ALLAH EL SHADDAI
Shalom untuk kita semua. Hari ini saya akan menyampaikan kembali tentang
Allah El Shaddai. Betapa pentingnya kita memahami dengan benar tentang El Shaddai
supaya apa yang ada di dalam hati Allah mengenai diri kita benar-benar digenapi. Saya
mengajak kita untuk berdoa terlebih dahulu
Doa :
Bapa terima kasih untuk anugerah yang Kau berikan kepada kami. Karena
Engkau mensuplai Firman-Mu pada diri kami dan Firman-Mu itu adalah diri-Mu sendiri.
Firman-Mu itu memiliki sifat-sifat-Mu, memiliki nature-Mu sendiri atau sifat dasar-Mu
sendiri. Dan Engkau memberikan Firman-Mu itu supaya Firman-Mu itu bukan hanya
kami kantongi, tetapi itu juga menjadi hidup kami, menjadi diri kami. Hari ini buat kami
memahami tentang mengapa penting buat hidup kami untuk kami mengenal,
memahami, berjumpa dengan El Shaddai, Allah Yang Maha Kuasa. Yang kami tahu
dari kata-kata itu sudah ada kesenjangan antara kami dengan Engkau. Tetapi kami
tahu dan percaya, Engkau memperkenalkan diriMu, Engkau berinisiatif menunjukkan
diriMu meskipun Engkau adalah Allah yang Mahakuasa, El Shaddai, Elohim, Yang
Mahatinggi, tetapi Engkau ingin menghampiri manusia. Engkau ingin duduk setara dan
berbicara setara, berbicara berdampingan, bahkan menyelesaikan tujuanmu bersama-
sama dengan kami. Kami siap saat ini, kami menginginkan Roh-Mu yang kudus untuk
berperan. Kami memberikan tempat agar Roh-Mu yang kudus itu menolong kami,
memberikan kepemimpinan-Mu kepada kami, supaya kami dibawa masuk dari satu
kebenaran kepada seluruh kebenaran yang utuh. Kami siap untuk mendengarkannya,
amin..
Minggu-minggu yang lalu telah saya sampaikan kepada kita apa yang disebut
dengan perjumpaan dengan Allah El Shaddai. Ada banyak kekeliruan yang kita dapati,
baik itu di dalam hidup kita sendiri, maupun yang kita dengar dari tempat lain tentang
Allah El Shaddai.
Sebelum kita lanjutkan, saya akan menguraikan sedikit tentang apa yang Allah
tunjukkan kepada bangsa Israel. Allah El Shaddai menampakkan diri kepada Musa di
dalam Keluaran 6 “Aku adalah Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub, Allah Yang
Mahakuasa” Allah yang demikian yang mengutus Musa. Namun sulit bagi orang Israel
untuk memahami Allah karena mereka hampir
tidak beribadah selama menjadi budak di tanah
Mesir. Itu sebabnya Allah El Shaddai
menunjukkan keperkasaan-Nya di depan bangsa
Israel terhadap apa yang Dia kerjakan kepada
Mesir. Allah menunjukkan keperkasaan-Nya
dengan tanda-tanda mukjizat di bawah kolong langit pada waktu Dia ingin
membebaskan orang Israel dari perbudakan Mesir selama 430 tahun lamanya. Dia
mengutus Musa untuk berbuat tanda-tanda mukjizat. Hanya Allah yang memiliki
predikat yang Mahakuasa dan Mahatinggi yang bisa melakukannya di depan orang
Mesir.
Jika kita baca dari dari kisah-kisah di Alkitab mulai dari kitab Gideon, kitab Raja-
raja, kitab Tawarikh, ketika orang Israel dalam posisi terjepit, mereka berteriak, mereka
mengingat peristiwa bagaimana Allah menunjukkan keperkasaan-Nya dengan
membebaskan orang Israel dari perbudakan Mesir. Kita seolah-olah ditarik kepada satu
pemahaman bahwa Allah telah menunjukkan keMahakuasaan-Nya, keperkasaan-Nya
yang dahsyat, yang tidak bisa manusia lakukan. Itu sebabnya banyak orang dalam
gereja, saat mereka membutuhkan Allah El Shaddai, mereka berkata “Allah El Shaddai,
aku butuh pertolongan Engkau, aku butuh keperkasaanMu, aku butuh oleh karena
sekarang aku menghadapi masalah, aku menghadapi tantangan, aku memiliki musuh
bebuyutan”. Musuh bebuyutan kita yang adalah iblis, mengakibatkan kita berdosa lalu
kita berseru kepada Allah supaya Allah yang beratraksi membela kita, melakukan ini-itu
untuk hidup kita. Sejak kita mengenal Tuhan, kita selalu berharap El Shaddai itu yang
menyelesaikan hal-hal yang menjadi masalah, menjadi tantangan, menjadi musuh di
dalam hidup kita. Jadi bagaimana dengan kehidupan rohani kita selanjutnya? Kita akan
tetap menjadi pribadi yang lemah, tidak bisa mengatasi masalah, tidak mampu
menghandle, apalagi menang terhadap masalah.
Ingat, takdir hidup kita bukanlah menjadi pemenang. Takdir hidup kita adalah
lebih daripada pemenang. Kalau kita masih terus berharap Allah El Shaddai yang
mengerjakannya buat kita, dengan kata lain kita adalah penonton dan Allah-lah yang
menjadi aktor utamanya, Allah yang beratraksi. Tetapi tidaklah demikian, Allah
menghendaki supaya Allah-lah yang menonton, kitalah yang menjadi aktor dan
artisnya. Dalam dunia perfilman, artis itu selalu dibayar dan penonton yang
membayarnya.
Kita tahu bahwa manusia diciptakan oleh Allah di hari yang ke enam, bukan hari
yang pertama. Jadi manusia tidak tahu apa yang dikerjakan oleh Allah, sebelum
manusia diwujudkan menjadi kehidupan. Manusia diciptakan pada hari yang ke enam
dan detik yang terakhir sebelum menutup hari yang ke enam, alkitab berkata maka
beristirahatlah Allah pada hari yang ketujuh. Kita tahu artinya beristirahat itu adalah
Allah-lah yang menonton, kita yang memperagakan kehidupan. Kita harus bisa
memperagakan kehidupannya Allah, keperkasaannya Allah, itulah yang Allah
maksudkan!
2 Abram menjawab: "Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan
kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan
yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu."
4 Tetapi datanglah firman TUHAN kepadanya, demikian: "Orang ini tidak akan
menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi
ahli warismu. "
Kita sudah mulai lihat dan mendekati alasan Allah membawa bangsa Israel
keluar dari Mesir dengan melakukan mujizat-mujizat terbesar dengan tangan yang
perkasa dan Dia tunjukkan itu hanya terjadi di Mesir. Semua itu oleh karena Firman-
Nya kepada Abraham.
Kejadian 15:12-13
Kejadian 15:14-15
Kita harus paham akan apa yang akan Allah kerjakan. Dia berfirman bahwa
keturunan Abraham akan menjadi sebuah bangsa yang akan diperbudak di tanah
Mesir, namun dikatakan “Tetapi bangsa Mesir akan dihukum, dan bangsa Israel akan
keluar dengan membawa harta benda yang banyak”. Hal terpenting bukan bagaimana
caranya, tetapi bagaimana Firman Tuhan mendatangi Abraham dan Abraham percaya
bahwa itu akan terlaksana. Allah menggunakan keperkasaan-Nya, kekuatan-Nya
bahkan kekuatan kemahakuasaan-Nya untuk menggenapkan Firman itu. Ini adalah hal
yang terpenting buat hidup kita, betapa hebat yang bisa dilakukan oleh Allah. Ia
menggunakan itu untuk menggenapkan FirmanNya! Firman itu juga bisa datang kepada
hidup kita dan Allah akan menggunakan kemahakuasaan-Nya untuk menunjukkan
bahwa yang difirmankan-Nya itu benar!
Kejadian 15:16
16 Tetapi keturunan yang keempat akan kembali ke sini, sebab sebelum itu
kedurjanaan orang Amori itu belum genap."
17 Ketika matahari telah terbenam, dan hari menjadi gelap, maka kelihatanlah
perapian yang bersayap beserta suluh yang berapi lewat di antara potongan-
potongan daging itu.
21 orang Amori, orang Kanaan, orang Girgasi dan orang Yebus itu.
Kalau Firman keluar dari mulut Allah maka Firman itu memiliki kekuatan, di
dalamnya terkandung satu kuasa yaitu ke-Maha Kuasaan. Allah melakukan hal-hal
seperti di Mesir dan Israel menjadi penonton. Penonton tidak perlu bayar, gratis! Karena
Allah yang bertanggung jawab. Dia harus menggenapkan Firman yang telah
disampaikan-Nya kepada Abram.
Jadi kita bisa lihat apa yang terjadi di Mesir ketika Israel dibebaskan dari
perbudakan selama 430 tahun di tanah Mesir, dengan tanda-tanda hebat, dengan
sepuluh tulah, dan bahkan tulah yang terakhir, tulah yang tidak bisa makhluk apapun
juga selain daripada Allah yang Mahakuasa yang melakukannya yaitu semua yang
sulung di Mesir mati. Hanya Allah yang bisa melakukan itu!
Kita bisa melihat betapa hebat kuasa-Nya yang terkandung dalam Firman yang
kita dengar selama ini, Firman yang kita dengar di dalam rumah rohani kita, itu adalah
firman yang mengandung kekuatan dan keperkasaan Allah,
yang disebut dengan Allah yang Mahakuasa. Di dalam
firman itu sudah terkandung hal itu.
Kejadian 12:1-3
2 Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati
engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.
Perhatikan apa yang saya sampaikan minggu lalu kepada kita. Ketika bangsa
Israel telah dibawa dengan tangan yang perkasa keluar dari tanah Mesir, dengan
kedahsyatan yang kita bisa lihat dan bahkan kedahsyatan yang terakhir kita bisa
pahami, adalah ketika Allah membelah laut Teberau. Tidak pernah sepanjang sejarah
ada laut yang terbelah, hanya satu kali itu saja. Yesus bisa berjalan di atas air. Tapi di
masa hidup-Nya Yesus, tidak pernah ada laut yang terbelah.
Ketika bangsa Israel mau menyeberangi sungai Yordan maka sungai itu menjadi
kering. Tetapi itu sungai, ini adalah laut. Semalam-malaman malaikat Allah
memisahkan air itu sehingga orang Israel berjalan di tanah atau di dasar laut yang
kering. Tapi manakala Firaun dengan tentaranya yang mengejar itu sudah dekat dan
Israel sudah menyeberang, Allah menutup kembali lagi laut itu, maka matilah semua
mereka. Tangan Allah yang berkuasa, Israel mengagumi dan memuji-muji Allah. Lalu
naiklah nyanyian syukur dari pada Musa untuk memuji-muji tentang keperkasaan Allah
itu. Tapi kita bisa lihat pola yang dilakukan oleh Allah, tujuannya kepada manusia. Dia
tunjukkan kenapa manusia diciptakan di hari ke enam, di detik-detik yang terakhir.
Karena setelah manusia diciptakan maka Allah beristirahat.
Ketika Allah menciptakan langit dan bumi, manusia tidak diciptakan hanya untuk
menonton dan menyaksikannya. Manusia ditakdirkan untuk membuat Allah yang
menjadi penonton atas kehidupannya. Dan itu yang terjadi selama 40 tahun di padang
gurun yaitu Allah menonton bagaimana keperkasaan daripada Israel. Allah memberikan
manna, di kitab Nehemia dikatakan 40 tahun Allah memberikan manna, manna berhenti
disuplai oleh Allah ketika mereka sampai di Gilgal.
Ketika mereka bebas dari Firaun di Mesir, Allah segera berfirman kepada
mereka. Allah berkata kepada Musa “Bangun Tabernakel-Ku, supaya Aku hadir”,
supaya umat Tuhan bisa beribadah terus menerus selama dalam perjalanan, berhari-
hari atau berbulan-bulan (yang akhirnya menjadi 40 tahun). Selama ini, tiang api dan
tiang awan itu merupakan tanda bahwa Allah menyertai mereka. Oleh karena
kepemimpinan Musa yang adalah pilihan Allah, utusan
Allah, mereka tahu bahwa mereka berjalan bersama-
sama dengan Allah oleh karena Musa. Tetapi Allah
meminta lebih, Allah berfirman kepada Musa “Naik ke
atas gunung, mari Kutunjukkan Tabernakel yang harus
engkau bangun”. Musa tidak pernah berfikir “Waduhh..
ini bahan darimana? Kami lagi ada di padang gurun
dan mereka semua ini adalah budak” atau “Tuhan
berapa besar biaya semua ini? Ingat, bahwa sekian juta umat Israel yang aku bawa
keluar dari tanah Mesir ini mereka bukan pebisnis, mereka juga tidak punya usaha
online, mereka bukan pengemudi Gojek, motorpun mereka tidak punya. Mereka itu
hanyalah budak” atau “Tuhan, Engkau mengerti tidak apa artinya budak? Budak itu
tidak punya UMR, budak itu tidak punya gaji, budak itu tidak punya rekening, budak itu
tidak punya harta apapun juga. Lihat rumah yang kami bangun di tanah Gosyen, siapa
yang memilikinya sekarang? Orang Mesir. Kami tidak pernah membawa aset kami,
kami tidak memiliki uang sedikitpun juga dan kami tidak memiliki harta”. Seandainya
Musa adalah kita, tentu kita akan bertanya demikian.
Tahun 1980-an ketika saya dibukakan banyak oleh Tuhan tentang Tabernakel
Allah, saya mulai berbicara dan berkhotbah dimana-mana. Saya membaca sebuah
tulisan tentang Tabernakelnya Allah, jika dikalkulasikan seluruh biaya pembangunan
dengan barang-barang yang khas dan materi-materi yang digunakan pada saat itu
maka sampai triliunan rupiah. Bagaimana mungkin orang Israel bisa memiliki semuanya
itu? Itu sebabnya, satu hari sebelum Israel keluar dari tanah Mesir, Allah telah berfirman
sebelumnya “Engkau tinggal minta kepada orang
Mesir, Aku akan membuat mereka bermurah hati
untuk memberikan apa saja yang kalian inginkan”.
Itu sebabnya mereka meminta kain, mereka
meminta bahan-bahan, mereka meminta emas,
mereka meminta perak, mereka meminta tembaga,
mereka meminta semuanya, apa saja dari orang Mesir. Allah memberikan kemurahan
dan alkitab akhirnya menyimpulkan bahwa dalam satu malam Mesir dirampasi
(digunakan kata rampas) dirampok oleh Israel. Termasuk para perempuan, sudah pasti
para perempuan akan meminta semua harta, pernak-pernik, emas, perak, kain. Dan
Allah tahu apa yang mereka minta, Allah mengatakan semuanya ini cocok untuk
Tabernakel Allah. Itu adalah barang-barang yang berharga, barang-barang bernilai, itu
sebabnya cocok untuk ukuran-ukuran atau kualitasnya Allah.
dia bisa menguraikannya kepada orang Israel. Israel tidak memiliki aset untuk bisa
membangun Tabernakel Allah. Allah hanya diam menjadi penonton, Allah ingin
menyaksikan bagaimana Israel benar-benar mentaati Firman, Allah ingin melihat
keperkasaan mereka dari yang tidak punya apa-apa, namun mereka bisa mewujudkan
Firman Tuhan seperti apa yang dikatakan. Ini menunjukkan bahwa mereka bisa
memanifestasikan kemahakuasaan, hal-hal yang hanya bisa dilakukan oleh Allah saja
melalui hidup mereka.
memperagakan El Shaddai dalam hidupnya, bukan ketika mereka sudah tiba di tanah
Kanaan tetapi saat mereka memiliki usaha di padang gurun. Allah-lah yang mengijinkan
mereka menjadi budak di Mesir supaya hancur seluruh kekuatan lahiriah mereka
sehingga kekuatan dan keperkasaan Allah yang disebut Allah Yang Mahakuasa itu
dengan mudah termanifestasi dalam hidup mereka.
Kita bisa melihat bahwa Tabernakel itu bisa terwujud. Allah berkenan dan Dia
hadir. Ukuran dan kualitas bahannya semua sesuai dengan keinginan hati Tuhan, dan
yang Allah sangat kagumi di situ adalah Allah menonton bagaimana Israel menjadi
actor/pemeran utama, itu yang membuat Allah bersukacita. Kita harus bisa memahami
apa yang Allah inginkan.
Perjumpaan dengan El Shaddai sangat penting sekali supaya kita bukan hanya
menjadi penonton kemahakuasaan Allah. Tujuan kita Menonton kemahakuasaan Allah
adalah supaya kita tahu ukuran-ukuran kemahakuasaan itu sampai dimana , tetapi
sesudahnya kita yang akan ditonton oleh Allah. kita yang memperagakan,
memanifestasikan, dan yang menyatakan kemahakuasaan Allah hidup di dalam diri kita
tanpa batas.
Banyak orang-orang gereja bahkan hamba-hamba Tuhan mengatakan bahwa
Allah tidak terbatas sedangkan manusia terbatas. Itu adalah doktrin yang menyebabkan
kita mengarah berjalan kepada kekeliruan atau penyimpangan. Kita akan membahas
hal ini pada minggu-minggu berikutnya supaya kita mengerti bahwa rencana Agung
Allah dan tujuan Allah sepanjang masa tidak pernah berakhir dan Dia tahu itu bisa
digenapi.
Saat Firman Datang dalam rumah rohani, kita tidak perlu bergumul terhadap
Firman itu, karena Firman akan membawa kita ke suatu tempat dimana hanya Allah
yang hadir di sana yaitu di tempat yang disebut dengan “Tempat yang tiada batas”.
Selama hidupnya, manusia dapat tinggal/berada di tempat itu. Itu muzijat yang luar
biasa. Kita akan menguraikannya kembali supaya kita tidak lagi bergumul tentang El
Shaddai.
Banyak tulisan dari para pemimpin yang mengatakan bahwa mereka
menyaksikan bagaimana El-Shaddai yaitu Allah Yang Mahakuasa melakukan perkara-
perkara di dalam kehidupannya. Kita harus berhenti berada di posisi sebagai penonton.
Allah justru menginginkan diri-Nya menjadi penonton kehidupan saudara dimana
saudara memperagakan kekuasaan dan keperkasaan Allah.
Kejadian 17 : 1
Ketika Abram berumur Sembilan puluh sembilan tahun, maka Tuhan
menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya:” Akulah Allah
Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela.
When Abram was ninety-nine years old, the Lord appeared to him and
said : “ I am the God Almighty; Walk [ habitually ] before Me,[with] integrity,
knowing that you are always in My presence], and be blameless and
complete [ in obedience to Me]
When Abram was ninety-nine years old, the Lord appeared to him and said : “
I am the Almighty; God ;walk and live habitually before Me,and be perfect
(blameless, wholehearted, complete)
Dalam terjemahan bebas yaitu rangkuman dari AMP, AMPC dan Alkitab Bahasa
Indonesia :
Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, Tuhan menampakkan
diri kepadanya dan berkata:” Akulah Tuhan Yang Mahakuasa, berjalanlah
sebagaimana biasanya. di hadapan-Ku dengan intergritas (kesetiaan). Aku
tahu bahwa kamu selalu berada di hadapanKu dan menjadi tidak bercela dan
lengkap (complete) dalam ketaatan kepadaKu.”
Ternyata sejak usia 75 tahun sampai usia 99 tahun, Abram tidak pernah
meninggalkan Tuhan tetapi selalu berjalan bersama dengan Tuhan. Berjalan dengan
kesetiaan artinya saling sangkut paut, terikat dengan Tuhan. Banyak orang salah
mengerti tentang kebenaran yang disampaikan di tiga sesi sebelumnya tentang El-
Shaddai dengan mengatakan, “Kita perlu berjumpa dengan Allah El-Shaddai” bukan
seperti itu yang dimaksud, yang sebenarnya adalah Allah El Shaddai yang perlu
menampakkan diri. ‘Berjumpa’ dengan ‘Menampakkan diri’ adalah 2 hal yang berbeda.
utuh, dan sempurna, karena selama ini hidupmu tidak sempurna walaupun berjalan
bersamaKu, tidak sesuai standard yang Aku inginkan.”
Dalam bahasa Ibrani, ‘Menampakkan diri’ digunakan kata ‘Raah (H7200)’ tetapi
dalam Alkitab bahasa Yunani yang pada umumnya ditulis oleh para rasul digunakan
kata ‘Horao (G3708)’ yang lebih dipisahkan untuk memberikan pengertian yang jelas,
yang berarti bukan perjumpaan melainkan menampakkan diri dengan tujuan agar
Abraham memahaminya.
Yohanes 5:37
Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak
pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat,
Engkau tidak bisa melihat penampakanNya karena tidak pernah mendengar suaraNya
yang adalah FirmanNya.
Yohanes 8:38
Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu
perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu."
“Apa yang Kulihat” (digunakan bahasa Yunani yaitu horao). Bahasa Yunani
lebih memperjelas tentang menampakkan diri di Kejadian 17, maksudnya adalah
memperjelas supaya kita memahami dan mengerti karena di Yohanes menghubungkan
tentang ‘rupa Allah yang tidak terlihat dan tidak dipahami’ dengan ‘suara’. Ketika kita
tidak mengerti Firman maka kita tidak akan bisa mengerti dan memahami tentang El
Shaddai.
komplit, tidak bercela.” jadi perbuatalah dihadapan-Ku dengan komplit, tidak bercela.
Allah tahu dimana dimensi yang sangat kurang dalam kehidupan Abraham. Allah
pusing melihat Abraham dari Kejadian 11, Allah telah memanggil Abraham dari Ur-
Kasdim.
Yesaya 51:2
Allah memanggil Abram ketika dia seorang diri. Allah berjumpa dan berbicara
dengan Abram, artinya ada Firman yang dilepaskan Allah. Abram mendengarkan Allah
untuk keluar dari Ur-kasdim.
Sekarang mari kita lihat Yosua, pada hari-hari terakhir masa hidupnya, dia berpisah
dengan bangsa Israel dan berkata:
Yosua 24:2-3;
3 Tetapi Aku mengambil Abraham, bapamu itu, dari seberang sungai Efrat,
dan menyuruh dia menjelajahi seluruh tanah Kanaan. Aku membuat banyak
keturunannya dan memberikan Ishak kepadanya.
Jika kita gabungkan antara Yesaya 51 dengan Yosua 24 maka kita dapat
mengerti bahwa Allah sudah berjumpa dengan Abraham beberapa kali bahkan dalam
Kejadian 12 Allah berjumpa lagi dengan Abraham serta berkata:
Kejadian 12:1
“Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini
ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;
Kejadian 12:7
“Ketika itu Tuhan menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: “Aku akan
memberikan negeri ini kepada keturunanmu.” Maka didirikannya di situ
mezbah bagi Tuhan yang telah menampakkan diri kepadanya”.
Kejadian 17 : 1
Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN
menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya: "Akulah Allah
Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela.
Saya ingin kita memiliki pemahaman yang lebih jelas dari apa yang saya
dapatkan. Sejak Abram dipanggil Tuhan dari Ur-Kasdim, Abram sudah mengalami
perjumpaan dengan Tuhan tetapi dia tidak mengambil seluruh dimensi Ilahi Allah yang
menampakkan diri-Nya. Dia tidak mengambil hal itu, itu sebabnya Allah Kembali
Ps. Djonny Tambunan - GPK Sahabat Kota - Medan 17
Notes JMD-Bandung 10 Januari 2020
menampakkan diri-Nya untuk menunjukan kepadanya dimensi apa yang masih kurang
dalam dirinya. Lalu kemudian Allah menunjukkan cara satu-satunya, langkah apa yang
perlu diambil oleh Abram. Allah sudah berfirman kepada Abram bahwa dia akan
menjadi sebuah bangsa yang besar maka Allah akan bertanggung jawab, Allah
mengangkat sumpahnya demi diri-Nya sendiri bahwa itu akan digenapi-Nya.
Meskipun kita sudah mengalami perjumpaan dengan Allah, kita perlu Kembali
mengalami perjumpaan dengan Allah El-Shaddai artinya kita menemukan dimensi ilahi
yang kita butuhkan supaya kita berhasil mencapai destiny. Kita menemukan jalan yang
adalah jalan satu-satunya. Bukankah Abraham sudah berjumpa dengan Allah beberapa
kali? Bukankah Allah juga telah memberikan panggilan dan janjiNya kepada Abram?
Bukankah Allah telah memiliki rencana besar kepada Abraham? Bukankah Allah telah
mempertemukan Abram dengan imam Allah yang maha tinggi yaitu Melkisedek?
Bukankah Allah telah melakukan semuanya itu? Tetapi Allah tetap melihat masih ada
yang kurang! Itu sebabnya Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai El Shaddai, Allah
yang perkasa, Allah payudara ibu supaya dia hanya melihat bahwa Allah adalah satu-
satunya jalan.
8 Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu
sudah cukup bagi kami."
9 Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu,
Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat
(horao) Aku, ia telah melihat (horao) Bapa; bagaimana engkau berkata:
Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.
“Barangsiapa telah memahami Aku”, “Aku” yang dimaksud adalah Yesus. Kita melihat-
Nya, kita memahami siapa Yesus melalui apa yang Yesus perbuat, artinya ketika Tuhan
menampakkan diri sebagai El Shaddai, maka kita diberi anugerah oleh Allah Bapa
untuk memahami, mampu memanifestasikan, menyatakan kemahakuasaan Allah
melalui hidup kita. Kemahakuasaan dan keperkasaannya Abraham dan dimana dia
menunjukan bahwa dia sudah melihat (horao) El Shaddai tertulis di,
Kejadian 22:10-12
10 Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau
untuk menyembelih anaknya.
11 Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham,
Abraham. " Sahutnya: "Ya, Tuhan. "
12 Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia,
sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau
tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku."
Roma 8:32
Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-
Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala
sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?
dikerjakan juga oleh manusia. Kita bisa lihat bahwa Allah menonton Abraham saat
Abraham tidak segan-segan untuk menyerahkan anaknya, Allah geleng kepala, kagum
melihat aktor yang satu ini, melihat keperkasaannya Abraham. Allah menantikan juga
untuk bisa melihat keperkasaannya kita! Kita bukan hanya menonton keperkasannya
Allah. Allah kagum melihat yang dilakukan Abraham di gunung Moria. Sebelumnya
hanya Allah yang sanggup melakukannya, hanya Allah perkasa, Allah yang mahakuasa
yang sanggup melakukan itu, tetapi sekarang Allah menemukan Abraham. Ternyata
berguna Abraham memahami tentang El-Shaddai di Kejadian 17:1, sehingga sekarang
dia tahu bagaimana dia harus berbuat, dia tahu jalannya, bagaimana dia bisa menjadi
perkasa. Kalimat yang sama, tujuan yang sama dalam
Kejadian 22:12
“Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia,
sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau
tidak segan-segan (tidak menyayangkan) untuk menyerahkan anakmu yang
tunggal kepada-Ku."
1 Petrus 2:9-10
Jadi, sama seperti bayi yang baru lahir, itu adalah sikap yang permanen, tidak
boleh berubah. Bayi yang baru lahir disini bukan posisi rohani, bukan pertumbuhan
rohani melainkan sikap yang permanen, yang selalu ada sampai kapanpun juga. Petrus
meskipun sudah menjadi rasul, namun dia tetap sama seperti bayi yang baru lahir yang
selalu ingin air susu yang murni. Kita menemukan satu-satunya jalan ketika kita
berjumpai dengan El Shaddai dan di dalam El-Shaddai itu semua kecukupan dan
kebutuhan kita tersedia. Tapi bagaimana caranya kita mengambilnya? Kita harus sama
seperti bayi yang baru lahir. Sekarang ini, bayi yang baru lahir, jika ibunya tidak bisa
menyusuinya maka air susu itu akan diinfus, sedangkan masa itu belumlah ada infus.
Kondisi yang seperti inilah yang harus permanen terjadi dalam hidup kita yaitu suatu
sikap bahwa kita hanya menemukan apa yang berasal dari diri Allah yang disediakan
oleh ibumu (Bapa Rohanimu), dimana itu berbicara tentang Rumah Rohani. Apa yang
disediakan, yang disupplai yang berasal dari Allah dalam rumah rohani ini, itulah yang
kita konsumsi, biarlah kita seperti orang yang tidak berdaya, orang yang bodoh.
Sebaliknya jangan merasa lebih banyak tahu ayat Firman Tuhan dan merasa sudah
punya banyak pengalaman pelayanan.
Saudara yang punya pelayanan banyak, ingat di surga tidak pernah dihitung
jumlah pelayanan yang sudah engkau lakukan. Dan di surga tidak pernah dihitung
berapa jumlah orang yang sudah bertobat yang engkau injili . Apakah engkau bisa
menjadi sebuah bangsa? Itulah ukuran Tuhan. Luarbiasa. Jadilah sama seperti bayi
yang baru lahir yang selalu ingin akan air susu yang murni. Air susu dari puting
payudara ibu atau dengan kata lain Shaddai. Engkau hanya menemukan satu-satunya
cara dari bapa rohanimu saja, yang engkau makan, yang engkau konsumsi, yang
engkau taati sepenuhnya. Aku hanya bisa hidup, aku hanya bisa melakukan perjalanan
rohani dari apa yang dikatakan bapaku. Mungkin sulit dicerna, tapi itulah yang kita
butuhkan. Mungkin sulit dipahami, tapi itulah yang kita perlukan.
Pada Kejadian 12, Allah berkata “Aku akan membuat engkau menjadi sebuah
Bangsa kepada Abraham. 1 Petrus 2 : 9 “Tetapi kamulah Bangsa yang terpilih”.
Caranya untuk engkau menjadi bangsa hanya ada 1, yaitu jadilah seperti Abraham,
dimana Abraham sama seperti bayi yang baru lahir, bayi yang baru keluar dari ibunya.
Apa yang diperlukan seorang bayi? Air susu dari sang Ibu. Seorang bayi tidaklah
berdaya, bayi juga rentan bahaya, rentan terhadap penyakit, bakteri, virus, dan apa
saja. Itu sebabnya, dokter dan bidan akan berkata kepada Ibu yang melahirkan bayi
untuk segera memberikan bayi itu air susu, karena di dalam air susu itu ada daya imun
yang akan melindungi hidup bayi itu dari bakteri, virus, dan dari apa saja yang
membahayakan hidupnya.
Kejadian 17, Allah membuat ikat janji. Ikat janji berbicara tentang kesetaraan,
kesepadanan antara Allah dengan manusia (Abraham). Berhenti berkata bahwa Allah
terlalu tinggi. Meskipun kita sering mendengar kalimat bahwa Allah Maha, Maha Kudus,
Maha tinggi, Maha kuasa tapi bukan berarti kita menjadi tidak bisa masuk ke tempat
dimana Allah Maha itu. Di dunia ini ada kita dengar tempat yang disebut dengan VVIP,
VIP, ada tempat yang disebut dengan tempat prioritas, reguler. Kalau engkau memiliki
undangan istimewa, engkau harus melihat tanda pada undanganmu. Regulerkah?
Prioritaskah? VIP kah? Atau VVIP kah? Karena jika engkau VVIP engkau akan makan
bersama-sama satu meja, satu ruangan tersendiri bersama dengan tuan rumah.
Sedangkan ruang VIP engkau akan berada di ruangan disebelah yang mudah ditemui
oleh tuan rumah. Ruang Prioritas adalah ruangan bagi orang yang mungkin menjadi
penyumbang, yang membantu penyelenggaraaan pesta tersebut. Sedangkan ruang
Reguler adalah ruang untuk orang–orang umum (hanya dikenal saat berpapasan dan
bukan orang terdekat si tuan rumah).
Segala hal yang jahat tidak bisa membuat engkau jatuh kedalam dosa. Contoh
lain yang luar biasa adalah bagaimana Daud dan bangsa Israel juga menunjukkan
keperkasaan Allah dalam perjalanan hidup mereka sampai hari ini dan sampai kepada
kekekalan. Betapa Luar biasanya Daud! Dari beberapa kesaksian orang-orang yang
saya ceritakan tadi, sebenarnya mereka adalah orang-orang biasa namun mereka
mampu menunjukkan/menyatakan keperkasaan, kemahakuasaan Allah melalui hidup
mereka!
Doa: