Anda di halaman 1dari 4

Peristiwa Bulan Syawal: Nabi Muhammad Menikahi Ummu Salamah

Selain cantik, Sayyidah Ummu Salamah dikenal cerdas. Beliau lahir 24 tahun sebelum hijrah dan
wafat pada tahun 61 H. Pada bulan Syawal tahun ke-4 Hijriyah, Nabi Muhammad SAW menikahi
Ummu Salamah . Nama lengkapnya Hindun binti Hudzaifah (Abu Umayyah) bin Mughirah bin
Abdullah bin Amr bin Makhzum, dari Bani Makhzum. Salamah adalah nama putranya. Beliau
berstatus janda saat dinikahi Rasulullah SAW .

Selain cantik, Sayyidah Ummu Salamah dikenal cerdas. Beliau lahir 24 tahun sebelum hijrah dan
wafat pada tahun 61 H. Ayahnya adalah seorang Quraisy yang dikenal sangat dermawan.
Sayyidah Ummu Salamah menikah dengan putra pamannya, yaitu Abdullah bin Abdul Asad bin
Hilal bin Makhzum al-Qurasyi lebih dikenal dengan Abu Salamah. Sang suami adalah seorang
sahabat yang mulia.

Yang pertama-tama memeluk Islam dan merasakan musibah yang besar akibat keislamannya.
Beliau putra dari bibi Rasulullah. Ibunya bernama Barrah binti Abdul Muthalib.

Baca Juga 3 Istri Nabi Muhammad SAW yang Berstatus Janda saat Dinikahi Abu Salamah tercatat
sebagai orang pertama dari sahabat Rasulullah dari Bani Makhzum yang hijrah ke Madinah. Ia
berhijrah satu tahun sebelum peristiwa Baiat Aqobah. Jauh sebelum hijrah ke Madinah, Abu
Salamah dan Sayyidah Ummu Salamah radhiallahu ‘anha (ra) berhijrah ke Habasyah. “Ketika
kami sampai di Habasyah, penduduknya memperlakukan kami dengan sangat baik. Kami aman
berada di atas agama kami. Kami tidak mendapat gangguan saat beribadah kepada Allah. Saat
hal ini sampai kepada Quraisy, mereka mengirim hadiah kepada An-Najasyi. Mereka bawakan
kulit (hewan) yang banyak," ujar Sayyidah Ummah Salamah berkisah.

Di Habasyah Ummu Salamah melahirkan tiga orang anak; Zainab, kemudian Salamah, Durrah,
dan Umar. Selanjutnya, Abu Salamah mudik ke Makkah menemui Rasulullah. Setibanya di
Makkah, keadaan belum berubah. Orang-orang Quraisy masih saja menyakiti kaum muslimin. Di
sisi lain, ia mendengar kalau di Madinah sudah terdapat kaum muslimin, ia pun berencana hijrah
ke sana.

Dalam peristiwa ini Ummu Salamah, mengalami penderitaan yang sangat berat. “Saat Abu
Salamah telah mantap untuk hijrah ke Madinah, ia membawakan untanya untuk kunaiki," tutur
Ummu Salamah. Baca Juga 4 Istri Nabi Muhammad SAW yang Berstatus Janda saat Dinikahi
Bersama putranya, Salamah bin Abu Salamah, mereka berangkat.

Sekelompok laki-laki dari bani al-Mughirah bin Abdullah bin Amr bin Makhzum (keluarga Ummu
Salamah) mendekati mereka dan berkata, "Tentang dirimu, kami sudah menyerah. Lalu
bagaimana dengan istrimu ini? Apakah kau pikir kami akan membiarkannya pergi bersamamu ke
daerah lain?” ujar kerabat Ummu Salamah itu kepada Abu Salamah. Akhirnya, Ummu Salamah
dan putranya ditahan oleh keluarganya. “Mereka melepaskan tali kekang unta dari tangan
suamiku. Mereka merebutku darinya,” ujar Ummu Salamah berkisah.

Mengetahui kejadian ini, bani Abdul Asad, yakni saudara Abu Salamah pun murka. Mereka
berkata, "Tidak, demi Allah. Kami tak akan membiarkan anak kami (karena nasab itu dari jalur
ayah) berada di sisi ibunya. Karena kalian telah memisahkan ibunya dari saudara kami". "Mereka
pun berebut menarik anakku Salamah, hingga mereka melepaskan tarikannya. Bani Abdul Asad
pun membawanya pergi. Aku ditahan oleh keluargaku, Bani al-Mughirah. Sementara suamiku
pergi ke Madinah,” lajut Ummu Salamah. Ummu Salamah melanjutkan kisahnya. “Aku terpisah
dari suami dan anakku. Selama hampir setahun, setiap pagi aku pergi ke ujung Kota Mekkah
dengan deraian air mata. Sampai akhirnya seorang laki-laki dari putra pamanku melihatku. Ia
melihat keadaanku dan merasa iba. Baca Juga Kisah Shafiyah binti Huyay, Istri Nabi Muhammad
yang Berasal dari Bangsa Yahudi Ia berkata kepada Bani al-Mughirah: “Apakah kalian tak
membiarkan saja dia pergi? Kalian telah pisahkan ia dengan suami dan anaknya.” Keluarga Bani
al-Mughirah akhirnya melunak dan berkata pada Ummu Salamah, “Susullah suamimu jika kau
menginginkannya.”

Ummu Salamah berkata, “Dan saat itu Bani Saad (keluarga Abu Salamah) mengembalikan
putraku ke pangkuanku.” "Aku pacu untaku. Kugendong anakku dan kuletakkan ia bersamaku.
Kami berangkat menuju Madinah untuk berkumpul dengan suamiku. Saat itu, tak ada seorang
pun yang menemaniku." "Aku berkata pada diriku, apakah aku akan bertemu dengan seseorang
yang bisa mengantarkanku pada suamiku?" Saat sampai di Tan’im, Ummu Salamah bercerita, ia
bertemu dengan Utsman bin Thalhah bin Abi Thalhah, keluarga dari Bani Abdud Dar. Ia berkata
pada Ummu Salamah, “Mau ke mana hai putri Abu Umayyah?” “Aku hendak ke Madinah
berjumpa dengan suamiku,” jawab Ummu Salamah. “Apakah ada orang yang menemanimu?”
tanya Utsman lagi.

“Demi Allah, tidak ada. Hanyalah Allah dan putraku ini,” jawab Ummu Salamah. Utsman bin
Thalhah berkata, “Demi Allah, kau tak pantas dibiarkan sendiri.” Ia pun mengambil tali kekang
unta Ummu Salamah, kemudian membawanya pergi.

Selanjutnya Ummu Salamah bercerita: "Demi Allah, aku tak pernah ditemani seorang laki-laki
Arab pun yang aku pandang lebih mulia darinya. Apabila kami sampai di tempat istirahat, ia
menghentikan untaku. Kemudian ia memperhatikan keadaanku. Sampai-sampai saat aku turun
dari untaku, dia pun memperhatikan untaku itu. Ia pergi dan mengikat tungganganku di pohon.
Setelah istirahat selesai, ia datang lagi dan berkata, ‘Naiklah’. Saat aku telah naik, ia mendekat
dan mengarahkan perjalanan kami sampai kami ke tempat istirahat berikutnya. Ia melakukan hal
itu terus, sampai kami tiba di Madinah. Saat ia melihat kampung Bani Amr bin Auf di Quba, ia
berkata, “Suamimu berada di kampung ini. Masukilah dengan berkah dari Allah.”

Kemudian ia pergi kembali ke Makkah. “Demi Allah, aku tidak mengetahui ada keluarga dalam
Islam yang menderita seperti penderitaan keluarga Abu Salamah. Aku tak melihat orang yang
lebih mulia dibanding Utsman bin Thalhah.” (Ibnu Hisyam: as-Sirah an-Nabawiyah, 1/468).

Abu Salamah Wafat Pada tahun 2 H, Rasulullah mengajak para sahabatnya untuk mencegat
kafilah Abu Sufyan. Tanpa disangka, kemudian peristiwa inilah menjadi sebab Perang Badar. Abu
Salamah turut serta dalam rombongan yang mencegat kafilah. Dan tentu saja ia juga terlibat
dalam Perang Badar. Dalam perang itu ia menderita luka. Luka itu sempat sembuh, tapi kemudian
kambuh kembali. Hingga menyebabkannya wafat pada Jumadil Akhir tahun 3 H (Ibnu al-Atsir:
Asad al-Ghabah, 3/190).

Ummu Salamah menceritakan, “Suatu hari, Abu Salamah menemuiku. Ia baru saja menemui
Rasulullah. Ia berkata, ‘Aku mendengar dari Rasulullah sebuah perkataan yang membuatku
bahagia. Beliau bersabda, ADVERTISING ‫ اللهُم‬:‫ ُثم يَ ُقو ُل‬،ِ‫صيبَتِه‬ ِ ‫ُصيبُ َأ َحدًا ِم َن ا ْل ُم ْس ِلمِي َن ُم‬
ِ ‫صيبَة َفيَ ْست َْر ِج َع ِع ْن َد ُم‬ ِ ‫ال ي‬
ْ ‫اخ ُل‬
‫ إِال ُف ِع َل َذلِكَ بِ ِه‬.‫ف لِي َخي ًْرا ِم ْنهَا‬ ْ ‫ َو‬،‫صيبَتِي‬ ْ
ِ ‫“ أ ُج ْرنِي فِي ُم‬Tidaklah seorang muslim ditimpa suatu musibah.
Kemudian ia beristirja (mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi raji’un) saat musibah tersebut
terjadi. Setelah itu berdoa, ‘Ya Allah berilah aku pahala atas musibahku ini. Dan gantikanlah
dengan yang lebih baik darinya’. Kecuali Allah akan mengabulkannya.” Kata Ummu Salamah, “Aku
pun menghafalkannya.” Ketika Abu Salamah wafat, aku beristirja. Dan berdoa, “Ya Allah berilah
pahala atas musibahku ini. Dan gantikanlah dengan yang lebih baik darinya.” Setelah itu, aku
renungkan ucapanku dan bertanya pada diriku, “Adakah untukku yang lebih baik dari Abu
Salamah?”

Kisah lain menyebut, Abu Salamah meninggal tak lama setelah Perang Uhud. Ketika menjelang
ajal, Rasulullah SAW memejamkan kedua mata Abu Salamah dengan kedua tangannya seraya
berdoa,"Ya Allah ampunilah Abu Salamah, tinggikanlah derajatnya dalam golongan Al-
Muqarrabin dan gantikanlah dia dengan kesudahan yang baik pada masa yang telah lampau dan
ampunilah kami dan dia.” Ada juga kisah yang menceritakan tatkala masa iddah Ummu Salamah
berakhir, Abu Bakar mengirim seseorang untuk meminang dirinya, namun dia tidak berkenan
menikah dengan Abu Bakar. Kemudian Rasulullah SAW mengirimkan Umar bin Al-Khathab untuk
meminangnya agar menikah dengan Rasul.

Namun menurut Ummu Salamah, setelah iddahnya selesai, Rasulullah meminta izin padanya.
"Saat itu aku sedang menyamak kulit. Kucuci tanganku dan kuizinkan beliau masuk. Aku pun
membentangkan alas duduk dari kulit yang berisi serat. Beliau pun duduk di atasnya dan
meminangku untuk dirinya." Setelah beliau selesai berbicara, aku berkata, “Wahai Rasulullah,
siapa aku ini untuk tidak menerimamu.

Tapi aku adalah seorang wanita yang sangat pencemburu. Aku khawatir Anda melihat pada diriku
sesuatu yang menyebabkan aku diazab oleh Allah. Dan aku adalah wanita yang sudah berusia
dan memiliki anak-anak.” Baca Juga 9 Pembeda Nabi Muhammad SAW Dibanding Nabi-Nabi Lain
Rasulullah menanggapi, ‫س ِّ ِن َف َق ْد َأصَابَنِي ِم ْث ُل الذِي‬ َ ‫ت ِم َن ا ْلغَ ْي َرةِ َفسَ ْو‬
ِ ‫ َو َأما َما َذك َْر‬، ِ‫ف يُ ْذ ِهبُهَا َللا ُ ِم ْنك‬
ِّ ِ ‫ت ِم َن ال‬ ِ ‫َأما َما َذك َْر‬
ُ ْ َ َ
ِ ‫ َوأما َما َذك َْر‬، ِ‫“ أصَابَك‬Yang engkau sebut berupa kecemburuan, Allah akan
‫ت ِم َن ال ِعيَا ِل َفإِن َما ِعيَالكِ ِعيَالِي‬
menghilangkan hal itu darimu.

Tentang umurmu, aku pun telah berumur sebagaimana engkau. Dan tentang anak-anakmu,
anak-anakmu juga anak-anakku.” Ummu Salamah menjawab, “Aku terima lamaran Anda,
Rasulullah.” Kemudian ia mengatakan, “Sungguh Allah telah menggantikan untuk diriku
seseorang yang lebih baik dari Abu Salamah, yakni Rasulullah.” (Ibnu Katsir as-Sirah an-
Nabawiyah, 3/175).

Baginya, Ummu Salamah adalah sebaik-baik istri baik dari segi kesetiaan, ketaatan dan dalam
menunaikan hak-hak suaminya. Dia senantiasa mendampingi suaminya dan bersama-sama
memikul beban ujian dan kerasnya siksaan orang-orang Quraisy. Matang dan Cerdas Rasulullah
menikahi Ummu Salamah tepat pada bulan Syawal tahun 4 Hijriyah.

Maka Hindun binti Abu Umayyah pun menjadi Ummul Mukminin. Rasulullah SAW memberinya
kasur empuk yang terbuat dari serabut, sejumlah uang, mangkuk dan alat penggiling. Rasulullah
juga memuliakannya dengan biasa mengunjunginya pertama kali sehabis menunaikan salat
Ashar, sebelum mengunjungi istri-istrinya yang lain.

Ketika Rasulullah SAW menikahi Ummu Salamah, Aisyah merasa sedih karena banyak orang yang
menyebut kecantikannya. Ketika Aisyah melihat sendiri, dia berkata, "Demi Allah (sungguh), dia
lebih dari yang diceritakan padaku (kubayangkan) dalam hal kebaikan dan kecantikannya."
Ummu Salamah adalah seorang wanita yang cerdas dan matang dalam memahami persoalan
dengan pemahaman yang baik dan dapat mengambil keputusan dengan tepat pula. Hal itu
ditunjukkan pada peristiwa Hudaibiyah, manakala Rasulullah SAW memerintahkan para
sahabatnya untuk menyembelih qurban selepas terjadinya perjanjian dengan pihak Quraisy.

Setelah masalah tersebut telah selesai, beliau berkata para sahabatnya, "Berdirilah kalian,
lakukan penyembelihan dan potonglah!" ADVERTISING Namun tidak seorang pun yang berdiri,
padahal Nabi SAW telah mengulangnya hingga tiga kali. Para sahabat tidak mengerjakannya
karena sifat manusiawi mereka yang merasa kecewa dengan hasil perjanjian Hudaibiyah yang
banyak merugikan kaum Muslimin. Rasulullah kemudian menemui Ummu Salamah dalam
keadaan sedih dan kecewa. Beliau ceritakan kepadanya perihal kaum Muslimin yang tidak mau
mengerjakan perintahnya. Ummu Salamah berkata, ”Wahai Rasulullah apakah anda
menginginkan hal itu? Jika demikian, maka silakan anda keluar dan jangan berkata sepatah kata
pun dengan mereka sehingga anda menyembelih unta anda. Kemudian panggillah tukang cukur
anda untuk mencukur rambut anda (tahallul)." Rasulullah menerima usulan Ummu Salamah.
Maka beliau berdiri dan keluar tidak berkata sepatah kata pun hingga beliau menyembelih
untanya. Kemudian beliau panggil tukang cukur beliau dan dicukurlah rambut beliau. Manakala
para sahabat melihat apa yang dikejakan oleh Rasulullah, maka mereka bangkit dan
menyembelih qurban mereka, kemudian sebagian mereka mencukur sebagian yang lain secara
bergantian. Ketika Ummu Salamah turut serta menyaksikan Perang Khaibar, dan berkata pada
beberapa wanita, "Semoga Allah juga mewajibkan pada kita (kaum wanita) berjihad sebagaimana
yang telah diwajibkan bagi para pria. Sehingga kita juga mempunyai kesempatan untuk mendapat
pahala seperti yang mereka dapatkan." Baca Juga Gambaran Ketampanan Baginda Nabi
Muhammad SAW Kemudian turunlah ayat: ‫َصيب ِّمِما‬ ِِّ ‫ض ُك ْم عَ َلى بَ ْعض ۚ ِّل‬
ِ ‫ِلر َجا ِل ن‬ َ ‫َو َال تَتَ َمن ْوا َما َفض َل ٱّلل ُ بِهِۦ بَ ْع‬
ْ ‫َصيب ِّمِما ٱ ْكتَسَ ْب َن ۚ َوسْـ َٔ ُلوا ٱّلل َ مِن َف‬
ْ ‫ض ِل ِهۦٓ إِن ٱّلل َ كَا َن بِ ُك ِّ ِل َش‬
‫ىء عَلِي ًما‬ ِ ‫" ٱ ْكتَسَبُوا ۖ َولِل ِّنِسَآ ِء ن‬Dan janganlah kamu iri hati
terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian
yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan
bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah
sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." ( QS An-
Nisaa' : 32) Setelah Rasulullah SAW wafat, Ummul Mukminin Ummu Salamah senantiasa
memerhatikan urusan kaum Muslimin dan mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi. Ia selalu
turut andil dengan kecerdasannya dalam setiap persoalan untuk menjaga umat dan mencegah
mereka dari penyimpangan, terlebih lagi terhadap para penguasa dari para khalifah maupun para
pejabat. Ummu Salamah adalah istri Nabi yang terakhir kali meninggal dunia. Ia diberkahi umur
panjang dan mengetahui pembunuhan Hussein bin Ali, sehingga membuatnya pingsan karena
sangat bersedih. Tidak berselang lama setelah peristiwa itu, pada bulan Dzulqa’dah tahun 59
Hijriyah, Ummu Salamah wafat dalam usia 84 tahun di Madinah. Ada yang mengatakan beliau
wafat pada usia 81 tahun. Ada juga riwayat lain yang menyebutkan beliau wafat dalam usia 61
tahun. Abu Hurairah juga ikut melakukan salat janazahnya di Baqi’. Sayyidah Ummu Salamah
telah meriwayatkan beberapa hadis dari Rasulullah SAW, dari Abu Salamah, dan Fatimah Az-
Zahra, semuanya sekitar 387 hadits. Adapun hadis yang telah ditakhrij dan tertulis dalam Shahih
Bukhari-Muslim berjumlah 29 hadis; sekitar 13 hadis yang muttafaq ‘alaihi, ada 3 hadis lain
diriwayatkan oleh Al-Bukhari, dan 13 lainnya diriwayatkan oleh Muslim. Baca Juga Keutamaan
Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW Beberapa orang juga ikut meriwayatkan hadis darinya, di
antaranya kedua anaknya; Umar dan Zainab, Nabhan, Amir bin Abu Umayyah, Mus’ab bin
Abdullah bin Abu Umayyah, beberapa budaknya yang telah dimerdekakan dan yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai