Anda di halaman 1dari 39

TIM PENYUSUN

Pengarah

Ketua STIKES Harapan Ibu Jambi

H. Subakir, SKM., M.Kes

Koordinator

Dosen Pengampu Apt.Santi perawati, M.Farm

Disusun oleh

Iffah Arfiani

2248201122

Buku Saku ini diterbitkan Oleh : Iffah Arfiani

Mahasiswa JK Farmasi HI Jambi 2022/2023

Telp : 0856-0981-4385

WA : 0856-0981-4385

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa


karena rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan buku saku dengan judul
“Tanaman yang dapat membantu penyakit imunitas, degeneratif dan infeksi”

Dalam menyusun buku ini kami tidak dapat lepas dari kesalahan namun
berkat dorongan, didikan dan bimbingan dari semua pihak, maka kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Untuk itu kami sebagai penyusun mengucapkanterima
kasih.

Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan buku saku ini. Untuk
penyempurnaan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.

Iffah Arfiani

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
FITOTERAPI...................................................................................................................1
 DEFINISI FITOTERAPI.......................................................................................... 1
 KONSEP DASAR FITOTERAPI...............................................................................2
 SEJARAH FITOTERAPI......................................................................................... 3
 PERANAN FARMASI DALAM FITOTERAPI.......................................................... 4
IMUNITAS, PENYAKIT DEGERATIF DAN INFEKSI...................................................... 6
 IMUNITAS............................................................................................................ 6
 PENYAKIT DEGENERATIF................................................................................... 7
 INFEKSI.............................................................................................................. 11
TANAMAN TRADISIONAL YANG DAPAT MENGATASI IMUNITAS, DEGENERATIF DAN
INFEKSI......................................................................................................................... 14
1. Daun Sembung (Blumea balsamifera (L.).................................................................. 14
2. Pasak Bumi (Eurycoma longifolia)........................................................................... 16
3. Daun Kebang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)........................................................ 20
4. Gingseng (Talinum paniculatumGeartn.)................................................................... 23
5. Daun Cocor Bebek (Bryophyllum pinnatum)............................................................. 25
6. Daun Sintrong (Crassocephalum crepidioides)........................................................... 28
7. Daun Sembukan (Paederia foetida L)..................................................................... 30
8. Daun Keduduk (Melastoma malabathricum L.)........................................................32
9. Ginkgo Biloba (Ginkgo Biloba L)............................................................................ 34
10. Jati Cina (Senna Alexander )................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................iv

iii
FITOTERAPI

 DEFINISI FITOTERAPI

Fitoterapi berasal dari kata fito dan terapi. Fito artinya


tumbuhan, terapi artinya pengobatan. Jadi, fitoterapi adalah
pengobatan dengan menggunakan bahan-bahan yang berasaldari
tumbuhan(Romansah,2009). Definisi lainjuga lmenyebutkan,bahwa
fitoterapi adalah pengobatan dan pencegahan
penyakit menggunakan tanaman, bagian tanaman, dan sediaan
yang terbuat dari tanaman. Bagian penting dalamfitoterapi adalah
bagian tumbuhan yang dapat berfungsi sebagai obat. Selain itu,
mengategorikan bahwa senyawa hasil isolasi suatu tanaman
digolongkan ke dalam obat herbal yang poten (forte), sebagai
contoh digoksin dan digitoksin hasil isolasi dariDigitalis lanata dan
D. purpurea. Turunan senyawa tersebut yang dibuat secara
sintesis, misalnya asetil digoksin dan metil digoksin, tidak dapat
dimasukkan dalam kelompok obat herbal. Dari sisi lain, obat herbal
dapat disebut multikimia atau polikimia.

Menurut salah satu peneliti tumbuhan dari Jerman,Johann


Wolfgang Goethe (1749 – 1832), menyebutkan bahwa ini
merupakan suatu rahasia yang harus kita ketahui untuk memahami
suatu tanaman. Dengan makin berkembangnya ilmu kimia,
sekarang dapat dengan mudah mengindentifikasi sejumlah besar
komponen kimia dalam suatu tanaman ataupun bagian tanaman,
meskipun belum jelas mengapa senyawa senyawa kimia tersebut
dihasilkan oleh suatu tanaman ataupun mengapa tanaman tetap
memelihara kesatuan holistic sekalipunkomposisi bebubah selama
perubahan musim dan perubahan tumbuhan. Tidak jarang seorang
ahli tanaman dapat mengidentifikasi (mendeterminasi) suatu
tanaman berdasarkan senyawa kimia yang dihasilkan atau efek
dari keseluruhan tanaman. Ahli tanaman obat harus mengetahui
tentang tanamanitu sendiri dan pengetahuan mengenai lingkungan
alami, komponen kandungan kimia agar dapat mingendentifikasi
keistimewaan khusus dari tanaman tersebut dan membedakan
dengan tanaman lain.

Aturan fitoterapi lain menyatakan bahwa, jika menggunakan

1
komponen kimia khusus atau derivat kimia yang diisolasi dari
tanaman, terjadi kekhususan dalam transisi dari efikasi terapeutik
keseluruhan ke efek yang dapat ditentukan secara farmakologis.
Kekhususan tersebut dapat dijelaskan menggunakan biji tanaman
Silybum marianum. Biji tanaman ini digunakan untuk mengobati
berbagai macam indikasi selama berabad-abad, namun efek
spesifik terhadap organ hati telah lama diabaikan. Akhirnya,
seorang dokter dari Jerman, Johann Gottfried Rademacher
(1772-1850), pertama kali menemukan bahwa Sylibum marianum
mempunyai kemampuan untuk mengobati berbagai macam
penyakit hati (hepatopati atau hepatoprotektif) sebagaimana
tanaman ini kemudian dikenal. Rademacher mengembangkan
bentuk tingtur Sylibum marianum yang direkomendasikan untuk
penyakit hati. Pada tahun 1930, Horhammer berhasil melakukan
isolasi silimarin dari biji S. marianum, merupakan campuran
flavonoid yang terdiri dari tiga komponen yaitu silikristin, silidianin,
dan silibinin. Pengujian farmakologi dan klinik telah menunjukkan
silimarin mempunyai efek protektif dan kuratif pada penyakit hati.
Antidote khusus untuk penyakit hati yang akut dan mengancam
kehidupan disebabkan oleh jamur Amanita yang dikembangkan
dengan silibinin sintetik. Transisi dari penggunaan obat yang luas
dan tidak spesifik menjadi umum, tetapi memiliki indikasi spesifik
terhadap organ tertentu dan dengan indikasi yang lebih sempit
pada penyakit keracunan hati menunjukkan spesialisasi atau
penyempitan spektrum terapetik dan transisi yang berhubungan
dari obat alami ke obat sintetik sebagaiman contoh pada antidot
spesifik ini untuk suatu penyakit yang khusus. Hal diatas
menjelaskan suatu pendapat bahwa hasil terapeutik yang dapat
dipercaya dapat dicapai hanya dengan menggunakan bahan kimia.
Gambaran klinis dapat menentukan kemungkinan yang menjadi
pilihan terapeutik yang terbaik.

 KONSEP DASAR FITOTERAPI

Dalam fitoterapi dikenal beberapa konsep terapeutika yang


diawali dengan konsep terapeutika manusia purba, konsep
terapeutika masa Romawi-Yunani, konsep terapeutika islam,
konsep terapeutika tradisional China, dan konsep teraupetika
Ayurveda. Dari berbagai konsep teraupetik tersebut dapat terlihat

2
bahwa dasar dasar farmakologi sudah diperkenalkan pada
masanya masing-masing.

Ibnu Sina dengan konsep ‘Islamic Medicine’ nya, menyatakan


bahwa :

 Obat mempunyai aksi yang khas sesuai dengan energi


yang dikandungnya

 Obat mempunyai indikasi pengobatan dengan efek khas


bagi setiap organ target

 Penggunaan obat harus memperhatikan ‘duration of action’


atau masa penindakan, toksisitas (kualitas beracunnya),
kontra indikasi, dan antidotum atau penawar racunnya.

 Obat diberikan dalam dosis, bentuk sediaan, dan cara


pemberian yang sesuai.

 Konsep energi yang diungkapkan Ibnu Sina ini kelak akan


menjadi landasan bagi konsep Yin dan Yang dalam sistem

 terapeutika herbal tradisional China, dan sistem terapeutika


Ayurveda.

 SEJARAH FITOTERAPI

Sejarah fitoterapi diperkenalkan oleh seorang dokter dari


Peranis, Henri Leclere (1870-1955), yang menulis banyak tentang
tanaman obat dalam suatu jurnal terkemuka yaitu La Presse
Medicale. Sistem pengobatan dengan menggunaan tanaman
sudah dikenal sejak ribuan tahun silam, beberapa contoh adalah
sistem pengobatan China, Tibet dan Ayurveda dari India. Demikian
juga suku suku asli di Afrika, Amerika Utara dan Selatan yang
banyak menggunakan tanaman dalam sistem pengobatannya.

Beberapa tanaman sudah lama digunakan, sekarang


sudah menjadi sebagai standar fitoterapi, misalnya Echinecea
purpurea dan Harpagophytum procuumbens. Ahli pengobatan di
Mesir dan Yunani memiliki pengetahuan mengenali tanaman obat
yang berpotensi untuk mengobati suatu penyakit dan dapat
menggabungkannya menjadi suatu campuran yang berfungsiuntuk
teraupetik. Dari sudut pandang ilmu pengetahuan kedokteran
modern, kebanyakan indikasi yang disebutkan dalamtulisan tulisan
3
peninggalan zaman pertengahan atau sebelumnya dinilai tidak
spesifik, tidak ilmiah, dan tidak jelas karena ketidakmampuan dan
keterbatasan saat itu, untuk memahami dasar – dasar pemikiran
pada masa lalu. Saat itu para ilmuan memiliki pandangan yang
berbeda mengenai hubungan antara penyakit, manusia, dan alam
dibanding dengan praktik ilmu kedokteran pada abad ke20.

Di Jerman pada masa kebangkitan fitoterapi, sistem


pengobatan ini menjadi suatu kemajuan pesat dengan keluarnya
amandemen Arzneimittelgesets (German Drug Act) yang
diberlakukan mulai 1 januari 1978 dan sejak itu amandemen
tersebut selalu mengalami perubahan dan penambahan. Dalam
sistem pluralisme ini, ilmu pengobatan modern dan fitoterapi
menjadi bagian dalam sistem pengobatan. Rudolf Fritz Weiss
(1895 – 1992), berkebangsaan Jerman dan dikenal sebagai pelopor
fitoterapi, telah memelepori fitoterapi mengalami transisi dan
pengobatan kuno kearah pengobatan modern dan beliau selalu
mempromoosikan penggunaan fitoterapi. Salah satu bukunya
adalah Lebrbruch der Phytotherapy yang diterbitkan pada tahun
1944. Kebangkitan fitoterapi mendapat banyak dukungan dari para
ahli farmasetika di universitas- universitas di Jerman, dengan
melakukan pengujian terhadap tanaman obat dari segi farmasetika,
farmakologi, dan uji klinis, sehingga sistem fitoterapi semakin
berkembang berdasarkan orientasi ilmiah.

 PERANAN FARMASI DALAM FITOTERAPI

Sejak zaman dahulu sampai sekarang, tumbuhan telah


memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia, baik untuk
keperluan sehari-hari maupun sebagai obat. Menurut Capasso et
all., 2003 memaparkan saat memasuki abad ke 20, kira-kira 100
tahun yang lalu, pabrik farmasi terlibat aktif dalam pengembangan
ekstraksi, penelitian dan pemasaran senyawa aktif yang berasal
dari tumbuhan obat. Saat hubungan antara struktur kimia dan
aktivitas biologi diketahui, ilmu empiris mulai memberikan jalan
pada desain obat yang rasional. Pendekatan yang dilakukan oleh
industry farmasi untuk mengidentifikasi, menguji dan
mengembangkan obat baru yangpotensial ini benar-benar berhasil
karena adanya kerjasama intelektual antara bidang kimia
(misalnya kimia medisinal), farmakognosi (biasa juga disebut
4
botani medisinal) ,dan farmakologi. Pada awalnya, fokus penelitian
adalah pada molekul analog atau homolog, tapi dengan
berkembangannya ilmu pengetahuan dan tekhnologi, perhatian
mulai bergeser kearah sintesis senyawa obat baru. Sejalan dengan
berkembangnya obat sintesis, tumbuhan obat mulai menghilang
secara cepat dari sebagian besar negara industri termasuk
Amerika, Kanada, Australia dan Inggris. Pengobatan herbal masih
digunakan tetapi pada umumnya dalam peranan kecil
dibandingkan dengan senyawa obat murni yang dihasilkan dari
pengobatan modern.

5
IMUNITAS, PENYAKIT DEGERATIF DAN INFEKSI

 IMUNITAS

Pada saat ilmu Imunologi belum berkembang, nenek moyang


bangsa Cina membuat puder (bubuk) dari serpihan kulit penderita
cacar untuk melindungi anak-anak mereka dari penyakit tersebut.
Puder tersebut selanjutnya dipaparkan pada anak-anak dengan cara
dihirup. Cara yang mereka lakukan berhasil mencegah penularan
infeksi cacar dan mereka kebal walaupun hidup pada lingkungan yang
menjadi wabah. Saat itu belum ada ilmuwan yang dapat memberikan
penjelasan, mengapa anak-anak yang menghirup puder dari serpihan
kulit penderita cacar menjadi imun (kebal) terhadap penyakit itu.
Imunologi tergolong ilmu yang baru berkembang (Rifa’i, 2011).

Ilmu tentang imunologi sebenarnya berawal dari penemuan


vaksin oleh seorang ilmuan yang bernama Edward Jenner pada tahun
1796. Edward Jenner dengan ketekunannya telah menemukan vaksin
penyakit cacar menular, smallpox. Pemberian vaksin terhadap
individu sehat selanjutnya dikenal dengan istilah vaksinasi. Vaksin
yang digunakan berupa strain yang telah dilemahkan dan tidak
mempunyai potensi menimbulkan penyakit bagi individu yang sehat.
Penemuan oleh Jenner ini tergolong dalam penemuan yang besar
dan sangat sukses untuk mencegah berkembangnya penyakit cacar
yang semakin meluas, namun diperlukan waktu sekitar dua abad
untuk memusnahkan wabah penyakit cacar di seluruh dunia setelah
penemuan besar tersebut (Thurston & Williams, 2015) .

Penemuan vaksin cacar oleh Edward Jenner bermula pada


tahun 1796, janner menduga penyakit kuda, yang disebut "grease"
adalah sumber awal infeksi yang dipindahkan oleh pekerja pertanian
ke sekumpulan ternak yang diubah dan kemudian dinyatakan sebagai
cacar sapi. Vaksin pertama oleh Jenner berupa vaksin cacar, dengan
menginokulasi pada seorang anak dari pekerja peternakan yang
bernama James Phipps berusia 8 tahun pada dengan cacar sapi.
Virus yang yang di inokulasikan mirip dengan cacar, dengan tujuan
untuk menciptakan kekebalan. Penelitian oleh Jenner dilakukan
dengan memasukkan nanah yang diambil dari cacar sapi ke dalam
sayatan di lengan bocah itu, kemudian yang terjadi didapatkan reaksi
pada Phipps berupa demam dan gelisah, tetapi tidak terjadi infeksi
6
lengkap (BBC, 2014).

Jenner tidak berhenti pada penelitiannya, iamelakukan


percobaan lagi dengan menyuntik Phipps dengan berbagai bahan
yang bervariasi (pada jsaat itu sering disebut metode imunisasi rutin)
dengan hasil menunjukkan bahwa tidak ada penyakit yang terjadi
pada Phipps. James ingin mengembangkan penemuannya dengan
menantang bocah itu untuk diberi berbagai bahan dan sekali lagi tidak
menunjukkan tanda-tanda infeksi. Berdasarkan hasil dari beberapa
experimen yang telah dilakukkan, Jenner menyimpulkan bahwa jika
variolasi setelah infeksi dengan cacar sapi gagal menghasilkan infeksi
cacar maka kekebalan terhadap cacar telah tercapai dengan ditandai
dengan tidak terjadinya infeksi (BBC, 2014).

Janner terus mengambangkan penelitiannya dengan tidak


hanya berhenti pada uji coba virus langsung dari hewan ternak ke
manusia, janner melakukan uji coba baru berupa nanah yang
mengandung cacar sapi yang diinokulasi secara efektif dari orang ke
orang. Dia menguji teorinya, yang diambil dari cerita rakyat pedesaan
bahwa pelayan susu yang menderita penyakit cacar sapi ringan tidak
pernah tertular cacar, yang merupakan salah satu pembunuh terbesar
pada masa itu terutama di kalangan anak-anak. Jenner berhasil
menguji hipotesisnya pada 23 subjek tambahan, termasuk putranya
sendiri yang masih berumur 11 bulan bernama Robert, dengan hasil
yang sama bahwa pada subjek percobaannya tidak ada yang terkena
cacar maupun infeksi. Sekarang ini dengan semakin modernya
perkembangan teknologi metode mikrobiologis dan mikroskopis
modern akan membuat studi Jenner lebih mudah untuk direproduksi
secara masal. Untuk mendapatkan pengakuan Lembaga medis
berunding panjang lebar atas temuan Jenner sebelum menerimanya,
akhirnya hasil penemuan tentang vaksinasi diterima dan pada tahun
1840 pemerintah Inggris melarang variolasi dan memberikan vaksinasi
dengan menggunakan cacar sapi secara gratis pada semua
masyarakat (William, 2010).

 PENYAKIT DEGENERATIF

1. Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus

(DM) merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya terus


mengalami peningkatan di dunia, baik pada negara maju ataupun

7
negara sedang berkembang, sehingga dikatakan bahwa Diabetes
Mellitus sudah menjadi masalah kesehatan/penyakit global pada
masyarakat. Organisasi kesehatan dunia/WHO memperkirakan
bahwa lebih dari 346 juta orang di seluruh dunia mengidap diabetes.
Jumlah ini kemungkinan akan lebih dari dua kali lipat pada tahun 2030
tanpa intervensi. Hampir 80% kematian diabetes terjadi di negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Pada masyarakat, diabetes
mellitus dikenal sebagai penyakit ”kencing manis” karena
penderitanya sering kencing dan rasanya manis. Karena manisnya,
kencing penderita DM sering dikerumuni semut. Hal ini terjadi karena
tingginya kadar gula yang terkandung dalam air kencing penderita.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok penyakit metabolik yang
ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah/hiperglikemia akibat
jumlah dan atau fungsi insulin terganggu. Beberapa faktor memegang
peranan penting dalam perkembangan kasus diabetes mellitus.
Kemajuan di bidang teknologi menyebabkan perubahan pada gaya
hidup seperti tersedianya berbagai produk teknologi yang
memberikan kemudahan sehingga aktivitas manusia menjadi kurang
bergerak. Perubahan perilaku dan pola makan yang mengarah pada
makanan siap saji dengan kandungan tinggi energi, lemak dan rendah
serat berkontribusi besar pada peningkatan prevalensi DM.

2. Hypertensi/Tekanan Darah Tinggi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah


kesehatan yang cukup dominan di negara-negara maju. Di Indonesia,
ancaman hipertensi tidak boleh diabaikan. Hal ini dapat dibuktikan
dengan kian hari penderita hipertensi di Indonesia semakin meningkat.
Namun sayangnya dari jumlah total penderita hipertensi tersebut,
baru sekitar 50 persen yang terdeteksi. Dan diantara penderita
tersebut hanya setengahnya yang berobat secara teratur. Bagi
golongan masyarakat tingkat atas hipertensi benar-benar telah
menjadi momok yang menakutkan (Sutanto, 2010, Soeparman,1991).

Dalam mengendalikan tekanah darah tinggi, ternyata ada


beberapa faktor yang menyulitkan,seperti faktor umur, ras namun
dengan semakin berubahnya zaman, terapi berkembang pesat baik
pengetahuan patofisiologi maupun tentang pengobatannya.
Masyarakat mulai tanggap pada akibat hipertensi sehingga
dilakukannya upaya mendeteksi hipertensi secara dini sebelum timbul
8
berbagai komplikasi. Walaupun demikian hipertensi masih kurang
mendapat perhatian yang memadai. Banyak penderitanya tidak
menyadari bahwa mereka mengidap penyakit itu karena penyakit ini
baru menunjukkan gejala setelah tingkat lanjut (Khomsan, 2004).

3. Aterosklerosis

Aterosklerosis bukanlah penyakit yang baru dikenal dan hanya


diderita oleh masyarakat modern. Pembuluh darah Mummi di Mesir
lebih dari 3.500 tahun yang lalu, ternyata telah mengidap penyakit ini.
Otopsi pertama dilakukan pada tahun 1931 menunjukkan adanya
tanda-tanda pengapuran pada pembuluh koroner seorang mummi
wanita berusia 50 tahun (Ali Khomsan, 2006). Aterosklerosis atau
proses pengapuran dan penimbunan elemen-elemen kolesterol tidak
jarang sudah mulai terjadi pada usia masih sangat muda. Proses
mengerasnya pembuluh darah merupakan suatu proses yang
berjalan diamdiam, perlahan namun pasti. Komponen penting yang
berperan dalam proses pengapuran/penimbunan elemen-elemen ini
adalah kolesterol.

Satu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa kolesterol dalam


batas normal sangat penting juga bagi tubuh. Kolesterol adalah
prekursor bagi sistesis asam empedu (untuk mencerna lemak) dan
beberapa hormon seks seperti progesterone dan testosterone. Bagi
anak-anak balita, kolesterol merupakan penyusun otak sehingga
bermnfaat untuk tumbuh kembang anak. Masalahnya akan berbeda
ketika asupan kolesterol berlebihan. Kolesterol dapat menempel pada
permukaan sebelah dalam dinding pembuluh darah. Kolesterol
melekat lapis demi lapis, perlahan-lahan dan melewatkan waktu
bertahun-tahun. Hingga pada akhirnya aliran darahpun menjadi tidak
lancar.

4. Kanker

Kanker adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan


berbagai keadaan penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel
yang tidak terkendali secara normal, yaitu multiplikasi dan menyebar.
Pada awalnya kanker merupakan sel tidak normal yang bermultifikasi
tanpa Kontrol yang kemudian tumbuh dan berkembang menjadi
tumor/kanker. Beberapa hal yang dapat menyebabkan sel normal
dapat berubah menjadi sel kanker

9
5. Penyakit Stroke

Data hasil penelitian/Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)


tahun 2007 menunjukkan fakta bahwa stroke menjadi penyebab
kematian tertinggi di wilayah perkotaan. Jumlahnya mencapai 15,9%
dari proporsi penyebab kematian di Indonesia. Berbeda dengan di
pedesaan, stroke hanya menempati peringkat kedua dengan proporsi
11,5%.

6. Osteoporosis

Tulang adalah organ tubuh yang sangat penting. Fungsi


utamanya adalah penyokong jaringan-jaringan yang lunak,
melindungi organ-organ tubuh yang vital, jaringan yang sangat lunak,
misalnya otot, membantu pergerakan terutama persendian serta
membantu metabolisme kalsium dengan adanya pengendapan
mineral terutama zat kapur (Budiyanto, 2002).

Tulang seperti juga jaringan tubuh yang lain secara teratur dan
terus menerus mengalami siklus bongkar pasang sel. Idealnya proses
pembongkaran dan pembentukan sel semestinya berjalan seimbang.
Namun dalam kondisi osteoporosis, pembongkaran sel berlangsung
lebih cepat daripada pembentukannya sehingga kepadatan tulang
berkurang dan menjadi keropos serta rapuh.

7. Gout dan Hiperurisemia

Dewasa ini masyarakat kita banyak yang latah dengan


penyakit ini. Terkadang tanpa hasil pemeriksaan lab, diagnose dokter
dan hanya didasarkan pada keluhan dan rasa nyeri yang muncul di
sendi saja sering kali sudah mengklaim diri terkena penyakit asam
urat. Pada jaman dahulu, gout diketahui hanya diderita oleh kaum pria
usia menengah ke atas, tetapi saat ini hasil penelitian menunjukkan
hiperurisemia dan gout ditemukan pada seluruh status soial ekonomi
dan usia yang lebih muda. Penyakit Gout lebih sering ditemukan pada
pria dibandingkan dengan wanita, yaitu sekitar 90% dari keseluruhan
penderita. Hal ini disebabkan karena secara kodrati (alamiah) pria
memiliki kadar asam urat lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.
Setelah akil balik pria lebih sering terserang gout, sedangkan pada
wanita risiko meningkat setelah masa menapouse.

10
8. Rheumatoid arthritis

(RA) adalah gangguan kronis, inflamasi sistemik yang dapat


mempengaruhi banyak jaringan dan organ, tetapi terutama
menyerang fleksibel (sinovial) sendi. Proses ini melibatkan suatu
respon inflamasi dari kapsul sekitar sendi (sinovium) sekunder
pembengkakan (hiperplasia) sel sinovial, cairan sinovial berlebih, dan
pengembangan jaringan fibrosa (pannus) di sinovium. Patologi dari
proses penyakit sering menyebabkan penghancuran tulang rawan
artikular dan ankilosis (fusi) dari sendi. Rheumatoid arthritis juga
dapat menghasilkan peradangan difus di paru-paru, membran di
sekitar jantung, selaput paru-paru, dan putih mata, dan juga lesi
nodular, yang paling umum dalam jaringan subkutan. Meskipun
penyebab rheumatoid arthritis tidak diketahui, autoimunitas
memainkan peran penting baik dalam kronisitas dan kemajuan, dan
RA dianggap sebagai penyakit autoimun sistemik.

 INFEKSI

1. Diagnosis penyakit infeksi

Diagnosa penyakit infeksi bervariasi mulai dari diagnosis klinis


langsung hingga menggunakan metode molekuler canggih. Di antara
kedua metode ini ada banyak penyakit menular yang diagnosisnya
akurat dan tepat dengan menggunakan kombinasi penggunaan kultur
mikrobiologi, histopatologi/sitopatologi, dan metode molekuler.

Seorang dokter membutuhkan semua temuan klinis, radiografi,


dan laboratorium untuk membuat diagnosis yang akurat dan tepat
waktu. Hal ini sangat penting dalam patologi penyakit infeksi. Status
imunitas individu juga penting, karena beberapa manifestasi infeksi
berkaitan dengan status kekebalan tubuh. Oleh karena itu, jumlah
informasi yang diperlukan untuk diagnosis dan pengobatan penyakit
infeksi dapat jauh lebih besar daripada yang dibutuhkan untuk
penyakit-penyakit non-infeksi.

Diagnosis histopatologi dan sitopatologi penyakit infeksi


merupakan proses yang progresif dan berurutan mulai dari yang
umum ke yang spesifik berdasarkan hasil dari kombinasi metode
diagnostik. Saat ini masih banyak digunakan metode klasik untuk
diagnosis penyakit infeksi di antaranya adalah pemeriksaan kasar
spesimen, irisan beku, aspirat smear, atau hematoxylin dan eosin (H
11
& E) –dan metode pewarnaan.

2. Respon Inflamasi

Respon inflamasi terhadap mikroorganisme patogen dapat


digunakan untuk memprediksi atau mengidentifikasi bahwa ada
infeksi yang sedang berlangsung. Jenis respons inflamasi serta
distribusinya dalam jaringan, cairan, dan organ juga dapat digunakan
untuk mengategorikan infeksi apakah disebabkan oleh bakteri, jamur,
mikobakteri, atau parasit. Inflamasi adalah respons jaringan hidup
terhadap infeksi. Inflamasi dapat dikenali secara kasar maupun
histologis dan memiliki efek menguntungkan dan merugikan secara
lokal dan sistemik. Salah satu penyebab Inflamasi yang paling umum
adalah infeksi mikroba. Mikroba termasuk virus, bakteri, protozoa,
jamur, dan berbagai parasit. Virus menyebabkan kematian sel-sel
individual akibat multiplikasi intraseluler, dan menyebabkan sel
berhenti berfungsi dan mati, atau menyebabkan ledakan sel (cytolytic),
dalam hal ini juga mati. Bakteri melepaskan racun tertentu, baik
eksotoksin atau endotoksin.

3. Perubahan Histopatologis

Infeksi dapat memengaruhi jaringan tubuh, menghasilkan


kerusakan sel dan reaksi peradangan. Virus umumnya terlalu kecil
untuk dilihat dalam mikroskop cahaya, tetapi kehadiran mereka sering
dapat diketahui dari perubahan yang mereka hasilkan di jaringan,
bahkan identitas mereka dapat diketahui melalui pemeriksaan
imunohistokimia, serologi, atau biologi molekuler. Bakteri dapat dilihat
pada mikroskop cahaya menggunakan lensa obyektif pembesaran
tinggi; namun jumlah bakteri yang berada dalam jaringan dapat
sangat bervariasi bahkan dalam satu penyakit. Contoh klasik dari
variabilitas ini adalah lepra; mungkin ada sejumlah besar bakteri di
dalam kulit (lepromatous leprosy), atau sangat sedikit (tuberculoid
leprosy). Membedakan jenis bakteri di bagian tipis lesi umumnya
membutuhkan metode pengecatan histologis khusus.

12
TANAMAN TRADISIONAL YANG DAPAT MENGATASI IMUNITAS, DEGENERATIF
DAN INFEKSI

1. Daun Sembung (Blumea balsamifera (L.)

Gambar 1. Daun Sembung (Blumea balsamifera (L.)

Daun Sembung (Blumea balsamifera (L.) merupakan spesies tanaman yang


masuk dalam genus Blumea, family Astereceae (Compositae). Dibeberapa daerah di
Indonesia dikenal dengan berbagai nama yang berbeda, demikian pula di beberapa
negara mempunyai nama yang berbeda. Tanaman berupa perdu, batang hijau tua
tegak bulat, daun tunggal berbentuk lonjong, bagian pangkal dan ujung lancip,
pinggrir bergerigi, pertulangan daun menyirip. Bunga majemuk, bertangkai dengan
mahkota bunga berwarna putih kekuningan. buah berwana putih kecoklatan bentuk
kotak silindris, biji berbentuk pipih dan berwarna putih, akar tunggang berwarna
putih susu.

Di Indonesia Blumea balsamifera relatif belum banyak dibudidayakan,


namun budidaya tanaman sembung relatif mudah. Bagian tanaman yang sering
digunakan adalah daun dan batang. Hasil identifikasi kandungan fitokimia
menunjukkan lebih dari 100 bahan kimia seperti minyak atsiri, flavonoid, alkohol,
dihidroflavon, sterol, asam organik, monoterpen, sesquiterpen, triterpen.

Bagian tanaman Blumea balsamifera yang paling sering digunakan untuk


pengobatan adalah daun. Secara tradisional di Indonesia sembung digunakan untuk
pengobatan rematik, nyeri haid, influenza, kembung, sakit tulang, diare, sariawan,
asma, angina pectoris. Tanaman sembung juga mempunyai potensi sebagai
antcancer, hepatoprotektor, antitirosin, antidiabetik, antiobesitas, antiaterogenik,

13
penyembuhan luka, antioksidan, antiperdarahan, antiarthritis, antiinflamasi,
antibakteri, antiplasmodial, dan beberapa potensi lain masih perlu banyak diteliti.

Manfaat Daun Sembung

Ada banyak manfaat daun sembung untuk kesehatan yang perlu diketahui
yaitu, Mencegah dan mengobati batu ginjal, daun sembung diketahui mengandung
flavonoid. Flavonid banyak digunakan untuk mengobati penyakit ginjal bahkan
digadang-gadang bisa mengurangi pembentukan jaringan parut (fibrosis) pada ginjal.
Mempercepat penyembuhan luka, Selain itu, kandungan flavonoid pada daun
sembung pun memiliki manfaat dalam mempercepat proses penyembuhan luka,
sehingga kulit yang terluka akan segera menutup. Mengobati flu, antioksidan yang
terkandung pada daun ini bisa menangkal radikal bebas penyebab penyakit,
meningkatkan imunitas, dan menjaga kesehatan tubuh. Menurunkan kadar gula
darah, Mencegah infeksi jamur, Membantu mengatasi kesuburan, Mencegah
penyebaran sel kanker.

Taksonomi

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : angiospermae

Kelas : dicotyledone

Ordo : asterales

Famili : asteraceae

Genus : blumea

Spesies : blumea balsamifera

Nama Daerah

Namatanaman sembung yaitu sembung (Sunda); sembung legi, sembung gantung, s


embung gula, sembung kuwuk, sembung mingsa, sembung langu, sembung lelet
(Jawa); kamandhin (Madura); sembung (Bali), sembung, capa, capo (Sumatera);
afoat (Timor), kesembung (Sasak); chapa (Sulawesi); buya sapa (Sumatera).
(Hidayat dan Napitupulu 2015)

Khasiat Empiris

Sembung bersifat pedas, sedikit pahit, hangat dan baunya seperti rempah.
Berkhasiat sebagai anti bakteri, melancarkan peredaran darah, menghilangkan
14
bekuan darah dan pembengkakan, peluruh kentut (karminatif), peluruh keringat
(diaforetik), peluruh dahak (ekspektoran), astringen, tonikum dan obat batuk
(Dalimartha, 1999). Disamping itu, secara tradisional digunakan untuk obat anti
rematik, melancarkan sirkulasi, menghilangkan bekuan darah dan pembengkakan
(Wijayakusuma dkk, 1992).

Kajian Ilmiah

Berdasarkan penelitian Amalia, Sari dan Nursanti (2017), melaporkan bahwa


tahun semnung mengandung metabolik sekunder berupa alkaloid, flavonoid, tanin,
terpenoid dan steroid. Kandungan senyawa kimia dari daun sembung memiliki
mekanisme kerja dalam menghambat Tumbuhan bakteri.

Kandungan Kimia

Daun dan kulit batang mengandung alkaloida, daun mengandung minyak


atsiri, tanin dan saponin, akarnya mengandung polifenol (Hutapea, 1993). Daun
Sembung mengandung borneol, sineol (Wijayakusuma dkk, 1992). Sembung ini
mengandung minyak atsiri dan borneol, yang juga mengandung sineol, seskuiterpen,
tanin dan glikosida. Ekstrak borneol diperoleh dari daun segar (Dalimartha,1999).

2. Pasak Bumi (Eurycoma longifolia)

Gambar 2. Pasak Bumi (Eurycoma longifolia)

Pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) merupakan tanaman berbentuk


pohon dengan pertumbuhan lambat, memiliki tinggi pohon 15-18 m dan mulai berbuah
pada umur 2-3 tahun setelah ditanam. Umur tanaman ini dapat mencapai 25 tahun,
tetapi untuk kebutuhan komersil biasanya di panen pada umur 4 tahun (Silalahi dan
Nisyawati, 2015). Pasak bumi adalah tumbuhan liar yang banyak terdapat di
Sumatera dan Kalimantan di dataran rendah sampai ketinggian 500 m dari
permukaan laut. Penyebaran pasak bumi meliputi Kalimantan, Sumatera, Jawa,

15
Semenanjung Malaya, Burma Selatan, Laos, Kamboja, dan Vietnam.

Pasak bumi adalah salah satu jenis tumbuhan obat yang merupakan
tumbuhan asli Indonesia yang memiliki banyak khasiat sebagai obat. Bedasarkan
pengkajian farmakologis yang dilakukan departemen kehutanan Republik Indonesia,
pasak bumi mengandung empat senyawa penting yaitu senyawa conthin, senyawa
turunan eurycomanone, senyawa quassinoid, dan senyawa etanol. Senyawa canthin
pada tumbuhan pasak bumi mampu menghambat pertumbuhan sel kanker; senyawa
turunan eurycomanone sebagai anti malaria; senyawa quassinoid berfungsi sebagai
anti leukemia dan prospektif untuk anti HIV; senyawa etanol berfungsi sebagai
afrodisiak (Boya, 2011).

Manfaat

Tumbuhan pasak bumi telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat


tradisional untuk keperluan penyembuhan sebagian penyakit. Hampir seluruh
sebagian tumbuhan ini mengandung subtansi pahit yang dapat digunakan untuk obat.
Bagian tanaman pasak bumi yang potensial sebagai sumber insektisida nabati adalah
bagian akar. Bahan aktif pada akar pasak bumi terbawa oleh pelarut metanol dan
efisien dengan metode ekstraksi langsung. Bahan aktif yang terkandung dalam akar
pasak bumi memiliki aktivitas insektisida cukup kuat terhadap C pavonana (Lina dkk.,
2009). Panjaitan (2008) melaporkan secara turun temurun akar pasak bumi berkhasiat
meningkatkan gairah seksualitas pada pria, dan manfaat lain mengobati berbagai
penyakit diantaranya pembengkakan kelenjar (galnduar swelling), demam, anti
malaria dan disentri. Menghambat tumbuhnya sel kanker payu dara (Normakiya dan
Nuraini, 2010)

Taksonomi

Menurut Susilawati dan Wibowo (2010), taksonomi pasak bumi adalah sebagai
berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Sapindales

Famili : Simaroubaceae

Genus : Eurycoma,

Spesies : longifolia
16
Nama Daerah

Nama lain Pasak Bumi yaitu, penawar pahit, bedara pahit, bedara puteh,
tongkat ali, lempedu pahit, payung ali, tongkat baginda, muntah bumi, petala bumi,
akar jangat seinang, tungke ali, pasak bumi (Malaysia, Sumatra, Kalimatan), dan tung
saw (Thailand) (Susilowati, 2008).

Khasiat Empiris

Secara empiris akar pasak bumi juga dimanfaatkan sebagai tonikum bagi
ibu-ibu setelah melahirkan, serta dalam pengobatan berbagai penyakit, di antaranya
pembengkakan kelenjar (glandular swelling), demam, dan disentri(Padua et al., 1999).

Kajian Ilmiah

Pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) belum dikembangkan dan


dibudidayakan secara intensif (Panjaitan dkk., 2009). Bagian pasak bumi yang
digunakan dalam pengobatan meliputi semua bagian tumbuhan, yaitu akarnya biasa
dipergunakan untuk meredahkan nyeri pada lambung (Kosala, 2010). Sumber
insektisia nabati (Lina dkk., 2009), memperbaiki nafsu makan, disentri, demam, lemah
febrifugum (Utami, 2008), menghambat sel kangker payudara, leukimia atau kanker
darah (Tee dan Azimahtol, 2005), meningkatkan sel sperma pada laki-laki (Ibrahim,
2016), mencegah esteoporosis (Effendy et al., 2012), anti malaria (Siburian dan
Marlinza, 2009) dan berfungsi sebagai afrodisiak atau obat kuat (Nainggolan dan
Simanjuntak, 2005). Kulit dan batangnya dapat dipergunakan untuk mengobati
demam, sariawan, sakit tulang, cacing perut, serta sebagai tonik setelah melahirkan.
Daunnya digunakan untuk mengobati penyakit gatal, sedangkan bunganya
dipergunakan untuk mengobati sakit kepala, sakit perut dan nyeri tulang (Ginting,
2010).

17
3. Daun Kebang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)

Gambar 3. Daun Kebang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)

Daun dan bunga dari Hibiscus rosa sinensis ini berisi lendir dan kristal oksalat,
serta mengandung flavonoida. Selain itu daunnnya juga mengandung saponin dan
polifenol, bunga mengandung polifenol, akarnya juga mengandung tanin, saponin,
skopoletin, cleomiscosin A, dan cleomiscosin C. Daun kembang sepatu (Hibiscus
rosa sinensis) merupakan daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai dan
helaian daun saja. Bangun daunnya termasuk bangun bulat telur. Ujung daun
meruncing karena titik pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan,
hingga ujung daun. Nampak sempit panjang dan runcing. Pangkal daun (Basis folii)
membulat (rotundus), susunan tulang daun (Venation) daun bertulang menyirip
(penninervis) karena ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan
terusan tangkai daun. Tepi Daun (Margo Folii) bergerigi (serratus) karena sinus dan
angulusnya sama-sama lancip. Daging daun (intervenium) adalah seperti kertas
(papyraceus) karena tipis tetapi cukup tegar. Warna daun hijau tua dengan
permukaan daun pada kembang sepatu gundul (glabes)

Karena memiliki manfaat dan lebih mendekatkan alam untuk menjadikan


hidup sehat secara alami maka daunnya dapat digunakan dalam kehidupan sehari –
hari. Berdasarkan efek farmakologi yang dimiliki sebagai anti-inflamasi untuk
menghilangkan pembengkakan dan menumbuhkan sel baru maka daun kembang
sepatu yang mengandung lendir seing digunakan sebagai pelengkap mencuci rambut
(keramas) untuk para wanita khususnya di daerah pedesaan.

18
Manfaat

Tanaman kembang sepatu memiliki manfaat sebagai antibakteri seperti bisul,


antiradang, batuk, panas, infeksi saluran kemih, menormalkan siklus haid,
ekspektoran, dan menghentikan perdarahan (Dalimarta 2005).

Kembang sepatu secara tradisional diyakini memiliki aktivitas dapat memacu


pertumbuhan rambut yaitu bunga dan daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
(Kumar & Singh 2012; Pathan et al 2012).

Taksonomi

Klasifikasi tanaman kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) yaitu :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Subdevisi : Spermatophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malvales

Famili : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Spesies : Hibiscus rosa-sinensis L.

Nama Daerah

Daun kembang sepatu memiliki beberapa nama daerah yang dikenal di


Indonesia, antara lain : Sumatera : Bungong roja (Aceh), Bunga-bunga (Batak Karo),
Soma Soma (Nias), Bekeju (Mentawai), Jawa : Kembang sepatu (Betawi), Kembang
wera (Sunda), Kembang sepatu (Jawa Tengah), Bunga Rebong (Madura), Bali:
Waribang, NusaTenggara : Embuhanga (Sangir), Bunga cepatu (Timor), Sulawesi :
Ulange (Gorontalo), Kulango (Buol), Bunga sepatu (Makasar), Bunga bisu (Bugis),
Maluku : Ubu-ubu (Ternate), Bala bunga (Tidore).

Khasiat Empiris

Daun H. rosa sinensis berkhasiat sebagai obat demam pada anak-anak,


obat batuk, dan obat sariawan. Daun Hibiscus rosasinensis berkhasiat sebagai obat
demam pada anak-anak, obat batuk, dan obat sariawan. Oleh masyarakat Nigeria,
daun H. rosasinensis digunakan sebagai penambah vitalitas pria
19
(aprodisiaka). Dada et al., 2007, membuktikan bahwa ekstrak etanolik daun tanaman
ini memberikan efek anabolik dengan ditandai adanya peningkatan berat badan tikus
(22 %) serta bobot testis, epididymis, seminal vesicle dan prostate. Ekstrak etanolik
bunga tanaman ini juga dilaporkandapat menurunkan kadar kolesterol darah total dan
serum trigliserida (20-30 %) serta meningkatkan level HDL hingga 12 % dan
menurunkan kadar gula darah (Sachdewa A, and Khemani LD., 2003).

Kajian Ilmiah

Berbagai penelitian menunjukkan daun kembang sepatu dapat


dimanfaatkan dalam bidang kesehatan diantaranya mengatasi androgenic alopecia ,
memperbaiki fungsi ginjal , mengurangi keasamaan lambung dan penanganan ulkus
peptikum ,obat demam pada anak-anak, obat batuk dan obat sariawan (Kate dan
Lucky, 2009; Mandade et al, 2011; Pac et al 2014). Terkait dengan penyembuhan luka,
ekstrak daun kembang sepatu memiliki aktivitas sebagai antidiabetes. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Sachdewa (2001) yang menemukaan bahwa ekstrak
daun kembang sepatu dengan dosis 250 mg/Kg memiliki aktivitas hipoglikemik setara
dengan tolbutamide. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Moqbel et al. (2011) yang
menyatakan bahwa ekstrak daun kembang sepatu memiliki efek insulinotropik alami
dan agen hipoglikemik.

Kandungan kimia

Penggunaan daun kembang sepatu sebagai kosmetika dilakukan karena


adanya kandungan zat berkhasiat dalam daun kembang tersebut. Daun kembang
sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) mengandung senyawa-senyawa flavonoid,
polifenol, dan saponin.

20
4. Gingseng (Talinum paniculatumGeartn.)

Gambar 4. Gingseng (Talinum paniculatumGeartn.)

Ginseng (Panax) adalah spesies terna berkhasiat obat yang termasuk dalam
suku Araliaceae. Ginseng tumbuh di wilayah belahan bumi utara terutama di Siberia,
Manchuria, Korea, dan Amerika Serikat. Jenis ginseng tropis dapat ditemukan
di Vietnam, yaitu Panax vietnamensis. Nama "ginseng" diambil dari bahasa Inggris,
yang dibaca mengikuti lafal Bahasa Kantonis, jên shên, dalam bahasa
Mandarin dibaca "ren shen", m (duplikat manusia), karena bentuk akar yang
menyerupai manusia.

T. paniculatumGeartn (Gambar 2.1) adalah tanaman obat yang termasuk


dalam keluarga Talinaceae yang mampu tumbuh hingga 100 cm –120 cm dan
memiliki banyak bunga berwarna pink (Faizal & Sari, 2019).Bunga T.
paniculatumGeartn adalah bunga majemuk yang berbentuk terminal, berbentuk anak
payung yang menggarpu, bunganya banyak, bunganya kecil, makhota bunga
berjumlah lima helai(Gambar 2.1 E) berbentuk oval atau bulat telur terbalik dengan
panjang 3 mm – 4 mm. (Ikhtimami, 2012). T.paniculatum Geartn memiliki bunga terdiri
dari 4 sampai 6 kelopak (Gamage et al., 2017).

Daunnya berbentuk oval dan lonjong seperti telur (Gambar 2.1 B).Daunnya
tebal, mengkilap, bergelombang, dan tanpa rambut (Harmanto,
2007).T.paniculatummemiliki permukaan daun yang licin dan bagian atas daunnya
berwarna hijau terang (Hidayatdkk., 2008).Batang T.paniculattumberbentuk herbal
yang tingginya sekitar 30–50 cm, dan batangnya berwarna hijau(Gambar 2.1 D)

21
(Nguyen et al., 2017).T.paniculatummemiliki akar tunggang dan berwarn cokelat
(Gambar 2.1 A) (Harmanto, 2007).Akar T. paniculatummemiliki cabang akar yang
muncul mulai dari bagian tengah akar, panjang akarnya mencapai 20 cm,
diameternya mencapai 3 cm, memiliki dua hingga tiga cabang, panjang rhizomanya 1
cm – 4 cm dengan diameter 0,3 cm – 1,5 cm yang bentuknya agak melengkung
(Pribadi, 2013). Akar ditanam (Nguyen et al., 2017). Akar akan membuncit dan
menghasilkan umbi pada hari ke 50 setelah ditanam (Nguyen et al., 2017).

Manfaat

Manfaat ginseng untuk kesehatan sejatinya diperoleh dari senyawa


aktif ginsenosides yang terkandung di dalamnya. Senyawa ini memiliki sifat
antiradang, antikanker, dan antidiabetes.Mencegah flu dan pilek Salah satu manfaat
ginseng yang cukup terkenal adalah mencegah flu dan pilek pada orang dewasa.
Manfaat ini berasal dari berbagai kandungan di dalam ginseng yang dapat
memperkuat daya tahan tubuh, sehingga mampu melawan kuman dan virus
penyebab penyakit.Menurunkan kadar gula darah, Sebuah riset menunjukkan bahwa
ginseng dapat menurunkan kadar gula darah dan menjaganya tetap stabil, serta
meningkatkan produksi insulin pada penderita diabetes tipe 2. Mengurangi
peradangan, Kandungan ginsenosides juga diketahui memiliki efek antiradang.
Mengatasi gangguan ereksi, Sebuah riset menunjukkan bahwa mengonsumsi
suplemen yang mengandung ekstrak ginseng sebanyak 2.700 mg per hari selama 8
minggu berfungsi untuk memperbaiki masalah disfungsi ereksi pada pria. Memelihara
fungsi otak, Lansia lebih rentan mengalami penurunan fungsi otak, misalnya pikun
dan sulit konsentrasi. Untuk mengurangi risiko terjadinya masalah pada otak, lansia
bisa mengonsumsi ginseng.

Taksonomi

Menurut Izzatul Muhallilin (2012), tanaman ginseng jawa memiliki

klasifikasi sebagai berikut.

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Caryophyllales

Famili : Portulacaceae

Genus : Talinum

22
Spesies : Talinum paniculatum Geartn

Nama Daerah

Nama umum : Ulam raja (Melayu), kenikir (jawa tengah), pelampong (Malaysia)

Khasiat Empiris

Ginseng mengandung banyak bahan kimia aktif, salah satunya yang paling penting
adalah ginsenosides atau panaxosides. Kandungan bahan kimia ini berkhasiat untuk
mengatasi penyakit tertentu.

Kajian Ilmiah

Kandungan aktif utama pada ginseng yang diketahui, yaitu triterpen glikosida atau
saponin yang disebut ginsenosida, yg berfungsi sebagai tonikum/stimulansia
(Supriyatna,2012). Ginseng juga mengandung komponen non-saponin, meliputi
minyak atsiri, alkohol poliasetilen, peptida, asam amino, polisakarida, dan vitamin.
Dua jenis polisakarida asam, yaitu ginsenan S-IA dan ginsenan S-IIA telah berhasil
diisolasi dari ginseng.

5. Daun Cocor Bebek (Bryophyllum pinnatum)

Gambar 5. Daun Cocor Bebek (Bryophyllum pinnatum)

Cocor bebek (Bryophyllum pinnatum) merupakan jenis tanaman


herbal, dengan tinggipohon mencapai 30-100 meter. Cocor bebekmerupakan
tanaman asli dari Madagaskar. Kesamaan iklim dan cuaca yang hampir sama dengan
23
Indonesia, membuat cocor bebek tumbuh subur dan semakin dikenal oleh
masyarakat sebagai bahan obat alternatif. Cocor bebek termasuk pada
suku Crassulaceae, tanaman ini tersebar di daerah tropis, ditanam di halaman rumah
sebagai tanaman hias yang berguna atau tumbuh liar di semak, tepi jalan, dan
tempat-tempat lain yang tanahnya berbatu pada daerah panas dan kering. Tanaman
cocor bebek tidak hanya dimanfaatkan sebagai tanaman hias, tetapi juga dapat
dimanfaatkan untuk pengobatan karena daun cocor bebek mengandung saponin,
flavonoid, dan tanin. Daun cocor bebek
berbentuk memanjang atau bulat telur dengan ujungtumpul tepi bergerigi.

Setiap helai daunnya tebal, dan mengandung banyak air. Selain itu, tangkai
daunnya bersayap dan dapat dikembangbiakkan sebagai tanaman atau bibit baru.
Jika daunnya dipetik akan membentuk kuncup-kuncup anak tanaman dalam
toreh-toreh pinggiran daunnya. Cocor bebek mempunyai batang yang tegak, dan
pangkalnya berkayu dengan bentuk segi empat tumpul atau membulat. (DepKes RI,
2000).

Manfaat

Meredakan sakit kepala cocor bebek memiliki sifat analgesik atau pereda
nyeri yang dapat membantu meredakan sakit kepala ringan hingga sedang.
Mempercepat penyembuhan luka, Ekstrak daun cocor bebek telah digunakan secara
tradisional untuk membantu penyembuhan luka, baik luka terbuka maupun luka bakar
ringan.Senyawa yang terkandung dalam tanaman ini diketahui memiliki efek
antiinflamasi dan antiseptik.Meredakan demam, Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa cocor bebek memiliki sifat antipiretik yang dapat membantu menurunkan
demam. Daun tanaman ini sering digunakan dalam bentuk ramuan untuk mengurangi
demam pada beberapa kondisi penyakit. Mengatasi gigitan nyamuk Menghilangkan
jerawat, Mengatasi wasir serta mengatasi amandel.

Taksonomi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Subdivisi : Spermatophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Rosales

Famili : Rosales

24
Genus : Kalanchoe

Spesies : Kalanchoe fedtchenkoi

Nama Daerah

Nama lokal tanaman ini cocor bebek ialah suru bebek,daun sembung dan dikenal
karena metode reproduksinya yang mudah. Tinggal meletakkan daun di tanah,
tunasnya akan tumbuh.

Khasiat Empiris

Daun cocor bebek secara empiris berkhasiat sebagai obat batuk, sakit kepala,
obat wasir, peluruh air seni, dan menurunkan panas (DepKes RI, 2000).

Kajian Ilmiah

Daun cocor bebek mengandung saponin, flavonoid, dan tanin yang berpotensi
sebagai obat wasir, obat sakit kepala, penurun panas, obat batuk, dan peluruh air
seni (DepKes RI, 2000).

6. Daun Sintrong (Crassocephalum crepidioides)

Gambar 6. Daun Sintrong (Crassocephalum crepidioides)

Crassocephalum crepidioides atau yang dikenal dengan nama lain sintrong


merupakan tumbuhan dari spesies crepidioides. Sintrong merupakan tanaman
hortikultura asli daerah tropis dan subtropis. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan
perdu dan umumnya dianggap sebagai gulma, namun ternyata mengandung
berbagai manfaat terapeutik (Bahar et al., 2016).

25
Daun sintrong memiliki tekstur yang lembut karena batangnya yang lunak, aromanya
mirip dengan daun mint, dan rasanya netral dan enak di mulut. Itulah sebabnya orang
Indonesia mengolahnya sebagai sayuran. Namun, karena sintrong tumbuh liar di
pinggir jalan dan di pekarangan kebun, kebanyakan orang melihatnya sebagai hama
atau tanaman pengganggu. Hanya sedikit orang yang mengkonsumsi sintrong
sebagai lalap, dan bahkan lebih sedikit yang menyadari bahwa tanaman ini dapat
digunakan sebagai obat (Suci et al., 2020).

Manfaat

Selain sebagai sayuran, tumbuhan sintrong dimanfaatkan sebagai bahan obat


tradisionaI unuk mengatasi gangguan perut, mengobati Iuka, obat bisuI, sakit kepala,
dan sebagai antioksidan, serta antibakteri (Sari, 2020).

Taksonomi

Klasifikasi ilmiah dari tumbuhan sintrong adalah sebagai berikut (Setiawan, 2006).

Kingdom : Plantae

Divisi :

Subdivisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Crassocephalum

Spesies : Crassocephalumcrepidioides(Benth.)S.Moore

Nama Daerah

Di Indonesia, daun sintrong dikenal dengan beberapa nama tergantung tempat


tinggal. Crassocephalum crepidioides dikenal sebagai daun kejompot, kepotpot,
kejengot, atau kejelengot di Bali, dan di Jawa dikenal daun sintrong (Simanungkalit et
al., 2020).

Khasiat Empiris

Daun sintrong memiliki banyak khasiat bagi manusia dan mengandung


senyawa yang dapat memberikan efek antibakteri. Studi fitokimia pada daun sintrong
telah mengungkapkan adanya saponin, flavonoid dan polifenol (Kusdianti et al, 2008).
26
Adjatin et al (2013) juga mengatakan sintrong mengandung tanin, flavonoid dan
steroid.

Kajian Ilmiah

Berdasarkan hasil penelitian Adjatin et al (2013) tanaman sintrong


mengandung senyawa tanin, flavonoid dan steroid. Polifenol berperan dalam
memberi warna pada tumbuhan seperti warna daun. Kandungan polifenol dapat
melindungi sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas, penghambat enzim
hidrolisis dan oksidatif dan bekerja sebagai antibakteri (Pourmouran, 2006). Adapun
penelitian yang telah dilakukan oleh (Tresna Lestari dkk. , 2015) terhadap daun
sintrong diketahui bahwa senyawa polifenol memiliki potensi sebagai anti bakteri.

7. Daun Sembukan (Paederia foetida L)

Gambar 7. Daun Sembukan (Paederia foetida L)

Tanaman sembukan (Paederia foetida L) atau (Paederia tomentosa Bl)


termasuk ke dalam famili Rubiaceae. Kandungan kimia yang terdapat pada batang
dan daun sembukan adalah asperuloside, deacetylasperuloside, scandoside,
flavonoid, paedorosidic acid, gamasitosterol, arbutin, oleanolic acid, dan minyak
menguap (anonim, 1985).

Tumbuhan sembukan (Paederia foetida L) digunakan sebagai tanaman obat


yang di antaranya berkhasiat sebagai anti rematik, penghilang rasa sakit (analgesik),
peluruh kentut (karminatif), peluruh kencing, peluruh dahak (mucolitik), penambah

27
nafsu makan (stomakik), antibiotik, anti fungi, anti radang, obat batuk (anti tusif),
menghilangkan racun (detoksifikasi), obat cacing, pereda kejang (anonim, 1985).

Manfaat

Mengobati penyakit radang usus, Berdasarkan hasil penelitian dalam Indian


Journal Of Pharmacology (2013), daun kentut memberikan efek perlindungan
dengan menurunkan kadar radikal bebas dan mengurangi kerusakan pada
jaringan di usus. Mempercepat penyembuhan diare, Bantu meredakan gejala
batuk, Mengurangi gejala radang sendi, Manfaat daun kentutan juga diketahui
dapat mengurangi gejala radang sendi dan penyakit serupa.

Taksonomi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Gentianales

Famili : Rubiaceae

Genus : Paederia

Spesies : Paederia foetida

Nama Daerah

Di Indonesia, daun sembukan memiliki nama berbeda-beda di setiap daerah,


seperti daun kahitutan (Sunda), bintaos (Madura), gumi siki (Ternate), dan
kasembukan atau sembukan (Jawa). Daun sembukan sendiri beraroma busuk atau
tak sedap, bahkan banyak orang menyebutnya sebagai tanaman kentut.

Khasiat Empiris

Daun sembukan (Paederia foetida L.) secara empiris digunakan sebagai terapi
antihiperglikemia dan antihiperlipidemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
aktivitas fraksi daun sembukan terhadap tes toleransi glukosa oral pada kondisi tikus
diabetes melitus tipe II dan hiperlipidemia.

Kajian Ilmiah

Kandungan kimia yang terdapat pada batang dan daun sembukan adalah

28
flavonoid, asperuloside, deacetylasperuloside, scandoside, paedorosidic acid,
gamasitosterol, arbutin, oleanolic acid, dan minyak menguap ( Anonim, 1985).

8. Daun Keduduk (Melastoma malabathricum L.)

Gambar 8. Daun Keduduk (Melastoma malabathricum L.)

Tumbuhan senduduk (Melastoma malabathricum L.) tumbuh liar pada


tempat-tempat yang mendapat cukup sinar matahari, seperti di lereng gunung, ,
lapangan yang tidak terlalu gersang, atau di daerah objek wisata sebagai tanaman
hias dan dapat tumbuh sampai ketinggian 1.650 m di atas permukaan air laut. Perdu,
tegak, tinggi 0,5 – 4 m, banyak bercabang, bersisik, berambut,. Daun tunggal,
bertangkai, letak berhadapan silang. Helai daun bundar telur memanjang sampai
lonjong, ujung lancip, pangkal membulat, tepi rata, permukaan berambut pendek
yang jarang dan kaku sehingga teraba kasar. Berbunga majemuk keluar diujung
cabang, warna ungu kemerahan. Buah masak akan mereka dan terbagi dalam
beberapa bagian, warnanya ungu tua kemerahan. Biji kecil kecil warnanya coklat.
Buahnya dapat dimakan, sedangkan daun muda dapat dimakan sebagai lalap atau
disayur.

Manfaat

Melastoma malabathricum L. termasuk famili Melastomataceae adalah salah


satu tumbuhan berkhasiat obat yang banyak dimanfaatkan masyarakat di Asia.
Masyarakat di Indonesia dan Malaysia, menggunakan daun dan akar dari tumbuhan
ini untuk mengobati penyakit diare, mengatasi gangguan pencernaan, disentri,
keputihan (leukorea), wasir, luka, sakit gigi dan sariawan. Masyarakat di Kabupaten

29
Sintang, Kalimantan Barat, juga menggunakan daun ini sebagai obat penurun demam
dengan cara meminum air rebusan daun, Masyarakat di Desa Lero Kecamatan
Sindue, Sulawesi Tengah memanfaatkan tumbuhan ini secara tradisional sebagai
obat diare terutama bagian daunnya.

Taksonomi

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospremae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Myrtales

Famili : Melastomataceae

Genus : Melastoma

Spesies : Melastoma Malabathricum L

Nama Daerah

Nama daerah tumbuhan ini yaitu Harendong (Sunda), Kluruk, Senggani


(Jawa), Kemanden (Madura), Yeh mu dan (China), Asian melastome (Inggris) ( Liana,
2010). Tanaman senduduk merupakan salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai
tumbuhan Obat.

Khasiat Empiris

Seduduk berkhasiat mengobati mabuk karena minuman alkohol, mencret,


keputihan, obat kumur, penenang, luka baker, mejen, cacingan pada anak-anak, diare,
sariawan, pendarahan rahim, bisul, keracunan singkong, luka bakar dan luka
berdarah (Razak, 2011).

Kajian Ilmiah

Senduduk memiliki berbagai kandungan kimia, terutama pada bagian daunnya.


Kandungan kimia yang dimiliki daun Senduduk antara lain saponin, flavonoid dan
tanin terhidrolisis yang biasa disebut dengan Nobotanin B. Bunga Senduduk
mengandung kaempferol, antosianin, tanin, asam lemak dan sterol. Hasil skrining
fitokimia menunjukkan bahwa daun senduduk (Melastoma malabathricum)
mengandung senyawa tanin, flavonoid, steroid, saponin, dan glikosida yang berfungsi

30
membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

9. Ginkgo Biloba (Ginkgo Biloba L)

Gambar 9. Ginkgo Biloba (Ginkgo Biloba L)

Ginkgo Biloba adalah Salah satu tanaman yang tergolong sebagai


fitofarmaka atau obat-obatan yang berasal dari tanaman ialah Ginkgo
biloba Tanaman G.biloba (Gb) termasuk dalam familia Ginkgoceae. Ginkgo(Gingko
Biloba) merupakan spesies tunggal dari salah satu divisio anggota tumbuhan berbiji
terbuka yang pernah tersebar luas di dunia. Pada masa kini tumbuhan ini diketahui
hanya tumbuh liar di Asia Timur Laut, namun telah tersebar luas di berbagai tempat
beriklim sedang lainnya sebagai pohon penghias taman atau pekarangan. Bentuk
tumbuhan modern ini tidak banyak berubah dari fosil-fosilnya yang ditemukan.

Ordo Ginkgoales Divisio Ginkgophyta Salah satu tumbuhan dalam ordo


Ginggoales adalah Ginkgo biloba. Tanaman ini berasal dari Cina. Selain itu, spesies
ini tercatat sebagai spesies pohon tertua di dunia. Selama 80 tahun spesies ini belum
pernah berubah. Ciri khas tanaman ini adalah mempunyai daun yang berbentuk
seperti kapas dengan lebar 5 sampai 10 sentimeter dan tinggi batang mencapai 30
meter. Selain itu, daunnya juga ada yang berbentuk mirip daun paku kelompok suplir.

Manfaat

Sebagai antioksidan untuk menekan radikal bebas, Untuk meremajakan


sel-sel otak yaitu dengan cara memulihkan reseptor-reseptor di dalam otak serta
meningkatkan serotonin, mempunyai kemampuan untuk memperbaiki peredaran
darah. Dapat memacu produksi molekul energi ATP (adenosine triphosphate), Ketika
musim penyerbukan tiba, tanaman ini mengeluarkan bau yang kurang sedap dan

31
dijauhi oleh manusia. Peluang agribisnis tannaman ini adalah di manfaatkan sebagai
peneduh atau sebagai tanaman hias. Selain itu, tanaman ini juga di percaya sebagai
tanaman obat Bronkhitis dan asma sejak 5000 tahun lalu di Cina.

Taksonomi

Kingdom : Plantae

Divisi : Ginkgophyta

Subdivisi : Ginkgoopsida

Kelas : Ginkgoopsida

Ordo : Ginkgoales

Famili : Ginkgoales

Genus : Ginkgo

Spesies : Ginkgo biloba L.

Nama Daerah

Ginkgo biloba atau biasa dikenal sebagai pohon rambut gadismerupakan spesies
yang masih hidup dalam divisi Ginkgophyta. Semua spesies lainnya telah punah.

Khasiat Empiris

Ginkgo biloba telah dikaitkan dengan peningkatan fungsi kognitif, termasuk memori,
konsentrasi, dan pemikiran abstrak. Senyawa aktifnya dapat meningkatkan aliran
darah ke otak dan melindungi sel-sel saraf dari kerusakan.

Kajian Ilmiah

Beberapa senyawa kimia telah diturunkan dari G. biloba dengan berbagai aktivitas
terapeutik. Dalam beberapa tahun terakhir, senyawa kimia baru, termasuk terpenoid
dan lignan baru, telah diidentifikasi di G. biloba, seperti yang dijelaskan pada bagian
berikut.

32
10. Jati Cina (Senna Alexander )

Gambar 10. Jati Cina (Senna Alexander )

Ada beberapa jenis spesies daun genus Cassia yang digunakan untuk
pengobatan di dunia. Sejak saat itu banyak dilakukan penelitian tanaman
genus Cassia. Namun dua species yang paling banyak digunakan yaitu Cassia
acutifoliadan Cassia angustifolia (Khan et al). Tanaman jati cina merupakan tanaman
asli Afrika berupa semak dengan tinggi 1,5 m. Daun berwarna hijau sampai
kekuningan, berbentuk lonjong, bagian pangkal dan ujung meruncing, tangkai agak
membesar. Bunga kelopak 5 dengan mahkota berwarana kuning. Buah
segar berbentuk elips, panjang 4-7 cm, lebar 2 cm dan mengandung 6-10 biji (Mun’in
dkk, 2011)

Manfaat

Mengatasi Sembelit, Manfaat teh jati cina yang pertama adalah untuk mengatasi
sembelit atau kesulitan buang air besar. Sumber Antioksidan, Selain untuk mengatasi
sembelit, manfaat teh jati cina lainnya adalah untuk memberikan asupan antioksidan
dalam tubuh. Antioksidan berperan penting untuk melindungi tubuh dari efek radikal
bebas yang dapat menimbulkan berbagai penyakit.Mengobati Penyakit
Diabetes,Kandungan kadar kafein di dalam daun jati cina dapat bermanfaat untuk
mengontrol kadar gula di dalam darah. Mengobati Penyakit Asam Urat,Mencegah
Penyakit Wasir, Mengobati Hipertensi.

Taksonomi

Ginkgo Biloba (Ginkgo Biloba L)

Kingdom : Plantae
33
Divisi : Magnoliophyta

Subdivisi : Spermatophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae

Genus : Cassia

Spesies : Cassiaangustifolia Vahl

Nama Daerah

Jati cina, senna, godong seno,

Khasiat Empiris

Selain sebagai stimulan pencahar, daun jati cina ( Cassia angustifolia) juga
dapat digunakan sebagai antibakteri (Albrahim et al., 2021). Sebuah penelitian
mengatakan bahwa daun Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta jati cina berkhasiat
untuk antidiabetes karena memiliki kandungan flavonoid, saponin dan glikosida (Jani
and Goswami, 2020).

Kajian Ilmiah

Daun jati cina memiliki kandungan utamasenosida A dan senosida B. Selain


itu, daun jati cina juga mengandungantrakuinon antara lain aloe- emodin dan rein
krisofanol. Belum lama ini, dua naftalena glikosida juga telah diisolasi dari daun dan
polong (Balasankar et al, 2013). Flavonoid yang sudah diketahui dari tanaman ini
adalah kaemferol, kaempterin dan isorhamnetin. Jati cina juga mengandung beta
sitosterol (0,33%) (Singh et al, 1997)

34
DAFTAR PUSTAKA

Ali DMS, Wong KC, Lim PK (2005). Flavonoids from Blumea balsamifera. Fitoterapia.
76:128-30.
Alonzo DS (1999). Blumea DC.[Internet]. Dalam Padua, L.S., Bunyapraphatsara, N.
dan Lemmens, R.H.M.J. (Editors). PROSEA (Plant Resources of South-East Asia)
Foundation, Bogor, Indonesia.
http://proseanet.org/prosea/e-prosea_detail.php?frt=&id=176. Diakses: 20-Jan-2016

https://www.alodokter.com/8-manfaat-daun-sembung-untuk-kesehatan

https://prosiding.farmasi.unmul.ac.id/index.php/mpc/article/view/84

https://ojs.unud.ac.id/index.php/jvet/article/download/4230/3210/#:~:text=Selain%20itu
%2C%20secara%20empiris%20akar,et%20al.%2C%201999).

https://ojs.unud.ac.id/index.php/jvet/article/download/4230/3210/#:~:text=Selain%20itu
%2C%20secara%20empiris%20akar,et%20al.%2C%201999).

http://repository.setiabudi.ac.id/id/eprint/3723/4/BAB%20II.pdf

http://repository.untar.ac.id/26332/3/2.pdf

https://journal.unilak.ac.id/index.php/senkim/article/download/7750/3255/

https://journal.uny.ac.id/index.php/medikora/article/download/4732/4079

Artikel ini telah tayang di satuharapan.com dengan judul "Cocor Bebek, “The Miracle
Leaf”", Klik
untukbaca:<ahref="https://www.satuharapan.com/read-detail/read/cocor-bebek-the-
miracle-leaf">https://www.satuharapan.com/read-detail/read/cocor-bebek-the-miracle
-leaf</a>Penulis : Sotyati

https://repository.poltekkespim.ac.id/id/eprint/223/1/ARTIKEL%20AYU%20new.pdf

Adjatin A et al. 2013. Phytochemical screening and toxicity studies of Crassocephalum


rubens (Juss. ex Jacq.) S. Moore and Crassocephalum

crepidioides (Benth .) S. Moore Consumed as vegetable in Benin. Volume 2. Int. J.


Curr. Microbiol. App. Sci, 2(8): 1-13.

Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Likuida-Semisolida. Bandung: Penerbit ITB.

Anonim. 1979. Materia Medika Indonesia jilid I. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.

iv
Anonim. 1985. Tanaman Berkhasiat Obat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.

http://eprints.polsri.ac.id/4048/3/3%20BAB%202.pdf

Gunay NE. Ginkgo biloba extract as an antioxidant in nerveregeneration. Elsevier


2020.

Anda mungkin juga menyukai