaban alternatifnya (A1, A2, …, An) yang mendekati universe jawaban
potensialnya. t
hasil dari proses berupa serangkaian argumen praktis yang memberi jawaban-
jawaban (Ai) kepada pertanyaan induktif (Q).
beberapa argumen yang valid secara deduktif dapat dihadirkan dalam waktu
bersamaan, argumen yang mengandung pernyataan paling plausibel-lah (C*)
yang merupakan jawaban terbaik bagi pertanyaan (Q), atas dasar informasi (I)
yang tersedia dalam konteks terentu.
2. Kesesuaian
unsur-unsur dari suatu argumen harus konsisten dan cocok secara internal.
3. kepaduan (cohesiveness)
unsur-unsur suatu argumen haruslah berkaitan secara operasional.
4. Keteraturan fungional
unsur-unsur dari suatu argumen harus memenuhi pola yang diharapkan.
3. jika analis dapat secara konsisten dan dalam bentuk transitif memilih
alternatif yang akan menggiring ke keuntungan terbesar dalam
230 (bab 5)
313 (bab 6)
427 (bab 7)
1. nilai yang pencapaiannya merupakan tolok ukur utama untuk melihat apakah
masalah terlah teratasi
pertanyaan ini dapat dijawab dengan memakai 3 pendekatan analisis yaitu empiris,
valuatif, dan normatif.
pendekatan valuatif menekankan pada penentuan bobot atau nilai dari beberapa
kebijakan. dipakai untuk pertanyaan yang menanyakan jumlah nilai. informasi
bersifat valuatif.
3. Aksi kebijakan (policy action) adalah suatu gerakan atau serangkaian gerakan
yang dituntun oleh alternatif kebijakan yang dirancang untuk mencapai hasil di
masa depan yang bernilai. untuk merekomendasikan suatu aksi kebijakan,
penting untuk mempunyai informasi mengenai konsekuensi positif maupu negatif
dari tindakan pada berbagai alternatif yang berbeda, termasuk informasi
mengenai hambatan-hambatan politis, legal, dan ekonomis dari suatu tindakan.
info tentang tindakan kebijakan dihasilkan dengan meramalkan dan
mengevaluasi konsekuensi dari tindakan yang diharapkan. rekomendasi
kebijakan mensyaratkan peramalan dan evaluasi.
4. hasil kebijakan (policy outcome) merupakan konsekuensi yang teramati dari aksi
kebijakan. informasi mengenai konsekuensi dari serangkaian alternatif tindakan
bersifat ke depan (ex ante) atau ke belakang (ex post).
Sistem Kebijakan
analisis kebijakan merupakan salah satu sistem kebijakan. suatu sistem kebijakan
(policy system) atau seluruh pola institusional di mana di dalamnya kebijakan dibuat,
mencakup hubungan timbal balik di antara 3 unsut, yaitu kebijakan publik, pelaku
kebijakan, dan lingkungan kebijakan.
Sistem kebijakan berisi proses yang bersifat dialektis, mengartikan bahwa dimensi
objektif dan subjektif dari pembuatan kebijakan tidak terpisahkan di dalam
prakteknya.
sistem kebijakan adalah produk manusia yang subjektif yang diciptakan melalui
pilihan-pilihan yang sadar oleh para pelaku kebijakan.
sistem kebijakan adalah relitas objektif yang dimanifestasikan ke dalam tindakan-
tindakan yang teramati berserta konsekuensinya.
analisis kebijakan yang berorientasi pada masalah merupakan rekonstruksi logis dari
proses analisis kebijakan. logika yang digunakan analis dalam praktek,
sebagaimana dibedakan dari rekonstruksi logis, mencerminkan variasi yang muncul
baik dari karakteristik individual para analis dan keadaan institusional tempat analis
bekerja.
berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi variasi di dalam logika analis:
1. Langgam kognitif (cognitive styles) yaitu disposisi personal yang relatif stabil
terhadap cara-cara berpikir yang bebeda, mempengaruhi praktek analisis
kebijakan.
Berikut ini adalah rangkuman penjabaran materi yang ada di bab ini.
teori, metodologi, dan tujuan-tujuan analisis kebijakan haruslah dipisahkan dari sisi
disiplin dari mana analisis kebijakan berasal. Analisis kebijakan mentransformasikan
ilmu-ilmu politik, ekonomi, dan filsafat. Dengan begitu, analisis kebijakan dipandang
sebagai suatu disiplin ilmu sosial terapan yang menerapkan berbagai metode
pengkajian, dalam konteks argumentasi dan debat publik, untuk menciptakan,
secara kritis menaksir, dan mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan dengan
kebijakan.
4. Analisis kebijakan juga dapat dikatakan sebagai bentuk dari etika terapan,
karena keputusan yang diambil tidak berdasar dari teknis saja, melainkan
juga memerlukan penalaran yang bersifat moral.
9. Ciri dari riset dan analisis terhadap masalah-masalah sosial pada 40 tahun
terakhir atau lebih adalah pada semakin diakuinya kompleksitas.
kecendrungan perkembangan diikuti dengan penggunaan beragam
perspektif, teori, dan metode, juga pelibatan berbagai pelaku kebijakan,
dalam proses penciptaan, penilaian secara kritis, dan komunikasi
pengetahuan yang relevan dengan kebijakan.
10. Inti metodologi analisis kebijakan saat ini secara umum dicirikan oleh bentuk
mitplisisme kritis.
13. standar utama lainnya adalah relevansi kebijakan, yang menentukan dapat
tidaknya analisis kebijakan digunakan dalam praktik. dengannya,
pengetahuan yang relevan dengan kebijakan adalah pengetahuan yang
membantu dalam merumuskan dan memecahkan masalah, sesuai dengan
bagaimana masalah tersebut dialami oleh pengambil kebijakan dan
warganegara kepada siapa kebijakan tersebut berdampak, termasuk
warganegara yang hak dan kesempatannya dalam sistem politik yang
demokratis tidak terpenuhi atau dilanggar.
14. Aturan metodologis dari mutiplisme kritis lebih merupakan penuntun yang
bersifat umum bagi pengkajian kebijakan daripada preskripsi khusus untuk
melakukan riset dan analisis kebijakan. Penuntun dalam menciptakan,
menilai secara kritis, dan mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan
dengan kebijakan ini meliputi beberapa bidang analisis kebijakan penting
seperti:
2. Kebijakan apa yang sedang atau pernah dibuat untuk mengatasi masalah
dan apa hasilnya?
1. masalah kebijakan
3. aksi kebijakan
4. hasil kebijakan
5. kinerja kebijakan
1. perumusan masalah
2. peramalan (forecasting)
3. rekomendasi
4. pemantauan
5. evaluasi
2. Peramalan (prediksi):
teknik yaitu prosedur yang relatif khusus yang digunakan bersama-sama dengan
metode-metode tertentu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang lebih
sempit. misalnya: terdapat beberapa teknik untuk melakukan estimasi terhadap
korelasi berkala pada data deret berkala, termasuk statistik durbin-watson.
bergitupun analisis biaya manfaat didukung oleh beberapa teknik penting,
termasuk perhitungan biaya dan laba diskonto terhadap nilai sekarang dan
kalkulasi tingkat keuntungan internal (internal rates of return) dari proyek dan
program.
1. analisis kebijakan
2. pembuatan materi
4. pemanfaatan pengetahuan
4. Penyederhanaan:
5. Penyajian Visual
6. ringkasan
4. jika tidak ada aksi yang dilakukan, bagaimana masalah tersebut berubah
dalam beberapa bulan atau tahun mendatang?
Presentasi Kebijakan
probabilitas pemanfaatan akan meningkat jika substansi dokumen kebijakan
tersebut dikomunikasikan melalui presentasi kebijakan.
komunikasi kebijakan yang efektif bergantung pada kecocokan antara strategi
komunikasi dengan karakteristik pemakai analisis kebijakan.
Penggunaan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan
2. Efek penggunaan
3. masalah harus dipecahkan secara tepat, sehingga solusi yang diberikan juga
tepat.
5. ciri-ciri masalah. berikut beberapa ciri penting dari masalah kebijakan (239):
1. tidak ada dua anggota yang sama persis di dalam semua atau bahkan
setiap sifat-sifat atau perilaku mereka.
sistem masalah tidak dapat dipecah ke dalam rangkaian yang independen tanpa
menimbulkan risiko menghasilkan solusi yang tepat terhadap masalah yang
kunci karaktetistik dari sistem permasalah adalah bahwa seluruh sistem lebih
besar daripada sekedar jumlah dari bagian-bagiannya.
6. Masalah-masalah Vs isu-isu
6. kompleksitas dan tak dapat diulangnya suatu kebijakan akan semakin tinggi
seiring dengan meningkatnya hirarki isu-isu kebijakan.
8. a