Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN KERJA BATU

Dewasa ini teknologi dalam bangunan semakin maju. Ini dibuktikan dengan
hadirnya bermacam – macam produk bahan bangunan yang memiliki kualitas
sangat baik. Tetapi sayangnya kemajuan teknologi tidak dibarengi dengan proses
pelaksanaan yang tetap berlandaskan pada aturan –aturan yang telah ditetapkan,
sehingga menghasilkan pekerjaan yang mutunya kurang sesuai dengan yang
diinginkan. Ini terjadi karena banyak faktor diantaranya rendahnya pengetahuan
pekerja yang bila tanpa pengawasan yang baik akan bekerja sesuai dengan yang dia
tahu tanpa mengetahui yang semestinya dilakukan. Untuk itu sangat perlu
dilakukan analisa bagaimana proses pembangunan yang sesuai dengan aturan yang
diterima di perkuliahan dengan keadaan di lapangan. Hal ini perlu dilakukan agar
kesalahan yang terjadi di lapangan tidak terjadi lagi sehingga hasilnya sesuai
dengan yang diharapkan oleh pemilik bangunan tersebut.
Kerja Batu adalah ilmu yang mempelajari tentang pengetahuan dan
keterampilan memasang atau membuat suatu benda dari bahan
batu/keramik.Kerja Batu merupakan dasar dari pembangunan suatu bangunan.
Secara umum tujuan dari kerja batu adalah menuntut agar mahasiswa dapat
mengenal alat, bahan dan penerapannya dalam kehidupan.

1.2 SYARAT KERJA BATU

Syarat kerja batu penahan dapat bervariasi tergantung pada jenis dan
lokasi proyek konstruksi. Namun, beberapa syarat umum yang harus dipenuhi
dalam pekerjaan batu penahan antara lain :
1. Menahan tanah untuk kerja-kerja membina jalan pada lereng atau tepi
bukit.

1
2. Menahan tanah untuk membina jalan yang mendongak atau mencuram.
3. Berat tembok penahan melebihi berat tanah, air, dan bahan lainnya.
4. Tembok penahan graviti bergantung pada beratnya sendiri untuk
menyokong tanah supaya berada dalam keadaan stabil.
5. Keadaan asal muka bumi harus dikekalkan.
6. Cadangkan perparitan sementara/perangkap mendak ketika kerja tanah
diperlukan.
7. Pekerjaan persiapan seperti pembersihan lokasi, mobilisasi peralatan, dan
mobilisasi material.
8. Pekerjaan pembuatan fondasi dan pondasi.
9. Pekerjaan pembuatan dinding penahan tanah.
10. Pekerjaan pengecoran beton.

1.3 BAHAN KERJA BATU


1. Batu Kali
Batu kali adalah salah satu jenis batu yang dapat digunakan untuk
dinding penahan tanah atau dinding penahan tanah dalam bahasa
Indonesia. Dinding penahan adalah struktur yang menahan tanah atau batu
dari suatu bangunan, struktur, atau area. Biasanya digunakan untuk
mencegah erosi, tanah longsor, atau untuk membuat area datar untuk
konstruksi. Batu kali sering digunakan sebagai material dinding penahan
tanah karena keawetan dan tampilannya yang natural.
Batu kali yang digunakan adalah batu pecah, tidak berpori
serta mempunyai kekerasan sesuai dengan syarat-syarat dalam SK.
SNI 1991. Ukuran batu kali max. 20 cm.
2. Pasir
Pasir adalah suatu bahan bangunan yang berasal dari sungai, gunung,
dan juga gilingan batu, pasir merupakan butiran – butiran mineral atau
agregar halus yang mempunyai gradasi maksimal 0-4 mm. fungsinya
pada pasangan sebagai pengisi. Penyimpanannya: setiap penumpukan

2
pasir harus diberi alas agar pasir tidak bercampur dengan tanah yang
dibawahnya. Lebih – lebih sewaktu pengambilannya dengan sekop.

Penyimpanannya
Setiap penumpukan pasir harus diberi alas agar pasir tidak
bercampur dengan tanah yang ada dibawahnya, lebih-lebih
sewaktu pengambilannya. Dengan demikian kebersihan pasir dapat
terjamin dan mutu dari kontruksi bangunannya dapat
ditingkatkan.Penting diperhatikan bahwa menumpukkan pasir
hendaklah sedekat mungkin dengan bangunan yang sedang kita
kerjakan. Juga penimbunan pasir harus pada permukaan tanah
yang agak tinggi agar timbunan pasir dapat terhindar dari aliran
banjir diwaktu hujan.

3. Semen
Semen adalah bahan perkat utama dalam adukan dan semen
mempunyai sifat membantu kalau terkena air atau udara lembab.Untuk
mencegah terjadinya pengerasan maka semen harus disimpan di dalam
ruang khusus serta tidak perlu ada jendela.Dinding ruangan harus
dilapisi dengan kertas aspal dan lantainya ditinggikan 30 cm dari
permukaan tanah agar udara ruangan tidak lembab. Semen di susun
diatas sebuah palet jaraknya dari dinding 50 cm dan tinggi susunan
semen 2 m agar karung paling bawah tidak pecah di sebabkan berat
semen di atasnya dan juga muda dalam pengambilannya.
Penyimpanannya
Semen mempunyai sifat membatu kalau terkena air atau udara
lembab. Untuk mencegah terjadinya oengerasan, semen harus
disimpan diruangan khusus yang tidak ada jendelanya. Dinding
ruangan harus dilapisi dengan kertas aspal dan lantainya
ditinggkan 30 cm dari permukaan tanah agar udara yang ada
didalam ruangan tidak lembab.Semen disusun diatas satu pallet

3
jaraknya dari dinding minimum 50 cmdan tinggi susunan semen
maksimum 2 meter, agar karung yang berada dibawah tidak pecah
dan juga mempermudah dalam pengambilannya nanti.

4. Air
Air yang digunakan untuk pengaturan mortar hendaknya air bersih
atau air yang dapat di minum.Air berfungsi untuk menghomogenkan
adukan mortar, merendam bata, dan membersihkan pasangan sebelum
disambung dan lain-lain. Tidak dibenarkan memakai air yang
mengandung minyak, alkali, dan garam untuk mengaduk mortar, sebab
ini akan mengurangi kekuatan pasangan dan jangan memakai air yang
mengandung zat besi atau tingkat keasamannya tinggi.

1.4 PERALATAN KERJA BATU


Untuk menghasilkan produktifitas yang tinggi dalam bekerja,
diperlukan peralatan yang lengkap sebab disamping rendahnya
produktifitas kerja, juga dapat mengurangi

mutu hasil pekerjaan yang dilaksanakan. Untuk itu kita harus mengetahui
macam-macam peralatan kerja batu antara lain:

1. Sendok spesi

Alat ini terbuat dari plat baja tipis dengan tangkai dari kayu. Digunakan
untuk mengambil dan meletakkan mortar dalam pemasangan bata. Sendok
spesi berbentuk elips atau seperti daun dan ada juga yang berbentuk
segitiga sama sisi yang panjang.

2. Palu Pemotong Bata

Alat ini juga terbuat dari baja dengan dengan tangkai dari kayu. Mata palu
bagian depan dibuat tajam dan bagian depan dibuat sepertipemukul palu
biasa. Digunakan untuk memotong, membelah dan menajamkan.

3. Plat Siku-Siku

4
Plat siku terbuat dari besi atau baja dengan membentuk sudut 90 dan
dilengkapi dengan garis-garis ukur dalam cm. Digunakan untuk mengukur
kesikuan pertemuan dinding dalam pemasangan bata.

4. Waterpas

Kerangka yang terbuat dari alumunium dan dilengkapi dengan tabung gelas
yang berisi air yang ada gelembung udaranya. Digunakan untuk mengukur
kedataran, ketegakan pasangan dan kemiringan 45 derajat.

5. Line Bobbyn

Dipergunakan sebagai garis petunjuk pemasangan batu bata. Caranya dengan


mengaitkan salah satu potongan kayu/plat besi pada ujung pasangan batu
bata dan yang satunya lagi dikaitkan pada ujung pasangan batu bata
lainnya. Alat ini ada yang terbuat dari plat besi yang dihubungkan dengan
benang

6. Kotak Spesi

Kotak spesi terbuat dari plat besi atau dari kayu dengan bentuk trapesium
dan pada sisinya diberi tangkai agar mudah dalam pengangkatan sewaktu
memindahkanya. Gunanya untuk meletakkan spesi yang selesai diaduk dan
siap untuk dipasang.

7. Ember

Berguna untu mengambil air, menakari air atau semen, untuk membawa
adukan dan sebagainya. Terbuat dari plat baja tipis atau plastik dengan
bentuk piramid dengan bentuk piramid terpancung dan diberi tangkai untu
mengangkut.

8. Cangkul pengaduk

Terbuat dari plat besi yang berbentuk segi empat dan diberi tangkai kayu.
Berguna untuk mengaduk mortal, menggali tanah dan sebagainya.

5
9. Sekop

Terbuat dari plat baja yang diberi tangkai kayu dan matanya sedikit
dilengkungkan agar mempermudah dalam mengangkat pasir atau bahan
lainnya. Gunanya untuk mengaduk mortal dan sebagainya.

10. Tongkat ukur

Terbuat dari kayu yang berbentuk empat persegi panjang dan mempunyai
sisi yang lurus dan datar. Berguna untuk penentu panjang pasangan serta
sebagai pembantu waterpas dalam melevel pasangan.

11. Jidar

Terbuat dari kayu persegi panjang yang diberi lubang tempat pegangan
sewaktu menggunakannya. Kegunaanya untuk meratakan dinding plesteran.

12. Meteran

Terbuat dari plat baja tipis yang tergulung dalam sebuah kotak sebagai
pelindung, ada juga yang terbuat dari kayu yang dilipat disebut dengan
meteran lipat. Pada meteran ini terdapat garis lurus dalam mm, cm dan
inchi. Berguna untuk mengukur tebal, lebar, panjang dan tinggi.

13. Jointer

Terbuat dari besi yang dibengkokkan dan diberi tangkai kayu. Gunanya
adalah untuk membersihkan siar yang ada pada pasangan bata.

14. Skrap spesi

Alat ini berguna untuk melengketkan spesi pada permukaan plesteran


sewaktu pasangan ubin dinding. Alat ini terbuat dari plat besi baja tipis
yang berbentuk persegi panjang dan salah satu sisinya dibuat begerigi.

15. Ruskam kayu

6
Terbuat dari kayu tipis atau papan yang diberi tangaki pada sisi
belakangnya. Gunanya adalah untuk meratakan plesteran dinding dengan
jalan menggosokkannya pada permukaan yang diplester.

16. Sikat kawat

Alat ini terbuat dari kawat baja yang tertanam dalam tangkai kayu.
Gunanya untuk membersihkan permukaan pasangan sebelum diplester.

17. Apply Trowel

Terbuat dari plat baja tipis yang diberi tangkai kayu dibelakangnya.
Kegunaanya untuk menghaluskan permukaan plesteran selaku melakukan
finishing.

18. Unting-unting

Dipergunakan sebagai pengganti waterpas vertikal, yang terbuat dari


kuningan / besi dengan berat 100 gr – 900 gr. Tepat di tengah unting-unting
dipasang benang yang panjangnya tergantung dari tinggi konstruksi
pasangan.

19. Gerobak dorong

Salah satu jenis pekerjaan yang menghabiskan banyak waktu dalam bekerja
salah satunya adalah membawa bahan. Untuk itu harus ada alat angkut
yang tepat yaitu gerobak dorong, digunakan untuk mengangkut pasir, kapur
dan mortal.

1.5 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

1.5.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Sholihah (2014) menyatakan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja


(K3) umumnya didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang antisipasi,
pengakuan, evaluasi, dan pengendalian bahya yang timbul di tempat kerja dan
dapat mengganggu kesehatan dan kesejahteraan pekerja. K3 mempertimbangkan
dampak yang mungkin terjadi pada masayarakat sekitar dan lingkungan umum.

7
Domain ini tentu sangat luas, meliputi jumlah disiplin yang besar, banyak tempat
kerja, dan bahaya lingkungan. Berbagai macam struktur, keterampilan,
pengetahuan, dan kapasitas analisis sangat dibutuhkan untuk diperluas kepada
pekerja dan lingkungan hidup.

1.5.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan


Kerja, bahwa tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ada 3 (tiga) yaitu:

1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang


lain di tempat kerja

2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan


efisien

3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional.

1.5.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor: Per


01/Men/1980 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi
Bangunan, pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan harus diusahakan
pencegahan atau di kurangi terjadinya kecelakaan atau sakit akibat kerja terhadap
tenaga kerjanya. Usaha pencegahan tersebut dari proses perencanaan, pembuatan,
pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk teknis dan alat produksi
yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya. Pekerjaan konstruksi
merupakan kompleksitas kerja yang melibatkan bahan bangunan peralatan,
penerapan teknologi, dan tenaga kerja yang merupakan sumber terjadinya
kecelakaan kerja. Dalam pekerjaan konstruksi, tenaga kerja merupakan sumber
daya yang dibutuhkan bagi kelanjutan pembangunan, sehingga perlu 25
memperoleh perlindungan keselamatan kerja khususnya terhadap ancaman
kecelakaan kerja. Untuk itu perlu penerapan serta peraturan tentang keselamatan
dan kesehatan kerja pada lokasi kegiatan konstruksi secara sungguh-sungguh.

8
Ketetapan mengenai hal yang wajib dilakukan oleh kontraktor terkait
dengan keselamatan dan kesehatan kerja telah di tetapkan dalam Keputusan
Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No.
Kep-174/men/1986. Kewajiban tersebut antara lain yaitu:

1. Kontraktor/pemborong harus dapat mengusahakan agar tempat kerja, peralatan,


lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa sehingga tenaga kerja
terlindungi dari risiko bahaya kecelakaan.

2. Kontraktor/pemborong harus yakin bahwa mesin-mesin, peralatan kendaraan


atau alat-alat lainnya yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan keselamatan kerja atau barang-barang tersebut
harus dapat dipakai secara aman.

3. Kontraktor/pemborong harus turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga


kerja, agar tenaga kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaaan
selamat dan sehat.

4. Kontraktor/pemborong harus menunjuk orang yang berwenang mengawasi,


koordinasi pekerjaan yang dilakukan semacam bersama untuk menghindarkan
risiko bahaya kecelakaan 5. Kontraktor/pemborong harus memberikan pekerjaan
yang cocok untuk tenaga kerja sesuai dengan umur mereka, perbedaan kelamin,
keadaan phisik, kesehatan dan keahlian.

6. Kontraktor/pemborong harus yakin bahwa semua tenaga kerja telah diberi


petunjuk terhadap bahaya dari pekerjaan masing-masing dan usaha terhadap
pecegahannya.

7. Kontraktor/pemborong harus menunjuk orang yang berwenang melakukan


pemeriksaan secara yang berwenang melakukan pemeriksaan secara berkala
terhadap tempat kerja, peralatan, lingkungan kerja dan kegiatan kerja.

9
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 INFORMASI UMUM

2.2.1 Dinding Penahan Tanah

Dari macam-macam proyek diatas, dinding penahan tanah masuk ke dalam


proyek engineering konstruksi. Menurut Tanjung (2016) Dinding penahan tanah
merupakan suatu konstruksi yang berfungsi untuk menahan tanah lepas atau alami
dan mencegah keruntuhan tanah yang miring atau lereng yang kemantapannya
tidak dapat dijamin oleh lereng tanah itu sendiri. Tanah yang tertahan memberikan
dorongan secara aktif pada struktur dinding sehingga struktur cenderung akan
terguling atau akan tergeser. Dinding penahan tanah juga dibangun untuk
mencegah material-material tersebut longsor akibat beban tambahan. Setiap
dinding penahan tanah pada umumnya mempunyai prinsip untuk mengganjal
tanah. Hal ini berujuan untuk menghindari beban lateral yang besar dari material
dibelakangnya Oleh karena itu pada pembangunan basement dibutuhkan adanya
dinding penahan tanah untuk menahan tekanan tanah lateral yang ditimbulkan
oleh tanah urugan atau tanah asli akibat kondisi topografinya. Konstruksi dinding
penahan tanah sering digunakan di tanah yang kondisinya miring atau punya
tingkat elevasi yang berbeda.

Menurut Hyo dkk. (2016) dinding penahan tanah adalah suatu konstruksi
penahan agar tanah tidak longsor. Konstruksi ini digunakan untuk suatu tebing
yang agak curam atau tegak yang jika tanpa dinding penahan tebing tersebut akan
longsor. Dinding penahan tanah juga digunakan bila suatu jalan dibangun
berbatasan dengan sungai, danau atau tanah rawa. Bahan yang digunakan di
belakang dinding penahan tanah disebut tanah urugan (backfill). Tanah urugan ini
sebaiknya dipilih dari bahan yang lolos air atau tanah berbutir seperti pasir, kerikil

10
atau batu pecah. Tanah lempung sangat tidak disarankan untuk digunakan sebagai
tanah urugan. Pemilihan macam dinding penahan tanah tergantung dari
pertimbangan teknik dan ekonomi. Yang perlu diperhatikan adalah sifat-sifat
tanah asli, kondisi tanah urugan, kondisi lingkungan setempat dan kondisi
lapangan.

2.2.2 Jenis Dinding Penahan Tanah

Berdasarkan cara untuk mencapai stabilitasnya, maka dinding penahan


tanah dapat digolongkan dalam beberapa jenis yaitu dinding gravitasi, dinding
kantilever, dinding counterfort, dinding buttress. Beberapa jenis dinding penahan
tanah antara lain :

1. Dinding penahan gravitasi (gravity wall) Dinding penahan tanah ini


biasanya dibuat dari beton murni (tanpa tulangan) atau dari pasangan
batu kali, walaupun kadang beberapa dibuat dengan beton bertulang
namun dengan tulangan yang sedikit. Penggunaan dinding penahan ini
biasanya untuk menahan tanah pada lereng yang terlalu tinggi dan
pada tepi sungai. Stabilitas konstruksinya diperoleh hanya dengan
mengandalkan berat sendiri dari konstruksinya. Untuk mendapatkan
total tekanan tanah yang bekerja, perhitungan dilaksanakan dengan
grafis, apabila digunakan cara teori Coulomb. Pada umumnya dihitung
dengan cara teori Rankine, apabila tinggi dinding penahan tanah
kurang dari 6 meter

Gambar 1: Dinding penahan tanah tipe gravitasi (gravity wall).


(Sumber: Hardiyatmo, 2014)

11
2. Dinding Penahan Tanah Tipe Kantilever (cantilever retaining wall)
Dinding ini terdiri dari kombinasi dinding dengan beton bertulang
yang berbentuk huruf T. Stabilitas konstruksinya diperoleh dari berat
sendiri dinding penahan dan berat tanah di atas tumit tapak (hell).
Terdapat 3 bagian struktur yang berfungsi sebagai kantiliver, yaitu
bagian dinding vertikal (steem), tumit tapak dan ujung kaki tapak (toe).
Biasanya ketinggian dinding ini tidak lebih dari 6 – 7 meter (Tanjung,
2016).

Gambar 2 : Dinding penahan tanah tipe kantilever (cantilever retaining


wall). (Sumber: Hardiyatmo, 2014)
3. Dinding Penahan Tanah Tipe Counterfort Dinding ini terdiri dari
dinding beton bertulang tipis yang di bagian dalam dinding pada jarak
tertentu didukung oleh pelat/dinding vertikal yang disebut counterfort
(dinding penguat). Ruang di atas pelat pondasi diisi dengan tanah urug.
Apabila tekanan tanah aktif pada dinding vertikal cukup besar, maka
bagian dinding vertikal dan tumit perlu disatukan. Counterfort
berfungsi sebagai pengikat tarik dinding vertikal dan ditempatkan pada
bagian timbunan dengan interfal jarak tertentu. Dinding counterfort
akan lebih ekonomis digunakan bila ketinggian dinding lebih dari 7
meter (Tanjung, 2016).

12
Gambar 3: Dinding penahan tanah tipe counterfort. (Sumber:
Hardiyatmo, 2014)
4. Dinding Penahan Tanah Tipe Buttress Dinding buttress hampir sama
dengan dinding counterfort, hanya bedanya bagian counterfort
diletakkan di depan dinding. Dalam hal ini, struktur counterfort
berfungsi memikul tegangan tekan. Pada dinding ini, bagian tumit 10
lebih pendek dari pada bagian kaki. Stabilitas konstruksinya diperoleh
dari berat sendiri dinding penahan dan berat tanah di atas tumit tapak.
Dinding ini dibangun 8 pada sisi dinding di bawah tertekan untuk
memperkecil gaya irisan yang bekerja pada dinding memanjang dan
pelat lantai. Dinding ini lebih ekonomis untuk ketinggian lebih dari 7
meter. Kelemahan dari dinding ini adalah penahannya yang lebih sulit
daripada jenis lainnya dan pemadatan dengan cara rolling pada tanah
di bagian belakang adalah jauh lebih sulit (Tanjung, 2016).

Gambar 4: Dinding penahan tanah tipe buttress


(Sumber: Maulana, 2019)

2.2 GAMBAR KERJA

Berikut adalah beberapa gambar kerja yang di gambar di autocad

13
Gambar 5 Bowplank

(Sumber : Autocad 2010)

Gambar 6 : Gambar Bowplank

(Sumber : Autocad 2010)

14
Gambar 7 : Gambar Bowplank

(Sumber : Autocad 2010)

2.3 BAHAN DAN PERALATAN

2.3.1 Bahan

1. Batu Kali
Batu kali adalah salah satu jenis batu yang dapat digunakan untuk
dinding penahan tanah atau dinding penahan tanah dalam bahasa
Indonesia. Dinding penahan adalah struktur yang menahan tanah atau batu
dari suatu bangunan, struktur, atau area. Biasanya digunakan untuk
mencegah erosi, tanah longsor, atau untuk membuat area datar untuk
konstruksi. Batu kali sering digunakan sebagai material dinding penahan
tanah karena keawetan dan tampilannya yang natural.
Batu kali yang digunakan adalah batu pecah, tidak berpori
serta mempunyai kekerasan sesuai dengan syarat-syarat dalam SK.
SNI 1991. Ukuran batu kali max. 20 cm.
2. Pasir
Pasir adalah suatu bahan bangunan yang berasal dari sungai, gunung,
dan juga gilingan batu, pasir merupakan butiran – butiran mineral atau
agregar halus yang mempunyai gradasi maksimal 0-4 mm. fungsinya
pada pasangan sebagai pengisi. Penyimpanannya: setiap penumpukan

15
pasir harus diberi alas agar pasir tidak bercampur dengan tanah yang
dibawahnya. Lebih – lebih sewaktu pengambilannya dengan sekop.

Penyimpanannya
Setiap penumpukan pasir harus diberi alas agar pasir tidak
bercampur dengan tanah yang ada dibawahnya, lebih-lebih
sewaktu pengambilannya. Dengan demikian kebersihan pasir dapat
terjamin dan mutu dari kontruksi bangunannya dapat
ditingkatkan.Penting diperhatikan bahwa menumpukkan pasir
hendaklah sedekat mungkin dengan bangunan yang sedang kita
kerjakan. Juga penimbunan pasir harus pada permukaan tanah
yang agak tinggi agar timbunan pasir dapat terhindar dari aliran
banjir diwaktu hujan.

3. Semen
Semen adalah bahan perkat utama dalam adukan dan semen
mempunyai sifat membantu kalau terkena air atau udara lembab.Untuk
mencegah terjadinya pengerasan maka semen harus disimpan di dalam
ruang khusus serta tidak perlu ada jendela.Dinding ruangan harus
dilapisi dengan kertas aspal dan lantainya ditinggikan 30 cm dari
permukaan tanah agar udara ruangan tidak lembab. Semen di susun
diatas sebuah palet jaraknya dari dinding 50 cm dan tinggi susunan
semen 2 m agar karung paling bawah tidak pecah di sebabkan berat
semen di atasnya dan juga muda dalam pengambilannya.
Penyimpanannya
Semen mempunyai sifat membatu kalau terkena air atau udara
lembab. Untuk mencegah terjadinya oengerasan, semen harus
disimpan diruangan khusus yang tidak ada jendelanya. Dinding
ruangan harus dilapisi dengan kertas aspal dan lantainya
ditinggkan 30 cm dari permukaan tanah agar udara yang ada
didalam ruangan tidak lembab.Semen disusun diatas satu pallet

16
jaraknya dari dinding minimum 50 cmdan tinggi susunan semen
maksimum 2 meter, agar karung yang berada dibawah tidak pecah
dan juga mempermudah dalam pengambilannya nanti.

4. Air
Air yang digunakan untuk pengaturan mortar hendaknya air bersih
atau air yang dapat di minum.Air berfungsi untuk menghomogenkan
adukan mortar, merendam bata, dan membersihkan pasangan sebelum
disambung dan lain-lain. Tidak dibenarkan memakai air yang
mengandung minyak, alkali, dan garam untuk mengaduk mortar, sebab
ini akan mengurangi kekuatan pasangan dan jangan memakai air yang
mengandung zat besi atau tingkat keasamannya tinggi.

2.3.2 Peralatan Kerja Batu


Untuk menghasilkan produktifitas yang tinggi dalam bekerja,
diperlukan peralatan yang lengkap sebab disamping rendahnya
produktifitas kerja, juga dapat mengurangi mutu hasil pekerjaan yang
dilaksanakan. Untuk itu kita harus mengetahui macam-macam peralatan
kerja batu antara lain:

1. Sendok spesi

Alat ini terbuat dari plat baja tipis dengan tangkai dari kayu.
Digunakan untuk mengambil dan meletakkan mortar dalam pemasangan
bata. Sendok spesi berbentuk elips atau seperti daun dan ada juga yang
berbentuk segitiga sama sisi yang panjang.

2. Palu Pemotong Bata

Alat ini juga terbuat dari baja dengan dengan tangkai dari kayu.
Mata palu bagian depan dibuat tajam dan bagian depan dibuat
sepertipemukul palu biasa. Digunakan untuk memotong, membelah dan
menajamkan.

17
3. Plat Siku-Siku

Plat siku terbuat dari besi atau baja dengan membentuk sudut 90
dan dilengkapi dengan garis-garis ukur dalam cm. Digunakan untuk
mengukur kesikuan pertemuan dinding dalam pemasangan bata.

4. Waterpas

Kerangka yang terbuat dari alumunium dan dilengkapi dengan tabung


gelas yang berisi air yang ada gelembung udaranya. Digunakan untuk
mengukur kedataran, ketegakan pasangan dan kemiringan 45 derajat.

5. Kotak Spesi

Kotak spesi terbuat dari plat besi atau dari kayu dengan bentuk
trapesium dan pada sisinya diberi tangkai agar mudah dalam
pengangkatan sewaktu memindahkanya. Gunanya untuk meletakkan spesi
yang selesai diaduk dan siap untuk dipasang.

7. Ember

Berguna untu mengambil air, menakari air atau semen, untuk


membawa adukan dan sebagainya. Terbuat dari plat baja tipis atau
plastik dengan bentuk piramid dengan bentuk piramid terpancung dan
diberi tangkai untu mengangkut.

9. Sekop

Terbuat dari plat baja yang diberi tangkai kayu dan matanya sedikit
dilengkungkan agar mempermudah dalam mengangkat pasir atau bahan
lainnya. Gunanya untuk mengaduk mortal dan sebagainya.

12. Meteran

Terbuat dari plat baja tipis yang tergulung dalam sebuah kotak
sebagai pelindung, ada juga yang terbuat dari kayu yang dilipat disebut
dengan meteran lipat. Pada meteran ini terdapat garis lurus dalam mm,
cm dan inchi. Berguna untuk mengukur tebal, lebar, panjang dan tinggi.

18
15. Ruskam kayu

Terbuat dari kayu tipis atau papan yang diberi tangaki pada sisi
belakangnya. Gunanya adalah untuk meratakan plesteran dinding dengan
jalan menggosokkannya pada permukaan yang diplester.

19. Gerobak dorong

Salah satu jenis pekerjaan yang menghabiskan banyak waktu dalam


bekerja salah satunya adalah membawa bahan. Untuk itu harus ada alat
angkut yang tepat yaitu gerobak dorong, digunakan untuk mengangkut
pasir, kapur dan mortal.

2.4 PERHITUNGAN KEBUTUHAN BAHAN

19
V= P xLxT

Luas Trapesium = X (a+b)

=1/2 x (a+b)
= 1/2 (0,30 m + 0,50 m)
=1/2 (0,80 m)
=0.4 m2
V = 0,4 x 2 x 0,45
= 0,36 m3
= 36 cm3

Gambar 1 Dinding Penahan

Pemisalan panjang, tinggi dan lebar batu


seperti yang tertera pada gambar di samping
Perkiraan diameter batu = 22 cm3
Perkiraan space = 5 cm

Tinggi batu + space = 5 + 5 = 10 cm Panjang dinding penahan = 200 cm


Lebar batu + space = 6 + 5 = 4 cm Kebutuhan batu yang diperlukan
Panjang Batu = 8 + 5 = 13 cm (200 : 13 ) (45 : 10) (30 : 11 )
15,38 x 4,5 x 2,72
188,25 buah batu

jarak space = 3 pasir = 1 semen


4,5 x 5 = 22,5 banyak pasir yang dibutuhkan =
45 - 22,5 = 22,5 3/4 x 27000 = 20250 cm3
22,5 x 6 = 135 cm3 banyak semen yang dibutuhkan =
135 cm2 x 200 cm 1/4 x 27000 = 6750 cm3
27000 cm2

‫݊݁݉݁ݏ‬
‫ݒ‬ ͳͻʹ ͲͲ Pasir 1 : 3
‫݊݁݉݁ݏ‬ ൌ
ܾܽ݊ ͷͲ 6750 x 3
ʹ Ͳʹ ͷͲ
ͶͷͲͲሺ‫ݒ݁݉ݑ‬F
‫݁݉ݑ‬ ܾ݁݉݁ ‫ݎ‬ሻ
1/4 x 27000 = 6750 cm3
4,5 ember pasir

2.5 LANGKAH KERJA


1. Metode Pelaksanaan Dinding Penahan
Langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan dinding penahan tanah akan
di uraikan sebagai berikut :
a. Pekerjaan Persiapan
b. Galian Tanah

20
c. Pengukuran dan Pemasangan Bowplank
d. Pemasangan Batu Gunung
e. Penimbunan Lubang Galian
2. Pekerjaan Persiapan
Persiapan pekerjaan yang dilaksanakan berupa, perencanaan
dinding penahan tanah, pembersihan lokasi, mobilisasi
peralatan,bahan, dan tenaga kerja (mahasiswa praktek). Uraian
pekerjaan persiapan akan dibahas dan diperjelas sebagai berikut : a)
Perencanaan Dinding Penahan Tanah
Dalam perencanaannya, dinding penahan tanah pada belakang
Gedung Kuliah ini difungsikan sebagai konstruksi penahan tanah
dengan merencanakan ukuran/dimensi dinding penahan tanah yang
diperlukan. Dengan melihat Gambar 5.2 merupakan rencana
pembangunan dinding penahan tanah yang mengikuti dinding penahan
kelas sebelumnya
b) Pembersihan Lokasi
Lokasi praktek dinding penahan ini sudah ada dan merupakan
pekerjaan lanjutan. Maka pembersihan lokasi praktek tidak
memerlukan waktu yang lama. Pembersihan lokasi praktek dengan
cara membersihkan segala material dan semak semak belukar yang
menggangu.
c) Mobilisasi Peralatan
Mobilisasi dimaksudkan untuk mempermudah rencana kerja.
d) Mobilisasi Material Untuk jenis material yang disiapkan oleh PLP
seperti semen, pasir, batu, dan besi.
3. Galian Tanah
Galian Tanah Pekerjaan galian tanah digali secara manual (Gambar
5.6), Galian tanah area pemasangan bowplank menggunakan back hoe
dimana tanah galian langsung dibuang ke bagian luar area Gedung.
Galian pemasangan bowplank mempunyai dua tahapan yaitu
Penggalian tahap satu sampai kedalaman 1.50m. Untuk galian tahap

21
pertama sebagai dinding penahan tanah sementara. Galian tahap dua
sampai kedalaman 2,20m dari top elevasi dinding penahan tanah yang
sudah ditandai. Penjelasan mengenai pekerjaan galian tanah akan
dibahas sebagai berikut :
a. Galian tanah tahap satu dengan elevasi kedalaman galian 0.45 m
dengan panjang 2 meter setiap kelompok. Galian dilakukan yaitu
dimulai dari area ujung kelompok 1. Tanah digali secara manual
oleh kelompok masing- masing karena volume tanahnya kecil dan
jaraknya hanya 2 meter masih dapat dilakukan tanpa memakan
waktu yang lama.
b. Setelah galian selesai, kemudian permukaan vertikal tanah
galian ditahan menggunakan dinding penahan tanah sementara
yang ditopang dengan balokbalok kayu diantara permukaan galian
A-A’ dan B-B’ yang saling berhadapan.
4. Pemasangan bowplank
Pengukuran dilakukan sebagai penentuan elevasi Top dinding
penahan tanah dengan ketinggian 0,45 m menggunakan waterpass dan
meteran. Kemudian pemasangan bowplank (Gambar 5.7) untuk
mendapatkan titik acuan pemasangan dinding penahan. Langkah-
langkah pekerjaan sebagai berikut:
a. Menentukan luas dinding penahan yang direncanakan. Dengan jarak
2 meter untuk memasangkan patok tiang bowplank.
b. Pemasangan kayu patok ataupun tiang yang sudah diruncingkan
pada setiap sudut bangunan. Kemudian paku papan pada tiang patok
dengan mengelilingi bangunan. Papan dipasangkan dengan arah
memanjang, ukuran papan harus sama tinggi dan lebar karena elevasi
papan akan menjadi sebuah acuan.
c. Pemasangan benang untuk menentukan sudut ataupun dinding
penahan.
5. Pemasangan Batu Kali

22
Pekerjaan dinding penahan tanah terbuat dari pasangan batu
ukuran 5- 20cm yang diikat dengan mortar.Dinding berdimensi lebar
bawah 50cm, lebar atas 30cm, tinggi dinding 45cm, dan panjang
dinding 2 meter. Langkah pemasangan batu (Gambar 5.8) sebagai
berikut:
a. Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan material. Kelompok
praktek, dan alat dipersiapkan.Batu diambil di tempat yang
diberitahukan PLP, teman kelompok yang lainnya mencampur
mortar secara manual dengan mengguanakn segala alat yang sudah
di persiapkan. Campuran dengan takaran volume perbandingan 1
sak semen berbanding 3 ember oker pasir. Yang pertama
persiapkan segala kebutuhan bahan yang diperlukan dengan
dengan perbangingan 3:1 artinya 3 oker pasir dan 1 sak semen dan
jalan lupa air secukupnya, kemudian pasir dan semen serentak.
Mortar diaduk dan dicampur sampai merata. Diusahakan campuran
tidak becek dan tidak terlalu kering. 27
b. Dasar galian diberi mortar terlebih dahulu sebelum dipasang.
Pasangan batu disusun secara rapi, beragam, dan tidak ada bagian
yang kosong. Pasangan batu dilakukan secara satu arah mengikuti
arah panjang dinding sesuai patokan senar plastic yang diukur
sebelumnya.
c. Pasangan batu yang telah selesai disusun dibiarkan mengering.
Bagian belakang dinding dipasang ijuk yang berfungsi sebagai
filter. Kemudian tanah ditimbun kembali dibelakang dinding
hingga mencapai elevasi yang setara dengan bagian atas dinding.

6. Penimbunan Lubang Galian


Pekerjaan timbunan lubang galian dilakukan saat pekerjaan
dinding selesai. Tanah timbunan menggunakan bahan setempat.
Penjelasan mengenai pekerjaan timbunan tanah kembali akan bahas
sebagai berikut:

23
a. Setelah dinding penahan tanah selesai, galian tanah sebelumnya
masih menyisakan ruang kosong dibalik dinding penahan tanah.
Ruang kosong tersebut akan ditimbun kembali.
b. Tanah bekas galian sebelumnya ditimbun, kemudian tanah
tersebut dipadatkan secara manual bersama- sama dengan bantuan
alat yang ada seperti sekop,dll , ditumbukan ke tanah timbunan
sampai padat. Untuk pekerjaan pemadatan dengan volume kecil
menggunakan tenaga manusia.

Dokumentasi:

Gambar 8 (pengambilan alat,pembersihan lokasi dan pengambilan


bahan)
Sumber : Dokumentasi Pribadi

24
Gambar 9 (pengukuran,pemasangan bowplank dan waterpass)
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 10 (pencampuran mortar)


Sumber : Dokumentasi Pribadi

25
Gambar 11 (pemasaangan batu penahan)
Sumber : Dokumentasi Pribadi

26
Gambar 12 (opnam atau pengukuran ulang)
Sumber : Dokumentasi Pribadi

2.6 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang kami terapkan selama praktek


ialah:
2. Menempatkan alat-alat kerja pada tempatnya
3. Pergunakan alat dengan cara yang benar dan sesuai dengan fungsinya
4. Memakai pakaian kerja seperti baju lab yang lengkap dan benar
5. Berkonsentrasi pada waktu kerja
6. Menempatkan bahan-bahan dan alat sedemikian rupa, sehingga tidak
terganggu selama pekerjaan berlangsung
7. Mengikuti arahan atau petunjuk dari ketua

27
8. Saat ragu dalam pekerjaan, langsung ditanyakan kepada ketua
9. Memeriksa kondisi alat yang layak digunakan
10. Tidak bercada selama praktek

2.7 HASIL AKHIR DARI PEKERJAAN

Gambar 13 Hasil akhir dari pembuatan dinding penahan.

28
BAB III
PENUTUP

3.1 KESESUAIAN GAMBAR KERJA DAN HASIL KERJA


Kesesuaian gambar kerja dan hasil kerja pada pekerjaan dinding
penahan di lakukan opnam dan pembagian beberapa STA ditemui
beberapa bagian STA yang tidak sesuai dengan gambar dikarenakan
beberapa bagian STA memeiliki kontur tanah yang bebrbeda beda.
Sehingga tinggi di setiap STA berbeda beda namun lebar atas dan bawah
dinding penahan sesuai dengan gambar yang ada.

3.2 KESESUAIAN PERHITUNGAN BAHAN DAN PENGGUNAAN


BAHAN
Pada saat perhitungan bahan telah ditentukan penggunaan bahan pada
praktek,yang diketahui menggunakan ½ sak semen dan 6 ember pasir. Dan
pada saat praktek,bahan yang dipakai sesuai dengan perhitungan yang
telah dihitung secara Bersama

3.3 MASALAH DAN SOLUSI YANG TERJADI SAAT PRAKTEK

1. Jarak pengambilan air yang lumayan jauh dari lokasi praktikum


sehingga menyebabkan campuran semen cepat mengering
Solusinya adalah menyediakan bak penampungan air yang lebih dekat
dari lokasi praktikum

2. Kurangnya arco menyebabkan terhambatnya proses pekerjaan


pengambilan batu dan pasir dikarenakan adanya 2 kelompok.
Solusinya adalah menyediakan jumlah arco sesuai dengan banyaknya
kelompok agar pekerjaan pengambilan batu dan pasir tidak terhambat

29
DAFTAR PUSTAKA

30

Anda mungkin juga menyukai