Anda di halaman 1dari 358

PUBLIC POLICY

ANALYSIS
WILLIAM N. DUNN
Identitas Buku
Judul : Public Policy Analysis: An Introduction. 3rd Edition
Pengarang: William N. Dunn
9 (sembilan) Chapter :
1. Proses Analisis Kebijakan
2. Analisis Kebijakan dalam Proses Pembuatan Kebijakan
3. Merumuskan Masalah-masalah Kebijakan
4. Meramal Masa Depan Kebijakan
5. Rekomendasi Aksi-aksi Kebijakan
6. Monitoring Hasil-hasil Kebijakan
7. Mengevaluasi Kinerja Kebijakan
8. Mengembangkan Argumen-argumen Kebijakan
9. Mengkomunikasikan Analisis Kebijakan
#1 Proses Analisis Kebijakan

Analisis Kebijakan ?
Proses pengkajian multidisiplin ilmu
yang bertujuan menciptakan, menilai
secara kritis, dan mengkomunikasikan
pengetahuan yang relevan dengan
kebijakan
#1 Proses Analisis Kebijakan

Dalam menganalisis
kebijakan dibutuhkan
metodologi, yaitu sistem Deskriptif
standar, aturan dan
prosedur untuk Metodologi
menciptakan penilaian Normatif
secara kritis dan
mengkomunikasikan
informasi dan
pengetahuan yang
relevan dengan kebijakan.
#1 Proses Analisis Kebijakan
Metodologi analisis kebijakan harus
menyediakan informasi yang dapat menjawab :

Kebijakan apa yang


sedang atau pernah Seberapa bermakna hasil
Apa hakekat
dibuat untuk tersebut dalam
permasalahan ?
mengatasi masalah memecahkan masalah ?
dan apa hasilnya ?

Alternatif kebijakan yang


Hasil apa yang dapat
tersedia untuk
diharapkan ?
memecahkan masalah ?
#1 Proses Analisis Kebijakan
Jawaban pertanyaan membuahkan informasi masalah
kebijakan :

Masalah Masa depan


Aksi kebijakan
kebijakan (policy kebijakan (policy
(policy action)
problem) future)

Kinerja kebijakan
Hasil kebijakan
(policy
(policy outcome)
performance)
• Nilai/kebutuhan/kesempatan yang belum terpenuhi,
Masalah kebijakan
& dapat diidentifikasi untuk diperbaiki atau dicapai
(policy problem) melalui tindakan publik

• konsekuensi dari serangkaian tindakan untuk


Masa depan kebijakan
pencapaian nilai-nilai dan karena itu merupakan
(policy future) penyelesaian terhadap suatu masalah kebijakan

• gerakan atau serangkaian gerakan yang dituntutn


Aksi kebijakan (policy
oleh alternatif kebijakan yang dirancang untuk
action) mencapai hasil masa depan yang bernilai

Hasil kebijakan (policy


• konsekuensi yang teramati dari aksi kebijakan
outcome)

Kinerja kebijakan • derajat di mana hasil kebijakan yang ada, memberi


(policy performance) kontribusi terhadap pencapaian nilai-nilai
Perumusan
Masalah

Prediksi /
Evaluasi
Peramalan

Pemantauan Rekomendasi

Prosedur Analisis Kebijakan


Policy
Performance

Evaluation Forcasting
Problem
Structuring

Observed Policy Problem Policy Expected Policy


Problem
Outcomes Structuri Problems Structuring Outcomes
ng

Problem
Structuring
Monitoring Recommen
dation
Preferred
Policies

Analisis Kebijakan Publik


#2 Analisis Kebijakan dalam Proses
Pembuatan Kebijakan

Latar Belakang Sejarah :

• India -> Kitab Arthashastra karya


• Bahasa Yunani ->

Asal Muasal
Kautilya (300 SM)
Etimologis

Polis • Abad Pertengahan -> Max Weber


• Bahasa Sansekerta - • Revolusi Industri -> masa
> Pur pencerahan
• Abad 19 -> penelitan empiris, dsb
• Bahasa Latin -> • Abad 20 -> gerakan ilmu
Politia kebijakan, dsb
• Bahasa Inggris ->
Police
Memb.
Formulasi Adopsi
Agenda
Kebijakan Kebijakan
Kebijakan

Adaptasi Evaluasi
Implementasi
Kebijakan Kebijakan

Suksesi /
Membatalkan
Kebijakan

Proses Pembuatan Kebijakan


#2 Analisis Kebijakan dalam Proses
Pembuatan Kebijakan
Jenis-Jenis Perubahan Kebijakan :

Rasionalitas Teori
Rasionalitas Bounded
„Terbaik Inkremental
Ekonomi Rationality
Kedua‟ Terputus

Mixed Rasionalitas Critical Punctuated


Scanning Eroterik Convergence Equilibrium
#2 Analisis Kebijakan dalam Proses
Pembuatan Kebijakan
Policy Making Process Policy Analysis
• Memb. Agenda Kebijakan • Perumusan Masalah
• Formulasi Kebijakan • Peramalan Hasil
• Adopsi Kebijakan • Rekomendasi dlm persiapan
• Implementasi Kebijakan • Pemantauan
• Evaluasi Kebijakan • Evaluasi
• Adaptasi Kebijakan • Rekomendasi dlm adaptasi
• Suksesi Kebijakan • Rekomend. dlm pelaksanaan
• Membatalkan Kebijakan • Rekomendasi utk membatalkan
#3 Merumuskan Masalah Kebijakan

Perumusan
Masalah
Masalah kebijakan
adalah kebutuhan, nilai-
Evaluasi Peramalan
nilai, atau kesempatan-
kesempatan yang tidak
terealisasi tetapi dapat
Pemantauan Rekomendasi dicapai melalui tindakan
publik.
Policy
Performance

Problem
Structuring

Observed Policy Problem Policy Expected Policy


Problem
Outcomes Structuri Problems Structuring Outcomes
ng

Problem
Structuring

Preferred
Policies

Perumusan Masalah dalam Analisis Kebijakan


#3 Merumuskan Masalah Kebijakan

Memahami masalah kebijakan


itu penting, karena para analis
kebijakan kelihatannya lebih
sering gagal karena mereka
memecahkan masalah yang
salah !
Problem sensing Situasi masalah

Problem structuring

Policy problem
Problem dissolving Problem unsolving

Right problem ?
NO

Problem solving

Policy solution Problem resolving

YES NO
Right solution

Metode Perumusan Masalah Kebijakan


#3 Merumuskan Masalah Kebijakan

Ciri-Ciri Masalah :

Saling ketergantungan (Interdependence)

Subjektivitas (Subjectivity)

Sifat buatan (Artificiality)

Dinamis (Dinamics)
#3 Merumuskan Masalah Kebijakan
Kebijakan Strategis
Masalah vs Isu
Terdapat tingkatan (hirarki) Isu-Isu Utama
isu-isu dalam masalah
kebijakan. Dalam menentukan Isu-Isu Sekunder
masalah kebijakan, kita perlu
memahami tingkatan isu dan Isu-Isu Fungsional
posisinya dalam jenis
kebijakan (kebijakan strategis Isu-Isu Minor
/ kebijakan operasional)
Kebijakan Operasional
Meta
Problem

Problem Substantive
Situation Problem

Formal
Problem

Phases of Problem Structuring


#3 Merumuskan Masalah Kebijakan

Model-Model Kebijakan :

Model-Model Model-Model Model-Model Verbal


Deskriptif Normatif

Model-Model Model-Model Model Pengganti &


Simbolik Prosedural Model Perspektif
#3 Merumuskan Masalah Kebijakan
Metode-Metode Perumusan Masalah :
Sumber Kriteria
Metode Tujuan Prosedur Pengetahuan Kinerja
Analisis Mengestimasi batas pencarian sampel Sistem Batas-batas
Batas peta masalah secara bola salju, Pengetahuan kebenaran
pencarian representasi
dan estimasi batasan
Analisis Mendefinisikan dan Pembagian secara Analis Konsistensi
Klasifikasi mengklasifikasikan logis dan klasifikasi logika
masalah konsep

Analisis Mengidentifikasi Pembagian secara Analis Konsistensi


Hirarkis sebab-sebab yang logis dan klasifikasi Logika
menimbulkan kasus
masalah
Metode-Metode Perumusan Masalah (Lanj.)

Sumber Kriteria
Metode Tujuan Prosedur Pengetahuan Kinerja
Sinektika mengenal konstruksi pribadi, Individu Apakah
masalah- langsung, simbolik, Analis masuk
masalah yang dan Analogi-analogi atau akal?
bersifat analog Kelompok
Brainstor menghasilkan Membangun ide-ide Kelompok Konsensus
ming ide-ide, tujuan dan mengevaluasinya
jangka pendek,
& strategi-
strategi
Analisis Membangun Melihat dari perspektif Kelompok Peningkata
Perspekt wawasan yang yang berbeda-beda n wawasan
if Ganda mendalam
Metode-Metode Perumusan Masalah (Lanj.)

Sumber
Kriteria
Metode Tujuan Prosedur Pengetahu
Kinerja
an
Analisis mensistesiska Identifikasi pelaku Kelompok Konfilk
Asumsi n secara kebijakan,
kreatif Memunculkan
asumsi- asumsi,
asumsi yang Mempertentangkan,
saling Mengelompokkan,
bertentangan dan mesintesis.
Pemetaan Mengevaluasi Merangking Kelompok Argumentas
Argument argumentasi- argumentasi- i paling
asi argumentasi argumentasi optimal
#4 Meramal Masa Depan Kebijakan

Perumusan Peramalan (forecasting) :


Masalah
suatu prosedur untuk
membuat informasi faktual
Evaluasi Peramalan tentang situasi sosial masa
depan atas dasar informasi
yang telah ada tentang
masalah kebijakan. Ramalan
Pemantauan Rekomendasi mempunyai tiga bentuk
utama, yaitu 1) proyeksi, 2)
prediksi, dan 3) perkiraan
(conjecture).
RETROSPECTIVE PROSPECTIVE
Analisis Yang Telah Terjadi Policy Analisis Yang Akan Terjadi
Performance

Forcasting

Apa yang akan


terjadi?

Observed Policy Policy Expected Policy


Outcomes Problems Outcomes

Preferred
Policies

Peramalan dalam Analisis Kebijakan


#4 Meramal Masa Depan Kebijakan

Keterbatasan Peramalan :
Kelebihan
Akurasi ramalan Konteks
komparatif
• Ketepatan dari • Ketepatan • Dalam konteks
ramalan yang Prediksi berdasar waktu, semakin
relatif sederhana model teoritis lama kerangka
maupun tidak lebih tinggi waktunya
kompleks dibandingkan semakin kurang
masihlah proyeksi dan akurat
terbatas penilaian ramalannya
sederhana oleh
pakar
#4 Meramal Masa Depan Kebijakan

Jenis-Jenis Masa Depan :

• situasi sosial masa • asumsi masa depan • masa depan yang


Masa Depan Masuk Akal

Masa Depan Normatif


Masa Depan Potensial

depan yang tentang hubungan potensial maupun


mungkin terjadi antara lingkungan plausibel yang
dan masyarakat, konsisten dengan
diyakini akan terjadi konsep analis
jika pembuat tentang kebutuhan,
kebijakan tidak ada nilai dan
intervensi kesempatan yang
ada dimasa depan
#4 Meramal Masa Depan Kebijakan
Pendekatan Peramalan :
Objek Basis Teknik
Ramalan konsekuensi dari Ramalan Peramalan
ekstrapolasi pendekatan
kebijakan yang
kecenderungan ekstrapolasi
ada

konsekuensi dari pendekatan


asumsi teoritik
kebijakan baru teoritik

isi dari kebijakan penilaian pendekatan


baru informatif penilaian

perilaku penentu
kebijakan
#5 Rekomendasi Aksi-Aksi Kebijakan

Perumusan
Masalah
Policy Recommendation
adalah proses
Evaluasi Peramalan membangun informasi
dari aksi-aksi kebijakan
yang telah
diselenggarakan untuk
Pemantauan Rekomendasi kebijakan masa depan.
RETROSPECTIVE PROSPECTIVE
Analisis Yang Telah Terjadi Policy Analisis Yang Akan Terjadi
Performance

Observed Policy Policy Expected Policy


Outcomes Problems Outcomes

Apakah
Kebijakan ini
AKAN bernilai?
Recomme
ndation
Preferred
Policies

Rekomendasi dalam analisis kebijakan


#5 Rekomendasi Aksi-Aksi Kebijakan
Rekomendasi dalam analisis kebijakan :

Rekomendasi Model Pilihan Model Pilihan


dan Advokasi yang yang
Ganda Sederhana Kompleks

Kriteria untuk
Bentuk-bentuk
Rekomendasi
Rasionalitas
Kebijakan
#5 Rekomendasi Aksi-Aksi Kebijakan
Pendekatan Rekomendasi kebijakan :

Pilihan publik Penawaran


Analisis
vs pilihan dan Pilihan Publik
Manfaat Biaya
privat (swasta) Permintaan

Jenis-Jenis Tugas-Tugas Analisis


Biaya dan dalam Analisis Efektivitas
Manfaat Manfaat biaya biaya
#5 Rekomendasi Aksi-Aksi Kebijakan
Metode dan Teknik Rekomendasi kebijakan :

Pemetaan Klarifikasi Perumusan


Kritik Nilai
Sasaran nilai-nilai Elemen Biaya

Bayangan Pemetaan Internalisasi


Estimasi Biaya
Harga batas biaya

Analisis Hal-
Analisis Analisis
Pemotongan Hal Masuk
Sensitifitas „Fortiori‟
Akal
#6 Monitoring Hasil-hasil Kebijakan

Perumusan
Masalah
Policy Monitoring adalah
prosedur analisis
Evaluasi Peramalan
kebijakan yang digunakan
untuk membentuk
informasi tentang kasus
dan konsensus daru
Pemantauan Rekomendasi
kebijakan publik.
RETROSPECTIVE PROSPECTIVE
Analisis Yang Telah Terjadi Policy Analisis Yang Akan Terjadi
Performance

Observed Policy Policy Expected Policy


Outcomes Problems Outcomes

Monitoring

Preferred
Apa yang Policies

terjadi?

Monitoring dalam analisis kebijakan


#6 Monitoring Hasil-hasil Kebijakan
Monitoring dalam analisis kebijakan :

Sumber- Tipe-Tipe
Sumber Hasil
Informasi Kebijakan

Tipe-Tipe Aksi Definisi dan


Kebijakan Indikator
#6 Monitoring Hasil-hasil Kebijakan
Pendekatan Monitoring Kebijakan :
JENIS JENIS INFORMASI YANG
PENDEKATAN
PENGENDALIAN DIBUTUHKAN

Informasi lama dan / informasi


Akuntansi system sosial Kuantitatif
baru

Eksperimentasi system Manipulasi


Informasi baru dan kuantitatif
sosial langsung

Kuantitatif dan/atau
Pemeriksaan sosial Informasi baru
kualitatif

Kuantitatif dan/atau
Sintesis riset praktek Informasi lama
kualitatif
#6 Monitoring Hasil-hasil Kebijakan
Teknik-Teknik Monitoring Kebijakan :

Sajian Grafik Sajian Tabel Angka Index

Analisis Waktu Analisis


Analisis
Berkala Berkala
Diskontinuitas
Terputus Terkontrol
#6 Monitoring Hasil-hasil Kebijakan
Teknik-Teknik Monitoring Kebijakan :
ANALISA ANALISA ANALISA
PENDEKAT SAJIAN SAJIAN ANGKA WAKTU BERKALA DISKONTI
AN GRAFIK TABEL INDEKS BERKALA TERKONTR NUITAS
TERPUTUS OL REGRESI
Akuntansi
Sistem X X X X X 0
Sosial
Pemerikas
X X X X X 0
aan Sosial
Eksperime
X X X X X X
n Sosial
Sintesis
Riset dan X X 0 0 0 0
Praktek
#7 Mengevaluasi Kinerja Kebijakan

Perumusan
Masalah
Policy Evaluation adalah
prosedur analisis kebijakan
Evaluasi Peramalan yang digunakan untuk
membentuk informasi
tentang kasus dan
konsensus dari kebijakan
Pemantauan Rekomendasi publik.
RETROSPECTIVE PROSPECTIVE
Analisis Yang Telah Terjadi Policy Analisis Yang Akan Terjadi
Performance

Evaluation

Apakah Kebijakan
ini bernilai?

Observed Policy Policy Expected Policy


Outcomes Problems Outcomes

Preferred
Policies

Evaluasi dalam analisis kebijakan


#7 Mengevaluasi Kinerja Kebijakan
Etika dan Nilai dalam Analisis Kebijakan :

Etika
Nilai
dan
(Values) values-as
Metaetik Deskriptif
object

values-as
object and Normatif
criteria
#7 Mengevaluasi Kinerja Kebijakan
Etika Deskriptif, Etika Normatif dan Metaetik

• deskripsi, • perkembangan • perkembangan


Deskriptif

Metaetik
klasifikasi,dan Normatif dan aplikasi dan aplikasi
pengukuran kriteria untuk kriteria
nilai-nilai dan menilai tambahan
etika-etika tingkahlaku untuk menilai
etika etika normatif
itu sendiri
#7 Mengevaluasi Kinerja Kebijakan

Evaluasi dalam Analisis Kebijakan :


Secara umum, evaluasi sama dengan penaksiran,
pemberian peringkat, dan penilaian. Secara khusus
evaluasi berkaitan dengan produksi informasi
mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan dalam
arti satuan nilai.
#7 Mengevaluasi Kinerja Kebijakan

Fungsi Evaluasi Kebijakan :


Memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya
mengenai kinerja kebijakan

Memberikan sumbangan pada klarifikasi dan kritik


terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan
target

Memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode


analisa kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah
dan rekomendasi
#7 Mengevaluasi Kinerja Kebijakan
Kriteria Evaluasi Kebijakan :
TIPE KRITERIA PERTANYAAN ILUSTRASI
Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan telah Unit pelayanan
dicapai ?
Efesiensi Seberapa banyak usaha diperlukan Unit biaya
untuk mencapai hasil yang Manfaat bersih
diinginkan
Rasio manfaat-biaya
Kecukupan Seberapa jauh pencapaian Biaya tetap (masalah I)
pencapaian hasil yang diinginkan Efektivitas tetap
memecahkan maslah ? (masalah tipe II)
#7 Mengevaluasi Kinerja Kebijakan
Kriteria Evaluasi Kebijakan (Lanj.) :
TIPE KRITERIA PERTANYAAN ILUSTRASI

Perataan Apakah biaya dan manfaat Kriteria pareto


didistribusikan dengan merata Kriteria kaldor hicks
kepada kelompok-kelopmok yang
Criteria rawls
berbeda ?
Responsivitas Apakah hasil kebijakan memuaskan Konsistensi dengan
kebutuhan preferensi atau nilai survai warga negara
keleompok-kelompok tertentu ?
Ketepatan Apakah hasil (tujuan) yang diinginkan Program publik harus
benar-benar berguna atau bernilai ? merata dan efesien
#7 Mengevaluasi Kinerja Kebijakan
Pendekatan Evaluasi Kebijakan :
Evaluasi Semu • Menggunakan metode deskriptif
(Pseudo-
• Ukuran manfaat terbentuk dengan sendirinya
Evaluation)

Evaluasi Formal • Menggunakan metode deskriptif yang dg formal


(Formal diumumkan
Evaluation) • Ukuran manfaat berdasarkan tujuan yang diumumkan

Evaluasi • Menggunakan metode deskriptif sesuai keinginan


Keputusan pelaku kebijakan
Teoritis (Decision-
theoritic • Ukuran manfaat berdasarkan pendapat pelaku
kebijakan
Evaluation)
#7 Mengevaluasi Kinerja Kebijakan
Metode-Metode Evaluasi Kebijakan :
• Grafik, Tabel, Indek Nomor, Analisis Seri
Evaluasi Semu
waktu terinterupsi, analisis seri terkontrol,
(Pseudo-Evaluation)
dsb

• Pemetaan sasaran
Evaluasi Formal
• Klarifikasi nilai
(Formal Evaluation)
• Kritik nilai

Evaluasi Keputusan • Tukar pendapat


Teoritis (Decision- • Analisis argumentasi
theoritic Evaluation) • Analisis survei
#8 Mengembangkan Argumentasi
Kebijakan

Policy Arguments adalah


faktor utama dalam
pembuatan kebijakan untuk
dapat menyajikan informasi
yang relevan terhadap
kebijakan.
#8 Mengembangkan Argumentasi
Kebijakan
Jenis-Jenis Pertanyaan Pengetahuan :

Desainatif Evaluatif Advokasi

• “Apa hasil- • : “Apakah • “Kebijakan


hasil dari kebijakan mana yang
suatu itu siap sebaiknya
kebijakan?” pakai?” diambil?”
Informasi (I) relevan? Kualifikasi (Q) mungkin
YA berubah setelah dibantah Klaim (C) sesuai
(R) kualifikasi
Oleh karena itu
I Q C
TIDAK
Kenapa?
Sejak

W R
Klaim (C)
Bantahan (R) menjadi
Kenapa? tidak masuk informasi (I)
Karena akal dalam Argumen

B
Dukungan (B) membenarkan
Jaminan (W)

Struktur dan Proses Argumen Kebijakan


#8 Mengembangkan Argumentasi
Kebijakan
Bentuk-Bentuk Argumentasi :
No Bentuk Pola alasan (reasoning pattern)

1 Otoritas Pernyataan kebijakan didasarkan pada argumen dari pihak yang


berwenang
2 Metoda Pernyataan kebijakan didasarkan pada status pembuktian dari
mertoda dan tehnik yang dipakai dalam menghasilkan informasi
3 Generalisa Pernyataan kebijakan didasarkan pada kesamaan antara sampel
si dan populasi dari sampel yang diseleksi
4 Klasifikasi Pernyataan kebijakan didasarkan pada argumen yang berasal dari
keanggotaan dalam satu kelas.
Bentuk-Bentuk Argumentasi (Lanj):
No Bentuk Pola alasan (reasoning pattern)

5 Sebab Pernyataan kebijakan dibuat berdasarkan argumen yang dibuat dari


satu penyebab. Informasi diubah menjadi pernyataan berdasarkan
asumsi tentang adanya kekuatan penyebab tertentu dan hasilnya
6 Tanda Pernyataan kebijakan didasarkan pada tanda, petunjuk dan acuan-
acuan. Keberadaan tanda menunjukan keberadaan suatu kejadian .

7 Motivasi Pernyataan kebijakan didasarkan pada argumen yang berasal dari daya
pengaruh tujuan, nilai, dan dorongan.
8 Intuisi Pernyataan kebijakan didasarkan pada pengetahuan terpendam,emosi
dan sepiritual.
9 Analogi- Reasoning dari bentuk ini berdasarkan pada kesamaan hubungan
Metapora diantara dua atau lebih latar kebijakan
10 Kasus paralel Reasoning dari bentuk kasus paralel didasarkan pada kesamaan antara
dua atau lebih kasus pembuatan kebijakan
11 Etika Reasonig berdasarkan pada asumsi kebaikan dan kejelekan,kebenaran
atau kekeliruan dari kebijakan dan konsekwensinya
#9 Mengkomunikasikan Analisis
Kebijakan

Komunikasi Kebijakan
adalah proses empat
tahap yang melibatkan
analisis kebijakan,
pembuatan materi,
komunikasi interaktif, dan
pemanfaatan
pengetahuan.
PENGETAHUAN
-Masalah Kebijakan
-Masa Depan Kebij.
-Aksi Kebijakan
-Hasil Kebijakan
-Kinerja Kebijakan

Analisis Pengembangan
Kebijakan materi

PELAKU KEBIJAKAN DOKUMEN


-Penyusunan Agenda ANALIS -Memorandum
-Formulasi kebijakan KEBIJAKAN -Paper Isu
-Adopsi Kebijakan -Ringkasan Eksekutif
Implementasi Kebijakan -Apendik
-Penilaian Kebijakan -Pengumuman Berita

Komunikasi
Pemanfaatan
Interaktif
Pengetahuan
PRESENTASI
-Percakapan
-Konferensi
-Pertemuan
-Briefing
-Dengar Pendapat

Proses Komunikasi Kebijakan


#9 Mengkomunikasikan Analisis
Kebijakan
Paper Isu Kebijakan :
ELEMEN PAPER ISU METODE
Surat Pengiriman
Ringkasan Eksekutif
I. Latar Belakang Masalah Pemantauan
Deskripsi Situasi Masalah; Hasil sebelum usaha pemecahan masalah
II. Lingkup dan Ragam Masalah Evaluasi
Penilaian kinerja kebijakan masa lalu; Pentingnya situasi masalah; Kebutuhan untuk
analisis
III. Pernyataan Masalah
Defenisi masalah; Pelaku utama; Tujuan dan sasaran; Ukuran efektifitas; Solusi yang Perumusan
tersedia Masalah
IV. Alternatif Kebijakan
Deskripsi Alternatif; Perbandingan konsekwensi kebijakan; Dampak ganda dan Peramalan
eksternalitas; Hambatan dan fisibelitas politik
V. Rekomendasi Kebijakan Rekomendasi
Kriteria alternatif rekomendasi; Deskripsi alternatif yang dipilih; Kerangka strategi
implementasi; Penyediaan pemantauan dan evaluasi; Keterbatasan dan konsekwensi
yang tak terantisipasi
#9 Mengkomunikasikan Analisis
Kebijakan
Memoranda Kebijakan :
salah satu bentuk pengkomunikasian kebijakan yang disiapkan
untuk jangka waktu pendek. Memoranda kebijakan harus
singkat,terfokus dan tersusun dengan baik.

Ringkasan
Memoranda Eksekutif
Kebijakan Surat
Pengantar
#9 Mengkomunikasikan Analisis
Kebijakan
Briefing Lisan dan Tampilan Visual :
Cara lain untuk mengkomunikasikan hasil-hasil analisis
kebijakan yaitu dengan briefing lisan

Temuan-temuan
Kata pembuka dan
Latar belakang pokok dalam paper Pendekatan dan
ucapan terimakasih
briefing isu, penelitian, atau metode
pada peserta
laporan

Pertanyaan- Data yang


penutup pertanyaan dari Rekomendasi digunakan sebagai
peserta dasar analisis
TERIMA KASIH…
Ruang Lingkup
Kebijakan Publik
Luasnya Dimensi Kebijakan Publik

⚫Dari berbagai definisi, kebijakan publik


memiliki lingkup yang sangat luas.
⚫Mengikuti definisi Thomas Dye, misalnya,
hampir semua yang diputuskan atau tidak
diputuskan oleh pemerintah termasuk
dalam definisi sebagai kebijakan.

2
Mengapa Perlu Ada Pembatasan Luas
Lingkup?
⚫Jika kebijakan publik mencakup semua
aspek maka menjadi sangat sulit bagi
analis kebijakan untuk membuat fokus
pada level mana, atau kebijakan yang
mana yang menjadi fokus bahasannya.
⚫Oleh karena itu untuk keperluan analisis
kebijakan maka analis perlu membuat
suatu pendekatan untuk dapat memetakan
luas lingkup suatu kebijakan

3
Bagaimana Cara Membatasi Ruang
Lingkup kebijakan
⚫Tidak ada cara tunggal untuk membuat
batasan atau klasifikasi suatu kebijakan.
⚫Salah satu cara yang dapat dipakai adalah
melihat kebijakan dari hierarkinya (secara
vertikal) dan berdasarkan substansi ang
dibicarakannya (horisontal).

4
Model Umum Perumusan Kebijakan

Government
Policy
activity
Environment

Policy actors’
of Societal
environment Policy
Activity

5
Aktor-aktor dalam perumusan dan implementasi kebijakan

Level Executive officials Legislative Bureaucrati Nongovernme Judicials


and organizations Official and c Officials ntal and
Organizations and Individuals Organizati
Organizatio and on
ns Organizations
Federal ⚫ President ⚫ Congress ⚫Department ⚫ Corporations ⚫ Federal judges
⚫Executive ⚫Congressio and agency ⚫ Labour Union ⚫ Law Clerks
Office of the nal staff and heads ⚫ Interest group ⚫ Marshal
president support ⚫Staff- ⚫ Advisory body ⚫ Master,expert
⚫ Staff agencies civil ⚫Media (with ⚫ Federal
servants national focus attorneys
and impact)
State ⚫ Governor ⚫ State ⚫Department ⚫Same ⚫ State judges
⚫ Governor’s staff legislature and agency above (with ⚫ Law clerks
⚫Staff and heads state focus) ⚫Miscellaneo
Support ⚫ Staff-civil us state
agencies servants judicial
official
Local ⚫ Mayor ⚫City councils, ⚫Department ⚫Same ⚫ Local Judges
⚫Country board of and agency above (with ⚫ Law Clerk
commision commisioners, heads local focus) ⚫Missleneous
ers other local ⚫Staff- local judicial
⚫ Other local elected elected civil official 6
executives officials servants
⚫ Staff ⚫ staff
Luas Lingkup Kebijakan Publik di
Indonesia Secara Vertikal
⚫ Hierarki sistem perundang-undangan di
Indonesia diatur dalam Undang-Undang Dasar
(UUD) 1945
⚫ UUD ini telah diamandemen sebanyak 4 kali
sejak reformasi tahun 1998 (terakhir pada bulan
Nopember 2001 dan Agustus 2002).
⚫ Beberapa aspek penting yang diamandemen
Membentuk KPU
Meneguhkan prinsip2 otoda
Membentuk sebuah bank sentral yang independent
Memasukkan ketentuan HAM sejalan dengan Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia

7
Luas Lingkup Vertikal…(2)
⚫ Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
(berdasarkan Tap MPR No III tahun 2000) Tap
MPR masih menduduki hierarki tertinggi dalam
sistem perundang-undangan nasional. Namun
dengan dilakukannya amandemen ke empat
UUD 45 ketentuan ini perlu dirubah karena MPR
telah kehilangan statusnya sebagai lembaga
tertinggi negara. Konsekuensinya Tap MPR
perlu dirubah formatnya menjadi UU.
⚫ Dalam UU No. 10/2004 (pasal 7) Tap MPR
sudah tidak masuk lagi dalam hirarki sistem
perundang-undangan di Indonesia
8
Luas…(3)

⚫Undang-Undang
UU dibuat berdasarkan kesepakatan presiden
dan DPR di mana salah satu pihak bisa menjadi
pengusul
UU dibagi menjadi tiga jenis: Pidana,Perdata,
Tata Negara
Untuk dapat dilaksanakan suatu UU
memerlukan perangkat aturan yang lebih
operasional

9
Luas…(4)

⚫Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-


Undang.
Dalam situasi gawat presiden dapat
mengeluarkan pp yang punya fungsi atau
lingkup yang sama dengan UU
PP harus dijadikan UU atau ditolak dalam
sidang DPR berikutnya

10
Luas…(5)
⚫ Peraturan Pemerintah: Merupakan perangkat
hukum sekunder yang merupakan peraturan
pelaksanaan sebuah UU
⚫ Keputusan Presiden: Kedudukannya lebih
rendah daripada peraturan pemerintah yang
merupakan perangkat pelaksanaan UU dan
program-program pemerintah
⚫ Peraturan Daerah: Memiliki kedudukan paling
rendah dalam hirarki sistem perundang2an di
Indonesia.
Berdasarkan Pasal 7 UU No. 10/2004 Perda meliputi:
Perda provinsi, Perda kabupaten/kota, Peraturan Desa.

11
Luas Lingkup Secara Horisontal

⚫Secara horisontal luas lingkup kebijakan


publik dibedakan berdasarkan substansi
kebijakan
⚫Dalam sistem pemerintahan, substansi ini
ditangani oleh Departemen atau Dinas
pada level Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota.

12
Horisontal…(2)

⚫Berdasarkan departemenisasinya, maka


luas lingkup kebijakan publik di Indonesia
adalah:

13
Horisontal…(3)

⚫Untuk kewenangan dinas yang ada di


Provinsi dan Kabupaten/Kota diatur dalam
PP No. 8/2003
Provinsi sebanyak-banyaknya 10 dinas dan
khusus DKI sebanyak-banyaknya 14 dinas.
 Kabupaten/kota sebanyak-banyaknya 14 dinas

14
DISKUSI MAHASISWA (1)

⚫Diskusikan persoalan berikut dalam waktu


15 menit.
⚫Akan dipanggil 3 kelompok untuk
mendiskusikan hal tersebut.

15
DISKUSI MAHASISWA (2)

⚫Sebutkan 3 (tiga) permasalahan ekonomi


di level daerah (provinsi dan kabupaten)
dan level nasional.
⚫Sebutkan siapa pembuat kebijakan
(kementerian/dinas) yang menangani
masalah tersebut dan berikan alasannya.

16
TUGAS 1
⚫Berikan studi kasus kebijakan public
terkait masalah ekonomi yang diambil oleh
dinas-dinas (minimal 2 dinas) di
lingkungan pemerintah kabupaten/kota
Jawa Barat.
⚫Kemudian berikan perbandingan
bagaimana kebijakan public yang diambil
dari 2 dinas yang anda cari tersebut.

17
Tugas 1 (lanjut)

⚫ Tugas diketik pada kertas A4


⚫ Font arial 11, margin kiri 4 cm, kanan 3 cm, atas,
3 cm, bawah 3 cm
⚫ Spasi 1,5
⚫ Dikumpulkan pada saat UTS pada map plastic
warna kuning
⚫ Pada kertas A4 bagian pojok kanan atas diketik
TUGAS 1-AKP
⚫ Map bagian depan dikasih nama dan nim, mata
kuliah, dan program studi. 18
1Elemen Sistem Kebijakan
(Dye, 1978:9)
1. Kebijakan publik
2. Pelaku kebijakan
3. Lingkungan kebijakan
Dunn
1. Stakeholders kebijakan
2. Kebijakan publik
3. Lingkungan kebijakan
Mustopadijaja (1992)
Menambah satu elemen sistem kebijakan:
Kelompok sasaran kebijakan (target groups)
Elemen yang terkandung dalam kebijakan : Anderson
(1994:20)
 Kebijakan selalu mempunyai tujuan atau berorientasi
pada tujuan tertentu
 Kebijakan berisi tindakan atau pola tindakan pejabat-
pejabat pemerintah
 Kebijakan adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh
pemerintah dan bukan apa yang bermaksud akan
dilakukan
 Kebijakan publik bersifat positif dan bersifat negatif.
 Kebijakan publik positif selalu berdasarkan pada
peraturan perundangan tertentu yang bersifat
memaksa.
Proses Kebijakan Publik
(Anderson, 1979)
 Agenda setting
 Policy formulation
 Policy adoption
 Policy implementation
 Policy Assesment/evaluation.
Dye (1992:328)
 Identification of policy problem
 Agenda setting
 Policy formulation
 Legitimating of policies
 Policy implementation
 Policy evaluation
Proses kebijakan terkait dengan
bagaimana?
 Masalah dirumuskan
 Agenda kebijakan ditentuka
 Kebijakan dirumuskan
 Keputusan kebijakan diambil
 Kebijakan dilaksanakan
 Kebijakan dievaluasi
Definisi Analisis Kebijakan
 Wildasky dalam Leslie A. Pal (1987:9)
“Policy analysis is an activity creating problems that
can be solved”
 Dunn
“The process of producing knowledge of and in policy
process”.
 Leslie A. Pal (1987:9)
“Policy analysis will be defined as the disciplined
application of intellect to public problems”

Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si


Ciri Analisis Kebijakan
 Analisis kebijakan sebagai aktivitas kognitif
 Analisis kebijakan sebagai bagian dari
proses kebijakan secara kolektif sehingga
merupakan hasil aktivitas kolektif.
 Analisis kebijakan sebagai disiplin
intelektual terapan.
 Analisis kebijakan berkaitan dengan
masalah-masalah publik
Analisis Kebijakan dan Ilmu
Pengetahuan
 Leslie A. Pal (1987:22), membedakan
analisis kebijakan dalam dua macam
kategori, yaitu analisis kebijakan
terapan (applied policy analysis) dan
analisis kebijakan akademis (academic
policy analysis)
3 Elemen dalam proses
kebijakan yang bisa jadi sesuai
dengan target dari analisis
1. Terdapat faktor determinan utama dalam
setiap kebijakan yang menghasilkan
kebijakan.
2. Terdapat isi (content) kebijakan yang bisa
jadi termasuk maksud dan tujuan
kebijakan, pendefinisian masalah, dan
instrumen kebijakan pemerintah.
3. Dampak kebijakan
Academic Policy Applied Policy
Analysis Analysis
Focus Theory “Big Spesific Policy
question” :Spesific Problems

Model of Analysis Explanation Evaluation

Goal Understand Change policies


policies
Reseach agenda Independent Client determined

Duration of analyis Lengthy Short

Value orientation Strive for Accept client values


“objectivity” advocate”improve
neutrality ment”
Gaya Analisis Kebijakan (Styles
of Policy Analysis)
1. Analisis deskriptif (Descriptive analysis)
a. Analisis isi (content analysis)
b. Analisis sejarah (historical analysis)
2. Analisis Proses (Process analysis)
3. Analisis Evaluasi (Evaluation analysis)
a. Evaluasi logika (logical evaluation)
b. Evaluasi empiris (Empirical evaluation)
c. Evaluasi etis (Ethical Evaluation)
Model Analisis Kebijakan
 Mengkritisi kebijakan (policy analysis)
menurut wayne Parson dapat dipelajari
melalui dua pendekatan, yaitu analysis
of the policy process dan analysis in
and for the policy process.
STAGES (FUNCTIONAL ACTIVITIES)
PRODUCT

AGENDA SETTING
PERCEPTION OF PROBLEM Produce
DEFINITION OF PROBLEM AGENDA OF GOVERNMENT
MOBILIZATION OF SUPPORT FOR
INCLUDING PROBLEM ON AGENDA

FORMULATION AND LEGITIMATION OF Allow


GOALS AND PROGRAMS.
INFORMATION COLLECTION, ANALYSIS,
AND DISSEMINATION.
ALTERNATIVE DEVELOPMENT.
ADVOCACY AND COALITION BUILDING. POLICY STATEMENTS, INCLUDING
COMPROMISE, NEGOTIATION, DECISION GOALS FOR ACHIEVEMENT AND
DESIGN OF PROGRAMS FOR
ACHIEVING THEM, OFTEN IN THE
PROGRAM IMPLEMENTATION FORM OF A STATUTE
RESOURCE ACQUISITION Necessitates
INTERPRETATION
PLANNING
ORGANIZING POLICY ACTION
PROVIDING BENEFITS. SERVICES, COERCION

EVALUATION OF IMPLEMENTATION, POLICY AND PROGRAM


PERFORMANCE, AND IMPACT PERFORMANCE AND IMPACT
Stimulate

DECISIONS ABOUT THE FUTURE


OF THE POLICY AND PROGRAM
 Model tahapan kebijakan dari Ripley ini hendak
menyatakan dua proses kebijakan publik yang lahir
dari siklus pendek dan siklus panjang.
 Siklus pendeknya adalah:
1. Penyusunan agenda pemerintah
2. Agenda pemerintah
3. Formulasi dan legitimasi kebijakan
4. Kebijakan
Siklus Panjang Kebijakan
1. Penyusunan agenda pemerintah
2. Agenda pemerintah
3. Formulasi dan legitimasi kebijakan
4. Kebijakan
5. Implementasi Kebijakan
6. Tindakan Kebijakan
7. Kinerja dan dampak Kebijakan
8. Evaluasi terhadap implementasi, kinerja, dan
dampak kebijakan
9. Keputusan tentang masa depan kebijakan
(keputusan baru)
Fase Penyusunan Agenda
 Persepsi masalah publik, yaitu menunjuk bagaimana
isu masalah publik dipersepsikan oleh masyarakat.
 Pendefinisian masalah, yaitu menunjuk adanya
pembatasan masalah yang dilakukan oleh publik
sendiri.
 Mobilisasi dukungan untuk masuknya isu/masalah
publik menjadi agenda pemerintah, yaitu menunjuk
upaya dari masyarakat untuk memasukkan masalah
atau isu publik tertentu ke dalam agenda pemerintah.
Fase Formulasi dan Legitimasi
 Tujuan dan program, yaitu masing-masing
kelompok kepentingan mulai berlomba
untuk menginterpretasi masalah publik
yang dihadapi dan menciptakan tujuan dan
desain program yang dapat diterima sebagai
solusi dari masalah publik.
 Informasi dan Analisis, yaitu untuk dapat
mengidentifikasi masalah publik secara
cermat, masing-masing kelompok dalam
proses politik ini membutuhkan informasi
dan analisis dari para ahli.
Fase Formulasi dan Legitimasi
 Pembangunan alternatif-alternatif, yaitu tindak
lanjut dari pengumpulan informasi dan analisis yang
diyakini dapat menjadi solusi dari masalah publik.
 Advokasi dan Pembangunan koalisi, dimana
masing-masing pihak mengembangkan lobi-lobi
agar kebijakan yang keluar nantinya dapat
mengadopsi seluruh atau sebagian besar ide dari
kelompoknya.
 Kompromi, negosiasi, dan keputusan, masing-
masing pihak mulai kompromi, melakukan tawar
menawar atas masalah publik yang dihadapi dan
kebijakan yang akan diambil.
Model implementasi Kebijakan
George C. Edward III
 Model implementasi kebijakan publik yang
dikemukakan oleh Edward menunjuk empat variabel
yang berperan penting dalam pencapaian keberhasilan
implemenatsi.
 Empat variabel tersebut adalah :
1. Komunikasi
2. Sumber daya
3. Disposisi
4. Struktur Birokrasi
 Komunikasi, yaitu menunjuk bahwa setiap kebijakan
akan dapat dilaksanakan dengan baik jika terjadi
komunikasi efektif antara pelaksana program
(kebijakan) dengan para kelompok sasaran (target
group)
 Sumber daya, yaitu menunjuk setiap kebijakan harus
didukung oleh sumber daya yang memadai, baik SDM
maufun SD financial.
 Disposisi, yaitu menunjuk karakteristik yang
menempel erat kepada implementor
kebijakan/program.
 Struktur birokrasi, aspek ini mencakup mekanisme
dan struktur organissai pelaksana itu sendiri.
Model Implementasi Edward III
Komunikasi

Sumberdaya

Implementasi

Disposisi

Struktur Birokrasi
Model Implementasi Kebijakan
Van Meter dan Van Horn
 Model implementasi kebijakan dari Van Meter dan
Horn menetapkan beberapa variabel yang diyakini
dapat mempengaruhi implementasi dan kinerja
kebijakan, yaitu:
1. Standar dan sasaran kebijakan
2. Kinerja kebijakan
3. Sumber daya
4. Komunikasi antar badan pelaksana
5. Karakteristik badan pelaksana
6. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik
7. Sikap pelaksana
Model Implementasi Kebijakan-Van
Meter dan Van Horn
Komunikasi
Antar Organisasi
dan Pelaksana
Kegiatan

Standar dan
Sasaran
Karakteristik
Badan Sikap Kinerja
Pelaksana Pelaksana Kebijakan

Sumber
Daya

Lingkungan
Sosial, ekonomi
dan politik
Masalah?
 Jones (1984)
Kebutuhan manusia yang perlu diatasi atau dipecahkan.
 Dunn(1995)
Nilai,kebutuhan,dan kesempatan yang belum terpenuhi
tetapi yang dapat diidentifikasikan dan dicapai dengan
melakukan tindakan publik.
 Anderson(1979)
Kondisi dan atau situasi yang menghasilkan kebutuhan-
kebutuhan atauketidakpuasan-ketidakpuasan pada rakyat
untuk mana perlu dicari cara-cara penanggulangannya.
Sifat masalah publik
 Saling ketergantungan
 Subyektif
 Artifisial
 Dinamis
Metode pengenalan masalah
Analisis Snowball Sampling dan survey
Analisis ini menunjuk pada upaya mengenali masalah
dengan cara menanyakan kepada stakeholders tentang
isu masalah publik tertentu yang telah menjadi
masalah formal (masuk dalam agenda pemerintah)
untuk diselesaikan dengan kebijakan publik.
Analisis Klasifikasi
Menunjuk pada upaya untuk mengelompokkan
masalah-masalah publik yang hendak dikenali pada
kategori-kategori tertentu sehinggamemudahkan
analisis.
Analisis klasifikasi masalah
kerusakan gedung sekolah
Ting Kategori Umur Kateori Jumlah Murid
-kat Ruang Sekolah Kerusakan Ruang pada Sekolah
Pen- Rusak Sekolah Rusak
didi
k-an

Tua Sedan Baru Ringa Sedang Berat Banya Sedan Sedikit


(≥20 g (10- (≤10 n k g (<1000
thn) 20 thn) (≥ (2999- siswa)
3000 1000)
thn) siswa)

SD 25 45 30 60 30 10 25 30 45

SMP 15 35 20 30 35 5 15 25 30
Analisis Bertingkat
Usaha mengetahui sebab-sebab masalah yang dapat
dilihat dari setting permasalahan.
Contoh:

Masalah secara Penyebab I Penyebab II Penyebab III


general
Buku Sekolah Mahal Buku tidak Bisnis para guru Gaji Guru Kecil
disediakan Tidak ada
sekolah anggaran
Stok Buku Distribusi tidak Keterbatasan
Terbatas merata jaringan
pemasaran
Penerbit Kemampuan
mencetak cetak dan modal
sedikit terbatas
Biaya Produksi Royalti penulis
mahal mahal
Harga Kertas
mahal
Brainstorming Analysis (Analisis curah
gagasan)
Tehnik mengidentifikasi masalah dengan
mengundang para ahli,
stakeholder,akademisi,organ pemerintah
dankelompokkepentinganuntuk
mengemukakan pendapat tentang suatu
masalah publik.
Analisis kaya perspektif
Upaya mengenali masalah publik yang sedang
dihadapi dengancara membandingkan
berbagai variasi pendapat dari berbagai macam
perspektif.
 Analisis Benchmarking
Upaya mengenalimasalah publik yang sedang
dihadapi dengan cara melakukan kajian-kajian
atas masalah sejenis di negara/tempat lain.
Teori gunung es
 Perubahan yang terjadi,baik dilingkungan internal
(internal environment) maupun lingkungan eksternal
(external environment) dapat menimbulkan dampak,
baik dikehendaki maupun tidak dikehendaki.
 Salah satu metode mengenali (scanning)untuk
memahami masalah akibat terjadinya perubahan
lingkungan,baik lingkungan internal maupun
eksternal berupa teori gunung es (ice berg and level
perspective).
Unsur-Unsur Pemahaman Masalah
N0 Unsur Keterangan

1 Events Peristiwa-peristiwa yang terjadi


dimasyarakat
2 Pattern of Behaviour Adanya kesamaan-kesamaan
(kecenderungan) antara peristiwa satu
denganperistiwa lain yang terjadi
dimasyarakat.

3 Systemic Structure Hubungan antara peristiwa satu dengan


peristiwa lainnya yang terjadi
dimasyarakat
4 Model Mental Kesimpulan dari hubungan peristiwa
satu dengan peristiwa lain yang terjadi
dimasyarakat.
Unsur-Unsur Pemahaman Masalah
N0 Unsur Keterangan

1 Events PKL mengganggu masyarakat

2 Pattern of Behaviour • Tempat PKLtidak tertata rapi


• PKL tumbuh subur
• PKL produk sampah
• PKL ganggu keindahan kota
• Perilaku PKL seenaknya
3 Systemic Structure PKLtumbuh subur, tempat jualan PKL
tidak tertata rapi,menghasilkan sampah,
dan mengganggu keindahankota,
akibatnya aktivitas masyarakat
terganggu.
4 Model Mental Perilaku PKL dalam berjualan seenaknya
sendiri.
AGENDA SETTING
 Masalah publik sebagaimana dikemukakan
sebelumnya,begitu banyak macam, variasi, dan
intensitasnya. Oleh karena itu tidak semua masalah
publik bisa melahirkan suatu kebijakan publik.
 Menurut Anderson (1979) hanya masalah publik yang
dapat menggerakkan orang banyak untuk ikut
memikirkan dan mencari solusinya yang bisa tampil
menjadi masalah kebijakan.
 Manakala menginginkan kebijakan publik mampu
memecahkan masalah publik (public problems),
masalah publik harus dirumuskan menjadi masalah
kebijakan (policy problems) dengan baik dan benar.
 Kegiatan membuat masalah publik menjadi masalah
kebijakan sering disebut dengan penyusunan agenda
(agenda setting)
Jones (1984), Agenda adalah suatu istilah yang pada
umumnya digunakan untuk menggambarkan suatu
isu yang dinilai oleh publik perlu diambil suatu
tindakan.
Darwin (1995),agenda sebagai suatu kesepakatan
umum, belum tentu tertulis tentang adanya suatu
masalah publik yang perlu menjadi perhatian bersama
dan menuntut campur tangan pemerintah untuk
memecahkannya.
Proses Penyusunan Agenda
 Private problems (masalah privat),
 Public Problems
 Issues
 Systemic Agenda
 Institutional agenda
 Masalah privat,merupakan masalah yang mempunyai
akibat terbatas.
 Masalah publik,merupakan masalah yang mempunyai
akibat yang luas.
 Issu, merupakan perbedaan-perbedaan pendapat di
masyarakat tentang persepsi dan solusi terhadap suatu
masalah publik.
 Agenda sistemik,merupakan semua isu yang
padaumumnya dirasakan oleh para anggota masyarakat
politik yang patut mendapat perhatian publik dan isu
tersebut memang berada dalam yurisdiksi kewenangan
pemerintah.
 Agenda institusional, merupakan serangkaianmasalah
(issues) yang secara tegas membutuhkan pertimbangan-
pertimbangan yang aktif dan serius dari pembuat
keputusan yang sah/otoritas.
Walker (1982) menegaskan bahwa suatu masalah bisa
tampil menjadi masalah publik jika:
1. mempunyai dampakyang besar pada banyak
orang.
2.Ada bukti yang meyakinkan agar lembaga legislatif
mau memperhatikan masalah tersebut sebagai
masalah serius.
3.Ada pemecahan masalah yang mudah dipahami
terhadap masalah yang sedang diperhatikan tadi.
Jones (1984) mengemukakan masalah publik mudah
menjadi kebijakan publik manakala;
1. Skup dan kemungkinan dukungan terhadap
masalah publik (issues) tersebut dapat
dikumpulkan.
2. Problem atau isu tersebut dinilai penting.
3. Ada kemungkinan masalah publik (issues) tersebut
dapat dipecahkan.
Issue akan mudah tampil atau masuk dalam agenda
sistemik menurut Cobb dan Edler dalam Jones (1984)
jika:
1. Isu itu memperoleh perhatian yang luas atau
setidaknya dapat menimbulkan kesadaran
masyarakat.
2. Adanya persepsi dan pandangan atau pendapat
publik yang luas bahwa beberapa tindakan perlu
dilakukan untuk memecahkan masalah itu.
3. Adanya persepsi yang sama dari masyarakat bahwa
masalah itu merupakan suatu kewajiban dan
tanggungjawab yang sah dari beberapaunit
pemerintahanuntuk memecahkannya.
Agenda Setting
No Tataran Masalah

1 Private Problem VCD porno meresahkan orangtua yang memiliki


anak remaja
2 Public Problem VCD porno meresahkan
• Orang tua yang anaknya remaja
• Orang tua yang anaknya belum remaja
• Pasangan suami istri yang belum memiliki anak
3 Policy Issues • Menghentikan produksi VCD porno
•Menata sistem peredaran VCD porno
• Membentengi diri dan keluarga dengan iman
dan takwa
4 Systemic Agenda •Menata sistem peredaran VCD porno
• Membentengi diri dan keluarga dengan iman
dan takwa

5 Institutional Agenda Membentengi diri dan keluarga dengan iman dan


takwa
Formulasi Masalah Kebijakan
• Dalam merumuskan kebijakan publik (Policy
Problem Formulation) sebagaimana dikemukakan
sebelumnya diawali oleh perumusan masalah. Jika
masalah telah dirumuskan dengan baik dan benar
maka kebijakan yang diambil akan tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
• Oleh karena itu,dalam merumuskan kebijakan
publik, persoalan mendasar adalah merumuskan
masalah kebijakan (policy problems)
Proses Merumuskan Masalah
Kebijakan
 Pencarian Masalah
 Pendefinisian Masalah
 Spesifikasi Masalah
 Pengenalan Masalah
• Tahap perumusan masalah diawali dengan pengakuan
atau dirasakannya keberadaan situasi masalah. Situasi
masalah dapat dilakukan dengan menemukenali
(scanning) terhadap masalah (pengenalan masalah). Dari
situasi masalah tadi kemudian dicari masalah. Biasanya
yang didapat adalah setumpuk masalah yang terkait.
Kumpulan masalah yang saling terkait namun belum
terstruktur tadi disebut meta masalah. Setumpukmasalah
tersebut, dapat dipecahkan secera serentaknamun harus
didefinisikan terlebih dahulu masalah mana yang menjadi
masalah publik. Hasil pendefinisian dari
setumpukmasalah yang belum terstruktur
tadimenghasilkan masalah substantif. Dari masalah
substantif tadi kemudian dilakukan spesifikasi masalah
dan menghasilkan masalah formal (perumusan masalah
kebijakan).
Contoh Analisis Proses Perumusan
Masalah Kebijakan
No Tahapan Masalah
1 Situasimasalah PKL mengganggu masyarakat
2 Meta Masalah • Tempat PKLtidak tertata rapi
• PKL tumbuh subur
• PKL produk sampah
• PKL ganggu keindahan kota
• Perilaku PKL seenaknya
3 Masalah • PKL tumbuh subur
Substantif • tempat jualan PKL tidak tertata rapi
• Perilaku PKL
4 Masalah formal Perilaku PKL dalam berjualan seenaknya sendiri.
Mendesain Kebijakan (Policy
Design)
 Berdasarkan masalah kebijakan yang telah
dirumuskan (masalah formal) kemudian dicarikan
solusi berupa kebijakan publik apa yang perlu diambil.
 Untuk menemukan kebijakan apa yang sebaiknya
diambil perlu dilakukan analisis terhadap masalah
kebijakan tersebut.
7 Tahapan dalam melakukan
analisis kebijakan
1. Tahap pengkajian persoalan
2. Penetapan tujuan dan sasaran kebijakan
3. Penyusunan model
4. Perumusan alternatif kebijakan
5. Penentuan kriteria pemilihan alternatif kebijakan
6. Penilaian alternatif kebijakan
7. Perumusan Rekomendasi Kebijakan
Metode Pengembangan alternatif
kebijakan
• Analisis eksperimental
• Analisis survey dan snowball sampling
• Analisis komparasi
• Analisis hasil evaluasi
• Analisis diam
• Analisis teori
• Analisis aktor dan dampak
• Analisis sinektika
• Analisis analogi
Metode Menilai dan Memprediksi
Alternatif-alternatif kebijakan
 Analisis skor
 Analisis indeks
 Analisis gaming dan simulasi
 Analisis kontra faktual
 Analisis Brainstroming
 Analisis delphi
Analisis Eksperimentasi
 Analisis eksperimentasi adalah upaya
menciptakan alternatif-alternatif
kebijakan dengan menggunakan
metode ekksperimen kepada kelompok
sasaran yang berbeda dengan
karakteristik yang sama.
 Metode ini juga hampir serupa dengan
metode penelitian implementasi
• Beberapa hal yang penting dilakukan dalam
penelitian ini:
1. Mengidentifikasi dengan cermat bahwa
kelompok sasaran dan kelompok
pembanding memiliki karakteristik yang
hampir sama.
2. Meyakinkan bahwa kondisi sebelum
intervensi program data dua kelompok
telah didapatkan.
3. Meyakinkan bahwa kelompok pemvanding
tidak mendapatkan intervensi dari pihak
ketiga atau program pemerintah yang lain.
Analisis Survey dan Snowball
• Analisis survey adalah upaya mengidentifikasi
alternatif-alternatif kebijakan dengan melakukan
survey. Analisis survey ini berisi beberapa konten
pertanyaan terkait dengan masalah publik yang
sedang dihadapi.
• Selain survey, analisis kebijakan juga dapat
melakukan wawancara dengan tehnik snowball
sampling untuk mendapatkan beberapa alternatif
kebijakan. Wawancara ini melibatkan berbagai
tokoh terkait dengan masalah publik yang
dihadapi, dan para ahli yang berkompeten di
Analisis Komparasi
• Analisis komparasi adalah menunjuk upaya
mengembangkan alternatif kebijakan
dengan cara membandingkan kebijakan-
kebijakan yang pernah ditempuh
sebelumnya, membandingkan kebijakan-
kebijakan yang ditempuh oleh daerah lain
atau negara lain, serta membandingkan
dengan kebijakan ideal dengan tujuan
untuk memperkaya pengembangan
alternatif kebijakan dan bahan untuk
Analisis komparasi ini setidaknya
dapat dikategorisasi menjadi tiga
jenis:
Komparasi kebijakan-kebijakan
yang pernah ditempuh
sebelumnya.
Komparasi kebijakan-kebijakan
yang ditempuh oleh daerah lain
atau negara lain.
Komparasi dengan kebijakan
Analisis Hasil Evaluasi
 Pengembangan alternatif dengan analisis
hasil evaluasi adalah upaya mengembangkan
alternatif kebijakan dengan mendasarkan diri
pada evaluasi-evaluasi program/kebijakan
yang pernah dijalankan.
 Pembelajaran atas hasil evaluasi
kebijakan/program harus mulai dilakukan.
Sebab, selama ini menjadi keluhan para
evaluator dan akademisi adalah minimnya
pemanfaatan hasil evaluasi sebagai bahan
Analisis Diam
 Pengembangan alternatif dengan
analisis diam menunjuk upaya
mengembangkan alternatif kebijakan
dengan diam (not to do atau no-
action).
 Analisis ini menganalisis jika
seandainya pemerintah berdiam diri
atas masalah publik yang dihadapi.
No-action policy biasanya muncul
dengan sebab sbb:
 Masalah yang muncul adalah masalah
sensitif dan apabila pemerintah mengambil
kebijakan justru dianggap berpihak kepada
salah satu pihak.
 Pemerintah memiliki keterbatasan anggaran
untuk merespon masalah publik.
 Pemerintah masih menunggu waktu yang
tepat untuk melakukan suatu kebijakan.
Analisis Teori
 Pengembangan alternatif kebijakan
dengan analisis teori adalah menunjuk
penggunaan teori sebagai sumber dari
alternatif-alternatif kebijakan untuk
menyelesaikan masalah publik.
 Alternatif kebijakan yang dilahirkan
dari analisis teori, setidaknya harus
benar-benar disesuaikan dengan
Analisis Aktor dan Dampak
 Pengembangan alternatif kebijakan
dengan analisis aktor dan dampak
adalah mengembangkan dan
menganalisis alternatif kebijakan
dengan mempertimbangkan siapakah
aktor yang diuntungkan/dirugikan,
siapa yang terkena dampak negatif.
Analisis Sinektika
 Pengembangan alternatif dengan
menggunakan analisis sinektika adalah
menunjuk pada upaya mengembangkan solusi
masalah publik dengan pandangan/perspektif
baru.
 Proses sinekstika ini dapat dilakukan dengan
mengundang berbagai macam stakeholder dari
berbagai macam kelas dan sudut pandang,
sehingga analis kebijakan mampu
mengembangkan alternatif kebijakan dari
banyak perspektif.
Analisis Analogi
 Pengembangan alternatif kebijakan dengan
menggunakan alternatif analogi menunjuk
pada upaya mengembangkan alternatif
kebijakan dengan menggunakan simbol-
simbol solusi kebijakan dari masalah yang
memiliki latar belakang berbeda.
Definisi
 Penilaian dan prediksi kebijakan adalah tahap analisis
kebijakan berusaha untuk menilai beberapa alternatif
kebijakan dan mengambil satu atau beberapa
kebijakan yang diprediksi merupakan pilihan terbaik
untuk menyelesaikan masalah publik tertentu,
menentukan prioritas program yang
direkomendasikan kepada pemerintah untuk
dilakukan.
Analisis Skor
 Analisis skor menunjuk proses menilai alternatif
kebijakan dengan menciptakan dan menggunakan
indikator-indikator untuk menilai (menskoringg)
alternatif-alternatif kebijakan yang telah
dikembangkan sesuai dengan tujuan yang telah
dirumuskan sebelumnya, dan bila diperlukan
memberikan pembobotan pada indikator yang dinilai
lebih penting dari indikator yang lain.
Tahap-Tahap Analisis Skor
• Mengingat masalah kebijakan
• Mengidentifikasi alternatif-alternatif kebijakan
• Mengidentifikasi indikator-indikator untuk menilai
alternatif kebijakan sesuai dengan tujuan-tujuan yang
dirumuskan sebelumnya.
• Melakukan skoring alternatif-alternatif kebijakan
dengan indikator-indikator yang telah ditentukan.
• Merekomendasikan kebijakan
Analisis Indeks
 Analisis indeks menunjuk proses
menilai alternatif kebijakan dengan
mencipttakan dan menggunakan
indikator-indikator serta indeks.
Tahap-Tahap Analisis Indeks
• Menentukan sasaran penelitian, dan populasi
• Menentukan sampel
• Membuat difinisi konsep
• Membuat definisi operasional
• Membuat tehnik analisis data
• Membuat kuisioner
• Membuat jadwal penelitian
• Penelitian lapangan
• Analisis data
Analisis Gaming dan simulasi
 Penilaian alternatif kebijakan dengan menggunakan
analisis gaming dan simulasi adalah menggunakan
tehnik simulasi dan game sebagai tehnik memilih
alternatif terbaik.
 Salah satu yang dipakai adalah menggunakan role-
play
Analisis Kontra Faktual
 Penilaian alternatif kebijakan dengan
menggunakan analisis kontra faktual
menunjuk menilai alternatif-alternatif
kebijakan dengan menggunakan
argumen-argumen kontra yang akan
muncul seandainya suatu kebijakan
diputuskan.
Analisis Brainstroming
• Penilaian alternatif kebijakan dengan tehnik
brainstroming adalah menggunakan hasil diskusi
curah gagasan sebagai alternatif kebijakan yang
direkomendasikan.
• Kelemahan analisis curah gagasan ini adalah
dimungkinkan muncul sekelompok orang yang lebih
dominan dibandingkan kelompok yang lain, dan
berpotensi untuk mempengaruhi pihak yang lain
karena diskusi bersifat terbuka.
Analisis delphi
 Penilaian alternatif kebijakan menggunakan tehnik
delphi merupakan modifikasi dari analisis curah
gagasan.
 Penilaian alternatif kebijakan menggunakan tehnik
delphi adalah menggunakan pendapat para pakar,
atau stakeholder dengan sistem yang tertutup dan
klarifikasi.
Rekomendasi kebijakan
• Setelah menilai dan memprediksi kebijakan tahap
yang harus dilakukan oleh analis kebijakan adalah
merekomendasikan kebijakan yang diyakini terbaik
untuk dilakukan pemetintah.
• Dalam kaitan dengan rekomendasi kebijakan, maka
analis kebijakan harus berani lebih kreatif, lebih
maju, berorientasi kepada masa depan dan
menunjukkan komitmen yang tinggi kepada publik.
Definisi
 Kamus Webster dalam Wahab (1991:50)
implementasi diartikan sebagai “to provide
the means for carrying out (menyediakan
sarana untuk melaksanakan sesuatu); to
give practical effects to (menimbulkan
dampak/akibat terhadap sesuatu)”.
Donald S. Van Mater dan carl E. Va
 “policy implementation encompasses those action
by public and private individuals (or groups) that
are directed at the achievement of objectives set
forth in prior policy decisions. This include both
one time efforts to transform decisions into
operational terms, as well as continuing efforts to
achieve the large and small changes mandated by
policy decisions”.
 Implementasi kebijakan menekankan pada suatu
tindakan, baik yang dilakukan oleh pihak pemerintah
maupun individu (atau kelompok) swasta yang
diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan
sebelumnya. Pada suatu saat tindakan-tindakan ini
berusaha mentransformasikan keputusan-keputusan
menjadi pola-pola operasional serta melanjutkan
usaha-usaha tersebut untuk mencapai perubahan,
baik besar maupun kecil yang diamanatkan oleh
keputusan-keputusan kebijakan tertentu.
Aktifitas Implementasi Kebijakan
(Jones, 1997)
 Organization; The establishment or rearrangement
of resources, units, and methods for pitting a policy
into effect.
 Interpretation; The translation of language (often
contained in a statute) into acceptable and feasible
plans and directives.
 Application; The routine provision of service,
payments, or other agree upon objectives or
instruments.
Tahap Pengorganisasian
 Aktivitas`pengorganisasian merupakan
suatu upaya untuk menetapkan dan menata
kembali sumber daya, unit-unit, dan
metode-metode yang mengarah pada upaya
mewujudkan/merealisasikan kebijakan
menjadi hasil (outcome) sesuai dengan apa
yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan.
Tahap Interpretasi
 Aktivitas interpretasi (interpretation) merupakan
aktivitas interpretasi (penjelasan) substansi dari suatu
kebijakan dalam bahasa yang lebih operasional dan
mudah dipahami sehingga dapat dilaksanakan dan
diterima oleh para pelaku dan sasaran kebijakan.
 Tahap interpretasi merupakan tahapan penjabaran
sebuah kebijakan yang masih bersifat abstrak ke
dalam kebijakan yang lebih bersifat teknis
operasional.
 Tahap pengorganisasian:
a. Pelaksana kebijakan?
b. SOP
c. Sumber daya keuangan dan peralatan
d. Penetapan manajemen pelaksanaan
kebijakan
e. Penetapan jadwal kegiatan
f. Tahap aplikasi
Kontrol Pelaksanaan Kebijakan
Publik
 Pelaku kontrol pelaksanaan kebijakan
▪ Kontrol internal
▪ Kontrol eksternal
 Standar prosedur operasi kontrol
 Kontrol sumber daya keuangan dan peralatan
 Jadwal pelaksanaan kontrol
Model Implementasi Kebijakan
Publik (Edward III)
Komunikasi

Sumberdaya

Implementasi

Disposisi

Struktur Birokrasi
Faktor komunikasi
 Komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian
informasi dari komunikator (policy maker) kepada
komunikan (policy implementors)
 Komunikasi kebijakan memiliki beberapa macam
dimensi antara lain dimensi transformasi
(transmission), kejelasan (clarity), dan konsistensi
(consistency).
Sumber Daya
 Sumber Daya Manusia
 Sumber Daya Anggaran
 Sumber Daya peralatan
 Sumber Daya Informasi dan Kewenangan
Disposisi
 Disposisimerupakan kemauan, keinginan, dan
kecenderungan para pelaku kebijakan untuk
melaksanakan kebijakan secara sungguh-sungguh
sehingga apa yang menjadi tujuan kebijakan dapat
diwujudkan.
Struktur Birokrasi
 Struktur birokrasi ini mencakup aspek-aspek seperti
struktur organisasi, pembagian kewenangan,
hubungan antar unit-unit organisasi yang ada dalam
organisasi yang besangkutan, dan hubungan
organisasi dengan organisasi luar dsb.
 Struktur birokrasi mencakup dimensi fragmentasi,
dan SOP
Konsep Evaluasi Kebijakan
Publik
 Evaluasi kebijakan merupakan kegiatan
untuk menilai atau melihat keberhasilan
atau kegagalan pelaksanaan suatu kebijakan
publik.
 Oleh karena itu, evaluasi merupakan
kegiatan pemberian nilai atas sesuatu
“fenomena” di dalamnya terkandung
pertimbangan nilai (value judgement)
tertentu.
Tipe Evaluasi Kebijakan
 Tipe evaluasi hasil (outcomes of public
policy implementation), merupakan riset
yang mendasarkan diri pada tujuan
kebijakan.
 Tipe evaluasi proses (process of public policy
implementation), yaitu riset evaluasi yang
mendasarkan diri pada petunjuk
pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis
(juknis)
Weiss (1972)
The purpose of evaluation research is to measure the
effects of a program againts the goals it set out to
accomplish as a means of contributing to subsequent
decision making about the program and improving
future programming.
Riset evaluasi bertujuan untuk mengukur dampak dari
suatu program yang mengarah pada pencapaian dari
serangkaian tujuan yang telah ditetapkan dan sebagai
sarana untuk memberikan kontribusi (rekomendasi)
dalam membuat keputusan dan perbaikan program
pada masa mendatang.
Unsur Evaluasi Kebijakan
Publik
 Untuk mengukur dampak (to measure effects) dengan
bertumpu pada metodologi riset yang digunakan.
 Dampak (effects) tadi menekankan pada suatu hasil
(outcomes) dari efisiensi, kejujuran, moral yang melekat
pada aturan-aturan atau standar.
 Perbandingan antara dampak (effects) dengan tujuan
(goals) menekankan pada penggunaan kriteria yang jelas
dalam menilai bagaimana suatu kebijakan telah
dilaksanakan dengan baik.
 Memberikan kontribusi pada pembuatan keputusan
selanjutnya dan perbaikan kebijakan pada masa
mendatang sebagai tujuan sosial dari evaluasi.
Tujuan riset evaluasi kebijakan
publik
 Tujuan utama
untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan
suatu kebijakan program
 Tujuan sosial
untuk memberikaan kontribusi (rekomendasi)
pada pembuatan keputusan selanjutnya dan
perbaikan kebijakan program pada masa
mendatang.
Keputusan tentang masa
depan kebijakan (Weiss, 1972)
 To continue or discontinue the program.
 To improve its practices and procedures.
 To add or drop specific program strategies and
techniques.
 To institute similar programs elsewhere.
 To allocate resource among competing programs.
 To accept or reject a program approach or theory.
 Kebijakan perlu diteruskan atau dihentikan
 Kebijakan perlu diteruskan, namun perlu diperbaiki baik
prosedur maupun penerapannya.
 Perlunya menambah atau mengembangkan strategi dan
teknik program-program khusus
 Perlunya menerapkan kebijakan program serupa di tempat
lain
 Perlunya mengalokasikan sumber daya langka diantara
program yang saling berkompetitif
 Perlunya menolak atau menerima teori atau pendekatan
kebijakan program
Riset Evaluasi (Rossi, 1979)
 Research for program Planning and
Development
 Project monitoring Evaluation
Research
 Impact Evaluation
 Economic Efficiency Evaluation
 Comprehensive Evaluation
Tahapan (Proses) Evaluasi
Kebijakan Publik
 Mengidentifikasi apa yang menjadi tujuan kebijkan,
program, dan kegiatan
 Penjabaran tujuan kebijakan, program, dan kegiatan ke
dalam kriteria atau indikator pencapaian tujuan.
 Pengukuran indikator pencapaian tujuan kebijakan
program.
 Berdasarkan indikator pencapaian tujuan kebijakan
program tadi, dicarikan datanya di lapangan.
 Hasil data yang diperoleh dari lapangan kemudian
dilakukan pengolahan, dan dikomparasi dengan kriteria
pencapaian tujuan.
Campbell (2001:2) mengembangkan sistem
pengukuran kinerja program menjadi beberapa
kegiatan proses pengukuran:
 Identifikasi hasil yang diharapkan
 Memilih ukuran atau indikator
 Menyusun standar hasil dan kinerja
 Laporan hasil
 Gunakan laporan untuk membuat
rencana, mengelola, dan menyusun
anggaran
Tahapan riset evaluasi
kebijakan
Perencanaan riset evaluasi
1. Menetapkan kebijakan publik
2. Menetapkan kapan hasil riset evaluasi
diperlukan
3. Menemukan dan memformulasikan
tujuan kebijakan
4. Menetapkan indikator pencapaian tujuan
kebijakan
5. Menyusun instrumen penelitian
6. Menetapkan sumber dan tehnik
pengumpulan data
Pelaksanaan riset evaluasi kebijakan
1.Tahap editing
2.Tahap coding
3.Tahap tabulating
 Tindak Lanjut
Analisis Evaluasi Kinerja
Kebijakan Publik
Mengkritisi kebijakan dapat dipelajari
melalui dua pendekatan, yaitu:
1. Analysis of the policy process
2. Analysis in and for the policy process
Metode penilaian kinerja
kebijakan

Input and output performance


model
Basic production model
Balance score card model
Konsep perubahan kebijakan
menunjuk pada pergantian satu
atau lebih kebijakan dengan satu
atau lebih kebijakan lain.
3 bentuk perubahan kebijakan
(Easton, 1992)
 Perubahan sedikit (tambal sulam) dari kebijakan yang
telah dievaluasi.
 Pembuatan statuta baru dalam area kebijakan tertentu
 Perubahan drastis dari kebijakan publik sebagai
konsekuensi dari munculnya pilihan-pilihan baru.
Kasus perubahan kebijakan
Lester dan Stewart (2000)
 Perubahan kebijakan hanya berbentuk linear
 Penggabungan (merger) beberapa program yang
dianggap cocok
 Pemisahan satu program menjadi dua atau beberapa
paket program
 Perubahan program secara nonlinear
3 Alasan perubahan kebijakan di
negara barat
• Pemerintah memperluas aktivitasnya dalam kebijakan
tertentu, sehingga tumpang tindih dengan program yang
sedang berjalan.
• Kebijakan itu sendiri yang menciptakan kondisi yang
mensyaratkan perubahan karena ketidakmampuannya
menciptakan efek samping sesuai yang diharapkan.
• Tingkat relativitas keberlanjutan pertumbuhan ekonomi
dan implikasi finansialnya menyebabkan suatu kebijakan
yang ada kemudian dianggap tidak diperlukan lagi, hanya
bersifat pemborosan, dan tidak tepat.
3 Model perubahan kebijakan
 Tesis Siklikal (The Cyclical Thesis)
Model ini menjelaskan bahwa
perubahan kebijakan disebabkan
adanya suatu pergeseran secara terus
menerus dalam keterlibatan secara
nasional antara kepentingan publik
dan kepentingan swasta
 Tesis Policy Learning
Model ini memandang perubahan kebijakan sebagai
suatu fungsi dari tiga faktor:
- interaksi dari advocacy coalitions
- perubahan-perubahan eksternal terhadap subsistem
- Akibat-akibat dari parameter sistem yang stabil.
 Tesis zig zag
Polaini dikarakteristikkan oleh zig zag effect atau
stimulus dan respons. Ini bukan merupakan
pergeseran besar dari liberal ke konservatisme. Konsep
Class strugless atau koalisi masyarakat yang bersaing
merupakan suatu cara yang berguna untuk
menjelaskan pergeseran-pergeseran.
Terminasi Kebijakan
 Istilah terminasi kebijakan mengarah pada
penghapusan agensi, mengarahkan kembali kebijakan
dasar, penghapusan program, penghapusan sebagian
(agensi, kebijakan dasar, dan program), dan
pengurangan anggaran.
 Munculnya tuntutan politik agar kebijakan
diterminasi biasanya disebabkan terkontaminasinya
implementasi kebijakan dan komponen-
komponennya oleh kepentingan pribadi ataupun
kepentingan jangka pendek para aktor yang terlibat.
Sehingga, kebijakan atau program menghadapi
masalah pembiayaan.
 Berkaitan dengan itu, kelompok koalisi anti terminasi
segera melakukan mobilisasi dan menggunakan segala
sumber daya yang dimiliki untuk mempertahankan
kebijakan, program, dan organissai yang dituntut
untuk diterminasi.
Alasan adanya perhatian terhadap
terminasi
 Beberapa kebijakan dan program ternyata tidak
efektiff sehingga perlu untuk dihapuskan
 Adanya suasana politik yang tidak mendukung
pelaksanaan program serta pengurangan fiskal yang
biasanya berwujud penyusutan anggaran.
Bentuk-bentuk terminasi
(Lester dan Stewart, 2000)
 Terminasi fungsional, yaitu terminasi yang terarah
pada tindakan eliminasi seluruh area kebijakan,
meliputi baik organisasi maupun kebijakannya
sendiri.
 Terminasi organisasi, yaitu tertuju pada penghapusan
seluruh organisasi yang terlibat dalam implementasi
kebijakan atau program, akibat dari kegagalannya
mencapai tujuan.
 Terminasi kebijakan, yaitu tertuju kepada
penghapusan sebuah kebijakan ketika teori dan
pendekatan yang mendukung sudah tidak dipercaya
kebenarannya oleh aktor-aktor formal.
 Terminasi program, dilakukan untuk mengeliminasi
program-program spesifik
2 Pendekatan dalam studi
Terminasi Kebijakan
 Terminasi big bang
Pihak pemegang otoritas kebijakan mmenetapkan
terminasi secara desisif dan dilakukan dalam waktu
cepat, sehingga tidak memberikan kesempatan oposisi
untuk mengorganisisr kekuatan melawan langkah
terminasi.
 Terminasi Long Whimper
Menunjukkan terminasi sebagai akhir dari proses
penurunan sumber daya organisasi dalam waktu yang
lama. Proses yang terjadi di sebut juga
dekrementalisme.
 Dari uraian di atas, bahwa terminasi kebijakan tidak
sepenuhnya didasarkan pada alasan-alasan rasional
dan administratif semata, namun nilai-nilai politik
dan ideologi merupakan variabel kunci untuk
menjelaskan langkah dilakukannya terminasi
kebijakan, pertimbangan-pertimbangan politik lebih
mengemuka dibandingkan pertimbangan evaluasi.
Strategi untuk melakukan terminasi
kebijakan (Robert Behn)
 Para terminator disarankan untuk tidak mengumbar
infformasi secara dini mengenai terminasi kebijakan
tertentu.
 Terminator akan lebih berhasil menghapus kebijakan
jika memperluas para pendukungnya hingga keluar
basis pendukungnya secara tradisional
 Memfokuskan terminasi pada kebijakan atau program
yang secara politis tidak merusak.
 Memanfaatkan ideologi untuk memberi persfektif
baru bahwa kebijakan yang akan dieliminasi bersifat
merusak.
 Menciptakan langkah-langkah yang akan
menggagalkan terjadinya kompromi berbagai
kelompok yang mendukung kebijakan yang
dieliminasi.
 Menggunakan para outsider mengembangkan isu-isu
yang tidak menguntungkan kebijakan yang akan di
hapus.
 Menghindari pemungutan suara di lembaga
legislatif, karena para legislator biasanya
berorientasi pada dukungan bukan pada
permusuhan.
 Para terminator dari birokrasi disarankan untuk
menghindari konflik antara kekuatan
konstitusional presiden dan legialtif.
 Menerima peningkatan biaya terminasi dalam
jangka pendek.
 Menawarkan pekerjaan alternatif bagi pekerja
yang terlibat dalam program yang dieliminasi,
serta memberi biaya pengganti pada organisasi
klien yang terlibat dalam program.
 Menciptakan kasus yang menimbulkan persepsi
bahwa kebijakan baru yang lebih baik perlu diadopsi
tetapi dengan persyaratan adanya penghapusan
kebijakan yang sedang berjalan.
 Karena terminasi merupakan cara yang sulit, maka
supaya tidak counter productive para terminator
disarankan melakukan terminasi tidak sembarangan
dan tergesa-gesa.
GOOD GOVERNANCE
 Good governance dapat dimaknai sebagai:
1. Kinerja suatu lembaga
2. Mengarahkan, mengendalikan, dan
mempengaruhi masalah publik
Latar Belakang Good Governance
 Tuntutan eksternal (pengaruh globalisasi)
 Tuntutan internal
Tuntutan terhadap pemerintahan yang
menerapkan nilai transparansi,
akuntabilitas, partisipasi, dan demokrasi.
Prinsip Good Governance
 Partisipasi
 Aturan hukum
 Transparansi
 Daya tanggap
 Berorientasi konsensus
 Berkeadilan
 Efektif efisien
 Akuntabilitas
 Visi strategis
Karakteristik Good Governance
 Diakuinya semangat pluralisme
 Tingginya sikap toleransi
 Tegaknya prinsip demokrasi
Implementasi Good Governance
dalam Kebijakan Publik
 Apakah formulasi kebijakan sudah dilandasi praktek
implementasi good governance
 Apakah implementasi kebijakan sudah dilandasi
praktek implementasi good governance
 Apakah evaluasi kebijakan sudah dilandasi praktek
implementasi good governance
Matriks Good Governance

No Kebijakan Transpa- Akuntab Fairness Responsi Total


ransi ilitas -veness Skor
1 Formulasi
2 Implementasi
3 Evaluasi
Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Provinsi Jawa Barat dan
Perekonomian Kota Bandung
disampaikan dalam rangka mendukung perumusan
kebijakan dan sasaran pokok RPJMD Kota Bandung

BANDUNG, OKTOBER 2023

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


PROVINSI JAWA BARAT
OUTLINE 2

OVERVIEW PEREKONOMIAN GLOBAL DAN NASIONAL

OVERVIEW PEREKONOMIAN JAWA BARAT

PEREKONOMIAN KOTA BANDUNG


PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN GLOBAL 3

Pertumbuhan ekonomi dunia diprakirakan tetap sebesar 2,7% dengan kecenderungan ekonomi Tiongkok melambat dan ekonomi Amerika Serikat
yang makin kuat...
• Pergeseran komposisi pertumbuhan ekonomi global 2023 semakin kuat, ekonomi Tiongkok lebih rendah akibat krisis properti, ekonomi Eropa melemah dipicu
oleh dampak eskalasi ketegangan geopolitik. Sebaliknya, ekonomi AS lebih baik dari prakiraan semula dipengaruhi konsumsi yang membaik ditopang kenaikan
upah dan pemanfaatan tabungan yang tinggi (excess saving).
• Tekanan inflasi masih tinggi mendorong kenaikan suku bunga kebijakan moneter negara maju.
• Ketidakpastian pasar keuangan global meningkat. Aliran modal ke negara berkembang lebih selektif dan tekanan nilai tukar negara berkembang meningkat.

Pertumbuhan PDB Dunia Inflasi Global

Indeks Ketidak Pastian Global


PEREKONOMIAN DOMESTIK 4

Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2023 tercatat sebesar 5,17% (yoy), meningkat dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya
sebesar 5,04% (yoy)
• Sumber pertumbuhan adalah kuatnya permintaan domestik sejalan kenaikan pertumbuhan konsumsi RT dan pemerintah serta peningkatan
investasi, di tengah kinerja ekspor yang menurun karena melemahnya perekonomian dan harga komoditas dunia.
• Secara spasial, pertumbuhan Jawa – Sumatera meningkat sedangkan Kalimantan - Sulawesi melambat.
• Inflasi IHK September 2023 tercatat rendah, yaitu 2,28% (yoy), lebih rendah dari inflasi Agustus 2023 sebesar 3,27% (yoy). Secara spasial,
perkembangan inflasi di setiap wilayah sangat beragam.
• Bank Indonesia meyakini inflasi tetap terkendali dalam kisaran 3,0±1% pada sisa tahun 2023 dan 2,5±1% pada 2024.

Pertumbuhan Ekonomi Regional Q2 2023 Inflasi Nasional September 2023


Aceh 1,83 Kepulauan Riau 2,05 Kalimantan Barat 2,26 Gorontalo 1,16
Sumatera Utara 2,15 Bengkulu 2,4 Kalimantan Selatan 2,72 Sulawesi Utara 1,16
Riau 1,96 Kepulauan Babel 3,55 Kalimantan Timur 3,07 Sulawesi Tengah 2,44
Sumatera Barat 1,94 Sumatera Selatan 2,28 Kalimantan Tengah 1,88 Sulawesi Barat 1,19
Lampung 2,27 Jambi 1,7 Kalimantan Utara 2,16 Sulawesi Selatan 2,33
Sulawesi Tenggara 3,46

INFLASI NASIONALL
September 2023: 2,28% (yoy)

Banten 1,81 Bali 2,4 Maluku 3,1


DKI Jakarta 1,89 Nusa Tenggara Barat 2,29 Maluku Utara 3,34
Jawa Barat 2,35 Nusa Tenggara Timur 2,19 Papua 2,69
Jawa Tengah 1,99
Papua Barat 2,69
Jawa Timur 3,01
DI Yogyakarta 3,30
PEREKONOMIAN
JAWA BARAT

BANDUNG, SEPTEMBER 2023


PEREKONOMIAN JAWA BARAT 6

Ditopang oleh tingginya permintaan pada momentum HBKN Idul Fitri dan Idul Adha
• Perekonomian Jawa Barat pada triwulan II 2023 tumbuh 5,25% (yoy), Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat dan Nasional
membaik dari triwulan I 2023 yang sebesar 5,01% serta lebih tinggi % (YOY)
5.25
dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,17% (yoy). Jawa Barat Nasional 5.03
8
5.01 5.17
• Dari sisi pengeluaran, peningkatan kinerja ekonomi Jawa Barat 4
bersumber dari konsumsi RT, investasi, dan ekspor dalam negeri. Secara
sektoral, sumber pertumbuhan perekonomian Jawa Barat bersumber 0

dari industri pengolahan, perdagangan besar, dan infokom.


-4

• Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat utamanya ditopang oleh


-8
permintaan domestik seiring dengan momentum HBKN Idulfitri dan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Idul Adha.
2019 2020 2021 2022 2023

Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Jawa Pertumbuhan Sisi Permintaan dan Sektoral


Komponen 2023 2023
Lapangan Usaha
Permintaan I II I II
Pertanian 2,28 0,04
Konsumsi RT 4,60 5,53
Industri Pengolahan 6,62 5,67
Konsumsi Pemerintah 6,96 10,94 Konstruksi 0,03 4,85

Investasi 2,98 7,08 Perdagangan Besar dan Eceran 4,42 3,67

Transportasi dan Pergudangan 6,37 10,09


Ekspor Total 7,59 11,94
Penyediaan Akmamin 9,19 6,86
Sumber: BPS
Impor Total 18,80 15,41 Informasi dan Komunikasi 7,36 8,17
KINERJA PEREKONOMIAN SISI PERMINTAAN 7

Konsumsi masyarakat tetap kuat, di tengah moderasi permintaan ekspor…


• Pertumbuhan konsumsi yang masih positif tercermin dari data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang masih dalam level optimis
meskipun tidak setinggi pada periode HBKN Idulfitri menjadi sebesar 108,20 pada triwulan III 2023
• Berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran, Indeks Penjualan Riil Jawa Barat pada triwulan III 2023 diperkirakan lebih rendah menjadi
sebesar 150,7. Adapun penurunan penjualan terutama terjadi pada komponen sandang dan makanan minuman seiring dengan normalisasi
konsumsi pasca periode HBKN Idulfitri
• Sementara itu, permintaan global diperkirakan masih lemah sebagaimana terindikasi dari Purchasing Managers Index (PMI) negara mitra
dagang yang berada pada level pesimis memasuki triwulan III 2023 (AS 46,2; Eropa 42,7; Tiongkok 49,3; dan Jepang 49,6)

Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Penjualan Riil PMI Negara Mitra Dagang

Sumber: BI, DPMPTSP, Trading Economics


KINERJA EKSPOR MENGALAMI PERBAIKAN DI TW III 2023 8

• Pada awal tw III 2023, ekspor manufaktur Jawa Barat tumbuh membaik meskipun masih kontraksi sebesar –1,3% (yoy). Berdasarkan
komoditas, perbaikan ekspor terutama pada elektronik, kulit & alas kaki, karet & plastik dan kendaraan.
• Peningkatan ekspor terutama terjadi ke Tiongkok (18,34% yoy), sementara ekspor ke AS, Eropa dan Jepang membaik namun masih kontraksi.
• Hingga akhir bulan Juli 2023, seluruh sub sektor ekspor manufaktur masih mengalami kontraksi kecuali sub sektor kendaraan.

Pertumbuhan Sub Sektor Industri Perkembangan Ekspor Ke Negara Tujuan Utama


Sub Sektor Indusri 2022 2023 Share
I II III IV I II III* II 2023
MANUFAKTUR 17.6% 20.4% 19.1% 0.7% -4.5% -9.8% -1.3% 99.3
TPT 31.0% 31.3% -2.5% -20.1% -25.1% -23.6% -16.5% 13.1
Elektronik 10.2% -3.3% 8.6% -2.1% -6.9% -13.9% -2.4% 16.8
Kimia 23.9% 8.4% -2.2% -19.9% -19.9% -16.7% -10.84% 7.6
Mesin 3.3% 20.0% 11.4% -8.6% -10.6% -23.6% -10.8% 4.2
Karet & Plastik 9.3% 10.9% 11.7% -5.8% -4.3% -7.5% -2.3% 6.4
Kulit & Alas Kaki 35.5% 49.2% 42.1% 10.9% -12.9% -17.2% -7.2% 8.1 Kinerja PMI Negara Mitra Dagang
Logam 43.1% 17.2% -6.9% -30.6% -28.5% -31.3% -27.5% 2.4
Makanan dan 65 Europe US China Japan
Minuman 15.4% 30.6% 33.1% 10.5% 26.1% 3.0% -7.9% 7.2 60
55
Furniture 36.5% 5.0% -7.7% -33.3% -32.3% -19.9% -11.9% 1.5 50
45
Kendaraan 6.4% 44.0% 85.9% 59.7% 35.9% 10.5% 10.9% 20.9
40
Kertas 5.9% 20.2% 2.4% 1.0% 3.2% -13.9% -5.4% 3.3 35
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III*
Lainnya 23.3% 17.5% 10.5% -14.2% -12.1% 9.7% 35.5% 7.9
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
Total Ekspor 17.5% 20.5% 19.5% 0.5% -4.3% -9.7% -1.3% 100
KINERJA EKSPOR ANTAR DAERAH 9

• Nilai Ekspor Jawa Barat pada triwulan II 2023 sebesar Rp 208,89 T, terdiri dari ekspor luar negeri (38,6%) dan ekspor antar
daerah (61,4%).
• Pertumbuhan total ekspor sebesar 11,94% (yoy) bersumber dari ekspor antar daerah 31,12% (yoy), dan ekspor luar negeri
yang terkontraksi -9,19% (yoy).
• Hingga bulan Juli 2023, pengiriman barang melalui pelabuhan laut di Jawa Barat sebagian besar dilakuan dengan tujuan
domestik sebanyak 36.244 ribu ton atau tumbuh sebesar 56,6% (yoy), lebih banyak dibandingkan dengan tujuan luar negeri
sebanyak 26.474 ribu ton.

Laju Pertumbuhan Ekspor Jabar Jumlah Muat Barang Kapal Laut (ton)
Laju Pertumbiuhan Share
Domestik Luar Negeri
(%) (%)

44,015,916
Komponen

40,616,856

37,245,369

36,244,656
Q1 2023 Q2 2023

34,803,846

34,803,846
29,384,544
27,268,164

26,471,214
26,444,145
Ekspor Barang dan Jasa 4.95 11.94 100.00

24,987,900

21,117,096

20,124,720
Ekspor Luar Negeri -0.05 -9.19 38.60

12,274,416
Ekspor Antar Daerah 9.43 31.12 61.40

Impor Barang dan Jasa 2.91 15.41 100.00


Impor Luar Negeri -15.01 -19.84 20.55
Impor Antar Daerah 11.14 30.21 79.45 JAN FEB MAR APR MER J UN J UL
2023
KINERJA PEREKONOMIAN SISI SEKTORAL 10

Kinerja sektor industri pengolahan dan konstruksi diperkirakan membaik pada triwulan III 2023...
• Indeks Survei Kegiatan Dunia Usaha diperkirakan meningkat dari 29,60% pada triwulan II 2023 menjadi 46,40%
pada triwulan III 2023.
• Hari kerja efektif yang relatif lebih banyak di triwulan III 2023 mendorong perbaikan kinerja sektor riil sebagaimana
tercermin pada sektor industri pengolahan dan sektor konstruksi. Hal ini terindikasi dari pertumbuhan penggunaan listrik
industri di Jawa Barat yang membaik meskipun masih kontraksi menjadi –0,81% (yoy) pada triwulan III 2023. Sementara
pertumbuhan penggunaan semen di Jawa Barat tercatat meningkat signifikan sebesar 9,89% (yoy).

Survei Kegiatan Dunia Usaha Pertumbuhan Penggunaan Listrik Industri Pertumbuhan Penggunaan Semen

Sumber: Bank Indonesia


INFLASI JAWA BARAT PADA SEPTEMBER 2023 TERKENDALI 11

Inflasi disumbang oleh kenaikan harga beras dan penyesuaian tarif


bensin….. Inflasi Bulanan
Chart Title (mtm)
• Inflasi Jabar bulan September 2023 sebesar 0,11% (mtm), secara tahunan 0.5
0.4
2,35% (yoy) dan secara tahun berjalan 1,60% (ytd). 0.3
0.2
• Inflasi kelompok makanan bergejolak berasal komoditas beras 0,1328% (mtm) 0.1
0
-0.1
dan wortel 0,0081% (mtm) yang disebabkan fenomena El Nino yang -0.2
Jawa
mempengaruhi panen dan kenaikan biaya input. Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Timur DIY
Tengah
JULI
• Inflasi kelompok administered price berasal dari kenaikan BBM jenis 0.06 0.19 0.21 0.15 0.28 0.2
AGUST -0.12 0.01 -0.05 0.11 -0.04 0.03
Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, Pertamina Dex, dan Pertamina Green 95. SEPT 0.22 0.19 0.11 0.32 0.29 0.41

• Inflasi kelompok inflasi inti berasal dari kenaikan harga air kemasan. JULI AGUST SEPT

Andil Kelompok dan Komoditas Utama Inflasi September 2023 (mtm) Inflasi Kab/Kota (mtm) Inflasi Tahunan (yoy)
Inflasi Kota Tasikmalaya 0.34%
Transportasi
0.0741 Beras
0,1328%
Kota Sukabumi 0.23% Jawa : 2,25% (yoy) Nasional : 2,28% (yoy)
Penyediaan Makanan
dan Minuman/Restoran
0.0201 Bensin Kota Cirebon 0.18% 1,89%
Informasi, Komunikasi, 0,0613%
dan Jasa Keuangan
0.0153
Biaya Pulsa Ponsel
Kota Bogor 0.16%
2,49%
Perawatan Pribadi dan
0,0161% 2,04% 3,01%
Jasa Lainnya Kota Bandung 0.11%
0.0109 2,35%
Wortel
Pakaian dan Alas Kaki 0,0081% Kota Depok 0.09%
0.0049 3,30%
Sumber: BPS
Air Kemasan Kota Bekasi 0.08%
0,0078%
STABILITAS SISTEM KEUANGAN JAWA BARAT TERJAGA 12

Pertumbuhan DPK dan kinerja penyaluran kredit perbankan tumbuh positif


• Pertumbuhan DPK sebesar 3,79% (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya (3,44%, yoy) terutama didorong kenaikan tabungan dan
deposito perorangan. Hal ini sejalan dengan normalisasi konsumsi shg saving menjadi lebih tinggi dan sebagai dampak dari kenaikan suku bunga
deposito pada periode laporan.
• Fungsi intermediasi perbankan yang ditunjukkan penyaluran kredit pada Tw. III 2023 masih tumbuh positif sebesar 8,54% (yoy), meningkat
dibandingkan Tw. II 2023 (6,95%). Membaiknya penyaluran kredit tersebut terutama didorong oleh peningkatan Kredit Modal Kerja (KMK) dan
Kredit Konsumsi (KK). Kondisi ekonomi yang semakin baik tercermin pada permintaan kredit modal kerja yang meningkat cukup signifikan, yang
menunjukkan permintaan domestik tetap menguat di Tw III 2023.
• Apabila dilihat secara detail, penyaluran kredit masih perlu didorong pada sektor angkutan & komunikasi dan sektor industri pengolahan. Adapun
pertumbuhan kredit pada sektor industri pengolahan ditengarai sebagai dampak dari berbagai tantangan ekonomi global yang berdampak pada
permintaan dari negara mitra dagang seperti Amerika Serikat dan Eropa.
Kinerja DPK Jawa Barat Kinerja Kredit Jawa Barat Kredit Berdasarkan Sektor

Sumber: Bank Indonesia


PENYALURAN KREDIT SEKTOR INDUSTRI 13

Perbankan memberikan perhatian pada sektor industri pengolahan Jawa Barat


• Penyaluran kredit sektor industri sebagian besar disalurkan pada sub sektor industri tekstil (18,1%) disusul industri makanan
16,93%), industri alat angkut 12,86% dan industri barang logam (10,23%).
• Pertumbuhan kredit sub sektor industri makanan tumbuh positif 6,25% (yoy), industri tekstil 5,13% (yoy), sementara itu sub
sektor barang logam terkontraksi – 1,9% (yoy) serta alat angkut -12,69% (yoy).
• Kredit yang disalurkan berdasarkan lokasi proyek senilai Rp884,46 Triliun, lebih besar dibandingkan kredit yang disalurkan
oleh perbankan di Jawa Barat senilai Rp554,93 Triliun. Artinya, sebagian dari proyek di Jawa Barat dibiayai oleh perbankan
di luar Jawa Barat khususnya DKI Jakarta.
Pangsa Penyaluran Kredit Sektor Industri Pertumbuhan Penyaluran Kredit Sektor Industri (yoy) Kredit Berdasarkan Lokasi

Industri Mamin & Tembakau Total Kredit (Lokasi Bank Pelapor) Total Kredit (Lokasi Proyek)
60.00 Industri Tekstil & Produk Tekstil 900.00
Industri Barang Logam
40.00 Industri Alat Angkutan
700.00
20.00
6.25
500.00
0.00 5.13
-1.90
300.00
-20.00
-12.69
100.00
-40.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III*
I II III IV I II III*
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia -100.00
2019 2020 2021 2022 2023 Sumber: Bank Indonesia 2022 2023
PROFIL PERBANKAN DI JAWA BARAT : SEBARAN KANTOR BANK 14

Jumlah kantor cabang bank umum dan syariah di Jawa Barat cukup seimbang, Kota Bandung merupakan
daerah dengan jumlah KC bank terbanyak di Jawa Barat…..
• Jumlah kantor cabang bank umum di Jawa Barat pada 2023* sebesar 377 unit (59%) sedangkan kantor cabang syariah
sebesar 264 unit (41%). Secara nasional, jumlah kantor cabang di Jawa Barat tersebut menempati posisi kedua setelah DKI
Jakarta.
• Jika dilihat dari sebaran kabupaten/kota, daerah yang memiliki jumlah kantor cabang bank yakni Kota Bandung (62 bank),
diikuti Kota Bogor (31 bank), Kota Cirebon (29 bank), dan Kota Tasikmalaya (23 bank).

Jumlah Bank di Jawa Barat Sebaran Bank Umum di Jawa Barat Tahun 2022
(unit) KC Bank Umum
UNIT
450 416 KC Bank Syariah
402 398 70
62
400 375 377
60
350
50
300 283 281
264 40
240 241 31
250 29
30 23
200
20
150
10
100
0
50

-
2018 2020 2021 2022 2023*

Sumber: OJK Sumber: Bank Indonesia


* Posisi Juni 2023 * Posisi Aug 2023
SISTEM PEMBAYARAN MENDUKUNG KELANCARAN TRANSAKSI EKONOMI 15

Sistem pembayaran mendukung kelancaran transaksi ekonomi …….


• Perkembangan transaksi arus kas pada awal Tw. III 2023 (Aug’23) menunjukan kondisi net-inflow sebesar Rp11,46 triliun selaras
dengan posisi Jawa Barat sebagai daerah penyangga ekonomi DKI Jakarta.
• Pada awal Tw. III 2023 (Aug’23), kondisi transaksi SKNBI dan RTGS meningkat, baik secara nominal dan volume transaksi.
Peningkatan ini sejalan dengan aktivitas usaha yang kembali normal seiring dengan hari kerja efektif yang lebih banyak
dibandingkan triwulan II 2023.
• Hingga Agustus 2023, perkembangan transaksi QRIS meningkat sebesar 210% (yoy). Peningkatan ini sejalan dengan perluasan
jumlah merchant QRIS di Jawa Barat. Pada bulan Agustus 2023 pengguna QRIS naik 406 ribu (216%, mtm), tertinggi secara
nasional. Jika dilihat secara spasial, jumlah merchant QRIS terbanyak berasal dari Kota Bandung. Sementara dari skala usaha,
jumlah merchant tertinggi berasal dari skala Usaha Mikro (UMI).

Pengolahan Uang Rp Nilai Transaksi RTGS Nilai Transaksi SKNBI Jumlah Pengguna QRIS di Indonesia
Rp triliun (Rp Miliar) (%, YOY)
Outflow RRH Transaksi g. Nominal (rhs) % yoy
1,000 RRH Transaksi g. Nominal (rhs) 20.00
5.00 40.00
900 15.00
4.50 3.83 3.79 30.00
Q3’23* : Rp2,95 T 4.00 20.00 800 10.00
3.50 2.62 10.00 700
Q2’23 : Rp20,8T 3.00 - 600
5.00
2.50 0.00
2.00 (5.63) (10.00) 500
(20.00) -5.00
Inflow 1.50 400
1.00 (30.00) 300 -10.00
(11.21)
Q3’23* : Rp14,41 T 0.50
0.00
(40.00)
(50.00)
200 -15.00
100 -20.00
Q2’23 : Rp24,1 T
I

IV
I

IV
I

IV
I
II
III

II
III

II
III

II
III* (Aug)

(22.72)
- -25.00

III

III

III
IV

IV

IV
II

II

II

II
I

III* (Aug)
2020 2021 2022 2023

2020 2021 2022 2023


PROSPEK DAN TANTANGAN PEREKONOMIAN JAWA BARAT 16

Perekonomian Jabar tahun 2023 diperkirakan tumbuh positif dalam kisaran 4,9% – 5,6 (yoy) seiring dengan perbaikan
konsumsi rumah tangga dan berlanjutnya realisasi investasi, meskipun dihadapkan pada beberapa tantangan….
Proyeksi Perekonomian Jawa Barat 2023 Tantangan Perekonomian Jawa Barat Tahun 2023

• Keseimbangan sektor industri Padat Modal (66,3%) vs


Padat Karya (33,7%)
• Sektor Industri dihadapkan pada lemahnya permintaan
ekspor dari negara negara mitra dagang
• Permintaan ekspor 2023 menurun : tekstil (-50%) ,
alas kaki (-30%) dan elektronik.
2023* = 4,9% - 5,6% • Reopening Tiongkok menjadi pesaing produk ekspor
2024* = 2,9% – 5,7% Jabar.
• Masuknya barang-barang dari Tiongkok dengan
harga murah
• Sektor pertanian dihadapkan pada rendahnya
produktifitas padi yang berdampak pada rendahnya
pertumbuhan sektor pertanian (2,28% yoy)
• Tantangan pembangunan infrastruktur, Kawasan Ekonomi
Sumber: Proyeksi Bank Indonesia Jawa Barat
Jawa Barat
PEREKONOMIAN
KOTA BANDUNG
PEREKONOMIAN KOTA BANDUNG 18

Kota Bandung berkontribusi kedua terbesar terhadap perekonomian Jawa Barat pada tahun 2022…
Pangsa PDRB Kota Bandung terhadap PDRB Jawa Barat sebesar 13,55%, kedua terbesar setelah Kab. Bekasi. Pada tahun 2022, pangsa ekonomi
Kota Bandung meningkat dari tahun sebelumnya, meskipun pertumbuhannya sedikit lebih rendah dibandingkan Provinsi Jawa Barat.

Share Perekonomian Kab/Kota terhadap Perekonomian Jawa Barat Tahun 2022

Perbandingan Pangsa Perekonomian 5 Kab/Kota di Jawa Barat


15.17%

13.55%

16.00% 2021 2022 Evaluasi Growth


1. Kab. Bekasi 15,44% 15,17% Turun < Jabar
11.07%

11.05%
14.00%
2. Kota Bandung 13,48% 13,55% Naik < Jabar
12.00% 3. Kab. Karawang 11,05% 11,07% Naik > Jabar
10.00% 4. Kab. Bogor 11,29% 11,05% Naik < Jabar
5. Kab. Bandung 5,92% 5,90% Turun < Jabar
5.90%

8.00%
4.54%

3.75%

6.00%
3.35%

3.16%

3.15%

2.75%

2.34%

2.23%

2.18%

2.18%

1.90%

1.76%

1.66%

1.56%

1.55%

1.52%
4.00%

1.22%

1.10%

1.03%

0.59%

0.54%

0.20%
2.00%
0.00%

Sumber: Badan Pusat Statistik,diolah


STRUKTUR PEREKONOMIAN KOTA BANDUNG DIDOMINASI SEKTOR PERDAGANGAN DAN 19
INDUSTRI PENGOLAHAN
Perekonomian Kota Bandung didominasi oleh Sektor Perdagangan Besar dan Eceran yang kontribusinya mencapai 25,41%, diikuti Industri
Pengolahan (19,430%), dan Informasi serta Komunikasi (14,41%). Pada tahun 2022, kinerja sektor yang mendominasi perekonomian Kota
Bandung tercatat melambat, diantaranya termasuk Industri Pengolahan, Informasi dan Komunikasi, dan Konstruksi. Namun di sisi lain, kinerja
Perdagangan masih optimis tumbuh.

Struktur Ekonomi Sektoral Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung


10.00%
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil… 25.41% 8.00%
5.41%
Industri Pengolahan 19.03% 6.00%

Informasi dan Komunikasi 14.41% 4.00%


3.76%
2.00%
Konstruksi 8.39%
0.00%
Transportasi dan Pergudangan 7.75% 2018 2019 2020 2021 2022
-2.00%
Jasa Keuangan dan Asuransi 6.22%
-4.00%
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4.72%
Jasa Pendidikan 4.12% Laju Pertumbuhan Sektor Utama Kota Bandung
Jasa lainnya/Other Services Activities 3.76%
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan… 2.36% Industri Pengolahan
Konstruksi
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.25% Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
40.00 Informasi dan Komunikasi
Real Estat 1.22%
30.00
Jasa Perusahaan 0.92%
20.00
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah… 0.24% 8.94
10.00 4.81
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0.09%
2.64
0.00
Pengadaan Listrik dan Gas 0.09%
2018 2019 2020 2021 2022 -0.38
Pertambangan dan Penggalian 0.00% -10.00

-20.00
Sumber: Badan Pusat Statistik,diolah Sumber: Badan Pusat Statistik,diolah
SEBARAN IBS DAN IMK 20

Industri Besar Sedang berada di Jabar Utara sedangkan Industri Mikro Kecil di Jabar Selatan
• Industri besar pada umumnya adalah adalah industri padat modal sehingga memiliki nilai tambah lebih tinggi dibandingkan dengan industri
kecil. Sebaran Industri di Jabar Utara menyebabkan Jabar Utara memiliki pendapatan regional yang lebih tinggi dibandingkan dengan Jabar
Selatan yang memiliki sebaran industri mikro kecil.

Sebaran Industri Besar dan Sedang (IBS) Sebaran Industri Mikro dan Kecil (IMK)
PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI DI JAWA BARAT 21

Di tengah berbagai tantangan global, realisasi investasi di Jawa Barat Semester I mencapai Rp 103,67 T (55%) dari target
tahun 2023 Rp 188T. Jabar menempati peringkat 1 secara nasional Berdasarkan sektornya, realisasi investasi terbesar di tahun
2023 pada sektor transportasi pergudangan, perumahan & kawasan industri, serta industri kendaraan bermotor.
Perkembangan Realisasi Investasi Jawa Barat Proporsi Realisasi Investasi Jawa Barat Tahun 2022-2023
Target:
Triliun Realisasi Investasi Jawa Barat Rp 188 T Sem-I
200
174.58 2023 Realisasi PMA di Jabar di
180
160
sepanjang semester I 2023
140
136.13 35.39% relatif lebih besar dibandingkan
120.43 PMA
120 tahun 2022. Hal ini seiring
100
46.29% Th. dengan realisasi investasi dari
103.67 2022 53.71% PMDN
80 Tiongkok yang cukup besar
60
64.07% menyusul finalisasi proyek
40
Kereta Cepat Jakarta-Bandung
20
0

2020 2021 2022 sem I-2023

Sektor dengan Realisasi Investasi Tertinggi Th. 2023 Negara dengan Realisasi Investasi Tertinggi Th. 2023

1. Transportasi, Gudang & 3. Industri Kendaraan R.R. Tiongkok 30.3%


Telekomunikasi dengan pangsa Bermotor dengan pangsa
sebesar 23,54% sebesar 10,53%
Jepang 22.9%
Singapura 13.1%
2. Perumahan, Kawasan 4. Industri Logam, Mesin & Korea Selatan 12.8%
Industri & Perkantoran dengan Elektronika dengan pangsa
pangsa sebesar 11,90% sebesar 9,02% Belanda 4.3%
Amerika Serikat 3.6%
REALISASI INVESTASI DI JAWA BARAT MASIH TERFOKUS DI JABAR UTARA 22

Alokasi investasi terkonsentrasi di Jawa Barat utara khususnya Kab Bekasi (25%) dan Kab Karawang (21,5%)
Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, perlu dikembangkan investasi di Jawa Barat selatan
Wilayah Porsi Realisasi Investasi 2023
Share realisasi investasi > 20% Kab Bekasi 25,53%
Kab Karawang 21,57%
Share realisasi investasi 4%-20%
Kab Purwakarta 8,67%
Share realisasi investasi 1%-3% Kab Bogor 7,39%
Kota Kab Bandung Barat 5,83%
Kab. Share realisasi investasi < 1%
Bekasi Kab. Kota Bekasi 5,48%
Bekasi
Kota Karawang Kab Bandung 4,35%
Depok Kota Bandung 4,02%
Kab. Indramayu Kab Subang 2,62%
Kab. Kota Kab. Subang Kab Sukabumi 2,45%
Kab. Kab.
Bogor Bogor Kab Sumedang 2,42%
Purwakarta Cirebon
Kota Kota Depok 1,66%
Kota Cirebon Kab Cirebon 1,59%
Kab. Kab Majalengka 1,53%
Kota Cimahi Kab. Sumedang
Kota Majalengka
Sukabumi Kota Cimahi 1,45%
Kab. Bandung
Bandung Barat Kab. Kuningan Kab Cianjur 0,77%
Kab. Kota Bogor 0,63%
Kab.
Sukabumi Kab Indramayu 0,54%
Kab. Bandung Kab.Ciamis Kab Garut 0,39%
Cianjur Kota Kota
Kota Tasikmalaya 0,31%
Tasikmalaya Banjar
Kab Tasikmalaya 0,26%
Kab. Kota Cirebon 0,21%
Garut Kab. Pangandaran 0,10%
Kab. Kab.
Tasikmalaya Pangandaran Kab Kuningan 0,08%
Kota Sukabumi 0,08%
Kota Banjar 0,04%
Kab Ciamis 0,02%
KAPASITAS FISKAL KOTA BANDUNG TAHUN 2023 DIPERKIRAKAN LEBIH BAIK 23

Seiring dengan perbaikan ekonomi di Jawa Barat, Kota Bandung menjadi salah satu daerah yang berpotensi mengalami lonjakan pertumbuhan
ekonomi karena mayoritas aktivitas ekonomi Jawa Barat salah satunya terpusat di kota Bandung, termasuk menjadi tujuan wisata domestik
utama. Pemulihan ekonomi yang akan mendorong pemulihan pendapatan berpeluang meningkatkan konsumsi durable goods, termasuk
properti. Perbaikan income masyarakat yang berdampak pada kemampuan membayar pajak PBB dan BPHTB yang semakin baik dan geliat
pariwisata berpotensi meningkatkan penerimaan pajak Kota Bandung 2023.

Realisasi Pendapatan Kota Bandung 2023 Realisasi Belanja Kota Bandung 2023 Target Pendapatan Pajak Kota Bandung 2023
Rp Triliun
0.71% Pajak Daerah Belanja Pegawai 2.75 2.71 2.71 2.70
5% 2.70
7%
1.27% 19.35% 2.65
Retribusi Daerah Belanja Barang dan
Jasa 2.60
46% 2.55
Belanja Modal 2.50
Hasil Pengelolaan
2.44
Kekayaan Daerah yang 2.45 2.40
78.67% Dipisahkan 42% Belanja Lainnya 2.40
Lain-lain PAD yang sah
2.35
2.30
2.25
2019 2020 2021 2022 2023
Pendapatan Kota Bandung 2023 Belanja Kota Bandung 2023
1. Ditargetkan meningkat signifikan seiring dengan 1. Anggaran belanja Kota Bandung di tahun
aktivitas ekonomi yang berjalan normal dimana hotel, 2023 disetujui sebesar Rp7,2 triliun
restoran, dan hiburan di Kota Bandung kembali ramai, 2. Mandatory spending yang harus masuk
terutama saat momen HBKN dan libur sekolah pada APBD tahun 2023 adalah
2. Perbaikan income masyarakat berdampak pada penambahan anggaran pendidikan,dan
kemampuan bayar pajak, khususnya untuk PBB dan bea anggaran kesehatan berupa insntif Sumber: DJKP Kementerian Keuangan, diolah
perolehan hak atas tanah dan bangunan tenaga kesehatan, *Data s.d Oktober 2023
PERLUNYA MENDORONG PENYALURAN KREDIT DI KOTA BANDUNG DI TAHUN 20223 24

Dari sisi intermediasi perbankan, penyaluran kredit di Kota Bandung masih memiliki ruang untuk didorong lebih optimal, khususnya pada sektor-sektor
produktif yang memberikan multiplier effect besar dalam menggerakkan perekonomian. Sampai dengan pertengahan triwulan III 2023, penyaluran kredit
di Kota Bandung terpantau meningkat menjadi 1,33% (yoy) seiring dengan peningkatan penyaluran Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit Konsumsi (KK) dan
Kredit Investasi (KI). Adapun Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 113,95% yang menunjukkan bahwa penyaluran kredit masih bisa dioptimalkan. Di sisi
lain, penyaluran kredit UMKM terpantau kembali tumbuh positif menjadi 3,50 (yoy), konsisten tumbuh sepanjang 2023.

Pertumbuhan Kredit Kota Bandung berdasarkan Lokasi Proyek Pangsa Kredit berdasarkan Jenis Penggunaan
10.00% 8.87%
KI
8.00% 6.15% 27.30% KMK
6.00%
3.89% 42.72% KMK
4.00%
1.33% KK
2.00%
-0.32% KI
0.00% -2.53% -1.08%
I II III IV I II III*
-2.00%
2022 2023
KK
-4.00% 29.98%

Pertumbuhan Kredit berdasarkan Jenis Penggunaan Pertumbuhan Kredit UMKM di Kota Bandung
9.00% 7.93%
(yoy) Q2 2023 Q3* 2023 8.00%
7.59%

7.00%
6.00%
KMK -2,30% 1,39% 5.00%
3.47% 3.24% 3.50%
4.00% 2.95%
3.00% 1.99%
KI -5,83% -3,32% 2.00%
1.00%
0.00%
KK 5,75% 5,89% I II III IV I II III*
2022 2023
Sumber: LBU, diolah
*Data s.d Agustus 2023
SEBARAN KREDIT DAN DPK KOTA BANDUNG 25

Kota Bandung merupakan wilayah yang dominan dalam penyaluran kredit perbankan dimana menempati posisi ke-2
terbesar….
• Secara spasial, penyaluran kredit di Jawa Barat sebagian besar (42%) disalurkan ke Kabupaten Bekasi, Kota Bandung, dan
Kabupaten Bogor. Kabupaten Bekasi memperoleh penyaluran kredit terbesar ditengarai karena sebagai kota industri
terbesar se-Asia Tenggara terdapat 2000 perusahaan yang beroperasi di wilayah tersebut.
• Dana Pihak Ketiga (DPK) Jawa Barat terutama merupakan kontribusi dari simpanan masyarakat yang berasal dari Kota
Bandung, Kota Bekasi, dan Kota Bogor dengan total pangsa sebesar 61%.
Penyaluran Kredit Jawa Barat tw III 23* Sebaran DPK Jawa Barat tw III 23*
Rp Triliun
160
Rp Triliun
140 250 Sumber: LBU, diolah
*Data s.d Agustus 2023
120
200
100
150
80

60 100
40
50
20

0 0

Kab. Bogor

Kota Cimahi

Kab. Sumedang
Kab. Bekasi

Kota Cirebon

Kab. Cianjur

Kota Banjar

Kab. Bandung Barat


Kota Bekasi

Kota Sukabumi

Kab Indramayu
Kab. Cirebon

Kab. Ciamis
Kab. Sukabumi
Kab. Garut

Kab. Subang

Kab. Kuningan

Kab. Majalengka
Kota Bandung

Kota Bogor

Kab. Karawang
Kota Depok

Kota Tasikmalaya

Kab Bandung

Kab. Purwakarta

Kab. Tasikmalaya
2023*
Kab. Bekasi Kota Bandung Kab. Bogor Kota Bekasi Kab. Bandung Kab. Karawang
Kota Depok Kota Bogor Kab. Cirebon Kab. Subang Kab. Sukabumi Kab. Garut
Kab. Purwakarta Kab. Indramayu Kab. Kuningan Kab. Cianjur Kab. Sumedang Kab. Ciamis
Kab. Tasikmalaya Kab. Bandung Barat Kota Cimahi Kab. Majalengka Kota Tasikmalaya Kota Cirebon
Kota Sukabumi Kota Banjar Kab. Pangandaran
PROSPEK EKONOMI KOTA BANDUNG 2023 26

Pertumbuhan ekonomi Kota Bandung 2023 diperkirakan tumbuh positif seiring dengan perbaikan mobilitas dan aktivitas ekonomi serta
konsumsi masyarakat, dan perbaikan tersebut juga diperkirakan terus berlanjut hingga akhir tahun 2023. Indikator dini menunjukkan Indeks
Keyakinan Konsumen (IKK) masyarakat Kota Bandung s.d Agustus 2023 tercatat >100 yang mengindikasikan optimisme masyarakat masih
terjaga, salah satunya tercermin pada aktivitas leisure yang dilakukan.

Indeks Keyakinan Konsumen Tren Pencarian “Wisata Kota Bandung” pada Google​

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 120


Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Libur HBKN
100 Libur Tahun Ajaran Baru
OPTIMIS

Indeks Keyakinan Konsumen


140
80
120

100 60
PESIMIS

80 40

60
20
40
0
20

1/8/2023

4/2/2023

6/4/2023

8/6/2023
10/16/2022

11/27/2022
12/18/2022
11/6/2022

1/29/2023
2/19/2023
3/12/2023

4/23/2023
5/14/2023

6/25/2023
7/16/2023

8/27/2023
9/17/2023
6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2022 2023

Sumber: Survei Konsumen, diolah Sumber: Google Trend, diolah


PERLUNYA KESIAPAN KOTA BANDUNG DALAM MENYONGSONG PARIWISATA TAHUN 2023 27

Karakteristik pariwisata di Kota Bandung telah berubah dari wisata bersejarah/budaya menjadi wisata urban dengan tujuan kuliner, wisata
alam, shopping dan café hopping. Hal ini perlu diantisipasi oleh Pemerintah dan pelaku usaha untuk menyesuaikan segala fasilitas penunjang
pariwisata yang diperlukan.

Historical Urban
tourism tourism
*Wisata berbasis sejarah *Wisata berbasis Kuliner Shopping Wisata Alam Café hopping
dan budaya modernitas dan digitalisasi

3A 2P MENDORONG PARIWISATA

Atraksi Amenitas Akses

Tren wisata alam dan belanja menjadi Promosi & Pelaku Usaha
destinasi favorit bagi mayoritas wisatawan
saat ini

Komunikasi pemasaran dilakukan


secara intensif, informatif, dan inovatif.
KONDISI TERKINI KEMISKINAN KOTA BANDUNG 28

Kemiskinan Kota Bandung pada tahun 2022 menurun. Hal tersebut diindikasikan oleh turunnya indikator jumlah penduduk miskin, indeks
kedalaman, dan keparahan kemiskinan. Di sisi lain, kondisi ketimpangan di Kota Bandung tercatat lebih tinggi jika dibandingkan Provinsi Jawa
Barat. Adapun Garis Kemiskinan (GK) Kota Bandung menduduki peringkat ke-7 tertinggi di Jawa Barat.

Garis Kemiskinan Gini Ratio Jumlah Penduduk Miskin


0.48 112.5 109.8
0.459 120 2.80
Kota Depok 100
Kota Bekasi 0.46 0.442 100 89.4 84.7 2.70 2.70
Kota Bogor 0.427 2.68
0.44 0.423 80
Kota Sukabumi 2.60
0.42 0.417
Bekasi 0.402 60 2.55
Kota Cimahi 0.412 2.49 2.50
0.4 0.407 0.402 40 2.47
Kota Bandung 545,675 0.403
0.38 20 2.40
Karawang
Indramayu 0 2.30
0.36
Kota Tasikmalaya 2018 2019 2020 2021 2022
2018 2019 2020 2021 2022
Kota Cirebon
Majalengka Provinsi Jawa Barat Kota Bandung Kota Bandung Persentase Pend. Miskin (rhs)
Provinsi Jawa Barat
Bogor
Cirebon Indeks Kedalaman Kemiskinan Indeks Keparahan Kemiskinan
Pangandaran
Cianjur 2
0.4 0.34 0.38
Ciamis 1.47 0.33
Purwakarta 1.5 1.32 1.32
Bandung 1.09 1.13 0.3 0.24 0.23 0.24
Bandung Barat 1 0.78 0.17
0.61 0.7 0.2 0.14 0.13
Kota Banjar 0.48 0.53 0.11
Subang
0.5 0.1
Sumedang
Kuningan
0 0
Sukabumi
Tasikmalaya 2018 2019 2020 2021 2022 2018 2019 2020 2021 2022
Garut
Provinsi Jawa Barat Kota Bandung Provinsi Jawa Barat Kota Bandung
0 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 800,000
Sumber: Badan Pusat Statistik,diolah
PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN* WILAYAH JAWA 29

Jawa Barat memiliki angka pdd miskin cukup baik namun jumlah penduduk miskinnya terbesar di Jawa….
• Diagram %-tase Penduduk Miskin Tahun 2019 dan
2022 di Jawa Barat (%)
14.00

12.00

10.00

8.00

6.00

Penduduk Miskin 5 Daerah di Jawa (ribuan) 4.00

2.00

0.00
0 2 4 6 8 10 12 14
14

12

10

0
0 2 4 6 8 10 12 14
PERKEMBANGAN KETANAGA KERJAAN JAWA BARAT 30

Jawa Barat menjadi daerah dengan pengangguran tertinggi setelah Banten


• Diagram TPT Tahun 2019 dan 2022 di Jawa Barat (%)

12

• 10

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 5 Daerah di Jawa (%) 0


4 5 6 7 8 9 10 11
12

10

0
4 5 6 7 8 9 10 11 12
HATUR NUHUN

BANDUNG, SEPTEMBER 2023

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


PROVINSI JAWA BARAT
ANALISIS PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK
KETERANGAN:
• A: Dampak kekuatan-kekuatan dan
kondisi lingkungan masyarakat
terhadap Lembaga-Lembaga politik dan
pemerintah, proses politik dan perilaku
politik
• B: Dampak Lembaga-Lembaga politik
dan Lembaga pemerintah, proses-
proses politik dan perilaku politik
terhadap kebijakan pemerintah
• C: Dampak kekuatan-kekuatan dan
kondisi-kondisi lingkungan masyarakat
terhadap kebijakan pemerintah
• D: Dampak (umpan balik) kebijakan
pemerintah terhadap kondisi sosial
ekonomi
• E: Dampak (umpan balik) lemba-
Lembaga politik, Lembaga-Lembaga
pemerintah, proses-proses politik
terhadap kekuatan-kekuatan/kondisi
sosial/ekonomi
• F: Dampak (umpan balik) kebijakan
pemerintah terhadap Lembaga-
Lembaga pemerintahan, proses-proses
politik dan perilaku politik
LIMA PROSEDUR KEBIJAKAN (Source: William N Dunn, 2003)
ANALISIS KEBIJAKAN YANG BERORIENTASI PADA MASALAH (Source: William N Dunn, 2003)
PROSEDUR ANALISIS KEBIJAKAN (Source: William N Dunn, 2003)
BEBERAPA ALASAN PENTINGNYA ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK (Thomas R, Dye (1987) & J.E Anderson (1975):
1. Alasan Ilmiah: Pengetahuan yang lebih mendalam mengenai hakikat dan asal mula kebijakan publik, serta proses-proses
yang mengantarkan perkembanganya dan akibat-akibatnya pada masyarakat.
2. Alasan Profesional: Untuk merapkan pengetahuan ilmiah di bidang kebijakan pemerintah untuk memecahkan masalah-
masalah sosial sehari-hari (faktor-faktor yang membentuk kebijakan pemerintah, atau akibat-akibat yang ditimbulkan oleh
kebijakan-kebijakan tertentu)
3. Alasan Politis: Kebijakan pemerintahnya pada dasarnya dimaksudkan agar pemerintah dapat menempuh kebijakan yang
tepat guna mencapai tujuan yang tepat pula dan untuk menyempurnakan kualitas kebijakan pemerintah

PROSES KEBIJAKAN PUBLIK:


1. TAHAP PERUMUSAN KEBIJAKAN
2. TAHAP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
3. TAHAP EVALUASI KEBIJAKAN
7 LANGKAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK (Source: William N Dunn, 2003)
1. PENYUSUNAN AGENDA SETTING
• Melakukan penetapan agenda kebijakan, untuk menentukan masalah public yang akan dipecahkan (melalui problem structuring) dengan syarat:
Memiliki efek yang besar terhadap kepentingan masyarakat; membuat analog dengan cara memancing dengan kebijakan public yang pernah
dilakukan; isu tersebut mempu dikaitkn dengan symbol-symbol nasional/politik yang ada; terjadinya kegagalan pasar, dan tersedianya teknologi dan
dana untuk menyelesaikan masalah public.
2. ADOPSI KEBIJAKAN
• Proses menentukan pilihan kebijakan melalui dukungan para stakeholders
3. PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK
• Proses politik yang amat komplek dan analitis dimana tidak mengenal saat dimulai dan diakhirnya dan batas-batas dari proses yang uncertainty
MODEL IMPLEMENTASI KEBIJAKAN (Source: Solihin A. Wahab, 2002)
VARIABEL IMPLEMENTASI KEBIJAKAN (Source: Solihin A. Wahab, 2002)
TERIMA KASIH
MERUMUSKAN MASALAH
DALAM KEBIJAKAN PUBLIK
INTRODUCTION (Source: Russel L Ackoff, 1974)
• Keberhasilan dalam memecahkan suatu masalah memerlukan penemuan solusi yang tepat terhadap masalah yang juga
tepat.
• Kita lebih sering gagal karena kita memecahkan suatu masalah yang salah daripada menemukan solusi yang salah
terhadap masalah yang tepat.

GAMBAR.1
PRIORITAS PERUMUSAN MASALAH
DALAM ANALISIS KEBIJAKAN
PENGENALAN MASALAH VS PERUMUSAN MASALAH
• Proses analisis kebijakan kadang tidak berawal dari masalah yang
diartikulasikan dengan jelas.
• Masalah sering diartikan sebagai perasaan khawatir atau kondisi kacau
yang dirasakan oleh para analisis kebijakan, pembuat kebijakan dan pelaku
kebijakan
• Masalah kebijakan adalah produk pemikiran yang dibuat pada suatu
lingkungan, suatu elemen situasi masalah yang diabstraksikan dari sebuah
situasi oleh para analisis
• Harus dibedakan antara situasi masalah yang dialami oleh para analis
dengan masalah itu sendiri
PERUMUSAN MASALAH VS PEMECAHAN MASALAH

• Analisis kebijakan publik merupakan proses yang berlapis-lapis.


• Urutan tertinggi adalah metode perumusan masalah, sedangkan
metode pemecahan masalah pada urutan yang lebih rendah.
• Sebagai urutan tertinggi metode perumusan masalah disebut
sebagai rancangan kebijakan atau rancangan ilmu.
• Menggunakan metode perumusan masalah ditingkat yang lebih
rendah berisiko memecahkan masalah yang salah.
PERUMUSAN KEMBALI MASALAH VS PEMECAHAN SOLUSI
MASALAH /PEMENTAHAN MASALAH

• Pemecahan Kembali masalah mencakup analisis ulang


terhadap masalah yang dipahami secara benar untuk
mengurangi kesalahan yang bersifat kalibrasional
• Pementahan solusi masalah berupa pembuangan suluasi
dikarenakan kesalahan dalam perumusan masalah
(1) CIRI PENTING MASALAH KEBIJAKAN (CIRI-CIRI MASALAH)

(1) Saling ketergantungan dari masalah kebijakan (masalah-masalah


kebijakan di dalam suatu bidang kadang mempengaruhi masalah-masalah
kebijakan di bidang yang lain.
• Seluruh sistem masalah adalah suatu sistem kondisi eksternal yang
menghasilkan ketidakpuasan di antara segmen-segmen masyarakat yang
berbeda.
• Pemecahan masalah tidak cukup hanya menggunakan pendekatan analitis
yaitu pendekatan yang memecahkan masalah ke dalam elemen-elemen
atau bagian yang menyusunnya.
• Penyelesaian masalah harus bersifat holistik dimana pendekatan yang
digunakan memandang bagian-bagian sebagai kondisi yang tidak
terpisahkan dari keseluruhan sistem yang mengikatnya.
(2) CIRI PENTING MASALAH KEBIJAKAN (CIRI-CIRI MASALAH)

(2) Subyektivitas dari masalah kebijakan (kondisi


eksternal yang menimbulkan suatu permasalahan
didefinisikan, diklasifikasikan, dijelaskan dan dievaluasi
secara selektif)
• Suatu masalah bukan situasi masalah yang
diabstraksikan dari situasi oleh para analis.
• Harus dibedakan antara situasi masalah dengan
masalah kebijakan karena masalah adalah barang
abstrak yang timbul dengan mentransformasikan
pengalaman ke dalam penilaian para analis
(3) CIRI PENTING MASALAH KEBIJAKAN (CIRI-CIRI MASALAH)

(3) Sifat buatan dari masalah


• Masalah kebijakan hanya mungkin terjadi ketika
pembuat kebijakan mempunyai keinginan untuk
mengubah situasi masalah.
• Masalah kebijakan merupakan hasil/produk penilaian
subyektif pembuat kebijakan sebagai definsi yang sah
dari kondisi sosial yang objektif
• Tidak ada keadaan di masyarakat yang alamiah
sehingga apa yang ada di dalam masyarakat dengan
sendirinya merupakan masalah kebijakan
(4) CIRI PENTING MASALAH KEBIJAKAN (CIRI-CIRI MASALAH)

(4) Dinamika masalah kebijakan


• Terdapat banyak solusi untuk suatu masalah/
• Masalah dan solusi berada dalam perubahan-
perubahan yang tidak konstan.
• Solusi terhadap masalah dapat menjadi using
meskipun barangkali masalah itu sendiri belum
usang
MASALAH vs ISU
• Penting untuk mengenali perbedaan diantara
situasi problematis, masalah kebijakan dan isu
kebijakan---untuk memahami dan menafsirkan
sebuah peristiwa yang menimbulkan
ketidaksetujuan tentang serangkaian tindakan
pemerintah yang actual maupun potensial
• Formulasi masalah dipengaruhi oleh asumsi-
asumsi para pelaku kebijakan yang berbeda
(legislator, administrator, pimpinan-pimpinan
bisnis, kelompok konsumen.
• Formulasi masalah yang berbeda menentuikan
bagaimana isu-isu kebijakan didefinisikan
• Isu utama ditemui pada tingkat pemerintahan
tertinggi
• Isu sekunder adalah isu yang terletak pada
tingkat instansi pelaksana
• Isu fungsional pada tingkat program / proyek
• Isu minor isu yang paling sering ditemukan pada
tingkat proyek yang spesifik
GAMBAR.2
HIERARKI TIPE-TIPE KEBIJAKAN
TIGA KELAS MASALAH KEBIJAKAN

• Masalah yang sederhana


(well-structured)
• Masalah yang agak
sederhana
(moderatelyu-
structured)
• Masalah yang rumit
• Struktur masing-masing
kelas masalah
ditentukan oleh tangkat
kompleksitasnya
PERUMUSAN MASALAH DALAM ANALISIS KEBIJAKAN

• Syarat untuk memecahkan masalah yang rumit berbeda dengan


memecahkan masalah yang lebih sederhana
• Masalah sederhana bisa menggunakan metode konvensional
• Masalah yang rumit menuntut analisis untuk mengambil bagian
aktif dalam mendefinisikan hakekat dari masalah itu
• Untuk mendefinisikan secara aktif hakekat masalah----para
analis tidak saja menghadapkan pada keadaan problematis
tetapi juga membuat penilaian dan pendapat secara kreatif
• Analisis kebijakan dibagi ke dalam 2 jenis analisis: PERUMUSAN
MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH
PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN STRATEGI
PEMULIHAN EKONOMI KOTA KOTA BANDUNG JANGKA
MENENGAH DAN JANGKA PANJANG

Oleh: Dr. Bagdja Muljarijadi


CEDS – FEB Universitas Padjadjaran

Seminar Perencanaan Ekonomi Makro Kota Bandung, 12 Oktober 2023


Trend Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung Pra
dan Pasca Pandemik
• Disrupsi global akibat pandemi COVID-
19
• Dampak terhadap perekonomian Kota
280000,00
Trend Pertumbuhan Pra Covid Bandung kontraksi hampir 8%, dari
260000,00 6,79% (2019) menjadi -2,28% (2020).
240000,00 • Kecenderungan pertumbuhan
220000,00
sebelum dan setelah pandemic covid-
19, perekonomian Kota Bandung
200000,00 Trend Pertumbuhan Pasca Covid
mengalami divergensi
180000,00
• Strategi BaU hanya akan memberikan
160000,00 trend pertumbuhan di bawah
sebelum pandemic
140000,00

120000,00
• Perlu strategi kebijakan yang lebih
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 terarah
PDRBF PDRBact PDRBCov
Linear (PDRBF) Linear (PDRBCov)
Permasalahan
1. Perkembangan permasalahan ekonomi global dan nasional yang sangat dinamis masih menjadi
kendala bagi Pemerintah Kota Bandung untuk menyusun strategi dan kebijakan pembangunan
ekonomi yang bisa beradaptasi dan antisipatif terhadap perubahan tersebut.
2. Sektor pembangunan ekonomi relatif masih bersifat sektoral, belum menjadi satu kesatuan
yang terintegrasi saling bersinergi untuk mencapai target-target kinerja pembangunan yang
telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan jangka menengah maupun jangka pendek.
3. Program dan kegiatan pembangunan untuk pemulihan ekonomi Kota Bandung masih
diperlukan pendalaman dari sisi akademisi agar program dan kegiatan tersebut tidak bersifat
“Business as Usual”, tapi lebih inovatif dan menjadi solusi untuk mengatasi krisis ekonomi agar
tidak berkepanjangan.
Model Percepatan Pertumbuhan Ekonomi
Kota Bandung
• Model Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung
• Proyeksi Nilai PDRB Ekonomi Kota Bandung Pada Tingkat
Pertumbuhan Tertentu
• Proyeksi Nilai Investasi Kota Bandung Pada Tingkat Pertumbuhan
Tertentu
• Proyeksi Nilai Tenaga Kerja Kota Bandung Pada Tingkat Pertumbuhan
Tertentu
• Proyeksi Logis Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung
Model Percepatan Pertumbuhan Ekonomi
Kota Bandung

lnPDRB=LnA+α Ln(PMTDB)+βLn(TK)

PDRB : Nilai PDRB berdasarkan harga konstan periode 2010-2021, sebagai proksi aktivitas ekonomi Kota Bandung

PMTDB : Besaran PMTDB berdasarkan harga konstan periode 2010-2021, sebagai proksi besaran input investasi/modal yang dibutuhkan
dalam perekonomian
TK : Jumlah input tenaga kerja Kota Bandung periode 2010-2021
A : Mewakili variabel input lainnya, selain PMTDB dan TK yang dianggap bisa mempengaruhi besaran aktivitas ekonomi Kota Bandung

a dan b : Mewakili nilai parameter berupa elastisitas dari PMTDB dan TK terhadap PDRB
Tujuan pembentukan model pertumbuhan
1. Berusaha menentukan besaran tingkat pertumbuhan ekonomi yang akan membuat perekonomian Kota Bandung
bisa kembali ke trend pertumbuhan di masa sebelum pandemik paling tidak hingga tahun 2025.

2. Setelah diketahui tingkat pertumbuhan yang diperlukan, Langkah selanjutnya adalah menentukan prasyarat untuk
mencapai tingkat pertumbuhan tersebut, dalam hal ini mencari tahu berapa besar pertumbuhan PMTDB dan juga
pertumbuhan TK yang akan menghasilkan pertumbuhan tersebut.

3. Langkah terakhir adalah Menyusun Langkah-langkah strategis apa yang bisa dilakukan oleh pemerintah Kota
Bandung, dan segenap lapisan masyarakat, agar syarat-syarat pertumbuhan tersebut – yaitu besaran pertumbuhan
PMTDB dan juga pertumbuhan tenaga kerja bisa dicapai, tentu saja dengan memperhatikan berbagai kejadian
yang mungkin dihadapi oleh perekonomi baik di tingkat Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Nasional maupun

perekonomian dunia.
Transformasi Struktural Nilai Tambah Kota
Bandung
Sektor Perdagangan, Industri, Pariwisata serta Informasi dan Komunikasi merupakan 4 sektor terpenting di
Kota Bandung, karena ke-4 sektor ini memiliki share nilai tambah dan juga share tenaga kerja ter besar di
Kota Bandung – share Nilai tambah di atas 65% dan share tenaga kerja mencapai 60%.
35,00

30,00 • Terjadi Penurunan Share Nilai


R² = 0,9157
Tambah sektor Industri dan
25,00
Perdagangan (dua sektor
R² = 0,991
20,00
penyumbang terbesar PDRB)
• Sektor Pariwisata cenderung
15,00
R² = 0,9632
menurun sejak pandemik Covid-19
dan belum pulih hingga tahun 2022
10,00
• Terjadi kenaikan share Nilai Tambah
5,00 sektor Informasi dan Komunikasi
• Sektor Informasi dan Komunikasi
-
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 menjadi sektor yang menjadi
Industri Perdagangan Infok om sumber pertumbuhan ekonomi di
Pariwisat a Poly . (Industri) Poly . (Perdagangan) masa depan
Poly . (Infokom) 2 per. Mov. Avg. (Pariwisata)
Kondisi Sosial Kota Bandung – Pembangunan Inklusif?
Persentase Kemiskinan (%) Gini Rasio Tingkat Pengangguran (%)
14 12
0,5
12 11
10 0,45 10
8
9
0,4
6
8
4
0,35
7
2
0,3 6
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 5
0,25
4
Persentase Kemiskinan Bandung 4,95 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Persentase Kemiskinan Indonesia
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Linear (Persentase Kemiskinan Bandung 4,95) Gini Kota Bandung Gini Indonesia
Pengangguran Bandung Pengangguran Indonesia
Linear (Persentase Kemiskinan Indonesia)

• Laju penurunan penduduk miskin di Kota Bandung lebih rendah dibandingkan dengan laju penurunan penduduk
miskin di tingkat nasional – menunjukkan berlaku hukum diminishing dalam penurunan tingkat kemiskinan
• Kecenderungan ketimpangan di Kota Bandung meningkat, sementara di Indonesia kecenderungannya justru
menurun
• Meskipun Kota Bandung memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi – sebelum covid – akan tetapi tingkat
penganggurannya cenderung berada di atas tingkat pengangguran secara nasional
Hasil model pertumbuhan ekonomi kota
bandung dan Growth Accounting
Dependent Variable: Ln(PDRB)
Method: Least Squares
ln 𝑃𝐷𝑅𝐵
Sample (adjusted): 2010 2021
Included observations: 12 after adjustments
= 1,033 𝐿𝑛 𝑃𝑀𝑇𝐷𝐵
White-Hinkley (HC1) heteroskedasticity consistent standard errors and covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
+ 0,85 𝐿𝑛 𝑇𝐾 + 𝜀
C -10,941 4,671 -2,342 0,044
Ln(PMTDB) 1,033 0,101 10,253 0,000 Growth Accounting
Ln(TK) 0,850 0,394 2,158 0,059

R-squared 0,969 Mean dependent var 11,926


Adjusted R-squared 0,962 S.D. dependent var 0,236 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐸𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖
S.E. of regression
Sum squared resid
0,046
0,019
Akaike info criterion
Schwarz criterion
-3,096
-2,974
= 1,033 𝑥 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑃𝑀𝑇𝐷𝐵
Log likelihood
F-statistic
21,574
139,004
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
-3,140
1,862
+ 0,85 𝑥 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑇𝐾
Prob(F-statistic) 0 Wald F-statistic 194,411
Prob(Wald F-statistic) 0
Tantangan Pembangunan Ekonomi Kota
Bandung
• Pertumbuhan ekonomi hingga 15,00 Pertumbuhan TFP
saat ini masih didasarkan pada
besarnya investasi (Modal) dan
tenaga kerja 10,00
• Kota Bandung membutuhkan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi

Persen
dan berkelanjutan – menyamai 5,00
pertumbuhan ekonomi sebelum
masa pandemik
• Tantangan yang dihadapi adalah 0,00
Kualitas Pertumbuhan –
keterbatasan sumber-sumber
pertumbuhan jangka Panjang -5,00
yang ditandai dengan
pertumbuhah TFP yang negatif –
diluar modal dan tenaga kerja -10,00
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Growth TFP -7,53 -8,66 11,50 -0,27 -0,27 -0,54 -0,89 0,92 -3,54 8,88 -3,21
Share PMTB, ICOR dan Pertumbuhan Ekonomi
40,00

30,00

20,00
Persen

10,00

(10,00)

(20,00)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Share PMTB 31,57 31,98 33,15 29,26 28,93 29,17 28,93 28,78 28,65 28,02 25,88 26,31 25,29
LPE 7,91 8,53 7,84 7,72 7,64 7,79 7,21 7,08 6,79 (2,28 3,76 5,41
ICOR 3,99 3,75 4,23 3,79 3,79 3,75 4,01 4,07 4,22 (12,3 6,88 4,87

Terjadi kecenderungan penurunan Produktivitas Modal di Kota Bandung,


dilihat dari besaran ICOR yang cenderung meningkat
Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung
Sektor 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
10. Informasi dan Komunikasi
1,5 1,2 1,3 1,5 1,8 1,8 1,6 1,5 1,7 5,9 1,9 1,8 1,8
7. Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2,2 2,2 2,5 2,2 2,1 2,1 1,8 1,6 2,1 (2,6) 0,7 1,2 1,2
8. Transportasi dan Pergudangan
0,7 1,3 0,7 0,6 0,9 0,8 0,4 0,7 (0,0) (1,3) (0,1) 0,7 0,7
9. Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 0,3 0,4 0,5 0,5 0,4 0,6 0,5 0,5 0,2 (0,8) 0,0 0,6 0,6
3. Industri Pengolahan
1,1 1,0 0,9 1,0 0,8 0,8 0,9 1,0 0,9 0,0 0,5 0,5 0,5
total
5,8 6,1 5,9 5,9 6,0 6,1 5,3 5,2 4,8 1,3 3,1 4,9 4,9
LPE
7,9 8,5 7,8 7,7 7,6 7,8 7,2 7,1 6,8 (2,3) 3,8 5,4 5,4
Persentase
73,5 71,3 75,1 76,4 78,2 77,7 73,6 72,9 71,4 (55,3) 81,6 90,3 90,3

Sumber Pertumbuhan Ekonomi berasal dari 5 Sektor utama, seperti yang


ditunjukkan pada tabel di atas
SKenario pertumbuhan ekonomi Kota
Bandung periode 2022 – 2025
300000,00
Trend Pertumbuhan Pra Covid
280000,00
Pertumbuhan 7 - 8%
260000,00 Pertumbuhan 6 - 7%
Pertumbuhan 5 - 6% Trend pertumbuhan pra
240000,00 Pertumbuhan 4 - 5%
covid-19 bisa tercapai
220000,00
Trend Pertumbuhan Pasca Covid
sebelum tahun 2025 jika
200000,00 Perekonomian Kota
180000,00
Bandung mampu tumbuh
dalam rentang 7 – 8
160000,00
persen
140000,00

120000,00
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Skenario perkembangan pdrb riil kota
bandung 2022 -2025

Perkiraan Nilai PDRB Kota Bandung


Tahun
Berdasarkan Skenario Pertumbuhan (Milyar)
Growth 7 -8 % Growth 6 -7 % Growth 5 -6 % Growth 4 -5 %
2021 200.414,03 200.414,03 200.414,03 200.414,03
2022 216.724,90 213.826,14 212.131,50 210.323,68
2023 234.363,24 228.135,81 224.534,04 220.723,32
2024 253.437,10 243.403,12 237.661,72 231.637,18
2025 274.063,29 259.692,14 251.556,93 243.090,68
Skenario perkembangan Investasi riil kota
bandung 2022 -2025
70000,00
68081,47

65000,00 63501,69 Trend Perkembangan


60000,00
62659,29 Kebutuhan Investasi
61443,97
untuk berbagai
55000,00
tingkat pertumbuhan
50000,00
52725,06
ekonomi yang hendak
dicapai
45000,00
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Growth 7 -8 % Growth 6 -7 % Growth 5 -6 % Growth 4 -5 %
Skenario perkembangan tenaga kerja kota
bandung 2022 -2025
1320000
1287910

1270000 1261206 Trend Perkembangan


1259369
1220000 1243566 Kebutuhan Tenaga
Kerja untuk berbagai
1170000 1185623
tingkat pertumbuhan
1120000 ekonomi yang hendak
dicapai
1070000
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Growth 7 -8 % Growth 6 -7 % Growth 5 -6 % Growth 4 -5 %
Proyeksi Logis Pertumbuhan Kota Bandung
2022 – 2025
280000,00 300.000 1.550.000
1.500.639
260000,00 253.663 1.500.000
250.000 237.752
240000,00 222.840 1.450.000
212.131

220000,00 200.000 1.406.512 1.400.000

200000,00 1.350.000
150.000 1.318.290
180000,00 1.300.000

160000,00 100.000 1.254.942 1.250.000

62.548,08 66.733,92
140000,00 55.807,70 58.624,79 1.200.000
50.000
120000,00 1.150.000
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
- 1.100.000
PDRBF1 PDRBact PDRBCov 2022 2023 2024 2025

PDRB_P Linear (PDRBF1) Linear (PDRBCov) PDRB (Rp. Mily ar) Investasi (Rp. Mily ar) TK (Orang)

Pola Perkembangan Ekonomi, Investasi dan Tenaga Kerja yang paling mungkin bisa di capai selama 2022 - 2025
Strategi Jangka Menengah Percepatan
Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung
• Strategi Peningkatan Investasi di Kota
• Strategi Peningkatan Tenaga Kerja di Kota
• Usulan Program dan Kegiatan
Strategi Peningkatan Investasi di Kota
(1)Penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal

(2)Penyediaan sarana dan prasarana pendukung investasi

(3)Pemberian bantuan teknis

(4)Percepatan pemberian perizinan

(5)Pemberian kepastian berusaha

(6)Upaya peningkatan kapasitas penerimaan dan belanja modal Pemerintah


Strategi Peningkatan Tenaga Kerja di Kota
(1) Program Perluasan Kesempatan Kerja

(2) Peningkatan Iklim Investasi Kota Bandung

(3) Peningkatan Kerjasama dengan Stakeholder Ketengakerjaan

(4) Peningkatan penyaluran informasi program kegiatan peningkatan kesempatan kerja

(5) Pengembangan UMKM dan Kewirausahaan di Tingkat masyaraka


Usulan Program dan Kegiatan à Peningkatan daya
saing ekonomi Kota Bandung

No Tujuan Sasaran Usulan Progam Usulan Kegiatan Penanggung Jawab


1 Peningkatan daya saing Peningkatan daya saing industri 1 Program Peningkatan Iklim Penyederhaanan prosedur invesasi Kantor Penanaman Modal
ekonomi Kota Bandung dan perdagangan, Akomodasi, Investasi dan Realisasi industri, perdagangan, Akomodasi,
Mamin, Ekraf dan Infokom Investasi Mamin, Infokom dan Peningkatan sarana
dan prasara investasi
Promosi peluang bisnis di Kota Bandung Kantor Penanaman Modal

Studi daya saing industri dan perdagangan Bappelitbangda


unggulan Kota Bandung
Peningkatan promosi Pariwisata dan Ekraf Pariwisata dan Ekraf
unggulan Kota Bandung
2 Program kerjasama Koordinasi dan kerjasama dengan instansi Bappelitbangda
peningkatan Potensi Sumber pemerintah dan dunia usaha
Daya, Sarana dan Prasarana
Pelaksanaan Klaster industri dan Disdagin
industri dan perdagangan
perdagangan unggulan Kota Bandung
serta ekraf
Pengingkatan prasarana dan prasarana Pariwisata dan Ekraf
ekraf
Usulan Program dan Kegiatan à Peningkatan
daya saing ekonomi Kota Bandung
No Tujuan Sasaran Usulan Progam Usulan Kegiatan Penanggung Jawab
Peningkatan produktivitas SDM 1 Program Peningkatan Keahlian Pelatihan SDM keahlian industri di Balai Disnaker
industri, dan PHR serta Ekraf SDM industri dan PHR serta ekraf Latihan Kerja
Sertifikasi keahlian usaha industri, Disnaker
perdagangan, akomodasi dan Mamin serta
ekraf
2 Program Fasilitasi pengembangan inkubator teknologi DiskopUMKM
dan bisnis bagi Usaha Kecil menengah
peningkatan keahlian SDM
Pelatihan pengembangan jiwa Kewirausahaan DiskopUMKM
Usaha Kecil
dan manajemen usaha
Pelatihan sertifikasi keahlian bagi para pelaku DiskopUMKM
Menengah
usaha kecil dan menengah
Peningkatan teknologi produksi 1 Pengembangan teknologi Pengembangan sistem inovasi teknologi sektor Disdagin, Disbudpar
indsutri dan perdagangan tepat produksi industri dan sektor PHR
guna Penguatan Kemampuan industri dan PHR Disdagin, Disbudpar
berbasis teknologi

Peningkatan keterkaitan antar 1 Program penguatasn Penyusunan tabel input output Kota Bandung Bappelitbangda
sektor ekonomi perekonomian daerah
Penyusunan Tabel Sistem Neraca Sosial Bappelitbangda
Ekonomi Kota Bandung
Penyusunan Neraca Satelit Pariwisata Kota Disbudpar
Bandung
Pengambangan ekonomi lokal berbasis Bappelitbangda
pemberdayaan kelompok masyarakat
Usulan Program dan Kegiatan à Peningkatan
Prodiktivitas dan Kesejahteraan pelaku
Ekonomi Rakyat
Usulan Kegiatan Penanggung Jawab
No Tujuan Sasaran Usulan Progam

2 Peningkatan Memperkuat dan 1 PenIngkatan kualitas Inventarisasi dan pengembangan DiskopUMKM


Prodiktivitas dan mengembangkan koperasi kelembagaan koperasi database jumlah dan aktivitas
Kesejahteraan pelaku dan UMKM dan UMKM koperasi dan UMKM
Ekonomi Rakyat
Pelatihan manajerial dan operasional DiskopUMKM
koperasi bagi pengurus dan anggota
Koperasi serta UMKM

Pembinaan, pengawasan dan DiskopUMKM


penghargaan Koperasi berprestasi

Rintisan penerapan teknologi DiskopUMKM


sederhana/manajemen modern pada
jenis-jenis usaha koperasi dan UMKM
Usulan Program dan Kegiatan à Peningkatan
pertumbuhan pendapatan per kapita
No Tujuan Sasaran Usulan Progam Usulan Kegiatan Penanggung Jawab
3 Peningkatan Peningkatan daya beli dan Peningkatan Inventarisir kebutuhan prasarana DiskopUMKM
pertumbuhan kesejahteraan Pelaku Kesejahteraan Pelaku dan infrastruktur pelaku UMKM
pendapatan per kapita UMKM UMKM
Pengusahaan dan pengembangan DiskopUMKM
kemitraan usaha antara UMKM
dengan mitra strategis
Peningkatan kemampuan lembaga DiskopUMKM
pelaku UMKM
Penguatan akses modal pelaku DiskopUMKM
UMKM
Program peningkatan Survey biaya hidup layak bagi Disnaker
kesejahteraan buruh masyarakat
dan pegawai
Penentuan UMK Disnaker

Perluasan pencapaian jumlah Disnaker


asuransi kesehatan dan
perlindungan tenaga kerja
Usulan Program dan Kegiatan à Peningkatan
Kondisi Sosial Masyarakat
No Tujuan Sasaran Usulan Progam Usulan Kegiatan Penanggung Jawab
4 Peningkatan Kondisi Sosial Peningkatan aksesibilitas Program Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat (BPJS Dinkes
Masyarakat Layanan kesehatan bagi Kesehatan Penduduk Miskin Kesehatan)
masyarakat
Pelayanan Kesehatan Rujukan Dinkes
Masyarakat miskin

Pengembangan dan Pemutakhiran Data Dinkes


Dasar Standar Pelayanan Kesehatan
Program Upaya peningkatan Kegiatan Peningkatan Kesehatan Dinkes
Kesehatan Masyarakat Masyarakat
Kegiatan Penyelenggaraan Penyehatan Dinkes
Lingkungan
Pengembangan media promosi dan Dinkes
informasi sadar hidup sehat
Program Perbaikan Gizi Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Dinkes
Masyarakat untuk Pencapaian Keluarga Sadar Gizi
Usulan Program dan Kegiatan à Peningkatan
Kondisi Sosial Masyarakat
No Tujuan Sasaran Usulan Progam Usulan Kegiatan Penanggung Jawab
Peningkatan aksesibilitas Program Upaya Pemberian bantuan beasiswa Disdik
Layanan pendidikan bagi peningkatan pendidikan pendidikan bagi masyarakat miskin
masyarakat Masyarakat

Penyediaan sarana dan prasarana Disdik


sekolah

Program rintisan wajar Peningkatan angka pastisipasi Disdik


12 tahun pendidikan SMP dan SMA

Program pendidikan Pengembangan sarana dan Disdik


vokasional bagi prasarana sekolah kejuruan
pengembangan ekonomi
daerah
Pengembangan teknologi tepat Disdik
guna pendukung aktivitas usaha
masyarkat
Usulan Program dan Kegiatan àPeningkatan
tertib niaga, dan kepastian berusaha
No Tujuan Sasaran Usulan Progam Usulan Kegiatan Penanggung Jawab
5 Peningkatan tertib Pedagang dan kosumen Program Perlindungan Pembinaan dan pemberdayaan Disdagin
niaga, dan kepastian Konsumen pedagang melalui peningkatan
berusaha kemampuan manajemen usaha,
stock barang dan ketepatan
timbangan
Penataan dan Pengembangan Disdagin
pasar tradisional

Pembinaan disiplin pedagang Disdagin

Peningkatan jaminan keaman dan Disdagin


distribusi pasokan barang

Pengawasan peredaran dan Dispangtan


perdagangan barang, terutama
komoditi strategis, dan makanan
Usulan Program dan Kegiatan àPeningkatan
tertib niaga, dan kepastian berusaha
No Tujuan Sasaran Usulan Progam Usulan Kegiatan Penanggung Jawab
Pedagang dan pasar Pemeliharaan Saranan Penyediaan prasarana dan sarana Disdagin, Dinas LH dan
dan Prasarana Pasar pengelolaan persampahan Kebersihan

Peningkatan kebersihan pasar Disdagin, Dinas LH dan


Kebersihan

Operasi Pasar Murah untuk Dispangtan


Program Ketahanan
Masyarakat Miskin berbagai komoditi strategis
Pangan

Gerakan tanam cepat panen dan Dispangtan


buruan sae

Diversifikasi pangan strategis Dispangtan


Usulan Program dan Kegiatan àPeningkatan
kemandirian keuangan daerah
No Tujuan Sasaran Usulan Progam Usulan Kegiatan Penanggung Jawab

6 Peningkatan Peningkatan Pendapatan Peningkatan Perhitungan potensi dan kapasitas DPPKAD


kemandirian Asli Daerah pengelolaan Keuangan sumber-sumber penerimaan
keuangan daerah daerah daerah

Intensifikasi dan ekstensifikasi DPPKAD


sumber-sumber penerimaan
daerah

Pengawasan dan pengendalian DPPKAD


penerimaan daerah

Perhitungan cost effectiveness Semua dinas


dari setiap kegiatan pengeluaran
keuangan di setiap SKPD
Transformasi Jangka Panjang Ekonomi Daerah -
Mereformulasi Komponen Pembangunan Ekonomi
Menurut Leigh & Blakely (2016) dalam jangka
panjang pembangunan ekonomi di suatu
daerah harus bisa merumuskan kembali
beberapa komponen utama dari pembangunan
Ekonomi, yaitu:
- Meningkatkan SDM dan Kualitas lingkungan
agar bisa meningkatkan pertumbuhan
ekonomi
- Aktivitas usaha yang berdaya saing yang
terhubung dalam suat jaringan agar dapat
menciptakan pertumbuhan dan pendapatan
yang baru
- Mengembangkan keterampilan yang
komprehensif dan inovasi teknologi agar
menghasilkan pekerjaan yang berkualitas
dengan upah yang tinggi
- Kemitraan kolaboratif dari banyak kelompok
Sumber: Leigh & Blakely (2016)
Pembangunan Ekonomi Jangka Panjang Kota
Bandung – Transformasi Struktur Ekonomi Kota
Kota Bandung
• Diversifikasi sektor ekonomi à Mengembangkan sektor-sektor baru seperti Ekonomi
Hijau, Teknologi Informasi dan Komunikasi, Pariwisata dan Industri Kreatif.
• Investasi dalam pendidikan dan pelatihan à Peningkatan akses dan kualitas pendidikan,
serta pengembangan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan sektor-sektor baru
sehingga membantu meningkatkan kapabilitas dan produktivitas tenaga kerja
• Peningkatan infrastruktur – baik ekonomi maupun sosial
• Inovasi dan teknologi à transfer teknologi – khususnya infokom dan teknologi ramah
lingkungan – kepada sektor-sektor yang membutuhkan
• Peningkatan iklim investasi, terutama di sektor-sektor baru à Menyederhanakan
prosedur bisnis, dan memberikan insentif investasi untuk mendorong investasi domestik
dan asing.
• Peningkatan konektivitas regional dan internasional à Peningkatan networking, Kerja
sama regional dan perjanjian perdagangan, memperluas akses ke pasar yang baru,
meningkatkan ekspor, dan memperkaya pertukaran pengetahuan dan teknologi
Transformasi Ekonomi Kota Bandung Menuju 2045
Peningkatan Kualitas
Pertumbuhan

PDRB/kap (Juta Rupiah) Target Pertumbuhan


6 – 6,5 %
400,00
350,00 Tahapan Percepatan 337,78
300,00 Pertumbuhan
Rata-rata pendapatan
250,00 Target Pertumbuhan 261,17 Perkapita Masyarakat
>7% Kota Bandung sebesar
200,00 192,64 NasionalRp. 337,78
150,00 138,80 juta atau sebeser USD
100,00 60,28 100,00 24.071 di tahun 2045
42,35 76,95 – diatas PDRB
50,00 Perkapita Indonesia
- sebesar Rp 324,9 juta
2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 atau USD 23.199
PDRB/cap FPDRB/Cap
Pembangunan Ekonomi Inklusif
• Bappenas mendefinisikan pembangunan ekonomi inklusif sebagai
pembangunan ekonomi yang menciptakan akses dan kesempatan
yang luas bagi seluruh lapisan masyarakat secara berkeadilan,
meningkatkan kesejahteraan, serta mengurangi kesenjangan antar
kelompok dan wilayah
• Dampak dari Pembangunan Ekonomi yang Inklusif:
• Berkurangnya kemiskinan
• Berkurangnya ketimpangan
• Meningkatkan lapangan pekerjaan
Bagaimana Menciptakan Pertumbuhan Kota
Bandung yang Lebih Inklusif?
• Pembangunan ekonomi Inklusif akan terwujud ketika
memperhatikan beberapa pilar, seperti:
• Pertumbuhan dan Perkembangan Ekonomi
• Pemerataan Pendapatan dan Pengurangan Kemiskinan
• Perluasan akses dan kesempatan
(1) Pertumbuhan dan Perkembangan Ekonomi
untuk Menciptakan Pembangunan Inklusif
• Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan à pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan berkeadilan
• Menciptakan kesempatan kerja bagi seluruh masyarakat à menciptakan
lapangan pekerjaan yang sesuai dengan karakteristik masyarakat
ØPerubahan struktur ekonomi dan kemajuan teknologi perlu diikuti dengan
perubahan struktur tenaga kerja yang semakin baik à Pasar tenaga kerja perlu
fleksibel dan adaptif
ØPartisipasi tenaga kerja khususnya tenaga kerja perempuan meningkat
ØTingkat pendidikan tenaga kerja membaik
ØPeranan tenaga kerja informal menurun
ØPenurunan tingkat pengangguran
ØPengembangan dan peningkatan produktivitas UMKM dan Koperasi
• Membangun Infrastruktur dan institusi Ekonomi à seberapa jauh
pertumbuhan ekonomi dapat diakses masyarakat luas
(2) Pemerataan Pembangunan dan Pengurangan
kesenjangan, Sebagai Prasyarat Inklusifitas
• Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan harus disertai dengan
jaminan adanya pemerataan ekonomi ke seluruh lapisan masyarakat,
ketimpangan dari sisi pendapatan, gender, maupun wilayah
Ø Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan dasar bagi seluruh penduduk - ketahanan pangan,
Pendidikan dan kesehatan
Ø Memperluas perlindungan sosial termasuk SJSN berkelanjutan
Ø Memperluas kesempatan usaha dan akses terhadap sumber daya produktif
Ø Mempertajam kebijakan fiskal baik belanja maupun pendapatan yang berkeadilan
Ø Peningkatan partisipasi masyarakat dalam konteks sosial, politik, dan ekonomi.
• Mengurangi kesenjangan menjadi syarat cukup pembangunan ekonomi
yang inklusif – tidak semata-mata syarat perlu.
(3) Upaya Memperluas Akses dan Kesempatan
• Membangun Sumber Daya Manusia yang lebih berkualitas dan
sejahtera
ØMeningkatkan taraf pendidikan dan pengetahuan masyarakat agar bisa
menciptakan SDM unggul – baik formal maupun informal
ØPeningkatan pendidikan vokasi dan penyelarasan pengembangan ilmu untuk
menjawab perubahan struktur ekonomi dengan ditopang oleh kemitraan yang kuat
( Pemerintah – Masyarakat – Industri – Lembaga Pendidikan Tinggi).

KualitasdanLayanan PeranMasyarakatdalam ProfesionalismeGurudan BudayaSekolah PendidikanVokasi,


PendidikanMerata PembangunanPendidikan PerubahanMetodePembelajaran danBaca Enterpreneurship,
danKarakter.
(3) Upaya Memperluas Akses dan Kesempatan
• Ketersediaan dan Peningkatan Akses terhadap Infrastruktur yang lebih
luas bagi seluruh Lapisan Masyarakat à Ketersediaan infrastruktur dasar
yang mapan
Ø Peningkatan ketersediaan prasarana pendidikan à Meningkatkan kualitas Pendidikan yang
makin baik
ØPeningkatan akses terhadap prasarana dan sarana usaha à Meningkatkan kapasitas,
kualitas, kontinuitas, dan aksesibilitas sarana usaha, khususnya UMKM
ØPeningkatan prasarana dan sarana transportasi à menghindari kemacetan
ØPeningkatan Ketahanan energi melalui pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT)
ØPeningkatan Infrastruktur yang bisa meningkatkan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)
• Peningkatan akses terhadap institusi keuangan yang lebih luas à Inklusi
keuangan
TERIMA KASIH
4. Fungsi-Fungsi Argumen
Kebijakan
argumen yang substantif berperan untuk membangun atau mengkritik validitas
pernyataan, baik pernyataan tentang kebenaran yang implisit atau yang terkait
dengan norma (tindakan/evaluasi) atau pernyataan yang tersirat di dalam
rekomendasi dan peringatan.
peran argumentasi dan debat kebijakan dalam mengubah info yang relevan dengan
kebijakan (policy-relevant info) menjadi pengetahuan yang siap pakai (usable).
Mendefinisikan dan menyusun ciri dari pengetahuan yang siap pakai dengan:

1. Mempertentangkan antara pandangan esensialis dan plausabilis tentang


kausalitas kebijakan.

2. Menelaah struktur dari argumen kebijakan dan peran mereka dalam


menciptakan, menguji secara kritis, dan mengkomunikasikan pengetahuan yang
siap pakai.

3. pengetahuan yang siap pakai harus memenuhi standar pengetahuan pada


umumnya, sehingga perlu juga membahas proses estimasi kebenaran yang
didasarkan pada suatu sistem kriteria untuk mengkaji kemungkinan diubahnya
pernyataan-pengetahuan sebagai kesimpulan dari argumen kebijakan.

4. mempertentangkan beberapa bentuk argumen kebijakan, melihat bagaimana


analis dari setiap bentuk tersebut dimungkinkan untuk mengembangkan
pernyataan-pengetahuan dan membangun kritik atas asumsi yang mendasari
pemikiran mereka.

5. Kesimpulan untuk menelaah peran nilai dan etika dalam analisis kebijakan,
memperlihatkan bagaimana premis-premis nilai dan komitmen etis yang implisit
dapat berubah menjadi eksplisit dengan menyisipkannya ke dalam argumen dan
debat kebijakan.

Pengetahuan Siap Pakai dalam Analisis Kebijakan

data, informasi, pengetahuan, dan kebijakan adalah hal-hal yang saling


bergantung tapi merupakan unsut-unsur yang dapat dibedakan dalam hirarki
proses kognisi yang rumit.

4. Fungsi-Fungsi Argumen Kebijakan 1


Informasi adalah data yang telah ditafsirkan dan diorganisasi untuk tujuan
tertentu yang dapat mengubah pikiran atau tindakan para pembuat kebijakan.

Sistem informasi dirancang untuk mengubah pikiran dan tindakan pembuat


kebijakan dengan memberi mereka infromasi tentang penelitian yang
diselenggarakan di bidang pendidikan dan peradilan kriminal.

Pengetahuan adalah informasi yang telah dikomunikasikan kepada beberapa


pembuat kebijakan yang mentransformasikannya menjadi keyakinan yang bisa
benar sehingga memungkinkan pencapaian tujuan di bawah situasi tertentu.

untuk dapat disebut pengetahuan, keyakinan tidak harus bersifat pasti.


kkeyakinan tidak harus berupa pernyataan yang definitif. istilah pengetahuan
tidak terbatas pada pengertian ketika “pembuatan kebijakan yakin betul bahwa
manipulasi terhadap variabel-variabel tersebut akan menghasilkan akibat yang
diharapkan”. pengetahuan juga tidak harus terbatas pada probabilitas statistik
formal.

langkah pertama adalah mengestimasikan plausibilitas bahwa suatu kebijakan


akan menghasilkan konsekuensi tertentu.

Gagasan tentang plausabilitas muncul sebagai pemahaman bahwa dalam dunia


nyata sangat sukar untuk membuat pernyataan-pengetahuan seperti “melakukan
x akan menimbulkan y” yang kebal kritik, sanggahan, atau bantahan.
seandainya mungkin membuat pernyataan yang tak terbantah seperti itu,
pernyataan haruslah memenuhi syarat-syarat yang umum disebut pandangan
kausalitas yang “esensialis”, sebagai berikut:

1. kebijakan (x) haruslah mendahului hasil (y) dari segi waktu

2. Terjadinya kebijakan (x) haruslah diperlukan bagi berlangsungnya hasil (y)


— yakni bahwa hasil (y) tidak akan terjadi jika kebijakan (x) tidak ada.

3. Berlangsungnya kebijakan (x) harus memadai bagi berlangsungnya hasil (y)


— yakni bahwa hasil (y) harus terjadi ketika kebijakan (x) ada.

jika syarat tersebut dipenuhi, hubungan antara suatu kebijakan dengan satu atau
lebih hasil memang bersifat pasti.

analisis kebijakan dapat dipandang sebagai proses berargumentasi dan


berdebat untuk menciptakan, mengkaji secara kritis, dan mengkomunikasikan
keyakinan yang plausibel benar tentang kinerja dari proses pembuatan
kebijakan.

4. Fungsi-Fungsi Argumen Kebijakan 2


1. pernyataan dengan plausibilitas optimal tercipta dari penciptaan dan
pengujian secara kritis atas pernyataan-pengetahuan

2. pengetahuan yang siap pakai atau yang relevan dengan kebijakan, dengan
demikian, berisi pernyataan tentang plausabilitas kebenaran yang optimal,
yang diciptakan dengan keterlibatan, secara langsung dan tidak langsung,
dalam proses komunikasi, argumentasi, dan debat kebijakan.

Struktur Argumen Kebijakan

1. Penerapan model struktural argumen (dikembangkan oleh Stephen Toulmin)


digunakan agar proses komunikasi, argumentasi, dan debat kebijakan dapat
dipahami dengan lebih baik.

2. argumen praktis tidak pernah pasti dan jarang, seandainya pernah, bersifat
deduktif atau analitis.

Jenis-jenis Pernyataan Pengetahuan

1. Pernyataan pengetahuan adalah kesimpulan tentang argumen kebijakan.

2. Ada tiga jenis pernyataan, yaitu desainatif, evaluatif, dan advokatif. ketiga
jenis pernyataan ini terkait dengan tiga pendekatan analisis kebijakan (bab
3).

3. Pernyataan desainatif, yang terkait dengan pendekatan empirik atas


analisis kebijakan, mempersoalkan fakta: “apa hasil-hasil dari suatu
kebijakan”

4. Pernyataan evaluatif yang terkait erat dengan pendekatan penilaian atas


analisis kebijakan, mempersoalkan nilai: “apakah kebijakan itu siap pakai?”

5. Pernyataan advokatif, yang terkait dengan pendektana normatif terhadap


analisis kebijakan, mempersoalkan tindakan: “Kebijakan mana yang
sebaiknya diambil?”

6. Pendekatan terhadap analisis kebijakan menunjukkan orientasi pokok


terhadap produksi dan transformasi informasi, pernyataan kebijakan
bersifat sangat spesifik — menunjukkan kesimpulan dari argumen atau
debat kebijakan.

7. argumen kebijakan berisi enam unsur:

a. informasi yang relevan dengan kebijakan (I)

b. pernyataan (claim) kebijakan (C)

4. Fungsi-Fungsi Argumen Kebijakan 3


c. pembenaran (warrant, W)

d. dukungan (backing, B)

e. sanggahan (rebuttal, R)

f. syarat (qualifier, Q).

ketiga elemen pertama dijumpai pada argumen kebijakan yang asli;


kombinasi antara informasi dan pembenaran memberikan alasan
mengapa orang harus menerima kesimpulan dari argumen tersebut.

elemen-elemen yang lain dapat digunakan untuk maksud tertentu,

dukungan: untuk menambah kejelasan terhadap suatu argumen

sanggahan: debat, yakni ketidaksetujuan atau konflik di seputar tindakan


publik. per definisi, tidak ada isu kebijakan yang tidak ada
sanggahannya.

8. salah sati sifat penting dari analisis kebijakan: informasi yang sama dapat
memancing pernyataan-pengetahuan yang berbeda:

9. karena info yang sama dapat menimbulkan pernyataan pengetahuan yang


sedemikian berbeda, maka harus ada asumsi tertentu yang menyediakan
pijakan untuk membuat transisi dari informasi ke pembenaran. asumsi ini
yang tercermin dalam pembenaran (warrant), memperlihatkan mengapa info
yang sama dapat ditafsirkan secara berbeda.

10. argumen-argumen yang mencerminkan kerangka acuan, teori, ideologi, atau


pandangan hidup yang tersembunyi di dalam informasi merupakan alat
utama untuk membawa informasi menjadi pernyataan dalam penalaran atau
debat kebijakan.

Proses Kritik Pengetahuan

4. Fungsi-Fungsi Argumen Kebijakan 4


model argumen atau debat struktural merupakan alat yang baik untuk
memahami fungsi kritik dari akal dalam mengembangkan dan menantang
pernyataan pengetahuan yang dibuat dalam bidang-bidang beragam.

1. model struktural memperlihatkan bahwa pernyataan pengetahuan bersifat


ampliatif. pernyataan pengetahuan mengikuti kepastian yang terkandung
dalam informasi kebijakan, melainkan perkiraan yang meyakinkan yang
muncul di atas infromasi yang ada.

2. model struktrutal bersifat arotetis (erotetic( karena semua unsur dari suatu
argumen dikaji secara hati-hati dan menjadi sasaran tanya jawab. proses
argumentasi dimulai dengan perntanyaan.

3. model struktural memahami keragaman konteks dalam pembuatan


argumen. pernyataan-pengetahuan secara optimal bersifat plausibel, dalam
norma dan standar kontekstual yang digunakan untuk membantah atau
menentang pernyataan tersebut.

4. argumentasi merupakan proses dinamis yang melibatkan pemindahan, dari


informasi melalui tuntutan ke pernyataan. yang selanjutnya, pernyataan
menjadi infromasi dalam tahapan yang baru dan jaringan argumentasi serta
debat yang kompleks.

5. argumen bersifat sistemik, karena mencerminkan konfigurasi yang saling


bergantung dari para pemikirnya — yang membawa norma dan standar
yang berbeda ke dalam tugas pengkajian pernyataan pengetahuan.

Model struktural memiliki beberapa keuntungan komparatif jika dibandingkan


dengan cara berpikir analitik standar yang dijumpai dalam buku-buku standar
tentang analisis kebijakan publik:

1. bentuk standar dari analisis kebijakan cenderung berasumsi bahwa


informasi (I) yang reliable dan valid akan menghasilkan pernyataan
kebijakan (claim, C) yang tidak kabur, model struktural argumen kebijakan
menekankan keanekaragaman interpretasi atas data yang sama.

2. analisis kebijakan yang baku cenderung mengasumsikan adanya hubungan


antara rasionalitas ekonomi, teknik, atau politik dari analis dengan proses
berpikir pembuat kebijakan, model struktural argumen kebijakan
mengharuskan telaah yang menyeluruh terhadap proses berpikir dan bentuk
rasionalitas yang ditampilkan oleh para penentu kebijakan dalam proses
pembuatan kebijakan.

4. Fungsi-Fungsi Argumen Kebijakan 5


3. bentuk baku analisis kebijakan memiliki rasionalitas yang kabur dalam
memindah informasi (I) menjadi pernyataan kebijakan (c). model struktural
mengharuskan dilakukannya kritik terhadap asumsi atau premis yang tidak
memberikan pembenaran atas perpindahan. — kritik menjadi salah satu
aspek dari keseluruhan struktur penalaran kebijakan.

4. analisis kebijakan baku sering berasumsi bahwa analisis kebijakan


merupakan produk ahli, hal ini membuat model struktural mengharuskan
argumen kebijakan sebagai proses sosial yang melibatkan minimal 2
kelompok, masing2 saling bertukar pernyataan (C) melalui proses alami:
membandingkan kekuatan dan kelemahan dari berbagai unsur yang
membentuk argumen kebijakan

5. analisis kebijakan baku menyingkirkan pertimbangan etis sebagai sesuatu


yang berada di luar proses pengkajian kebijakan, model struktural
mengakomodasi pernyataan (C), pembenaran (W), dukungan (B), dan
sanggahan (R) yang etis sebagai unsur penting dalam debat kebijakan.

6. analisis kebijakan baku mempercai bentuk argumen yang dominan (model


argumen berdasar otoritas pakar kebijakan atau pada hubungan kausal
yang dikira melekat di dalam teori pembuatan kebijakan — model struktural
menyerap banyak cara berargumen: otoritatif, statikal, kausal, metodologis,
intuitif, komparatif, analofis, motivasional, etis.

cara membuat argumen kebijakan dibatasi oleh perbedaan di dalam isi


tuntutan (W) dan dukungan (B)

model struktural argumen merupakan instrumen yang ampuh untuk mewadahi


isi dan struktur argumen serta debat kebijakan.

Model struktural argumen kebijakan bersifat:

1. interpretif: interpretasi yang berbeda terhadap info yang sama


dikembangkan secara sistematis.

2. multirasional: banyak cara penalaran ditampung secara sistematis.

3. kritis: premis yang tersembunyi atau tak teruji dimunculkan sampai dapat
dipercaya.

4. transaktif: argumen berubah sebagai konsekuensi dari proses sosial alami


yang mencakup pembandingan, evaluasi, dan revisi terhadap pernyataan.

5. etis: argumen berisi proses penalaran etis maupun kausal.

4. Fungsi-Fungsi Argumen Kebijakan 6


6. multimodal: banyak cara pembuatan argumen kebijakan menuntut adanya
perpindahan dari info menjadi pernyataan.

model struktural menegaskan bahwa penciptaan pengkajian kritis dan


pengkomunikasian analisis kebijakan adalah kegiatan yang simbolik atau
komunikatif.

sifat penting dari komunikatif: tindakan ini melibatkan dua pihak atau lebih
yang secara resiprokal mempengaruhi, melalui proses persuasi dan debat
yang rasional, penerimaan dan penolakan pernyataan yang paling plausibel,
bukan yang pasti.

Kriteria untuk Penilaian atas Plausibilitas

analisis argumen kebijakan berbeda dengan metode naturalistik atau kualitatif


yang lain, karena harus menanggapi persoalan-persoalan metodologis penting
yang mengitari pembenaran atas pernyataan pengetahuan.

induksi: bergerak ke prinsip umum dari kasus-kasus spesifik.

argumen kebijakan seringkali didasarkan pada premis yang tersamar/tidak


lengkap yang disebut enthymemes.

argumen seperti proses enthymemantic deduction.

argumen induktif yang tidak jelas ditransformasikan menjadi argumen deduktif


dengan mencari premis plausibel yang maksimal sehingga dapat
memperkuat suatu argumen deduktif yang valid.

argumen kebijakan enthymemes (premis samar/tidak lengkap) tidak perlu


dipandang sebagai cita-cita tapi sebagai usaha yang gagal untuk memperoleh
kepastian melalui inferensi deduktif — atau sebagai usaha yang gagal untuk
memberi pembuat kebijakan pernyataan pengetahuan yang definitif tentang
variabel kebijakan apa yang harus dimanipulasi untuk menelorkan hasil tertentu.

argumen kebijakan dapat dipandang sebagai cara untuk memproduksi ramalan


yang benar secara plausibel.

ramalan yang benar diperoleh dengan bergerak dari suatu pertanyaan (Q) ke
suatu akar pengetahuam (K) yang relevan dengan pertanyaan, lalu mencari
jawaban alternatifnya (A1, A2, …, An) yang mendekati universe jawaban
potensialnya. t

ujuannya agar dapat mengidentifikasi premis enthymatic Ei yang secara


kontekstual paling plausibel (disebabkan oleh meluasnya informasi) — yakni

4. Fungsi-Fungsi Argumen Kebijakan 7


perkiraan tambahan yang (se-plausiel mungkin) yang dapat menjamin adanya
argumen deduktif yang valid yang bergulir dari K ke Ai.

hasil dari proses berupa serangkaian argumen praktis yang memberi jawaban-
jawaban (Ai) kepada pertanyaan induktif (Q).

pertanyaan dapat menghasilkan sejumlah pernyataan tentang kemungkinan (C1,


C2, …, Cn).

pernyataan adalah sebuah pemmbenaran (Wi) yang dikombinasikan dengan


informasi (i), menghasilkan suatu argumen yang valid secara deduktif.

beberapa argumen yang valid secara deduktif dapat dihadirkan dalam waktu
bersamaan, argumen yang mengandung pernyataan paling plausibel-lah (C*)
yang merupakan jawaban terbaik bagi pertanyaan (Q), atas dasar informasi (I)
yang tersedia dalam konteks terentu.

yang menuntun plausabilitas pernyataan (Ci) sehingga menjadi salah satu


pernyataan plausibel paling optimal (C*) adalah bahwa induksi adalah sautu
proses peramalan kebenaran yang dituntun oleh kriteria penilaian plausibilitas.
kriteria tersebut dapat diterapkan bagi argumen kebijakan maupun penalaran
praktis pada umumnya, yang meliputi:

1. kelengkapan: unsur-unsur dari suatu argumen harus mengandung


kepaduan yang mencakup semua pertimbangan yang memadai. contoh:
plausibilitas argumen tersebut mencakup seluruh penjelasan-lawan yang
plausibel yang sama bentuk dan isinya seperti puluhan hipotesis-lawan
(gangguan terhadap validitas).

2. Kesesuaian

unsur-unsur dari suatu argumen harus konsisten dan cocok secara internal.

3. kepaduan (cohesiveness)
unsur-unsur suatu argumen haruslah berkaitan secara operasional.

4. Keteraturan fungional
unsur-unsur dari suatu argumen harus memenuhi pola yang diharapkan.

5. kesederhanaan fungsional, ekonomi, dan efikasi


unsur-unsur dari suatu argumen haruslah dirancang secara sederhana dan
hemat, untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

sistem kriteria memungkinkan pengkajian terhadap model argumen kebijakan


yang berbeda dalam hal premis yang mendasarinya tapi tidak terjebak pada

4. Fungsi-Fungsi Argumen Kebijakan 8


standar, aturan, dan prosedur ilmu (sosial).

tingkat kebenaran yang dicapai melalui argumentasi, sifatnya adalah plausibel


ketimbang pasti.

Bentuk-bentuk argumen kebijakan


merupakan alat untuk mengubah informasi yang relevan dengan kebijakan menjadi
pernyataan kebijakan. ada 8 cara berbeda untuk mengubah informasi menjadi
pernyataan kebijakan:

1. otoritatif: pernyataan kebijakan didasarkan pada argumen dari pihak yang


berwenang. informasi diubah menjadi pernyataan atas dasar asumsi tentang
status yang dicapai ataupun diperoleh pembuat informasi. cth: kesaksian
pengamat politik dapat digunakan sebagai bagian dari suatu argumentasi untuk
menerima suatu rekomendasi kebijakan.

argumen otoritatif mengubah informasi menjadi pernyataan evaluatif dan


advokatif (tidak terbatas pada pernyataan tegas).

4. Fungsi-Fungsi Argumen Kebijakan 9


2. statistik: pernyataan kebijakan didasarkan pada argumen yang diperoleh dari
sampel. informasi diubah menjadi pernyataan atas dasar asumsi bahwa apa
yang benar bagi para anggota sampel juga benar bagi seluruh anggota populasi
yang tidak tercakup oleh sampel itu. (184)

4. Fungsi-Fungsi Argumen Kebijakan 10


3. klasifikasional (keanggotaan): pernyataan kebijakan didasarkan pada argumen
yang berasal dari suatu keanggotaan. informasi diubah menjadi pernyataan
kebijakan atas dasar asumsi bahwa apa yang benar bagi suatu kelas individu
ataupun kelompok yang tercakup dalam informasi itu juga benar bagi individu
atau kelompok yang merupakan (atau diyakini sebagai) anggota di kelas yang
bersangkutan. cthL diskriminasi, musuh, ideologi.

4. Fungsi-Fungsi Argumen Kebijakan 11


4. intuitif: pernyataan didasarkan pada argumen yang berasal dari batin (insight).
informasi diubah menjadi pernyataan kebijakan atas dasar asumsi tentang
situasi mental dalam (inner mental states) dari pembuat informasi tersebut.

4. Fungsi-Fungsi Argumen Kebijakan 12


5. analisentrik (metode): pernyataan didasarkan pada argumen yang berasal dari
metode. informasi diubah menjadi pernyataan atas dasar asumsi tentang
validitas metode atau aturan yang diterapkan oleh analis.

cara analisentrik berkaitan dengan cara otoritatif dan intuitif, sepanjang


otoritas dan intuisi dapat berperan sebagai sumber metode yang diterima.

dalam cara analisentrik, kepatuhan terhadap metode yang telah diuji


seringkali dipercaya dapat menjamin bahwa keputusan kebijakan akan
“rasional”. suatu pilihan rasional dianggap memungkinkan (possible), jika:

1. analis dapat mengurutkan semua konsekuensi yang berkait dengan


tindakan itu

2. jika urutan konsekuensi itu transitif

3. jika analis dapat secara konsisten dan dalam bentuk transitif memilih
alternatif yang akan menggiring ke keuntungan terbesar dalam

4. Fungsi-Fungsi Argumen Kebijakan 13


kaitannya dengan biaya.

6. eksplanatori (argumen yang berasal dari penyebab): pernyataan dibuat atas


dasar argumen yang dibuat dari suatu penyebab. informasi diubah menjadi
pernyataan atas dasar asumsi tentang adanya kekuatan penyebab tertentu
(causes) dan hasilnya (effects).

4. Fungsi-Fungsi Argumen Kebijakan 14


analis menentukan sebab dan akibat dari kebijakan publik. argumen dari
penyebab untuk mengubah informasi kebijakan menjadi pernyataan
kebijakan.

7. pragmatis: pernyataan kebijakan didasarkan pada argumen yang berasal dari


motivasi, kasus paralel, atau analogi. informasi diubah menjadi pernyataan atas
dasar:

a. Motivasi: asumsi tentang daya pengaruh tujuan, nilai, dan dorongan

b. kasus paralel: asumsi tentang kesamaan di antara beberapa kasus


pembuatan kebijakan atau lebih

4. Fungsi-Fungsi Argumen Kebijakan 15


c. analogi: asumsi kesamaan antar hubungan di antara dua atau lebih latar
(settings) kebijakan.

contoh: pernyataan kebijakan bahwa pemerintah harus secara tegas


menerapkan standar polusi mungkin didasarkan pada argumen bahwa
masyarakat didorong oleh kecendrungan untuk menikmati lingkungan yang
bersih atau atas dasar argumen bahwa kebijakan yang paralel atau analog
dengannya telah berhasil diimplementasikan dalam setting yang berbeda.

dalam cara pragmatis hubungan antara tindakan dan konsekuensinya untuk


sebagian hanya dapat diketahui ketika tindakan dilakukan, sebagaimana
dapat dilihat dalam kajian terhadap tiga jenis argumen yang dipakai dalam
cara pragmatis:

1. argumen motivasional: dalam argumen motivasi, pernyataan kebijakan


didasarkan pada asumsi bahwa suatu tindakan harus dilakukan
karena adanya daya dorong dari keinginan, tujuan atau nilai-nilai
dari para pelaku kebijakan. argumen semacam ini berusaha untuk
menunjukkan bahwa tujuan atau nilai yang mendasari suatu tindakan
yang direkomendasikan adalah hal2 seperti pembenaran adanya
penerimaan, adopsi, atau kinerja yang baik. contoh kebijakan yang
didasarkan pada argumen motivasi: perang melawan kemiskinan dan
peniadaan agregrasi sekolah.

2. argumen komparatif (kasus paralel): pernyataan kebijakan didasarkan


pada asumsi bahwa hasil-hasil dari kebijakan yang ditempuh dalam
persoalan yang serupa memang bermanfaat atau berhasil.
contoh: kantor2 AS dan negara lain sering menghadapi masalah yang
mirip dan pernyataan kebijakan dapat dibuat atas dasar pengalaman
kantor itu. pengalaman inggris dalam pengelolaan kesehatan dan
perencanaan kota baru telah mempengaruhi debat tetntang alternatif
kebijakan di AS. pengalaman tetang seisutasi tertentu dalam mengadipsi
kebijakan2 perpajakan, keterbukaan, dan kesempatan kerja telah
digunakan sebagai basis bagi rekomendasi kebijakan pada tingkat
pemerintah federal.

sebuah variasi dari kasus-kasus paralel yang dapat diperbandingkan


di dalam lingkungan yang berbeda merupakan argumen yang
didasarkan pada pengalaman kantor yang sama pada waktu yang
berbeda.

4. Fungsi-Fungsi Argumen Kebijakan 16


… secara tipikal dibuat atas dasar asumsi tentang kesamaan
dengan kebijakan masa lalu yang telah diadopsi oleh kantor yang
sama.

3. argumen analogis: pernyataan kebijakan didasarkan pada asumsi


bahwa hubungan (bukan kasus itu sendiri) antara dua/lebih kebijakan
secara esensial sama. cth: pernyataan advokatif tentang kebijakan
polusi udara didasarkan pada asumsi tentang keberhasilan dari
kebijakan-kebijakan polusi air. pemerataan hak wanita disamakan
dengan asumsi keberhasilan/kegagalan kebijakan yang dirancang untuk
mengurangi diskriminasi terhadap orang kulit hitam.

4. Fungsi-Fungsi Argumen Kebijakan 17


cara-cara pragmatis dan eksplanatori dapat dipertentangkan dari perbedaan
konsep mengenai peran ilmu dalam analisis kebijakan:

4. Fungsi-Fungsi Argumen Kebijakan 18


4. Fungsi-Fungsi Argumen Kebijakan 19
8. kritik nilai (etika): pernyataan didasarkan pada argumen yang diangkat dari etika.
informasi diubah menjadi pernyataan atas dasar asumsi tentang kebenaran atau
kekeliruan, kebaikan, atau kejelekan dari kebijakan dan konsekuensinya. cth:
sebuah pernyataan kebijakan dibuat atas dasar prinsip moral (kesamaan) atau
norma etika (hak atas kerahasiaan) yang dianggap valid, tanpa melihat motivasi
dari kelompok yang membuat pernyataan.

4. Fungsi-Fungsi Argumen Kebijakan 20


4. Fungsi-Fungsi Argumen Kebijakan 21
kedelapan cara argumen berbeda-beda dalam hal jenis argumen yang dipakai untuk
membuat pernyataan kebijakannya. pembenaran (W) yang terkandung di dalam
argumen-argumen tersebut juga memiliki karakteristik yang berebda.

4. Fungsi-Fungsi Argumen Kebijakan 22


4. Fungsi-Fungsi Argumen Kebijakan 23
222: ringkasan bab 4
227: latihan bab 4

230 (bab 5)
313 (bab 6)

427 (bab 7)

4. Fungsi-Fungsi Argumen Kebijakan 24


Kerangka Analisis Kebijakan
analisis kebijakan adalah suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan menyajikan
informasi sehingga dapat membuat keputusan. Analisis kebijakan meliputi evaluasi
kebijakan dan rekomendasi kebijakan karena ditujukkan untuk mendapatkan info
tentang nilai-nilai dan serangkaian tindakan yang dipilih.
Disiplin Ilmu Sosial Terapan
analisis kebijakan mengambil beragam disiplin dan profesi yang memiliki tujuan
bersifat deskriptif, evaluatif, dan preskriptif.
Analisis kebijakan diharapkan untuk menghasilkan informasi dan argumen-argumen
mengenai 3 pertanyaan berikut:

1. nilai yang pencapaiannya merupakan tolok ukur utama untuk melihat apakah
masalah terlah teratasi

2. fakta yang keberadaannya dapat membatasi atau meningkatkan pencapaian


nilai-nilai

3. tindakan yang penerapannya dapat menghasilkan pencapaian nilai-nilai

pertanyaan ini dapat dijawab dengan memakai 3 pendekatan analisis yaitu empiris,
valuatif, dan normatif.

pendekatan empiris menekankan pada penjelasan berbagai sebab dan akibat


dari suatu kebijakan publik tertentu. dipakai untuk pertanyaan yang bersifat
faktual. informasi yang dihasilkan bersifat deskriptif dan prediktif.

pendekatan valuatif menekankan pada penentuan bobot atau nilai dari beberapa
kebijakan. dipakai untuk pertanyaan yang menanyakan jumlah nilai. informasi
bersifat valuatif.

pendekatan normatif menekankan jawaban pada rekomendasi serangkaian


tindakan yang akan datang yang ditujukan untuk menyelesaikan masalah publik.
dipakai untuk pertanyaan mengenai tindakan yang harus diambil, informasi yang
dihasilkan bersifat preskriptif. advokasi kebijakan.

Kombinasi berbagai metode pengkajian


terdapat dua metode prosedur analisis untuk menghasilkan informasi yang relevan
dengan kebijakan yaitu:

Kerangka Analisis Kebijakan 1


1. ex ante: prediksi secara khusus digunakan sebelum suatu tindakan diadopsi
(prediksi dan preskripsi, berhubungan dengan masa depan).

2. Ex post: deskripsi dan evaluasi yang dilakukan setelah tindakan berlangsung


(deskripsi dan evaluasi, berhubungan dengan masa lalu).

perumusan masalah yang mempengaruhi penggunaan dan penilaian terhadap


keempat prosedur, merupakan meta metode (metode dari metode) yang
berfungsi sebagai pengatur utama seluruh proses analisis kebijakan.
salah satu karakteristik dari prosedur analisis kebijakan adalah hubungan
yang bersifat hirarkis — yaitu tidak mungkin untuk menggunakan beberapa
metode tanpa terlebih dahulu menggunakan metode-metode lain. akan begitu,
memantau kebijakan tanpa meramalkan konsekuensinya adalah mungkin, namun
mustahil untuk meramalkan kebijakan tanpa memantau kebijakan lebih dahulu.
merekomendasikan kebijakan mengharuskan analis untuk terlebih dahulu terlibat
dalam pemantauan, peramalan, dan evaluasi. hal ini menunjukkan bahwa
rekomendasi kebijakan didasarkan pada premis faktual dan premis nilai.
Argumentasi Kebijakan

argumen-argumen kebijakan mempunyai 6 elemen/unsur:

1. informasi yang relevan dengan kebijakan (policy-relevant information).


merupakan bukti dari kerja analis. berisi informasi tentang masalah, masa
depan, aksi, hasil, dan kinerja kebijakan. merupakan titik tolak dari suatu
argumen kebijakan.

2. klaim kebijakan (policy claim), merupakan kesimpulan dari suatu argumen


kebijakan. ketika klaim kebijakan mengikuti penyajian informasi, klaim tersebut
berbunyi “maka”. merupakan konsekuensi logis dari informasi yang relevan bagi
kebijakan.

3. Pembenaran (warrant) adalah suatu asumsi di dalam argumen kebijakan


yang memungkinkan analis untuk berpindah dari informasi yang relevan
dengan kebijakan ke klaim kebijakan. mengandung asumsi otoritatif, intuitif,
analisentris, kausal, pragmatis, dan kritik nilai. peranan dari pembenaran
adalah untuk membawa informasi yang relevan dengan kebijakan kepada
klaim kebijakan tentang terjadinya ketidaksepakatan/konflik, dengan
demikian memberi suatu alasan untuk menerima klaim.

4. dukungan (backing). dukungan bagi pembenaran terdiri dari asumsi-asumsi


tambahan atau argumen yang dapat digunakan untuk mendukung
pembenaran yang tidak diterima pada nilai yang tampak. berupa hukum

Kerangka Analisis Kebijakan 2


ilmiah, pertimbangan para pemegang otoritas keahlian, atau prinsip moral dan
etis.

5. Bantahan (rebuttal), merupakan kesimpulan, asumsi, atau argumen yang


menyatakan kondisi di mana klaim asli tidak diterima, atau klaim asli hanya
dapat diterima pada derajat penerimaan tertentu. secara keseluruhan klaim
kebijakan dan bantahan membentuk substansi isu-isu kebijakan yaitu
ketidaksepakatan di antara segmen-segmen yang berbeda dalam masyarakat
terhadap serangkaian alternatif tindakan pemerintah. pertimbangan terhadap
bantahan membantu untuk mengantisipasti tujuan dan menyediakan perangkat
sistematis untuk mengkritik salah satu klaim, asumsi, dan argumennya.

6. kesimpulan (qualifier) mengekspresikan derajat di mana analis yakin terhadap


suatu klaim kebijakan. ketika analis yakin terhadap suatu klaim, yaitu saat
kesimpulan sepenuhnya deterministik dan tidak mengandung kesalahan sama
sekali, maka suatu kesimpulan tidak diperlukan.

argumen kebijakan memungkinkan untuk memperoleh informasi dan


mentransformasikannya ke dalam pengetahuan.
Tipe Informasi yang Relevan dengan Kebijakan

rekomendasi tergantung pada apakah analis telah mengidentifikasikan nilai-nilai


yang baik untuk dicapai, yaitu analisis kebijakan didasarkan pada penghasilan
pengetahuan etik maupun empiris.

Kerangka Analisis Kebijakan 3


pengetahuan apa (fakta), mana yang benar (nilai), dan apa yang harus dikerjakan
(tindakan) memerlukan lima macam informasi. untuk mendapat 5 info tersebut analis
memakai berbagai metode pengkajian sehingga mendapat 5 informasi berupa
masalah kebijakan, masa depan kebijakan, tindakan kebijakan, hasil kebijakan, dan
pelaksanaan kebijakan.

1. masalah kebijakan (policy problem) adalah nilai, kebutuhan, atau kesempatan


yang belum terpenuhi yang dapa diidentifikasi untuk kemudian diperbaiki atau
dicapai melalui tindakan publik. pengetahuan mengenai masalah apa yang
memerlukan pemecahan membutuhkan informasi mengenai kondisi yang
mendahului permasalahan. penyediaan info mengenai masalah kebijakan

Kerangka Analisis Kebijakan 4


adalah hal krusial agar dapat mencari dan mengidentifikasi pemecahan yang
tepat.

2. masa depan kebijakan (policy future) adalah konsekuensi dari serangkaian


tindakan untuk pencapaian nilai-nilai dan karena itu merupakan penyelesaian
terhadap suatu masalah kebijakan. informasi mengenai kondisi yang
menimbulkan masalah menjadi krusial dalam mengidentifikasi masa depan
kebijakan.

3. Aksi kebijakan (policy action) adalah suatu gerakan atau serangkaian gerakan
yang dituntun oleh alternatif kebijakan yang dirancang untuk mencapai hasil di
masa depan yang bernilai. untuk merekomendasikan suatu aksi kebijakan,
penting untuk mempunyai informasi mengenai konsekuensi positif maupu negatif
dari tindakan pada berbagai alternatif yang berbeda, termasuk informasi
mengenai hambatan-hambatan politis, legal, dan ekonomis dari suatu tindakan.
info tentang tindakan kebijakan dihasilkan dengan meramalkan dan
mengevaluasi konsekuensi dari tindakan yang diharapkan. rekomendasi
kebijakan mensyaratkan peramalan dan evaluasi.

4. hasil kebijakan (policy outcome) merupakan konsekuensi yang teramati dari aksi
kebijakan. informasi mengenai konsekuensi dari serangkaian alternatif tindakan
bersifat ke depan (ex ante) atau ke belakang (ex post).

5. kinerja kebijakan (policy performance) merupakan derajat di mana hasil


kebijakan yang ada, memberi kontribusi terhadap pencapaian nilai-nilai. untuk
mengetahui apakah masalah telah teratasi, teratasi ulang, atau tidak teratasi,
memerlukan info tentang hasil kebijakan dan apakah hasil kebijakan tersebut
memberi kontribusi terhadap pencapaian nilai-nilai yang ditentukan. info
mengenai kiberja kebijakan dapat dipakai untuk meramalkan masa depan
kebijakan atau menyusun ulang masalah-masalah kebijakan.

Sistem Kebijakan

analisis kebijakan merupakan salah satu sistem kebijakan. suatu sistem kebijakan
(policy system) atau seluruh pola institusional di mana di dalamnya kebijakan dibuat,
mencakup hubungan timbal balik di antara 3 unsut, yaitu kebijakan publik, pelaku
kebijakan, dan lingkungan kebijakan.

Kerangka Analisis Kebijakan 5


1. kebijakan publik (public plicies) merupakan rangkaian pilihan yang saling
berhubungan (termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak) yang dibuat
oleh badan atau pejabat pemerintah, diformulasikan di dalam bidang-bidang isu.
isu kebijakan yaitu serangkaian arah tindakan pemerintah yang aktual atau
potensial yang berisi konflik di antara segme-segmen yang ada dalam
masyarakat. Isu kebijakan yang ada biasanya merupakan hasil konflik definisi
mengenai masalah kebijakan. definisi masalah kebijakan tergantung pada pola
keterlibatan pelaku kebijakan (policy stakeholders).

2. Pelaku kebijakan (policy stakeholders) adalah para individu atau kelompok


individu yang mempunyai andil di dalam kebijakan karena mereka
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keputusan pemerintah. pelaku kebijakan
(seperti warga negara, perserikatan buruh, parpol, analis kebijakan) sering
menangkap secara berbeda informasi yang sama mengenai lingkungan
kebijakan.

3. Lingkungan kebijakan (policy environment) adalah konteks khusus di mana


kejadian-kejadian di sekeliling isu kebijakan terjadi, mempengaruhi, dan

Kerangka Analisis Kebijakan 6


dipengaruhi oleh pembuat kebijakan dan kebijakan publik.

Sistem kebijakan berisi proses yang bersifat dialektis, mengartikan bahwa dimensi
objektif dan subjektif dari pembuatan kebijakan tidak terpisahkan di dalam
prakteknya.

sistem kebijakan adalah produk manusia yang subjektif yang diciptakan melalui
pilihan-pilihan yang sadar oleh para pelaku kebijakan.
sistem kebijakan adalah relitas objektif yang dimanifestasikan ke dalam tindakan-
tindakan yang teramati berserta konsekuensinya.

Analisis Kebijakan: Kerangka yang Terintegrasi


analisis kebijakan dapat dipandang sebagai suatu proses pengkajian yang meliputi
lima komponen informasi kebijakan (policy-informational components) yang
ditransformasikan dari satu ke lainnya dengan menggunakan lima prosedur analisis
kebijakan (policy-analytic procedures).
penggunaan prosedur analisis kebijakan memungkinkan analis untuk
mentransformasikan satu tipe informasi ke tipe informasi lainnya. informasi dan
prosedur saling berkaitan khususnya di proses dinamis transformasi informasi
kebijakan. oleh karena itu komponen informasi-kebijakan (masalah, masa depan,
aksi, hasil, dan kinerja kebijakan) ditransformasikan dari satu ke yang lainnya
dengan prosedur analisis-kebijakan.
Logika yang Terkonstruksi lawan Logika Terpakai

analisis kebijakan yang berorientasi pada masalah merupakan rekonstruksi logis dari
proses analisis kebijakan. logika yang digunakan analis dalam praktek,
sebagaimana dibedakan dari rekonstruksi logis, mencerminkan variasi yang muncul
baik dari karakteristik individual para analis dan keadaan institusional tempat analis
bekerja.
berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi variasi di dalam logika analis:

1. Langgam kognitif (cognitive styles) yaitu disposisi personal yang relatif stabil
terhadap cara-cara berpikir yang bebeda, mempengaruhi praktek analisis
kebijakan.

2. peranan analitis (analytic roles), para analis kebijakan membawakan/memainkan


peranan sebagai pengusaha, politisi, dan teknisi.

3. sistem insentif kelembagaan (institutional incentive systems). orientasi yang


berbeda terhadap analisis “kritik nilai humanistik” dan “saintifik” telah ditemukan
di dalam lembaga penelitian kebijakan lintas sektoral. mekanisme bagi kontrol

Kerangka Analisis Kebijakan 7


kualitas kelembagaan juga berbeda, mempengaruhi validitas atau rasionalitas
kesimpulan-kesimpulan dan rekomendasi

4. Hambatan waktu institusional (Institutional time contraints). Para analis bekerja


di bawah bambatan waktu yang ketat

5. Sosialisasi (professional socialization). Disiplin yang berbeda-beda


mensosialisasikan para anggotanya ke dalam orientasi "dasar" yang lebih
tradisional terhadap analisis kebijakan, semetara yang lain mensosialisasikan
para anggotanya ke dalam oricntasi yang lebih "terapan" yang meliputi nasehat
atau rekomendasi.

ketidaksesuaian diantara logika yang terekonstruksi dan logika terpakai tidak


terhindarkan dan pada saat yang sama memperlihatkan bagaimana metodologi
dapat menjadi alat bantu yang kuat dalam mempelajari, mengkritik, dan
mengembangkan metode dan teknik khusus.
Bentuk-Bentuk Analisis Kebijakan

1. analisis kebijakan prospektif


berupa produksi dan transformasi informasi sebelum aksi kebijakan dimulai dan
diimplementasikan cenderung mencirii cara beroperasinya para ekonom, analis
sistem, dan peneliti operasi. memakai pendekatan Ex ante, yaitu apa yang akan
terjadi dan apa yang harus dilakukan.

2. analisis kebijakan retrospektif


merupakan penciptaan dan transformasi informasi sesudah aksi kebijakan
dilakukan, mencakup berbagai tipe kegiatan yang dikembangkan oleh tiga
kelompok analis:

analis yang berorientasi pada disiplin (discipline-oriented analysis), berusaha


untuk mengembangkan dan menguji teori yang didasarkan pada teori dan
menerangkan sebab dan konsekuensi kebijakan. jarang mengindentifikasi
tujuan dan sasaran spesifik dari para pembuat kebijakan dan tidak
melakukan usaha apa pun untuk membedakan variabel-variabel kebijakan
yang merupakan hal yang dapat diubah melalui manipulasi kebijakan dan
variabel situasional yang tidak dapat dimanipulasi.

analis yang berorientasi pada masalah (problem oriented analysis),


berusaha untuk menerangkan sebab dan konsekuensi dari kebijakan. lebih
menaruh fokus pada identifikasi variabel yang dapat dimanipulasi oleh para
pembuat kebijakan untuk mengatasi masalah.

Kerangka Analisis Kebijakan 8


analis yang berorientasi pada aplikasi (applications oriented analyst).
berusaha menerangkan sebab dan konsekuensi dari kebijakan namun
berfokus pada variabel kebijakan dan identifikasi tujuan dan sasaran
kebijakan dari para pembuat kebijakan dan pelaku kebijakan.

3. analisis kebijakan yang terintegrasi

mengkombinasikan gaya operasi para praktisi dan berfokus pada penciptaan


dan transformasi info sebelum dan sesudah tindakan kebijakan diambil.
digambarkan dengan mempertentangkan antara evaluasi restrospektif terhadap
kebijakan publik dan eksperimen program kebijakan.

tipe kebijakan publik: teori keputusan diskriptif dan normatif

teori keputusan deskriptif (descriptive decision theory) didefinisikan sebagai


seperangkat preposisi yang secara logis konsisten menerangkan tindakan.
berkenaan dengan metode untuk analisis retrospektif. difokuskan untuk
pemahaman masalah. menggunakan deskripsi

teori keputusan normatif (normative decision theory) merupakan seperangkat


preposisi yang secara logika konsisten menyediakan landasan untuk
memperbaiki konsekuensi dari aksi. berpusat pada penggunaan metode
prospektif (peramalan dan rekomendasi). difokuskan untuk pemecahan
masalah. dianalisa berdasarkan indikator2 normatifnya apa

perumusan masalah dan pemecahan masalah


kompleksitas informasi

Kerangka Analisis Kebijakan 9


Pengantar Analisis Kebijakan
Publik
Bab ini membahas mengenai analisis kebijakan yang diartikan sebagai suatu disiplin
ilmu sosial terapan yang memanfaatkan teori, metodologi, dan tujuan-tujuan analisis
dari berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu politik, ekonomi, dan filsafat, untuk
menciptakan, menilai secara kritis, dan mengkomunikasikan pengetahuan yang
relevan dengan kebijakan publik. Dalam proses pembuatan kebijakan, analis
kebijakan memiliki peran sentral dalam menciptakan pengetahuan tentang sebab,
akibat, dan kinerja kebijakan dan program publik. Keterlibatan analisis kebijakan
dalam praktik dan teori pembuatan kebijakan sangat penting karena efektivitas
pembuatan kebijakan bergantung pada akses terhadap pengetahuan yang relevan.
Proses analisis kebijakan melibatkan pemecahan masalah sebagai elemen kunci,
yang membantu merumuskan masalah sebagai bagian dari pencarian solusi.
Metodologi analisis kebijakan menggabungkan elemen dari berbagai disiplin ilmu,
seperti politik, sosiologi, psikologi, ekonomi, dan filsafat. Ada dua aspek utama
dalam analisis kebijakan: deskriptif dan normatif. Aspek deskriptif berfokus pada
penciptaan, kritik, dan komunikasi klaim pengetahuan tentang sebab dan akibat
kebijakan, sementara aspek normatif bertujuan untuk menciptakan dan menilai klaim
pengetahuan tentang nilai kebijakan publik. Analisis kebijakan juga dapat dianggap
sebagai bentuk etika terapan, karena keputusan yang diambil tidak hanya
berdasarkan pertimbangan teknis tetapi juga memerlukan pertimbangan moral.

Dalam metodologi analisis kebijakan, penting untuk menciptakan pengetahuan yang


dapat meningkatkan efisiensi pilihan atas berbagai alternatif kebijakan. Triangulasi
adalah prinsip metodologi utama yang digunakan dalam analisis kebijakan. Ini
berarti menggunakan berbagai perspektif, metode, ukuran, sumber data, dan media
komunikasi untuk mendekati kebenaran yang tidak dapat diketahui sepenuhnya
melalui proses yang kritis melakukan triangulasi terhadap berbagai perspektif
tentang apa yang bermanfaat untuk diketahui dan apa yang telah diketahui.

Analisis kebijakan juga mencakup berbagai prosedur, seperti perumusan masalah,


peramalan, rekomendasi, pemantauan, dan evaluasi. Setiap prosedur ini memiliki
peran penting dalam menciptakan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan.
Dalam proses pembuatan kebijakan, tahap-tahap seperti penyusunan agenda,
formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian
kebijakan saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain.

Pengantar Analisis Kebijakan Publik 1


Pengkomunikasian pengetahuan yang relevan dengan kebijakan juga merupakan
bagian penting dari analisis kebijakan. Ini melibatkan pembuatan dokumen seperti
nota kebijakan, paper isu kebijakan, ringkasan eksekutif, dan lampiran, yang
digunakan untuk berbagai strategi komunikasi interaktif dalam proses pembuatan
kebijakan. Dengan memastikan bahwa pengetahuan yang relevan dengan kebijakan
tersedia dan dipahami oleh para pengambil kebijakan, analisis kebijakan berusaha
untuk meningkatkan kualitas kebijakan publik dan dampaknya pada masyarakat.

Berikut ini adalah rangkuman penjabaran materi yang ada di bab ini.

teori, metodologi, dan tujuan-tujuan analisis kebijakan haruslah dipisahkan dari sisi
disiplin dari mana analisis kebijakan berasal. Analisis kebijakan mentransformasikan
ilmu-ilmu politik, ekonomi, dan filsafat. Dengan begitu, analisis kebijakan dipandang
sebagai suatu disiplin ilmu sosial terapan yang menerapkan berbagai metode
pengkajian, dalam konteks argumentasi dan debat publik, untuk menciptakan,
secara kritis menaksir, dan mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan dengan
kebijakan.

Pendahuluan: Analisis Kebijakan Dalam Proses


Pembuatan Kebijakan
1. Analisis kebijakan adalah aktivitas menciptakan pengetahuan tentang dan dalam
proses pembuatan kebijakan.

2. Dalam menciptakan pengetahuan mengenai proses pembuatan kebijakan,


analis kebijakan akan meneliti sebab, akibat, dan kinerja kebijakan dan
program publik.

3. Efektivitas pembuatan kebijakan tergantung pada akses terhadap kumpulan


pengetahuan yang tersedia, komunikasi, dan penggunaan analisis kebijakan,
menjadikannya penting dalam praktik dan teori pembuatan kebijakan publik.

Proses Pengkajian Kebijakan

Pemecahan masalah menjadi elemen kunci di dalam metodologi analisis


kebijakan. Hal ini selaras dengan tujuan dari analisis kebijakan yaitu untuk
merumuskan masalah sebagai bagian dari pencarian solusi.

Metodologi Analisis Kebijakan

1. Metodologi yang digunakan memadukan elemen dari berbagai disiplin ilmu,


seperti ilmu politik, sosiologi, psikologi, ekonomi, dan filsafat.

Pengantar Analisis Kebijakan Publik 2


2. Analisis kebijakan bersifat deskriptif, adalah aspek analisis kebijakan yang
ditujukan ke arah penciptaan, kritik, dan komunikasi klaim pengetahuan
tentang sebab dan akibat kebijakan

3. Analisis kebijakan bersifat normatif bertujuan untuk menciptakan dan


melakukan kritik terhadap klaim pengetahuan tentang nilai kebijakan publik
untuk generasi masa lalu, masa kini, dan masa mendatang. Aspek normatif
atau kritik-nilai, dari analisis kebijakan akan terlihat saat user menyadari
bahwa pengetahuan yang relevan dengan kebijakan mencakup dinamika
antara variabel tergantung (tujuan) dan variabel bebas (cara) yang sifatnya
valuatif.

4. Analisis kebijakan juga dapat dikatakan sebagai bentuk dari etika terapan,
karena keputusan yang diambil tidak berdasar dari teknis saja, melainkan
juga memerlukan penalaran yang bersifat moral.

5. Analisis kebijakan berupaya menciptakan pengetahuan yang dapat


meningkatkan efisiensi pilihan atas berbagai alternatif kebijakan.

6. Metodologi analisis kebijakan bertujuan untuk menciptakan, menilai secara


kritis, dan mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan.

7. Pengetahuan merujuk pada kepercayaan akan sesuatu yang dapat


dibenarkan secara akal sehat, yang berbeda dengan kepercayaan tentang
kebenaran yang pasti, atau juga kebenaran dengan probabilitas statistik
tertentu.

8. Analisis kebijakan ada untuk menyediakan metodologi yang sistematis untuk


memecahkan masalah yang rumit, tujuan yang secara langsung berlawanan
dengan pandangan bahwa pembuatan kebijakan menyangkut kalkulasi yang
sepenuhnya rasional, melibatkan aktor-aktor yang “rasional” secara
ekonomis, polits, dan organisasional, yang berupaya memaksimalkan utilitas
ekonomi, kekuasaan politik, dan efektivitas organisasi.

9. Ciri dari riset dan analisis terhadap masalah-masalah sosial pada 40 tahun
terakhir atau lebih adalah pada semakin diakuinya kompleksitas.
kecendrungan perkembangan diikuti dengan penggunaan beragam
perspektif, teori, dan metode, juga pelibatan berbagai pelaku kebijakan,
dalam proses penciptaan, penilaian secara kritis, dan komunikasi
pengetahuan yang relevan dengan kebijakan.

10. Inti metodologi analisis kebijakan saat ini secara umum dicirikan oleh bentuk
mitplisisme kritis.

Pengantar Analisis Kebijakan Publik 3


11. Keputusan metodologis yang mendasar adalah triangulasi: juka para analis
berusaha meningkatkan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan,
mereka harus menggunakan berbagai perspektif, metode, ukuran, sumber-
data, dan media komunikasi. mutiplisme mempunyai keunggulan
metodologis dibanding lainnya: mendekati kebenaran akhir yang tak dapat
diketahui melalui proses yang secara kritis melakukan triangulasi terhadap
berbagai perspektif tentang apa yang bermanfaat untuk diketahui dan apa
yang telah diketahui.

12. Multiplisme kritis adalah jawaban terhadap tidak memadainya


positivisme logis sebagai teori pengetahuan dan upaya untuk
mengembangkan prosedur baru berlandaskan pada pengalaman yang
dipelajari dari melakukan analisis kebijakan selama era “the great society”.
Multiplisme bukan metodologi baru tetapi merupakan sintesis kreatif dari
beragam riset dan praktik analisis yang disarankan dan dipakai oleh berbagai
kalangan komunitas ilmu kebijakan. Dalam pandangan mutiplisme kritis,
plausbilitas induktif, bukan kepastian, merupakan karakteristik dari
pengetahuan dan standar utama keberhasilan pengkajian kebijakan.
Plausabilitas induktif tidak ditegakkan melalui perhitungan kasus yang
mendukung atau memperkuat kesimpulan, tetapi dengan identifikasi,
evaluasi, dan eliminasi atau sintesis (jika mungkin) teori, perspektif, dan
hipotesis tandingan, yang bertentangan dengan kesimpulan-kesimpulan
analis.

13. standar utama lainnya adalah relevansi kebijakan, yang menentukan dapat
tidaknya analisis kebijakan digunakan dalam praktik. dengannya,
pengetahuan yang relevan dengan kebijakan adalah pengetahuan yang
membantu dalam merumuskan dan memecahkan masalah, sesuai dengan
bagaimana masalah tersebut dialami oleh pengambil kebijakan dan
warganegara kepada siapa kebijakan tersebut berdampak, termasuk
warganegara yang hak dan kesempatannya dalam sistem politik yang
demokratis tidak terpenuhi atau dilanggar.

14. Aturan metodologis dari mutiplisme kritis lebih merupakan penuntun yang
bersifat umum bagi pengkajian kebijakan daripada preskripsi khusus untuk
melakukan riset dan analisis kebijakan. Penuntun dalam menciptakan,
menilai secara kritis, dan mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan
dengan kebijakan ini meliputi beberapa bidang analisis kebijakan penting
seperti:

Pengantar Analisis Kebijakan Publik 4


a. Operasionisme berganda: penggunaan berbagai ukuran secara
bersama-sama untuk konstrak dan variabel kebijakan — atau, seperti
ukuran berganda terhadap ketidaksempurnaan yang independen —
meningkatkan plausabilitas klaim pengetahuan dengan
mentriagulasikan obyek yang sama dengan dua atau lebih metrik.
contoh penggunaan secara serempak perbandingan berpasangan dan
skala pilihan paksa, atau ukuran-ukuran biaya dan manfaat didasarkan
pada belanja konsumen (preferensi yang diungkapkan) dan penyusnan
skala atribut berganda.

b. penelitian multimetode: penggunaan berbagai metode secara bersama-


sama untuk mengamati proses dan hasil kebijakan — misalnya,
penggunaan secara bersama-sama catatan-catatan organisasi, angket
lewat pos, dan wawncara etnografis — meningkatkan plausibilitas klaim
pengetahuan dengan mentriagulasikan obyek yang sama dengan data
yang diperoleh dari dua atau lebih instrumen. metode ini secara
sistematis menolak ideal dari kuantifikasi dan, sebaliknya, secara
sistematis mengintegrasikan observasi kuantitatif dan kualitatif.

c. Sintesis analisis berganda: sintesis dan penilaian kritis terhadap analisis-


analisis yang tersedia tentang program-program dan kebijakan-kebijakan
yang sama. meningkatkan plausabilitas klaim pengetahuan dengan
secara sistematis menguji stok pengetahuan tentang pengaruh kebijakan
terhadap berbagai populasi dalam berbagai konteks. sintesis analisis
berganda juga dikenal sebagai sisntesis penelitian, review penelitian
yang integratif, atau metaanalisis, melawan kecendrungan analisis
tunggal yang otoritatif dengan menekankan sifat-sifat kolektif dari
pengetahuan yang relevan dengan kebijakan.

d. Analisis multivariat: memasukkan banyak variabel dalam model


kebijakan — contoh: model-model klausal yang didasarkan pada
analisis path atau analisis studi kasus berdasarkan pada banyak sumber
kejadian — meningkatkan plausibilitas klaim kebijakan dengan
secara sistematis menguji dan mengeluarkan atau memadukan, jika
mungkin, pengaruh variabel-variabel bukan kebijakan pada hasil
kebijakan. dapat digunakan untuk menguji plausabilitas teori-teori
tandingan dari proses pembuatan kebijakan, misalnya, teori-teori tentang
implementasi kebijakan atau penggunaan pengetahuan yang relevan
dengan kebijakan oleh pengambil kebijakan.

Pengantar Analisis Kebijakan Publik 5


e. Analisis pelaku berganda: investasi kerangka kerja interpretif dan
perspektif banyak pelaku kebijakan — yaitu, individu-individu dan
kelompok-kelopok yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh proses
pembuatan kebijakan — menambah plausibilitas klaim pengetahuan
melalui triangulasi berbagai sebab dan representasi etis atas
masalah-masalah dari solusi-solusi yang diperoleh dari seting
kebijakan yang nyata (naturalistik). memusatkan pehatian pada
individu-individu atau kelompok-kelompok yang berpartisipasi dalam
formulasi dan implementasi kebijakan sebagai sumber pengetahuan
yang relevan dengan kebijakan dan perhatian langsung pada
kepentingan publik dengan mensyaratkan analis untuk tidak hanya
melayani pegawai, tetapi juga publik. termasuk kelompok-kelompok yang
secara politik tersingkirkan atau tidak diuntungkan

f. Analisis perspektif berganda

g. Komunikasi multimedia: penggunaan banyak media komunikasi oleh


analis sangat penting untuk meyakinkan bahwa pengetahuan (yang
dikaji) relevan dengan kebijakan, sehingga digunakan oleh para
pengambil kebijakan, dan penerima dampak yang diinginkan. triangulasi
dengan berbagai media komunikasi dan strategi pemindahan
pengetahuan alternatif akan meningkatkan pengetahuan yang relevan
dengan kebijakan dan kegunaan potensialnya.

mutiplisme kritis mempunyai kelebihan yang tak ditemukan di metodelogi-


metogologi tangingannya. jika para analis mengikuti pedoman mutiplisme
kritis, mereka sulit mengalami kesalahan yang dapat dihindarkan yang terjadi
karena keterbatasan perspektif analisis tentang masalah.

Informasi yang Relevan dengan kebijakan

Metodelogi analisis kebijakan menyediakan informasi yang berguna untuk


menjawab 5 macam pertanyaan:

1. Apa hakekat permasalahan?

2. Kebijakan apa yang sedang atau pernah dibuat untuk mengatasi masalah
dan apa hasilnya?

3. Seberapa bermakna hasil tersebut dalam memecahkan masalah?

4. alternatif kebijakan apa yang tersedia untuk menjawab masalah,

5. hasil apa yang dapat diharapkan?

Pengantar Analisis Kebijakan Publik 6


jawaban terhadap masalah pertanyaan-pertanyaan tersebut membuahkan
informasi tentang:

1. masalah kebijakan

2. masa depan kebijakan

3. aksi kebijakan

4. hasil kebijakan

5. kinerja kebijakan

lima prosedur analisis kebijakan:

1. perumusan masalah

2. peramalan (forecasting)

3. rekomendasi

4. pemantauan

5. evaluasi

Prosedur Analisis Kebijakan

Metodelogi analisis kebijakan menggabungkan standar, aturan, dan prosedur.


tetapi standar dan aturanlah yang menuntun seleksi dan penggunaan
prosedur dan penilaian kritis terhadap hasilnya.

Prosedur merupakan subordinat dari standar plausibilitas dan relevansi


kebijakan, dan terhadap tuntutan umum atau aturan mutiplisme kritis.

Peranan prosedur adalah untuk menghasilkan informasi mengenai masalah


kebijakan, masa depan kebijakan, aksi kebijakan, hasil kebijakan, dan
kinerja kebijakan.

Prosedur tidak menghasilkan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan.

Metodologi analisis kebijakan menggabungkan 5 prosedur umum yang lazim


dipakai dalam pemecahan masalah manusia, yaitu: definisi, prediksi, preskripsi,
deskripsi, evaluasi.

dalam analisis kebijakan, prosedur-prosedur tersebut memperoleh nama-nama


khusus,

1. Perumusan masalah (definisi):

Pengantar Analisis Kebijakan Publik 7


a. menghasilkan informasi mengenai kondisi-kondisi yang menimbulkan
masalah kebijakan

b. dapat memasok pengetahuan yang relevan dengan kebijakan yang


mempersoalkan asumsi-asumsi yang mendasari definisi masalah
dengan memasuki proses pembuatan kebijakan melalui penysusunan
agenda (agenda setting).

c. dapat membantu menemukan asumsi-asumsi yang tersembunyi,


mendiagnosis penyebab-penyebabnya, memetakan tujuan-tujuan yang
memungkinkan, memadukan pandangan-pandangan yang bertentangan,
dan merancang peluang-peluang kebijakan yang baru.

2. Peramalan (prediksi):

a. menyediakan informasi mengenai konsekuensi di masa mendatang


dari penerapan alternatif kebijakan, termasuk tidak melakukan
sesuatu.

b. dapat menyediakan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan


tentang masalah yang akan terjadi di masa mendatang sebagai akibat
dari diambilnya alternatif.

c. dilakukan dalam tahap formulasi kebijakan.

d. dapat menguji masa depan yang plausibel, potensial, dan secara


normatif bernilai, mengestimasi akibat dari kebijakan yang ada atau yang
diusulkan, mengenali kendala-kendala yang mungkin akan terjadi dalam
pencapaian tujuan, dan mengestimasi kelayakan politik (dukungan dan
oposisi) daru berbagai pilihan.

3. Rekomendasi (preskripsi): menyediakan informasi mengenai nilai atau


kegunaan relatif dari konsekuensi di masa depan dari suatu pemecahan
masalah.

a. membuahkan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan tentang


manfaat atau biaya dari berbagai alternatif yang akibatnya di masa
mendatang telah diestimasikan melalui peramalan. Membantu pengambil
kebijakan pada tahap adopsi kebijakan.

b. membantu mengestimasi tingkat risiko dan ketidakpastian, mengenali


ekternalitas dan akibat ganda, menentukan kriteria dalam pembuatan
pilihan, dan menentukan pertanggungjawaban administratif bagi
implementasi kebijakan.

Pengantar Analisis Kebijakan Publik 8


c. cth: rekomen untuk merubah UU kecepatan dipusatkan pada biaya
kematian yang tercegah pada pilihan kecepatan antara 55 mph dan 65
mph. satu rekomendasi didasarkan pada kesimpulan bahwa pada batas
kecepatan 55 mph jumlah kematian yang dicegah hanya turun tak lebih
dari 2 sampai 3%, mengusulkan agar dana yang ada dialokasikan untuk
yang lain, seperti untuk embeli alat deteksi asap untuk menjaga
kesehatan dan keselamatan.

4. Pemantauan (deskripsi): menghasilkan informasi tentang konsekuensi


sekarang dan masa lalu dari diterapkannya alternatif kebijakan.

a. pemantauan (monitoring) menyediakan pengetahuan yang relevan


dengan kebijakan tentang akibat dari kebijakan yang diambil
sebelumnya.

b. membantu pengambil kebijakan pada tahap implementasi kebijakan.

c. memantau hasil dan dampak kebijakan dapat memakai berbagai


indikator kebijakan.

d. pemantauan membantu menilai tingkat kepatuhan, menemukan akibat-


akibat yang tidak diingingkan dari kebijakan dan program,
mengidentifikasi hambatan dan rintangan implementasi, dan menentukan
letak pihak-pihak yang bertanggung jawab pada setiap tahap kebijakan.

5. Evaluasi: menyediakan informasi mengenai nilai atau kegunaan dari


konsekuensi pemecahan atau pengatasan masalah.

a. pengetahuan yang relevan dengan kebijakan tentang ketidaksesuaian


antara kinerja kebijakan yang diharapkan dengan yang sebenarnya
dihasilkan.

b. membantu pada tahap penilaian kebijakan terhadap pembuatan


kebijakan.

c. menghasilkan kesimpulan mengenai seberapa jauh masalah terlah


terselesaikan, klarifikasi dan kritik terhadap nilai yang mendasari
kebijakan, membantu dalam penyesuaian dan perumusan kembali
masalah.

Pengantar Analisis Kebijakan Publik 9


kelimat prosedur analisis kebijakan ini memiliki fungsi sebagai alat untuk
menggambarkan keterkaitan antara metode-metode dan teknik-teknik analisis
kebijakan.

Metode analisis kebijakan adalah prosedur umum untuk menghasilkan dan


mentransformasikan informasi yang relevan dengan kebijakan dalam berbagai
konteks. misal bidang peramalan, prosedur umum bervariasi sejak peramalan
berdasarkan keputusan ahli (metode delphi) sampai metode berdasarkan
analisis multivariat (metode kausal) dan ekstrapolasi deret berkala historis
(analisis deret berkala atau time series). setiap metode tersebut didukung oleh
sejumlah teknik.

teknik yaitu prosedur yang relatif khusus yang digunakan bersama-sama dengan
metode-metode tertentu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang lebih
sempit. misalnya: terdapat beberapa teknik untuk melakukan estimasi terhadap
korelasi berkala pada data deret berkala, termasuk statistik durbin-watson.
bergitupun analisis biaya manfaat didukung oleh beberapa teknik penting,
termasuk perhitungan biaya dan laba diskonto terhadap nilai sekarang dan
kalkulasi tingkat keuntungan internal (internal rates of return) dari proyek dan
program.

Pengantar Analisis Kebijakan Publik 10


ringkasnya, kelima prosedur analisis kebijakan didukung oleh berbagai metode
dan teknik yang berguna untuk menghasilkan dan mentransformasikan informasi
yang relevan dengan kebijakan.
Proses Pembuatan Kebijakan

Proses analisis kebijakan adalah serangkaian aktivitas intelektual yang


dilakukan dalam proses kegiatan yang pada dasarnya bersifat politis.

aktivitas politis dijelaskan sebagai proses pembuatan kebijakan dan


divisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang saling bergantung yang
diatur menurut urutan waktu:

1. penyusunan agenda (dekat dengan perumusan masalah)

a. Karakteristik: para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan


masalah pada agenda publik. banyak masalah tidak disentuh sama
sekali, sementara lainnya ditunda untuk waktu lama

b. Ilustrasi: legilator negara dan kosponsornya menyiapkan rancangan


undang-undang menigirimkan ke komisi kesehatan dan
kesejahteraan untuk dipelajari dan disetujui. rancangan berhenti di
komite dan tidak terpilih

2. formulasi kebijakan (dekat dengan peramalan)

a. Karakteristik: para pejabat merumuskan alternatif kebijakan


untuk mengatasi masalah. alternatif kebijakan melihat perlunya
membuat perintah eksekutif, keputusan peradilan, dan tindakan
legislatif.

b. Ilustrasi: peradilan negara bagian mempertimbangkan pelarangan


penggunaan tes kemampuan standar seperti SAT dengan alasan
bahwa tes tersebut cendrung bias terhadap perempuan dan
minoritas.

3. adopsi kebijakan (dekat dengan rekomendasi)

a. Karakteristik: alternatif kebijakan yang diadopsi dengan dukungan


dari mayoritas legislatif, konsensus di antara direktur lembaga, atau
keputusan peradilan.

b. Ilustrasi: dalam keputusan MA pada kasus Roe v. Wade tercapai


keputusan mayoritas bahwa wanita mempunyai hak untuk
mengakhiri kehamilan melalui aborsi.

Pengantar Analisis Kebijakan Publik 11


4. implementasi kebijakan (dekat dengan pemantauan)

a. Karakteristik: kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-


unit administrasi yang memobilisasikan sumberdaya finansial dan
manusia.

b. Ilustrasi: bagian keuangan kota mengangkat pegawai untuk


mendukung peraturan baru tentang penarikan pajak kepada rumah
sakit yang tidak lagi memiliki status pengecualian pajak.

5. penilaian kebijakan (dekat dengan penilaian)

a. Karakteristik: unit-unit pemeriksaan dan akuntansi dalam


pemerintahan menentukan apakah badan-badan eksekutif, legislatif,
dan peradilan memenuhi persyaratan UU dalam membuat kebijakan
dan pencapaian tujuan.

b. Ilustrasi: KAP memantau program-program kesejahteraan sosial


seperti bantuan untuk keluarga dengan anak tanggungan (AFDC)
untuk memnentukan luasnya penyimpangan/korupsi.

Analisis kebijakan dapat menghasilkan informasi yang relevan dengan


kebijakan pada satu, beberapa, atau seluruh tahap dari proses pembuatan
kebijakan, tergantung pada tipe masalah yang dihadapi klien yang
dibantunya.

analisis kebijakan dilakukan untuk menciptakan, secara kritis menilai, dan


mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan dalam
satu atau lebih tahap proses pembuatam kebijakan.

tahap-tahap mencerminkan aktivitas yang terjadi sepanjang waktu & setiap


tahap saling berhubungan.

aplikasi prosedur dapat membuahkan pengetahuan yang relevan dengan


kebijakan yang secara langsung mempengaruhi asumsi, keputusan, dan aksi
dalam satu tahap, yang kemudian secara tidak langsung mempengaruhi
kinerja tahap-tahap berikutnya.

Proses Komunikasi Kebijakan (P.52)


pengkomunikasian pengetahuan yang relevan dengan kebijakan dapat
dipandang sebagai proses 4 tahap yang melibatkan:

1. analisis kebijakan

2. pembuatan materi

Pengantar Analisis Kebijakan Publik 12


3. komunikasi interaktif

4. pemanfaatan pengetahuan

untuk mengkomunikasikan pengetahuan tersebut, analis menciptakan berbagai


dokumen yang relevan dengan kebijakan (nota kebijakan, paper isu kebijakan,
ringkasan eksekutif, lampiran, dan siaran berita). dokumen-dokumen tersebut
berguna sebagai bahan untuk berbagai strategi komunikasi interaktif dalam
percakapan, konferensi, pertemuan, briefing, dengar pendapat resmi, dan
bentuk-bentuk presentasi lisan lainnya.

tujuan penciptaan dokumen adalah untuk meningkatkan prospek pemanfaatan


pengetahuan dan diskusi terbuka antara para pelaku kebijakan pada beberapa
tahap proses pembuatan kebijakan.
Dokumen yang relevan dengan kebijakan
pembuatan dokumen yang relevan dengan kebijakan — yaitu dokumen yang
berisi pengetahuan yang berguna — membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan dalam mensitesakan, menyederhanakan, memaparkan, dan
meringkas infromasi.

1. sintesis: berdasar pada tuntutan triangulasi, info mengenai laporan publikasi,


surat kabar, artikel jurnal, ringkasan wawancara, kutipan UU, peraturan yang
berlaku, tabel statistik, harus disintesiskan ke dalam dokumen setebal:

a. maksimum 3 halaman (nota kebijakan) sampai 10-10 halaman (paper isu


kebijakan).

b. info harus juga disntesiskan ketika menyiapkan ringkasan paper isu


kebijakan (ringkasan eksekutif) atau materi yang cocok untuk media
(penyiaran berita)

2. Organisasi: analis harus dapat mengorganisir info secara koheren, konsisten,


dan ekonomis. setiap dokumen kebijakan yang beragam memiliki kesamaan
elemen, yaitu ringkasan, upaya yang dilakukan sebelumnya untuk
memecahkan masalah, diagnosis ruang lingkup, kepelikan dan penyebab
masalah, identifikasi dan evaluasi alternatif-alternatif pemecahan masalah,
dan alternatif tindakan yang dapat menyumbang pemecahan masalah.

3. Terjemahan: terminologi dan prosedur analisis kebijakan harus


diterjemahkan ke dalam bahasa pelaku kebijakan. hal ini memerlukan
pemindahan konsep konsep teoritis yang abstrak dan ungkapan ungkapan
statistik dan analitis ke dalam bahasa awam dan argumen-argumen yang

Pengantar Analisis Kebijakan Publik 13


lazim dipakai orang awam. penyajian konsep-konsep teoritis dan ungkapan-
ungkapan statistik dan analisis dapat dimasukkan dalam lampiran paper isu
kebijakan dan dokumen-dokumen pendukung lainnya.

4. Penyederhanaan:

5. Penyajian Visual

6. ringkasan

Paper isu kebijakan memuat pertanyaan:

1. dengan cara apa masalah kebijakan dapat dirumuskan?

2. seberapa besar lingkup dan kerumitan masalah?

3. seberapa jauh masalah tersebut memerlukan aksi publik?

4. jika tidak ada aksi yang dilakukan, bagaimana masalah tersebut berubah
dalam beberapa bulan atau tahun mendatang?

5. apakah unit-unit pemerintah lain telah menangani masalah tersebut? jika


begitu apa hasilnya?

6. tujuan dan sasaran apa yang perlu diupayakan untuk memecahkan


masalah?

7. alternati kebijakan apa yang tersedia untuk mencapai tujuan/sasaran


tersebut?

8. kriteria apa yang harus digunakan untuk mengevaluasi kinerja alternatif


tersebut?

9. alternatif apa yang harus diambil dan diimplementasikan?

10. badan mana yang harus bertanggungjawab dalam implementasi kebijakan?

11. bagaimana kebijakan dimonitor dan dievaluasi?

Presentasi Kebijakan
probabilitas pemanfaatan akan meningkat jika substansi dokumen kebijakan
tersebut dikomunikasikan melalui presentasi kebijakan.
komunikasi kebijakan yang efektif bergantung pada kecocokan antara strategi
komunikasi dengan karakteristik pemakai analisis kebijakan.
Penggunaan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan

Tujuan analisis kebijakan adalah untuk memperbaiki kebijakan dengan cara


menciptakan, secara kritis menilai, dan mengkomunikasikan pengetahuan

Pengantar Analisis Kebijakan Publik 14


yang relevan dengan kebijakan.
tetapi perbaikan kebijakan mensyaratkan digunakannya pengetahuan tersebut
oleh pengambil kebijakan, suatu proses yang rumit yang terbentuk melalui
pertemuan antara 3 dimensi utama pemanfaatan pengetahuan:

1. komposisi pengguna: analisis kebijakan digunakan oleh individu atau


kesatuan kolektif. Jika penggunaan analisis mengandung perolehan (atau
kehilangan) dalam pemanfaatan pengetahuan untuk pengambilan
keputusan, maka proses pemanfaatan pengetahuan merupakan aspek
pengambilan keputusan secara individual (penggunaan individual).
jika proses pemanfaatan mengandung pencerahan publik atau proses belajar
kolektif, penggunaan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan
merupakan aspek keputusan kolektif. — yaitu kebijakan (penggunaan
kolektif).

2. Efek penggunaan

pengunaan analisis kebijakan memiliki efek kognitif dan perilaku.


efek kognitif dapat berupa penggunaan analisis kebijakan untuk berpikir
mengenai masalah dan pencerahannya (penggunaan konseptual), atau
mensahkan formulasi masalah dan pemecahan yang diinginkan dengan
memanfaatkan otoritas ahli (penggunaan simbolis).
sebaliknya efek perilaku dapat berupa penggunaan analisis kebijakan
sebagai alat atau instrumen untuk melakukan aktivitas atau fungsi
pengambilan kebijakan (penggunaan instrumental).
penggunaan konseptual dan perilaku terhadap pengetahuan yang relevan
dengan kebijakan terjadi pada pengguna individual dan kolektif.

3. Lingkup pengetahuan yang digunakan


Lingkup pengetahuan yang digunakan oleh pengambil kebijakan bervariasi
dari khusus ke umum. lingkup penggunaan umum yaitu pemakaian ide-ide,
sementara penggunaan rekomendasi kebijakan tertentu memiliki lingkup
khusus (penggunaan khusus).

tujuan memperbaiki peranan analisis kebijakan adalah untuk meningkatkan mutu


kebijakan publik.

Tujuan analisis kebijakan adalah untuk memungkinkan diperbaikinya kebijakan


melalui penciptaan, penilaian secara kritis, dan pengkomunikasian
pengetahuan yang relevan dengan kebijakan, suatu tujuan yang dirancang untuk

Pengantar Analisis Kebijakan Publik 15


mempromosikan proses belajar individual dan kolektif melalui wacana dan debat
kebijakan.

Pengantar Analisis Kebijakan Publik 16


5. Merumuskan Masalah-
Masalah Kebijakan
Sifat masalah-masalah kebijakan

1. masalah-masalah kebijakan adalah kebutuhan, nilai-nilai, atau kesempatan-


kesempatan yang tidak teralisir tetapi yang dapat dicapai melalui tindakan
publik.

2. perumusan masalah = sistem petunjuk pokok/mekanisme pendorong yang


mempengaruhi keberhasilan semua fase analisis kebijakan.

3. masalah harus dipecahkan secara tepat, sehingga solusi yang diberikan juga
tepat.

4. prioritas perumusan masalah dalam analisis kebijakan:

5. Merumuskan Masalah-Masalah Kebijakan 1


1. pengenalan masalah vs perumusan masalah: proses analisis kebijakan
berasal dari suatu perasaan khawatir yang kacau dan tanda-tanda awal dari
stres, hal ini disebut sebagai situasi masalah yang dirasakan oleh para
analisis kebijakan, pembuat kebijakan, dan pelaku kebijakan. masalah-
masalah kebijakan adalah produk pemikiran yang dibuat pada suatu
lingkungan, suatu elemen situasi masalah yang diabstraksikan dari situasi ini
oleh para analis.

2. perumusan masalah vs pemecahan masalah: proses analisis kebijakan


pada urutan yang lebih tinggi mencakup metode perumusan masalah,

5. Merumuskan Masalah-Masalah Kebijakan 2


sedangkan pada urutan yang lebih rendah mencakup metode pemecahan
masalah.

3. pemecahan masalah kembali vs pementahan solusi masalah dan


pementahan masalah (problem resolving, problem unsolving, dan problem
dissolving). menunjuk pada tiga proses pengoreksian kesalahan.

pemecahan kembali masalah (problem resolving) mencakup analisis


ulang terhadap masalah yang dipahami secara benar untuk mengurangi
kesalahan yang bersifat kalibrasional.

pementahan solusi masalah/problem unsolving, berupa pembuangan


solusi dikarenakan kesalahan dalam perumusan masalah.

pementahan masalah/problem dissolving meliputi pembuangan masalah


yang dirumuskan secara tidak tepat dan kembali kepada perumusan
masalah sebelum terjadi suatu usaha untuk memecahkan masalah yang
tidak tepat tersebut.

5. ciri-ciri masalah. berikut beberapa ciri penting dari masalah kebijakan (239):

a. saling ketergantungan dari masalah kebijakan

b. subyektivitas dari masalah kebijakan

c. sifat buatan dari masalah

d. dinamika masalah kebijakan

sistem masalah (messes) bukan merupakan suatu kesatuan mekanis; melainkan


sistem yang bertujuan (teleologis), di mana:

1. tidak ada dua anggota yang sama persis di dalam semua atau bahkan
setiap sifat-sifat atau perilaku mereka.

2. sifat-sifat dan perilaku setiap anggota mempunyai pengaruh pada sifat-sifat


dan perilaku sistem secara keseluruhan

3. sifat-sifat dan perilaku setiap anggota, dan cara setiap anggota


mempengaruhi sistem secara keseluruhan, tergantung pada sifat-sifat dan
perilaku paling tidak dari salah satu anggota sistem

4. dimungkinkan sub kelompok anggota mempunyai suatu pengaruh yang tidak


bebas atau tidak independen pada sistem secara keseluruhan.

sistem masalah tidak dapat dipecah ke dalam rangkaian yang independen tanpa
menimbulkan risiko menghasilkan solusi yang tepat terhadap masalah yang

5. Merumuskan Masalah-Masalah Kebijakan 3


salah.

kunci karaktetistik dari sistem permasalah adalah bahwa seluruh sistem lebih
besar daripada sekedar jumlah dari bagian-bagiannya.

6. Masalah-masalah Vs isu-isu

a. kemampuan untuk mengenali perbedaan di antara situasi problematis,


masalah kebijakan, dan isu kebijakan menjadi penting sekali dalam
memahami cara menafsirkan sebuah peristiwa, yang menimbulkan
ketidaksetujuan tentang serangkaian tindakan pemerintah yang aktual
maupun potneisla.

b. formulasi masalah dipengaruhi oleh asumsi-asumsi para pelaku kebijakan


yang berbeda sehingga membawa kepada kondisi permasalahan yang ada.

c. formulasi masalah yang berbeda menentukan bahaimana isu-isu kebijakan


didefinisikan.

d. kompleksitas isu-isu kebijakan dapat diperlihatkan dengan


mempertimbangkan jenjang organisasi di mana isu-isu tersebut
diformulasikan.

e. isu-isu kebijakan dapat diklasifikasikan sesuai dengan hirarki dari tipe:

i. utama, isu-isu utama (major issue):

1. secara khusus ditemui pada tingkat pemerintah tertinggi di dalam


atau di antara jurisdiksi/wewenang federal, negara bagian, dan lokal.

2. secara khusus meliputi pertanyaan tentang misi suatu instansi, yaitu


pertanyaan mengenai sifat dan tujuan organisasi2 pemerintah.

3. contoh: isu seperti apakah departmen kesehatan dan pelayanan


masyarakat harus berusaha menghilangkan kondisi yang
menimbulkan kemiskinan adalah pertanyaan mengenai misi
lembaga.

ii. sekunder, isu-isu sekunder (secondary issues)

1. adalah isu yang terletak pada tingkat instansi pelaksana program2 di


pemerintahan federal, negara bagian, dan lokal.

2. dapat berisi isu prioritas2 program dan definisi kelompok2 sasaran


dan penerima dampak.

5. Merumuskan Masalah-Masalah Kebijakan 4


3. isu mengenai bagaimana mendefinisikan kemiskinan keluarga
adalah isu yang kedua

iii. fungsional, isu-isu fungsional (functional issues)

1. terletak di antara tingkat program dan proyek

2. memasukkan pertanyaan-pertanyaan seperti anggaran, keuangan,


dan usaha untuk memperolehnya.

iv. minor, isu-isu minor (minor issues)

1. isu-isu yang ditemukan paling sering pada tingkat proyek-proyek


yang spesifik

2. meliputi personal, staff, keuntungan bekerja, waktu liburan, jam


kerja, dan petunjuk pelaksanaan serta peraturan.

5. Merumuskan Masalah-Masalah Kebijakan 5


1. bila hirarki isu-isu kebijakan naik, masalah-masalah menjadi saling
tergantung, subyektif, artifisial, dan dinamis.

2. walau tingkat2 saling tergantung, beberapa isu memerlukan kebijakan yang


strategis, sementara yang lain meminta kebijakan operasional.

3. kebijakan strategis (strategic policy) adalah salah satu kebijakan di mana


konsekuensi dan keputusannya secara relatif tidak bisa dibalikkan. contoh:
apakah AS harus mengirim pasukan ke teluk persi, atau apakah pekerja
sosial harus diorganisir kembali, memerlukan kebijakan-kebijakan strategis
karena konsekensi dari keputusan-keputusan tidak dapat dibalik ulang untuk
beberapa tahun.

4. kebijakan operasional (operational policies) adalah kebijakan di mana


konsekuensi dari keputusan2 secara relatif dapat dibalik ulang, tidak

5. Merumuskan Masalah-Masalah Kebijakan 6


menimbulkan risiko dan ketidakpastian masa kini pada tingkat yang lebih
tinggi.

5. semua tipe kebijakan saling tergantung (relaisasi misi instansi tergantung


pada kemampuan praktik personalnya).

6. kompleksitas dan tak dapat diulangnya suatu kebijakan akan semakin tinggi
seiring dengan meningkatnya hirarki isu-isu kebijakan.

7. Tiga Kelas Masalah Kebijakan


struktur dari masing-masing kelas ditentukan oleh tingkat kompleksitasnya, yaitu
seberapa jauh suatu masalah merupakan sistem permasalahan yang saling
tergantung.
perbedaan digambarkan dengan mempertimbangkan variasi yang ada di ketiga
elemen:

1. masalah yang sederhana (well-structured):

a. masalah yang melibatkan satu atau beberapa pembuat keputusan dan


seperangkat kecil alternatif-alternatif kebijakan.

b. kegunaan (nilai) mencerminkan konsensus pada tujuan-tujuan jangka


pendek yang secara jelas diurutkan dalam tatanan pilihan pembuat
keputusan. (245)

2. masalah yang agak sederhana (moderately-structured)

3. masalah yang rumit (ill-structured)

8. a

5. Merumuskan Masalah-Masalah Kebijakan 7


5. Merumuskan Masalah-Masalah Kebijakan 8

Anda mungkin juga menyukai