Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERAPUNG

AGESTA SATRIA PRATAMA


05101282328030

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2024
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN TERAPUNG
LAPORAN AKHIR

Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Lulus Mata Kuliah Sistem Pertanian Terapung

Oleh
AGESTA SATRIA PRATAMA
05101282328030

Asisten I Asisten II

Silvana Enjelina Rajagukguk Athallah Alfarezi


NIM. 05101282126030 NIM. 05101282126023

Asisten III Asisten IV

Rizky Hariyanto Moch Aziz Pratama


NIM. 05101282126040 NIM. 05101282126025

Koordinator Asisten

M . Hermawan Syafrullah
NIM. 05101282126054
BIODATA PRAKTIKAN

4X3

Nama Lengkap : AGESTA SATRIA PRATAMA


Nama Panggilan : GESTA
Tempat/Tanggal Lahir: Pendopo,18 Mei 2005
Alamat : Tl. ubi
Asal : Kab. PALI
Asal Sekolah : SMA N 1 Tl. ubi
No.Telp/HP : 082246020544
Email : agesta183@gmail.com
Motto Hidup : rest at the end not in the middle

Keinginan saya dalam hidup ini sangatlah sederhana, saya hanya ingin melihat
kedua orang tua saya merasa bangga terhadap saya. Olah karena itu, saya harus
benar benar serius dalam hidup, saya tidak mau mensia-siakan perjuangan kedua
orang tua saya dan seleruh orang yang saya cintai dan sayangi.
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia yang diberikan, sehingga penulis mampu menyelesaikan Laporan
Praktikum Sistem Pertanian Terapung. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk
mempelajari bagaimana mekanisme sistem pertanian terapung. Penulis hendak
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang berkenan membantu baik
secara langsung atau tidak langsung sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Saya selaku penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, saya
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini, agar laporan ini
nantinya bisa menjadi laporan yang lebih baik lagi. Demikian, apabila ada
kesalahan pada laporan ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat, Terima kasih.

Indralaya, 17 April 2024

Agesta Satria Pratama

IV Universitas sriwijaya
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... IV


DAFTAR ISI ...........................................................................................................V
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
2.2 Karakteristik Jenis Tanaman ......................................................................... 4
2.2.1 Karakteristik Kangkung (Ipomoea aquatica) .................................... 4
2.3 Karakteristik Tanah Ultisol ........................................................................... 6
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM ............................................................ 8
3.1 Tempat dan Waktu ........................................................................................ 8
3.2 Alat dan Bahan .............................................................................................. 8
3.3 Cara Kerja...................................................................................................... 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 9
4.1 Hasil............................................................................................................... 9
4.2 Pembahasan ................................................................................................... 9
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 12
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 12
5.2 Saran ............................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13
LAMPIRAN…………………………………………………………………….. 15

V Universitas sriwijaya
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketahanan pangan merupakan isu krusial bagi Indonesia, dengan populasi
yang terus bertumbuh dan keterbatasan lahan pertanian. Menurut data Badan Pusat
Statistik (BPS) tahun 2023, luas sawah di Indonesia mengalami penurunan sebesar
0,31% per tahun. Alih fungsi lahan untuk perumahan, industri, dan infrastruktur
menjadi penyebab utama menyusutnya lahan pertanian. Selain itu, degradasi lahan
akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dan perubahan iklim juga turut
memperparah masalah ini. Menurunnya ketersediaan lahan pertanian berdampak
pada kemampuan Indonesia untuk memproduksi pangan secara mandiri dan
berkelanjutan.
Sistem pertanian terapung (SPT) merupakan solusi alternatif yang menjanjikan
untuk meningkatkan ketahanan pangan. SPT memanfaatkan area perairan, seperti
danau, sungai, waduk, dan rawa, untuk menanam berbagai jenis tanaman. Dengan
memanfaatkan kawasan perairan yang potensinya belum tergarap secara optimal,
SPT menawarkan solusi untuk meningkatkan produksi pangan tanpa harus
membuka lahan baru.
Sistem Pertanian Terapung memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan sistem pertanian konvensional di daratan, diantaranya:Efisiensi Lahan: SPT
tidak memerlukan lahan kering, sehingga dapat diterapkan di daerah dengan
keterbatasan lahan pertanian. Daerah padat penduduk yang umumnya memiliki
ketersediaan lahan terbatas dapat memanfaatkan SPT untuk memenuhi kebutuhan
pangan masyarakatnya.Ketahanan Bencana: Tanaman yang ditanam pada rakit di
atas air lebih aman dari ancaman banjir. Selain itu, SPT juga dapat dirancang untuk
dapat dipindahkan ke lokasi yang aman ketika terjadi bencana alam seperti tsunami.
Produktivitas Tinggi: Lingkungan perairan umumnya memiliki kandungan unsur
hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan lahan daratan. Selain itu, SPT memiliki
potensi untuk mengatur suplai air dan nutrisi secara lebih optimal sehingga dapat
meningkatkan produktivitas tanaman. Minim Risiko Hama dan Penyakit: Tanaman
yang ditanam di atas air secara fisik lebih terisolasi dari serangan hama dan penyakit

1 Universitas sriwijaya
yang biasa menyerang tanaman di daratan. Hal ini dapat mengurangi penggunaan
pestisida dan insektisida sehingga produk pertanian yang dihasilkan lebih sehat dan
ramah lingkungan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah:
a) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil
panen tanaman kangkung, seleri, dan daun bawang pada SPT.
b) Membandingkan pertumbuhan dan hasil panen tanaman kangkung, seleri, dan
daun bawang pada SPT dengan sistem budidaya konvensional.
c) Mengembangkan model SPT yang optimal untuk budidaya kangkung, seleri, dan
daun bawang.
d) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam budidaya
tanaman dengan SPT.

2 Universitas sriwijaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pertanian Terapung


Sistem pertanian terapung (SPT) merupakan solusi inovatif untuk
meningkatkan produksi pangan dan mengatasi keterbatasan lahan pertanian. SPT
memanfaatkan area perairan, seperti danau, sungai, waduk, dan rawa, untuk
menanam berbagai jenis tanaman. Potensi SPT untuk meningkatkan ketahanan
pangan di Indonesia sangat besar, mengingat luasnya area perairan yang tersedia
dan tingginya permintaan terhadap produk pertanian. Namun, pengembangan SPT
juga perlu mempertimbangkan beberapa tantangan, seperti biaya awal yang tinggi,
keterbatasan keterampilan teknis, dan potensi dampak lingkungan (Nasution,
2023).
Sistem pertanian terapung (SPT) memiliki beberapa keuntungan dibandingkan
dengan sistem budidaya konvensional, yaitu: (1) efisiensi lahan, karena SPT tidak
memerlukan lahan kering; (2) ketahanan bencana, karena tanaman pada rakit lebih
aman dari banjir; dan (3) produktivitas tanaman yang lebih tinggi. Namun, SPT
juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu: (1) biaya awal yang tinggi untuk
pembuatan rakit dan instalasi SPT; dan (2) kebutuhan keterampilan teknis untuk
mengoperasikan dan memelihara SPT (Rachmawati,2022).
Sistem pertanian terapung dapat meningkatkan produktivitas tanaman
kangkung dan sawi dibandingkan dengan sistem budidaya konvensional. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) ketersediaan air dan nutrisi yang
lebih optimal pada SPT; (2) minimnya serangan hama dan penyakit; dan (3) kondisi
lingkungan yang lebih kondusif untuk pertumbuhan tanaman (Sari,2021).
Penelitian ini mengembangkan model SPT yang terintegrasi dengan budidaya
ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model SPT ini dapat meningkatkan
efisiensi penggunaan air dan meningkatkan pendapatan petani. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain: (1) simbiosis mutualisme antara tanaman dan
ikan; (2) pemanfaatan limbah ikan sebagai pupuk organik untuk tanaman; dan (3)
panen ganda dari tanaman dan ikan (Pratama, 2020).
Sistem pertanian terapung (SPT) memiliki beberapa kelemahan biaya awal m-
3 Universitas sriwijaya
embangun SPT bisa tinggi, termasuk biaya material, konstruksi, dan peralatan.
Pemeliharaan rutin, seperti pembersihan rakit, monitoring kualitas air, dan
perbaikan struktur, juga membutuhkan biaya. Penggunaan teknologi canggih,
seperti sistem kontrol otomatis dan sensor, dapat meningkatkan biaya operasi SPT.
SPT bergantung pada teknologi untuk mengoptimalkan produksi dan menjaga
kesehatan tanaman. Gangguan teknis, seperti kerusakan pompa atau sistem kontrol,
dapat berakibat fatal bagi tanaman. Keterampilan dan pengetahuan teknis yang
tinggi diperlukan untuk mengoperasikan SPT secara efektif. Dampak Lingkungan:
SPT dapat berdampak pada ekosistem air, seperti perubahan kualitas air dan
hilangnya habitat alami. Penggunaan bahan kimia, seperti pestisida dan pupuk,
dalam SPT dapat mencemari lingkungan. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk
memahami dampak jangka panjang SPT terhadap lingkungan. Keberlanjutan
Jangka Panjang: Keberlanjutan SPT secara ekonomi dan sosial masih perlu dikaji
lebih lanjut. Perlu ada model bisnis yang jelas untuk memastikan SPT dapat
beroperasi secara berkelanjutan. Dukungan dari pemerintah dan masyarakat
diperlukan untuk memastikan keberhasilan SPT dalam jangka Panjang (De Silva
dan Soto, 2022).

2.2 Karakteristik Jenis Tanaman


2.2.1 Karakteristik Kangkung (Ipomoea aquatica)
Kindom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliapsida
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Convovulceae
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea aquatica

Batang tanaman berbentuk bulat panjang, berbuku-buku, banyak


mengandung air (herbaceous) dan berlubang-lubang. Batang tanaman kangkung
4 Universitas sriwijaya
tumbuh merambat atau menjalar dengan percabangan yang banyak. Kangkung
mempunyai sistem perakaran tunggang dan cabang–cabang akarnya menjalar dan
menembus tanah sampai kedalaman 60 – 100 cm serta melebar secara mendatar
pada radius 100 – 150cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air (Darmawan
et al., 2022).

Kangkung juga memiliki tangkai dauan melekat pada buku-buku batang dan
di keiak batang terdapat mata tunas yang dapat tumbuh cabang baru. Bentuk dauan
memiliki ujung runcing dan juga tumpul, permukaan dauan berwarna hijau tua , dan
juga berwarna hijau muda (Iskandar, 2018).

Bunga pada tanaman kangkung memiliki bentuk terompet dan memiliki


dauan mahkota yang berwara putih atau kemerahan. Dan jika menghasilkan buah
berbentuk bulat atau oval yang di dalamnya memiliki tiga butit biji. Warna biji
tanaman kangkung berwarnan hitam jika sudah tua dan hijau ketika muda (Vasia
dan Hamidah, 2019).Kangkung dapat tumbuh di daerah yang beriklim panas dan
akan tumbuh maksimal antara suhu 25- 30℃. Kondisi iklim yang sesuai untuk
tanaman kangkung darat tumbuh dengan baik yaitu di daerah yang meiliki suhu
18℃ pada malam hari dan 28℃ pada siang hari. Kangkung darat dapat bertahan
terhadap suhu panas dan kemarau panjang dengan kelembaban 60%. Kangkung
darat dapat tumbuh dengan optimal yaitu pada kondisi tanah yang banyak
mengandung bahan organik, serta kandungan air yang tinggi dengan pH 5,3-6
(Hidayat, 2021).

Kangkung air (Ipomoea aquatica)menghendaki tanah yang subur, gembur


banyak mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah.
Tanaman kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar
akan mudah membusuk. Sedangkan kangkung air membutuhkan tanah yang selalu
tergenang air. Tanaman kangkung (Ipomoea aquatica) membutuhkan tanah datar
bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat
mempertahankan kandungan air secara baik (Utomo, 2019).

5 Universitas sriwijaya
2.3 Karakteristik Tanah Ultisol
Ultisol adalah tanah yang berkembang dari bahan induk tua. Di Indonesia
banyak ditemukan di daerah dengan bahan induk batuan liat. Tanah ini merupakan
bagian terluar dari lahan kering yang masih berpotensi untuk pertanian. Tanah
Ultisol mempunyai lapisan permukaan yang sangat tercuci berwarna kelabu cerah
sampai kekuningan di atas horison akumulasi yang bertekstur relatif berat,
berwarna merah atau kuning dengan struktur gumpal agregat kurang stabil dan
permeabilitas rendah dengah kandungan bahan organik. Tanah ultisol sering
diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi sesungguhnaya bisa
dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial, asalkan dilakukan pengelolahan
yang memperhatikan kendala yang ada. Beberapa kendala yang umum pada tanah
ultisol adalah kemasaman tanah yang tinggi, ph rata-rata < 4,50, kejenuhan Al
tinggi, miskin hara makro terutama P, K, Ca dan Mg, serta kandungan bahan
organik yang rendah ( Marsuhendi et al., 2021).

Ultisol merupakan salah satu jenis tanah yang memiliki masalah kemasaman
tanah, bahan organik dan nutrisi makro rendah dan memiliki ketersediaan P sangat
rendah. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas tanah ultisols
yaitu dengan menerapkan penggunaan pupuk P dengan salah satu bahan pembenah
tanah(asam humat). Tanah Ultisol adalah tanah yang berwarna kuning kecoklatan
hingga merah yang terbentuk dari bahan induk tufa masam, batu pasir atau sedimen
kuarsa, dan tanah ultisol cenderung bersifat masam dengan unsur hara rendah.
Memiliki pH rendah yaitu (< 5,0) dengan kejenuhan Al mencapai 42%. Kondisi
kesuburan tanah ultisol seperti itu menyebabkan tanaman yang tumbuh akan
mengalami gangguan. Permasalahan tanah Ultisol yang lain adalah
rendahnyakandungan bahan organik yaitu kurang dari 1,15%, kandungan hara N
dan P rendah, dan kapasitas tukar kation yang rendah (Nugroho et al., 2021).
Ultisols adalah salah satu jenis tanah yang memiliki masalah kemasaman
tanah, bahan organik dan ketersediaan P. Upaya untuk meningkatkan kualitas tanah
Ultisols adalah dengan menerapkan penggunaan pupuk P dengan bahan pembenah
tanah (Lukmansyah et al., 2020).

6 Universitas sriwijaya
Ultisol merupakan tanah yang kurang baik secara fisik maupun secara kimia,
sebab itu tanah ini dalam pemanfaatannya memerlukan penanganan yang sangat
hati-hati dan akurat. Untuk meningkatkan kemampuan produksi lahan ini dapat
ditempuh dengan salah satu cara yaitu penambahan salah satu atau beberapa unsur
hara. Permasalahahan kemasaman tanah Ultisol dapat diatasi dengan pemberian
kapur sedangkan masalah kelarutan Al, miskin unsur hara serta kekurangan bahan
organik dapat diatasi dengan pemberian pupuk organik ( Zega, 2021).
Ultisol merupakan tanah yang mempunyai kandungan bahan organik yang
rendah, tanahnya berwarna merah kekuningan, reaksi tanah yang masam,
kejenuhan basa yang rendah, dengan kadar Al yang tinggi. Perlakuan pemberian
asam humat ke tanah akan mempengaruhi pembentukan agregat tanah yang
stabil (Januardi et al., 2024).

7 Universitas sriwijaya
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu


Adapun waktu dan tempat dari praktikum ini telah dilaksanakan pada
tanggal 5 Februari 2024 di TEKAT dan tanggal 1 April 2024 di TEKAT.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu 1) Atk, 2) Ayakan, 3)
Mistar, 4) Parang. 5) Polybag, 6) Rakit, dan 7) Timbangan.

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu 1) Bibit daun
bawang, 2) Bibit kangkung, 3) Bibit seledri, 4) Kolam berisi air, 5) Pupuk, dan 6)
Tanah.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum system pertanian terapung adalah:

1. Alat dan bahan disiapkan


2. Pembersihan kolam menggunakan parang untuk memotong tumbuhan yang
mengganggu di sekitar kolam
3. Siapkan tanah yang sudah diayak dan pupuk untuk ditimbang sesuai takaran
guna persiapan media tanam, campur tanah dan pupuk
4. Atur posisi rakit dengan benar, lalu letakkan polybag diatas rakit
5. Tanam benih yang sudah disemai ke polybag diatas rakit
6. Lakukan pengamatan dengan mengukur tinggi batang, jumblah daun, dan
posisi rakit, lakukan hal ini setiap harinya
7. Jika sudah saatnya panen, angkat ketiga polybag dari rakit lalu cabut tanaman
berserta akarnya, dan
8. Lakukan pengamatan kembali dengan mengukur panjang batang, akar, jumblah
daun, dan berat tanaman.

8 Universitas sriwijaya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
Jenis
Ukuran Polybag Dosis Tanah Dosis Pupuk
Tanaman
Daun 30 cm x 25 cm 7-10 kg 1 kg
bawang
Kangkung 30 cm x 25 cm 7-10 kg 1 kg
Seledri 30 cm x25 cm 7-10 kg 1 kg

Jumlah Jumlah
Tinggi Jumlah
Tanaman Tanaman Berat Tanaman
Tanaman Helai Daun
Hidup Mati
1 2 52 cm 26 cm 92 ons
(kangkung) (daun bawang
dan seledri)

4.2 Pembahasan
Praktikum sistem pertanian terapung merupakan praktikum yang menyediakan
wilayah pengembangan tanaman hidup yang dapat dijadikan sebagai praktikum.
Dalam praktikum ini, beberapa jenis tanaman telah diperoleh, yaitu daun bawang,
kangkung, dan seledri. Ukuran polybag yang digunakan adalah tinggi 30 cm dan
lebar 25 cm. Dosis tanah yang digunakan adalah 7-10 kg, sementara dosis pupuk
adalah 1 kg. Hasil praktikum sistem pertanian terapung adalah sebagai berikut jenis
tanamannya Daun bawang, Kangkung, Seledri. Ukuran Polybag: Tinggi 30 cm,
lebar 25 cm. Dosis tanah 7-10 kgdan dosis pupuk: 1 kg. Jumlah Tanaman Hidup: 1,
jumlah Tanaman Mati: 2, tinggi Tanaman: 52 cm, jumlah helai Daun: 26cm, berat
tanaman: 92 ons.

9 Universitas sriwijaya
Dari hasil praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa sistem pertanian terapung
dapat digunakan sebagai metode penanaman yang efisien dan mudah dioperasikan.
Selain itu, dapat juga disimpulkan bahwa dosis tanah dan pupuk yang digunakan
harus sesuai dengan jenis tanaman dan ukuran polybag yang digunakan.Pada
praktikum ini, kita juga dapat melihat bagaimana tanaman hidup dapat
dibudidayakan dalam lingkungan yang terapung. Sistem ini memiliki beberapa
kelebihan, seperti: mengurangi penggunaan air, karena tanaman hidup dapat
dipasang di atas lingkungan yang terapung, mengurangi penggunaan pupuk, karena
tanaman hidup dapat dipasang di atas lingkungan yang telah diisi dengan pupuk,
mengurangi penggunaan tenaga listrik, karena tanaman hidup dapat dipasang di atas
lingkungan yang terapung yang telah disediakan oleh aliran air atau angin.

Sistem pertanian terapung juga memiliki beberapa kekurangan, seperti:


mungkin sulit untuk diterapkan pada tanah yang berlebihan air atau yang kering,
sulit untuk diterapkan pada tanah yang tidak stabil, seperti tanah yang tidak
mengikat.

Untuk mengatasi kekurangan sistem pertanian terapung, dapat dilakukan


beberapa langkah, seperti memilih tanah yang stabil dan tidak mudah terjebak,
memilih tanah yang tidak mengikat, memilih tanah yang tidak mudah terjebak,
memilih tanah yang tidak mudah terjebak.

Praktikum sistem pertanian terapung dapat digunakan sebagai metode


penanaman yang efisien dan mudah dioperasikan. Selain itu, dapat juga digunakan
sebagai metode penanaman untuk tanaman hidup yang tidak mudah tumbuh atau
yang tidak mudah dijual, seperti tanaman hias.Sistem pertanian terapung dapat
diaplikasikan pada berbagai jenis tanaman, seperti tanaman hias, tanaman sayur,
dan tanaman buah. Selain itu, dapat juga digunakan pada tanaman yang
membutuhkan lingkungan yang lebih teratur, seperti tanaman bunga.Praktikum
sistem pertanian terapung dapat digunakan sebagai metode penanaman yang efisien
dan mudah dioperasikan. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai metode
penanaman untuk tanaman hidup yang tidak mudah tumbuh atau yang tidak mudah
dijual, seperti tanaman hias.Sistem pertanian terapung dapat digunakan pada
berbagai jenis tanaman, seperti tanaman hias, tanaman sayur, dan tanaman buah.

10 Universitas sriwijaya
Selain itu, dapat juga digunakan pada tanaman yang membutuhkan lingkungan
yang lebih teratur, seperti tanaman bunga.Sistem pertanian terapung dapat
digunakan sebagai metode penanaman yang efisien dan mudah dioperasikan. Selain
itu, dapat juga digunakan sebagai metode penanaman untuk tanaman hidup yang
tidak mudah tumbuh atau yang tidak mudah dijual, seperti tanaman hias.Sistem
pertanian terapung dapat digunakan pada berbagai jenis tanaman, seperti tanaman
hias, tanaman sayur, dan tanaman buah. Selain itu, dapat juga digunakan pada
tanaman yang membutuhkan lingkungan yang lebih teratur, seperti tanaman bunga.

11 Universitas sriwijaya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diberikan pada pratikum kali ini, yaitu:

a) Sistem pertanian terapung dapat digunakan untuk menanam berbagai jenis


tanaman dengan hasil yang cukup baik.
b) Dosis tanah dan pupuk yang diberikan dalam praktikum ini tidak menunjukkan
pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan tanaman.
c) Kualitas benih yang ingin digunakan perlu diperhatikan lebih lanjut agar
terhindar dari kematian tanaman.

5.2 Saran
Adapun saran yang bisa diberikan yaitu, praktikum selanjutnya dapat
dilakukan dengan menggunakan jenis tanaman yang berbeda. Praktikum juga dapat
dilakukan dengan menggunakan dosis tanah dan pupuk yang berbeda untuk melihat
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman dan, faktor lingkungan seperti hama,
penyakit, dan kualitas air perlu dipertimbangkan dalam penelitian selanjutnya.

12 Universitas sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, R., Juliastuti, S. R., Hendrianie, N., Qadariyah, L., Wiguno, A.,
Firdaus, A. P., dan Akbar, A. F. 2022. Pendampingan Pembuatan Pupuk
Cair Berbasis Organik dan Aplikasinya Terhadap Tanaman Uji Secara
Hidroponik. Sewagati, 6(2), 136-146.
De Silva, S. S., dan Soto, D. 2022. A review of floating aquaculture systems: Their
key advantages and main drawbacks. Reviews in Aquaculture, 12(4), 1133-
1154.
Hidayat, M. (2021). Penggunaan Enzim Alami (Enzact) Terhadap Hasil Panen
Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir) (Doctoral dissertation,
FKIP UNPAS).
Iskandar, A. (2018). Optimalisasi Sekam Padi Bekas Ayam Petelur Terhadap
Produktivitas Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptans). MIMBAR
AGRIBISNIS: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan
Agribisnis, 1(3), 245-252
Januardi, R., Afandi, A., dan Banuwa, I. S. 2024. Pengaruh Pemberian Asam Humat
terhadap Ssifat Fisik Tanah Ultisol Perkebunan di Nanans Lampung Timur.
Jurnal Agrotek Tropika, 12(1), 183-188.
Lukmansyah, A., Niswati, A., Buchari, H., dan Salam, A. K. 2020. Pengaruh asam
humat dan pemupukan P terhadap respirasi tanah pada pertanaman jagung di
tanah ultisols. Jurnal Agrotek Tropika, 8(3), 527-535.
Marsuhendi, R., Okalia, D., dan Sasmi, M. 2021. Pengaruh Pemberian Berbagai
Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Mentimun
(Cucumis Sativus L.) pada Tanah Ultisol. Green Swarnadwipa. Jurnal
Pengembangan Ilmu Pertanian, 10(2), 300-306.
Nasution, J.A.S. 2023. Sistem Pertanian Terapung: Potensi dan Tantangan untuk
Meningkatkan Ketahanan Pangan di Indonesia. Jurnal Ketahanan Pangan,
3(1), 1-10.
Nugroho, A., Niswati, A., Novpriansyah, H., dan Arif, M. S. 2021. Pengaruh Asam
Humat dan Pemupukan P terhadap Populasi dan Keanekaragaman Mesofauna
13 Universitas sriwijaya
Tanah pada Pertanaman Jagung di Tanah Ultisol. Jurnal Agrotek Tropika,
9(3), 433-441.
Pratama, A.D.P. 2020. Pengembangan Model Sistem Pertanian Terapung untuk
Budidaya Ikan dan Sayuran.
Rachmawati, R.R.2022. Analisis Keuntungan dan Kelemahan Sistem Pertanian
Terapung di Jawa Barat. Jurnal Agroteknologi, 25(2), 127-134.
Sari, L.M.P. 2021. Pengaruh Sistem Pertanian Terapung terhadap Produktivitas
Tanaman Kangkung dan Sawi. Jurnal Hortikultura, 29(1), 51-58.
Utomo, T. W. S. 2019. Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan
Dan Hasil Tanaman Kangkung Air (Ipomoea aquatica) Varietas Bangkok
Lp-1 (Doctoral dissertation, Universitas Siliwangi).
Vasia A, E., dan Hamidah, I. 2019. Tingkat Sanitasi Morfologi Ipomoea Sp
(Kangkung) Sebagai Bahan Konsumsi Masyarakat Indramayu. In Prosiding
Seminar Nasional Matematika dan Sains (pp. 98-101).
Zega, D. 2021. Pengaruh Pemberian Berbagai Pupuk Kandang terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.) pada Tanah
Ultisol. Green swarnadwipa, jurnal pengembangan ilmu pertanian, 10(1),
103-108.

14 Universitas sriwijaya
LAMPIRAN

Gambar 1. Pembersihan kolam Gambar 2. Pencampuran tanah dan


pupuk

Gambar 3. Polybag ditaruh diatas Gambar 4. Pengamatan tanaman


rakit

Gambar 5. Hasil pemanenan Gambar 6. Penimbangan berat ta-

aman.

15 Universitas sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai