Anda di halaman 1dari 36

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Imunisasi adalah cara untuk mencegah agar anak terhindar dari cacat atau

penyakit yang mematikan dengan biaya efektif. Cara ini dapat pula merangsang

perkembangan sistem-sistem kesehatan dan menggambarkan investasi ekonomi yang

bagus. Apalagi hal ini memberi kontribusi kesehatan yang lebih baik dan juga

mengurangi kemiskinan (UNICEF, 2014).

Laporan UNICEF (United Nations Children’s Fund) yang dikeluarkan tahun

2010 menyebutkan bahwa 27 juta anak balita dan 40 juta ibu hamil di seluruh dunia

masih belum mendapatkan pelayanan imunisasi rutin. Akibatnya, penyakit yang dapat

dicegah oleh vaksin ini diperkirakan menyebabkan lebih dari 2 juta kematian tiap

tahun. Angka ini mencakup 1,4 juta anak balita yang terenggut jiwanya (UNICEF,

2014).

Sekalipun imunisasi telah menyelamatkan 2 juta anak pada tahun 2003, data

yang terbaru menyebutkan bahwa 1,4 juta anak meninggal karena mereka tidak di

vaksin. Hampir ¼ dari 130 juta bayi yang lahir tiap tahun tidak di imunisasi agar

terhindar dari penyakit anak yang umum. Pada perkembangan selanjutnya banyak

Negara akan gagal mencapai tujuan-tujuan imunisasi yang di tetapkan pada Sidang
2

Istimewa PBB yang khusus membahas soal anak-anak pada 2002. Afrika Barat dan

Afrika Tengah di anggap paling tidak berhasil karena cakupan rata-rata imunisasi

tidak pernah meningkat dari kisaran 53% selama lebih dari satu dasawarsa. Negara-

negaraseperti Nigeria, Republik Afrika Tengah dan Guyana semakin mundur. Afrika

Latin dan Karibia mengalami kemajuan dan bahkan melebihi Negara-negara Industri

(UNICEF, 2012)

Rata-rata angka Imunisasi di Indonesia hanya 72%. Artinya, angka di

beberapa daerah sangat rendah. Pada sekitar 2400 anak di Indonesia meninggal setiap

hari termasuk yang meninggal karena sebab-sebab yang seharusnya dapat di cegah,

misalnya campak, dipteri dan tetanus. Ini merupakan tragedy yang mengejutkan dan

tidak seharusnya terjadi (UNICEF, 2012).

Imunisasi merupakan bentuk intervasi kesehatan yang sangat efektif dalam

menurunkan angka kematian balita. Ada 7 penyakit infeksi pada balita yang dapat

menyebabkan kematian atau cacat, walaupun sebahagian balita dapat bertahan dan

menjadi kebal ke-7 penyakit tersebut adalah poliomyelitis (kelumpuhan), campak,

difteri, pertusis (batuk rejan, batuk seratus hari), tetanus, tuberculosis, hepatitis B.

Oleh karena itu imunisasi pada bayi dan balita harus lengkap serta diberikan sesuai

jadwal (Depkes RI, 2012).

Pengetahuan dapat meningkatkan pemahaman ibu terhadap imunisasi pada

bayi. Ibu yang mempunyai pengetahuan tentang imunisasi cenderung mampu

memahami dengan baik manfaat imunisasi. Sikap sangat berpengaruh terhadap

keuntungan dan kerugian tentang pemberian imunisasi, karena dengan sikap yang
3

baik dapat berpengaruh terhadap pemberian imunisasi pada bayi (Almatsier, 2001).

Ibu merupakan salah satu anggota keluarga yang sangat berpengaruh sehingga

perubahan apapun yang terjadi pada bayi akan mempengaruhi keluarga. Sikap

merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek dilingkungan tertentu sebagai

suatu penghayatan terhadap obyek. Sikap ibu terhadap pemberian imunisasi pada bayi

sangat dipengaruhi oleh pengetahuan ibu (Notoadmodjo, 2012).

Berdasarkan data di Kabupaten Aceh Besar tahun 2015 jumlah cakupan

imunisasi BCG 6.765 (106,27%), DPT1 6.984 (109,71%), DPT3 6.345 (99,67%),

POLIO3 6.594 (103,58%) dan campak 6.296 (98,90%) (Dinkes Aceh Besar, 2015).

Sementara di Desa Lieue, Kecamatan Darussalam balita sebanyak 328 orang dan

jumlah bayi yang usianya 10-12 bulan yaitu 50 orang dengan jumlah cakupan

imunisasi dari bulan Januari sampai dengan September 2016 BCG 302 orang, Polio1

302 orang, polio2 278 orang, Polio3 289 orang, polio 263 orang, campak 235 orang,

DPT HB0 257 orang, DPT1 282 orang, DPT2 280 orang, DPT3 278 orang (Laporan

Posyandu Lieue, 2015). Hasil survey awal yang penulis lakukan di Desa Lieue

penulis mewawancarai 10 orang ibu yang mempunyai bayi, ternyata 3 orang ibu yang

mengerti tentang pentingnya imunisasi dan jadwal pemberian imunisasi, 2 orang ibu

hanya mengetahui tentang pentingnya imunisasi tetapi tidak mengetahui jadwal

pemberian imunisasi, dan 15 orang lagi tidak mengetahui tentang pentingnya

imunisasi dan jadwal pemberiannya.


4

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik mengambil judul

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan pemberian imunisasi

dasar pada bayi di Wilayah Kerja Posyandu Lieue Kabupaten Aceh Besar.

1.2. Rumusan Masalah

Faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan kelengkapan pemberian

imunisasi dasar pada bayi di Wilayah Kerja Posyandu Lieue Kabupaten Aceh Besar.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan

pemberian imunisasi dasar pada bayi di Wilayah Kerja Posyandu Lieue Kabupaten

Aceh Besar.

1.3.2 Tujuan Khusus

 Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kelengkapan

pemberian imunisasi pada bayi di Desa Lieue kabupaten Aceh Besar

 Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan kelengkapan

pemberian imunisasi pada bayi di Desa Lieue kabupaten Aceh Besar

 Untuk mengetahui hubungan status pekerjaan ibu dengan kelengkapan

pemberian imunisasi pada bayi di Desa Lieue kabupaten Aceh Besar

 Untuk mengetahui hubungan sikap ibu dengan kelengkapan pemberian

imunisasi pada bayi di Desa Lieue kabupaten Aceh Besar


5

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah

wawasan dan pengetahuan terutama dalam bidang peningkatan program

khususnya dalam usaha meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu

terhadap pemberian imunisasi dasar.

2. Bagi instansi, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan

bahan bacaan serta menambah pembendaharaan bahan perpustakaan yang

telah ada.

3. Bagi tempat penelitian, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan

terutama pada ibu yang mempunyai bayi agar membawa bayi untuk di

berikan imunisasi

4. Bagi penelitian lain, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi

peneliti lain agar dapat melakukan penelitian dengan judul pengetahuan

dan sikap ibu terhadap pemberian imunisasi dasar tetapi dengan variabel

yang berbeda.

1.5 Keaslian Penelitian


No Metodelogi Persamaan Perbedaan
. Penelitian
Vivi Triana (2016) dengan judul “Faktor Yang Berhubungan Dengan
1. Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Tahun 2015
Jenis penelitian Penelitian Vivi triana,
kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional
Penelitian ini :
Deskriptif analitik dengan pendekatan case
control
Metodelogi Penelitian
6

Penelitian deskriptif

Tekhnik Penelitian Vivi Triana,


pengambilan accidental sampling
sampel Penelitian ini :
Purposive sampling
Sampel Penelitian Vivi Triana, 80 responden
Penelitian ini :
ibu yang memiliki bayi < 1 tahun (30
responden)
Variabel dependen Faktor yang
berhubungan
dengan
kelengkapan
pemberian
imunisasi dasar
Variable Status imunisasi
independen
Analisa Data Penelitian Vivi Triana, univariat, bivariat
dan multivariate
Penelitian ini :
Univariat dan bivariat
2. Elly Istriyati (2011) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan
Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Desa Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo Kota
Salatiga
Jenis penelitian Penelitian Elly Istriyati,
kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional
Penelitian ini :
Deskriptif analitik dengan pendekatan case
control
Metodelogi Penelitian
Penelitian deskriptif

Tekhnik Penelitian Elly Istriyati ,


pengambilan area propotional probability random
sampel sampling
Penelitian ini :
Purposive sampling
Sampel Penelitian Elly Istriyati ,
ibu yang memiliki anak yang sudah
mencapai umur 12 bulan (sampel 1:1 yaitu
7

30 kasus dan 30 kontrol)


Penelitian ini :
ibu yang memiliki bayi < 1 tahun (30
responden)
Variabel dependen Faktor yang
berhubungan
dengan
kelengkapan
pemberian
imunisasi dasar
Variable Status imunisasi
independen
Analisa Data Univariat
Bivariat
8

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Kerangkan Teori

2.1.1 Pengertian Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten, anak di imunisasi,

berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal

terhadap penyakit lain (Notoatmodjo, 2012). Imunisasi adalah suatu cara untuk

meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga baik

kelak ia terpajan pada antigen yang serupa,

tidak terjadi penyakit (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2013).

Ada 7 penyakit infeksi pada anak-anak yang dapat menyebabkan kematian

atau cacat, walaupun sebahagian anak dapat bertahan dan menjadi kebal (Depkes RI,

2012). Ke-7 penyakit tersebut adalah :

a. Poliomyelitis (kelumpuhan)

b. Campak

c. Difteri

d. Pertusis (batuk rejan, batuk seratus hari)

e. Tetanus

f. Tuberculosis

g. Hepatitis B
9

Penyakit-penyakit ini dapat dicegah dengan imunisasi. Bila kita memberi

Vaksinasi berarti kita memberi bibit penyakit yang telah di lemahkan atau dimatikan.

Ada vaksin yang diberikan secara suntikan, ada pula dengan meneteskan ke dalam

mulut. Vaksin menyebabkan tubuh anda Memproduksi “Antibody ”, tetapi tidak

menimbulkan penyakit bahkan anak menjadi kebal (Depkes R.I, 2006).

2.1.2 Tujuan Imunisasi

Tujuan Pemberian Imuniasi adalah untuk mencegah terjadinya infeksi

penyakit yang dapat menyerang anak-anak. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian

imunisasi sedini mungkin kepada bayi dan anak-anak. Menurut Depkes RI (2013),

tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah penyakit dan kematian bayi dan

anak-anak yang disebabkan oleh wabah yang sering muncul. Pemerintah Indonesia

sangat mendorong pelaksanaan program imunisasi sebagai cara untuk menurunkan

angka kesakitan, kematian pada bayi, balita/anak-anak pra

sekolah.

2.1.3 Manfaat Imunisasi

Imunisasi bermanfaat untuk merangsang system imunologi tubuh untuk

membentuk antibody spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan

penyakit (Musa, 2005). Walaupun cakupan imunisasi tidak sama dengan 100% tetapi

sudah mencapai 70% maka anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi pun akan

terlindungi oleh adanya suatu “herd immunity”.


10

a. Vaksinasi BCG

Vaksinasi BCG dinyatakan berhasil apabila terjadi tuberkulin konversi pada

tempat suntikan. Ada tidaknya tuberkulin konversi tergantung pada potensi vaksin

dan dosis yang tepat serta cara

penyuntikan yang benar. Kelebihan dosis dan suntikan yang terlalu dalam

akan menyebabkan terjadinya abses ditempat suntikan. Untuk menjaga

potensinya, vaksin BCG harus disimpan pada suhu 20 (Depkes RI, 2011)

b. Vaksinasi DPT HB

Kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus adalah dengan

pemberian vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan toksoid tetanus yang telah

dimurnikan ditambah dengan bakteri bortella pertusis yang telah dimatikan. Gejala

biasanya demam ringan dan reaksi lokal tempat penyuntikan. Bila ada reaksi yang

berlebihan seperti suhu yang terlalu tinggi, kejang, kesadaran menurun, menangis

yang berkepanjangan lebih dari 3 jam, hendaknya pemberian vaksin DPT

diganti dengan DT (Depkes RI, 2012)

c. Vaksinasi Polio

Untuk kekebalan terhadap polio diberikan 2 tetes vaksin polio oral yang

mengandung viruis polio yang mengandung virus polio tipe 1, 2 dan 3 dari Sabin

(Depkes RI, 2011).

d. Vaksinasi Campak

Vaksin yang diberikan berisi virus campak yang sudah dilemahkan dan dalam

bentuk bubuk kering atau freezeried yang harus dilarutkan dengan bahan pelarut yang
11

telah tersedia sebelum digunakan. Di negara berkembang imunisasi campak

dianjurkan diberikan lebih awal dengan maksud memberikan kekebalan sedini

mungkin, sebelum terkena infeksi virus campak secara alami.Pemberian imunisasi

lebih awal rupanya terbentur oleh adanya zat anti kebal bawaan yang berasal dari ibu

(maternal antibodi), ternyata dapat menghambat terbentuknya zat kebal campak

dalam tubuh anak, sehingga imunisasi ulangan masih diberikan 4-6 bulan kemudian

(Depkes RI, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian Ibrahim tahun 2012, menyatakan bahwa bila

imunisasi dasar dilaksanakan dengan lengkap dan teratur, maka imunisasi dapat

menguragi angka kesakitan dan kematian balita sekitar 80-95%. Pengertian teratur

dalam hal ini adalah teratur dalam mentaati jadwal dan jumlah frekuensi imunisasi,

sedangkan yang dimaksud imunisasi dasar lengkap adalah telah mendapat semua

jenis imunisasi dasar (BCG 1 kali, DPT HB 3 kali, Polio 4 kali dan Campak 1 kali)

pada waktu anak berusia kurang dari 11 bulan. Imunisasi dasar yang tidak lengkap,

maksimal hanya dapat memberikan perlindungan 25-40%. Sedangkan anak yang

sama sekali tidak diimunisasi tentu tingkat kekebalannya lebih rendah lagi.

Pemberian tetanus toksoid pada ibu hamil dapat mencegah terjadinya tetanus

neonatorum pada bayi baru lahir yang ditolong dengan tidak steril dan pemotongan

tali pusat memakai alat tidak steril. Imunisasi terhadap difteri dan pertusis dimulai

sejak umur 2-3 bulan dengan selang 4-8 minggu sebanyak 3 kali akan memberikan

perlindungan mendekati 100% sampai anak berusia 1 tahun. Imunisasi campak

diberikan 1 kali akan memberikan perlindungan seumur hidup. Imunisasi


12

poliomyelitis dapat memberikan perlindungan seumur hidup apabila telah diberikan 4

kali (Ibrahim, 2012).

Vaksin sebagai suatu produk biologis dapat memberikan efek samping yang

tidak diperkirakan sebelumnya dan tidak selalu sama reaksinya antara penerima yang

satu dengan penerima lainnya. Efek samping imunisasi yang dikenal sebagai

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau Adverse Events Following

Immunization (AEFI) adalah suatu kejadian sakit yang terjadi setelah menerima

imunisasi yang diduga berhubungan dengan imunisasi. Penyebab kejadian ikutan

pasca imunisasi terbagi atas empat macam, yaitu kesalahan program/tehnik

pelaksanaan imunisasi, induksi vaksin, faktor kebetulan dan penyebab tidak

diketahui. Gejala klinis KIPI dapat dibagi menjadi dua yaitu gejala lokal dan

sistemik. Gejala lokal seperti nyeri, kemerahan, nodelle/ pembengkakan dan indurasi

pada lokasi suntikan. Gejala sistemik antara lain panas, gejala gangguan pencernaan,

lemas, rewel dan menangis yang berkepanjangan (Depkes, 2011).

2.1.4 Jenis-jenis Imunisasi

Menurut Depkes RI (2012) imunisasi dasar yang harus diberikan pada bayi

antara lain adalah BCG, DPT-HB, Polio dan Campak.

2.1.5. Jadwal Imunisasi

a. Vaksinasi HB 0

Vaksin HB diberikan pada bayi umur 0-7 hari secara steril dan aman.
13

b. Vaksinasi BCG

Vaksinasi BCG diberikan pada bayi umur 0-12 bulan secara suntikan

intrakutan dengan dosis 0,05 ml (Depkes RI, 2012)

c. Vaksinasi DPT

Kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus adalah dengan

pemberian vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan toksoid tetanus yang telah

dimurnikan ditambah dengan bakteri bortella pertusis yang telah dimatikan, yang

diberikan pada umur bayi 2 bulan.

d. Imunisasi HB combo

Imunisasi HB diberikan pada bayi pada umur 1 sampai dengan umur 6 bulan

(Depkes RI, 2012)

e. Vaksinasi Polio

Vaksin yang diberikan melalui mulut pada bayi umur 2-12 bulan sebanyak 4

kali dengan jarak waktu pemberian 4 minggu (Depkes RI, 2012).

f. Vaksinasi Campak

Suntikan ini diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml pada anak umur

9-12 bulan (Depkes RI, 2012).


14

Tabel Jenis Vaksin Menurut Umur Bayi

Umur Vaksin Keterangan

Hepatitis HB harus diberikan pada bayi usia 0-7 hari

HB 0 secara

steril dan aman agar tidak terjadi kekurangan

HB

pada setiap bulannya. Seluruh bayi yang

diimunisasi tercatat dengan benar dan tepat

Saat lahir waktu

HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam

setelah

lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan.

Hepatitis Apabila

B-1 status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12

jam

setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan

dengan vaksin HB-1. Apabila semula status

HbsAg

ibu tidak diketahui dan ternyata dalam

perjalanan

selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif

maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml


15

sebelum

bayi berumur 7 hari.

Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama.

Polio-0 Untuk

bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan

saat

bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi

virus vaksin kepada bayi lain)

1 bulan Hepatitis Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval

B-2 HB-1

dan HB-2 adalah 1 bulan.

0-2 bulan BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG

akan diberikan pada umur > 3 bulan sebaiknya

dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan

BCG

diberikan apabila uji tuberkulin negative.

2 bulan DTP-HB diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat

(combo) dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1

diberikan

secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)

DTP-2 DPT-2 (DTwp-DTap) dapat diberikan secara

terpisah atau dikombinasakan dengan Hib-2


16

4 bulan (PRP-T)

Hib-2 Hib-2 dapat diberikan terpisah atau

dikombinasikan

dengan DTP-2

Polio-2 Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2

DTP-3 DTP-3 dapat diberikan terpisah atau

dikombinasikan dengan Hib-3 (PRP-T).

Hib-3 Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3

6 bulan pada

umur 6 bulan tidak perlu diberikan.

Polio-3 Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3

Hepatitis HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk

B-3 mendapatkan

respons imun optimal, interval HB-2 dan HB-3

minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.

Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan,

campak-2

9 bulan Campak merupakan program BIAS pada SD kelas 1,

umur 6

tahun. Apabila telah mendapatkan MMR pada

umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu


17

diberikan.

2.1.6 Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Imunisasi

Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2012) terdapat teori yang mengungkapkan

determinan perilaku berdasarkan analisis dari faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku khususnya perilaku kesehatan. Diantara teori tersebut adalah teori Lawrence

Green (2012), yang menyatakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh beberapa

faktor yaitu :

1. Tingkat Pendidikan Ibu Bayi

Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan,sikap, dan

bentuk-bentuk tingkah laku manusia di dalam masyarakattempat ia hidup, proses

sosial, yakni orang dihadapkan pada pengaruhlingkungan yang terpilih dan terkontrol

(khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau

mengalami perkembangankemampuan sosial, dan kemampuan individu yang optimal

(Achmad Munib, dkk, 2012).

Wanita sangat berperan dalam pendidikan di dalam rumah tangga.Mereka

menanamkan kebiasaan dan menjadi panutan bagi generasi yangakan datang tentang

perlakuan terhadap lingkungannya. Dengandemikian, wanita ikut menentukan

kualitas lingkungan hidup ini. Untuk

dapat melaksanakan pendidikan ini dengan baik, para wanita juga perluberpendidikan

baik formal maupun tidak formal. Akan tetapi padakenyataan taraf, pendidikan

wanita masih jauh lebih rendah daripadakaum pria. Seseorang ibu dapat memelihara
18

dan mendidik anaknyadengan baik apabila ia sendiri berpendidikan (Juli Soemirat

Slamet,2011)

2. Tingkat Pengetahuan Ibu Bayi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (over behavior). Sebelum orang mengadopsi perilaku baru

(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

awareness (kesadaran), interest (tertarik), evaluation (menimbang-nimbang baik dan

tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Trial (orang telah mulai mencoba prilaku

baru), adoption (subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus) (Soekidjo Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

Seseorang ibu akan mengimunisasikan anaknya setelah melihat anak tetangganya

kena penyakit polio sehingga cacat karena anak tersebut belum pernah memperoleh

imunisasi polio.

3. Status Pekerjaan Ibu Bayi


19

Pekerjaan menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah mata pencaharian,

apa yang dijadikan pokok kehidupan, sesuatu yang dilakukan untuk mendapatkan

nafkah (Pandji Anoraga, 2012)

Ibu yang bekerja mempunyai waktu kerja sama seperti dengan pekerja

lainnya. Adapun waktu kerja bagi pekerja yang dikerjakan yaitu waktu siang 7 jam

satu hari dan 40 jam satu minggu untuk 6 hari kerja dalam satu minggu, atau dengan

8 jam satu hari dan 40 jam satu minggu untuk 5 hari kerja dalam satu minggu.

Sedangkan waktu malam hari yaitu 6 jam satu hari dan 35 jam satu minggu untuk 6

hari kerja dalam 1 minggu (Pandji Anoraga, 2012). Bertambah luasnya lapangan

kerja, semakin mendorong banyaknya kaum wanita yang bekerja, terutama di sektor

swasta. Di satu sisi berdampak positif bagi pertambahan pendapatan, namun di sisi

lain berdampak negatif terhadap pembinaan dan pemeliharaan anak (Panji Anoraga,

2011).

Hubungan antara pekerjaan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar bayi

adalah jika ibu bekerja untuk mencari nafkah maka akan berkurang kesempatan

waktu dan perhatian untuk membawa bayinya ke tempat pelayanan imunisasi,

sehingga akan mengakibatkan bayinya tidak

mendapatkan pelayanan imunisasi.

4. Sikap

Ibu merupakan salah satu anggota keluarga yang sangat berpengaruh sehingga

perubahan
20

apapun yang terjadi pada bayi akan mempengaruhi keluarga. Sikap merupakan

kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek dilingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap obyek. Sikap ibu terhadap pemberian imunisasi pada bayi

sangat dipengaruhi oleh pengetahuan ibu (Notoadmodjo, 2012).

2.2. Kerangka Konsep

Independent Dependent

Tingkat
Pendidikan

Tingkat
Pengetahuan
Status Imunisasi

Status Pekerjaan

Sikap
21

2.3 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kelengkapan pemberian

imunisasi dasar pada bayi di Wilayah Kerja Posyandu Lieue kabupaten Aceh

Besar

2. Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kelengkapan pemberian

imunisasi dasar pada bayi di Wilayah Kerja Posyandu Lieue kabupaten Aceh

Besar

3. Ada hubungan status pekerjaan ibu dengan kelengkapan pemberian imunisasi

dasar pada bayi di Wilayah Kerja Posyandu Lieue kabupaten Aceh Besar

4. Ada hubungan sikap ibu dengan kelengkapan pemberian imunisasi dasar pada

bayi di Wilayah Kerja Posyandu Lieue kabupaten Aceh Besar


22

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitan ini adalah deskriptif analitik
dengan pendekatan case control. Deskriptif adalah suatu metode yang berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data
atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

3.2 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Desa Lieue, Kabupaten Aceh Besar pada tanggal08
Mei 2018

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut
masalah yang diteliti (Nursalam,2012). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu yang memiliki bayi yang berjumlah 50 orang di
Desa Lieue, Kabupaten Aceh Besar.

3.3.2 Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili
sebuah populasi (Nursalam, 2012). Pada penelitian ini jumlah sampel
30 orang di Desa Lieue, Kabupaten Aceh Besar.
23

3.4 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur
1. Status Terjadi Memeriksakan Checklist a. Imunisasi Ordinal
Imunisasi tidaknya buku KMS b. Tidak
pemberian bayi imunisasi
imunisasi pada
bayi
2. Tingkat Pendidikan Menyebarkan Kuisioner a. Tidak Ordinal
Pendidikan terakhir ibu kuisioner sekolah
Ibu b. Dasar :
tamat SD
atau SMP
c. Menengah :
tamat SMA
d. Tinggi :
tamat
perguruan
tinggi

3. Tingkat Kemampuan Menyebarkan Kuisioner a. Kurang : Ordinal


Pengetahuan menjawab kuisioner persentase
Ibu dengan benar ,56 %
setiap item b. Cukup :
pertanyaan Persentase
dari kuisioner 56-75 %
24

mengenai c. Baik :
imunisasi Persentase
>75 %

4. Status Status Menyebarkan Kuisioner a. Bekerja Ordinal


Pekerjaan pekerjaan ibu kuisioner b. Tidak
Ibu bayi Bekerja
5. Sikap Ibu Sikap ibu Menyebarkan Kuisioner a. Setuju Ordinal
terhadap kuisioner b. Tidak
pemberian Setuju
imunisasi
terhadap
anaknya
25
26
27
28
29
30
31
32
33

3.5 Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner
dan keterampilan dinilai dari lembar Cheek List.

3.6 Pengolahan Data dan Analisa Data

3.7.1 Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010) data dilakukan dengan memamakai teknik


manual , pelaksanaan nya dilakukan sebagai berikut :

a. Editing
Pada tahap ini peneliti melakukan koreksi data untuk melihat kebenaran
pengisian dan kelengkapan jawaban kuisioner dan responden. Hal ini dilakukan
ditempat pengumpulan data sehingga bila ada kekurangan segera akan dapat
dilengkapi.

b. Coding
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka atau bilangan. Kegunaan dari coding adalah untuk mempermudah
pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data.

c. Saving
Saving merupakan proses penyimpanan data sebelum data diolah atau
dianalisis.
34

d. Tabulating
Tabulating merupakan proses menyusun data dalam bentuk tabel, selanjutnya
diolah mengggunakan bantuan computer.

e. Cleaning
Cleaning merupakan pengetikan kembali data yang sudah dientry untuk
mengetahui ada kesalahan atau tidak

3.7.2 Analisa Data

3.7.2.1 Analisa Univariat


Analisa univariat dilakukan pada suatu variabel dari hasil penelitian, yang
bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel
penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan
presentase dari tiap variabel yang diteliti (Notoatmojo, 2010).

fi
P= x 100
n

Keterangan :

P = Presentase

fI = Prekuensi teramati

n = Jumlah responden
35

3.7.2.2 Analisa Bivariat

Analisa data untuk mengetahui fakto-faktor yang mempengaruhi kelengkapan


pemberian imunisasi pada bayi dalam penelitian ini menggunakan uji Chi- Square
untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan p
value < 0,05 maka Ha diterima yang bermakna ada hubungan antara pendidikan,
pengetahuan, status pekerjaan ibu, dan sikap ibu dengan kelengkapan pemberian
imunisasi pada bayi. Tetapi jika p value > 0,05 maka hasilnya tidak bermakna yang
berarti Ho diterima atau tidak ada hubungan antara pendidikan, pengetahuan,status
pekerjaan ibu, dan sikap ibu terhadap kelengkapan pemberian imunisasi pada bayi.
36

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2012. Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta: Depkes RI


Departemen Kesehatan RI. Profil kesehatan indonesia 2012. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI; 2012..
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Status
kesehatan masyarakat berbasis gender: fakta dari hasil survei kesehatan
nasional. Jakarta: Depkes RI; 2012.
Jadwal imunisasi 2013 rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) periode

2013

Anda mungkin juga menyukai