Anda di halaman 1dari 32

MODUL AJAR

Ajaran Hindu dan


Budha
DISUSUN OLEH :

Nama Guru : DAVID SANJAYA, S.Pd., Gr

NIPPPK : 19910821 202221 1 004

Satuan Pendidikan : SMK Negeri 4 Langsa

Fase / Kelas :E/X

Semester :I

Tahun Ajaran : 2023/2024

KELAS
X

@davidsanjaya5085 David Sanjaya 0822-7705-6091


INFORMASI UMUM MODUL

A. PENYUSUN
Nama Penyusun : DAVID SANJAYA, S.Pd., Gr
Satuan Pendidikan : SMK Negeri 4 Langsa
Tahun Ajaran : 2023/2024
Jenjang : SMK
Kelas/Semester :X/I
Fase :E
Alokasi Waktu : 8 x 45 Menit

B. KOMPETENSI AWAL
Peserta didik memiliki kemampuan awal tentang konsep ajaran Hindu dan Budha.

C. PROFIL PELAJAR PANCASILA


Dalam kegiatan Pembelajaran ini diharapkan peserta didik mampu memiliki dan mengembangkan
Profil Pelajar Pancasila :
1. Bergotong Royong
2. Mandiri
3. Bernalar Kritis
4. Kreatif

D. SARANA DAN PRASARANA


1. Laptop.
2. In Focus.
3. Kertas Plano.
4. ATK
5. Ketersediaan Internet
6. Buku Siswa
7. Buku-buku yang relevan

E. TARGET PESERTA DIDIK


Seluruh Peserta didik Pada Jenjang pendidikan Kelas X SMA Pada semester awal tahun
pelajaran 2022/2023

F. MODEL PEMBELAJARAN
Cooperative Script
PETA KONSEP
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
10.3 Mampu menjelaskan keterkaitan antara sifat keterbukaan terkait kebudayaan
Hindhu dan Budha dan perubahan struktur social politik pada masyarakat pribumi
IKTP 10.3.1 Menjelaskan sifat keterbukaan masyarakat Jawa
10.3.2 Menjelaskan struktur sosial-politik pada masyarakat pribumi
10.3.3 Menjelaskan keterkaitan antara sifat keterbukaan terkait kebudayaan Hindu/Buddha
dan perubahan struktur sosial- politik pada masyarakat pribumi

B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Masyrakat Indonesia mulai memasuki masa sejarah atau mengenal baca dan tulis ketika masuknya

pengaruh Hindhu dan Budha. Sifat keterbukaan yang ditunjukkan oleh masyarakat Indonesia membuat

ajara tersebut cepat berkembang hampir diseluruh Indonesia. Dalam mensikapi masuknya budaya asing,

masyarakat Indonesia memiliki kemampuan Local Genius, yakni memilah kebudayaan yang sesuai dengan

identitas orang Indonesia. Hal tersebut membuat bangsa Indonesia memiliki kemampuan dalam

mengakulturasikan antara budaya asing dengan budaya baru.

C. PERTANYAAN PEMANTIK
1. Jelaskan yang dimaksud dengan masa pra aksara !

2. Sebutkan pembagian zaman pra aksara di Indonesia !


A. PEMBELAJARAN KE-1-2 (4 X 45 MENIT)
No. Kegiatan Uraian Kegiatan Keterangan

1 Pendahuluan - Melakukan pembukaan dengan salam pembuka,


berdoa, menyanyikan lagu Indonesia Raya
memeriksa kehadiran siswa dan memeriksa
kesiapan siswa secara fisik dan psikis.
- Mengaitkan materi pembelajaran yang akan
dilakukan dengan pengalaman siswa atau materi
sebelumnya.
- Memberikan gambaran tentang manfaat
mempelajari pelajaran yang akan dipelajari
dalam kehidupan sehari-hari.
- Memberitahukan materi yang akan
dibahas pada pertemuan saat itu dan
proses pelaksanaannya.
2 Inti  Guru membagi peserta didik ke dalam
beberapa kelompok dengan jumlah anggota
antara 4-6 orang.
 Guru menayangkan video tentang proses
masuk dan berkembangnya agama Hindu
dan Budha dan setiap kelompok
merumuskan 1 pertanyaan terkait video
yang ditayangkan. (Bernalar Kritis)
 Masing-masing kelompok menyampaikan
pertanyaan yang telah dirumuskan dan Guru
memberikan kesempatan kelompok lain
untuk menjawab pertanyaan tersebut.
(Bernalar Kritis)
 Masing-masing kelompok berdikusi tentang
proses masuk dan berkembangnya agama
Hindu dan Budha. (Bergotong Royong)
 Guru melakukan pengawasan terhadap
jalannya proses diskusi kelompok.
 Masing-masing kelompok menuliskan hasil
diskusinya pada selembar kertas. (Bernalar
Kritis, Kreatif dan Mandiri)
 Setiap kelompok mempresentasikan hasil
diskusi kelompok di depan kelas secara
bergantian dan diwajibkan membuka sesi
tanya jawab. (Mandiri)
3 Penutup  Guru memberikan apresiasi kepada setiap
kelompok yang telah mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya.
 Guru memberikan Assesmen kepada
peserta didik.
 Guru memberikan pembelajaran remedial
dan pengayaan kepada peserta didik sesuai
dengan kriteria kelulusan yang didapat.
 Guru melakukan refleksi terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
 Guru menutup kegiatan pembelajaran
dengan berdo’a bersama.

B. PEMBELAJARAN KE-3-4 (4 X 45 MENIT)


No. Kegiatan Uraian Kegiatan Keterangan

1 Pendahuluan - Melakukan pembukaan dengan salam pembuka,


berdoa, menyanyikan lagu Indonesia Raya
memeriksa kehadiran siswa dan memeriksa
kesiapan siswa secara fisik dan psikis.
- Mengaitkan materi pembelajaran yang akan
dilakukan dengan pengalaman siswa atau materi
sebelumnya.
- Memberikan gambaran tentang manfaat
mempelajari pelajaran yang akan dipelajari
dalam kehidupan sehari-hari.
- Memberitahukan materi yang akan
dibahas pada pertemuan saat itu dan
proses pelaksanaannya.
2 Inti  Guru membagi peserta didik ke dalam
beberapa kelompok dengan jumlah anggota
antara 4-6 orang.
 Guru menayangkan video tentang
kehidupan masyarakat Indonesia pada masa
kerajaan Hindhu dan Budha dan setiap
kelompok merumuskan 1 pertanyaan terkait
video yang ditayangkan. (Bernalar Kritis)
 Masing-masing kelompok menyampaikan
pertanyaan yang telah dirumuskan dan Guru
memberikan kesempatan kelompok lain
untuk menjawab pertanyaan tersebut.
(Bernalar Kritis)
 Masing-masing kelompok berdikusi tentang
kehidupan masyarakat Indonesia pada masa
kerajaan Hindhu dan Budha. (Bergotong
Royong)
 Guru melakukan pengawasan terhadap
jalannya proses diskusi kelompok.
 Masing-masing kelompok menuliskan hasil
diskusinya pada selembar kertas. (Bernalar
Kritis, Kreatif dan Mandiri)
 Setiap kelompok mempresentasikan hasil
diskusi kelompok di depan kelas secara
bergantian dan diwajibkan membuka sesi
tanya jawab. (Mandiri)
3 Penutup  Guru memberikan apresiasi kepada setiap
kelompok yang telah mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya.
 Guru memberikan Assesmen kepada
peserta didik.
 Guru memberikan pembelajaran remedial
dan pengayaan kepada peserta didik sesuai
dengan kriteria kelulusan yang didapat.
 Guru melakukan refleksi terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
 Guru menutup kegiatan pembelajaran
dengan berdo’a bersama.

Assesmen

A. PEMBELAJARAN 1-2
2. Instrumen
2.1. Butir Soal Uraian
1) Sebutkan tokoh pencetus teori Brahamana !
2) Analisis teori Arus Balik tentang masuk dan berkembangnya agama Hindu di Indonesia !
3) Bandingkan antara teori Waisya dan teori Ksatria untuk menjelaskan tentang masuk dan berkembangnya
Hindu dan Budha di Indonesia !
2.2. Penskoran
 Pedoman Umum
NO BOBOT
NO KUNCI JAWABAN SKOR
SOAL SOAL
1 1 J.C. Van Leur 2 20
2 2 Menurut F.D.K. Bosch, masyarakat Indonesia tidak 2 30
hanya menerima pengetahuan agama dari orang asing
yang datang. Kebudayaan Hindu yang masuk ke
Indonesia itu adalah atas inisiatif dari bangsa Indonesia
sendiri. Sebab banyak orang dari Nusantara yang
sengaja datang ke India untuk berziarah dan belajar
agama Hindu-Buddha. Setelah kembali ke Nusantara
mereka lalu menyebarkan ajaran yang mereka
dapatkan. Prof. Dr. Sutjipto Wiljo Suparto
mengemukakan bahwa raja-raja yang tercantum dalam
prasasti bukanlah orang India, melainkan orang
Indonesia sendiri.
3  Teori Waisya 2 50
Teori ini dicetuskan oleh N.J. Krom.
Menurutnya kebudayaan India masuk ke
Indonesia dibawa oleh kasta Waisya, terutama
para pedagang. Kaum Waisya yang berdagang
ke Nusantara berlayar mengikuti angin. Jika
angin tidak memungkinkan untuk kembali,
mereka akan menetap sementara waktu. Para
pedagang juga menjalin hubungan baik dengan
para penguasa pribumi agar perdagangan
berjalan lancar. Dalam proses itulah terjadi
komunikasi dan secara perlahan para pedagang
turut menyebarkan budaya dan agama Hindu
ke tengah-tengah masyarakat.
 Teori Ksatria
Teori ini dikemukakan oleh C.C. Berg dan
Mookerji. Para pendukung teori ksatria
beranggapan bahwa agama Hindu dibawa ke
Indonesia oleh para ksatria, yakni golongan
bangsawan dan prajurit perang. Saat itu
persoalan politik terus berlangsung di India
sehingga mengakibatkan beberapa pihak yang
kalah dalam peperangan terdesak. Para ksatria
yang kalah akhirnya mencari tempat lain
sebagai pelarian, salah satunya ke wilayah
nusantara. Di Indonesia mereka kemudian
mendirikan koloni dan kerajaan-kerajaan
barunya yang bercorak Hindu dan Buddha.
Mereka-lah yang kemudian menjadi nenek
moyang dinasti-dinasti Hindu-Buddha di
Indonesia.
JUMLAH TOTAL 6 100

 Rubrik Penilaian
No. Skor
Kriteria
Soal Maksimum
1 2 Menjelaskan dan membandingkan kapak Genggam dan kapak
Perimbas
1 Menjelaskan tanpa membandingkan kapak Genggam dan kapak
Perimbas
0 Tidak menjawab
2 2 Menganalisis dengan tepat dan menggunakan bahasa Indonesia baku
1 Menganalisis dengan tepat dan tidak menggunakan bahasa Indonesia
baku
0 Tidak menjawab
3 2 Menjelaskan dan membandingkan Teori Waisya dan Teori Ksatria
1 Menjelaskan tanpa membandingkan Teori Waisya dan Teori Ksatria
0 Tidak menjawab
B. PEMBELAJARAN 3-4
1. Instrumen
1.1. Butir Soal Uraian
1) Jika tahun ini adalah 2021 M, maka tahun berapakah dalam sistem kalender Saka ?
2) Analisis relief yang terdapat pada Candi Borobudur !
3) Analisis lah tentang Kitab Pararaton !

1.2. Penskoran
 Pedoman Umum
NO BOBOT
NO KUNCI JAWABAN SKOR
SOAL SOAL
1 1 2021 – 78 = 1943 Saka 2 20
2 2 2 40
1) Karmawibhangga
Karmawibhangga terletak pada tingkatan
kamadhatu, yang sebagian besar tertutup oleh
batu. Relief-relief ini menggambarkan hukum
karma yang tidak terelakkan bagi manusia
yang merusak alam. 160 panel yang ada di
Karmawibhangga tidak menampilkan cerita
yang berkelanjutan. Namun, masing-masing
panel memberikan ilustrasi tentang sebab
akibat. Pada bagian ini tergambar jelas siksaan
api neraka dan ratapan manusia yang semasa
hidupnya kerap menyakiti binatang.
Sementara orang-orang yang melakukan hal
terpuji seperti beramal dan berziarah ke
tempat-tempat suci akan mendapatkan
ganjaran berupa kenikmatan surga.
Karmawibhangga memberikan gambaran
tentang kehidupan manusia dalam lingkaran
lahir - hidup - mati yang tidak pernah
berakhir, dan oleh agama Buddha rantai
tersebutlah yang akan diakhiri untuk menuju
kesempurnaan. Saat ini, hanya relief
Karmawibhangga pada bagian tenggara yang
terbuka dan dapat dilihat oleh pengunjung
candi.
2) Lalitawistara
Ceritanya dimulai dengan turunnya Buddha
dari surga Tushita dan diakhiri dengan
khotbah pertamanya di Taman Rusa dekat
Benares. Relief tersebut menunjukkan
kelahiran Buddha sebagai Pangeran
Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Ratu
Maya dari Negeri Kapilavastu. Cerita ini
dimulai dengan 27 panel yang menunjukkan
berbagai persiapan, baik di langit dan di bumi,
untuk menyambut inkarnasi terakhir Sang
Bodhisattva. Sebelum turun dari surga
Tushita, Bodhisattva mempercayakan
mahkotanya kepada penggantinya, calon
Buddha Maitreya. Bodhisattva turun ke bumi
dalam bentuk gajah putih dengan enam
gading. Ratu Maya memimpikan peristiwa ini,
yang diartikan bahwa putranya akan menjadi
seorang penguasa atau seorang Buddha.
Ketika Ratu Maya merasa sudah waktunya
untuk melahirkan, ia pergi ke taman Lumbini
di luar Negeri Kapilavastu. Ratu Maya berdiri
di bawah pohon plaksa, memegang satu
cabang dengan tangan kanannya, dan
melahirkan seorang putra, Pangeran
Siddhartha. Cerita di panel berlanjut sampai
pangeran menjadi Buddha.
3) Jataka dan Awadana
Jataka adalah cerita tentang Buddha sebelum
lahir sebagai Pangeran Siddhartha. Isinya
menceritakan tentang kehidupan Buddha
sebelumnya, baik dalam bentuk manusia
maupun hewan. Buddha masa depan mungkin
muncul sebagai seorang raja, orang buangan,
dewa, ataupun gajah. Namun, dalam bentuk
apa pun, mereka akan menunjukkan beberapa
kebajikan yang membedakan Buddha dari
makhluk lain. Sementara Awadana mirip
dengan Jataka, tetapi sosok utamanya
bukanlah Bodhisattva. Perbuatan suci dalam
Awadana dikaitkan dengan orang-orang
legendaris lainnya. Pada relief Borobudur,
Jataka dan Awadana disuguhkan dalam satu
deretan yang sama. 20 panel bawah pertama
di tingkat 1 di dinding menggambarkan
Sudhanakumaravadana, atau perbuatan suci
Sudhana. 135 panel atas pertama di tingkat 1
di langkan dikhususkan untuk 34 legenda
Jatakamala. 237 panel yang tersisa
menggambarkan cerita dari sumber lain,
seperti halnya seri dan panel yang lebih
rendah di tingkat kedua.
4) Gandawyuha
Gandavyuha menceritakan tentang
pengembaraan tanpa lelah Sudhana untuk
mencari Kebijaksanaan Sejati. Ceritanya
tertuang dalam 460 panel yang terdapat pada
tingkat 3, 4, dan setengah dari tingkat 2.
Sudhana, putra seorang pedagang yang sangat
kaya, muncul di panel ke-16. 15 panel
sebelumnya merupakan prolog dari kisah
keajaiban selama samadhi Buddha di Taman
Jeta di Sravasti. Selama pencariannya,
Sudhana mengunjungi tidak kurang dari 30
guru, tetapi tidak satupun dari mereka yang
benar-benar memuaskannya. Sudhana
kemudian diinstruksikan oleh Manjusri untuk
bertemu dengan biksu Megasri, di mana ia
diberikan pengetahuan pertama. Saat
perjalanannya berlanjut, Sudhana bertemu
dengan Supratisthita, tabib Megha (Jiwa
Pengetahuan), bankir Muktaka, biksu
Saradhvaja, upasika Asa (Jiwa Pencerahan
Tertinggi), Bhismottaranirghosa, Brahmana
Jayosmayatna, Putri Maitrayani, Bhikkhu
Sudarsana, seorang anak laki-laki bernama
Indriyesvara, Upasika Prabhuta, Bankir
Ratnachuda, Raja Anala, Dewa Siva
Mahadeva, Ratu Maya, Bodhisattva Maitreya
dan kemudian kembali ke Manjusri.
3 3 Kitab pararaton merupakan sebuah kitab carita 2 40
yang diawali dengan cerita tentang inkarnasi Ken
Arok. Ken Arok yaitu merupakan sosok tokoh
pendiri kerajaan Singasari di tahun 1222 – 1292.
Pada kitab pararaton ini hampir setengah kitab
membahas tentang bagaimana Ken Arok menitih
perjalanan hidupnya sampai ia kemudian
mendirikan Singasari dan menjadi raja disana. Pada
kitab pararaton penggambaran pada naskah
cenderung bersifat mitologis. Cerita kemudian
dilanjutkan dengan bagian – bagian narasi yang
bersifat pendek yang kemudian diatur dalam urutan
yang ditata secara kronologis. Dalam kitab ini
terdapat banyak sekali kejadian. Kemudian
mendekati di bagian akhir, penjelasan tentang
sejarah menjadi semakin pendek dan bercampur
dengan berbagai informasi tentang silsilah berbagai
anggota keluarga kerajaan Majapahit. Penekanan
atas pentingnya kisah Ken Arok tidak saja
dinyatakan melalui panjangnya cerita didalam kitab
ini. Akan tetapi juga dinyatakan melalui judul
alternative yang ditawarkan dalam naskah kitabnya
yaitu Serat Pararaton atawa Katuturanira Ken
Angrok. Tarikh yang paling tua terdapat pada
lembaran – lembaran naskah 1522 Saka atau di
tahun 1600 Masehi. Diperkirakan juga bahwa di
bagian yang paling akhir dari teks naskah telah
dituliskan antara tahun 1481 dan 1600 yang
kemungkinan besar lebih mendekati tahun pertama
daripada tahun yang kedua.

JUMLAH TOTAL 6 100

 Rubrik Penilaian
No. Skor
Kriteria
Soal Maksimum
1 2 Menghitung dengan tepat dan benar
1 Menghitung dengan kurang tepat
0 Tidak menjawab
2 2 Menyebutkan dan menjelaskan 4 jenis relief yang ada
1 Menyebutkan dan menjelaskan 2 jenis relief yang ada
0 Tidak menjawab
3 2 Menganalisis secara tepat dan benar dengan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan baku
1 Menganalisis secara tepat dan benar dengan menggunakan bahasa
Indonesia yang tidak baku
0 Tidak menjawab

C. Penilaian
1. Jurnal Penilaian Sikap
JURNAL PENILAIAN SIKAP
Satuan Pendidikan : SMK Negeri 4 Langsa
Mata Pelajaran : Sejarah
Fase :E
Kelas / Semester :X/I
Pertemuan Ke- :1
Tahun Ajaran : 2021/2022

Pos/ Tindak
No Waktu Nama Kejadian/Perilaku Butir Sikap Lanjut
Neg
1
2
3
4
5
 Butir-Butir Sikap Spiritual, diantaranya adalah :
1) Berdo’a sebelum memulai belajar.
2) Mejalankan ibadah sesuai agama yang dianutnya.
3) Bersyukur atas rahmat yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
4) Menghormati oarng lain yang menjalankan ibadah sesuai agam masing-masing.

 Butir-Butir Sikap Sosial, diantaranya adalah :


1) Jujur.
2) Disiplin.
3) Tanggung Jawab
4) Santun.
5) Percaya Diri.
6) Peduli/Simpati.
2. Format Penilaian Presentasi Kelompok
Aspek Penilaian
No Nama Kelompok Kedalaman Kemampuan Jumlah Nilai
Gaya Bahasa
Materi Menjawab

Menuliskan 4 teori masuknya Hindhu dan Budha ke Nusantara serta uraikan


Pembelajaran Remedial sejarah perkembangan kerajaan Hindu dan Budha (1 saja) !

Membuat sebuah Essay terkait tentang kehidupan masyarakat pada masa


Pembelajaran Pengayaan Kerajaan Majapahit berkuasa !
A. PEMBELAJARAN 1-2

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK


Nama Kelompok : ………………………………………….
Kelas : ………………………………………….
Mata Pelajaran : ………………………………………….
Anggota Kelompok :1. ………………………………………..
2. ………………………………………..
3. ………………………………………..
4. ………………………………………..
5. ………………………………………..
6. ………………………………………..

WACANA :

Ajaran Hindhu dan Budha berasal dari India, seiring berjalannya waktu ajaran ini kemudian
berkembang ke berbagai penjuru dunia. Salah satu daerah yang mendapat pengaruh Hindu
dan Budha adalah Indonesia. Ajaran Hindu dan Budha masuk ke nusantara ketika
masyarakat Indonesia masih menganut system kepercayaan awal, yakni : animisme dan
dinamisme.
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang masuknya Hindu dan Budha ke Nusantara
antara lain :
1. Teori Brahmana
Teori ini dikemukakan oleh Van Leur yang menjelaskan bahwa kaum Brahma yang
berjasa dalam menyebarkan ajaran agama Hindu dan Budha.
2. Teori Ksatria
Teori ini dikemukakan oleh F.D.K. Bosch yang menjelaskan bahwa para raja di India
yang kalah perang kemudian berhijrah ke Nusantara kemudian menyebarkan
ajaran Hindu dan Budha ke masyarakat.
3. Teori Waisya
Teori ini dikemukakan oleh N.J. Krom dimana dijelaskan bahwa kaum saudagar dari
India yang berjasa dalam menyebarkan agama Hindu dan Budha sambal
melaksanakan kegiatan perdagangan.
4. Teori Arus Balik
Teori ini menjelaskan bahwa ajaran Hindu dan Budha berkembang di Indonesia
akibat adanya jalinan kerja sama antara pedagang Indonesia dan India yang saling
berkunjung.
Prinsipnya, masuknya ajaran Hindu dan Budha telah membawa perubahan bagi
masyarakat Indonesia salah satunya adalah mulai berkembangnya pola Ketuhanan YME.
TUGAS :
Berdasarkan wacana tersebut, MASING-MASING KELOMPOK mencari informasi tentang nilai-
nilai keteldanan perjuangan para tokoh dari berbagai sumber & dituliskan hasilnya pada
selembar kertas Plano & ditempelkan di papan tulis SESUAI DENGAN MATERI yang telah
dibagikan oleh guru kepada masing-masing kelompok, yaitu :
1. Kelompok 1 & kelompok 2 mencari informasi tentang teori-teori masuknya Hindu dan
Budha ke nusantara.

2. Kelompok 3 & kelompok 4 mencari informasi tentang perkembangan awal ajaran Hindu
dan Budha di Nusantara.

3. Kelompok 5 & kelompok 6 mencari informasi tentang corak kebudayaan yang dibawa
oleh para saudagar India pada masa perkembangan Hindu dan Budha.
B. PEMBELAJARAN 3-4

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK


Nama Kelompok : ………………………………………….
Kelas : ………………………………………….
Mata Pelajaran : ………………………………………….
Anggota Kelompok :1. ………………………………………..
2. ………………………………………..
3. ………………………………………..
4. ………………………………………..
5. ………………………………………..
6. ………………………………………..

WACANA :

Ajaran Hindhu dan Budha berasal dari India, seiring berjalannya waktu ajaran ini kemudian
berkembang ke berbagai penjuru dunia. Salah satu daerah yang mendapat pengaruh Hindu
dan Budha adalah Indonesia. Ajaran Hindu dan Budha masuk ke nusantara ketika
masyarakat Indonesia masih menganut system kepercayaan awal, yakni : animisme dan
dinamisme.
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang masuknya Hindu dan Budha ke Nusantara
antara lain :
5. Teori Brahmana
Teori ini dikemukakan oleh Van Leur yang menjelaskan bahwa kaum Brahma yang
berjasa dalam menyebarkan ajaran agama Hindu dan Budha.
6. Teori Ksatria
Teori ini dikemukakan oleh F.D.K. Bosch yang menjelaskan bahwa para raja di India
yang kalah perang kemudian berhijrah ke Nusantara kemudian menyebarkan
ajaran Hindu dan Budha ke masyarakat.
7. Teori Waisya
Teori ini dikemukakan oleh N.J. Krom dimana dijelaskan bahwa kaum saudagar dari
India yang berjasa dalam menyebarkan agama Hindu dan Budha sambal
melaksanakan kegiatan perdagangan.
8. Teori Arus Balik
Teori ini menjelaskan bahwa ajaran Hindu dan Budha berkembang di Indonesia
akibat adanya jalinan kerja sama antara pedagang Indonesia dan India yang saling
berkunjung.
Prinsipnya, masuknya ajaran Hindu dan Budha telah membawa perubahan bagi
masyarakat Indonesia salah satunya adalah mulai berkembangnya pola Ketuhanan YME.
TUGAS :

Berdasarkan wacana tersebut, MASING-MASING KELOMPOK mencari informasi tentang nilai-


nilai keteldanan perjuangan para tokoh dari berbagai sumber & dituliskan hasilnya pada
selembar kertas Plano & ditempelkan di papan tulis SESUAI DENGAN MATERI yang telah
dibagikan oleh guru kepada masing-masing kelompok, yaitu :
1. Kelompok 1 & kelompok 2 mencari informasi tentang perkembangan Kerajaan Kutai,
Tarumanegara, Majapahit dan Kalingga.

2. Kelompok 3 & kelompok 4 mencari informasi tentang perkembangan Kerajaan Sriwijaya,


Kediri dan Singasari.

3. Kelompok 5 & kelompok 6 mencari informasi tentang akulturasi kebudayaan Indonesia


dengan kebudayaan India.
BAHAN AJAR :
TEORI-TEORI MASUKNYA HINDU DAN BUDHA KE INDONESIA
Agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal tarikh Masehi, dibawa oleh para musafir
dari India antara lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal dengan sebutan Batara Guru atau
Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni musafir Budha Pahyien. Pada abad ke-4 di Jawa
Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan
dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya
dan Majapahit. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di
Sumatra. Penjelajah Tiongkok I-Tsing mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak
kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Tengah dan Kamboja. Abad ke-14 juga menjadi
saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331
hingga 1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya
adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu.
Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan kerajaan-kerajaan bercorak Islam yang
ekspansionis, seperti Samudera Pasai di Sumatera dan Demak di Jawa. Munculnya kerajaan-kerajaan
tersebut, secara perlahan-lahan mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, sekaligus menandai akhir
dari era ini. Jadi makalah ini ditulis untuk menambah wawasan sejarah tentang bagaimana proses masuknya
agama Hindu-Budha di Indonesia sampai munculnya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Budha serta
kebudayaan-kebudayaan yang timbul setelahnya dan dijadikan sebagai kebudayaan Indonesia.
Negara India Dan Cina menjalin hubungan ekonomi dan perdagangan yang
baik dengan negara tetangga lainnya. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran berlangsung melalui jala
n darat dan laut. Salah satu jalur lalu lintas laut yang dilewati India-Cina adalah Selat Malaka. Dan
Indonesia terletak di jalur dua benua dan dua samudera, serta berada di dekat Selat Malaka. Proses
masuknya Agama Hindu-Buddha ke Indonesia. Agama Hindu- Budha berasal dari India, yang kemudian
menyebar ke Asia Timur dan AsiaTenggara termasuk Indonesia. Indonesia sebagai negara kepulauan
letaknya sangat strategis,yaitu terletak diantara dua benua Asia dan Australia dan dua samudra Indonesia
dan Pasifik yang merupakan daerah persimpangan lalu lintas perdagangan dunia.Awal abad Masehi, jalur
perdagangan tidak lagi melewati jalur darat (jalur sutera) tetapi beralihkejalur laut, sehingga secara tidak
langsung perdagangan antara Cina dan India melewati selat Malaka. Untuk itu Indonesia ikut berperan aktif
dalam perdagangan tersebut. Akibat hubungan dagang tersebut, maka terjadilah kontak hubungan antara
Indonesia dengan India, dan Indonesia dengan Cina. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab masuknya
budayaIndiaataupun budaya Cina ke Indonesia. Mengenai siapa yang membawa atau menyebarkan agama
HinduBudha ke Indonesia, tidak dapat diketahui secara pasti, walaupun demikian para ahli memberikan
pendapat tentang proses masuknya agama Hindu – Budha atau kebudayaan India keIndonesia.
Adapun beberapa teori tentang proses penyebaran agama Hindu adalah sebagai berikut :
1. Teori Sudra
Sesuai dengan namanya, teori ini menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke Nusantara
dibawa oleh orang-orang India berkasta Sudra.
2. Teori Waisya
Menuntun teori ini kelompok yang berperan besar dalam penyebaran agama Hindu adalah
golongan Waisya.teori yang di kemukakan Prof.N.J.Krom. Teori ini berkaitan dengan peranan
pedagang dalam menyebarkan kebudayaan India di Nusantara,kemudian di ikuti dengan proses
perkawinan antara pedagang India dan perempuan Nusantara.
3. Teori Kesatria
Menurut Teori ini kelompok yang berperan besar dalam penyebaran agama Hindu di Nusantara
adalah golongan Kesatria.proses penyebaran tersebut dilakukan dengan cara
pendudukan(kolonisasi).teori yang di kemukakan oleh Prof.Dr.Ir.J.L.Mouens.
4. Teori Brahmana
Menurut teori ini factor utama penyebaran agama Hindu di Nusantara dari
kaum Brahmana.teori yang di kemukakan oleh J.C.Van Leur.
5. Teori Arus Balik
Menurut F.D.K Bosch, dalam proses akulturasi kebudayaan ini bangsa Indonesia turut berperan
aktif. Pada mulanya, orang-orang dari India yang membawa agama Hindu dan Budha yaitu dari
golongan intelektual melalui jalan dagang yang lazim dilalui para pelancong dengan menumpang
kapal dagang. Setelah sampai di Indonesia, mereka kemudian diundang untuk memberi suatu sinar
kehinduan pada masyarakat Indonesia. Setelah orang Indonesia ini masuk agama Hindu- Budha
kemudian mereka sendiri belajar ke India lalu kembali pulang dan aktif menyebarkan agama Hindu-
Budha di Indonesia.
Dari ke lima teori ini,teori penyebaran agama Hindu di Nusantara oleh kaum Brahmana adalah yang
paling massuk akal. Ada dua alasan yang memperkuat teori ini. pertama,hanya kaum Brahmana yang
mengerti kitab Weda .kedua,hanya kaum Brahmana yang mengerti tulisan sanksekerta dan bahasa Pallawa.
Melihat bukti-bukti antropologi yang ada, agama Budha diperkirakan Masuk ke Nusantara sejak
abad ke-2 M. Hal ini dapat dinyatakan dengan penemuan patung Buddha dari perunggu di Jember dan
Sulawesi Selatan. Salah satu catatan awal mengenai agama Buddha di Nusantara berasal dari laporan Fa
Hein pada awal abad ke-5 Masehi. Ia menceritakan bahwa selama bermukim di Jawa, Ia mencatat adanya
komunitas Buddha yang tidak begitu besar di antara penduduk pribumi. Dalam catatan lain, mengenai
seorang biksu Buddha bernama Gunawarman, seorang pangeran dari Kashmir yang datang ke Cho-
po terletak di Jawa atau Sumatra. Dalam usahanya menyebarkan agama Buddha dia didukung oleh ibu suri
negeri tersebut. Hasilnya agama Buddha berkembang pesat di negeri tersebut.
B. Pengaruh dan Warisan Kebudayaan Hindu-Buddha
Perkembangan Hindu-Buddha yang paling nyata dibidang politik yang paling nyata adalah
diperkenakannya system kerajaan. Sebelumnya, kedudukan pemimpin dalam masyarakat. Kedudukan
pemimpin dalam masyarakat berubah menjadi mutlak dan turun temurun berdasarkan hal waris (atau
dinasti) yang sesuai dengan peraturan hukum kasta.
 Perubahan dalam Bidang Sosial
Sejalan dengan pengaruh agama Hindu-Buddha, masyarakat nusantara terbagimenjadi beberapa
golongan sesuai dengan aturan kasta.
 Perubahan dalam bidang kebudayaan
Pengaruh Hindu-Buddha di bidang kebudayaan terutama berkaitan dengan penyelenggaraan
upacara keagamaan, seperti upacara sesajen, pembuatan relief, dan candi serta penggunaan bahasa
sansekerta.
Warisan Kebudayaan Hindu-Buddha
1) Arsitektur
Arsitektur warisan kebudayaan Hindu-Buddha dapat dilihat dari stupa dan candi serta arca.
Awalnya stupa dikenal sebagai kuburan kubah atau bukit makam yang sederhana. Di Nusantara
hanya terdapat di Borobudur, Jawa Tengah, Samberawan di Jawa Timur, dan Muara Takus di Riau.
Adapun candi merupakan bangunan peninggalan masa lalu yang digunakan untuk memuliakan
orang yang telah meninggal, khusus bagi para raja yang meninggal.
2) Seni Sastra
Seni sastra peninggalan kerajaan Hindu-Buddha tampak dalam penulisan prasati,kitab dan Kakawin
Kitab adalah sebuah karangan tentang kisah, catatan, atau laporan suatu peristiwa.Didalam kitab
berisi rangkaian puisi yang terdiri atas bebrapa bait, ditulis dalam bahasa yang indah yang disebut
dengan kakawin.
3) Seni Rupa/ Ukir
Karya seni rupa banyak dijumpai dalam bentuk relief yang dipahatkan pada dinding candi, biasanya
berupa gambar dan hiasan serta ada yang merupakan rangkaian cerita atau kisah orang-orang
tertentu. Relief itu antara lain dapat ditemukan di candi Borobudur, Prambanan, dan Pantaran.
A. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai berdiri sekitar abad ke-5. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur,
tepatnya di hulu sungai Mahakam. Informasi tentang awal mula Kutai diketahui dari Yupa. Ada tujuh buah
Yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli untuk mengetahui sejarah Kerajaan Kutai. Yupa adalah
tugu batu yang berfungsi sebagai tugu peringatan. Yupa ini dikeluarkan pada masa pemerintahan Raja
Mulawarman. Prasasti Yupa ditulis dengan huruf pallawa dan bahasa sanskerta. Berdasarkan salah satu isi
Prasasti Yupa, kita dapat mengetahui nama-nama raja yang pernah memerintah di Kutai, yaitu Kundungga,
Aswawarman, dan Mulawarman.
Nama Kundungga tidak dikenal dalam bahasa India, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
nama tersebut merupakan nama asli daerah tersebut. Kundungga mempunyai anak bernama Aswawarman
dan cucu yang bernama Mulawarman. Dua nama terakhir merupakan nama yang mengandung unsur India.
Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh Hindu pada keluarga kerajaan itu sudah mulai masuk pada masa
Kundungga yang dibuktikan dengan diberikannya nama Hindu pada anaknya.
Satu di antara yupa di Kerajaan Kutai berisi keterangan bahwa raja Mulawarman telah memberi
sedekah 20. 000 ekor sapi kepada para brahmana. Hal ini menjelaskan bahwa kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat Kutai adalah usaha peternakan. Di samping peternakan, masyarakat Kutai
melakukan pertanian. Letak kerajaan Kutai di tepi sungai, sangat mendukung untuk pertanian. Selain itu,
masyarakat Kutai juga melakukan perdagangan. Diperkirakan sudah terjadi hubungan dagang dengan luar.
Jalur perdagangan internasional dari India melewati Selat Makassar, terus ke Filipina dan sampai di Cina.
Dalam pelayarannya dimungkinkan para pedagang itu singgah terlebih dahulu di Kutai.

B. Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan Tarumanagara merupakan kerajaan tertua di Pulau Jawa yang diperkirakan berdiri pada
abad ke–5 Masehi. Berdasarkan catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat
bahwa kerajaan Tarumanagara adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.
Sumber sejarah mengenai kerajaan Tarumanagara diketahui dari prasasti- prasasti yang
ditinggalkannya. Prasasti itu menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Sampai saat ini ada
ditemukan 7 buah prasasti, yaitu: prasasti Kebon Kopi, prasasti Ciaruteun, prasasti Pasir Awi, Prasasti
Jambu, prasasti Muara Cianten, dan prasasti Tugu. Selain itu, sumber lain tentang kerajaan Tarumanagara
diperoleh dari catatan seorang musafir Cina yang bernama Fa-Hien. Dalam perjalanan ke India ia singgah
di Ye- Po-Ti (Pulau Jawa).
Berdasarkan sumber-sumber tersebut, dapat diperoleh gambaran mengenai kehidupan masyarakat
Tarumanagara. Mata pencahariannya adalah bertani dan berdagang. Menurut berita yang ditulis Fa-Hien
barang yang diperdagangkan adalah cula badak, kulit penyu dan perak. Fa-Hien juga menjelaskan di
Tarumanagara terdapat tiga agama, yakni agama Hindu, agama Buddha dan kepercayaan animisme. Raja
memeluk agama Hindu.
Raja yang terkenal dari Kerajaan Tarumanagara adalah Purnawarman. Ia dikenal sebagai raja yang
gagah berani dan tegas. Ia juga dekat dengan para brahmana dan rakyatnya. Ia raja yang jujur, adil, dan arif
dalam memerintah. Untuk memajukan bidang pertanian, raja memerintahkan pembangunan irigasi dengan
cara menggali sebuah saluran sepanjang 6112 tumbak (±11 km). Saluran itu disebut dengan Sungai Gomati.
Saluran itu selain berfungsi sebagai irigasi juga untuk mencegah bahaya banjir.

C. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya berdiri sekitar abad ke-7 Masehi. Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu
kerajaan besar yang pernah berdiri di Indonesia. Kerajaan ini mampu mengembangkan diri sebagai negara
maritim dengan menguasai lalu lintas pelayaran dan perdagangan dari Selat Malaka, Selat Sunda, hingga
Laut Jawa.
Sumber sejarah kerajaan Sriwijaya diperoleh dari prasasti yang berasal dari dalam negeri dan prasasti
dari luar negeri. Prasasti yang berasal dari dalam negeri antara lain: prasasti Kedukan Bukit, prasasti Talang
Tuwo, prasasti Telaga Batu, prasasti Kota Kapur, prasasti Karang Berahi, prasasti Palas Pasemah dan
Amoghapasa. Adapun Prasasti yang berasal dari luar negeri antara lain: prasasti Ligor, prasati Nalanda,
prasasti Canton, prasasti Grahi dan prasasti Chaiya. Sumber sejarah lain tentang kerajaan Sriwijaya
diperoleh dari seorang pendeta Cina yang bernama I-tsing.
Berdasarkan sumber-sumber tersebut, diperoleh keterangan mengenai Kerajaan Sriwijaya sebagai
berikut.
1. Kerajaan Sriwijaya pernah menjadi pusat kegiatan ilmiah agama Buddha di Asia Tenggara.
2. Pulau Bangka dan Jambi Hulu telah ditaklukkan oleh Kerajaan Sriwijaya pada tahun 686 Masehi.
3. Pada awal abad ke-11 Raja Rajendracola dari Kerajaan Colamandala (India) melakukan penyerbuan
besar-besaran ke wilayah Sriwijaya. Penyerbuan Colamandala dapat dipukul mundur namun
berhasil melemahkan kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya diperkirakan terletak di Palembang, di dekat pantai dan di tepi Sungai Musi. Pada
mulanya masyarakat Sriwijaya hidup dengan bertani. Namun karena berdekatan dengan pantai, maka
perdagangan menjadi cepat berkembang. Kemudian perdagangan menjadi mata pencaharian pokok
masyarakat Sriwijaya.
Perkembangan perdagangan didukung oleh letak Sriwijaya yang strategis. Sriwijaya terletak di
persimpangan jalur perdagangan internasional. Para pedagang dari India ke Cina atau dari Cina ke India
singgah dahulu di Sriwijaya, begitu juga para pedagang yang akan ke Cina. Para pedagang melakukan
bongkar muat barang dagangan di Sriwijaya Dengan demikian, Sriwijaya semakin ramai dan berkembang
menjadi pusat perdagangan. Untuk memperkuat kedudukannya, Sriwijaya membentuk armada angkatan
laut yang kuat. Melalui armada angkatan laut yang kuat Sriwijaya mampu menguasai kawasan perairan
Asia Tenggara, perairan di Laut Natuna, Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa.
Selain menjadi pusat perdagangan, kerajaan Sriwijaya juga berkembang menjadi pusat agama
Buddha Mahayana di Asia Tenggara. Menurut catatan pendeta I-Tsing, bahwa di Sriwijaya tinggal ribuan
pendeta dan pelajar agama Buddha. Pada tahun 671 M, I-Tsing pernah berdiam di Sriwijaya untuk belajar
tata bahasa Sanskerta sebagai persiapan kunjungannya ke India. Seperti halnya I-tsing, para pendeta Cina
lainnya yang akan belajar agama Buddha ke India dianjurkan untuk belajar terlebih dahulu di Sriwijaya
selama satu sampai dua tahun. Disebutkan juga bahwa para pendeta yang belajar agama Buddha itu
dibimbing oleh seorang guru yang bernama Sakyakirti. Berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan bahwa
kerajaan Sriwijaya sejak abad ke-7 M telah menjadi pusat kegiatan ilmiah agama Buddha.
Raja yang terkenal dari Kerajaan Sriwijaya adalah Balaputradewa. Ia memerintah sekitar abad ke-9
M. Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya mencapai masa kejayaan. Wilayah kekuasaan Sriwijaya
berkembang luas. Daerah-daerah kekuasaannya antara lain Sumatra dan pulau-pulau sekitar Jawa bagian
barat, sebagian Jawa bagian tengah, sebagian Kalimantan, dan Semenanjung Melayu.
Pada abad ke-11 kekuasaan Kerajaan Sriwijaya mulai mundur. Salah satu penyebabnya adalah
penyerbuan besar-besaran ke wilayah Sriwijaya oleh Raja Rajendracola dari Colamandala. Pada tahun 1017
M, kerajaan Colamandala mengadakan serangan pertama. Serangan kedua dilakukan pada tahun
1025.Penyerbuan Colamandala dapat dipukul mundur, namun kekuatan armada laut Sriwijaya mengalami
kemunduran. Akibat peperangan ini, banyak kapal Sriwijaya yang hancur dan tenggelam. Hal ini
menyebabkan Banyak daerah kekuasaan Sriwijaya yang melepaskan diri. Pada tahun 1377 armada laut
Majapahit menyerang Sriwijaya. Serangan ini mengakhiri riwayat kerajaan Sriwijaya.

D. Kerajaan Mataram Kuno


Kerajaan Mataram Kuno berdiri pada pertengahan abad ke-8. Kerajaan ini diperintah oleh dua
dinasti, yaitu dinasti Sanjaya yang beragama Hindu dan dinasti Sailendra yang beragama Buddha. Kedua
dinasti itu saling mengisi pemerintahan dan kadang-kadang memerintah bersama-sama. Sumber sejarah
kerajaan Mataram Kuno diperoleh dari prasasti peninggalannya. Prasasti tersebut di antaranya adalah
prasasti Canggal, prasasti Kalasan, prasasti Ligor, prasasti Nalanda, prasasti Klurak, dan prasasti
Mantyasih.
Kehidupan politik kerajaan Mataram Kuno diwarnai dengan pemerintahan dua dinasti yang silih
berganti. Berdasarkan prasasti Canggal, diketahui Mataram Kuno mula-mula diperintah oleh Raja Sanna,
kemudian digantikan oleh keponakannya yang bernama Sanjaya. Raja Sanjaya memerintah dengan
bijaksana sehingga rakyat hidup aman dan tenteram. Hal ini terlihat dari prasasti Canggal yang
menyebutkan bahwa tanah Jawa kaya akan padi dan emas. Setelah Raja Sanjaya, Mataram Kuno diperintah
oleh Rakai Panangkaran. Dalam Prasasti Kalasan disebutkan bahwa Rakai Panangkaran telah memberikan
hadiah tanah dan memerintahkan membangun sebuah candi untuk Dewi Tara dan sebuah biara untuk para
pendeta agama Buddha. Tanah dan bangunan tersebut terletak di Kalasan. Hal ini menunjukkan bahwa
Rakai Panangkaran mendukung adanya perkembangan agama Buddha.
Sepeninggal Rakai Panangkaran, Mataram Kuno terpecah menjadi dua. Satu pemerintahan dipimpin
oleh keluarga Sanjaya yang menganut agama Hindu berkuasa di daerah Jawa bagian selatan. Satu
pemerintahan lagi dipimpin oleh keluarga Syailendra yang menganut agama Buddha berkuasa di daerah
Jawa bagian utara. Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sanjaya tertera dalam prasasti Canggal dan
prasasti Mantyasih. Adapun raja-raja yang berkuasa dari keluarga Syailendra tertera dalam prasasti Ligor,
prasasti Nalanda dan prasasti Klurak.
Perpecahan tersebut tidak berlangsung lama. Rakai Pikatan dari keluarga Sanjaya mengadakan
perkawinan dengan Pramodhawardhani dari keluarga Syailendra. Melalui perkawinan ini, Mataram Kuno
dapat dipersatukan kembali. Pada masa pemerintahan Pikatan-Pramodhawardani, wilayah Mataram
berkembang luas, meliputi Jawa Tengah dan Timur. Sepeninggal Rakai Pikatan, Mataram Kuno diperintah
oleh Dyah Balitung. Ia memerintah pada tahun 898-911 M. Pada masa pemerintahannya, Mataram Kuno
mencapai puncak kejayaan.
Raja-raja yang memerintah Mataram Kuno selanjutnya, yaitu Raja Daksa memerintah tahun 910–
919 M, Raja Tulodong memerintah tahun 919–924 M, dan Sri Maharaja Rakai Wawa memerintah tahun
924 – 929 M. Pada masa pemerintahan Sri Maharaja Rakai Wawa terjadi bencana meletusnya Gunung
Merapi yang memorak-porandakan daerah Jawa Tengah. Melihat situasi kerajaan yang tidak aman, Mpu
Sindok sebagai pejabat dalam pemerintahan Sri Maharaja Rakai Wawa memindahkan pusat kerajaan ke
Jawa Timur. Selain terjadinya bencana alam, perpindahan ini disebabkan oleh serangan-serangan dari
Sriwijaya ke Mataram. Hal ini mengakibatkan Mataram Kuno makin terdesak ke wilayah timur.
Kehidupan ekonomi masyarakat Mataram Kuno bersumber dari usaha pertanian karena letaknya di
pedalaman. Selain pertanian, masyarakat Mataram Kuno juga mengembangkan kehidupan maritim dengan
memanfaatkan aliran sungai Bengawan Solo.
Dalam bidang kebudayaan, Mataram kuno banyak menghasilkan karya berupa candi dan stupa.
Keluarga Sanjaya yang beragama Hindu meninggalkan candi-candi seperti kompleks Candi Dieng,
kompleks Candi Gedongsongo dan Candi Prambanan. Adapun keluarga Syailendra yang beragama Buddha
meninggalkan stupa seperti Borobudur, Mendut, dan Pawon.

E. Kerajaan Medang
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa Mpu Sindok memindahkan ibukota kerajaan Mataram dari Jawa
Tengah ke Jawa Timur. Ibu kotanya terletak di dekat Jombang di tepi Sungai Brantas. Selanjutnya, Mpu
Sindok ini mendirikan dinasti baru yang bernama dinasti Isyana menggantikan dinasti Syailendra. Sumber
sejarah yang berkenaan dengan kerajaan Medang di Jawa Timur antara lain Prasasti Pucangan, Prasasti
Anjukladang dan Pradah, Prasasti Limus, Prasasti Sirahketing, Prasasti Wurara, Prasasti Semangaka,
Prasasti Silet, Prasasti Turun Hyang, dan Prasasti Gandhakuti. Sumber yang lain adalah berita dari India
dan Cina.
Pendiri Kerajaan Mataram (di Jawa Timur) adalah Mpu Sindok sekaligus sebagai raja pertama
dengan gelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikrama Dharmatunggadewa. Mpu Sindok memerintah
tahun 929-948 M. Setelah Mpu Sindok meninggal, ia digantikan oleh anak perempuannya bernama Sri
Isyanatunggawijaya. Ia menikah dengan Sri Lokapala dan dikaruniai seorang putra yang bernama Sri
Makutawang Swardhana yang kemudian naik tahta menggantikan ibunya.
Sri Makutawang Swardhana digantikan oleh Sri Dharmawangsa Teguh Anantawikrama.
Berdasarkan berita dari Cina, disebutkan bahwa Dharmawangsa pada tahun 990 M mengadakan serangan
ke Sriwijaya sebagai upaya mematahkan monopoli perdagangan Sriwijaya akan tetapi upaya ini mengalami
kegagalan.
Pada tahun 1016, Raja Wurawari menyerang Dharmawangsa. Diduga penyerangan ini terjadi atas
dorongan kerajaan Sriwijaya. Serangan ini terjadi pada saat Dharmawangsa sedang melaksanakan
perkawinan antara puterinya dengan Airlangga, putra Raja Udayana dari Bali. Peristiwa ini menewaskan
seluruh keluarga raja termasuk Dharmawangsa sendiri. Hanya Airlangga yang berhasil menyelamatkan diri.
Bersama seorang pengikutnya yang bernama Norotama, Airlangga bersembunyi di Wonogiri (hutan
gunung) dan hidup sebagai seorang pertapa.
Pada tahun 1019, Airlangga dinobatkan menjadi raja menggantikan Dhamawangsa oleh para pendeta
Buddha. Ia segera mengadakan pemulihan hubungan baik dengan Sriwijaya. Airlangga membantu
Sriwijaya ketika diserang Raja Colamandala dari India Selatan. Selanjutnya tahun 1037, Airlangga berhasil
mempersatukan kembali daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh Dharmawangsa. Airlangga juga
memindahkan ibukota kerajaannya dari Daha ke Kahuripan.
Pada tahun 1042, Airlangga menyerahkan kekuasaannya pada putrinya yang bernama Sangrama
Wijaya Tunggadewi. Namun, putrinya itu menolak dan memilih untuk menjadi seorang petapa dengan
nama Ratu Giriputri. Selanjutnya Airlangga memerintahkan Mpu Bharada untuk membagi dua kerajaan,
yaitu Panjalu dengan ibu kota Daha dan Jenggala yang ber-ibukota di Kahuripan. Hal itu dilakukan untuk
mencegah terjadinya perang saudara di antara kedua putranya yang lahir dari selir.
Kehidupan ekonomi kerajaan Medang banyak bergantung kepada pelayaran dan perdagangan.
Kerajaan Sriwijaya menjadi saingan berat bagi kerajaan Medang karena waktu itu Sriwijaya menguasai
jalur perdagangan laut India – Indonesia – Cina. Hal inilah yang menyebabkan Raja Dharmawangsa
berusaha mematahkan monopoli perdagangan Sriwijaya. Selanjutnya pada masa pemerintahan Airlangga,
pelabuhan Hujung Galuh di Muara Kali Brantas diperbaiki. Pelabuhan Hujung Galuh kemudian menjadi
Bandar perdagangan yang ramai. Banyak pedagang asing singgah di kedua pelabuhan itu, seperti pedagang
dari India, Burma, Kamboja, dan Champa. Selain itu, dibangun pula bendungan Waringin Sapta.
Bendungan ini berguna untuk mengairi sawah-sawah penduduk dan mencegah luapan kali Brantas yang
mengganggu aktivitas perdagangan.
Bidang sastra juga mendapat perhatian. Pada masa pemerintahan Dharmawangsa kitab Mahabarata
disadur dalam bahasa Jawa Kuno. Selanjutnya pada masa pemerintahan Airlangga, Mpu Kanwa
menggubah kitab Arjunawihaha.

F. Kerajaan Kediri
Munculnya Kerajaan Kediri berawal dari pembagian kerajaan oleh Airlangga menjadi Janggala dan
Panjalu (Kediri). Kedua kerajaan ini dibatasi oleh Kali Brantas. Tujuan Airlangga membagi kerajaan adalah
untuk mencegah perpecahan antara kedua putranya. Akan tetapi upaya tersebut mengalami kegagalan.
Setelah Airlangga wafat pada tahun 1049 M, terjadi perang antara Janggala dan Panjalu (Kediri). Perang
ini berakhir dengan kekalahan Janggala. Kerajaan kembali dipersatukan di bawah kekuasaan Panjalu
(Kediri).
Sumber sejarah kerajaan Kediri antara lain prasasti Padlegan, prasasti Panumbangan, prasasti
Hantangatau Ngantang, prasasti Talandan Prasasti Desa Jepun. Raja-raja yang memerintah di Kediri antara
lain Jayawarsa, Jayabaya, Sarwewara, Gandara, Kameswara dan Kertajaya. Pada masa Jayabaya kerajaan
Kediri mencapai puncak kejayaan. Awal masa pemerintahan Jayabaya, kekacauan akibat pertentangan
dengan Janggala terus berlangsung. Baru pada tahun 1135 M Jayabaya berhasil memadamkan kekacauan
itu. Sebagai bukti, adanya prasasti Hantang yang memuat tulisan panjalu jayati, artinya panjalu menang.
Hal itu untuk mengenang kemenangan Panjalu atas Jenggala. Setelah itu, Jayabaya mulai menata dan
mengembangkan kerajaannya.
Kehidupan ekonomi kerajaan Kediri bersumber dari usaha pertanian, pelayaran dan perdagangan.
Hasil utama pertanian masyarakat Kediri adalah beras. Pelayaran dan perdagangan juga berkembang, hal
ini ditopang oleh armada laut Kediri yang cukup tangguh. Dalam perdagangan benda-benda yang
diperdagangkan antara lain adalah emas, perak, gading, kayu cendana, dan hasil bumi lainnya.
Perkembangan seni pada masa kerajaan Kediri ditandai dengan ditulisnya beberapa kitab sastra. Kitab-kitab
tersebut antara lain Kitab Baratayuda, Kitab Kresnayana, Kitab Smaradahana, dan Kitab Lubdaka.
Kekuasaan Kediri berakhir pada masa Kertajaya. Pada masa pemerintahannya, terjadi pertentangan
antara raja dan kaum brahmana karena Kertajaya berlaku sombong dan berani melanggar adat. Para
Brahmana kemudian mencari perlindungan kepada Ken Arok yang merupakan penguasa di Tumapel. Pada
tahun 1222 M, Ken Arok dengan dukungan kaum Brahmana menyerang Kediri. Kediri dapat dikalahkan
oleh Ken Arok.

G. Kerajaan Singhasari
Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singhasari atau Singosari, adalah sebuah kerajaan di
Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222 M. Sumber sejarah Kerajaan Singhasari antara
lain diperoleh dari Kitab Pararaton, Kitab Negara Kertagama dan beberapa prasasti, seperti Prasasti Balawi,
Maribong, Kusmala, dan Mula-Malurung. Menurut Pararaton, Tumapel semula hanya sebuah daerah
bawahan Kerajaan Kediri. Tumapel dikuasai oleh seorang akuwu bernama Tunggul Ametung. Kemudian
Tunggul Ametung digulingkan dari kekuasaannya oleh Ken Arok yang merupakan bawahan Tunggul
Ametung. Ken Arok menjadi akuwu baru.
Pada saat Ken Arok menguasai Tumapel, di kerajaan Kediri terjadi perselisihan antara Raja Kertajaya
dan para Brahmana. Para Brahmana melarikan diri ke Tumapel. Mereka meminta perlindungan kepada Ken
Arok. Atas dukungan para Brahmana, Ken Arok melakukan serangan ke Kediri. Perang melawan Kediri
meletus di desa Ganter dan Kediri berhasil dikalahkan. Setelah Kediri berhasil dikalahkan, Ken Arok
mendirikan kerajaan Singhasari dan menjadi raja pertama dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang
Amurwabumi.
Kerajaan Singhasari mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Kertanegara. Ia bercita-
cita meluaskan kekuasaannya meliputi seluruh wilayah Nusantara. Kertanegara berhasil memperluas
kekuasaan ke beberapa daerah di antaranya Bali, Kalimantan Barat Daya, Maluku, Sunda, dan Pahang.
Pada tahun 1275 M Raja Kertanegara mengirimkan tentaranya ke Melayu atau yang dikenal dengan
Ekspedisi Pamalayu. Selain untuk menggoyahkan kerajaan Sriwijaya, ekspedisi ini juga bertujuan untuk
menahan serbuan tentara Mongol di bawah pimpinan Kaisar Kubilai Khan yang sedang melakukan
perluasan wilayah di Asia Tenggara.
Beberapa kali utusan Kaisar Kubilai Khan datang ke Singhasari menuntut agar Kertanegara
mengakui kedaulatan Kubilai Khan di Cina. Tuntutan tersebut ditolak oleh Kertanegara dengan tegas.
Kemudian Kubhilai Khan mengirim armada Mongol ke Pulau Jawa untuk menaklukkan Kertanegara.
Sebagai persiapan untuk menghadapi serangan tentara Mongol, Kertanegara mengirimkan bala tentaranya
ke luar Jawa. Perang ini tidak terjadi karena Kertanegara telah meninggal pada tahun 1292 M akibat
serangan dari Jayakatwang (keturunan Raja Kediri).
Kehidupan ekonomi Kerajaan Singhasari bersumber dari pertanian dan perdagangan. Wilayah
Singhasari terletak di daerah pedalaman dan dialiri dua sungai besar, yaitu Bengawan Solo dan Kali
Brantas. Selain dimanfaatkan untuk pertanian, kedua sungai ini juga dimanfaatkan sebagai sarana lalu lintas
pelayaran dan perdagangan. Pada masa pemerintahan Kertanegara, perdagangan mendapat perhatian yang
cukup besar. Hal ini tampak dari upaya Kertanagera untuk menggeser kedudukan Sriwijaya sebagai
penguasa perdagangan di Selat Malaka. Upaya tersebut diwujudkan dengan melaksanakan Ekspedisi
Pamalayu.

H. Kerajaan Majapahit
Majapahit adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang berdiri dari sekitar tahun 1293 M. Kerajaan
Majapahit dianggap sebagai kerajaan Hindu- Buddha yang terbesar dalam sejarah Indonesia. Sumber
sejarah kerajaan Majapahit di antaranya diperoleh dari kitab Pararaton, kitab Sutasoma, dan kitab
Negarakertagama. Selain itu ada pula beberapa prasasti, diantaranya Prasasti Gunung Butak, Prasasti
Kudadu, Prasasti Blambangan, dan Prasasti Langgaran.
Munculnya Kerajaan Majapahit erat hubungannya dengan keruntuhan Kerajaan Singhasari. Ketika
Singhasari diserang oleh Jayakatwang, Raden Wijaya yang merupakan menantu Kertanegara berhasil
meloloskan diri. Ia mendapat pertolongan dari bupati Sumenep bernama Arya Wiraraja. Berkat
pertolongannya, Raden Wijaya mendapat pengampunan dari Jayakatwang dan diberi tanah di hutan Tarik
dekat Mojokerto. Daerah tersebut kemudian diberi nama Majapahit.
Raden Wijaya kemudian menyusun kekuatan untuk menyerang balik Jayakatwang. Saat Ia
melakukan persiapan untuk menyerang Jayakatwang, tentara Mongol tiba di Pulau Jawa. Mereka dikirim
oleh Kaisar Kublai Khan untuk menaklukkan Kertanegara. Tentara Mongol menyangka Kertanegara masih
berkuasa di Singhasari. Mereka tidak mengetahui bahwa Kertanegara telah wafat dan kerajaannya jatuh ke
tangan Jayakatwang.
Kedatangan tentara Mongol dimanfaatkan oleh Raden Wijaya. Ia segera bergabung dengan tentara
Mongol untuk menyerang Jayakatwang. Dengan mudah, tentara Mongol beserta pasukan Raden Wijaya
mengalahkan Jayakatwang. Setelah berhasil mengalahkan Jayakatwang, tentara Mongol berpesta
merayakan kemenangannya. Ketika tentara Mongol lengah, Raden Wijaya berbalik menyerang mereka.
Pasukan Mongol hancur dan sisanya pulang ke negerinya. Keberhasilan mengalahkan Jayakatwang dan
menghancurkan tentara Mongol menghantarkan Raden Wijaya menjadi pengusa di Jawa Timur. Ia
mendirikan kerajaan Majapahit dan menjadi raja dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.
Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaan pada masa Hayam Wuruk yang memerintah tahun
1350-1389 M. Pemerintahan Hayam Wuruk dibantu oleh Gajah Mada. Menurut kitab Nagarakertagama,
daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan
Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina. Majapahit juga
memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan
mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.
Kejayaan Majapahit tidak hanya dalam hal pemerintahan. Dalam bidang ekonomi, Majapahit
berkembang menjadi negara agraris dan negara maritim. Sebagai negara agraris, Majapahit terletak di
daerah pedalaman dan dekat dengan aliran sungai sangat cocok untuk pertanian. Hasil utamanya adalah
beras. Untuk meningkatkan pertanian, dilakukan pembuatan saluran pengairan, bendungan, dan
pemanfaatan lahan pertanian secara bergiliran. Hal ini maksudnya agar tanah tetap subur dan tidak
kehabisan lahan pertanian. Sebagai negara maritim, Majapahit memiliki armada laut yang kuat sehingga
mampu mengawasi seluruh perairan di Nusantara.
Sejumlah pelabuhan di pantai utara Pulau Jawa merupakan tempat yang strategis di tengah jalur
perdagangan menuju Kepulauan Maluku yang menghasilkan rempah- rempah. Majapahit menjadikan
pelabuhan-pelabuhan tersebut sebagai pusat perdagangan. Beberapa kota pelabuhan yang penting pada
zaman Majapahit, antara lain Canggu, Surabaya, Gresik, Sedayu, dan Tuban. Pada waktu itu banyak
pedagang dari luar seperti dari Cina India, dan Siam.
Pada masa kerajaan Majapahit, bidang sastra mengalami kemajuan. Karya sastra yang terkenal adalah
Kitab Negarakertagama. Selain kitab sastra, Negarakertagama juga merupakan sumber sejarah Majapahit.
Kitab lain yang terkenal adalah Sutasoma. Kitab Sutasoma memuat kata-kata yang sekarang menjadi
semboyan negara Indonesia, yakni Bhinneka Tunggal Ika. Bidang seni bangunan juga berkembang. Banyak
bangunan candi telah dibuat. Misalnya Candi Penataran dan Sawentar di daerah Blitar, Candi Tigawangi
dan Surawana di dekat Pare, Kediri, serta Candi Tikus di Trowulan.
Kejayaan Majapahit mulai mengalami kemunduran setelah pemerintahan Hayam Wuruk berakhir.
Raja-raja yang berkuasa tidak mampu mengembalikan kejayaan Majapahit, Di samping itu, terjadinya
perang saudara yang dikenal dengan Perang Paragreg pada tahun 1401-1406 M menyebabkan kekuatan
Majapahit melemah. Unsur lain yang menyebabkan semakin mundurnya kerajaan Majapahit adalah
meluasnya pengaruh Islam pada saat itu.

I. Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Dinasti Warmadewa di Bali


Menurut berita Cina di sebelah timur Kerajaan Kalingga ada daerah Po-li atau Dwa-pa-tan yang
dapat disamakan dengan Bali. Adat istiadat di Dwa-pa-tan sama dengan kebiasaan orang-orang Kaling.
Misalnya, penduduk biasa menulisi daun lontar. Bila ada orang meninggal, mayatnya dihiasi dengan emas
dan ke dalam mulutnya dimasukkan sepotong emas, serta diberi bau-bauan yang harum. Kemudian mayat
itu dibakar. Hal itu menandakan Bali telah berkembang.
Dalam sejarah Bali, nama Buleleng mulai terkenal setelah periode kekuasaan Majapahit. Pada waktu
di Jawa berkembang kerajaan-kerajaan Islam, di Bali juga berkembang sejumlah kerajaan. Misalnya
Kerajaan Gelgel, Klungkung, dan Buleleng yang didirikan oleh I Gusti Ngurak Panji Sakti, dan selanjutnya
muncul kerajaan yang lain. Nama Kerajaan Buleleng semakin terkenal, terutama setelah zaman penjajahan
Belanda di Bali. Pada waktu itu pernah terjadi perang rakyat Buleleng melawan Belanda.
Pada zaman kuno, sebenarnya Buleleng sudah berkembang. Pada masa perkembangan Kerajaan
Dinasti Warmadewa, Buleleng diperkirakan menjadi salah satu daerah kekuasaan Dinasti Warmadewa.
Sesuai dengan letaknya yang ada di tepi pantai, Buleleng berkembang menjadi pusat perdagangan laut.
Hasil pertanian dari pedalaman diangkut lewat darat menuju Buleleng. Dari Buleleng barang dagangan
yang berupa hasil pertanian seperti kapas, beras, asam, kemiri, dan bawang diangkut atau diperdagangkan
ke pulau lain (daerah seberang).
Perdagangan dengan daerah seberang mengalami perkembangan pesat pada masa Dinasti
Warmadewa yang diperintah oleh Anak Wungsu. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kata-kata pada
prasasti yang disimpan di Desa Sembiran yang berangka tahun 1065 M. Kata-kata yang dimaksud
berbunyi,“mengkana ya hana banyaga sakeng sabrangjong, bahitra, rumunduk i manasa
….”Artinya,“andai kata ada saudagar dari seberang yang datang dengan jukung bahitra berlabuh di
manasa ….”
Sistem perdagangannya ada yang menggunakan sistem barter, ada yang sudah dengan alat tukar
(uang). Pada waktu itu sudah dikenal beberapa jenis alat tukar (uang), misalnya ma, su dan piling. Dengan
perkembangan perdagangan laut antarpulau di zaman kuno secara ekonomis Buleleng memiliki peranan
yang penting bagi perkembangan kerajaan-kerajaan di Bali misalnya pada masa Kerajaan Dinasti
Warmadewa.

J. Kerajaan Tulang Bawang


Dari sumber-sumber sejarah Cina, kerajaan awal yang terletak di daerah Lampung adalah kerajaan
yang disebut Bawang atau Kerajaan Tulang Bawang. Berita Cina tertua yang berkenaan dengan daerah
Lampung berasal dari abad ke-5, yaitu dari kitab Liu-sung-Shu, sebuah kitab sejarah dari masa
pemerintahan Kaisar Liu Sung (420–479). Kitab ini di antaranya mengemukakan bahwa pada tahun 499 M
sebuah kerajaan yang terletak di wilayah Nusantara bagian barat bernama P’u-huang atau P’o-huang
mengirimkan utusan dan barang-barang upeti ke negeri Cina. Lebih lanjut kitab Liu-sung-Shu
mengemukakan bahwa Kerajaan P’o-huang menghasilkan lebih dari 41 jenis barang yang diperdagangkan
ke Cina. Hubungan diplomatik dan perdagangan antara P’o-huang dan Cina berlangsung terus sejak
pertengahan abad ke-5 sampai abad ke-6, seperti halnya dua kerajaan lain di Nusantara yaitu Kerajaan Ho-
lo-tan dan Kan-t’o-li.
Dalam sumber sejarah Cina yang lain, yaitu kitab T’ai-p’ing- huang-yu-chi yang ditulis pada tahun
976–983 M, disebutkan sebuah kerajaan bernama T’o-lang-p’p-huang yang oleh G. Ferrand disarankan
untuk diidentifikasikan dengan Tulang Bawang yang terletak di daerah pantai tenggara Pulau Sumatera, di
selatan sungai Palembang (Sungai Musi). L.C. Damais menambahkan bahwa lokasi T’o-lang P’o-huang
tersebut terletak di tepi pantai seperti dikemukakan di dalam Wu-pei-chih, “Petunjuk Pelayaran”. Namun,
di samping itu Damais kemudian memberikan pula kemungkinan lain mengenai lokasi dan identifikasi P’o-
huang atau “Bawang” itu dengan sebuah nama tempat bernama Bawang (Umbul Bawang) yang sekarang
terletak di daerah Kabupaten Lampung Barat, yaitu di daerah Kecamatan Balik Bukit di sebelah utara
Liwah. Tidak jauh dari desa Bawang ini, yaitu di desa Hanakau, sejak tahun 1912 telah ditemukan sebuah
inskripsi yang dipahatkan pada sebuah batu tegak, dan tidak jauh dari tempat tersebut dalam waktu beberapa
tahun terakhir ini masih ditemukan pula tiga buah inskripsi batu yang lainnya.
K. Kerajaan Kota Kapur
Dari hasil penelitian arkeologi yang dilakukan di Kota Kapur, Pulau Bangka, pada tahun 1994,
diperoleh suatu petunjuk tentang kemungkinan adanya sebuah pusat kekuasaan di daerah itu sejak masa
sebelum munculnya Kerajaan Sriwijaya. Pusat kekuasaan ini meninggalkan temuan-temuan arkeologi
berupa sisa-sisa sebuah bangunan candi Hindu (Waisnawa) terbuat dari batu bersama dengan arca-arca
batu, di antaranya dua buah arca Wisnu dengan gaya seperti arca-arca Wisnu yang ditemukan di Lembah
Mekhing, Semenanjung Malaka, dan Cibuaya, Jawa Barat, yang berasal dari masa sekitar abad ke-5 dan
ke-7 Masehi.
Sebelumnya di situs Kota Kapur selain telah ditemukan sebuah inskripsi batu dari Kerajaan Sriwijaya
yang berangka tahun 608 Saka (=686 Masehi), telah ditemukan pula peninggalan-peninggalan yang lain di
antaranya sebuah arca Wisnu dan sebuah arca Durga Mahisasuramardhini. Dari peninggalan-peninggalan
arkeologi tersebut nampaknya kekuasaan di Pulau Bangka pada waktu itu bercorak Hindu-Waisnawa,
seperti halnya di Kerajaan Tarumanagara di Jawa Barat.
Temuan lain yang penting dari situs Kota Kapur ini adalah peninggalan berupa benteng pertahanan
yang kokoh berbentuk dua buah tanggul sejajar terbuat dari timbunan tanah, masing-masing panjangnya
sekitar 350 meter dan 1200 meter dengan ketinggian sekitar 2–3 meter. Penanggalan dari tanggul benteng
ini menunjukkan masa antara tahun 530 M sampai 870 M. Benteng pertahanan tersebut yang telah dibangun
sekitar pertengahan abad ke-6 M tersebut agaknya telah berperan pula dalam menghadapi ekspansi
Sriwijaya ke Pulau Bangka menjelang akhir abad ke-7 M.
Penguasaan Pulau Bangka oleh Sriwijaya ini ditandai dengan dipancangkannya inskripsi Sriwijaya
di Kota Kapur yang berangka tahun 608 Saka (=686 Masehi), yang isinya mengidentifikasikan dikuasainya
wilayah ini oleh Sriwijaya. Penguasaan Pulau Bangsa oleh Sriwijaya ini agaknya berkaitan dengan peranan
Selat Bangsa sebagai pintu gerbang selatan dari jalur pelayaran niaga di Asia Tenggara pada waktu itu.
Sejak dikuasainya Pulau Bangka oleh Sriwijaya pada tahun 686 maka berakhirlah kekuasaan awal yang
ada di Pulau Bangka
DAFTAR PUSTAKA

Kurniati Sumantri, Yeni. ”Sejarah Indonesia Kuno”. Diambil pada Tanggal 15 September 2018.
Dari http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/197706022003122-
YENI_KURNIAWATI_SUMANTRI/Bahan_ajar_SIK.pdf, 2016.

Kristinah, Endang dan Aris Soviyani. 2007.Mutiara-mutiara Majapahit. Jakarta: Departemen Kebudayaan
dan Pariwisata.

Lombard, Denis. 2005.Nusa Jawa: Silang Budaya, Bagian III: Wawasan Kerajaan-kerajaan Konsentris.
Jakarta: PT. Gramedia.

Munandar, Agus Aris (ed). 2007.Sejarah Kebudayaan Indonesia. Religi dan Falsafah. Jakarta: Departemen
Budaya dan Pariwisata.

Rangkuti, Nurhadi. 2006.“Trowulan, Situs-Kota Majapahit” dalam Majapahit. Jakarta: Indonesian


Heritage Society.

Subur, Tjahjono. “Memelihara Warisan Budaya Tak Benda”. Diambil pada Tanggal 15 September 2018.
Dari: ttps://id.wikipedia.org/wiki/Warisan_budaya, 2014.

Supriatna, Nana. Sejarah Indonesia.Bandung:Grafindo Media Pratama, 2016.

Utomo, Bambang Budi. 2009.Atlas Sejarah Indonesia Masa Prasejarah (Hindu-Buddha). Jakarta:
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Teguh. ”Devenisi Kebudayaan dan Pengertian Budaya Warisan”. Diambil pada Tanggal 15 September
2018. Dari https://satujam.com/definisi-kebudayaan/, 2017.

Yusnaldi, Eka.Ilmu Pengetahuan Sosial.Medan:Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatra Utara,
2017.

Yusnaldi, Eka. Kemasyarakatan.Medan:Perdana Publishing, 2018.

Dari https://www.academia.edu/12226964/SEJARAH_AGAMA_HINDU_DAN_BUDDH
DI_INDONESIA, 2016.

Anda mungkin juga menyukai