Anda di halaman 1dari 31

Laporan Kasus

ABORTUS INKOMPLIT

Oleh:

dr. Lisa Wulan Sari


\

Pembimbing:
dr. Octaria Saputra, Sp.OG

Pendamping:
dr. Dian Wahyu Rofita Kusuma

RS PERTAMINA
PRABUMULIH
2023
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN KASUS

Judul:
Abortus Inkomplit

Pembimbing :
dr. Octaria Saputra, Sp.OG

Dokter Pendamping :
dr. Dian Wahyu Rofita Kusuma

Oleh:
dr. Lisa Wulan Sari

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
prgram internship Dokter Indonesia (PIDI) di RS Pertamina Prabumulih.

Prabumulih, Maret 2023

dr. Octaria Saputra, Sp.OG

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, Penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Abortus Inkomplit”
Laporan kasus ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar penulis dapat memperbaiki laporan kasus ini.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus mengenai perdarahan
postpartum ini dapat memberikan manfaat maupun pengetahuan terhadap
pembaca.

Prabumulih, Januari 2023


Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
BAB II. LAPORAN KASUS ......................................................................... 3
2.1 Identitas Pasien ....................................................................................... 3
2.2 Anamnesis ............................................................................................... 3
2.2.1 Keluhan Utama ............................................................................ 3
2.2.2 Riwayat Perjalanan Penyakit ....................................................... 3
2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu ............................................................ 3
2.2.4 Riwayat penyakit Keluarga ......................................................... 4
2.2.5 Riwayat Menstruasi ..................................................................... 4
2.2.6 Riwayat Perkawinan .................................................................... 4
2.2.7 Riwayat Kontrasepsi .................................................................... 4
2.2.8 Riwayat ANC .............................................................................. 4
2.2.9 Riwayat Kehamilan dan Persalinan ............................................. 4
2.3 Pemeriksaan Fisik .................................................................................... 4
2.3.1 Status Generalis ........................................................................... 4
2.4 Pemeriksaan Penunjang ........................................................................... 6
2.5 Diagnosis Kerja Dokter ........................................................................... 6
2.6 Penatalaksanaan Pre-Kuretase ................................................................. 6
2.7 Laporan Kuretase ..................................................................................... 7
2.8 Keadaan Ibu Post Kuretase ...................................................................... 7
2.9 Penatalaksana Post Kuretase ................................................................... 7
2.10 Follow-Up ................................................................................................ 8
BAB III. LANDASAN TEORI ...................................................................... 9
3.1 Abortus .................................................................................................... 9
3.1.1 Pengertian .................................................................................... 9

iv
3.1.2 Epidemiologi ............................................................................... 9
3.1.3 Etiologi ........................................................................................ 9
3.1.4 Klasfikasi Perdarahan Postpasrtum ............................................. 11
3.1.5 Patogenesis .................................................................................. 15
3.1.6 Manifestasi Klinis ........................................................................ 16
3.2 Diagnosa Banding.................................................................................... 16
3.3 Pemeriksaan Penunjang ........................................................................... 17
3.4 Tatalaksana .............................................................................................. 17
3.5 Komplikasi .............................................................................................. 21
BAB IV. PEMBAHASAN .............................................................................. 23
4.1 Apakah penegakan diagnosis pada pasien sudah benar? ......................... 23
4.2 Apakah penatalaksanaan pada pasien sudah adekuat? ............................ 23
DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Abortus adalah ancaman pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan.1 Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang terjadi
pada umur kehamilan < 20 minggu dan berat badan janin ≤ 500 gram.2
Abortus merupakan salah satu penyebab perdarahan yang terjadi pada kehamilan
trimester pertama dan kedua. Abortus juga merupakan masalah kesehatan
masyarakat karena memberikan dampak kesakitan dan kematian ibu. Risiko
abortus semakin tinggi dengan bertambahnya paritas serta semakin bertambahnya
umur ibu dan ayah. Faktor lain yang berpengaruh yaitu presiposisi terjaidnya
abortus berulang. Kemungkinan terjadinya abortus berulang pada seorang wanita
yang mengalami abortus tiga kali atau lebih 83,6%.3
Salah satu faktor yang memberikan dampak pada peningkatan Angka
Kematian Ibu adalah risiko 4 Terlalu (Terlalu muda melahirkan dibawah usia 21
tahun, Terlalu tua melahirkan diatas 35 tahun, Terlalu dekat jarak kelahiran
kurang dari 3 tahun dan Terlalu banyak jumlah anak lebih dari 2.4 Lima penyebab
kematian ibu terbesar yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK),
infeksi, partus lama/macet, dan abortus. Kematian ibu di Indonesia masih
didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam
kehamilan (HDK), dan infeksi. Penyebab perdarahan pada ibu hamil adalah
abortus, kehamilan ektopik, perdarahan antepartum (plasenta previa dan solusio
plasenta), perdarahan post partum (retensio plasenta, atonia uteri, dan trauma
kelahiran.3
Berdasarkan penyebab, sebagian besar kematian ibu pada tahun 2020
disebabkan oleh perdarahan sebanyak 1.330 kasus, hipertensi dalam kehamilan
sebanyak 1.110 kasus, dan gangguan sistem peredaran darah sebanyak 230 kasus.
Jumlah kematian ibu di sumatera selatan mengalami kenaikan yaitu 105 yang
terjadi pada tahun 2019 meningkat di tahun 2020 menjadi 128 kejadian.4 Abortus
merupakan salah satu penyebab kematian ibu yang utama di trimester pertama
kehamilan, sehingga asuhan pasca keguguran yang komprehensif, meliputi

1
konseling, tatalaksana medis, Iayanan Keluarga Berencana (KB)/kontrasepsi,
rujukan ke layanan lain, serta kemitraan dengan masyarakat perlu dilakukan.5
Di Indonesia kasus abortus terjadi sebanyak 2,3 juta pertahun. Sementara
itu abortus yang menyebabkan kematian ibu terbanyak adalah abortus
inkomplit, ini disebabkan karena abortus inkomplit dapat menyebabkan
perdarahan dan bila tidak ditangani akan terjadi perdarahan yang hebat dan
akhirnya mengakibatkan kematian pada ibu. Abortus inkomplit adalah terjadinya
perdarahan pervaginam yang diikuti keluarnya janin tanpa plasenta. Biasanya
ditandai oleh gejala amenore, kontraksi yang menyebabkan perut sakit, dan
banyak perdarahan yang dikeluarkan. Ketika dilakukan pemeriksaaan kesehatan,
ostium ditemukan terbuka dan teraba oleh jaringan dan ovarium berukuran kecil
dibandingkan ukuran normal sesuai kehamilan.6

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. S
Tanggal Lahir : 18-08-2000
Umur : 23 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah TanggaPendidikan: SLTA
Agama : Islam
Suku : Sumatera Selatan
Alamat : Karta Dewa ( Pali )
No. RM : RS2303xxxx

2.2 Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 14 Maret 2023
2.2.1 Keluhan Utama
Hamil muda dengan perdarahan pervaginam
2.2.2 Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien hamil 19-20 minggu datang ke IGD RS Pertamina prabumulih
mengeluh keluar darah dari jalan lahir. Perdarahan disertai gumpalan yang
menyerupai daging berwarna merah gelap tidak berbau dari kemaluan yang cukup
banyak sejak 1 hari SMRS. Keluhan pasien disertai dengan perut mules yang
terjadi hilang timbul, mules berkurang saat gumpalan keluar dan nafsu makan
berkurang. Pasien mengatakan sudah 4 kali ganti kain pembalut.
Pasien menyangkal ada riwayat merokok, adanya penyakit darah tinggi,
kelainan bentuk sel darah merah, maupun riwayat kista. keputihan sejak awal
kehamilan, demam dan riwayat perut diurut-urut serta riwayat minum obat-obatan
atau jamu juga disangkal.
2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Asma (-), alergi obat (-) alergi makanan (-), kejang-kejang saat hamil (-),
penyakithipertensi kehamilan (-), penyakit hipertensi saat tidak hamil (-), penyakit
diabetes melitus (-), penyakit jantung (-), penyakit ginjal (-), penyakit TBC (-),

3
penyakit hepar (-)
2.2.4 Riwayat penyakit Keluarga
Asma (-), alergi obat dan makanan (-), kejang-kejang saat hamil (-),
penyakit hipertensi (-) , penyakit diabetes melitus (-), penyakit jantung (-),
penyakit ginjal (-), penyakit TBC (-), penyakit hepar (-)
2.2.5 Riwayat Menstruasi
Usia Menarke : 13 tahun
Siklus Haid : 28 hari
Lama Haid : 5-7 hari
Keluhan Saat Haid : tidak ada
HPHT : 20-10-2022
TP : 27-07-2023
2.2.6 Riwayat Perkawinan
Status Pernikahan : 1x
Lama Menikah : 8 tahun Tahun
usia saat Menikah : 15 tahun
2.2.7 Riwayat Kontrasepsi
Pasien menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan saat berumur 17 tahun
dan berhenti saat usia 21 tahun.
2.2.8 Riwayat ANC
Dokter Sp.OG 1x
2.2.9 Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Th. 2016/ perempuan/3500 gram/spontan/bidan
2.3 Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 14/03/2023 ( 12.35 WIB)
2.3.1 Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tinggi Badan : 150 cm
Berat Badan : 61 kg
Tekanan Darah : 102/59 mmHg
Nadi : 83 x/menit

4
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,2°C
A. Keadaan Spesik

Kepala : Normocephali
Conjungtiva anemi (-/-), sklera ikterik (-/-) edema periorbital (-
Mata : /-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar thyroid (-)

Thorax : Inspeksi : simetris, retraksi sela iga (-)


Palpasi: stem fremitus (+/+) sama kanan dan kiriPerkusi: sonor
dic kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler (+/+) ronki (-/-) wheezing (-/-)
Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampakPalpasi: iktus kordis teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I/II (+/+) normal, regular. Murmur
(-) gallop (-)
Abdomen : Inspeksi: cembung, skar operasi (-), striae gravidarum (+)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi: hepar lien tidak teraba pembesaran
Genitalia : darah (+)
Ekstremitas : akral dingin (-/-) edema (-/-)

B. Status Obsterti
Pemeriksaan luar
Abdomen : striae gravidarum (+), linea nigra (-)
TFU : Tidak teraba
Kontraksi : baik
Nyeri tekan :+
Perdarahan :+
Pemeriksaan Dalam

5
Vaginal Toucher:
- Konsistensi portio :-
- Posisi portio :-
- Pembukaan :-
- Pendataran :-
- Selaput ketuban :-
- Presentasi :-
- Penunjuk :-
- Molase :-
- Hodge :-

2.4 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Laboratorium ( 10-02-2022, pukul 22.30 WIB)
Hematologi Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 12,4 11,7-15,5 g/dl
Leukosit 11,57 3.600 – 11.000/ul
Trombosit 248000 150.000 – 440.000/ul
Hematokrit 36 35-47%

Hitung Jenis
Basofil 0,2 0 – 1%
Eosinofil 3,1 2 – 4%
Limfosit 16,8 25 – 40%
Monosit 4,5 2 – 8%
Kimia Klinik
Glukosa Darah 113 70-140 mg/dl
Sewaktu
Imunologi / Serologi
HBS-AG Negatif Negatif

2.5 Diagnosis Kerja Dokter


G2P1A0 Hamil 19-20 Minggu Dengan Abortus Inkomplit

2.6 Penatalaksanaan Pre-Kuretase


- Observasi keadaan umum, tanda vital dan perdarahan
- IVFD Ringer Laktat drip oksitoksin 2 amp gtt 20x/menit
- Puasa sampai tindakaan

6
- Gastrol 1x2 PO
- Rencana Kuretase 14 Maret 2023 pukul 16.00 WIB

2.7 Laporan Kuretase


Operator : dr. Susiyanti, Sp.OG
Nama Tindakan : Kuretase
Posisi ibu litotomi, dilakukan tindakan anestesi umum, pemasangan duct
steril, pemasangan spekulum, tenakulum pada jam 16.00, dilakukan kuretase
sistematis sesuai arah jam, didapatkan sisa jaringan ± 150 cc, tanpa adanya
komplikasi Post Kuretasedan tindakan pemeriksaan Patalogi Anatomi.

2.8 Keadaan Ibu Post Kuretase


Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentisTekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Frekuensi napas : 23 x/menitTemperatur : 36.0 ºC
Kontraksi uterus : Baik
Lochia : Rubra
Perdarahan : Ringan (50 cc)

2.9 Penatalaksana Post Kuretase


- Observasi keadaan umum, tanda vital ibu, kontraksi uterus, dan perdarahan.
- IVFD Ringer Lactate 500 cc
- Asam mefenamat tab 3x500 mg
- Klindamicin 300mg 2x1 tab
- Bledstop 3x1 tab
- Neurodex 1x1 tab
- Sore rencana pulang

7
2.10 Follow-Up
Tanggal Catatan Tindakan
14 Maret S : Pasien datang ke IGD - Observasi keadaan umum,
2023, Pukul dengan perdarahan tanda vital ibu, kontraksi
14.00 pervaginam sejak uterus, dan perdarahan.
WIB tanggal ± 1 hari SMRS. - IVFD Ringer Laktat drip
Pasien dibawa ke poli oksitoksin 2 amp gtt
obgyne untuk dilakukan 20x/menit
usg - Gastrol 1x2 PO
- Pemeriksaan darah lengkap
- Rencana Kuretase 14 Maret
2023 pukul 16.00 WIB
O :
KU : Baik
TD : 102/59 mmHg
HR : 83 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,2ºC
Hb : 12,4
VT : OUE terbuka

A : G2P1A hamil 19- 20


minggu dengan
abortus inkomplit.

15 Maret S: pasien mengatakan tidak - Observasi keadaan umum,


2022, pukul ada keluhan tanda vital ibu, dan
09.00 perdarahan.
- Mobilisasi bertahap
O:
- Diet TKTP
KU: Baik
- Aff infus jika habis
TD: 120/80 mmHg
- Klindamicin tab 2x300 mg
HR: 80 x/menit
- Asam mefenamat tab 3x500
RR: 21 x/menit
mg
T : 36,0ºC
- Sore rencana pulang
A : Post Kuretase A/i
Abortus inkomplit

8
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Abortus
3.1.1 Pengertian
Abortus adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, yaitu
sebelum janin mencapai berat 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 20
minggu.2
3.1.2 Epidemiologi
Pendarahan pervaginam sebelum dua puluh minggu kehamilan terjadi
pada hingga 20% kehamilan, dan 50% dari kasus ini akan mengalami aborsi
spontan. Secara keseluruhan, 10-20% dari kehamilan yang diakui secara klinis
akan berakhir dengan keguguran dini. Namun, statistik ini kemungkinan besar
meremehkan kejadian sebenarnya dari aborsi spontan, karena banyak keguguran
terjadi sebelum seorang ibu menyadari bahwa dia hamil dan disalahartikan sebagai
menstruasi yang berat dan terlambat. Akibatnya, kejadian sebenarnya dari aborsi
spontan bisa mendekati 30%.7
Aborsi inkomplit terjadi pada wanita yang hamil <20 minggu. Mereka
lebih sering terjadi pada wanita dengan usia ibu lanjut dan wanita dengan status
sosial ekonomi rendah atau mereka yang terlibat dalam hal berisiko. Faktor risiko
dan populasi pasien yang paling sering terkena mirip dengan aborsi spontan.
Wanita yang tinggal di daerah dengan akses yang buruk ke perawatan kesehatan
juga berisiko tinggi mengalami aborsi tidak lengkap setelah aborsi yang diinduksi
secara medis ataupembedahan.8
3.1.3 Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu:
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.9
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi biasanya menyebabkan
abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan
kelainan ini adalah:

9
 Kelainan kromosom
Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah
trisomi, poliploidi, kelainan kromosom sex serta kelainan kromosom
lainnya.
 Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi
kurang sempurna sehingga menyebabkan pemberian zat-zat makanan pada
hasil konsepsi terganggu.
 Pengaruh dari luar
Adanya pengaruh dari radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya
dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya
dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
b. Kelainan pada plasenta9
Misalnya endo-arteritis dapat terjadi dalam vili korialis dan
menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak
kehamilan muda misalnyakarena hipertensi menahun.
c. Faktor maternal9
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria, dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin,
bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin,
sehingga menyebabkan kematian janin dan kemudian terjadilah abortus.
Anemia berat, keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit
menahun juga dapat menyebabkan terjadinya abortus.
d. Kelainan traktus genitalia9
Retroversi uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat
menyebabkan abortus.
e. Hormon10
Penurunan kadar progesteron pada pasien abortus dibandingkan
dengan kehamilan normal dan tes serum progesteron dapat digunakan sebagai
tanda untuk menilai kegagalan awal kehamilan.

10
f. Imunologi6
Faktor imunologi telah terbukti signifikan dapat menyebabkan abortus
spontan yang berulang antara lain disebabkan adanya antibodi antifosfolipid
pada antiphospholipid syndrome (APS). Antibodi antifosfolipid yang
terpenting dalam klinis yaitu lupus anticoagulant (LA) dan anticardiolipin
antibody (ACA) yang mengakibatkan destruksi vaskuler, trombosis, abortus
serta destruksi plasenta.
g. Faktor Lingkungan
Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan
kimia atau radiasi umumnya berakhir dengan abortus. merokok berkaitan
dengan peningkatan kejadian abortus euploidi. Baik abortus spontan maupun
anomali janin dapat ditimbulkan oleh seringnya konsumsi alkohol. Selain itu,
kafein, radiasi dan alat kontrasepsi juga menyumbang meningkatnya risiko
kejadian abortus.11
3.1.4 Klasfikasi Perdarahan Postpasrtum
1. Abortus iminens4,9
Keguguran iminens merupakan perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya
dilatasi serviks. Diagnosis keguguran iminens ditentukan karena pada wanita
hamil terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai sedikit
nyeri abdomen atau tidak sama sekali, uterus membesar sesuai usia
kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Keguguran
iminens berbeda dengan perdarahan implantasi, yaitu perdarahan dalam
jumlah sedikit di awal kehamilan akibat menembusnya villi korealis ke dalam
desidua pada saat implantasi embrio. Perdarahan implantasi umumnya sedikit,
warnanya merah, cepat berhenti, dan tidak disertai perut mulas. Diagnosis
abortus imminens ditentukan dari:
 Terjadinya perdarahan melalui ostium uteri eksternum dalam jumlah
sedikit;
 Disertai sedikit nyeri perut bawah atau tidak sama sekali;
 Uterus membesar, sesuai masa kehamilannya;
 Serviks belum membuka, ostium uteri masih tertutup;

11
 Tes kehamilan (+).

Gambar 1. Abortus Iminens


2. Abortus insipiens4,9
Perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya
dilatasi serviks uteri yang semakin bertambah, tetapi hasil konsepsi masih
dalam uterus. Dalam hal ini rasa perut mulas menjadi lebih sering dan kuat
serta perdarahan semakin banyak. Ciri dari jenis abortus ini yaitu perdarahan
pervaginam dengan kontraksi makin lama makin kuat dan sering, serviks
terbuka, besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dan tes urin
kehamilan masih positif

Gambar 2. Abortus Insipiens

12
3. Abortus inkomplit4,9
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan
vagina, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri
atau terkadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Ciri dari jenis
abortus ini yaitu perdarahan yang banyak disertai kontraksi, kanalis servikalis
masih terbuka, dan sebagian jaringan keluar.

Gambar 3. Abortus Inkomplit


4. Abortus komplet4,9
Perdarahan pada kehamilan muda di mana seluruh hasil konsepsi telah
keluar dari kavum uteri. Seluruh hasil kehamilan telah dilahirkan dengan
lengkap. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah
menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat di permudah
apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya
sudah keluar dengan lengkap.
Ciri dari abortus ini yaitu perdarahan pervaginam, kontraksi uterus,
ostium serviks menutup, dan tidak ada sisa konsepsi dalam uterus.

13
Gambar 4. Abortus Komplet
4,9
5. Missed Abortion
Tertahannya hasil konsepsi yang telah mati didalam rahim selama ≥8
minggu. Ditandai dengan tinggi fundus uteri yang menetap bahkan mengecil,
biasanya tidak diikuti tanda–tanda abortus seperti perdarahan, pembukaan
serviks, dan kontraksi.

Gambar 5. Missed Abortion

6. Abortus Habitualis9
Merupakan abortus spontan yang terjadi 3x atau lebih secara berturut-
turut. Pada umumnya penderita tidak sulit untuk menjadi hamil, tetapi
kehamilan berakhir sebelum mencapai usia 28 minggu.
7. Abortus Infeksius & Abortus Septik9
Diagnosis abortus infeksius ditentukan dengan adanya abortus yang
disertai gejala dan tanda infeksi alat genital seperti panas, takikardi,
perdarahan pervaginam yang lama atau bercak perdarahan, discharge vagina
atau serviks yang berbau busuk, uterus lembek, serta nyeri perut dan pelvis

14
serta leukositosis. Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat atau
kadangmenggigil, demam tinggi, dan penurunan tekanan darah.
8. Abortus Provokatus9
Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan
memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi:
a. Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)
Abortus medisinalis adalah abortus karena tindakan kita sendiri,
dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu
(berdasarkan indikasi medis).
b. Abortus Kriminalis
Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena
tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
3.1.5 Patogenesis
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti
nekrosis jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila pada kehamilan kurang dari 8
minggu, villi khorialis belum menembus desidua serta mendalam sehingga hasil
konsepsi dapat keluar seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14 minggu villi khorialis
sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna
dan menimbulkan banyak perdarahan dari pada plasenta.
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka
dia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah meninggal dan
tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena
cairan amion menjadi kurang oleh sebab diserap dan menjadi agak gepeng. Dalam
tingkat lebih lanjut menjadi tipis. Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak
lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi
lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin bewarna kemerah-
merahan.1

15
3.1.6 Manifestasi Klinis
Gejala Klinis:9
a. Tanda-tanda kehamilan, seperti amenorea kurang dari 20 minggu, mual-
muntah, mengidam, hiperpigmentasi mammae, dan tes kehamilan positif;
b. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat
dan kecil, serta suhu badan normal atau meningkat;
c. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi;
d. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus;
e. Pemeriksaan ginekologis:
- Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam ada/tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium/tidak bau busuk dari vulva.
- Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, serta ada/tidak cairan atau
jaringan berbau busuk dari ostium.
- Colok vagina: porsio masih tebuka atau sudah tertutup serta teraba atau
tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari
usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, dan kavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

3.2 Diagnosa Banding


Tabel 2.1 Diagnosa Banding
Nyeri Ukuran
Diagnosis Perdarahan Serviks Gejala Khas
Abdomen Uterus
Abortus Sedikit-banyak Sedang-berat Sesuai Terbuka Pengeluaran
Inkomplit usia sebagian
gestasi jaringan hasil
konsepsi
Abortus Sedikit Tanpa rasa Lebih Tertutup Pengeluaran
Komplit nyeri/nyeri kecil semua
sedang dari usia jaringan hasil
gestasi konsepsi

16
Nyeri Ukuran
Diagnosis Perdarahan Serviks Gejala Khas
Abdomen Uterus
Abortus Sedikit-banyak Sedang-berat Sesuai Terbuka Tidak ada
Insipiens usia pengeluaran
gestasi hasil
Konsepsi

Abortus Sedikit Sedang Sesuai Tertutup Tidak ada


Iminens usia pengeluaran
gestasi hasil
konsepsi

3.3 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Penunjang :9
a. Laboratorium
 Darah Lengkap
 Kadar hemoglobin rendah akibat anemia hemoragik;
 LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.
 Tes Kehamilan
Terjadi penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG secara
prediktif. Hasil positif menunjukkan terjadinya kehamilan abnormal (blighted
ovum, abortus spontan atau kehamilan ektopik).
b. Ultrasonografi
 USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4 - 5 minggu;
 Detik jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm (usia
kehamilan 5 - 6 minggu);
 Dengan melakukan dan menginterpretasi secara cermat, pemeriksaan USG
dapat digunakan untuk menentukan apakah kehamilan viabel atau non-
viabel.

3.4 Tatalaksana
a. Abortus imminens9
 Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang
mekanik berkurang.
 Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan untuk mengurangi
kerentanan otot-otot rahim.

17
 Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif, mungkin janin sudah
mati.
 Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
 Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg.
 Pasien tidak boleh berhubungan seksual dulu sampai lebih kurang 2
minggu.
b. Abortus insipiens9
 Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan
transfusi darah.
 Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan,
tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam
abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan
ergometrin 0,5 mg intramuskular.
 Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam
dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai
kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplet.
 Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara digital yang dapat disusul dengan kerokan.
 Memberi antibiotik sebagai profilaksis.
c. Abortus Inkomplit :4,9,1
 Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk
tanda-tanda vital
 Pengawasan pernafasan (jika ada tanda-tanda gangguan pernafasan seperti
adanya takipnea, sianosis) bebaskan saluran nafas dari sumbatan kemudian
bantuan oksigen
 Berikan cairan infus (D5% dan atau NaCl 0,9%)
 Lakukan pemeriksaan laboratorium
 Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, penurunan
kesadaran, tekanan sistolik kurang dari 90 mmHg, nadi lebih dari 112 kali
per menit)
 Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan < 16
minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan:

18
1) Aspirasi Vacum Manual merupakan metode evakuasi yang terpilih.
Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika AVM
tidak tersedia
2) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, berikan ergometrin 0,2
mg IM (diulang setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg
oral (dapat diulangi 4 jam jika perlu)
- Jika kehamilan > 16 minggu:
1) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam
fisiologis atau RL) dengan kecepatan 40 tetes/menit sampai terjadi
ekspulsi konsepsi
2) Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam
sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 80 mg)
3) Evakuasi si dalam uterus
4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
- Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotik profilaksis
(ampisilin 500 gr oral atau doksisiklin 100 gr)
- Bila terjadi infeksi, beri ampisilin 1 gr dan metronidazole 500 mg
setiap 8 jam
- Bila pasien tampak anemik, berikan sulfas ferosus 600 mg per hari
selama 2 minggu pada anemia sedang atau transfusi darah pada
anemia berat.
Untuk kasus abortus inkomplit erat kaitannya dengan abortus tidak
aman, oleh karena itu perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Pastikan tidak ada komplikasi berat seperti sepsis, perforasi uterus dan
cidera intra abdoemen (mual-muntah, nyeri pinggang, demam, perut
kembung, nyeri perut bawah, dinding perut tegang)
- Bersihkan ramuan tradisional, jamu, bahan kuastik, kayu atau benda-
benda lainnya dari region genitalia
- Berikan booster tetanus toksoid 0,5 ml bila tampak luka kotor pada
dinding vagina atau kanalis servikalis dan pasien pernah diimunisasi
- Bila riwayat pemberian imunisasi tidak jelas, berika serum anti tetanus
(ATS) 1500 unit IM diikuti dengan pemberian tetanus toksoid 0,5 ml

19
setelah minggu
- Konseling untuk kontrasepsi pasca keguguran dan pemantauan lanjut
d. Abortus komplet9
 Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau
transfusi darah.
 Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
 Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin. dan mineral.
e. Missed abortion9
 Bila terdapat hipofibrinogenemia siapkan darah segar atau fibrinogen.
 Pada kehamilan kurang dari 12 minggu. Lakukan pembukaan serviks
dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks
dengan dilatator Hegar. Kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam
ovum lalu dengan kuret tajam.
 Pada kehamilan lebih dari 12 minggu. Infus intravena oksitosin 10 IU
dalam dekstrose 5% sebanyak 500 ml mulai dengan 20 tetes per menit dan
naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan
sampai 10 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin
setelah pasien istirahat satu hari
 Bila tinggi fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasilkonsepsi
dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding
perut.
f. Abortus infeksius dan septik9
 Tingkatkan asupan cairan.
 Bila perdarahan banyak, lakukan transfusi darah.
 Penanggulangan infeksi:
 Gentamycin 3 x 80 mg dan Penicillin 4 x 1,2 juta.
 Chloromycetin 4 x 500 mg.
 Cephalosporin 3 x 1.
 Sulbenicilin 3 x 1-2 gram.
 Kuretase dilakukan dalam waktu 6 jam karena pengeluaran sisa-sisa
abortus mencegah perdarahan dan menghilangkan jaringan nekrosis
yang bertindak sebagai medium perkembangbiakan bagi jasad renik.

20
 Pada abortus septik diberikan antibiotik dalam dosis yang lebih tinggi
misalnya Sulbenicillin 3 x 2 gram.
 Pada kasus tetanus perlu diberikan ATS, irigasi dengan H2O2, dan
isterektomi total secepatnya.
g. Abortus Habitualis9
 Memperbaiki keadaan umum, pemberian makanan yang sehat,
istirahat yang cukup, larangan koitus, dan olah raga.
 Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan.
 Pada serviks inkompeten terapinya adalah operatif: Shirodkar atau
MacDonald (cervical cerclage).

3.5 Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi,
dan syok.
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiporetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamat-amati
dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan
tergantung dari luar dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau
histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam
menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas,
mungkin juga terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan
adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera
dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil
tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus,
tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada

21
abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis.
Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis,
dengan kemungkinan diikuti oleh syok.
d. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik)
dan karena infeksi berat (syok endoseptik).

22
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Apakah penegakan diagnosis pada pasien sudah benar?


Pada kasus ini dilaporkan seorang Ibu usia 23 tahun datang ke IGD RS
Pertamina Prabumulih pada tanggal 14 Maret 2023 pukul 12:30 WIB, berdasarkan
anamnesa yang dilakukan ibu datang dengan keluhan keluar darah pervaginam
sejak 1 hari yang lalu. Darah yang keluar disertai dengan gumpalan daging yang
berwarna merah gelap dan tidak berbau. Hal ini mengindikasikan telah terjadi
abortus.
Dari pemeriksaan fisik di dapatkan tekanan darah (102/59 mmHg), nadi
(83x/menit), RR (20x/menit), suhu (36.20C) tinggi badan (150 cm) berat badan
(61 kg). Pada pemeriksaan Laboratorium didapatkan Hb 12,4/dL. Dari
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium didapatkan tidak ada komplikasi
yang terjadi pada ibu akibat dari perdarahan pervaginam.
Pada status tertulis G2P1A0 hamil 19-20 minggu dengan Abortus
inkomplit. Dimana pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum
20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Ciri dari jenis abortus
ini, yaitu perdarahan yang banyak disertai kontraksi, kanalis servikalis masih
terbuka, dan sebagian jaringan keluar.

4.2 Apakah penatalaksanaan pada pasien sudah adekuat?


Secara keseluruhan penatalaksanaan pada pasien belum adekuat. G2P1A0
hamil 19-20 minggu dengan Abortus inkomplit diberikan tatalaksana awal yang
berupa IVFD Ringer Laktat 500 cc, Misoprostol 2x1. Pada pasien ini dilakukan
observasi keadaan umum, tanda vital, dan pemeriksaan darah lengkap serta
rencana kuretase. Pemberian IVFD Ringer Laktat 500 cc bertujuan untuk
menghindrasi pasien. Pasien juga diberikan misoprostol. Misoprostol adalah obat-
obatan yang umumnya digunakan untuk menginduksi aborsi dan untuk mengelola
abortus inkomplit atau Intrauterine fetal death (IUFD).19 Penatalaksanaan abortus
inkomplit dengan usia gestasi < 20 minggu terapi medikamentosa yang diberikan
adalah obat anti nyeri dan misoprostol. Pada pasien tidak diberikan obat antinyeri.

23
Penatalaksanaan abortus inkomplit dengan usia gestasi < 20 minggu terapi
operatif yang diberikan adalah obat antinyeri, antibiotik profilaksis, tindakan
anestesi dan prosedur AVM. Pada pasien tidak diberikan antibiotik profilaksis
sebelum dilakukan tindakan kuretase. Pada tatalaksana medikamentosa setiap
pasien diberikan obat anti nyeri. Pemberian NSAID, seperti ibuprofen, ketoprofen,
asam mefenamat, diklofenak atau ketorolak, disarankan untuk diberikan sebelum
atau saat kram perut dimulai. Pilihan antibiotik profilaksis yaitu doksisiklin (200
mg per oral), azitromisin (500 mg per oral), metronidazole (500 mg per oral).
Pemberian antibiotik profilaksis rutin tidak dianjurkan untuk tatalaksana
medikamentosa. Dosis terapuetik tidak diperlukan apabila tidak didapati tanda
infeksi.
Bila terjadi perdarahan yang hebat, dianjurkan segera melakukan
pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal
terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung
baik dan perdarahan bisa berhenti. Selanjutnya dilakukan tindakan kuretase.
Tindakan kuretase harus dilakukan secara hati-hari sesuai dengan keadaan umum
ibu dan besarnya utems. Tindakan yang dianjurkan ialah dengan karet vakum
menggunakan kanula dari plastik. Pasca tindakan perlu diberikan uterotonika
parenteral ataupun per oral dan antibiotika. Tindakan kuretase merupakan
manajemen bedah sesuai kebutuhan, baik di ruang operasi atau pengaturan kantor.
Terdapat bukti bahwa kuretase suction saja, tanpa kuretase sharp, sudah cukup
dan mengurangi risiko perlekatan intrauterin, selama ada kepastian yang masuk
akal bahwa uterus kosong. Karena kurangnya bukti tentang keamanan manajemen
kehamilan dari keguguran trimester kedua, manajemen medis atau bedah lebih
disukai setelah usia kehamilan 12-13 minggu.7,15
Pos-kuretase pasien di berikan antibiotik klindamicin tablet 2x 300 mg per
oral dan asam mefenamat tablet 3x500 mg per oral.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono.2016. Ilmu Kebidanan. Eds IV. Cet V. Jakarta :


PT. BinaPustaka
2. Heryati.2018. Hubungan Umur Dan Paritas Ibu Hamil Dengan Kejadian
Abortus Inkomplit Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2017.
Jurnal. JPP(Jurnal Kesehatan Palembang). Vol 13. No.1. Akademi
Kebidanan Persada Palembang. Diakses pada tanggal 11 febuari 2022
(https://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/JPP/article/view/83)
3. Qubro, DZ, Ratna Dewi PS, Tri Umiana S.2018. Hubungan Antara Usia Dan
Paritas Ibu Dengan Kejadian Abortus Di Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar
Lampung. Jurnal. Majority. Vol. VII. NO.III. Universitas Lampung. Diakses
pada tanggal 11 febuari 2022. (http://repository.lppm.unila.ac.id/11092/1/2064-
2783-2-PB.pdf)
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2020. Diakses pada tanggal 12 febuari 2022.
(https://pusdatin.kemkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-data-pusat-
data-dan-informasi.html)
5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Pedoman Nasional
Asuhan Pasca Keguguran yang Komperhensif. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Diakses pada tanggal 11 febuari 2022.
(https://kesga.kemkes.go.id/assets/file/pedoman/Pedoman%20Nasional%20A
PK%20 Komprehensif.pdf)
6. Sari, Marisa HS. Fitri Aprivanti, Lira MAI.2020.Hubungan Usia Dan Paritas
Dengan Kejadian Abprtus Inkomplit Di RSUD Tengku Rafi’an Siak. Jurnal.
Jurnal Dopler. Vol IV. NO II. Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.
Diaksies pada tanggal 11 febuari 2022
(https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/doppler/article/view/984)
7. Alves C., & Rapp A. 2020. Spontaneous Abortion.. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560521/
8. Redinger A., & Nguyen H. 2021. Incomplete Abortions. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available
from:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559071/
9. Sari, R.D.P. & Prabowo, A.Y. 2018. Buku Ajar Perdarahan Pada Kehamilan
Trimester 1. Bandar Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
10. Rajuddin, Rini R.F., & Nurjannah. 2016. Hubungan kadar progesteron dan β-
HCG dengan abortus pada kehamilan ≤12 minggu di klinik Rasi Banda Aceh.
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh. 2(2):21-29.
11. Cunningham, F.G. 2012. Obstetri Williams. Cetakan ke 23. Jakarta: EGC
12. Mouri M.I., Hall H., & Rupp T.J. 2020 Threatened Abortion. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available

25
from:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430747/
13. Hikmah, K. 2017. Faktor Risiko Umur Ibu Yang Berisiko Tinggi Terhadap
Kejadian Abortus. Indonesia Jurnal Kebidanan, 1(2), 113.
https://doi.org/10.26751/ijb.v1i2.384
14. Cunningham, F.G. 2018. Williams Obstetrics 25th Edition. New York: The
McGraw- Hill.
15. Osilla E.V., & Sharma S. 2020. Oxytocin. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507848/
16. Murphy P.B., Bistas K.G., & Le JK. 2020. Clindamycin. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available
from:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519574/
17. Crader M.F., & Varacallo M. 2021. Preoperative Antibiotic Prophylaxis.
[Updated 2021 Feb 14]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK442032/
18. Weir C.B., & Le J.K. 2020. Metronidazole. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539728/
19. World Health Organization. 2018. Medical management of abortion. World
HealthOrganization

26

Anda mungkin juga menyukai