Pada dasarnya setiap manusia harus terbuka, jujur, religius, persaudaraan, mengutamakan
kebersamaan, dan solidaritas sosial. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri banyak suku
dan latar belakang yang berbeda. Hal tersebut menjadi identitas serta bangsa yang unik. Untuk
menjaga identitas tersebut diperlukan karakter yang tetap menjaga persatuan, menjaga nama baik
suku, bangsa dan negara tanpa membeda-bedakan dan mampu hidup rukun bersama-sama.
Banyak sekali karakter positif yang dapat diamalkan dari nilai-nilai Pancasila. Sayangnya
pada kenyataannya tidak semua masyarakat mengamalkan nilai-nilai positif tersebut. Faktanya
masyarakat Indonesia masih banyak yang mempercayai hal-hal mistis. Meskipun setiap warga
negara diwajibkan memeluk satu agama, banyak warga yang munafik. Peristiwa munafik ini
ditunjukkan dengan seseorang yang beribadah hanya agar dicap baik oleh masyarakat tanpa niat
baik untuk beribadah. Sifat masyarakat Indonesia yang dikenal buruk bagi bangsa lain adalah
jorok, minim literasi, malas belajar, hipokrit, tidak bertanggung jawab atas perbuatannya, dan
berjiwa feodal.
Melihat banyak sekali watak manusia yang bertolak belakang dengan nilai-nilai
Pancasila, diperlukan kesadaran diri yang lebih mendalam untuk mengamalkan nilai-nilai positif
dalam kehidupan..
B. Kemanusiaan
Masalah terbesar yang dihadapi oleh Indonesia dalam bidang kemanusiaan adalah
maraknya kemiskinan di Indonesia yang perlu ditangani lebih lanjut. Karakter yang
dimiliki masyarakat Indonesia dapat berpengaruh baik dan buruk dalam bidang
kemanusiaan. Akibat tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia, masyarakat dapat
menjadi relawan kemanusiaan seperti memberikan bantuan pangan, mengumpulkan
sejumlah uang untuk didonasikan bagi yang membutuhkan, atau dengan membantu
meningkatkan pendidikan Indonesia dengan membagi ilmu bagi masyarakat yang kurang
mendapatkan akses pendidikan.
C. Nasionalisme
Keberagaman suku, ras, dan agama di indonesia adalah salah satu faktor yang
membuat pemahaman-pemahaman setiap kelompok berbeda-beda dan tidak semua
kelompok tersebut dapat berpedoman pada Bhinneka Tunggal Ika. Sehingga banyak
kelompok yang masih individualis, berpegang pada prinsipnya masing-masing dan tidak
melihat pancasila sebagai pandangan hidup bangsa ini. Dengan demikian, salah satu
faktor akar permasalahan dari nasionalisme atau persatuan Indonesia dari segi sikap cinta
tanah air dan cinta bangsa ini perlahan akan hilang. Dan sikap berpedoman dan
menjadikan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa akan pudar dengan adanya
kelompok-kelompok tersebut.
D. Demokrasi
- Suka Hal Bersifat Mistis: Kecenderungan untuk mempercayai hal-hal yang bersifat mistis
dapat menghambat pemahaman rasional terhadap demokrasi. Hal ini dapat menyebabkan
keputusan-keputusan yang diambil menjadi tidak objektif dan berdasarkan hal-hal yang
tidak berdasarkan fakta (mistik).
- Munafik: Ketidak Jujuran dan ketidak transparan dalam kehidupan politik dalam
pemerintahan dan kemasyarakatan sering kali merusak kepercayaan publik terhadap
proses demokrasi. Hal ini menyebabkan timbulnya rasa curiga dan ketidakpercayaan
terhadap demokrasi dan hasil dari demokrasi tersebut.
- Minim Literasi: Rendahnya tingkat literasi politik dan kurangnya pemahaman akan
konsep-konsep demokrasi dapat menghambat partisipasi aktif masyarakat dalam proses
politik. Hal ini membuat masyarakat yang minim literasi menjadi tidak memiliki
pendirian terhadap apa yang ia pegang, dan mudah terpengaruh oleh oknum-oknum lain.
- Kurangnya Kesadaran akan Nilai-Nilai Demokrasi Pancasila: Meskipun Pancasila secara
resmi dijadikan dasar negara, pemahaman dan pengamalan nilai-nilai demokrasi
Pancasila masih belum merata di seluruh lapisan masyarakat. Kurangnya kesadaran akan
pentingnya prinsip-prinsip demokrasi seperti keadilan, kebersamaan, dan kebebasan
dapat menghambat perkembangan demokrasi.
E. Keadilan
- Kesenjangan Ekonomi: Masalah ini termasuk kesenjangan pendapatan antara kaya dan
miskin, serta antara perkotaan dan pedesaan. Banyak orang di Indonesia masih hidup
dalam kemiskinan ekstrem sementara sebagian kecil menikmati kekayaan yang luar
biasa.
- Akses Terhadap Pendidikan dan Kesehatan: Masih ada kesenjangan dalam akses terhadap
pendidikan dan layanan kesehatan, terutama antara daerah perkotaan dan pedesaan serta
antara kelompok sosial ekonomi yang berbeda.
- Ketidakadilan Sistem Hukum: Beberapa masalah meliputi lambatnya proses peradilan,
diskriminasi dalam penegakan hukum, dan ketidaksetaraan akses terhadap sistem
peradilan.
- Perlakuan Tidak Adil terhadap -Kelompok Minoritas: Terjadi perlakuan tidak adil
terhadap kelompok minoritas seperti perempuan, anak-anak, dan kaum disabilitas dalam
berbagai aspek kehidupan.
(https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/01/11/mayoritas-guru-di-indonesia-gene
rasi-milenial) Yang mungkin belum bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi dan
perubahan kurikulum yang begitu cepat. Dan biasanya guru dengan usia tersebutlah yang
memiliki pengalaman dan ilmu yang lebih dibandingkan mayoritas guru di Indonesia
yaitu milenial yang lebih mudah untuk beralih menuju teknologi yang lebih maju.
- Ketergantungan pada teknologi
Teknologi canggih bisa dibilang sangat menguntungkan, namun terlalu sering
mengandalkan teknologi dapat memunculkan sifat ketergantungan. Ketergantungan pada
teknologi dapat memberikan dampak negatif tak hanya pada pelajar melainkan pada
pengajar juga. Sifat ketergantungan ini dapat mempengaruhi keterampilan dan juga
kemandirian dalam melaksanakan tugas-tugas dan juga masalah-masalah dalam dunia
nyata. Terbukti bahwa orang cenderung mengandalkan informasi online secara berlebihan
tanpa mengembangkan keterampilan kritis untuk mengevaluasi informasi tersebut. Selain
itu terlalu bergantung pada teknologi dalam pembelajaran dapat menghambat
perkembangan kreativitas, karena cenderung mengandalkan alat-alat teknologi untuk
memecahkan masalah.
https://kumparan.com/belinda-adriel/kreativitas-mahasiswa-menurun-akibat-digitalisasi-k
ok-bisa-1xKLGPjfh79
https://conferences.uinsgd.ac.id/index.php/gdcs/article/download/1299/884/1916