Anda di halaman 1dari 74

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/337673904

Analisis SWOT dengan metode kuesioner

Book · November 2019

CITATIONS READS

20 25,094

2 authors:

Mukhamad Afif Salim Agus Bambang Siswanto


Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Universitas 17 Agustus 1945 Semarang
36 PUBLICATIONS 83 CITATIONS 58 PUBLICATIONS 115 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Agus Bambang Siswanto on 08 June 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


BAB I
PENDAHULUAN

Analisis SWOT digunakan untuk memperoleh


pandangan dasar mengenai Strategi yang diperlukan dalam
mencapai suatu tujuan tertentu, dalam hal ini pengkajian tentang
upaya-upaya apa saja yang dapat dijadikan solusi alternatif
dalam pengelolaan dan pengembangan strategi.
Menurut Rangkuti (2008 :19), kinerja pengembangan
ataupun organisasi dapat ditentukan oleh kombinasi faktor
internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus
dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Analisis SWOT
membandingkan antara faktor-faktor eksternal yang merupakan
peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor-
faktor internal yang merupakan kekuatan (strengths) dan
kelemahan (weaknesses). Analisa SWOT adalah identifikasi
berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi.
Analisa ini didasarkan pada hubungan atau interaksi antara
unsur-unsur internal, yaitu kekuatan dan kelemahan, terhadap
unsur-unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman. Dapat
disimpulkan bahwa analisis SWOT adalah perkembangan
hubungan atau interaksi antar unsur-unsur internal, yaitu

1
kekuatan dan kelemahan terhadap unsur-unsur eksternal yaitu
peluang dan ancaman.
Analisis SWOT terdiri atas 4 (empat) faktor sebagai berikut:
a. Strength (Kekuatan)
Strength merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam
organisasi, proyek, atau konsep yang ada. Kekuatan yang
dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh
organisasi, proyek, atau konsep itu sendiri.
b. Weakness (Kelemahan)
Weakness merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam
organisasi, proyek, atau konsep yang ada. Kelemahan yang
dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh
organisasi, proyek, atau konsep itu sendiri.
c. Opportunities (Peluang)
Opportunities merupakan kondisi peluang berkembang di masa
datang yang akan terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan
peluang dari organisasi, proyek, atau konsep itu sendiri
misalnya, competitor, kebijakan pemerintah, dan kondisi
lingkungan sekitar.
d. Threat (Ancaman)
Threat merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman
ini dapat mengganggu organisasi, proyek, atau konsep itu sendiri

2
1. Tujuan, Manfaat dan Fungsi Analisa SWOT
Tujuan Analisis SWOT mengarahkan analisis strategi
dengan cara memfokuskan perhatian pada kekuatan (strengths),
kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman
(threats) yang merupakan hal yang kritis bagi keberhasilan
strategi. Maka perlunya identifikasi terhadap peluang dan
ancaman yang dihadapi serta kekutan dan kelemahan yang
dimiliki strategi melalui telaah terhadap lingkungan. Maka
tujuan analisis SWOT adalah untuk membenarkan faktor-faktor
internal dan eksternal yang telah dianalisis. Apabila terdapat
kesalahan, agar strategi itu berjalan dengan baik maka perusahan
itu harus mengolah untuk mempertahankan serta memanfaatkan
peluang yang ada secara baik begitu juga pihak strategi harus
mengetahui kelemahan yang dihadapi agar menjadi kekuatan
serta mengatasi ancaman menjadi peluang ( Rangkuti, 1997).
Manfaat Analisis SWOT adalah merupakan strategi bagi para
stakeholder untuk menetapkan sarana-sarana saat ini atau
kedepan terhadap kualitas internal maupun eksternal.
Fungsi Analisis SWOT adalah untuk menganalisa
mengenai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki yang dilakukan
melalui telaah terhadap kondisi internal strategi, serta analisa
mengenai peluang dan ancaman yang dihadapi strategi yang
dilakukan melalui telaah terhadap kondisi eksternal.

3
2. Jenis Analisa SWOT
Jenis- jenis analisa SWOT yaitu analisa SWOT model
kuantitatif dan model kualitatif.
a. Model Kuantitatif
Sebuah asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang
berpasangan antara Strengths dan Weaknesses, serta
Opportunities dan Threats. Kondisi berpasangan ini terjadi
karena diasumsikan bahwa dalam setiap kekuatan selalu ada
kelemahan yang tersembunyi dan dari setiap kesempatan yang
terbuka selalu ada ancaman yang harus diwaspadai. Ini berarti
setiap satu rumusan Strengths(S), harus selalu memiliki satu
pasangan Weaknesses(W) dan setiap satu rumusan Opportunities
(O) harus memiliki satu pasangan satu Threaths (T).
Kemudian setelah masing-masing komponen
dirumuskan dan dipasangkan, langkah selanjutnya adalah
melakukan proses penilaian. Penilaian dilakukan dengan cara
memberikan skor pada masing-masing subkomponen dimana
satu subkomponen dibandingkan dengan subkomponen yang
lain dalam komponen yang sama atau mengikuti lajur
vertikal.Subkomponen yang lebih menentukan dalam jalannya
organisasi, diberikan skor yang lebih besar. Standar penilaian
dibuat berdasarkan kesepakatan bersama untuk mengurangi
kadar subjektivitas penilaian.

4
b. Model Kualitatif
Urutan dalam membuat analisa SWOT kualitatif, tidak
berbeda jauh dengan urut-urutan model kuantitatif, perbedaan
besar diantara keduanya adalah pada saat pembuatan
subkomponen dari masing-masing komponen. Apabila pada
model kuantitatif setiap subkomponen Strengths memiliki
pasangan subkomponen Weaknesses, dan satu subkomponen
Opportunities memiliki pasangan satu subkomponen Threats,
maka dalam model kualitatif hal ini tidak terjadi.

5
BAB II
PERUMUSAN STRATEGI DENGAN
ANALISIS SWOT

1. Perumusan Strategi dengan Analisis SWOT


Petunjuk umum yang sering diberikan untuk perumusan
adalah : Memanfaatkan kesempatan dan kekuatan (O dan S).
Analisis ini diharapkan membuahkan rencana jangka panjang.
Atasi atau kurangi ancaman dan kelemahan (T dan W). Analisa
ini lebih condong menghasilkan rencana jangka pendek, yaitu
rencana perbaikan (short-term improvement plan). Tahap awal
proses penetapan strategi adalah menaksir kekuatan, kelemahan,
kesempatan, dan ancaman yang dimiliki organisasi. Hasil analisa
dapat menyebabkan dilakukan perubahan pada misi, tujuan,
kebijaksanaan, atau strategi yang sedang berjalan. Dalam
penyusunan suatu rencana yang baik, perlu diketahui daya dan
dana yang dimiliki pada saat akan memulai usaha, mengetahui
segala unsur kekuatan yang dimiliki, maupun segala kelemahan
yang ada. Data yang terkumpul mengenai faktor-faktor internal
tersebut merupakan potensi di dalam melaksanakan usaha yang
direncanakan. Dilain pihak perlu diperhatikan faktor-faktor
eksternal yang akan dihadapi yaitu peluang-peluang atau
kesempatan yang ada atau yang diperhatikan akan timbul dan

6
ancaman atau hambatan yang diperkirakan akan muncul dan
mempengaruhi usaha yang dilakukan.
a. Strategi Kekuatan-Kesempatan (S dan O atau Maxi-maxi)
adalah Strategi yang dihasilkan pada kombinasi ini adalah
memanfaatkan kekuatan atas peluang yang telah
diidentifikasi.
b. Strategi Kelemahan-Kesempatan (W dan O atau Mini-maxi)
adalah strategi Kesempatan yang dapat diidentifikasi tidak
mungkin dimanfaatkan karena kelemahan strategi.
c. Strategi Kekuatan-Ancaman (S atau T atau Maxi-min) adalah
Strategi yang mencoba mencari kekuatan yang dimiliki
strategi yang dapat mengurangi atau menangkal ancaman
tersebut.
d. Strategi Kelemahan-Ancaman (W dan T atau Mini-mini)
merupakan strategi Dalam situasi menghadapi ancaman dan
sekaligus kelemahan intern, strategi yang umumnya
dilakukan adalah “keluar” dari situasi yang terjepit tersebut.
Keputusan yang diambil adalah “mencairkan” sumber daya
yang terikat pada situasi yang mengancam tersebut, dan
mengalihkannya pada usaha lain yang lebih cerah.

7
Gambar 1. Kuadran SWOT

Penjelasan Diagram analisis SWOT menurut Fredy Rangkuti :


a. Kuadran I
Kondisi Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan.
Strategi tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan
dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan
yang agresif (growth oriented strategy).
b. Kuadran II
Meskipun menghadapi berbagai ancaman,strategi ini masih
memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus
diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi
(produk/jasa).

8
c. Kuadran III
Strategi menghadapi peluang yang sangat besar, tetapi dilain
pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan
internal.Fokus strategi ini adalah meminimalkan masalah-
masalah internal strategi sehingga dapat merebut peluang pasar
yang lebih baik.
d. Kuadran IV
Kondisi Ini merupakan situasi yang sangat tidak
menguntungkan, strategi tersebut menghadapi berbagai ancaman
dan kelemahan internal.

2. Tahapan Perumusan Strategi dengan Analisis SWOT


Tahapan perumusan strategi dengan analisis SWOT terdiri
dari tahap pengumpulan data, tahap pengumpulan informasi dan
tahap pengambilan keputusan.
a. Tahap Pengumpulan Data
Tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan
pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan
pengklasifikasian dan pra-analisis data. Pada tahap ini data dapat
dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal.
Data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di luar faktor
sedangkan data internal dapat diperoleh dari dalam itu sendiri.
Pada tahap ini digunakan 2 model matriks pengumpulan data

9
yaitu matriks faktor strategi eksternal dan matriks faktor strategi
internal.
b. Tahap Pengumpulan informasi
Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh
terhadap kelangsungan sekolah, tahap selanjutnya adalah
memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model
kuantitatif perumusan strategi. Ada beberapa model yang dapat
digunakan dalam menyusun analisis SWOT antara lain adalah
pembuatan matrik SWOT
c. Tahap Pengambilan keputusan
Tahap Pengambilan Keputusan, Dari analisis data SWOT
yang telah dilakukan, kemudian ditarik suatu kesimpulan.
Kesimpulan data hasil analisis SWOT tersebut mempengaruhi
dan menjadi dasar dari pengambilan keputusan pada akhir tahap.

3. Tahapan Pengukuran SWOT


Langkah- langkah menentukan tahapan pengukuran SWOT
adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi variabel yang berhubungan dengan strategi
pengembangan
Pada langkah awal ini adalah menentukan variabel yang
berhubungan dengan strategi, baik variabel yang mendukung,
mengancam maupun yang dibutuhkannya. Variabel adalah
sebuah karakteristik, angka, atau kuantitas yang bertambah

10
atau berkurang dari waktu ke waktu atau mengambil yang
berbeda nilai dalam situasi yang berbeda.
b. Mengklasifikasikan variabel internal atau eksternal.
Dari variabel yang telah ditentukan pada langkah pertama,
maka dilangkah ini variabel akan diklasifikasikan atau
dikelompokkan sesuai dengan varibel ini berasal. Apakah
variabel tersebut datangnya dari dalam, yang disebut variabel
internal. Atau variabel tersebut berasal dari luar tersebut,
yang disebut variabel eksternal.
c. Menentukan bobot tiap variabel
Bobot adalah persentase pentingnya suatu variabel atau
indikator dalam sebuah strategi. Total bobot masing-masing
analisa adalah 100 atau 1. Bobot dapat ditentukan oleh
peneliti yang berdiskusi dalam penentuan bobotnya.
d. Menentukan skala atau rating tiap variabel.
Skala adalah penilaian yang diberikan untuk kondisi atau
keadaan yang sudah berjalan dalam upaya pengembangan
strategi tersebut.
e. Menentukan nilai atau score dari setiap aspek SWOT
Nilai adalah perkalian antara bobot dengan skala yang akan
menjadi ukuran untuk menentukan posisi strategi.
f. Menghitung strength posture dan competitive posture.
Langkah ini merupakan tahap perhitungan komulatif dari
varibel tiap faktor yang telah didapatkan nilai atau score dari

11
hasil perkalian bobot dengan skala tadi. Perhitungan strength
posture dan competitive posture bertujuan untuk menetukan
posisi titik ordinat dalam grafik SWOT.
g. Langkah selanjutnya dalam analisis SWOT adalah
menggambarkan posisi dari strategi tersebut kedalam
kuadran SWOT. Terdapat dua penggambaran dalam tahap
ini. Yang pertama yaitu penggambaran daerah posisi terluas
dengan menempakan titik ordinat tiap aspek SWOT sesuai
dengan nilai atau score masing aspek.
h. Menentukan strategi dan solusi untuk organisasi atau
perusahaan.
Setelah diketahui posisi organisasi atau perusahaan dalam
kuadran SWOT maka dpat diketahui strategi yang harus
digunakan. Apakan strategi OS, strategi ST, strategi WT
ataupun WO yang cocok untuk keadaan tersebut. Setelah
mengetahui menggunakan strategi apa maka dapat pula
ditentukan solusi.

4. Menentukan Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT


Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana
dikembangkan oleh Kearns, (1992) menampilkan delapan kotak,
yaitu dua paling atas adalah kotak faktor eksternal (peluang dan
tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor
internal (kekuatan dan kelamahan). Empat kotak lainnya

12
merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik
pertemuan antara faktor-faktor internal dan eksternal.

5. Menentukan Pendekatan Kuantitatif Matriks SWOT


Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara
kuantitatif melalui perhitungan Analisis SWOT yang
dikembangkan oleh Pearce and Robinson (1998) agar diketahui
secara pasti posisi yang sesungguhnya. Perhitungan yang
dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
a. Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor
setta jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada
setiap faktor S-W-O-T; Menghitung skor
b. Masing-masing poin faktor dilakukan secara saling bebas
(penilaian terhadap sebuah poin faktor tidak boleh
dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian terhadap poin
faktor lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat
menentukan akurasi penilaian namun yang lazim digunakan
adalah dari 0 sampai dengan 5 berarti hasil baik/ positif,
sedangkan skor 0 sampai dengan -5 berarti hasil buruk/
negatif, dengan asumsi -5 adalah skor terendah dan skor 5
adalah nilai tertinggi.
c. Masing-masing poin faktor dilaksanakan secara saling
ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu poin faktor
adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya

13
dengan poin faktor lainnya. Sehingga formulasi
perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (rentang
nilainya sama dengan banyaknya poin faktor) dibagi dengan
banyaknya jumlah poin faktor).
d. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan
W (d) dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x)
selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara
perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik
pada sumbu Y.
e. Mencari posisi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada
kuadran SWOT.
Berikut ini merupakan contoh tabel perhitungan SWOT dan
matriks kuadran SWOT :
Tabel 1. Perhitungan Analisis SWOT

14
Gambar 2. Matriks Kuadran SWOT

Dari Gambar diatas dapat diketahui bagaimana Matriks


kuadran SWOT yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kuadran I (positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah strategi yang kuat dan
berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah
Progresif (memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada)
2. Kuadran II (positif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah strategi yang kuat namun
menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang
diberikan adalah Diversifikasi Strategi (peluang tidak bisa
dimanfaatkan)
3. Kuadran III (negatif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah strategii yang lemah namun
sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah
Ubah Strategi (meminimalisir ancaman).

15
4. Kuadran IV (negatif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah strategi yang lemah dan
menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang
diberikan adalah Strategi Bertahan (kekuatan dan peluang yang
ada tidak bisa digunakan untuk pengembangan strategi).

6. Strategi SWOT
Analisis seluruh faktor internal dan eksternal yang ada. Dari
tabel 2 dapat dihasilkan empat macam strategi dengan
karakteristiknya masing-masing, yakni sebagai berikut:
Tabel 2. SWOT Strategies Issues

Analisis seluruh faktor internal dan eksternal yang ada. Dari


matriks tiga dapat dihasilkan empat macam strategi dengan
karakteristiknya masing-masing, yakni sebagai berikut:

16
a. Strategi SO adalah strategi yang harus dapat menggunakan
kekuatan sekaligus memanfaatkan peluang yang ada.
b. Strategi WO adalah strategi yang harus ditunjukkan untuk
mengurangi kelemahan yang dihadapi dan pada saat yang
bersamaan memanfaatkan peluang yang ada.
c. Strategi ST adalah strategi yang harus mampu menonjolkan
kekuatan guna mengatasi ancaman yang mungkin timbul.
d. Strategi WT adalah strategi yang bertujuan mengatasi
hambatan serta meminimalkan dampak dari ancaman yang
ada.

17
BAB III
CONTOH ANALISIS SWOT
(DENGAN PEMBANDING)
“Strategi Pengembangan Pantai Sigandu dengan
Analisis SWOT”

1. Pendahuluan
Kerusakan ekosistem pantai Sigandu dinilai sudah kritis.
Kondisi ini diakibatkan oleh rusaknya sejumlah hutan mangrove
yang seharusnya mampu melindungi daerah pantai dari abrasi
air laut. Satu penyebab kerusakan pantai Sigandu adalah
gangguan keseimbangan transport sedimen akibat pemanfaatan
ruang pantai yang kurang memperhatikan aspek kelestarian
lingkungan terutama kerusakan vegetasi mangrove di wilayah
pantai pantai sehingga energi gelombang yang sampai ke pantai
masih cukup besar dan menyebabkan terjadinya abrasi.
Sementara itu pasokan sedimen dari sungai-sungai yang
bermuara di wilayah tersebut juga berkurang akibat
penambangan pasir atau kerusakan DAS pada bagian hulu
sungai sehingga erosi lahan meningkat dan terjadi pengendapan
sedimen lumpur dan menyebabkan pendangkalan di muara-
muara sungai.

18
Kerusakan Pantai Sigandu akibat Abrasi mengakibatkan
sejumlah bangunan yang berada di kawasan Pantai Sigandu
mengalami kerusakan serius sebagai akibat intensitas hantaman
ombak. Yang terbaru adalah dua bangunan di sisi barat Sigandu,
dekat muara sungai. Kondisi depan bangunan ambrol karena
abrasi. naiknya air laut juga telah merusak jalan paving yang
merupakan akses ke Dolphins Centre, posisi bibir pantai pun
terus merangsak naik menggerus daratan pasir yang ada, serakan
sampah menjadi pemandangan yang memenuhi sejumlah tepi
pantai (Saefudin, 2014). Kondisi ini tak hanya mengusik atensi
dinas/instansi terkait di Pemkab Batang. Sejumlah pedagang
yang merasakan dampaknya secara riil pun mengeluh. Terlebih,
terhitung sejak awal tahun, ketika curah hujan meninggi, kondisi
ombak kian tak bersahabat. Sudah tak terhitung jumlah daratan
yang hilang tergerus abrasi. Tak heran, pengelola Dolphins
Centre memilih membangun bangunan untuk melindungi aset
mereka. Sebab tanpa pengaman, daratan yang terada terancam
hilang. Fakta tentang abrasi beserta dampak yang menyertainya
telah lama menjadi perhatian Pemkab Batang. Berbagai ikhtiar
pun terus dilakukan, dari pengembangan sementara hingga
menjajal peluang pelibatan pihak swasta. Tetapi semua upaya itu
umumnya mentok di anggaran. Sebab dibutuhkan dana sangat
besar untuk menangani abrasi, sehingga APBD setempat pun
angkat tangan.

19
Upaya yang tak kalah penting adalah melalui kepedulian
lingkungan pantai. Mengingat abrasi adalah murni faktor alam
sebagai akibat fenomena pemanasan global, maka pendekatan
lingkungan dalam pengembangannya pun sangat penting, yakni
dengan memperbanyak populasi vegetasi di pantai pantai
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan melalui kuesioner struktur, wawancara
mendalam dan FGD (focus group discussion) serta observasi
lapangan secara langsung.
Penelitian tentang Strategi pengembangan pantai Sigandu di
kabupaten Batang dengan analisa SWOT akan menguraikan
mengenai hasil analisis SWOT (Strengths, Weakness,
Opportunities and ,Threats) dan penyusunan Rencana Strategik
pengembangan pantai Sigandu.

20
PT. HILMY
Tabel. ANUGERAH
Kondisi Pantai Sigandu
INVENTORY PANTAI SIGANDU

NO FOTO KE ARAH LAUT FOTO KE ARAH DARAT KERUSAKAN/ KETERANGAN GAMBAR KETERANGAN

1 Fasiltas Pariwisata berupa Lokasi : Klidang Lor


Kantor AL yang terkena dampak Desa : Klidang Lor
abrasi sehingga menjadi rusak Kecamatan : Batang
Kabupaten : Batang
Fungsi : Pariwisata
Koordinat : X = 360675,13 m
Y = 9239568,78 m

2 Fasilitas di Pantai Sigandu Lokasi : Klidang Lor


Desa
berupa MCK yang rusak terkena dampak : Klidang Lor
abrasi Kecamatan : Batang
Kabupaten : Batang
Fungsi : Pariwisata
Koordinat : X = 361469, 34 m
Y = 9239429,18 m

3 Pengamanan pantai sederhana Lokasi : Klidang Lor


berupa trucuk bambu dan Desa : Klidang Lor
pengamanan pantai secara Kecamatan : Batang
modern dengan menggunakan Kabupaten : Batang
breakwater yaitu dengan Fungsi : Pariwisata
menggunakan tetrapod Koordinat : X = 362097,67 m
Y = 9239290,76 m

21
2. Menentukan Identitas Responden
Responden dalam penelitian ini adalah responden yang
mengetahui kondisi pantai Sigandu (kab. Batang), pantai Ujung
Negoro (kab. Batang), pantai Slamaran (kota Pekalongan)
,pantai Pasir Kencana (kota Pekalongan) dan pantai Depok (kab.
Pekalongan). Responden dalam penelitian ini terdiri dari 50
responden yang berasal dari instansi pemerintah dan non
pemerintah yang memenuhi persyaratan sebagai responden,
memenuhi persyaratan dari jenjang pendidikan, jabatan dalam
instansi dan pengalaman kerja responden.

22
3. Klasifikasi Faktor IFAS & EFAS
a. Klasifikasi Faktor IFAS
Tabel 3. Klasifikasi faktor IFAS (Internal Factor Analysis
Strategy) Strength (kekuatan) & Weakness (kelemahan)

No Klasifikasi Variabel
STRENGTH (Kekuatan)
1 Fasilitas Pantai Sigandu
a. Wisata Pantai Sigandu
b. Dolphin Centre
c. Tempat Pelelangan Ikan Klidang Lor
d. Pelabuhan Niaga
e. Galangan kapal/ Pembuatan kapal
2 Lokasi Pantai Sigandu merupakan kawasan strategis
3 Sumber pendapatan daerah kab. Batang dari retribusi wisata
4 Terdapat sarana dan prasarana penunjang
a. Musholla
b. MCK
5 Daya tarik Pantai Sigandu
a. Keunikan pantai
b. Kebersihan Pantai
c. Keamanan Lokasi Pantai
d. Kenyamanan Pantai
6 Potensi Perikanan Laut di TPI Klidang Lor yang bagus
7 Masyarakat sekitar pantai Sigandu (penduduk Desa Klidang Lor)
merupakan masyarakat dengan kehidupan sejahtera
8 adanya breakwater (bangunan pemecah gelombang) mengurangi dampak abrasi
9 Ketersediaan air bersih di Pantai Sigandu memadahi
10 Lain - Lain :
Proyek pembangunan Jalan oleh PLTU Ujung Negoro yang menghubungkan
pantai Sigandu

23
No Klasifikasi Variabel
WEAKNESS (Kelemahan)
1 Kawasan Mangrove yang hilang akibat abrasi
2 Kondisi fasilitas pantai saat ini
a. Gedung TNI AL hancur akibat abrasi pantai
b. MCK rusak parah akibat abrasi
c. Kawasan Mangrove rusak parah akibat abrasi
d. Garis pantai hilang akibat abrasi
e. Tembok penahan pantai hilang akibat abrasi
3 Kondisi jalan menuju pantai Sigandu rusak parah
4 Curah hujan yang tinggi di pantai Sigandu menyebabkan
abrasi pantai Sigandu

b. Klasifikasi Faktor IFAS


Klasifikasi EFAS berperan penting dalam penentuan variabel
– variabel dalam menyusun analisis SWOT. EFAS akan
menyusun komponen Opportunity (peluang) dan Threats
(ancaman). Klasifikasi faktor EFAS dapat dilihat pada tabel 4
dibawah ini.
Tabel 4. Klasifikasi faktor EFAS (Eksternal Factor Analysis
Strategy) Opportunity (peluang) & Threats (ancaman)

No Klasifikasi Variabel
OPPORTUNITY (Peluang)
1 Kegiatan Kepariwisataan menjadi sumber pendapatan Pemda Batang
2 Pemerintah Daerah mendukung usaha penanganan kerusakan pantai
3 Masyarakat mendukung penuh usaha menjaga kelestarian Pantai
4 Pemda dan masyarakat sudah melakukan pengawasan
wilayah pantai
5 Perbaikan jalan dan pengaspalan akses jalan pada tahun 2015 akses masuk
pantai Sigandu

24
No Klasifikasi Variabel
THREATS (Ancaman)
1 Tidak ada anggaran dari Pemerintah Daerah untuk mengelola
pariwisata Pantai
2 Pembangunan Groin series yang dilakukan Pemda Batang
kurang efektif menanggulangi kerusakan pantai
3 Pembangunan Geotube yang dilakukan Pemda Batang
kurang efektif menanggulangi kerusakan pantai
4 Lambatnya penanganan kerusakan pantai Sigandu disebabkan oleh
hal dibawah ini :
a. Dana yang minim
b. Kebijakan Pemerintah daerah yang belum maksimal
5 Dampak kerusakan pantai
a. Kerusakan fasilitas Pantai
b. Menurunnya umlah pengunjung wisata
c. Produksi Ikan berkurang
d. Terjadi Rob
e. Terjadi Banjir
6 Penyebab kerusakan pantai
a. Abrasi yang tinggi
b. Gelombang ombak yang besar
c. Kondisi angin
d. Sedimentasi tinggi
e. Kondisi arus
f. Kondisi Pasang Surut
g. Perubahan garis pantai
h. Kondisi Topografi Pantai
7 Selain abrasi, kerusakan Sigandu diakibatkan oleh
penggunaan SDA yang berlebihan oleh masyarakat
8 Banyak sampah berserakan dikawasan pantai
9 Limbah pabrik pembuatan kapal yang dibuang langsung kepantai
mengakibatkan pencemaran kawasan pantai

4. Penentuan Bobot IFAS & EFAS


Dengan mengenali kekuatan dan kelemahan yang ada
serta pemahaman akan ancaman dan peluang merupakan hal
yang amat penting dilakukan dalam menjabarkan strategi

25
kedalam langkah-langkah strategis penanganan pantai Sigandu,
maka dapat disimpulkan hal-hal apa saja yang menjadi kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan pantai
Sigandu. Sebelum menyusun faktor- faktor strategis dengan
menggunakan matriks SWOT, untuk menghasilkan alternatif
strategi perlu terlebih dahulu untuk dilakukan analisis faktor-
faktor eksternal dan internal dengan membuat tabel EFAS
(External Strategic Factors Analysis Summary) dan IFAS
( Internal Strategic Factors Analysis Summary).
Cara untuk menentukan bobot adalah dengan menyusun dalam
kolom pertama hal yang menjadi ancaman dan peluang, Beri
bobot masing- masing faktor tersebut dengan skala mulai 1,0
(sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting), semua bobot
tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00
a. Penentuan Bobot IFAS Strength (Kekuatan)
Untuk menentukan scoring pada bobot Strength
(kekuatan) didapat dari jawaban responden tentang faktor yang
paling berpengaruh terhadap kekuatan pantai Sigandu. Hasil
respondensi pembobotan faktor Strength dapat dilihat pada tabel
5. dibawah ini.

26
5. Penentuan Rating IFAS & EFAS
a. Penentuan Rating IFAS
Cara untuk menentukan rating IFAS adalah sebagai berikut :
1. Hitunglah rating dalam kolom kedua untuk masing-
masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 1
(buruk) sampai dengan 4 (sangat baik), berdasarkan
pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi, dengan cara
membandingkan kondisi pantai Sigandu terhadap
pantai-pantai lainnya di wilayah Sungai Pemali Comal
(Pantai Depok di kabupaten Pekalongan, pantai Pasir
Kencana di Kota Pekalongan, pantai Slamaran di kota
Pekalongan dan pantai Ujung Negoro di kabupaten
Batang.
2. Jumlahkan skor pembobotan dalam kolom keempat
untuk memperoleh total skor pembobotan, tujuannya
untuk membandingkan strategi satu dengan yang lain.

Gambar 5. Tabel IFAS

27
Untuk menentukan nilai rating IFAS Strength responden
memberikan nilai 1(buruk) – 4 (sangat baik) mengenai kondisi
real pantai Sigandu, pantai Ujung Negoro, pantai Slamaran,
pantai pasir Kencana dan pantai Depok. Contoh kuesioner
untuk menentukan rating dapat dilihat pada tabel 4dibawah ini.

28
Tabel. Hasil Kesioner terhadap pemberian Rating Strength IFAS

29
Untuk menentukan nilai rating IFAS Weakness
responden memberikan nilai 1 (Sangat buruk) – 4 (sangat baik)
mengenai kondisi real kelemahan pantai Sigandu, pantai Ujung
Negoro, pantai Slamaran, pantai pasir Kencana dan pantai
Depok. Contoh kuesioner untuk menentukan rating Weakness
dapat dilihat pada tabel dibawah ini

30
Tabel. Hasil Kesioner terhadap pemberian Rating Weakness IFAS
IFAS

31
b. Penentuan Rating EFAS
Cara untuk menentukan faktor strategi eksternal dan
membuat tabel EFAS adalah sebagai berikut :
1. Hitung rating dalam untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (sangat berpengaruh) sampai
dengan 1 (tidak berpengaruh), pemberian nilai rating untuk
faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar
diberi rating 4, tetapi jika peluangnya kecil diberi rating
1).Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya.
2. Pemberian rating adalah dengan membandingkan kondisi 4
pantai lain yang termasuk dalam pantai wilayah sungai
Pemali Comal, diantaranya pantai Ujung Negoro (Batang),
pantai Slamaran (kota Pekalongan, pantai Pasir Kencana
(Kota Pekalongan), pantai Depok (kab. Pekalongan)
Untuk menentukan nilai rating EFAS Opportunity responden
memberikan nilai 1 (buruk) – 4 (sangat baik) mengenai kondisi
real pantai Sigandu, pantai Ujung Negoro, pantai Slamaran,
pantai pasir Kencana dan pantai Depok. Contoh kuesioner
untuk menentukan rating dapat dilihat pada dibawah ini

32
Tabel. Hasil Kesioner terhadap pemberian Rating Opportunity EFAS

33
Tabel. Hasil Kesioner terhadap pemberian Rating Threats EFAS

34
6. Scoring IFAS & EFAS
Langkah scoring IFAS dan EFAS ini merupakan tahap
perhitungan komulatif dari variabel tiap faktor yang telah
didapatkan nilai atau score dari hasil perkalian bobot dengan
rating. Hasil perhitungan ini bertujuan untuk menentukan posisi
titik ordinat dalam grafik SWOT.
a. Scoring IFAS Strength & Weakness
Hasil scoring IFAS Strength diperoleh dari perkalian rating
dan bobot dari faktor Strength (kekuatan), hasil scoring IFAS
Weakness diperoleh dari perkalian rating dan bobot dari faktor
Weakness. Nilai total didapat dari bobot dikali rating.

35
Tabel. Scoring IFAS (Internal Factor Analysis Strategy)
Strength
BOBOT RATING TOTAL
No FAKTOR INTERNAL
('1) ('2) (1 x 2)
STRENGTH (Kekuatan)
1 Fasilitas Pantai 0.260 4 1.04
a. Wisata Pantai Sigandu
b. Dolphin Centre
c. Tempat Pelelangan Ikan Klidang Lor
d. Pelabuhan Niaga
e. Galangan kapal/ Pembuatan kapal
2 Lokasi Pantai Sigandu merupakan kawasan strategis 0.120 2 0.24
3 Sumber pendapatan daerah kab. Batang 0.060 3 0.18
4 Terdapat sarana dan prasarana penunjang 0.080 3 0.24
a. Musholla
b. MCK
5 Daya tarik Pantai Sigandu 0.040 2 0.08
a. Keunikan pantai
b. Kebersihan Pantai
c. Keamanan Lokasi Pantai
d. Kenyamanan Pantai
6 Potensi Perikanan Laut di TPI Klidang Lor yang bagus 0.100 2 0.20
7 Masyarakat sekitar pantai Sigandu (penduduk Desa Klidang Lor) 0.060 1 0.06
merupakan masyarakat dengan kehidupan sejahtera
8 adanya breakwater (bangunan pemecah gelombang) mengurangi dampak abrasi 0.080 4 0.32
9 Ketersediaan air bersih di Pantai Sigandu memadahi 0.040 3 0.12
10 Lain - Lain : 0.160 3 0.48
Proyek pembangunan Jalan oleh PLTU Ujung Negoro yang menghubungkan
pantai Sigandu
Jumlah 1.00 2.96

Tabel. Scoring IFAS (Internal Factor Analysis Strategy)


Weakness
BOBOT RATING BOBOT
No FAKTOR INTERNAL
('1) ('2) (1 x 2)
WEAKNESS (Kelemahan)
1 Kawasan Mangrove yang hilang akibat abrasi 0.120 2 0.240
2 Kondisi fasilitas pantai 0.420 1 0.420
a. Gedung TNI AL hancur akibat abrasi pantai
b. MCK rusak parah akibat abrasi
c. Kawasan Mangrove rusak parah akibat abrasi
d. Garis pantai hilang akibat abrasi
e. Tembok penahan pantai hilang akibat abrasi
3 Kondisi jalan menuju pantai Sigandu rusak parah 0.380 1 0.380
4 Curah hujan yang tinggi di pantai Sigandu menyebabkan 0.080 3 0.240
abrasi pantai Sigandu
Jumlah 1.00 1.28

36
Berdasarkan tabel skoring IFAS untuk Strength (kekuatan) diatas
Jumlah bobot x rating total adalah 2,96.
Sedangkan nilai total untuk kelemahan (Weakness) adalah 1,28 .
Posisi faktor Internal = 2,96 – 1,28 = 1,68

b. Scoring EFAS Opportunity & Threats


Hasil scoring EFAS Opportunity diperoleh dari perkalian
rating dan bobot dari faktor Opportunity (peluang), hasil scoring
EFAS Threats diperoleh dari perkalian rating dan bobot dari faktor
Threats. Nilai total didapat dari bobot dikali rating. Tabel hasil score
komulatif EFAS Opportunity dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel Skoring EFAS (Internal Factor Analysis Strategy)
Opportunity
BOBOT RATING BOBOT
No FAKTOR EKSTERNAL
('1) ('2) (1 x 2)
OPPORTUNITY (Peluang)
1 Kegiatan Kepariwisataan di Pantai Sigandu menjadi sumber 0.320 4 1.280
pendapatan Pemda
2 Pemerintah Daerah mendukung usaha penanganan kerusakan 0.260 3 0.780
pantai
3 Masyarakat mendukung penuh usaha menjaga kelestarian Pantai 0.100 2 0.200
4 Pemda dan masyarakat sudah melakukan pengawasan 0.120 2 0.240
wilayah pantai
5 Perbaikan jalan dan pengaspalan akses jalan pada tahun 2015 akses masuk 0.200 3 0.600
pantai Sigandu
Jumlah 1.00 3.10

37
Tabel Skoring EFAS (Internal Factor Analysis Strategy)
Threats
BOBOT RATING BOBOT
No Klasifikasi Variabel
('1) ('2) (1 x 2)
THREATS (Ancaman)
1 Tidak ada anggaran dari Pemerintah Daerah untuk mengelola 0.08 2 0.16
pariwisata Pantai Sigandu akan memperluas kerusakan pantai
2 Pembangunan Groin series yang dilakukan Pemda Batang 0.10 2 0.20
kurang efektif menanggulangi kerusakan pantai
3 Pembangunan Geotube yang dilakukan Pemda Batang 0.12 2 0.24
kurang efektif menanggulangi kerusakan pantai
4 Lambatnya penanganan kerusakan pantai Sigandu disebabkan oleh 0.06 2 0.12
hal dibawah ini :
a. Dana yang minim
b. Kebijakan Pemerintah daerah yang belum maksimal
5 Dampak kerusakan pantai Sigandu akibat abrasi 0.16 1 0.16
a. Kerusakan fasilitas Pantai
b. Menurunnya jumlah pengunjung wisata
c. Produksi Ikan berkurang
d. Terjadi Rob
e. Terjadi Banjir
6 Penyebab kerusakan pantai 0.24 1 0.24
a. Abrasi yang tinggi
b. Gelombang ombak yang besar
c. Kondisi angin
d. Sedimentasi tinggi
e. Kondisi arus
f. Kondisi Pasang Surut
g. Perubahan garis pantai
h. Kondisi Topografi Pantai
7 Selain abrasi, kerusakan pantai Sigandu diakibatkan oleh 0.04 3 0.12
penggunaan SDA yang berlebihan oleh masyarakat
8 Banyak sampah berserakan dikawasan pantai 0.12 1 0.12
9 Limbah pabrik pembuatan kapal yang dibuang langsung kepantai 0.08 3 0.24
mengakibatkan pencemaran kawasan pantai
Jumlah 1.00 1.60

Berdasarkan tabel skoring EFAS untuk Opportunity


(peluang) diatas : Jumlah bobot x rating total adalah 3,10.
Sedangkan nilai total untuk ancaman (Threats) adalah 1,60 .
Posisi faktor Eksternal = 3,10 – 1,60 = 1,50

38
7. Posisi Kuadran SWOT Pantai Sigandu terhadap Pantai-
pantai di Wilayah Sungai Pemali Comal
Salah satu Output dari penelitian ini adalah mengetahui
posisi kuadran pantai Sigandu yang selanjutnya menentukan
strategi yang harus dilakukan, untuk mengetahui strategi yang
harus diambil dalam pengembangan pantai Sigandu harus
melakukan pantai- pantai pembanding yang berlokasi di
Wilayah Sungai Pemali Comal. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui posisi pantai Sigandu terhadap posisi pantai-pantai
lain di wilayah sungai Pemali Comal. Pantai tersebut antara lain
pantai Ujung Negoro (kab Batang), pantai Slamaran (kota
Pekalongan), pantai Pasir Kencana (kota Pekalongan) dan pantai
Depok (kab. Pekalongan).
Untuk mengetahui score kumulatif Strength (kekuatan),
Weakness (kelemahan), Opportunity (kesempatan) & Threats
(ancaman) pantai-pantai di wilayah Sungai Pemali Comal akan
ditampilkan pada tabel berikut ini.
Dari hasil scoring pada didapatkan hasil sebagai berikut :

39
Skor IFAS dan EFAS Pantai Sigandu (Kab. Batang)
IFAS EFAS
Kategori Total Skor Kategori Total Skor

Kekuatan (S) 2,96 Peluang (O) 3,10

Kelemahan (W) 1,28 Ancaman (T) 1,60

Total (S - W) 1,68 Total (O - T) 1,50


Posisi pantai Sigandu pada Kuadran I

Skor IFAS dan EFAS Pantai Ujung Negoro (Kab. Batang)


IFAS EFAS
Kategori Total Skor Kategori Total Skor

Kekuatan (S) 2,80 Peluang (O) 3,28

Kelemahan (W) 3,62 Ancaman (T) 2,38

Total (S - W) -0,82 Total (O - T) 0,90


Posisi pantai Ujung Negoro pada Kuadran II

Skor IFAS dan EFAS Pantai Slamaran ( Kota Pekalongan)


IFAS EFAS
Kategori Total Skor Kategori Total Skor

Kekuatan (S) 1,92 Peluang (O) 2,44

Kelemahan (W) 3,64 Ancaman (T) 1,78

Total (S - W) -1,72 Total (O - T) 0,66


Posisi pantai Slamaran pada Kuadran II

40
Skor IFAS dan EFAS Pantai Pasir Kencana (Kota Pekalongan)
IFAS EFAS
Kategori Total Skor Kategori Total Skor

Kekuatan (S) 3,52 Peluang (O) 3,88

Kelemahan (W) 1,60 Ancaman (T) 2,56

Total (S - W) 1,92 Total (O - T) 1,32


Posisi pantai Pasir Kencana pada Kuadran I

Skor IFAS dan EFAS Pantai Depok (Kab. Pekalongan)


IFAS EFAS
Kategori Total Skor Kategori Total Skor

Kekuatan (S) 2,22 Peluang (O) 1,40

Kelemahan (W) 2,42 Ancaman (T) 1,48

Total (S - W) -0,20 Total (O - T) -0,08


Posisi pantai Depok pada Kuadran III

Dari analisis tersebut, dapat disimpulkan sebagai berikut :


a. Pantai Sigandu : faktor kekuatan lebih besar dari faktor
kelemahan dan pengaruh dari faktor peluang lebih besar dari
faktor ancaman, oleh karena itu posisi pantai Sigandu berada
pada kuadran I (menerapkan strategi S-O). Koordinat SWOT
adalah pada titik x = 1,68 dan titik y = 1,50.
b. Pantai Ujung Negoro (kab. Batang) : faktor kelemahan lebih
besar dari faktor kekuatan dan pengaruh dari faktor peluang
lebih besar dari faktor ancaman, oleh karena itu posisi pantai

41
Sigandu berada pada kuadran II (menerapkan strategi W-O).
Koordinat SWOT adalah pada titik x = -0,82 dan titik y = 0,90
c. Pantai Slamaran (kota Pekalongan) : faktor kelemahan lebih
besar dari faktor kekuatan dan pengaruh dari faktor peluang
lebih besar dari faktor ancaman, oleh karena itu posisi pantai
Sigandu berada pada kuadran II (menerapkan strategi W-O).
Koordinat SWOT adalah pada titik x = -1,72 dan titik y = 0,66
d. Pantai Pasir Kencana (kota Pekalongan) : faktor kekuatan lebih
besar dari faktor kelemahan dan pengaruh dari faktor peluang
lebih besar dari faktor ancaman, oleh karena itu posisi pantai
Sigandu berada pada kuadran I (menerapkan strategi S-O).
Koordinat SWOT adalah pada titik x = 1,92 dan titik y = 1,32.
e. Pantai Depok (kab. Pekalongan) : faktor kelemahan lebih besar
dari faktor kekuatan dan pengaruh dari faktor ancaman lebih
besar dari faktor peluang, oleh karena itu posisi pantai Sigandu
berada pada kuadran III (menerapkan strategi W-T). Koordinat
SWOT adalah pada titik x = -0,20 dan titik y = -0,08
Dari hasil tersebut posisi pantai Sigandu terhadap pantai-pantai di
wilayah Sungai Pemali Comal dapat digambarkan berikut ini.

42
Gambar Kuadran SWOT
Keterangan gambar :
A : Pantai Sigandu (kab. Batang)
B : Pantai Ujung Negoro (kab. Batang)
C : Pantai Slamaran (kota Pekalongan)
D : Pantai Pasir Kencana (kota Pekalongan)
E : Pantai Depok (kab. Pekalongan)
Dari gambar kuadran SWOT diatas, posisi pantai Sigandu
berada pada kuadran I dan memiliki koordinat teratas dibanding 4
pantai lainnya, dari gambar kuadran SWOT tersebut, strategi yang
digunakan dalam upaya pengembangan strategi pantai Sigandu
adalah strategi S-O.

43
8. Strategi Pengembangan Pantai Sigandu dengan Strategi S-O
Strategi ini menggunakan kekuatan internal untuk meraih
peluang-peluang yang ada di pada faktor eksternal. Strategi S-O
merupakan situasi yang menguntungkan. Strategi tersebut memiliki
peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang
ada. Strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif. Strategi ini dibuat berdasarkan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan
peluang sebesar-besarnya. Strategi SO menggunakan kekuatan
internal untuk memanfaatkan peluang eksternal.

44
Tabel. Strategi SWOT (S-O)
Peluang (Opportunity)
a Kegiatan kepariwisataan di pantai Sigandu menjadi sumber
Faktor Eksternal pendapatan Pemda Kab. Batang
b Pemerintah daerah mendukung usaha penanganan
kerusakan pantai Sigandu
c Masyarakat desa Klidang Lor mendukung usaha menjaga
kelestarian pantai
d Pemerintah daerah dan masyarakat melakukan pengawasan
Faktor Internal wilayah pantai
e Perbaikan jalan dan pengaspalan jalan akses tahun 2015
menjadi peluang bagi pantai Sigandu untuk mengembangkan pariwisata

Kekuatan (Strength) Strategi S - O


a Fasilitas pantai a Mengembangkan fasilitas pantai yang ada dengan melakukan
pemeliharaan rutin, agar pengunjung wisata meningkat sehingga
b Lokasi pantai Sigandu merupakan kawasan strategis pendapatan daerah mengalami peningkatan ( > Rp. 660.000.000 / tahun)
- kawasan pantai : memperbaiki kerusakan akibat abrasi dengan Geotube
c Sumber pendapatan daerah kab. Batang - Dolphin centre : pemeliharaan rutin
- Pelabuhan Niaga : menjadikan pelabuhan sebagai sentra kegiatan nelayan setempat
d Terdapat sarana dan prasarana penunjang - Galangan kapal : memperbaiki kerusakan dermaga akibat abrasi
b Perbaikan akses jalan menuju pantai Sigandu pada 2015 sebagai bentuk
e Daya tarik pantai Sigandu dukungan Pemda kabupaten Batang
c Membangun kembali sarana dan prasarana pantai Sigandu yang rusak akibat abrasi
f Potensi perikanan laut di TPI Klidang Lor d Menjaga kenyamanan, kebersihan dan keamanan pantai oleh masyarakat Klidang Lor,
dan pengelola pantai Sigandu
g Masyarakat sekitar pantai merupakan masyarakat e Untuk meningkatkan potensi perikanan, sebaiknya dibangun dermaga tambahan
dengan kehidupan sejahtera
h Ketersediaan air bersih dipantai Sigandu mencukupi f Pembangunan jalan penghubung Sigandu - Ujung Negoro oleh PLTU Ujung Negoro
i Proyek pembangunan jalan oleh PLTU Ujung Negoro pada 2015 s/d 2016 dapat mempermudah akses pengunjung wisata, nelayan dan masyarakat
yang menghubungkan pantai Sigandu dengan Ujung Negoro konstruksi jalan sebaiknya menggunakan jalan Rigid Pavement
j Adanya breakwater (bangunan pemecah gelombang) g Untuk mengurangi kerusakan akibat dampak abrasi sebaiknya dilakukan pembangunan
mengurangi dampak abrasi pantai Sigandu Groin Series di pantai Sigandu

45
9. Dasar Pemilihan Strategi S-O
Dasar pemilihan strategi S-O pantai Sigandu merupakan
gabungan faktor IFAS Strength dan faktor EFAS Opportunity,
kemudian gabungan dari masing- masing faktor IFAS dan EFAS
tersebut digunakan sebagai dasar untuk menentukan strategi S-O
pengembangan pantai Sigandu. Dasar pemilihan strategi S-O pantai
Sigandu akan dijelaskan pada tabel 4.33 dibawah ini

No Faktor IFAS Strength Faktor EFAS Opportunity Strategi S-O

1 Fasilitas pantai Kegiatan kepariwisataan pantai Mengembangkan fasilitas pantai


2 Lokasi pantai yang strategis Pemda mendukung penanganan Perbaikan jalan akses menuju pantai
kerusakan pantai oleh Pemda pada tahun 2015

Perbaikan dan pengaspalan jalan


akses menuju pantai

3 Terdapat sarana dan prasarana penunjang Pemda mendukung penanganan Membangun kembali sarana dan
kerusakan pantai prasarana yang hancur akibat abrasi

4 Daya tarik pantai Masyarakat menjaga kelestarian pantai Menjaga kebersihan, kemanan dan
kenyamanan pantai
Pemerintah dan masyarakat melakukan
pengawasan pantai

5 Potensi perikanan TPI Klidang Lor Pemda mendukung penanganan Membangun dermaga tambahan
kerusakan pantai

6 Proyek pembangunan jalan pada Kegiatan kepariwisataan pantai Akan dibangun jalan Rigid Pavement
tahun 2015 pada tahun 2015
Pemda mendukung penanganan
kerusakan pantai

Pemerintah dan masyarakat melakukan


pengawasan pantai

7 Fasilitas Pantai Pemda mendukung penanganan Membuat Groin Series


kerusakan pantai

46
10. Kesimpulan
1. Variabel Strength (kekuatan) meliputi fasilitas pantai, lokasi
pantai strategis, sumber pendapatan Pemda Batang, sarana dan
prasarana penunjang, daya tarik pantai, potensi perikanan,
kondisi masyarakat, ketersediaan air bersih, proyek
pembangunan jalan, bangunan breakwater. Sedangkan variabel
Weakness (kelemahan) meliputi : kawasan Mangrove terkena
abrasi, kondisi fasilitas pantai, kondisi jalan, dan curah hujan.
Variabel Opportunity (peluang) meliputi : kegiatan
kepariwisataan, dukungan Pemda, dukungan masyarakat, dan
perbaikan akses jalan menuju pantai. Sedangkan variabel
Threats (ancaman) meliputi : tidak ada anggaran dari Pemda,
Groin series kurang efektif, Geotube kurang efektif, lambatnya
penanganan, dampak kerusakan pantai, penyebab kerusakan
pantai, penggunaan SDA berlebih, sampah di pantai dan
limbah pabrik kapal.
2. Posisi SWOT pantai Sigandu berada koordinat (1,68; 1,50)
pada kuadran I (+,+) artinya menerapkan strategi S-O yaitu
dengan memanfaatkan kekuatan untuk menangkap peluang
yang ada.
3. Strategi pengembangan pada Kuadran I adalah strategi
pengembangan Diversifikasi Konglomerat (strategi yang
menghasilkan strategi baru dan tidak terkait dengan strategi
yang sudah ada) dan Integrasi Vertikal (strategi untuk

47
meningkatkan kompetisi/ strategi pertumbuhan). Bentuk
strategi pengembangan tersebut adalah : mengembangkan
fasilitas pantai, perbaikan jalan akses menuju pantai,
membangun sarana dan prasarana, menjaga kebersihan dan
kenyamanan pantai, membangun dermaga tambahan, membuat
Groin Series.

48
BAB IV
CONTOH ANALISIS SWOT
(TANPA PEMBANDING)
“Strategi Optimalisasi Pemanfaatan Jalur Solo Valley
Werken Untuk Kepentingan Irigasi”

1. Pendahuluan
Tanah pengairan Solo Valley yang keberadaannya
memanjang dari kabupaten Bojonegoro sampai Kabupaten Gresik
merupakan peluang yang cukup besar bagi pembangunan daerah, bila
dikembangkan secara maksimal. Tanah pengairan Solo Valley yang
pada waktu awalnya adalah merupakan tanah hak milik perorangan
yang dibeli oleh Pemerintah Hindia Belanda sekitar tahun 1890.
Dengan maksud dapat dipergunakan untuk perencanaan pembuatan
saluran induk guna mengalirkan luapan air Bengawan Solo di musim
hujan dan untuk air irigasi pertanian di musim kemarau (Tempo,
2015).
Solo Valley Werken adalah tanah/ lembah peninggalan
Hindia- Belanda (1890-1948) sepanjang 120 km dengan lebar 150 m
yang melewati kabupaten Tuban, Bojonegoro, Lamongan dan Gresik
yang dimanfaatkan masyarakat pada zaman dahulu untuk irigasi,
pengendali banjir dan pembangunan embung-embung. (BBWS
Bengawan Solo, 2016)

49
Lokasi Solo Valley Werken terletak pada 111°26’00”’
sampai 112°41’00”’ Bujur Timur dan 6°49’00” sampai 7°25’00”
Lintang Selatan, dimulai dari Bangunan Intake Pengendalian Banjir
di hulu Bendung Gerak Karangnongko, saluran pembawa searah
dengan saluran induk irigasi Karangnongko Kanan, menyambung ke
saluran Solo Valley di Desa Luwihaji Kecamatan Ngraho Kabupaten
Bojonegoro sampai dengan Kabupaten Gresik sepanjang: 165 km,
dengan lebar 150 m, dan membentang ketimur di selatan sungai
Bengawan Solo hilir menuju Kali Lamong sepanjang 130 km dan
lebar 150 m. Wilayah administrasi studi Solo Valley Werken berada
di wilayah sungai Bengawan Solo Hilir yang mencakup 4 (empat)
kabupaten yaitu Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Tuban,
Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik dimana tanah Solo
Valley tersebut melalui ± 20 kecamatan dan ± 117 desa (Dinas
Pengairan kab Bojonegoro, 2015).
Permasalahan yang terjadi sekarang pada lahan Solo Valley
Werken adalah diantaranya sebagai berikut (BBWS Bengawan Solo,
2016) :
- Dalam upaya penertiban tanah-tanah solo Valley, di daerah
Bojonegoro terdapat tanah yang belum dimanfaatkan secara
penuh.
- Di Kabupaten Lamongan terdapat tanah-tanah Solo Valley
yang ditempati perumahan-perumahan penduduk dan untuk
usaha, hal ini bila dimungkinkan dilanjutkan pembangunan

50
yang akan datang akan menyulitkan. Disamping itu juga
terdapat tanah Solo Valley yang ditempati terminal,
perkantoran dan pasar.
- Terdapat tanah-tanah Solo Valley di Kabupaten Lamongan
yang sebagian besar belum jelas pemanfaatannya serta hak
pengguna tanah dengan ijin. Tanah-tanah tersebut di
kecamatan Babat sampai dengan Sekaran, Kecamatan Sugio
sampai dengan Karanggeneng, Kecamatan Tikung sampai
dengan Karangbinangun, Kecamatan Modo sampai dengan
Tikung, Kecamatan Kedungpring, Kecamatan Sugio,
Kecamatan Kembangbahu dan Kecamatan Tikung.
Mengingat pada kenyatannya usaha dari pemerintah Hindia
Belanda tersebut mengalami kegagalan , sehingga lambat laun
dimanfaatkan kembali oleh masyarakat sekitarnya untuk pertanian
dan pemukiman serta fasilitas lainnya seperti olahraga hingga kini.
Solo Valley Werken merupakan tanah milik negara yang terdapat di
wilayah Kab.Bojonegoro, Lamongan dan Gresik yang telah
dimanfaatkan masyarakat setempat untuk berbagai keperluan. Dalam
rangka mengurangi bencana banjir disebagian wilayah Sungai
Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro dan Lamongan selain
dilakukan normalisasi Sungai Bengawan Solo dan anak sungainya
dapat juga memanfaatkan potensi Solo Valley Werken sebagai
pengendali banjir atau untuk pemanfaatan irigasi dan lain-lain maka

51
perlu dilakukan Strategi Optimalisasi Pemanfaatan lahan jalur Solo
Valley Werken untuk kepentingan irigasi.
Tabel. Potensi dan Permasalahan Lahan Solo Valley Werken
NO POTENSI MASALAH DOKUMENTASI
1 Pemanfaatan lahan Konflik
Solo Valley untuk kepentingan antar
perkebunan (jati) di masyarakat
Kecamatan Ngraho
Kab Bojonegoro

2 Pemakaian lahan Konflik


Solo Valley untuk kepentingan antar
pertanian masyarakat

3 Terdapat lahan Solo Konflik


Valley yang kepentingan antar
dipergunakan Mobil masyarakat,
Cepu Limeted instansi
(MCL) untuk area pemerintah &
produksi di Kec swasta
Ngasem Kab.
Bojonegoro

52
NO POTENSI MASALAH DOKUMENTASI
4 Pemanfaatan lahan Konflik
Solo Valley untuk kepentingan antar
permukiman masyarakat,
Kecamatan instansi
Purwosari Kab pemerintah &
Bojonegoro swasta

5 Budidaya perikanan Konflik


& wisata kepentingan antar
masyarakat,
lembaga
kemasyarakatan

2. Identitas Responden
Responden dalam penelitian ini adalah responden yang
mengetahui kondisi dan pemanfaatan jalur Solo Valley Werken.
Responden dalam penelitian ini terdiri dari 50 responden yang
berasal dari instansi pemerintah dan non pemerintah yang memenuhi
persyaratan sebagai responden, memenuhi persyaratan dari jenjang
pendidikan, jabatan dalam instansi dan pengalaman kerja responden.

53
3. Klasifikasi IFAS dan EFAS
Klasifikasi IFAS berperan penting dalam penentuan variabel
– variabel dalam menyusun analisis SWOT. IFAS akan menyusun
komponen sthrengts (kekuatan) dan weakness (kelemahan).

54
Tabel 4.5. Klasifikasi faktor IFAS (Internal Factor Analysis Strategy)
Strength (kekuatan) & Weakness (kelemahan)

No Klasifikasi Variabel
STRENGTH (Kekuatan)
1 Pemanfaatan lahan Solo Valley Werken untuk irigasi
a. Pemanfaatan Embung
b. Pemanfaatan untuk irigasi

2 Pemanfaatan air oleh warga di jalur Solo Valley Werken


a. Untuk Drainase
b. Sumur Pompa
c. Mengairi lahan pertanian

3 Adanya perhatian dari pemerintah Kab. Bojonegoro


a. Rencana program seribu embung
b. Realisasi konstruksi Solo Valley Werken untuk irigasi
c. Program Operasi dan Pemeliharaan rutin

4 Akses jalur Solo Valley Werken


a. Memudahkan masyarakat menuju jalan utama

5 Potensi lahan Solo Valley Werken


a. Mengairi sawah
b. Mengurangi banjir

No Klasifikasi Variabel
WEAKNESS (Kelemahan)
1 Lahan Solo Valley Werken belum terinventarisasi total
a. Claim tanah Solo Valley Werken sebagai hak milik warga
b. Alih fungsi lahan Solo Valley Werken

2 Pemanfaatan lahan Solo Valley Werken kurang optimal


a. Untuk Pemukiman
b. Untuk fasilitas publik
c. Untuk Mobile Cepu Ltd/ Exon Mobile

3 Penegakan hukum lemah


a. Terdapat lahan Solo Valley Werken tanpa surat tanah/ surat izin
b. Patok Bench Mark (patok batas) rusak dan hilang

55
b. Klasifikasi Faktor EFAS
Tabel 4.6. Klasifikasi faktor EFAS (Eksternal Factor Analysis
Strategy) Opportunity (peluang) & Threats (ancaman)
No Klasifikasi Variabel
OPPORTUNITY (Peluang)
1 Lahan Solo Valley Werken menguntungkan warga
a. Kondisi tanah yang subur

2 Realisasi konstruksi Solo Valley Werken


a. Saluran Irigasi
b. Long Storage
c. Lahan perhutanan

3 Harapan warga terhadap Solo Valley Werken


a. Realisasi konstruksi untuk irigasi
b. Mengurangi bencana banjir tahunan
c. Masa tanam dalam setahun diharapkan Padi-Padi-palawija
d. Mengatasi kesulitan pengairan sawah pada musim kemarau

4 Alternativ pengembangan lahan Solo Valley Werken


a. Saluran Irigasi
b. Pembangunan Bendung di Desa Luwihaji'
c. Konstruksi pengendali banjir

No Klasifikasi Variabel
THREATS (Ancaman)
5 Bencana banjir tahunan
a. Banjir tahunan diarea Solo Valley Werken

6 Protes Warga
a. Penolakan masyarakat terhadap kepemilikan lahan
b. Relokasi tempat tinggal

7 Anggaran Biaya konstruksi besar


a. Kurang jadi prioritas kementrian PUPR
b. Anggaran triliyun jika terealisasi konstruksi irigasi

8 Jalur silang Solo Valley Werken


a. Persilangan rel kereta api
b. Persilangan dengan jembatan dan jalan

56
4. Klasifikasi IFAS dan EFAS
Dengan mengenali kekuatan dan kelemahan yang ada serta
pemahaman akan ancaman dan peluang merupakan hal yang amat
penting dilakukan dalam menjabarkan strategi kedalam langkah-
langkah strategi optimalisasi pemanfaatan lahan jalur Solo Valley
Werken, maka dapat disimpulkan hal-hal apa saja yang menjadi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi optimalisasi
pemanfaatan lahan Solo Valley Werken. Sebelum menyusun faktor-
faktor strategis dengan menggunakan matriks SWOT, untuk
menghasilkan alternatif strategi perlu terlebih dahulu untuk dilakukan
analisis faktor- faktor eksternal dan internal dengan membuat tabel
EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary) dan IFAS
( Internal Strategic Factors Analysis Summary).
Cara untuk menentukan bobot adalah dengan menyusun
dalam kolom pertama hal yang menjadi ancaman dan peluang, Beri
bobot masing- masing faktor tersebut dengan skala mulai 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting), semua bobot tersebut
jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00.

5. Indikator Penentuan Nilai Bobot IFAS & EFAS


Indikator dalam penentuan nilai bobot IFAS dan EFAS dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :

57
No Faktor IFAS Strength
1. Pemanfaatan lahan Solo Valley Werken untuk irigasi
Sangat tidak setuju : lahan SVW tidak memiliki manfaat
apapun
Tidak setuju : lahan SVW hanya bermanfaat untuk lahan
persawahan
Setuju : lahan SVW bermanfaat sebagai irigasi
Sangat setuju : lahan SVW bermanfaat sebagai embung dan
irigasi
2. Pemanfaatan air dijalur Solo Valley Werken
Sangat tidak setuju : tidak ada yang memakai air pada jalur
SVW
Tidak setuju : pemanfaatan air oleh warga diambil bukan dari
lahan SVW
Setuju : warga menggunakan air untuk drainase pertanian dari
lahan SVW
Sangat setuju : warga memanfaatkan air lahan SVW untuk
drainase pertanian dan keperluan lainnya.
3. Perhatian pemerintah Kab. Bojonegoro
Sangat tidak setuju : pemerintah tidak peduli dengan SVW
Tidak setuju : pemerintah hanya mengetahui Solo Valley
Werken
Setuju : Pemerintah peduli terhadap kondisi SVW
Sangat setuju : pemerintah peduli dan mendukung realisasi
konstruksi SVW
4. Akses jalur Solo Valley Werken
Sangat tidak setuju : tidak bisa dilalui
Tidak setuju : bisa dilalui, akan tetapi medan sangat sulit
Setuju : akses mudah dilalui kendaraan roda-2
Sangat setuju : akses mudah dilalui kendaraan roda 2 dan 4
5. Potensi lahan Solo Valley Werken
Sangat tidak setuju : SVW tidak memiliki potensi
Tidak setuju : potensi SVW hanya sedikit
Setuju : lahan SVW berpotensi bisa mengairi sawah
Sangat setuju : lahan SVW berpotensi mengairi sawah dan
mengurangi banjir

58
No Faktor IFAS Opportunity
1. Lahan Solo Valley Werken menguntungkan warga
Sangat tidak setuju : lahan SVW merugikan warga
Tidak setuju : lahan SVW tidak menguntungkan
Setuju : lahan SVW menguntungkan warga
Sangat setuju : lahan SVW menguntungkan warga karena
kondisi tanah subur
2. Realisasi konstruksi Solo Valley Werken
Sangat tidak setuju : tidak ada rencana realisasi
Tidak setuju : anggaran realisasi mahal
Setuju : realisasi segera dilaksanakan dalam waktu terdekat
Sangat setuju : realisasi konstruksi sudah berjalan (embung, dll)
3. Harapan warga terhadap Solo Valley Werken
Sangat tidak setuju : Solo Valley Werken tidak memberikan
manfaat
Tidak setuju : Solo Valley Werken mengurangi dampak banjir
Setuju : SVW segera realisasi konstruksi dan dapat mengatasi
kesulitan pengairan
Sangat setuju : realisasi SVW dapat mengurangi banjir,
perubahan Masa Tanam Padi-Padi- Palawija dan mengatasi
banjir
4. Alternativ Pengembangan Solo Valley Werken
Sangat tidak setuju : hanya sebagai jalur peninggalan
pemerintahan Belanda
Tidak setuju : memanfaatkan pengembangan yang sudah ada
Setuju : lahan Solo Valley Werken dapat dikembangkan untuk
irigasi
Sangat setuju : lahan SVW dapat dikembangkan sebagai irigasi
dan konstruksi pengendali banjir

59
No Faktor EFAS Weekness
1. Lahan Solo Valley Werken belum terinventarisasi total
Sangat buruk : semua lahan SVW tidak terinventarisir,
menyebabkan claim hak milik tanah oleh warga
Buruk : sebagian kecil sudah terinventaris dengan adanya patok
pembatas
Baik : lahan SVW sudah terinventarisir 50%
Sangat baik : semua lahan SVW sudah terinventarisir
2. Pemanfaatan lahan Solo Valley Werken kurang optimal
Sangat buruk : Pemanfaatan lahan SVW untuk pemukiman
Buruk : Pemanfaatan jalur SVW untuk fasilitas publik & pabrik
Baik : Pemanfaatan lahan SVW untuk irigasi
Sangat baik : Pemanfaatan lahan SVW untuk embung dan
berbagai kepentingan.
3. Penegakan hukum lemah
Sangat buruk : lemahnya penegakan hukum terkait legalisasi
lahan
Buruk : banyak patok pembatas hilang, claim hak milik
meningkat
Baik : penegakan hukum kuat
Sangat baik : penegakan hukum sangat kuat, adanya sanksi
pelanggaran

60
No Faktor EFAS Threats
1. Bencana banjir tahunan
Sangat buruk : terjadi bencana banjir tahunan daerah lahan
SVW
Buruk : banjir terjadi di hilir jalur SVW
Baik : jarang terjadi banjir pada lahan SVW
Sangat baik : Tidak pernah terjadi banjir
2. Protes Warga
Sangat buruk : penolakan masyarakat terhadap relokasi lahan
dan kepemilikan tanah
Buruk : relokasi tempat tinggal
Baik : jarang terjadi protes warga
Sangat baik : Tidak pernah terjadi protes warga
3. Anngaran Konstruksi besar
Sangat buruk : butuh anggaran trilyunan untuk konstruksi
Buruk : tidak menjadi skala prioritas
Baik : realisasi konstruksi irigasi tahun 2018
Sangat baik : realisasi irigasi dan pengendali banjir
4. Jalur silang Solo Valley Werken
Sangat buruk : persilangan rel kereta api dengan jalur SVW
yang tidak sedikit
Buruk : persilangan jalan dan jembatan pada jalur SVW
Baik : jumlah persilangan rel kereta api sedikit
Sangat baik : Tidak ada persilangan

6. Penentuan Rating pada Faktor IFAS & EFAS


a. Penentuan Rating IFAS
Cara untuk menentukan rating IFAS adalah sebagai berikut :
- Hitunglah rating dalam kolom kedua untuk masing-masing
faktor dengan memberikan skala mulai dari 1 (buruk) sampai
dengan 4 (sangat baik), berdasarkan pengaruh faktor tersebut
terhadap kondisi lahan Solo Valley Werken.

61
- Jumlahkan skor pembobotan dalam kolom keempat untuk
memperoleh total skor pembobotan, tujuannya untuk
membandingkan strategi satu dengan yang lain.

7. Skoring IFAS & EFAS


Langkah scoring IFAS dan EFAS ini merupakan tahap
perhitungan komulatif dari variabel tiap faktor yang telah didapatkan
nilai atau score dari hasil perkalian bobot dengan rating. Hasil
perhitungan ini bertujuan untuk menentukan posisi titik ordinat
dalam grafik SWOT.
a. Scoring IFAS Strength & Weakness
Hasil scoring IFAS Strength diperoleh dari perkalian rating
dari faktor Strength (kekuatan), hasil scoring IFAS Weakness
diperoleh dari perkalian rating dari faktor Weakness. Nilai total
didapat dari bobot dikali rating. Tabel hasil score komulatif IFAS
Strength dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

62
BOBOT RATING TOTAL
No FAKTOR INTERNAL
('1) ('2) (1 x 2)
STRENGTH (Kekuatan)
1 Pemanfaatan lahan Solo Valley Werken untuk irigasi 0,340 4 1,36
a. Pemanfaatan Embung
b. Pemanfaatan untuk irigasi

2 Pemanfaatan air oleh warga di jalur Solo Valley Werken 0,20 3 0,60
a. Untuk Drainase
b. Sumur Pompa
c. Mengairi lahan pertanian

3 Adanya perhatian dari pemerintah Kab. Bojonegoro 0,22 4 0,88


a. Rencana program seribu embung
b. Realisasi konstruksi Solo Valley Werken untuk irigasi
c. Program Operasi dan Pemeliharaan rutin

4 Akses jalur Solo Valley Werken 0,08 2 0,16


a. Memudahkan masyarakat menuju jalan utama

5 Potensi lahan Solo Valley Werken 0,160 3 0,48


a. Mengairi sawah
b. Mengurangi banjir
Jumlah 1,00 3,48

BOBOT RATING BOBOT


No FAKTOR INTERNAL
('1) ('2) (1 x 2)
WEAKNESS (Kelemahan)
1 Lahan Solo Valley Werken belum terinventarisasi total 0,300 2 0,600
a. Claim tanah Solo Valley Werken sebagai hak milik warga
b. Alih fungsi lahan Solo Valley Werken

2 Pemanfaatan lahan Solo Valley Werken kurang optimal 0,520 1 0,520


a. Untuk Pemukiman
b. Untuk fasilitas publik
c. Untuk Mobile Cepu Ltd/ Exon Mobile

3 Penegakan hukum lemah 0,18 2 0,360


a. Terdapat lahan Solo Valley Werken tanpa surat tanah/ surat izin
b. Patok Bench Mark (patok batas) rusak dan hilang

Jumlah 1,00 1,48

Keterangan :
Berdasarkan tabel skoring IFAS untuk Strength (kekuatan) diatas :
Jumlah bobot x rating total adalah 3,48. Sedangkan nilai total untuk
kelemahan (Weakness) adalah 1,48 .
Posisi faktor Internal = 3,48 – 1,48 = 2,00

63
b. Scoring EFAS Opportunity & Threats
Hasil scoring EFAS Opportunity diperoleh dari perkalian
rating dari faktor Opportunity (peluang), hasil scoring EFAS Threats
diperoleh dari perkalian rating. Nilai total didapat dari bobot dikali
rating. Tabel hasil score komulatif.

BOBOT RATING BOBOT


No FAKTOR EKSTERNAL
('1) ('2) (1 x 2)
OPPORTUNITY (Peluang)
1 Lahan Solo Valley Werken menguntungkan warga 0,120 4 0,480
a. Kondisi tanah yang subur

2 Realisasi konstruksi Solo Valley Werken 0,240 3 0,720


a. Saluran Irigasi
b. Long Storage
c. Lahan perhutanan

3 Harapan warga terhadap Solo Valley Werken 0,420 4 1,680


a. Realisasi konstruksi untuk irigasi
b. Mengurangi bencana banjir tahunan
c. Masa tanam dalam setahun diharapkan Padi-Padi-palawija
d. Mengatasi kesulitan pengairan sawah pada musim kemarau

4 Alternativ pengembangan lahan Solo Valley Werken 0,220 3 0,660


a. Saluran Irigasi
b. Pembangunan Bendung di Desa Luwihaji'
c. Konstruksi pengendali banjir
Jumlah 1,00 3,54

64
BOBOT RATING BOBOT
No Klasifikasi Variabel
('1) ('2) (1 x 2)
THREATS (Ancaman)
1 Bencana banjir tahunan 0,32 2 0,64 8,00%
a. Banjir tahunan diarea Solo Valley Werken 10,00%
12,00%
2 Protes Warga 0,38 2 0,76 6,00%
a. Penolakan masyarakat terhadap kepemilikan lahan 16,00%
b. Relokasi tempat tinggal 24,00%
4,00%
3 Anggaran Biaya konstruksi besar 0,24 1 0,24 12,00%
a. Kurang jadi prioritas kementrian PUPR 8,00%
b. Anggaran triliyun jika terealisasi konstruksi irigasi

4 Jalur silang Solo Valley Werken 0,06 2 0,12


a. Persilangan rel kereta api
b. Persilangan dengan jembatan dan jalan
Jumlah 1,00 1,76

Berdasarkan tabel skoring EFAS untuk Opportunity (peluang) diatas


Jumlah bobot x rating total adalah 3,54. Sedangkan nilai total untuk
ancaman (Threats) adalah 1,76 .
Posisi faktor Eksternal = 3,54 – 1,76 = 1,78

8. Posisi Kuadran SWOT


Salah satu Output dari penelitian ini adalah mengetahui
posisi kuadran yang selanjutnya menentukan strategi yang harus
dilakukan, untuk mengetahui strategi yang harus diambil dalam
strategi optimalisasi pemanfaatan lahan jalur Solo Valley Werken.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui posisi kuadran SWOT. Untuk
mengetahui score kumulatif Strength (kekuatan), Weakness
(kelemahan), Opportunity (kesempatan) & Threats (ancaman
ditampilkan pada tabel berikut ini.

65
Dari hasil scoring pada tabel diatas, didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.19. Skor IFAS & EFAS
IFAS EFAS
Kategori Total Skor Kategori Total Skor

Kekuatan (S) 3,48 Peluang (O) 3,54

Kelemahan (W) 1,48 Ancaman (T) 1,76

Total (S - W) 2,00 Total (O - T) 1,78


Posisi Strategi Optimalisasi Solo Valley Werken di Kuadran I

Dari analisis tersebut, dapat disimpulkan faktor kekuatan


lebih besar dari faktor kelemahan dan pengaruh dari faktor peluang
lebih besar dari faktor ancaman, oleh karena itu posisi strategi
optimalisasi jalur Solo Valley Werken berada pada kuadran I
(menerapkan strategi S-O). Koordinat SWOT adalah pada titik x =
2,00 dan titik y = 1,78.
Dari hasil tabel 4.19 posisi kuadran SWOT dapat digambarkan pada
gambar 4.7 berikut ini :

66
Opportunity
5
Kuadran S-O
4 Strategi agresif
memanfaatkan kekuatan
untuk menangkap
3 peluang yang ada

2 (2,00 ; 1,78)

1
Weaknes Strength
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5

-1

-2

-3

-4

-5
Threath

Gambar. Kuadran SWOT


Dari gambar 4.7. kuadran SWOT diatas, posisi strategi
optimalisasi jalur Solo Valley Werken berada pada kuadran I, dari
gambar kuadran SWOT tersebut, strategi yang digunakan adalah
strategi S-O.

9. Strategi Optimalisasi Pemanfaatan lahan Solo Valley


Werken dengan Strategi S-O
Strategi ini menggunakan kekuatan internal untuk meraih
peluang-peluang yang ada di pada faktor eksternal. Strategi S-O
merupakan situasi yang menguntungkan. Strategi tersebut memiliki
peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang
ada. Strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung
kebijakan pertumbuhan yang agresif. Strategi ini dibuat berdasarkan

67
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan
peluang sebesar-besarnya. Strategi SO menggunakan kekuatan
internal untuk memanfaatkan peluang eksternal.
Strategi S-O yang harus dilakukan dalam Strategi Optimalisasi Solo
Valley Werken akan dijelaskan pada tabel 4.20 dibawah ini.

68
Tabel. Strategi SWOT (S-O)

Peluang (Opportunity)
a Lahan Solo Valley Werken menguntungkan warga
Faktor Eksternal
b Realisasi konstruksi Solo Valley Werken

c Harapan warga terhadap Solo Valley Werken

d Alternatif Pengembangan lahan Solo Valley Werken


Faktor Internal

Kekuatan (Strength) Strategi S - O


a Pemanfaatan lahan Solo Valley Werken untuk Irigasi a - Pembuatan dan pengembangan embung di jalur Solo Valley Werken
(daerah kec. Sumber rejo, Baureno & Kalitidu)
b Pemanfaatan air oleh warga di lahan Solo Valley Werken - Memanfaatkan embung yang ada untuk irigasi dengan membangun saluran
(Program Dana Desa)
c Perhatian Pemerintah Kab. Bojonegoro - Meninggikan tanggul embung Solo Valley Werken
b - Program pengadaan pompa diesel bersama untuk kemudahan pengambilan air dari embung
d Akses Jalur Solo Valley Werken Solo Valley Werken untuk kebutuhan pengairan sawah
- Pemanfaatan air baku dan pembuatan instalasi distribusi air baku
e Potensi lahan Solo Valley Werken c - Program 1000 embung kab. Bojonegoro
- Realisasi konstruksi jalur Solo Valley Werken
d - Pemerintah kab. Bojonegoro melakukan inventarisasi lahan
- Dinas Pengairan Kab. Bojonegoro melalui Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo
segera follow up realisasi konstruksi Solo Valley Werken
- Pemkab Bojonegoro segera memperbaiki akses jalan menuju Solo valley Werken
- Membuat aturan tentang pemanfaatan lahan Solo Valley Werken
- Program rutin Dinas Pengairan Bojonegoro untuk melaksanakan OP rutin
e - Meningkatkan potensi lahan Solo Valley Werken sebagai pengendali banjir
- Wisata embung Solo Valley Werken
- Pola tanam menjadi Padi-Padi-Palwija (semula Padi-Bero-Bero)

69
10. Dasar Pemilihan Strategi S-O
Dasar pemilihan strategi S-O merupakan gabungan faktor
IFAS Strength dan faktor EFAS Opportunity, kemudian gabungan
dari masing- masing faktor IFAS dan EFAS tersebut digunakan
sebagai dasar untuk menentukan strategi S-O. Dasar pemilihan
strategi S-O akan dijelaskan pada tabel 4.21 dibawah ini

70
Tabel. Dasar Pemilihan Strategi S-O)

No Faktor IFAS Strength Faktor EFAS Opportunity Strategi S-O


1 Pemanfaatan lahan Solo Valley Werken untuk Irigasi Lahan Solo Valley Werken menguntungkan warga Pembuatan dan pengembangan embung
Memanfaatkan embung untuk irigasi
Meninggikan tanggul embung

2 Pemanfaatan air oleh warga di lahan Solo Valley Werken Realisasi konstruksi Solo Valley Werken Program pengadaan pompa bersama
Pemanfaatan air baku

3 Perhatian Pemerintah Kab. Bojonegoro Harapan warga terhadap Solo Valley Werken Program 1000 embung kab. Bojonegoro
Realisasi konstruksi Solo Valley Werken
Pemkab Bojonegoro melakukan
inventarisasi lahan
Follow up pemerintah ke BBWS
Bengawan Solo
Aturan pemanfaatan lahan SVW
Program O&P rutin

4 Akses Jalur Solo Valley Werken Alternatif Pengembangan lahan Solo Valley Werken Perbaikan akses jalan jalur Solo Valley
Werken

5 Potensi lahan Solo Valley Werken Meningkatakan potensi SVW sebagai


pengendali banjir
Wisata embung Solo Valley Werken
Menciptakan pola tanam Padi-Padi-
Palawija

71
11. Kesimpulan
1. Data yang diperlukan untuk strategi optimalisasi
pemanfaatan lahan Solo Valley Werken untuk kepentingan
irigasi adalah data variabel Strength, Weakness, Opportunity
dan Threats. Variabel Strength (kekuatan) : pemanfaatan
untuk irigasi, pemanfaatan air oleh warga, adanya perhatian
dari pemerintah kabupaten Bojonegoro, akses jalur Solo
Valley Werken dan potensi lahan. Variabel Weakness
(kelemahan) : lahan Solo Valley belum terinventaris total,
pemanfaatan lahan kurang optimal dan penegakan hukum
lemah. Variabel Opportunity (peluang) : lahan Solo Valley
Werken menguntungkan warga, realisasi konstruksi, harapan
warga dan alternatif pengembangan. Variabel Threats
(ancaman) : bencana banjir tahunan, protes warga, anggaran
konstruksi besar dan terdapat jalur silang pada lahan Solo
Valley Werken.
2. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisa SWOT. Berdasarkan hasil analisa SWOT, strategi
pemanfaatan lahan Solo Valley Werken berada pada
koordinat (2,00; 1,78) pada kuadran I (+,+) artinya
menerapkan strategi S-O yaitu dengan memanfaatkan
kekuatan untuk menangkap peluang yang ada.
3. Hasil strategi optimalisasi pemanfaatan lahan Solo Valley
Werken tersebut adalah : pembuatan dan pengembangan

72
embung, memanfaatkan embung untuk irigasi, program
pengadaan pompa diesel, pemanfaatan dan pembuatan
instalasi air baku, program 1000 embung, realisasi konstruksi
Solo Valley Werken, inventarisasi lahan, memperbaiki akses
jalan Solo Valley Werken, meningkatkan potensi lahan Solo
Valley Werken sebagai wisata dan pengendali banjir, pola
tanam tahunan menjadi Padi-Padi- Palawija.

73

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai