Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

‫مناذج دراسة تصنيف املعاجم يف البحث العلمي‬

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Shina’at Al-Mu’jam

Dosen Pengampu: Agung Prasetiyo, M.Pd

Oleh Kelompok 9:

1. Elza Rosanti (210104110120)

2. Ahib Rozaqi (210104110139)


3. Azifur Rahman (210104110156)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرمحن الرحيم‬

Puji syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT Tuhan seluruh alam Yang Maha
Rahman dan Rahim karena atas berkat rahmat dan kasih saying-Nya sehingga makalah yang

berjudul “‫العلمي‬ ‫”مناذج دراسة تصنيف املعاجم يف البحث‬

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ustad Agung Prasetiyo,
M.Pd selaku dosen mata kuliah Shina’at Al-Mu’jam yang telah memberikan tugas sehingga
dapat menambah wawasan kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Shina’at Al-Mu’jam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang materi ini. Penulis menyadari bahwa makalah yang ditulis ini masih banyak
kesalahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Malang, 28 November 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengumpulan kosakata dan maknanya ke dalam sebuah buku, tentu belum


serta-mertadapat terwujud menjadi sebuah kamus. Tentu dibutuhkan pengetahuan dan
seni penyusunan kamus dengan menggunakan sistematika tertentu untuk
menghasilkan produk kamus yang lengkap dan berkualitas, mudah dan lengkap. Ilmu
inilah yang disebut dengan leksikografi, sedangkan ilmu yang mengkaji kosakata dan
maknanya disebut dengan leksikologi.
Ilmu leksikografi sebagai bagian dari linguistik terapan, lebih memerlukan
hasil kajian atau penelitian dari ilmu leksikologi dalam upaya mewujudkan kamus
yang baik dan benar. Dengan kata lain tanpa adanya seni leksikografi, leksikologi
hanya berkutat pada kajian teoretis dan perdebatan tentang makna tanpa bisa
menghasilkan produk-produk berupa kamus-kamus yang berkualitas, memiliki
sistematika yang baik dan mudah dipahamipenggunanya.
Terkait dengan leksikografi Arab, tentu yang akan menjadi kajian yaitu kamus
kamusbahasa Arab. Perwajahan kamus dan sistematika penyusunan kosakata ke dalam
kamuskamus bahasa Arab juga terus berubah dan berkembang secara inovatif dari
masa ke masa. Kamus- kamus bahasa Arab yang terbit dengan varian dan karakteristik
yang berbeda-beda telah mendorong para pakar bahasa untuk lebih serius mendalami
teknik-teknik penyusunan yang inovatif dan informatif. Fenomena ini melahirkan
ilmu leksikografi atau ilmu perkamusan yang bukan hanya sebatas membahas tentang
seluk beluk makna leksikal dari kosakata, tetapi juga sebagai ilmu yang membahas
tentang teknik pemilihan sistematika dalam menyusun kamus, memahami
kelengkapan komponen kamus dan lain sebagainya.

2.1 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sistematika penyusunan kamus menurut para leksikologi dalam riset?
2. Apa saja model-model sistematika penyusunan kamus lafal dalam sejarah
leksikologi bahasa Arab?
3. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatika dalam penyusunan kamus?
3.1 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui sistematika penyusunan kamus menurut para leksikologi dalam


riset

2. Untuk mengetahui model-model sistematika penyusunan kamus lafal dalam


sejarah

3. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kamus


BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistematika Penyusunan Kamus

Secara garis besar, menurut para Leksikolog, terdapat 2 sistem dalam penyusunan
mu'jam arabiyah yang digunakan para leksikolog, anatar lain sebagai berikut:

1. Sistem makna (Kamus Ma'ani) adalah Sebuah model penyusunan kosakata (item)
yang berada dalam kamus yang digunakan seorang leksikolog dengan cara menata
kata (entri) kamusnya secara berurutan berdasarkan makna atau kelompok kosa
kata yang maknanya sebidang (tematik). Dengan kata lain, pengelompokan entri
atau kata pada kamus-kamus ma'ani lebih mengedepankan aspek makna yang
terkait dengan topik atau tema yang telah ditetapkan oleh leksikolog.

Dengan sistematika ini, maka kamus ma'ani lebih tepat disebut dengan kamus tematik.
Kamus-kamus tematik yang berbahasa Arab. Adapun kamus tematik antara lain
kamus al-Gharib al- Mushannaf karya Abu Ubaid Al-Qasi bin Salam (150-244 H),
kamus al-Alfadz al-Kitabiyyah karya Abdurrahman al-Hamdzani (w.320 H), kamus
Mutakhayyir al-Alfadz karya Ibnu Faris (w.395 H), kamus Figh al-Lughah wa Sir al-
Arabiyyah karya Abu Mamsyur Al-Tsa'labi (w.429 H), kamus al-Mukhashshah fi al-
Lughah karya Ibnu Sydah (398-458 H) dan kamus Kifayah al-Mutahaffidz wa
Nihayah al- Muthalaffidzkarya Ibnu Al-Ajdani (w 600 H).

2. Sistem Lafal (Kamus Alfadz) adalah sebuah kamus yang kata-kata (item)
didalamnya tersusun secara berurutan berdasarkan urutan lafal (indeks) dari
kosakata yang terhimpun tersebut, bukan lagi melihat pada makna katanya. Sejak
munculnya kamus bahasa Arab yang pertama, sistematika penyusunan kamus-
kamus alfadz terus berkembang pesat seiring dengan kebutuhan para pengguna
kamus. Pencarian makna kata dengan cara melihat lafal menjadi Trademark dalam
kamus-kamus yang berbahasa Arab. Bahkan, kamus-kamus tematik hanya
dipandang sebagai kitab-kitab yang membahas tafsir makna sebagaimana kitab-
kitab tafsir al-Qur'an dan bukan lagi sebagai kamus bahasa yang sebenarnya.

B. Model-model Sistematika Penyusunan Kamus Lafal dalam Sejarah

Pada sejarah perkembangan Leksikon atau perkamusan bahasa Arab,


ditemukan 5 model sistematika (nidzam tartib) yang pernah digunakan Leksikolog
Arab dalam menyusun kamus-kamus lafal, yaitu: Nidzam al-Shauty (Sistem Fonetik),
Nidzam Al-Alfaba'i al-Khas (Sistem Alfabetis Khusus), Nidzam al-Qafiyah (Sistem
Sajak), Nidzam al- Alfaha'i al-'Aam (Sistem Alfabetis Umum) dan Nidzam al-Nutqi
(Sistem Artikulasi).

1. Nidzam al-Shauti (Sistem Fonetik)

Sistem fonetik merupakan sebuah model dalam penyusunan kamus pertama yang
diperkenalkan oleh Khalil Bin Ahmad al-Farahidi. Khalil menyusun kata-kata yang
berhasil ia kumpulkan dengan cara mengatur urutan kata-kata secara tertib
berdasarkan urutan huruf yang muncul dalam makharij al-huruf atau tempat keluarnya
huruf hijaiyah, menurut sistem fonetik dalam ilmu fonologi yang kemudian lebih
dikenal dengan istilah nidham al-shauty.

Adapun faktor yang melatarbelakangi Khalil Bin Ahmad al- Farahidi menyusun
kamus dengan model ini diantaranya pertama, menghindari pengulangan kata dalam
kamus, kedua, mencakup semua materi atau kata, ketiga, memudahkan pembaca
dalam mencari makna kata, keempat, tidak ingin meniru system urutan huruf hijai
(alfabetis) dan obsesinya melahirkan kamus bahasa arab yang beda dengan kamus-
kamus bahasa lainnya.

Dalam sistem fonetik ini terdapat empat kamus yang dilengkapi dengan karakteristik
atau kekhususan dari kamusnya tersebut yaitu:

a. Kamus Al-Ainu

Penyusunan kamus ini adalah Kalil Bin Ahmad Farohid, Oman (718-786 M). Adapun
karakteristik atau kekhususan dari kamus ini antara lain sebagai berikut:

- Kamus pertama dalam sejarah leksikologi Bahasa Arab.

- Kamus yang disusun sesuai dengan jumlah huruf dan dan setiap huruf
dikelompokkan menjdi satu kitab.

- Pencarian kata dengan melihat asal-usul kata.

- Telah diringkas oleh Zubaidi dalam kamusnya yang bernama "Mukhtashor Al-
Ain"
b. Kamus Al-Bari

Penyusun kamus ini adalah Abu Ali al-Qaly, Manazjarad, Furat (893-967 M). Adapun
karakteristik atau kekhususan dari kamus ini antara lain sebagai berikut:

- Bina atau struktur katanya dibagi menjadi 6 bina.

- Sistem Fonetik ala Khalil.

- Perhatiannya terhadap bahasa bangsa arab dan tiap ucapan atau qoul dilengkapi
perowinya.

c. Kamus Al-Tahdzib Al-Lughah

Penyusun kamus ini adalah Abu Mansyur Muhammad al- Azhar, Hirat (895-981 M).
Adapun karakteristik atau kekhususan dari kamus ini antara lain sebagai berikut:

- Terdapat 6 bina atau struktur kata.

- Kamusnya di bagi menjadi beberapa bab dan kitab, tiap huruf satu bab dan
beberapa bab di dalam satu kitab.

- Kritis terhadap kata-kata yang muhmil (diabaikan) disertai dengan alasan muhmil.

- Istyshad (argumentasi makna) banyak mengikuti dari ayat Al- Qur'an dan Hadits.

d. Kamus Al-Muhkam Wa Al-muhith Al-A'dhom

Penyusun kamus ini adalah Ibnu Sidah, Marsiyah, Andalus (1007- 1006 M). Adapun
karakteristik atau kekhususan dari kamus ini antara lain sebagai berikut:

- Tetap dengan 6 hina'.

- Kamusnya cukup besar.

- Huruf hamzah disebut mandiri tanpa digabung, huruf Alif Layyinah dikembalikan
kedalam bentuk asli.

- Menghilangakan kata yang bersifat kiyas.

2. Nidzamal-Alfaba'i al-Khas (Sistem Alfabetis Khusus)


Sistem alfabetis khusus merupakan sistem penyusunan kamus lafadz yang
diperkenalkan oleh Abu Bakar Bib Duraid (233-321 Η), dimulai kamusnya yang
berjudul Jamharah al-Lughah atau yang lebih dikenal dengan kamus al-Jamharah.
Yang dimaksud dengan sistem alfabetis khusus adalah sistem penyusunan urutan kata-
kata dalam kamus berdasarkan urutan huruf hijaiyah yang telah disusun oleh Nashr
Bin Ashim, yaitu urutan huruf sejak alif, ha, ta, tsa, dan seterusnya hingga huruf ya
seperti yang kita kenal saat ini. Urutan alfabetis ini dianggap lebih mudah dan lebih
popular di kalangan masyarakat, berbeda dengan urutan huruf yang berdasarkan
makharij al-huruf yang hanya dikenal oleh orang-orang tertentu yang mengerti tentang
ilmu qira 'at (ilmu tajwid).

Terdapat dua faktor yang melatarbelakangi Ibnu Duraid menyusun kamus


sistem alfabai khas ini, yaitu: pertama, kesulitan dalam mencari makna kata dalam
kamus yang menggunakan sistem fonetik seperti kamus al-'Ain karya Khalil dan
kamus-kamus lain yang beredar saat itu. Kesulitan tersebut banyak dialami
masyarakat yang tidak mengenal urutan huruf yang berdasarkan makhraj. Selain itu,
beberapa kamus bersistem fonetik dianggap tidak konsisten dengan urutan huruf yang
bersistem fonetik. Kedua, susunan huruf hijaiyah yang berhasil disusun oleh Nashr
Bin Ashim, telah popular dikalangan masyarakat. Apalagi urutan huruf hijaiyah itu
didukung oleh pemerintah dan diakui oleh ulama dan masyarakat sebagai sistem baku
dalam penyusunan buku- buku islami selain kamus bahasa."

Dalam sistem fonetik ini terdapat tiga kamus yang dilengkapi dengan
karakteristik atau kekhususan dari kamusnya tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Kamus ‫الجمهرة‬

Penyusun kamus ini adalah Ibnu Duraid. Adapun karakteristik atau kekhususan dari
kamus ini yaitu:

- Dinilai sebagai kamus pertama dengan sistem alfabetis.

- Tetap memakai teknik taglibul kalimah ala Khalil.

- Mulai memperkenalkan urutan aksara hijaiyah.


- Dalam hal bina', ikut cara Khalil.

b. Kamus ‫المجمل‬

Penyusun kamus ini adalah Ibnu Faris, Abul Husain Ahmad bin Faris bin Zakariya
bin Hubaib Al-Qazwini Al-Razi (329-395 H/941- 1004 M). Adapun karakteristik atau
kekhususan dari kamus ini yaitu:

- Tiap huruf disusun dalam satu kitab, tiap kitab terdiri dari tiga bab (tsunai, tsulatsi,
dan faugo tsulasi)

- Syarah atau penjelasan makna cukup ringkas

- Urutan huruf disambung dengan huruf sesudahnya seperti kamus Jamharoh, tetapi
jika sambung kembali kehuruf ya', ia sambung kembali kehuruf hamzah.

c. Kamus ‫مقايس اللغة‬

Penyusun kamus ini adalah Ibnu Faris lahir di Qazwin pada tahun (329-395 H/941-
1004 M). Adapun karakteristik atau kekhususan dari kamus ini yaitu:

- Sistem urutan, asas-asas kamus dan teknik pencarian kata sama dengan kamus
mujmal.

- Tiap materi disajikan lebih ringkas.

3. Nidzamal-Qafiyah (Sistem Sajak)

Munculnya kamus-kamus bahasa Arab yang menggunakan system qafiyah


merupakan perubahan besar-besaran dalam hal sistem. Dinamakan sistem qafiyah
sebab penyusunan urutan kata dalam kamus didasarkan pada urutan huruf terakhir dari
sebuah kata seperti sajak- sajak dalam syair. Pencarian makna kata dalam kamus tidak
lagi berdasarkan urutan huruf dalam makharij al-huruf atau sistem alfabetis khusus,
tetapi didasarkan pada huruf yang terakhir. Orang yang pertama memperkenalkan
sistem qafiyah adalah Ismail Bin Ahmad al-Jawhari (w. 1003 M.) dari Basrah dengan
kamusnya yang berjudul al-Shihhah Fi al-Lughah atau yang dikenal dengan kamus al-
shihhah.
Ada empat faktor yang melatarbelakangi munculnya kamus bersistem qafiyah,
yaitu pertama, obsesi al-Jawhari untuk mewujudkan kamus inovatif dengan sistem
baru, mengingat sistem- sistem penyusunan kamus yang telah ada sebelumnya tidak
konsisten, kedua, kebutuhan masyarakat sastra terhadap kamus-kamus yang bisa
menghimpun kumpulan kata yang memiliki sajak yang sama, ketiga, kata dalam
bahasa Arab tidak bisa lepas dari proses derivasi (isytiqaq), keempat, munculnya
banyak karya-karya sastra seperti puisi, prosa, qasidah, lagu, peribahasa dan
sebagainya yang memakai sajak-sajak atau berakhiran huruf yang sama.

Ada empat kamus yang menggunakan sistem al-qafiyah beserta karakteristik


atau kekhususan kamusnya antara lain sebagai berikut:

a. Kamus Al-Shohahu

Penyusun kamus ini adalah Ismail Al-Jawhari, Farab, Turki (w. 1003). Adapun
karakteristik atau kekhususan dari kamus ini yaitu:

- Kamus pertama dengan sistem qafiyah.

- Tiap huruf dibagi menjadi beberapa bab, dan tiap bab terdiri dari beberapa pasal.

- Huruf waw dan ya' dijadikan satu bab.

- Banyak membahas kata yang maknanya dha'if, radi', matruk.

- Banyak mengkaji bahasa amiyah, muwallad dan mu'rob.

b. Kamus Lisan Al-Arab

Penyusun kamus ini adalah Ibnu Manzur, Mesir, (1232-1311 M). Adapun
karakteristik atau kekhususan dari kamus ini yaitu:

- Kamus bahasa terbesar dan terlengkap, karena disertai syair. bahasa, ilmu qira'at,
tatabahasa, dan lain sebagainya, sehingga lebih dikenal sebagai ensiklopedia.

- Dilengkapi syawahid (dalil) dalam memaknai kata.

- Dijadikan referensi oleh sastrawan dan linguis.

- Hingga kini tetap popular.


c. Kamus Al-Muhith

Penyusun kamus ini adalah Al-Fairuzabady Karzin, Iran (1329-1415 M). Adapun
karakteristik atau kekhususan dari kamus ini yaitu:

- Kamus ini mengkritik kamus Al-Shihah karya Al-Jauhari. Beberapa kekurangan


Al-Shihah dilengkapi di kamus ini.

- Menghilangkan nama perawi dan bait syair.

- Menggunakan teknik khusus dalam merancang performance kamus dengan


pemberian tinta merah pada materi kata.

- Kamus ini dikritik oleh Al-Syidyaq didalam bukunya yang berjudul "Al-Jassus ala
Al-Qamus".

d. Kamus Taj Al-Arus

Penyusun kamus ini adalah Murtadha Al-Zabidy Zabid, Yaman (1145-1205 M).
Adapun karakteristik atau kekhususan dari kamus ini yaitu:

- Termasuk kamus besar.

- Semua sistem kamus mengikuti kamus yan populer di zaman itu.

- Mencantumkan kembali syawahid dan perawi yang kala itu mulai dilupakan.

4. Nidzamal-Alfaba'i al-'Aam (Sistem Alfabetis Umum)

Sistem alfabetis umum adalah penyusunan kata dalam kamus berdasarkan


urutan huruf hijaiyah yang kita kenal hingga sekarang sejak huruf alif hingga ya.
Hanya saja, perbedaan sistem alfabetis umum dengan system alfabetis khusus terletak
pada aspek akar kata (ushul al-kalimah).

Nidzam al-Alfaha'i al-'Aam disebut juga nidzam awail al- ushul atau sistem
yang merujuk pada asal kata (akar kata). Cikal bakal sistem ini, sebenarnya telah lama
dirintis oleh ulama hadits seperti Imam Bukhari dalam shahih-nya, Ibnu Qutaibah
dalam kitabnya gharib al-hadits, atau al-Syaibani dalam kamusnya al-jiim. Akan
tetapi, sistem penyusunan kata tersebut belum diakui oleh kalangan ahli bahasa sebab
karya-karya tersebut tidak sepenuhnya disebut dengan kamus bahasa.

Para peneliti juga berpendapat, bahwa sistem alfabetis umum yang dikenal
dalam ilmu leksikologi ini, telah lama diperkenalkan oleh al- Zamakhsyari (1074-
1143 M) dalam karyanya, asas al-balaghah. Namun sebagian dari peneliti yang lain
berpendapat, bahwa orang pertama yang menyusun kamus dengan sistem alfabetis
umum adalah Abu Al-Mu'aly Muhammad Bin Tamim Al-Barmaki (w. 1008).
Akhirnya, ditemukan benang merahnya dari silang pendapat ini, bahwa penemu
sistem alfabetis umum tetap al-Barmaki, tetapi orang yang menyempurnakan sistem
itu menjadi sebuah kamus adalah al- Zamakhsyari.

Adapun kamus yang menggunakan sistem alfabetis umum beserta


karakteristik atau kekhususan dari kamusnya antara lain sebagai berikut:

a. Kamus Asas Al-Balaghoh

Penyusun kamus ini adalah Mahmud bin Umar Al-Zamakhsary, nama terakhir Al-
Zamakhsary, yang mana diambil dari kota kelahirannya yaitu Zamakhsar. Adapun
karakteristik atau kekhususan dari kamus ini yaitu:

- Dikenal sebagai kamus pertama dengan sistem alfabetis umum.

- Kamus yang perhatian dengan makna majazi dan makna hakiki.

- Beberapa kaidah tata bahasa kuno dikritik.

b. Kamus Al-Munjid

Penyusun kamus Al-Munjid yaitu Lewis Al-Ma'luf yang lahir di Zahlah. Masa hidup
beliau dari tahun 1867-1946 M. Adapun karakteristik atau kekhususan dari kamus ini
yaitu:

- Kamus bahasa Arab terbaik dalam hal susunan kata, wajah kamus (performance).

- Menggunakan gambar-gambar, peta, dsb.

- Beberapa gambar yang dinilai kontroversi menuai kritikan.

- Menghilangkan syawahid dan riwayat.

- Memberi nomor pada kata-kata derivasi untuk memudahkan pengguna


- Lebih teliti daripada kamus Muhith Al-Muhith.

- Menggabungkan antara kamus kuno dan kamus asing.

c. Kamus Al-Mu'jam Al-Wasith

Penyusun kamus ini adalah Majma Lughah Arabiyah (Lembaga Bahasa Arab) Kairo.
Adapun karakteristik atau kekhususan dari kamus ini yaitu:

- Urutan kamus ini, lebih mengutamakan akan fi'il dari pada isim, mujarrod dari
pada mazid, lazim dari pada mutaaddi, makna fisik dari pada makna abstrak,
hakiki dari pada majazi.

- Syawahid dipakai hanya saat darurat.

- Dilengkapi kata serapan dan kata yang diarabkan.

d. Kamus Al-mu'jam

Penyusun kamus ini adalah Abdullah Al-'Ulayali yang Lahir di Bairut. Adapun
karakteristik atau kekhususan dari kamus ini yaitu:

- Kamus yang membahas berbagai kata pada berbagai bidang studi.

- Menambah kosakata baru.

- Menjelaskan istilah asing.

- Membahas kata mazid.

5. Nidzam al-Nutqi (Sistem Artikulasi)

Sistem kamus artikulasi adalah pencarian makna kata berdasarkan huruf pertama yang
terucap dan kata yang dicari langsung bisa diketahui dalam materi kamus, tanpa harus
menuntut seseorang untuk mencari akar kata.

Kamus yang menggunakan sistem Artikulasi beserta karakteristik atau kekhususannya


antara lain sebagai berikut:

a. Kamus Al-Maraji'
Penyusun kamus ini adalah Abdullah Al-Ulayali. Lahir di Bairut. Adapun
karakteristik atau kekhususan dari kamus ini yaitu:

- Materi kamus ini sama dengan Al-Mu'jam karya Al-Ulayali sendiri, hanya beda
sistematika.

- Mengabaikan tashrif fi'il karena mengikuti artikulasi kata.

b. Kamus Al-Rasyid

Penyusun kamus ini adalah Jibran Mas'ud. Adapun karakteristik atau kekhususan dari
kamus ini yaitu:

- Tiap penjelasan makna kata diberi nomor, makna yang lebih penting didahulukan.

- Makna-makna kata yang bersifat lama, mulai diterjemahkan dengan makna baru
atau popular.

- Menambah ratusan materi kata dan istilah baru.

C. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penyusunan Kamus

Menurut Moh. Matsna dalam bukunya, bahwa ketika seorang ketika menyusun kamus
tidak hanya mengumpulkan kata-kata saja, kemudian menulisnya, akan tetapi harus
memperhatikan beberapa hal dalam penyusunan kamus tersebut, sehingga kamus yang
tersusun justru memberikan kemudahan bagi pembacanya, antara lain sebagai berikut:

a) Mengumpulkan berbagai pengetahuan mengenai kata, makna kata, karakter


morfologis, dan sintaksis.

b) Memilih entri.

c) Mengurutkannya berdasarkan sistematika tertentu.

d) Menulis materi kamus.

e) Mencetak kamus dalam bentuk dan model yang menarik.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam perkembangannnya, setidaknya ada 5 (lima) model sistematika
penyusunan kamus-kamus bahasa Arab, yaitu:

1. Sistem Fonetik (Nidzam Al-Shauti)

2. Sistem Alfabetis Khusus (nidzam al-Alfaba'i al-Khas)

3. Sistem Sajak (nidzam al-Qafiyah)

4. Sistem alfabetis umum (nidzam al-Faba'i al-'Aam)

5. Sistem artikulasi (nidzam al-Nutqi)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kamus antara lain:

1. Mengumpulkan berbagai pengetahuan mengenai kata, makna kata, karakter


morfologis, dan sintaksis.

2. Memilih entri.

3. Mengurutkannya berdasarkan sistematika tertentu.

4. Menulis materi kamus.

5. Mencetak kamus dalam bentuk dan model yang menarik.


DAFTAR PUSTAKA

Hermawan, Acep, 2014. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: PT. Rosdakarya.

Hidayatullah, 2017. Moch Syarif, Cakrawala Linguistik Arab, Jakarta: PT. GRASINDO.

HS, Moh. Matsna, 2016. Kajian Semantik Arab: Klasik dan Kontenporer, Jakarta : Kencana.

Taufiq, Wildan, 2015. Fiqih Lughah (Pengantar Linguistik Arab), Bandung: Nuansa Aulia.
Taufiqurrochman, 2015. Leksikologi Bahasa Arab, Malang: UIN-MALIKI PRESS

Anda mungkin juga menyukai