Anda di halaman 1dari 11

Jawaban Tugas UTS Matkul Aspek Hukum dalam Ekonomi

Naniek Nuraini_MBS E KK_2310101074

1A. 2 persamaan dan 2 perbedaan tentang benda bergerak dan benda tidak bergerak ditinjau
dari aspek hukum

 Persamaan pada benda bergerak dan benda tidak bergerak:


- sama-sama segala sesuatu yang dapat menjadi objek hak milik seseorang.
- sama-sama segala sesuatu yang menjadi pokok permasalahan dan kepentingan bagi
para subjek hukum yang telah diatur dalam undang-undang hukum perdata tentang
hukum kebendaan.
 Perbedaan pada benda bergerak dan benda tidak bergerak:

Benda Bergerak Benda Tidak Bergerak


- Benda yang bergerak menurut - Benda yang tidak bergersk menurut
sifatnya bergerak atau yang dapat sifatnya tidak bergerak atau yang
dipindahkan tidak dapat dipindahkan.
- Benda yang menurut penetapan - Benda yang menurut penetapan
undang-undang sebagai benda undang-undang sebagai benda tidak
bergerak didalam undang-undang bergerak didalam undang-undang
hukum perdata pasal 509 hukum perdata pasal 506

1B. 2 persamaan dan 2 perbedaan tentang Wanprestasi dan perbuatan melawan hukum
ditinjau dari aspek hukum

 Persamaan wanprestasi dengan perbuatan melawan hukum


- Sama-sama dapat diajukan tuntutan ganti rugi ketika melanggar perjanjian
- Sama-sama melanggar perjanjian atau melanggar hak orang lain.
 Perbedaan wanprestasi dengan perbuatan melawan hukum yakni perbedaan dalam
pengaturannya didalam undang-undang dalam hal tuntutan ganti rugi

Wanprestasi Perbuatan Melawan Hukum


- Pada undang-undang hukum perdata Pada undang-undang hukum perdata tentang
tentang wanprestasi dalam tuntutan perbuatan melawan hukum dalam tuntutan
ganti rugi dimana telah mengatur ganti rugi dimana tidak mengatur adanya
jangka waktu perhitungan ganti rugi bagaimana bentuk dan rincian ganti rugi,
yang dapat dituntut dan jumlah ganti jadi bisa digugat ganti rugi nyata dan
rugi yang dapat dituntut. kerugian immaterial.
- Penggugat tidak dapat menuntut Penggugat dapat menuntut pengembalian
pengembalian pada keadaan semula pada keaadan semula

1C. 2 persamaan dan 2 perbedaan tentang kewenangan BPOM dan BPJPH dalam
perlindungan konsumen ditinjau dari aspek hukum

Benda Bergerak dengan Benda Tidak Bergerak Ditinjau dari Aspek


Hukum: Persamaan:

1. Keduanya merupakan objek hak milik yang diatur dalam hukum


perdata.
2. Baik benda bergerak maupun benda tidak bergerak dapat menjadi
subjek dari perjanjian dan transaksi hukum.

Perbedaan:

1. Benda bergerak dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain,


sementara benda tidak bergerak biasanya tetap berada di lokasi
tertentu.
2. Penyelesaian sengketa terkait kepemilikan benda bergerak seringkali
lebih kompleks daripada benda tidak bergerak karena perpindahan
kepemilikan yang lebih sering terjadi.

b. Wanprestasi dengan Perbuatan Melawan Hukum: Persamaan:

1. Keduanya merupakan pelanggaran terhadap kewajiban hukum yang


dapat menimbulkan kerugian bagi pihak yang dirugikan.
2. Baik wanprestasi maupun perbuatan melawan hukum dapat
mengakibatkan tuntutan ganti rugi atau pemulihan kerugian.

Perbedaan:

1. Wanprestasi terjadi ketika seseorang gagal memenuhi kewajiban


kontraktualnya, sedangkan perbuatan melawan hukum adalah
tindakan yang bertentangan dengan hukum tanpa adanya dasar
kontrak.
2. Wanprestasi biasanya terjadi dalam konteks perjanjian atau kontrak,
sementara perbuatan melawan hukum dapat terjadi dalam berbagai
situasi, termasuk di luar konteks kontrak.

c. Kewenangan BPOM dengan BPJPH dalam Perlindungan Konsumen:


Persamaan:

1. Baik BPOM maupun BPJPH bertanggung jawab dalam menjaga


keamanan dan kualitas produk yang beredar di pasaran.
2. Keduanya memiliki wewenang untuk melakukan pengawasan,
pengujian, dan pemantauan terhadap produk-produk yang beredar
di pasaran.

Perbedaan:

1. BPOM fokus pada pengawasan produk-produk yang berhubungan


dengan kesehatan, seperti obat dan makanan, sedangkan BPJPH
fokus pada produk-produk yang terkait dengan kehalalan, seperti
makanan dan minuman halal.
2. BPOM memiliki wewenang untuk memberikan izin edar terhadap
produk-produk kesehatan, sementara BPJPH memberikan sertifikasi
halal untuk produk-produk yang memenuhi persyaratan kehalalan.

d. Monopoli dengan Monopsoni: Persamaan:

1. Keduanya merupakan bentuk pasar yang tidak sempurna, di mana


terdapat satu pihak yang memiliki kekuatan pasar yang dominan.
2. Baik monopoli maupun monopsoni dapat mengakibatkan distorsi
pasar dan mengurangi efisiensi alokasi sumber daya.

Perbedaan:

1. Monopoli terjadi ketika satu perusahaan atau entitas memiliki kontrol


atas penawaran barang atau jasa di pasar, sementara monopsoni
terjadi ketika satu perusahaan atau entitas memiliki kontrol atas
permintaan tenaga kerja atau bahan baku di pasar.
2. Dalam monopoli, perusahaan memiliki kekuatan pasar untuk
menentukan harga produk, sedangkan dalam monopsoni,
perusahaan memiliki kekuatan pasar untuk menentukan upah atau
harga bahan baku.

e. Embargo dengan Proteksionisme: Persamaan:

1. Baik embargo maupun proteksionisme merupakan kebijakan


ekonomi yang bertujuan untuk melindungi kepentingan nasional.
2. Keduanya melibatkan penggunaan hambatan perdagangan untuk
mengurangi ketergantungan pada pasar luar negeri.

Perbedaan:

1. Embargo adalah larangan atau pembatasan impor atau ekspor


barang dari atau ke suatu negara, sementara proteksionisme adalah
kebijakan yang bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri
dari persaingan luar negeri.
2. Embargo bersifat lebih drastis karena dapat memblokir seluruh
perdagangan dengan suatu negara atau kawasan, sedangkan
proteksionisme dapat berupa tarif, kuota, atau subsidi untuk industri
dalam negeri.

2.

Klausula Eksonerasi: Kelebihan:

1. Perlindungan Hukum: Klausula eksonerasi dapat memberikan perlindungan


hukum bagi pihak yang terlibat dalam suatu perjanjian dengan mengurangi
atau menghilangkan tanggung jawab atas kerugian atau kerusakan yang
timbul.
2. Fleksibilitas Kontrak: Memberikan fleksibilitas dalam penentuan risiko antara
pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak, sehingga memungkinkan mereka
untuk menyesuaikan ketentuan-ketentuan kontrak sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan mereka.
3. Mendorong Investasi: Dengan adanya klausula eksonerasi, para pihak dapat
merasa lebih aman untuk melakukan investasi karena risiko kerugian dapat
diminimalkan atau ditanggung sesuai dengan kesepakatan.

Kelemahan:
1. Ketidaksetaraan Kekuatan: Kadang-kadang klausula eksonerasi dimasukkan
ke dalam kontrak dengan cara yang memanfaatkan ketidaksetaraan kekuatan
antara pihak-pihak yang terlibat, sehingga bisa merugikan pihak yang lebih
lemah.
2. Ketidakjelasan Ketentuan: Terkadang klausula eksonerasi dapat dirumuskan
secara tidak jelas atau ambigu, sehingga memunculkan interpretasi yang
beragam dan memicu sengketa antara para pihak.
3. Pembatasan Keadilan: Penggunaan klausula eksonerasi dapat membatasi
akses terhadap keadilan, terutama jika klausula tersebut mengurangi
tanggung jawab atas tindakan yang kelalaian atau kesalahan yang disengaja.

b. Subsidi: Kelebihan:

1. Mendorong Pertumbuhan Ekonomi: Subsidi dapat mendorong


pertumbuhan ekonomi dengan memberikan dorongan ke sektor-sektor yang
strategis atau berkembang, seperti industri teknologi atau energi terbarukan.
2. Pemerataan Akses: Subsidi dapat membantu pemerataan akses terhadap
layanan penting seperti pendidikan, kesehatan, atau transportasi bagi
masyarakat yang kurang mampu.
3. Stabilitas Harga: Subsidi dapat menjaga stabilitas harga barang atau jasa
tertentu, sehingga melindungi konsumen dari fluktuasi harga yang besar.

Kelemahan:

1. Beban Fiskal: Subsidi seringkali menjadi beban fiskal bagi pemerintah,


terutama jika tidak dikelola dengan baik atau jika jumlahnya tidak sesuai
dengan kemampuan fiskal negara.
2. Inefisiensi: Subsidi dapat mengakibatkan inefisiensi dalam alokasi sumber
daya karena mengurangi insentif bagi produsen untuk meningkatkan efisiensi
produksi.
3. Ketergantungan: Subsidi dapat menciptakan ketergantungan yang
berkepanjangan bagi sektor-sektor tertentu, menghambat inovasi dan
diversifikasi ekonomi.

c. Islamic Branding: Kelebihan:

1. Pengenalan Identitas: Islamic branding dapat membantu perusahaan atau


produk untuk mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai Islam, menarik konsumen
yang mengutamakan aspek keagamaan dalam keputusan pembelian mereka.
2. Pasar yang Berkembang: Islamic branding dapat memanfaatkan pasar yang
berkembang pesat dari komunitas Muslim global yang semakin meningkatkan
kesadaran akan kepatuhan syariah dalam kegiatan konsumsi mereka.
3. Penghargaan Budaya: Islamic branding dapat dianggap sebagai bentuk
penghargaan terhadap budaya dan nilai-nilai Islam, yang dapat meningkatkan
citra perusahaan di mata konsumen Muslim dan non-Muslim.

Kelemahan:

1. Kontroversi Interpretasi: Islamic branding seringkali dapat menimbulkan


kontroversi karena interpretasi yang beragam tentang nilai-nilai Islam dan
bagaimana mereka harus direpresentasikan dalam konteks bisnis.
2. Greenwashing: Ada kekhawatiran bahwa beberapa perusahaan
menggunakan Islamic branding sebagai bentuk "greenwashing", atau
mencitrakan diri mereka sebagai lebih patuh terhadap nilai-nilai Islam
daripada yang sebenarnya mereka lakukan.
3. Segmentasi Pasar: Islamic branding dapat menyebabkan segmentasi pasar
yang tidak diinginkan, memisahkan konsumen berdasarkan agama mereka
dan menghambat integrasi sosial.

d. Komisioner: Kelebihan:

1. Pengambilan Keputusan Kolaboratif: Komisioner dapat memfasilitasi


pengambilan keputusan yang kolaboratif dan beragam dengan melibatkan
berbagai perspektif dan keahlian.
2. Pengawasan dan Pertanggungjawaban: Komisioner bertanggung jawab
atas pengawasan dan pertanggungjawaban dalam menjalankan tugas mereka,
memastikan transparansi dan akuntabilitas.
3. Pengalaman dan Keahlian: Komisioner seringkali memiliki pengalaman dan
keahlian yang relevan dalam bidang mereka, membantu mereka dalam
membuat keputusan yang berkualitas dan memahami dinamika organisasi.

Kelemahan:

1. Konflik Kepentingan: Komisioner dapat menghadapi konflik kepentingan


antara tugas mereka sebagai anggota dewan direksi dan kepentingan pribadi
atau profesional mereka.
2. Keterbatasan Waktu: Komisioner sering kali memiliki keterbatasan waktu
karena memiliki tanggung jawab di luar dewan direksi, yang dapat
mempengaruhi dedikasi mereka terhadap tugas di dewan.
3. Ketergantungan pada Informasi: Komisioner mungkin tergantung pada
informasi yang diberikan oleh manajemen perusahaan, yang dapat membatasi
kemampuan mereka untuk melakukan pengawasan independen dan kritis.

e. Freedom of Contract: Kelebihan:


1. Fleksibilitas Kontrak: Kebebasan kontrak memungkinkan pihak-pihak untuk
merancang kesepakatan yang sesuai dengan kebutuhan, keinginan, dan
preferensi mereka masing-masing.
2. Inovasi Kontrak: Kebebasan kontrak mendorong inovasi dalam desain
kontrak, memungkinkan munculnya bentuk-bentuk kontrak baru yang dapat
mengakomodasi situasi dan kebutuhan bisnis yang berkembang.
3. Pengakuan Hak Individu: Kebebasan kontrak mengakui hak individu untuk
menentukan nasib mereka sendiri dalam hubungan kontrak, memungkinkan
mereka untuk mengambil risiko dan mengejar keuntungan sesuai dengan
kebijaksanaan mereka sendiri.

Kelemahan:

1. Ketidaksetaraan Kekuatan: Kebebasan kontrak dapat menghasilkan


ketidaksetaraan kekuatan antara pihak-pihak yang terlibat, terutama jika satu
pihak memiliki kekuatan negosiasi yang lebih besar daripada yang lain.
2. Eksploitasi: Dalam beberapa kasus, kebebasan kontrak dapat digunakan
untuk mengeksploitasi pihak yang lebih lemah atau rentan, terutama jika ada
perbedaan kekuatan tawar antara pihak-pihak yang terlibat.
3. Keterbatasan Perlindungan Hukum: Kebebasan kontrak dapat
mengakibatkan keterbatasan perlindungan hukum bagi pihak yang merasa
dirugikan oleh ketentuan-ketentuan kontrak yang tidak adil atau tidak wajar.

3.

Perjanjian dengan Konsensual dan Syarat:

1. Hubungan Timbal Balik: Perjanjian konsensual adalah perjanjian yang sah


terbentuk saat para pihak mencapai kesepakatan tanpa memerlukan tindakan lebih
lanjut. Sementara itu, perjanjian dengan syarat memerlukan pemenuhan syarat-syarat
tertentu untuk menjadi sah.
2. Keterkaitan Konsep: Perjanjian konsensual menekankan pentingnya kesepakatan
antara pihak-pihak yang terlibat, sementara perjanjian dengan syarat menambahkan
elemen tambahan yang harus dipenuhi agar perjanjian tersebut sah.
3. Pentingnya Syarat: Syarat-syarat dalam perjanjian bertujuan untuk memberikan
jaminan atau ketentuan-ketentuan tertentu yang harus dipenuhi oleh para pihak untuk
menjaga keadilan dan kepastian hukum.

b. Pialang dengan Bursa Efek dan Emiten:

1. Hubungan Pialang dengan Bursa Efek: Pialang adalah perantara yang


memfasilitasi perdagangan efek di pasar, termasuk dalam bursa efek, di mana efek
diperdagangkan secara terorganisir.
2. Hubungan Pialang dengan Emiten: Emiten adalah perusahaan yang menerbitkan
efek untuk diperdagangkan di pasar modal, dan pialang berperan sebagai perantara
antara emiten dan investor.
3. Ketergantungan Antar Pihak: Pialang membutuhkan bursa efek untuk menjalankan
aktivitas perdagangan efeknya, sementara bursa efek memerlukan pialang sebagai
agen yang memfasilitasi perdagangan tersebut. Emiten juga memerlukan pialang
sebagai perantara untuk menarik investor ke efek yang mereka tawarkan.

c. Itikad Baik dengan Produk Halal dan Transaksi:

1. Hubungan Itikad Baik dengan Produk Halal: Itikad baik mengacu pada niat yang
jujur dan baik dari produsen atau pelaku bisnis dalam menghasilkan produk halal
yang sesuai dengan aturan dan standar yang berlaku.
2. Hubungan Itikad Baik dengan Transaksi: Dalam transaksi, itikad baik menyangkut
niat dari kedua belah pihak untuk melakukan transaksi dengan jujur, adil, dan sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3. Keterkaitan Kualitas Produk: Itikad baik dalam produksi produk halal memastikan
bahwa produk tersebut memenuhi standar kehalalan yang diperlukan, sementara itikad
baik dalam transaksi mengharuskan kedua belah pihak untuk tidak menipu atau
menyesatkan dalam proses transaksi.

d. Dumping dengan Agen dan Perlindungan Konsumen:

1. Hubungan Dumping dengan Agen: Dumping adalah praktik menjual barang atau
produk ke pasar luar negeri dengan harga di bawah harga pasar untuk merugikan
produsen lokal. Agen bisa menjadi perantara dalam praktik dumping ini.
2. Hubungan Dumping dengan Perlindungan Konsumen: Dumping dapat merugikan
konsumen karena dapat mengakibatkan distorsi pasar dan merugikan produsen lokal.
Perlindungan konsumen menjadi penting untuk mencegah dampak negatif tersebut.
3. Peran Agen dalam Perlindungan Konsumen: Agen memiliki tanggung jawab
untuk memastikan bahwa barang atau produk yang mereka distribusikan kepada
konsumen memenuhi standar kualitas dan keamanan yang ditetapkan untuk
melindungi konsumen dari produk yang merugikan.

e. Fungsi Sosial dengan Hak Milik dan Subjek Hukum:

1. Hubungan Fungsi Sosial dengan Hak Milik: Hak milik tidak hanya merupakan hak
individu, tetapi juga memiliki dimensi sosial di mana hak milik harus digunakan
untuk kepentingan yang lebih luas, seperti kemakmuran sosial dan pembangunan
ekonomi.
2. Hubungan Fungsi Sosial dengan Subjek Hukum: Subjek hukum, baik individu
maupun badan hukum, memiliki tanggung jawab sosial untuk menggunakan hak dan
kewenangannya sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan kepentingan umum.
3. Keterkaitan Tanggung Jawab: Dalam konteks ini, fungsi sosial dan tanggung jawab
subjek hukum berkaitan erat dalam memastikan bahwa hak milik tidak
disalahgunakan atau digunakan untuk merugikan pihak lain, tetapi justru memberikan
kontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan.
4.
a. Benda yang Hilang dan Masa Daluarsanya:

1. Pemilik Asli: Jika benda tersebut memiliki pemilik yang jelas, pemilik asli memiliki
hak untuk mengklaimnya kembali.
2. Hak Temuan: Orang yang menemukan benda yang hilang memiliki hak untuk
menyimpannya, namun harus memberitahukan temuannya kepada otoritas yang
berwenang.
3. Preskripsi: Jika pemilik asli tidak mengklaim kembali benda tersebut dalam jangka
waktu tertentu yang ditetapkan oleh hukum, maka hak atas benda tersebut bisa
preskripsi dan beralih kepada penemu atau pihak lain sesuai ketentuan hukum.
4. Larangan Membeli Benda yang Hilang: Dalam beberapa yurisdiksi, ada larangan
untuk membeli benda yang hilang secara langsung dari penemu, untuk mencegah
penyalahgunaan.

b. Barang yang Hilang dan Rusak Bukan Tanggungjawab Penerima Titipan:

1. Pemisahan Tanggungjawab: Penerima titipan tidak bertanggungjawab atas


kerusakan atau kehilangan barang kecuali jika dapat dibuktikan bahwa ia bertindak
secara kelalaian atau melanggar ketentuan perjanjian.
2. Prinsip Amanah: Penerima titipan hanya bertanggungjawab untuk menjaga barang
titipan dengan itikad baik dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah
kerusakan atau kehilangan.
3. Perjanjian Penitipan: Syarat-syarat dan tanggungjawab penerima titipan biasanya
diatur dalam perjanjian penitipan yang disepakati oleh kedua belah pihak.
4. Bukti dan Laporan: Penerima titipan diharuskan untuk menyimpan bukti atau
membuat laporan atas kondisi barang saat diterima, sehingga dapat digunakan sebagai
dasar dalam menentukan tanggungjawab atas kerusakan atau kehilangan.

c. Tuntutan Hukum bagi Produsen Obat yang Menimbulkan Banyak Korban Jiwa:

1. Tanggungjawab Produk: Produsen obat memiliki kewajiban untuk memproduksi


obat yang aman dan berkualitas sesuai dengan standar yang ditetapkan.
2. Kebijakan Pengawasan: Pemerintah biasanya memiliki lembaga pengawas yang
bertugas untuk memastikan keamanan dan kualitas obat yang beredar di pasaran.
3. Tuntutan Ganti Rugi: Korban atau keluarga korban dapat menuntut ganti rugi atas
kerugian yang mereka alami baik secara materiil maupun immateriil.
4. Sanksi Hukum: Produsen obat yang terbukti bersalah dapat dikenakan sanksi hukum
seperti denda atau bahkan tuntutan pidana, tergantung pada tingkat kesalahan dan
dampaknya.

d. Fakta Sunt Servanda:

1. Prinsip Kesepakatan: Fakta Sunt Servanda merupakan prinsip bahwa perjanjian


harus dipatuhi dengan itikad baik oleh para pihak yang terlibat.
2. Kekuatan Hukum: Perjanjian memiliki kekuatan hukum yang mengikat para pihak
untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang telah disepakati.
3. Integritas Kontrak: Fakta Sunt Servanda mendorong integritas dan kestabilan dalam
hubungan bisnis dan perjanjian, dengan menjamin bahwa kesepakatan yang dibuat
akan dihormati.
4. Pengecualian dan Pembatasan: Terdapat beberapa pengecualian dan pembatasan
terhadap prinsip ini, seperti keadaan paksaan atau keadaan tak terduga yang membuat
pelaksanaan perjanjian menjadi tidak mungkin atau tidak adil.

e. Makelar dalam Bisnis Kontemporer:

1. Perantara Bisnis: Makelar berperan sebagai perantara antara penjual dan pembeli
dalam transaksi bisnis, membantu memfasilitasi kesepakatan antara kedua belah
pihak.
2. Jaringan dan Koneksi: Makelar seringkali memiliki jaringan luas dan koneksi yang
memungkinkan mereka untuk menemukan peluang bisnis dan menemukan pembeli
atau penjual yang sesuai.
3. Biaya Jasa: Makelar biasanya memperoleh keuntungan dari biaya jasa atau komisi
yang dibayarkan oleh salah satu pihak yang terlibat dalam transaksi.
4. Pentingnya Kepercayaan: Dalam bisnis kontemporer, kepercayaan menjadi sangat
penting dalam hubungan antara makelar, penjual, dan pembeli, karena seringkali
transaksi dilakukan secara online atau jarak jauh.

5.
a. Hak milik dalam hukum perdata bersifat relatif, bukan absolut. Tidak boleh memiliki
harimau atau membeli laut atau pulau atas nama kebebasan, karena ada pembatasan hak milik
dalam hukum seperti kepentingan umum, kepentingan negara, dan norma-norma sosial.
Pembatasan penggunaan kebebasan terhadap hak milik sendiri termasuk dalam pembatasan
tersebut, seperti yang diatur dalam Undang-Undang Pokok Agraria dan peraturan perundang-
undangan terkait lainnya.

b. Akibat hukum pada perjanjian yang tidak memenuhi syarat subyektif dan obyektif adalah
tidak sah atau batal demi hukum. Artinya, perjanjian tersebut tidak mengikat para pihak yang
terlibat. Syarat subyektif melibatkan kemampuan untuk membuat perjanjian, sedangkan
syarat obyektif mencakup kesepakatan yang sah dan objek yang sah.

c. Tiga hal yang dapat membatalkan persetujuan sebagai syarat lahirnya perjanjian adalah: 1)
Kesalahan (error), 2) Kekeliruan (dolus), dan 3) Kepaksaan (duress).

d. Perjanjian baku dan klausula eksonerasi adalah klausula-klausula yang memuat ketentuan-
ketentuan standar yang biasa digunakan dalam suatu jenis perjanjian. Hal yang dibolehkan
dalam perjanjian baku adalah ketentuan-ketentuan yang tidak melanggar ketentuan hukum
yang berlaku dan tidak merugikan salah satu pihak secara berlebihan. Hal yang dilarang
adalah ketentuan-ketentuan yang bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku atau
bertentangan dengan kesusilaan atau ketertiban umum, sesuai dengan Pasal 1338 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).
e. Tahap proses dan mekanisme penerbitan sertifikasi dan label halal meliputi: 1)
Pendaftaran, 2) Penilaian dan audit, 3) Sertifikasi, 4) Pengawasan dan pengendalian, dan 5)
Pembatalan atau pencabutan sertifikasi. Dasar hukumnya adalah Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal dan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2019
tentang Perizinan Produk Halal.

Anda mungkin juga menyukai