Anda di halaman 1dari 36

PANDUAN PENGGOLONGAN GANGGUAN JIWA

(PPDGJ) DAN DIAGNOSTIC AND STATISTIC


MANUAL OF MENTAL DISORDERS IV (DSM IV)

Oleh:
Kelompok III
Kelas 2.5

 A.A Istri Sinta Putri Maharani P07120017 163


 Ni Putu Eka Asriani Putri P07120017 171
 Ni Luh Novi P07120017 179
 L. Saelan Jayadi P07120017 186
 Ni Wayan Wila Megantari P07120017 195

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
PRODI DIII JURUSAN KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia - Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya yang berjudul “Panduan Penggolongan Gangguan Jiwa
(PPDGJ) dan Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorders IV (DSM IV)”,
demi memnuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan untuk kepentingan proses belajar.

Dalam penyusunan makalah ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu
segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan
makalah ini dan untuk pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan di masa
mendatang.

Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan
kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Denpasar, 03 Februari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULAN ....................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2
1.4 Masalah .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3


2.1 Pengertian PPDGJ ........................................................................................... 3
2.2 Tujuan PPDGJ................................................................................................. 3
2.3 Perkembangan PPDGJ .................................................................................... 4
2.4 Pengertian Gangguan Jiwa ............................................................................. 5
2.5 Konsep Gangguan Jiwa ................................................................................... 6
2.6 Proses Diagnosis Gangguan Jiwa ................................................................... 6
2.7 Pengertian DSM .............................................................................................. 7
2.8 Diagnosis Multiaksial ..................................................................................... 8
2.9 Urutan Hierarki Blok Diagnosis PPDGJ ......................................................... 27
2.10Contoh Laporan Diagnosis Multiaksial ........................................................ 28

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 30


3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 30
3.2 Saran ............................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………....... 31
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Psikiatri merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari mengenai
emosi, persepsi, kognisi dan perilaku. Sedangkan gangguan jiwa adalah suatu
gangguan yang secara klinis bermakna dan menimbulkan disfungsi dalam
pekerjaan. Menurut arti dari PPDGJ III gangguan jiwa adalah pola perilaku atau
psikologik yang secara klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan gejala,
penderitaan (distress) serta hendaya (impairment) dalam fungsi psikososial.
Istilah yang digunakan dalam PPDGJ adalah gangguan Jiwa atau gangguan
mental (mental disorder), tidak mengenal istilah penyakit Jiwa (mental
illness/mental desease).
Klasifikasi yang paling populer digunakan orang adalah klasifikasi
gangguan yang dikemukakan oleh American Psychiatric association (APA) pada
tahun 1952 yang akhirnya pada tahun 1992 telah berhasil melahirkan Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV), setelah mengalami tiga
kali revisi sejak tahun 1979. Di Indonesia, pemerintah telah berhasil melahirkan
klasifikasi gangguan kejiwaan yang memuat gangguan kejiwaan yang disebut
PPDGJ atau Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa, yang saat ini
telah secara resmi digunakan adalah PPDGJ.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari PPDGJ?
2. Apa saja tujuan dari PPDGJ ?
3. Bagaimana perkembangan dari PPDGJ?
4. Bagaimana pengertian gangguan jiwa?
5. Bagaimana konsep gangguan jiwa?
6. Bagaimana proses mendiagnosa gangguan jiwa?
7. Apa pengertian dari DSM?
8. Bagaimana pembagian dari diagnosa multiaksi?
9. Bagaimana urutan hierarki blok diagnosis PPDGJ?
10. Bagaimana contoh formulir laporan diagnosis multiaksial?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut, tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari PPDGJ.
2. Untuk mengetahui tujuan dari PPDGJ.
3. Untuk mengetahui perkembangan dari PPDGJ.
4. Untuk mengetahui pengertian gangguan jiwa.
5. Untuk mengetahui konsep gangguan jiwa.
6. Untuk mengetahui proses mendiagnosa gangguan jiwa.
7. Untuk mengetahui pengertian DSM.
8. Untuk mengetahui pembagian diagnose multiaksi.
9. Untuk mengetahui urutan hierarki blok diagnosis PPDGJ.
10. Untuk mengetahui contoh formulir laporan diagnosis multiaksial.

1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan diatas, maka penulisan makalah ini diharapkan dapat
bermanfaat sebagai berikut :
1. Bagi penulis
Menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai Panduan Penggolongan
Gangguan Jiwa (PPDGJ) dan Diagnostic and Statistic Manual of Mental
Disordersb IV (DSM IV).
2. Bagi pembaca
Memberikan wawasan tambahan mengenai Panduan Penggolongan
Gangguan Jiwa (PPDGJ) dan Diagnostic and Statistic Manual of Mental
Disordersb IV (DSM IV).
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian PPDGJ


PPDGJ merupakan singkatan dari Panduan Penggolongan Diagnosa
Gangguan Jiwa. PPDGJ merupakan “kitab” diagnose gangguan jiwa yang
berlaku dan digunakan di Indonesia. PPDGJ tersebut diterbitkan oleh
Direktorat Kesehatan Republik Indonesia. Dalam penghimpunannya, PPDGJ
mengacu pada dua “kitab” diagnose internasional lainnya. Acuan PPDGJ yang
pertama adalah Diagnotic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM)
yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA). Acuan
PPDGJ kedua adalah International Classification of Diseases (ICD). ICD
merupakan alat diagnostic standar epidemiologi, manajemen kesehatan, dan
tujuan klinis yang diterbitkan oleh Word Health Organization (WHO). PPDGJ
terus mengalami perkembangan dan berbagai revisi sama seperti dua panduan
internasionalnya. PPDGJ I diterbitkn pada tahun 1973, PPDGJ II diterbitkan
pada tahun 1978, sedangkan PPDGJ III diterbitkan pada tahun 1993. Hingga
saat ini, PPDGJ III tersebut menjadi pandun diagnosis gangguan jiwa yang
valid bagi psikolog dan psikiatri di Indonesia.

2.2 Tujuan PPDGJ


1. Bidang pelayanan kesehatan (service clinical use)
 Kodefikasi penyakit/gangguan untuk statistik kesehatan
 Keseragaman diagnosis klinis untuk tatalaksana terapi
2. Bidang pendidikan kedokteran (educasional use)
 Kesamaan konsep diagnosis gangguan jiwa untuk komunikasi akademik
3. Bidang penelitian kesehatan (research use)
 Memberikan batasan dan kriteria oprasional diagnosis gangguan jiwa,
yang memungkinkan perbandingan data dan analisis ilmiah.
2.3 Perkembangan PPDGJ
1. PPDGJ I
 Terbit tahun 1973
 Nomor kode dan diagnosis mengacu pada ICD 8 (International
Clasification of Desease -8) yang diterbitkan oleh WHO chapter V, nomor
290-315 (sitem numerik)
 Diagnosis : mono-aksial
2. PPDGJ II
 Diterbitkan pada tahun 1983
 Diagnosis multi aksial menurut DSM-III
 Nomor kode dan diagnosis : mengacu pada ICD-9 ( sistem numerik )
 Konsep klasifikasi dengan kelas diagnosis memakai kriteria diagnosis
DSM ( The Diagnosis statistical manual of mental disorder)
3. PPDGJ III
 Diterbitkan pada tahnun 1993
 Diagnosis multi-aksial
 Nomor kode dan diagnosis merujuk pada ICD-10
 Konsep klasifikasi dengan hirarki blok memakai pedoman diagnoosis ICD-
10
 Diagnosis multi aksial menurut DSM-IV (APA,1994)

Pedoman Penggolongan Penyakit dan Diagnosis Gangguan Jiwa


(PPDGJ-III) merujuk pada standard dan system pengkodean dari International
Classification of Disease (ICD-10) dan system multiaksis dari Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV). Berikut sedikit dijelaskan
sekilas tentang DSM yang dikeluarkan oleh American Psychiatric Association
(APA) dan ICD yang dikeluarkan oleh WHO.
DSM-I telah selesai disusun pada tahun 1952 oleh APA(American
Psychiatric Association). Edisi kedua keluar pada tahun 1968, kemudaian disusul
setelahnya edisi ke-13 pada tahun 1980, yang akhirnya dilakukan revisi kembali
pada tahun1987(DSM-III R), dan pada tahun 1994 APA mengeluarkan lagi
DSM-IV, yang akhirnya di revisi kembali manjadi DSM-IV TR(text revision)
pada tahun 2000. DSM-IV dan DSM-IV TR dikeluarkan setelah melalui
persetujuan dengan ICD-9 CM (clinical modification).
ICD sudah digunakan lebih lama, dan pada saat ini infrastruktur ICD
telah menginvestasikan dalam pengembangan sistem pengkodean komputer,
“case-mix”, dan sistem diagnosis. Dari sumber lain berbahasa Indonesia
dikatakan “DSM-IV didesain untuk mendampingi ICD-10, disusun pada tahun
1992. Pada waktu itu terdapat konsensus yang kuat bahwa sistem diagnosis di
USA harus sesuai dgn klasifikasi penyakit internasional (ICD-10) sedangkan
ICD-10 merupakan sistem klasifikasi tertinggi yg digunakan di Eropa & negara-
negara lain dii dunia.
Klasifikasi yang paling populer digunakan orang adalah klasifikasi
gangguan yang dikemukakan oleh American Psychiatric association (APA) pada
tahun 1952 yang akhirnya pada tahun 1992 telah berhasil melahirkan Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV), setelah mengalami tiga
kali revisi sejak tahun 1979. Di Indonesia, pemerintah telah berhasil melahirkan
klasifikasi gangguan kejiwaan yang memuat gangguan kejiwaan yang disebut
PPDGJ atau Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa, yang saat ini
telah secara resmi digunakan adalah PPDGJ.

2.4 Pengertian Gangguan Jiwa


Istilah yang digunakan dalam PPDGJ adalah gangguan jiwa atau
gangguan mental (mental disorder), tidak mengenal istilah penyakit Jiwa (mental
illness/mental desease).
Gangguan jiwa merupakan kondisi terganggunya kejiwaan manusia
sedemikian rupa sehingga mengganggu kemampuan individu itu untuk berfungsi
secara normal didalam masyarakat maupun dalam menunaikan kewajibannya
sebagai insan dalam masyarakat itu (Dep Kes RI, 1997)
Gangguan jiwa adalah perubahan perilaku yang terjadi tanpa alasan yang
masuk akal, berlebihan, berlangsung lama dan menyebabkan kendala terhadap
individu tersebut atau orang lain . ( Suliswati, 2005)

2.5 Konsep Gangguan Jiwa


Konsep gangguan jiwa tersebut ada 2 versi, yaitu:
Menurut PPDGJ II: Gangguan jiwa adalah sindrom atau perilaku
tertentu atau kondisi psikologis seseorang yang secara klinis cukup bermakna,
dan secara khusus berkaitan dengan distress (gejala penderitaan) dan disability
(keterbatasan kemampuan normal pada aktivitas normal pada tingkat personal).
Kata DSM IV: Gangguan jiwa itu adalah perilaku penting yang
signifikan secara klinis atau sindrom psikologis atau pola acuan tertentu yang
terjadi pada individu yang dihubungkan dengan kondisi distress dan disability
atau dihubungkan dengan peningkatan resiko untuk menderita nyeri, disability,
hilangnya kemampuan bergerak bebas, bahkan kematian.
Definisi ‘disabilitas’ ini sumbernya ICD 10. Sedangkan yang
dimaksud ‘aktivitas dalam tingkat personal’… adalah aktivitas hidup sehari-hari
yang diperlukan untuk kelangsungan hidup juga untuk perawatan diri, yaitu hal
yang biasa dilakukan seperti: mandi, BAB, BAK, makan, berpakaian, dll..
Butir-butir pada konsep gangguan jiwa:
 Ada gejala klinis bermakna berupa:
- Bisa sindrom perilaku atau bisa pola perilaku tertentu.
- Bisa sindrom psikologis atau bisa pola psikologis tertentu.
 Gejala klinis tersebut menimbulkan penderitaan (distress) contohnya:
nyeri, tidak nyaman, tidak tenteram, dll..
 Gejala klinis tersebut menimbulkan disabilitas.

2.6 Proses Diagnosis Gangguan Jiwa


Proses diagnosis gangguan jiwa mengikuti prosedur klinis yg lazim pada
pemeriksaan medis yaitu meliputi langkah-langkah berikut ini :
1. Anamnesis (dengan menanyakan)
 alasan berobat
 riwayat gangguan sekarang
 riwayat gangguan dahulu
 riwayat perkembangan diri
 latar belakang sosial, keluarga, pendidikan, pekerjaan, dll
2. Pemeriksaan meliputi
 Fisik
 Status mental
 Lab
 Radiologik
 Evaluasi psikologik
3. Diagnosis
 Aksis I : Klinis
 Aksis II : Kepribadian
 Aksis III : Kondisi medik
 Aksis IV : Psiko-sosial
 Aksis V : Taraf fungsi
4. Terapi
 Farmakoterapi
 Psikoterapi
 Terapi sosial
 Terapi okupasional
 Terapi lainnya
5. Tindak lanjut
 Evaluasi terapi
 Evaluasi diagnosis
Dengan rumusan matematis dapat disimpulkan bahwa :
DIAGNOSIS= ANAMNESIS + PEMERIKSAAN
(data subjektif) (data objektif)

2.7 Pengertian DSM


Di psikologi dan psikiatri menggunakan satu system klasifikasi gangguan mental
yang disebut The Diagnostic and Statitical Manual of Mental Disorder (DSM).
DSM pertama kali dikenalkan pada tahun 1952 oleh APA (America Psychiatric
Association). Saat ini, psikolog dn psikiater di Indonesia menggunakan DSM-IV
TR (Text Revision) (2000) sebagai pedoman menegakkan diagnosis sebuah
gangguan. DSM menggolongkan pola perilaku abnormal ke dalam sebuah
gangguan mental yang mencakup: distress emosionl dan impairment yang
signifikan pada fungsi psikis di tempat kerja, keluarga atau masyarakat.
Gangguan mental di DSM digolongkan berdasarkan ciri-ciri klinis dan pola
perilaku tertentu, bukan atas mekanisme teoritis yang mendasarinya.
Dikarenakan DSM tidak menanut suatu teori abnormal tertentu, akibatnya DSM
tidak bisa digunakan sebagai rujukan teoritik untuk menjelaskan penyebab suatu
gangguan. Selain itu DSM juga bisa digunakan oleh praktisi dari berbagai
pendekatan. Di DSM I dan II, masih terdapat istilah neurosis (mengacu pada teori
psikodinamika), namun sejak DSM III (1980), dihilangkan dan kemudian diganti
gangguan kecemasan dan gangguan mood.
Ciri-ciri DSM:
 Menggunakan kriteria diagnotik yang spesifik
 Klinisi mendiagnosis dengan cara mencocokkan perilaku klien
dengan kriteria yang menggambarkan pola perilaku abnormal
tertentu.
 Kriteria diagnostic dideskripsikan melalui ciri-ciri esensial (kriteria
yang harus ada supaya diagnosis dapat ditegakkan) dan ciri-ciri
asosiatif (kriteria yang sering diasosiakan dengan gangguan tapi
tidak esensial dalam penegakkan diagnostic)
 Pola perilaku abnormal yang mempenyua ciri-ciri klinis yang sama
dikelompokkan menjadi satu
 Tidak berdasarkan spekulasi teoritis tentang penyebabnya.
 Pola perilaku yang ditandai dengan kecemasan digolongkan
sebagai gangguan kecemasan, dsb.

2.8 Diagnosis Multiaksial


Diagnosis multi aksial terdiri dari 5 aksis:
1. Aksis I: Gangguan Klinis, kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis
Gangguan klinis merupakan pola perilaku abnormal (gangguan
mental) yang meenyebabkan hendaya fungsi dan perasaan tertekan pada
individu. Kondisi lain yang mungkin menjadi fokus perhatian: masalah lain
yang menjadi fokus diagnosis atau pandangan tapi bukan gangguan mental,
seperti problem akademik, pekerjaan atau sosial, faktor psikologi yang
mempengaruhi kondisi medis. Berikut ini merupakan ringkasan dari PPDGJ
III yang dikutip dari Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa yang diedit
Dr.Rusdi Maslim:
1) F00-F09: Gangguan Mental Organik (termasuk Gangguan Mental
Simtomatik)
Gangguan Mental Organik adalah gangguan mental yang berkaitan
dengan penyakit/gangguan sistemik atau otak. Gangguan mental
simtomatik adalah pengaruh terhadap otak merupakan akibat sekunder
penyakit/gangguuan sistemik di luar otak.
Gambaran utama:
 Gangguan fungsi kongnitif
 Gangguan sensorium – kesadaran, perhatian
 Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang persepsi
(halusinasi), isi pikir (waham), mood dan emosi
F00 Demensia pada penyakit alzeimer
F00.0 demensia pada penyakit alzeimer dengan onset dini
F00.1 demensia pada penyakit alzeimr dengan onset lambat
F00.2 demensia pada penyakit alzeimer, tipe tak khas atau tipe campuran
F00.9 demensia pada penyakit alzeimer YTT
F01 Demensia vaskuler
F01.0 demensia vaskuler onset akut
F01.1 demensia multi infark
F01.2 demensia vaskuler subkortikal
F01.3 demensia vaskuler campuran kortikal dan subkortikal
F01.8 demensi vaskuler lainnya
F01.9 demensia vaskuler YTT
F02 Demensia pada penyakit lain YDK
F02.0 demensia pada penyakit pick
F02.1 demensia pada penyakit creutzfeldt-jakob
F02.2 demensia pada penyakit huntington
F02.3 demensia pada penyakit parkinson
F02.4 demensia pada penyakit HIV
F02.8 demensia pada penyakit lain YDT YDK
F03 Demensia YTT
Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan demensia pada F00-F03
sebagai berikut:
.x0 tanpa gejala tambahan
.x1 gejala lain terutama waham
.x2 gejala lain terutama halusinasi
.x3 gejala lain terutama depresi
.x4 gejala campuran lain
F04 Sindrom amnestik organik bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya
F05 Delirium bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya
F05.0 delirium tak bertumpangtintid dengan demsia
F05.1 delirium bertumpangtindih dengan demensia
F05.8 delirium lainnya
F05.9 delirium YTT
F06 Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfunsi otak dan penyakit
fisik
F06.0 halusinosis organik
F06.1 gangguan katatonik organik
F06.2 gangguan waham organik (lir-skizoprenia)
F06.3 gangguan suasana perasaan (mood afektif) organik
.30 gangguan manik oranik
.31 gangguan bipolar organik
.32 gangguan defresif organik
.33 gangguan afektif organik campuran
F06.4 gangguan axietas organik
F06.5 gangguan disosiatif organik
F06.6 gangguan astenik organik
F06.7 gangguan kognitif ringan
F06.8 gangguan mental lain YDK akibat kerusakan dan disfunsi otak dan
penyakit fisik
F06.9 ganggguan mental YTT akibat kerusakan dan disfungsi otak dan
penyakit fisik
F07 Gangguan kepribadian dan prilaku akibat penyakit, kerusakan dan disfunsi
otak
F07.0 gangguan kepribadian organik
F07.1 sindrom pasca-ensefalitis
F07.2 sindrom pasca-contusio
F07.8 gangguan kepribadian dan prilaku organik lain akibat penyakit,
kerusakan dan disfungsi otak
F07.9 gangguan kepribadian dan prilaku organik YTT akibat penyakit,
kerusakan dan disfungsi otak
F09 Gangguan mental organik atau simtomatik YTT
KET: YDT= yang di tentukan
YTT= yang tidak tergolongkan
YDK= yang diklasifikasi di tempat lain
YTK= yang tidak diklasifikasi di tempat lain
2) F10-F19: Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
Psikoaktif
F10 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan alkohol
F11 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan opioida
F12 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan kanabionoida
F13 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan sedativa atau
hipnotika
F14 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan kokain
F15 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan stimulansia lain
termasuk kafein
F16 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan halusinogenika
F17 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan tembakau
F18 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan pelarut yang mudah
menguap
F19 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan multiple dan
penggunaan zat psikoaktif lainnya
3) F20-F29: Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan Waham
Skizofrenia ditandai dengan penyimpangan fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh efek yang tidak wajar atau
tumpul. Kesadaran jernih dan kemampuan intelektual tetap, walaupun
kemunduran kognitif dapat berkembang kemudian.
F20 Skizoprenia
F20.0 Skizoprenia paranoid
F20.1 Skizoprenia hibefrenik
F20.2 Skizoprenia katatonik
F20.3 Skizoprenia tak terinci
F20.4 depresi pasca-Skizoprenia
F20.5 Skizoprenia residual
F20.6 Skizoprenia simpleks
F20.8 Skizoprenia lainnya
F20.9 Skizoprenia YTT

F21 Gangguan skizopital


F22 Gangguan waham menetap
F22.0 gangguan waham
F22.8 gangguan waham menetap lainnya
F22.9 gangguan waham menetap
F23 Gangguan psikotik akut dan sementara
F23.0 gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala skizoprenia
F23.1 gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala skizoprenia
F23.2 gangguan psikotik lir-skizoprenia akut
F23.3 gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham
F23.8 gangguan psikotik akut dan sementara lainnya
F23.9 gangguan psikotik akut dan sementara YTT
F24 Gangguan waham induksi
F25 Gangguan skizoafektif
F25.0 gangguan skizoafektif tipe manik
F25.1 gangguan skizoafektif tipe depresif
F25.2 gangguan skizoafektif tipe campuran
F25.8 gangguan skizoafektif lainnya
F25.9 gangguan skizoafektif YTT
F28 Gangguan psikotik non organik lainnya
F29 Gangguan psikotik non organik YTT
4) F30-F39: Gangguan Suasana Perasaan (Mood [afektif])
Kelainan fundamental perubahan suasana perasaan (mood) atau
afek, biasanya kearah depresi (dengan atau tanpa anxietas), atau kearah
elasi (suasana perasaan yang meningkat). Perubahan afek biasanya disertai
perubahan keseluruhan tingkat aktivitas dan kebanyakan gejala lain adalah
sekunder terhadap perubahan itu.
F30 Efisode manik
F30.0 hipomania
F30.1 mania tanpa gejala psikotik
F30.2 mania dengan gejala psikotik
F30.8 efisode manik lainnya
F30.9 efisode manik YTT
F31 Gangguan afektif bipolar
F31.0 gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik
F31.1 gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala
psikotik
F31.2 gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala
psikotik
F31.3 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau
sedang
.30 tanpa gejala somatik
.31 dengan gejala somatik
F31.4 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala
psikomatik
F31.5 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan
gejala psikomatik
F31.6 gangguan afektif bipolar, episode kini campuran
F31.7 gangguan afektif bipolar, episode kini dalam remisi
F31.8 gangguan afektif bipolar lainnya
F31.9 gangguan afektif bipolar YTT
F32 Episode depresif
F32.0 episode depresif ringan
.00 tanpa gejala somatik
.01 dengan gejala somatik
F32.1 episode depresif sedang
.10 tanpa gejala somatik
.11 dengan gejala somatik
F32.2 episode depresif berat tanpa gejala somatik
F32.3 episode depresif berat dengan gejala somatik
F32.8 episode depresif lainnya
F32.9 episode depresif YTT
F33 Gangguan depresif berulang
F33.0 gangguan depresif berulang, episode kini ringan
.00 tanpa gejala somatik
.01 dengan gejala somatik
F33.1 gangguan depresif berulang, episode kini sedang
.10 tanpa gejala somatik
.11 dengan gejala somatik
F33.2 gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala
psikotik
F33.3 gangguan depresif berulang, episode kini berat dengan gejala
psikotik
F33.4 gangguan depresif berulang, episode kini dalam remisi
F33.8 gangguan depresif berulang lainnya
F33.9 gangguan depresif berulang YTT
F34 Gangguan suasana perasaan (mood [apektif] menetap)
F34.0 siklotimia
F34.1 distimia
F34.8 gangguan suasana perasaan (mood [apektif] menetap) lainya
F34.9 gangguan suasana perasaan (mood [apektif] menetap) YTT
F38 Gangguan suasana perasaan (mood [apektif]) lainnya
F38.0 gangguan suasana perasaan (mood [apektif]) tunggal lainnya
.00 episode afektif campuran
F38.1 gangguan suasana perasaan (mood [apektif]) berulang lainya
.10 gangguan depresi singkat berulang
F38.8 gangguan suasana perasaan (mood [apektif]) lainnya YDT
F39 Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) YTT
5) F40-F48: Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan Gangguan
Terkait Stres
F40 Gangguan axietas fobik
F40.0 agorafobia
.00 tanpa gangguan panik
.01 dengan gangguan panik
F40.1 fobia sosial
F40.2 fobia khas (terisolasi)
F40.8 gangguan axietas fobik lainnya
F40.9 gangguan axietas fobik YTT
F41 Gangguan axietas lainnya
F41.0 gangguan panik (axietas proksimal episodik)
F41.1 gangguan axietas menyeluruh
F41.2 gangguan campuran axietas dan depresif
F41.3 gangguan axietas campuran lainnya
F41.8 gangguan axietas lainnya YDT
F41.9 gangguan axietas YTT
F42 Gangguan obsesif-kompulsif
F42.0 predominan pikiran obsesif atau pengulangan
F42.1 predominan tindakan kompulsif (obsessional ritual)
F42.2 campuran pikran dan tindaka obsesif
F24.8 gangguan obsesif-kompulsif lainnya
F42.9 gangguan obsesif-kompulsif YTT
F43 Reaksi terhadap stres berat dan gangguan penyesuaian
F43.0 reaksi stres akut
F43.1 gangguan stres pasca truma
F43.2 gangguan penyesuaian
.20 reaksi depresif singkat
.21 reaksi depresif berkepanjangan
.22 reaksi campuran axietas dan depresif
.23 dengan predominan gangguan emosi lainnya
.24 dengan predominan gangguan tingkah laku
.25 dengan gangguan campuran dari emosi dan tingkah laku
.28 dengan gejala predominan lainnya YDT
F43.8 reaksi stres berat lainnya
F43.9 reaksi stres berat YTT
F44 Gangguan disosiatif (konversi)
F44.0 amnesia disodiatif
F44.1 fugue disosiatif
F44.2 stupor disosiatif
F44.3 ganngaun trans dan kesurupan
F44.4 gangguan motorik disosiatif
F44.5 konvulsi disosiatif
F44.6 anestesia dan kehilangan sensorik disosiatif
F44.7 gangguan disosiatif (konversi) campuran
F44.8 gangguan disosiatif (konversi) lainnya
.80 sindrom ganser
.81 gangguan kepribadian multipel
.82 gangguan disosiatif (konversi) sementara terjadi pada masa
kanak dan remaja
.83 gangguan disosiatif (konversi) YDT
F44.9 gangguan disosiatif (konversi) YTT
F45 Gangguan somatoform
F45.0 gangguan somatisasi
F45.1 gangguan somatoform tak terinci
F45.2 gangguan hipokondrik
F45.3 disfungsi otonomik somatoform
.30 jantung dan kardiovaskuler
.31 saluran pencernaan bagian atas
.32 saluran pencernaan bagian bawah
.33 sistem pernafasan
.34 sistem genitourinaria
.38 sistem atau organ lainnya
F45.4 gangguan nyeri somatoform menetap
F45.8 gangguan somatoform lainnya
F45.9 gangguan somatoform YTT
F48 Gangguan neurotik lainnya
F48.0 neurastenia
F48.1 sindrom depresonalisasi-derealisasi
F48.8 gangguan neurotik lainnya YDT
F48.9 gangguan neurotik YTT
6) F50-F59: Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan
Fisiologis dan Faktor Fisik.
F50 Gangguan makan
F50.0 anoreksia nervosa
F50.1 anoreksia nervosa tak khas
F50.2 bulimia nervosa
F50.3 bulimia nervosa tak khas
F50.4 makan berlebihan yang berhubungan dengan psikologis lainnya
F50.5 muntah yang berhubungan dengan psikologis lainnya
F50.8 gangguan makan lainnya
F50.9 gangguan makan YTT
F51 Gangguan tidur non organik
F51.0 insomnia non organnik
F51.1 hipersomnia non organik
F51.2 gangguan jadwal tidur jaga non organik
F51.3 somnabulisme (sleep walking)
F51.4 teror tidur (night terrors)
F51.5 mimpi buruk (nightmares)
F51.8 gangguan tidur non organik lainnya
F51.9 gangguan tidur non organik YTT
F52 Disfungsi seksual bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit
organik
F52.0 kurang atau hilangnya nafsu seksual
F52.1 penolakan dan kurangnya kenikmatan seksual
.10 penolakan seksual
.11 kurangnya kenikmatan seksual
F52.2 kegagalan dari respon genital
F52.3 disfungsi orgasme
F52.4 ejakulasi dini
F52.5 vaginismus non organik
F52.6 dispareunia non organik
F52.7 dorongan seksual yang berlebihan
F52.8 disfungsi seksual lainnya, bukan disebabkan gangguan atau
penyakit organik
F52.9 disfungsi seksual YTT, bukan disebabkan gangguan atau
penyakit organik
F53 Gangguan mental dan prilaku yang berhubungan dengan masa nifas
YTK
F53.0 gangguan mental dan prilaku ringan yang berhubungan dengan
masa nifas YTK
F53.1 gangguan mental dan prilaku berat yang berhubungan dengan
masa nifas YTK
F53.8 gangguan mental dan prilaku lainnya yang berhubungan dengan
masa nifas YTK
F53.9 gangguan jiwa masa nifas YTT
F54 Faktor psikologis dan prilaku yang berhubungan dengan gangguan
atau penyakit YDK
F55 Penyalahgunaan zat yang tidak menyebabkan ketergantungan
F55.0 anti depresan
F55.1 pencahar
F55.2 analgetika
F55.3 antasida
F55.4 vitamin
F55.5 steroida atau hormon
F55.6 jamu
F55.8 zat lainnya yang tidak menyebabkan ketergantungan
F55.9 YTT
F59 Sindrom prilaku YTT yang berhubungan dengan gangguan fisiologis
dan faktor fisik
7) F60-69: Gangguan kepribadian dan prilaku masa dewasa
F60 Gangguan kepribadian khas
F60.0 gangguan kepribadian paranoid
F60.1 gangguan kepribadian skizoid
F60.2 gangguan kepribadian dissosial
F60.3 gangguan kepribadian emosional tak stabil
.30 tipe impulsif
.31 tipe ambang
F60.4 gangguan kepribadian hestrionik
F60.5 gangguan kepribadian anankastik
F60.6 gangguan kepribadian cemas (menghindar)
F60.7 gangguan kepribadian dependen
F60.8 gangguan kepribadian khaslainnya
F60.9 gangguan kepribadian YTT
F61 Gangguan kepribadian campuran dan lainnya
F61.0 gangguan kepribadian campuran
F61.1 gangguan kepribadian yang bermasalah
F62 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama yang tidak diakibatkan
oleh kerusakan atau penyakit otak
F62.0 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah
mengalami katastrofa
F62.1 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah menderita
gangguan jiwa
F62.8 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama lainnya
F62.9 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama YTT
F63 Gangguan kebiasaan dan impuls
F63.0 judi patologis
F63.1 bakar patologis (piromania)
F63.2 curi patologis (kleptomannia)
F63.3 trikotilomania
F63.8 gangguan kebiasaan dan impuls lainnya
F63.9 gangguan kebiasaan dan impuls YTT
F64 Gangguan identitas jenis kelamin
F64.0 transeksualisme
F64.1 transvestisme peran ganda
F64.2 gangguan identitas jenis kelamin masa kanak
F64.8 gangguan identitas jenis kelamin lainnya
F64.9 gangguan identitas jenis kelamin YTT
F65 Gangguan preferensi seksual
F65.0 fetishisme
F65.1 transvestisme fetishistik
F65.2 ekshibisionisme
F65.3 voyeursme
F65.4 pedofilia
F65.5 sadomasokisme
F65.6 gangguan preferensi seksual multipel
F65.8 gangguan preferensi seksual lainnya
F65.9 gangguan preferensi seksual YTT
F66 Gangguan psikologis dan prilaku yang berhubungan dengan
perkembangan orientasi seksual
F66.0 gangguan maturitas seksual
F66.1 orientasi seksual egodistonik
F66.2 gangguan jalinan seksual
F66.8 gangguan perkembangan psikoseksual lainny
F66.9 gangguan perkembangan psikoseksual YTT
F68 Gangguan kepribadian dan prilaku masa dewasa lainnya
F68.0 elaborasi gejala fisik karena alasan psikologis
F68.1 kesengajaan atau berpura-pura membuat gejala atau disabilitas,
baik fisik maupun psikologis
F68.8 Gangguan kepribadian dan prilaku dewasa lainnya YDT
F69 Gangguan kepribadian dan prilaku masa dewasa YTT
8) F70-79: Retardasi mental
F70 Retardasi mental ringan
F71 Retardasi mental sedang
F72 Retardasi mental berat
F73 Retardasi mental sangat berat
F78 Retardasi mental lainnya
F79 Retardasi mental YTT
9) F80-F89: Gangguan perkembangan psikologis
F80 Gangguan perkembangan khas berbicara dan berbahasa
F80.0 gangguan artikulasi berbicara khas
F80.1 gangguan berbahsa ekspresif
F80.2 gangguan berbahsa reseptif
F80.3 afasia didapat dengan epilepsi
F80.8 gangguan perkembangan berbicara dan berbahasa lainnya
F80.9 gangguan perkembangan berbicara dan berbahasa YTT
F81 Gangguan perkembangan belajar khas
F81.0 gangguan membaca khas
F81.1 gangguan mengeja khas
F81.2 gangguan berhitung khas
F81.2 gangguan belajar campuran
F81.8 gangguan perkembangan belajar lainnya
F81.9 gangguan perkembangan belajar YTT
F82 Gangguan perkembangan motorik khas
F83 Gangguan perkembangan khas campuran
F84 Gangguan perkembangan pervasif
F84.0 autisme pada kanak
F84.1 autisme tak khas
F84.2 sindrom rett
F84.3 gangguan desintegratif masa kanak lainnya
F84.4 gangguan aktivitas berlebihan yang berhubungan dengan
retardasi mental dan gerakan stereotipik
F84.5 sindrom asperger
F84.8 gangguan perkembangan pervasif lainnya
F84.9 gangguan perkembangan pervasif YTT
F88 Gangguan perkembangan psikologis lainnya
F89 Gangguan perkembangan psikologis YTT
10) F90-F98: Gangguan prilaku dan emosional dengan onset biasanya pada
masa kanak dan remaja
F90 Gangguan hiperkinetik
F90.0 gangguan aktivitas dan perhatian
F90.1 gangguan tingkah laku hiperkinetik
F90.8 gangguan hiperkinetik lainnya
F90.9 gangguan hiperkinetik YTT
F91 Gangguan tingkah laku
F91.0 gangguan tingkah laku yang terbatas pada lingkungan keluarga
F91.1 gangguan tingkah laku tak berkelompok
F91.2 gangguan tingkah laku berkelompok
F91.3 gangguan sikap menentang (membangkang)
F91.8 gangguan tingkah laku lainnya
F91.9 gangguan tingkah laku YTT
F92 Gangguan campuran tingkah laku dan emosi
F92.0 gangguan tingkah laku defresif
F92.8 gangguan campuran tingkah laku dan emosi lainnya
F92.9 gangguan campuran tingkah laku dan emosi YTT
F93 Gangguan emosional dengan onset khas pada masa kanak
F93.0 gangguan anxietas perpisahan masa kanak
F93.1 gangguan anxietas fobik masa kanak
F93.2 gangguan anxietas sosial masa kanak
F93.3 gangguan persaingan antar saudara
F93.8 gangguan emosional masa kanak lainnya
F93.9 gangguan emosional masa kanak YTT
F94 Gangguan funsi sosial dengan onset khas pada masa kanak dan remaja
F94.0 mutisme elektif
F94.1 gangguan kelekatan reaktif masa kanak
F94.2 gangguan kelekatan tak terkendali masa kanak
F94.8 gangguan funsi sosial masa kanak lainnya
F94.9 gangguan funsi sosial masa kanak YTT
F95 Gangguan TIC
F95.0 gangguan tic sementara
F95.1 gangguan tic motorik atau vokal kronik
F95.2 gangguan kombinasi tic vokal dan motorik multipel
F95.8 gangguan tic lainnya
F95.9 gangguan tic YTT
F98 Gangguan prilaku dan emosional lainnya dengan onset biasanya pada
masa kanak dan remaja
F98.0 enuresis non organik
F98.1 enkopresis non organik
F98.2 gangguan makan masa bayi dan kanak
F98.3 pika masa bayi dan kanak
F98.4 gangguan gerakan stereotipik
F98.5 gagap (stuttering/stammering)
F98.6 berbicara cepet dan tersendat (cluttering)
F98.8 gangguan prilaku dan emosional lainnya YDT dengan onset
biasanya pada masa kanak dan remaja
F98.9 gangguan prilaku dan emosional lainnya YTT dengan onset
biasanya pada masa kanak dan remaja
F99 Gangguan mental YTT
F99 gangguan mental YTT
2. Aksis II: Gangguan Kepribadian, Retardasi Mental
Gangguan kepribadian mencakup pola perilaku maladaptif yang sangat
kaku dan biasanya merusak hubungan antar pribadi dan adaptasi
sosial. Gangguan kepribadian, seperti gangguan kepribadian paranoid,
gangguan kepribadian skizoid, gangguan kepribadian skizotipal, gangguan
kepribadian antisosial, dll.
1) F60 Gangguan Kepribadian khas
Kondisi klinis bermakna dan pola perilaku cenderung menetap, dan
merupakan ekspresi pola hidup yang khas dari seseorang dan cara
berhubungan dengan diri sendiri maupun orang lain. Beberapa kondisi dan
pola perilaku tersebut berkembang sejak dini dari masa pertumbuhan dan
perkembangan dirinya sebagai hasil interaksi faktor-faktor konstitusi dan
pengalaman hidup, sedangkan lainnya didapat pada masa kehidupan
selanjutnya.
F60 Gangguan kepribadian khas
F60.0 gangguan kepribadian paranoid
F60.1 gangguan kepribadian skizoid
F60.2 gangguan kepribadian dissosial
F60.3 gangguan kepribadian emosional tak stabil
.30 tipe impulsif
.31 tipe ambang
F60.4 gangguan kepribadian hestrionik
F60.5 gangguan kepribadian anankastik
F60.6 gangguan kepribadian cemas (menghindar)
F60.7 gangguan kepribadian dependen
F60.8 gangguan kepribadian khaslainnya
F60.9 gangguan kepribadian YTT
F61 Gangguan kepribadian campuran dan lainnya
F61.0 gangguan kepribadian campuran
F61.1 gangguan kepribadian yang bermasalah
2) F70-F79 Retardasi Mental
Keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang
terutama ditandai oleh terjadinya hendaya ketrampilan selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara
menyeluruh. Dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan
fisik lainsehingga perilaku adaptif selalu ada.
Z03.2 Tidak ada diagnosis aksis II
R46.8 Diagnosis aksis II tertunda
3. Aksis III: Kondisi Medik Umum
Kondisi medis umum dan kondisi medis yang mugkin penting bagi
pemahaman atau penyembuhan atau penanganan gangguan mental
individu. Meliputi kondisi klinis yang diduga menjadi penyebab atau bukan
penyebab gangguan yang dialami individu.

1) Bab I A00 – B99 Penyakit infeksi dan parasit tertentu


2) Bab II C00 –D48 Neoplasma
3) Bab IV E00 – G90 Penyakit endokrin, Nutrisi, & metabolik
4) Bab VI G00 – G99 Penyakit susunan syaraf
5) Bab VII H00 – H59 Penyakit Mata & adneksa
6) Bab VIII H60 – H95 Penyakit telinga & Prosesus Mastoid
7) Bab IX I00 – I99 Penyakit sistem sirkulasi
8) Bab X J00 – J99 Penyakit sistem Pernafasan
9) Bab XI K00 – K93 Penyakit sistem Pencernaan
10) Bab XII L00 – L99 Penyakit kulit & jaringan subkutan
11) Bab XIII M00 –M99 Penyakit sistem musculoskeletal & Jar. ikat
12) Bab XIV N00 – N99 Penyakit sistem genito-urinaria
13) Bab XV O00 – O99 Kehamilan, kelahiran anak & masa Nifas
14) Bab XVII Q00 – Q99 Malformasi congenital, deformasi, Kel.kr
15) Bab XVIII R00 – R99 Gejala, tanda & temuan klinis-lab. abn
16) Bab XIX S00 – T98 Cedera, keracunan & akibat kausa ekst
17) Bab XX V01 – V98 Kausa eksternal dari Morb. & mort.
18) Bab XXI Z00 – Z99 Faktor status kes. & Pelayanan kesehatan
4. Aksis IV: Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah dengan “primary support group” (keluarga)
Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
Masalah pendidikan
Masalah pekerjaan
Masalah perumahan
Maslah ekonomi
Masalah akses ke pelayanan kesehatan
Maslah berkaitan interaksi dengan hukum/kriminal
Masalah psikososial dan lingkungan lain
5. Aksis V: Penilaian Fungsi secara Global (Global Assesment of Functioning
(GAF) Scale)
Assessment fungsi secara global mencakup assessment menyeluruh
tentang fungsi psikologis sosial dan pekerjaan klien. Digunakan juga untuk
mengindikasikan taraf keberfungsian tertinggi yang mungkin dicapai selama
beberapa bulan pada tahun sebelumnya.
100-91 : Gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang
tidak tertanggulangi
90-81 : Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari
masalah harian biasa
80-71 : Gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial,
pekerjaan, sekolah dll
70-61 : Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik
60-51 : Gejala dan disabilitas sedang
50-41 : Gejala dan disabilitas berat
40-31 : Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan
komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi
30-21 : Disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu
berfungsi dalam hampir semua bidang
20-11 : Bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam
komunikasi dan mengurus diri
0-01 : Persisten dan lebih serius
0 : Informasi tidak adekuat

2.9 Urutan Hierarki Blok Diagnosis PPDGJ


Pada beberapa jenis gangguan jiwa (misalnya: gangguan mental organik)
terdapat berbagai tanda dan gejala yang sangat luas. Pada bebrapa gangguan jiwa
lainya (seperti: gagguan cemas) hananya terdapat tanda dan gejala yang sangat
terbatas. Atas dasar ini dilakukan suatu urutan penyusunan blok-blok diagnosis
yang berdasarkan hierarki, dimana suatu gangguan yang terdapat dalam urutan
hierarki yang lebih tinggi, mungkin mempunyai ciri-ciri dari gagguan yang
terletak dalam hierarki lebih rendah, tetapi tidak sebaliknya. Terdapatnya
hubungan hierarki ini memungkinkan untuk penyajian diagnosis banding dari
berbagai jenis gejala utama. Suatu diagnosis, baru dapat dipastikan setelah
kemungkinan kepastian diagnosis/diagnosis banding dalam blok diatasnya dapat
ditiadakan secara pasti.
Urutan hierarki blok diagnosis gangguan jiwa berdasarkan PPDGJ-III:
I = Gangguan mental organik dan simtomatik (F00-F09).
= Gangguan mental dan prilaku akibat zat psikoaktif (F10-F19)
Ciri khas: etiologi organik/fisik jelas, primer/skunder
II = Skizoprenia, gangguan skizopital dan gangguan waham (F20-F29)
Ciri khas: gejala psikotik, etiologi organik tidak jelas
III = Gangguan suasana perasaan [mood/afektif] (F30-F39)
Ciri khas: gejala gangguan afek (psikotik dan non psikotik)
IV= Gangguan neurotik, gangguan stomatoform dan gangguan stres (F40-F48)
Ciri khas: gejala non psikotik, etiologi non organik
V = Sindrom prilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan
faktor fisik (F50-F59)
Ciri khas: gejala disfungsi biologis, etiologi non organik
VI = Gangguan kepribadian dan prilaku masa dewasa (F60-F69)
Ciri khas: gejala prilaku, etiologi non organik
VII = Retardasi mental (F70-F79)
Ciri khas: gejala perkembangan IQ, onset masa kanak
VIII = Gangguan perkembangan psikologis (F80-F89)
Ciri khas: gejala perkembangan khusus, onset masa kanak
IX = Gangguan prilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan remaja
(F90-F98)
Ciri khas: gejala prilaku/emosional, onset masa kanak
X = Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis (Kode Z)
Ciri khas: tidak tergolong gagguan jiwa

2.10 Contoh Laporan Diagnosis Multiaksial


Formulir Laporan Dignosis Multiaksial
AKSIS I: Gangguan klinis
Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis
Nomer kode diagnosis nama diagnosis menurut PPDG-III

AKSIS II: Gangguan keperibadian


Retardasi mental
Nomer kode diagnosis nama diagnosis menurut PPDG-III

AKSIS III: Kondisi medik umum


Nomer kode diagnosis nama diagnosis menurut PPDG-III

AKSIS IV: Masalah psikososial dan lingkungan


( )Masalah dengan “primary support group” (keluarga), jelaskan:

( )Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial, jelaskan:

( )Masalah pendidikan, jelaskan:

( )Masalah pekerjaan, jelaskan:

( )Masalah perumahan, jelaskan:

( )Maslah ekonomi, jelaskan:

( )Masalah akses ke pelayanan kesehatan, jelaskan:

( )Maslah berkaitan interaksi dengan hukum/kriminal, jelaskan:

( )Masalah psikososial dan lingkungan lain, jelaskan:

AKSIS V: Skala penilaian fungsi secara global


Nilai Kerangka waktu
Contoh pencatatan diagnosis multiaksial

1. Aksis I F34.1 Distemia


F81.0 Gangguan membaca khas
Aksis II Z03.2 Tidak ada diagnosis
Aksis III H90.1 Otitis media, berulang
Aksis IV Korban penelantaran anak
Aksis V GAF = 53 (Mutakhir)
2. Aksis I F38.0 Gangguan afektif tunggal (depresi) disebabkan
hipotiroid
Aksis II Z03.2 Tidak ada diagnosis
Gambaran kepribadian histrionik
Aksis III E02.0 Hipotiroid
Aksis IV Tidak ada (none)
Aksis V GAF = 45 (Pada saat masuk RS)
GAF = 65 (Pada saat pemulangan)
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Istilah yang digunakan dalam PPDGJ adalah gangguan Jiwa atau
gangguan mental (mental disorder), tidak mengenal istilah penyakit Jiwa (mental
illness/mental desease).
1. Konsep gangguan jiwa tersebut ada 2 versi, yaitu:
Menurut PPDGJ II: Gangguan jiwa adalah sindrom atau perilaku
tertentu atau kondisi psikologis seseorang yang secara klinis cukup bermakna,
dan secara khusus berkaitan dengan distress (gejala penderitaan) dan disability
(keterbatasan kemampuan normal pada aktivitas normal pada tingkat
personal).
Kata DSM IV: Gangguan jiwa itu adalah perilaku penting yang
signifikan secara klinis atau sindrom psikologis atau pola acuan tertentu yang
terjadi pada individu yang dihubungkan dengan kondisi distress dan disability
atau dihubungkan dengan peningkatan resiko untuk menderita nyeri,
disability, hilangnya kemampuan bergerak bebas, bahkan kematian.
2. Diagnosis Multi Aksial
Terdiri atas 5 Aksis
 Aksis I : - Gg. Klinis
- Kondisi lain yg menjadi fokus
perhatian
 Aksis II : - Gg Kepribadian
- Retardasi Mental
 Aksis III : - Kondisi Medik Umum
 Aksis IV : - Masalah Psikososial & lingkungan
 Aksis V : - Penilaian fungsi secara global
3.2 Saran
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama
bagi penulis.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1983), Pedoman Penggolongan


Diagnosis Gangguan Jiwa, Direktorat Kesehatan Jiwa, Jakarta

Larasati, Miraaeng, Klasifikasi Gangguan Mental, tersedia pada


www.academia.edu/9162887/klasifikasi_gangguan_mental , diakses
pada 04 Februari 2019.

Maslim, Rusdi (2001) Buku saku diagnosis gangguan jiwa PPDGJ-III. PT Nuh Jaya.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai