Laptap SPT - Agesta 1
Laptap SPT - Agesta 1
Oleh
AGESTA SATRIA PRATAMA
05101282328030
Asisten I Asisten II
Koordinator Asisten
M . Hermawan Syafrullah
NIM. 05101282126054
BIODATA PRAKTIKAN
4X3
Keinginan saya dalam hidup ini sangatlah sederhana, saya hanya ingin melihat
kedua orang tua saya merasa bangga terhadap saya. Olah karena itu, saya harus
benar benar serius dalam hidup, saya tidak mau mensia-siakan perjuangan kedua
orang tua saya dan seleruh orang yang saya cintai dan sayangi.
KATA PENGANTAR
IV Universitas sriwijaya
DAFTAR ISI
V Universitas sriwijaya
BAB I
PENDAHULUAN
1 Universitas sriwijaya
yang biasa menyerang tanaman di daratan. Hal ini dapat mengurangi penggunaan
pestisida dan insektisida sehingga produk pertanian yang dihasilkan lebih sehat dan
ramah lingkungan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah:
a) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil
panen tanaman kangkung, seleri, dan daun bawang pada SPT.
b) Membandingkan pertumbuhan dan hasil panen tanaman kangkung, seleri, dan
daun bawang pada SPT dengan sistem budidaya konvensional.
c) Mengembangkan model SPT yang optimal untuk budidaya kangkung, seleri, dan
daun bawang.
d) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam budidaya
tanaman dengan SPT.
2 Universitas sriwijaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kangkung juga memiliki tangkai dauan melekat pada buku-buku batang dan
di keiak batang terdapat mata tunas yang dapat tumbuh cabang baru. Bentuk dauan
memiliki ujung runcing dan juga tumpul, permukaan dauan berwarna hijau tua , dan
juga berwarna hijau muda (Iskandar, 2018).
5 Universitas sriwijaya
2.3 Karakteristik Tanah Ultisol
Ultisol adalah tanah yang berkembang dari bahan induk tua. Di Indonesia
banyak ditemukan di daerah dengan bahan induk batuan liat. Tanah ini merupakan
bagian terluar dari lahan kering yang masih berpotensi untuk pertanian. Tanah
Ultisol mempunyai lapisan permukaan yang sangat tercuci berwarna kelabu cerah
sampai kekuningan di atas horison akumulasi yang bertekstur relatif berat,
berwarna merah atau kuning dengan struktur gumpal agregat kurang stabil dan
permeabilitas rendah dengah kandungan bahan organik. Tanah ultisol sering
diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi sesungguhnaya bisa
dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial, asalkan dilakukan pengelolahan
yang memperhatikan kendala yang ada. Beberapa kendala yang umum pada tanah
ultisol adalah kemasaman tanah yang tinggi, ph rata-rata < 4,50, kejenuhan Al
tinggi, miskin hara makro terutama P, K, Ca dan Mg, serta kandungan bahan
organik yang rendah ( Marsuhendi et al., 2021).
Ultisol merupakan salah satu jenis tanah yang memiliki masalah kemasaman
tanah, bahan organik dan nutrisi makro rendah dan memiliki ketersediaan P sangat
rendah. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas tanah ultisols
yaitu dengan menerapkan penggunaan pupuk P dengan salah satu bahan pembenah
tanah(asam humat). Tanah Ultisol adalah tanah yang berwarna kuning kecoklatan
hingga merah yang terbentuk dari bahan induk tufa masam, batu pasir atau sedimen
kuarsa, dan tanah ultisol cenderung bersifat masam dengan unsur hara rendah.
Memiliki pH rendah yaitu (< 5,0) dengan kejenuhan Al mencapai 42%. Kondisi
kesuburan tanah ultisol seperti itu menyebabkan tanaman yang tumbuh akan
mengalami gangguan. Permasalahan tanah Ultisol yang lain adalah
rendahnyakandungan bahan organik yaitu kurang dari 1,15%, kandungan hara N
dan P rendah, dan kapasitas tukar kation yang rendah (Nugroho et al., 2021).
Ultisols adalah salah satu jenis tanah yang memiliki masalah kemasaman
tanah, bahan organik dan ketersediaan P. Upaya untuk meningkatkan kualitas tanah
Ultisols adalah dengan menerapkan penggunaan pupuk P dengan bahan pembenah
tanah (Lukmansyah et al., 2020).
6 Universitas sriwijaya
Ultisol merupakan tanah yang kurang baik secara fisik maupun secara kimia,
sebab itu tanah ini dalam pemanfaatannya memerlukan penanganan yang sangat
hati-hati dan akurat. Untuk meningkatkan kemampuan produksi lahan ini dapat
ditempuh dengan salah satu cara yaitu penambahan salah satu atau beberapa unsur
hara. Permasalahahan kemasaman tanah Ultisol dapat diatasi dengan pemberian
kapur sedangkan masalah kelarutan Al, miskin unsur hara serta kekurangan bahan
organik dapat diatasi dengan pemberian pupuk organik ( Zega, 2021).
Ultisol merupakan tanah yang mempunyai kandungan bahan organik yang
rendah, tanahnya berwarna merah kekuningan, reaksi tanah yang masam,
kejenuhan basa yang rendah, dengan kadar Al yang tinggi. Perlakuan pemberian
asam humat ke tanah akan mempengaruhi pembentukan agregat tanah yang
stabil (Januardi et al., 2024).
7 Universitas sriwijaya
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu 1) Bibit daun
bawang, 2) Bibit kangkung, 3) Bibit seledri, 4) Kolam berisi air, 5) Pupuk, dan 6)
Tanah.
8 Universitas sriwijaya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
Jenis
Ukuran Polybag Dosis Tanah Dosis Pupuk
Tanaman
Daun 30 cm x 25 cm 7-10 kg 1 kg
bawang
Kangkung 30 cm x 25 cm 7-10 kg 1 kg
Seledri 30 cm x25 cm 7-10 kg 1 kg
Jumlah Jumlah
Tinggi Jumlah
Tanaman Tanaman Berat Tanaman
Tanaman Helai Daun
Hidup Mati
1 2 52 cm 26 cm 92 ons
(kangkung) (daun bawang
dan seledri)
4.2 Pembahasan
Praktikum sistem pertanian terapung merupakan praktikum yang menyediakan
wilayah pengembangan tanaman hidup yang dapat dijadikan sebagai praktikum.
Dalam praktikum ini, beberapa jenis tanaman telah diperoleh, yaitu daun bawang,
kangkung, dan seledri. Ukuran polybag yang digunakan adalah tinggi 30 cm dan
lebar 25 cm. Dosis tanah yang digunakan adalah 7-10 kg, sementara dosis pupuk
adalah 1 kg. Hasil praktikum sistem pertanian terapung adalah sebagai berikut jenis
tanamannya Daun bawang, Kangkung, Seledri. Ukuran Polybag: Tinggi 30 cm,
lebar 25 cm. Dosis tanah 7-10 kgdan dosis pupuk: 1 kg. Jumlah Tanaman Hidup: 1,
jumlah Tanaman Mati: 2, tinggi Tanaman: 52 cm, jumlah helai Daun: 26cm, berat
tanaman: 92 ons.
9 Universitas sriwijaya
Dari hasil praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa sistem pertanian terapung
dapat digunakan sebagai metode penanaman yang efisien dan mudah dioperasikan.
Selain itu, dapat juga disimpulkan bahwa dosis tanah dan pupuk yang digunakan
harus sesuai dengan jenis tanaman dan ukuran polybag yang digunakan.Pada
praktikum ini, kita juga dapat melihat bagaimana tanaman hidup dapat
dibudidayakan dalam lingkungan yang terapung. Sistem ini memiliki beberapa
kelebihan, seperti: mengurangi penggunaan air, karena tanaman hidup dapat
dipasang di atas lingkungan yang terapung, mengurangi penggunaan pupuk, karena
tanaman hidup dapat dipasang di atas lingkungan yang telah diisi dengan pupuk,
mengurangi penggunaan tenaga listrik, karena tanaman hidup dapat dipasang di atas
lingkungan yang terapung yang telah disediakan oleh aliran air atau angin.
10 Universitas sriwijaya
Selain itu, dapat juga digunakan pada tanaman yang membutuhkan lingkungan
yang lebih teratur, seperti tanaman bunga.Sistem pertanian terapung dapat
digunakan sebagai metode penanaman yang efisien dan mudah dioperasikan. Selain
itu, dapat juga digunakan sebagai metode penanaman untuk tanaman hidup yang
tidak mudah tumbuh atau yang tidak mudah dijual, seperti tanaman hias.Sistem
pertanian terapung dapat digunakan pada berbagai jenis tanaman, seperti tanaman
hias, tanaman sayur, dan tanaman buah. Selain itu, dapat juga digunakan pada
tanaman yang membutuhkan lingkungan yang lebih teratur, seperti tanaman bunga.
11 Universitas sriwijaya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diberikan pada pratikum kali ini, yaitu:
5.2 Saran
Adapun saran yang bisa diberikan yaitu, praktikum selanjutnya dapat
dilakukan dengan menggunakan jenis tanaman yang berbeda. Praktikum juga dapat
dilakukan dengan menggunakan dosis tanah dan pupuk yang berbeda untuk melihat
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman dan, faktor lingkungan seperti hama,
penyakit, dan kualitas air perlu dipertimbangkan dalam penelitian selanjutnya.
12 Universitas sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, R., Juliastuti, S. R., Hendrianie, N., Qadariyah, L., Wiguno, A.,
Firdaus, A. P., dan Akbar, A. F. 2022. Pendampingan Pembuatan Pupuk
Cair Berbasis Organik dan Aplikasinya Terhadap Tanaman Uji Secara
Hidroponik. Sewagati, 6(2), 136-146.
De Silva, S. S., dan Soto, D. 2022. A review of floating aquaculture systems: Their
key advantages and main drawbacks. Reviews in Aquaculture, 12(4), 1133-
1154.
Hidayat, M. (2021). Penggunaan Enzim Alami (Enzact) Terhadap Hasil Panen
Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir) (Doctoral dissertation,
FKIP UNPAS).
Iskandar, A. (2018). Optimalisasi Sekam Padi Bekas Ayam Petelur Terhadap
Produktivitas Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptans). MIMBAR
AGRIBISNIS: Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan
Agribisnis, 1(3), 245-252
Januardi, R., Afandi, A., dan Banuwa, I. S. 2024. Pengaruh Pemberian Asam Humat
terhadap Ssifat Fisik Tanah Ultisol Perkebunan di Nanans Lampung Timur.
Jurnal Agrotek Tropika, 12(1), 183-188.
Lukmansyah, A., Niswati, A., Buchari, H., dan Salam, A. K. 2020. Pengaruh asam
humat dan pemupukan P terhadap respirasi tanah pada pertanaman jagung di
tanah ultisols. Jurnal Agrotek Tropika, 8(3), 527-535.
Marsuhendi, R., Okalia, D., dan Sasmi, M. 2021. Pengaruh Pemberian Berbagai
Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Mentimun
(Cucumis Sativus L.) pada Tanah Ultisol. Green Swarnadwipa. Jurnal
Pengembangan Ilmu Pertanian, 10(2), 300-306.
Nasution, J.A.S. 2023. Sistem Pertanian Terapung: Potensi dan Tantangan untuk
Meningkatkan Ketahanan Pangan di Indonesia. Jurnal Ketahanan Pangan,
3(1), 1-10.
Nugroho, A., Niswati, A., Novpriansyah, H., dan Arif, M. S. 2021. Pengaruh Asam
Humat dan Pemupukan P terhadap Populasi dan Keanekaragaman Mesofauna
13 Universitas sriwijaya
Tanah pada Pertanaman Jagung di Tanah Ultisol. Jurnal Agrotek Tropika,
9(3), 433-441.
Pratama, A.D.P. 2020. Pengembangan Model Sistem Pertanian Terapung untuk
Budidaya Ikan dan Sayuran.
Rachmawati, R.R.2022. Analisis Keuntungan dan Kelemahan Sistem Pertanian
Terapung di Jawa Barat. Jurnal Agroteknologi, 25(2), 127-134.
Sari, L.M.P. 2021. Pengaruh Sistem Pertanian Terapung terhadap Produktivitas
Tanaman Kangkung dan Sawi. Jurnal Hortikultura, 29(1), 51-58.
Utomo, T. W. S. 2019. Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan
Dan Hasil Tanaman Kangkung Air (Ipomoea aquatica) Varietas Bangkok
Lp-1 (Doctoral dissertation, Universitas Siliwangi).
Vasia A, E., dan Hamidah, I. 2019. Tingkat Sanitasi Morfologi Ipomoea Sp
(Kangkung) Sebagai Bahan Konsumsi Masyarakat Indramayu. In Prosiding
Seminar Nasional Matematika dan Sains (pp. 98-101).
Zega, D. 2021. Pengaruh Pemberian Berbagai Pupuk Kandang terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.) pada Tanah
Ultisol. Green swarnadwipa, jurnal pengembangan ilmu pertanian, 10(1),
103-108.
14 Universitas sriwijaya
LAMPIRAN
aman.
15 Universitas sriwijaya