Uts Dfi Derry Firdaus (202251048)
Uts Dfi Derry Firdaus (202251048)
Nim : 202251048
- K-24 Apotek
- Dexa Medica
- Guardian Pharmacy
-Guardian Pharmacy
- Century Healthcare
• PT Combiphar:
- Century Healthcare
• PT Dexa Medica:
- Dexa Medica
- Century Healthcare
- Guardian Pharmacy
- K-24 Apotek
- Century Healthcare
- Century Healthcare
• PT Combiphar:
- Century Healthcare
- Guardian Pharmacy
• K-24 Apotek
• Dexa Medica
• Guardian Pharmacy
• Century Healthcare
- PT Phapros Tbk:
• Guardian Pharmacy
4. - Memproduksi obat-obatan yang berkualitas tinggi dan aman untuk digunakan oleh
masyarakat.
- Menjadi mitra dalam penyediaan pendidikan dan pelatihan bagi para profesional kefarmasian
untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas tenaga kerja di sektor ini.
- Mematuhi regulasi dan standar keamanan obat yang ditetapkan oleh otoritas kesehatan
nasional untuk memastikan keamanan dan efektivitas obat yang diproduksi.
- Registrasi Obat: Badan POM mengatur dan mengawasi proses registrasi obat-obatan sebelum
diizinkan untuk diproduksi dan beredar di pasaran. Proses ini memastikan bahwa obat yang
diproduksi memenuhi persyaratan keamanan, kualitas, dan efikasi.
- Inspeksi dan Pengujian: Badan POM melakukan inspeksi secara berkala terhadap fasilitas
produksi obat untuk memastikan bahwa standar produksi yang baik (GMP) diikuti. Selain itu,
mereka juga melakukan pengujian terhadap sampel obat yang beredar untuk memastikan
keamanan dan kualitasnya.
- Penerbitan Izin Produksi dan Edar: Badan POM memberikan izin produksi dan edar kepada
perusahaan farmasi yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Izin ini diperlukan agar
obat-obatan dapat diproduksi dan beredar secara sah di Indonesia.
- Penegakan Hukum: Badan POM memiliki wewenang untuk melakukan tindakan penegakan
hukum terhadap perusahaan atau individu yang melanggar regulasi terkait obat-obatan, seperti
penjualan obat ilegal atau pemalsuan obat.
Melalui serangkaian kegiatan ini, Badan POM berperan penting dalam memastikan bahwa obat-
obatan yang diproduksi dan beredar di Indonesia aman, berkualitas, dan efektif bagi pengguna.
6. Di Indonesia, alur distribusi obat mengikuti beberapa tahapan yang melibatkan berbagai pihak
dalam industri farmasi. Berikut adalah alur distribusi obat di Indonesia dan posisi-posisi yang harus
diduduki oleh Apoteker sesuai dengan peraturan yang berlaku:
- Pabrik atau Produsen Obat: Tahap pertama dalam alur distribusi adalah produksi obat oleh
pabrik atau produsen obat. Di sini, obat-obatan diproduksi sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh Badan POM.
- Apotek: Apotek merupakan tempat di mana obat-obatan dijual kepada konsumen akhir. Menurut
undang-undang dan peraturan kesehatan yang berlaku di Indonesia, setiap apotek harus diawasi
oleh seorang Apoteker yang memiliki lisensi atau izin praktik dari Badan POM. Apoteker
bertanggung jawab atas penyediaan, penyimpanan, penjualan, dan pelayanan farmasi kepada
masyarakat.
Dengan demikian, dalam alur distribusi obat di Indonesia, Apoteker memiliki peran yang sangat
penting terutama di tingkat apotek dan sebagai Apoteker Pelayanan. Kehadiran Apoteker dijamin
dan diatur oleh undang-undang dan peraturan kesehatan yang bertujuan untuk memastikan
kualitas dan keamanan pelayanan farmasi kepada masyarakat.
7. CPOB adalah singkatan dari Cara Pembuatan Obat yang Baik. Ini adalah standar atau pedoman
yang ditetapkan untuk memastikan bahwa obat-obatan yang diproduksi memiliki kualitas yang
baik, aman, dan efektif untuk digunakan. Berikut adalah pengertian tentang CPOB beserta tujuan,
target, dan prinsip pelaksanaannya:
- Tujuan CPOB:
• Memastikan kualitas obat: CPOB bertujuan untuk memastikan bahwa obat-obatan yang
diproduksi memenuhi standar kualitas yang ditetapkan.
• Menjamin keamanan penggunaan obat: CPOB bertujuan untuk memastikan bahwa obat-
obatan aman untuk digunakan sesuai dengan indikasi yang ditentukan.
- Target CPOB:
• Mengendalikan kualitas bahan baku dan produk akhir: Setiap tahap produksi harus diperiksa
secara ketat untuk memastikan kualitas bahan baku dan produk akhir.
• Melakukan pengujian dan pemantauan berkala: Pengujian berkala harus dilakukan untuk
memastikan kualitas dan keamanan obat-obatan.
• Penerapan standar-produksi yang baik (GMP): Produsen obat harus mematuhi prinsip-prinsip
GMP dalam setiap tahap produksi obat.
• Kontrol mutu yang ketat: Setiap produk harus melalui pengujian mutu yang ketat sebelum
diizinkan untuk diedarkan.
• Penggunaan bahan baku yang berkualitas: Produsen obat harus menggunakan bahan baku
yang berkualitas baik dan terjamin.
• Pemeliharaan fasilitas produksi yang bersih dan teratur: Fasilitas produksi harus dipelihara
dengan baik untuk mencegah kontaminasi dan menjaga kebersihan.
• Pelatihan dan sertifikasi staf produksi: Staf produksi harus mendapatkan pelatihan yang
memadai dan bersertifikasi untuk memastikan bahwa mereka memahami dan menerapkan
prinsip-prinsip CPOB dengan benar
8. Struktur organisasi Badan POM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) terdiri dari beberapa
unit kerja yang dipimpin oleh Deputi-Deputi tertentu. Berikut adalah gambaran struktur
organisasi Badan POM beserta ilustrasi bagaimana 4 Deputi dalam Badan POM melaksanakan
tugasnya:
- Kepala Badan POM: Bertanggung jawab atas pengelolaan keseluruhan operasional Badan
POM.
- Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif:
• Bertanggung jawab atas pengawasan produksi, distribusi, dan pemasaran obat, narkotika,
psikotropika, prekursor, dan zat adiktif.
• Menyusun regulasi dan kebijakan terkait pengawasan obat dan zat terkait.
• Bertanggung jawab atas pengawasan produksi, distribusi, dan pemasaran pangan, makanan, dan
kosmetika.
• Melakukan pengujian terhadap sampel pangan, makanan, dan kosmetika untuk memastikan
keamanan dan kualitasnya.
• Menyusun regulasi dan kebijakan terkait pengawasan pangan, makanan, dan kosmetika.
• Bertanggung jawab atas pengawasan produk impor yang masuk ke Indonesia, termasuk obat,
makanan, dan kosmetika.
• Menyusun regulasi dan kebijakan terkait pengawasan produk impor dan distribusi.
• Bertanggung jawab atas pengawasan produksi, distribusi, dan pemasaran perangkat medis.
• Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif
memastikan pengawasan obat-obatan dan zat terkait sesuai dengan regulasi yang berlaku.
• Deputi Bidang Pengawasan Pangan, Makanan, dan Kosmetika memastikan pengawasan terhadap
pangan, makanan, dan kosmetika dilakukan secara efektif guna melindungi konsumen.
• Deputi Bidang Pengawasan Produk Impor dan Distribusi bertanggung jawab atas pengawasan
produk impor yang masuk ke Indonesia dan distribusi produk dalam negeri.
• Deputi Bidang Sumber Daya dan Perangkat Medis memastikan pengawasan terhadap
perangkat medis dan pengaturan sumber daya yang memadai untuk mendukung operasional
Badan POM.