Nama
Nama
NIM : 010002112007
Bab 1
1. Latar belakang dan landasan penyelenggaraan pendidikan kadeham di Universitas
Trisakti berkaitan dengan upaya pengembangan diri seseorang pada aspek kehidupannya
meliputi pandangan, sikap dan keterampilan hidup. Upaya penyelenggaraan pendidikan
kadeham di Universitas Trisakti dilakukan dalam bentuk formal dalam sistem perkuliahan
dengan serangkaian kegiatan yang dirancang secara sistematis dan dirumuskan dalam
suatu kurikulum tertentu disertai persyaratan yang ketat dalam proses
penyelenggaraannya, dengan ini mahasiswa Universitas Trisakti sebagai warga negara
dapat memahami fungsi pemerintahan yang demokratis sesuai dengan konstitusi (UUD
1945) dan memahami konsep operasional secara bebas. Pendidikan kadeham diperlukan
untuk menyangga, memelihara dan melestarikan rasa cinta tanah air, wawasan demokrasi,
dan menjunjung tinggi HAM, di lingkup Universitas Trisakti pendidikan kadeham
berlandaskan hukum dan konseptual yang memiliki signifikan mendasar :
a) Sebagai sarana untuk menanamkan rasa cinta tanah air, nilai kebangsaan,
demokrasi, dan Hak Asasi Manusia. Hal ini mengingat Universitas Trisakti
menyandang predikat sebagai Kampus Pahlawan Reformasi, sehingga
penyelenggaraan pendidikan Kadeham sebagai "jiwa" bagi sivitas akademika
Universitas Trisakti.
b) Pendidikan Kadeham merupakan karakteristik Universitas Trisakti. Sebagaimana
diketahui bahwa sejak didirikan Universitas Trisakti belum memiliki ciri khas
yang bisa dijadikan kebanggaan bagi sivitas akademika, sehingga dengan
diselenggarakannya Pendidikan Kadeham, maka Universitas Trisakti secara
formal telah memiliki karakteristik tersendiri sebagai salah satu Perguruan Tinggi
Nasional yang terkemuka.
c) Pendidikan Kadeham merupakan realisasi konkret dari sifat multikultural yang
dimiliki oleh sivitas akademika Universitas Trisakti, yang terdiri atas berbagai
latar belakang suku, agama, ras, golongan dan sebagainya, sehingga nilai
persatuan dan kesatuan bangsa dapat terus ditumbuhkembangkan dalam suasana
kampus penuh rasa toleransi dan demokratis.
3. Relevansi pendidikan kadeham dengan dengan Visi Indonesia 2030 atau Visi 2030 yang
diprakarsai oleh Yayasan Indonesia Forum (YIF) yang menetapkan dan sekaligus
menentukan empat target pencapaian utamanya, yaitu:
a) Pada tahun 2030, dengan jumlah penduduk sekitar 285 juta jiwa, Product
Domestic Bruto (PDB) Indonesia akan mencapai US$ 5,1 triliun atau bila kita
hitung dengan formulasi pendapatan perkapita mencapai US$ 18.000 per tahun
(Rp 13.500.000 per bulan). Dengan pencapaian tersebut Indonesia diperkirakan
akan berada pada posisi kelima ekonomis terbesar setelah China, India, Amerika
Serikat, dan Uni Eropa;
b) Terciptanya pengelolaan kekayaan alam yang berkelanjutan;
c) Terwujudnya kualitas hidup modern dan merata;
d) Mengantarkan sedikitnya 30 perusahaan Indonesia masuk dalam daftar "Fortune
500 Companies". penyelenggaraan negara.
Adapun indikator keberhasilan ketetapan tersebut berdasarkan TAP MPR No
VII/MPR 2001 antara lain:
a) Penghormatan terhadap kemanusiaan;
b) Meningkatkan semangat persatuan dan kerukunan bangsa, toleransi, kepedulian,
dan tanggung jawab sosial;
c) Berkembangnya budaya dan perilaku sportif serta menghargai dan menerima
perbedaan dalam kemajemukan;
d) Menguatnya partisipasi politik sebagai perwujudan kedaulatan rakyat dan kontrol
sosial masyarakat;
e) Berkembangnya organisasi sosial, organisasi kemasyarakatan, dan organisasi
politik yang bersifat terbuka;
f) Meningkatnya kualitas sumber daya manusia sehingga mampu bekerja sama dan
bersaing dalam era global;
g) Memiliki kemampuan dan ketangguhan dalam menyelenggarakan kehidupan
berbangsa dan bernegara di tengah pergaulan antarbangsa agar sejajar dengan
bangsa-bangsa lain;
h) Terwujudnya penyelenggaraan negara yang profesional, transparan, akuntabel,
memiliki kredibilitas, serta bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme.
Salah satu indikator keberhasilan lainnya dituangkan dalam UU Nomor : 20/2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional melalui Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian, khususnya Pendidikan Kewarganegaraan yang bertujuan membentuk
peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Rasa kebangsaan diperlukan untuk:
a) Menyatukan tekad menjadi bangsa yang kuat, dihormati, dan disegani oleh bangsa
lain; dan
b) Mempererat persatuan dan kesatuan, baik dalam arti spirit maupun geografi
sehingga dapat meniadakan frontier.
Situasi yang yang didambakan adalah terwujudnya Visi Indonesia 2030 yang berlandaskan
pada nilai-nilai kebangsaan, demokrasi, dan HAM.
5. Visi Pendidikan Kadeham yaitu menjadi sumber nilai dan pedoman penyelenggaraan
program studi dalam mengantarkan peserta didik mengembangkan kepribadiannya selaku
warga negara yang berperan aktif menegakkan demokrasi menuju masyarakat yang
berkeadaban (civil society). Misi Pendidikan Kadeham yaitu membantu peserta didik
selaku warga negara agar mampu mewujudkan nilai-nilai dasar perjuangan bangsa
Indonesia serta kesadaran berbangsa, bernegara dalam menerapkan ilmunya secara
bertanggung jawab terhadap kemanusiaan. kompetensi Pendidikan Kadeham bertujuan
untuk menguasai kemampuan berpikir, bersikap rasional, dan dinamis, berpandangan luas
sebagai manusia intelektual, serta mengantarkan peserta didik selaku warga negara yang
memiliki sebagai berikut:
a) Wawasan kesadaran bernegara untuk membela negara dan bangsa dengan perilaku
cinta tanah air;
b) Wawasan kebangsaan kesadaran berbangsa demi ketahanan nasional
c) Pola pikir, sikap yang komprehensif integral pada seluruh aspek kehidupan nasional.
Sedangkan secara khusus Pendidikan Kadeham bertujuan, sebagai :
a) membentuk kecakapan partisipatif yang bermutu dan bertanggung jawab dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara baik di tingkat lokal, nasional, regional maupun
global;
b) memberdayakan warga masyarakat yang baik dan mampu menjaga persatuan dan
integritas bangsa guna mewujudkan Indonesia yang kuat, sejahtera, dan demokratis
serta menegakkan etika kemajemukan;
c) menghasilkan peserta didik yang berpikir komprehensif, analitis, kritis, serta bangga
terhadap bangsa dan negara, bertindak demokratis, dan menjunjung tinggi nilai-nilai
HAM dengan berpegang teguh pada ideologi Pancasila dan UUD 1945;
d) mengembangkan budaya dan perilaku demokratis, yaitu kebebasan, persamaan,
kemerdekaan, toleransi, kemampuan mengendalikan diri, kemampuan melakukan
dialog, negosiasi, mampu mengambil keputusan secara tepat dan bijak, kemampuan
menyelesaikan konflik serta berpartisipasi aktif dalam kegiatan penyelenggaraan
negara;
e) mampu membentuk peserta didik menjadi good and responsible citizen (warganegara
yang baik dan bertanggung jawab) melalui penanaman moral dan keterampilan sosial
(social skills), sehingga kelak mereka mampu memahami dan memecahkan persoalan-
persoalan aktual yang dihadapi oleh bangsa dan negara Indonesia, seperti bangga
sebagai bangsa Indonesia, memiliki wawasan kebangsaan yang memadai, bersikap
toleransi, menghargai perbedaan pendapat, bersikap empati, menghargai pluralitas,
kesadaran hukum dan tertib sosial, menjunjung tinggi HAM, mengembangkan
demokratisasi dalam berbagai kehidupan sosial dan menghargai kearifan lingkungan.
6. Kompetensi merupakan kemampuan dan kecakapan yang terukur setelah peserta didik
mengikuti proses pembelajaran secara keseluruhan yang meliputi kemampuan akademik,
sikap dan keterampilan yang diartikulasikan untuk mengadakan pembelajaran (transfer of
learning), pengalihan nilai (transfer of values), dan pengalihan prinsip-prinsip (transfer
of principles) kebangsaan, demokrasi dan HAM. Kompetensi pendidikan kadeham yang
wajib dikuasai mahasiswa adalah agar mampu berpikir secara rasional, bersikap dewasa
dan dinamis, berpandangan luas dan bersikap demokratis sebagai warga negara Indonesia
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta memiliki daya saing dan
berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan Pancasila.
Pendidikan kahedam seiring berkembangnya zaman masih relevam untuk proses
pembangunan karakter bangsa (nation and character building) karena kemampuan
memberdayakan, membangun dan menata masyarakat Indonesia di masa depan yang
menjadi dambaan bersama merupakan tuntutan dasar Pendidikan kahedam.
8. Landasan hukum penyelenggaraan pendidikan kadeham diatur dalam bentuk bela negara
sesuai dengan Pasal 27 Ayat (3) dan Pasal 30 Ayat (1) UUD 1945 dan lainnya seperti :
a) Pendidikan Kewiraan berdasarkan SK Bersama Menteri Pertahanan dan Keamanan,
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1973
b) UU No. 20/1982 tentang Pokok-Pokok Penyelenggaraan Pertahanan Negara
menentukan Pendidikan Kewiraan adalah Pendidikan Pendahuluan Bela Negara
(PPBN).
c) UU No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
d) Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (SK Dirjen Dikti) 1993
e) Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 1994 6) Keputusan Dirjen Dikti
Nomor: 19/1997.
f) SK Dirjen Dikti Nomor: 151/2000 menyatakan bahwa Pendidikan Kewiraan
bermuatan Pendidikan Kewarganegaraan termasuk Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian (MPK)
g) SK Dirjen Dikti Nomor: 267/2000 9) SK Dirjen Dikti Nomor: 232/2000 tentang
Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar
Mahasiswa
h) Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor: 38/DIKTI/Kep/2002 tentang Rambu-Rambu
Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi
i) Undang-Undang Nomor: 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
j) Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departeman Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor: 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu
Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi.
10. Signifikansi pendidikan kadeham bagi masyarakat, bangsa dan negara yaitu agar
kemampuan manusia di Indonesia menjadi profesional dan berkualitas moral kebangsaan
yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku cinta tanah air dan yakin akan perjuangan
menuju cita-cita nasional (dwi warna purwa, cendekia wasana) karena dengan adanya
Pendidikan kadeham mampu melakukan perkembangan masyarakat dalam aspek
kehidupannya, seperti memahami dasar tentang cara kerja demokrasi dan lembaga-
lembaganya, memahami rule of law, HAM dan perjanjian-perjanjian internasional
maupun lokal, menguatkan keterampilan untuk memecahkan suatu permasalahan serta
mengembangkam budaya demokrasi dan perdamaian pada lembaga pendidikan dan
seluruh aspek kehidupan masyarakat
Bab 2
1. Nasionalisme merupakan landasan ideologis bagi bangsa Indonesia, yang merupakan
sebuah cita-cita bangsa. Nasionalisme penting untuk membangun suatu bangsa karena
nasionalisme suatu bangsa mengandung unsur-unsur bahasa, ras, etnik, agama,
peradaban, wilayah, negara dan kewarganegaraan yang dapat membentuk dan membantu
mempercepat proses evolusi nasionalisme suatu bangsa ke arah pembentukan negara
nasional
2. Patriotisme adalah ajaran tentang berjiwa dan bersemangat patriot yang mencintai tanah
airnya. Sikap patriotisme perlu diterapkan karena mengandung keyakinan nilai-nilai dan
cita-cita suatu bangsa sebab patriotisme berkaitan atas negara yang menjalankan
kekuasaannya berdasarkan kedaulatan rakyat
3. Konsep nasionalisme bangsa Indonesia bersifat anti penjajahan, anti kolonialisme dan
imperialisme. Perkembangan konsep nasionalisme lahir untuk menghilangkan
diskriminasi dengan karakteristik :
a) bersifat sosialistis yang bercita-cita mewujudkan masyarakat adil, sejahtera dan
makmur,
b) bersifat demokratis untuk mewujudkan hubungan masyarakat yang seimbang dan
serasi,
c) bersifat politis untuk mewujudkan negara kesatuan, merdeka dan berdaulat.
Dinamika nasionalisme di Indonesia ada beberapa tahap :
a) periode 1945-1950 (tahap transitif) muncul berbagai perbedaan pandangan-pandangan
berbagai kelompok masyarakat
b) periode 1950-1960 (fase destruktif) muncul pertentangan di masyarakat yang bersifat
ideologis
c) periode 1960-1965 (fase agresif) sangat agresif terhadap perbedaan pendapat
d) periode 1965-1978-an (periode integratif) saat ini persatuan dan kesatuan bangsa
menjadi kokoh kembali
e) tahun 1990-an, didominasi oleh perkembangan teknologi informasi yang melahirkan
kecenderungan terjadinya globalisasi seperti timbulnya informasi yang sangat cepat
namun kecenderungan informasi yang berlebihan dan bersifat sementara,
melimpahnya informasi yang didapatkan membawa kontradiksi informasi dan
meningkatkan kecepatan perubahan yang pada gilirannya akan melecehkan kekuasaan
di segala aspek kehidupan, muncul dan berkembangnya sikap pesimisme dengan
meningkatnya kejahatan dan lainnya, pengaruh budaya asing yang semakin besar di
Indonesia. Oleh karena itu perlunya penyesuaian dengan Visi Indonesia 2030,
Indonesia perlu mengembangkan nasionalisme baru dengan formulasi :
1) Cita-cita persatuan dan kesatuan bangsa yang lebih menekankan kembali pada
pola pikir yang mendahulukan penciptaan kesejahteraan dan keadilan
masyarakat,
2) Budaya individualisme, hedonisme, konsumerisme, harus diganti dengan cita-
cita kemasyarakatan, kebersamaan, toleransi, dan integrasi sosial;
3) Orientasi yang cenderung elitis dan kekuasaan diganti orientasi massa dan
pemberdayaan sosial;
4) Cara melihat ideologi sebagai tertutup, sempit, dan sakral diubah menjadi
ideologi terbuka dan rasional;
5) Kesadaran untuk mengembangkan rasa percaya diri, keberanian, patriotisme,
dan tanggung jawab untuk menjaga martabat bangsa.
4. Konsep nasionalisme dilihat dari sudut pandang agama, etnis, politik, sosial, ekonomi dan
ideologi yang berarti suatu pengelompokan masyarakat, disebut juga sebagai bangsa
dengan suatu solidaritas besar yang terbentuk karena adanya golongan warga masyarakat
yang beraneka ragam dan sulit dirumuskan secara baku, konsep tersebut bertujuan
meningkatkan degree kebangsaan dilakukan dengan cara meningkatkan kesadaran,
kesetiaan dan kemauan dan melengkapi dengan menyatukan unsur-unsur agama, etnis,
politik, sosial, ekonomi dan ideologi
8. Identitas bangsa erat kaitannya dengan pengertian dari suatu bangsa itu sendiri, yang
dikenal sebagai istilah kebangsaan atau nasionalisme. Identitas bangsa sangat penting
bagi bangsa Indonesia karena tujuannya adalah menegakkan bhineka tunggal ika (unity in
diversity) suatu solidaritas yang didasarkan pada kesantunan. Hal ini dapat diartikan juga
sebagai suatu sistem politik yang berdasarkan kekuasaan bersama (demokrasi) dilandasi
oleh tertib hukum, kepedulian kesejahteraan umum, dan keseimbangan antara hak pribadi
dan kepentingan umum menetapkan dasar keanggotaan dalam suatu komunitas negara
karena suatu identitas bersama menetapkan dasar keanggotaan di dalam suatu negara.
9. Hubungan integrasi bangsa dengan integrasi politik yaitu pada saat integrasi bangsa
menggabungkan unsur-unsur yang berbeda menjadi suatu kesatuan yang utuh maka saat
itu integrasi politik melakukan penjumlahan etnis (suku bangsa) di Indonesia, integrasi
bangsa selalu memerlukan integrasi politik untuk mengatur masyarakat agar tunduk dan
patuh pada kebijakan negara serta meningkatkan konsensus normatif mengatur tingkah
laku dalam bermasyarakat demi mencapai identitas suatu bangsa
Bab 3
1. Setiap negara yang menyatakan bahwa berdemokrasi biasanya hanya pernyataan
emosional semata karena demokrasi di era globalisasi dianggap sebagai norma global
dunia atau sebagai eksistensi suatu negara, karena jika suatu negara menyatakan telah
berdemokrasi artinya negara tersebut telah menggunakan sebuah konsep formulasi yang
ideal dan dapat digunakan sebagai standar untuk menilai eksistensi negara di era
globalisasi ini.
2. Konsep demokrasi adalah bahwa masyarakat mayoritas senantiasa dituntut untuk bersikap
dan berperilaku menghargai eksistensi masyarakat minoritas, karena bagaimanapun
mereka adalah bagian dari rakyat secara keseluruhan dan tidak dapat diperlakukan secara
diskriminatif atau tidak adil. Demokrasi dipandang berlaku secara universal karena
adanya beberapa partai politik, pengakuan hak minoritas, adanya pembagian kekuasaan
(trias politica), pemerintahan berdasarkan hukum, kedaulatan berada di tangan rakyat,
dan lain-lain.
3. Delapan prinsip demokrasi :
a) Partisipasi, merupakan elemen krusial pemberdayaan politik untuk menjalankan dan
menentukan proses politik
b) Inklusivitas, pandangan dan penempatan individu secara politik tanpa
mempertimbangkan perbedaan latar belakang ras, etnis, kelas, gender, agama, bahasa
maupun identitas lainnya
c) Perwakilan (Representation), tersedianya perangkat perwakilan jika
mempertimbangkan waktu dan ruang partisipasi langsung secara absolut dalam proses
politik dan kekuasaan (pemerintahan)
d) Transparansi (transparency) masyarakat sebagai basis otorisasi institusi politik,
dimana politik mendapatkan legitimasi dari masyarakat dan memiliki konsekuensi
yang jelas
e) Akuntabilitas, terjadi apabila institusi-institusi negara (publik) transparan
f) Responsiveness (kecepatan merespon), demokrasi yang memungkinkan kelompok
masyarakat mendapat akses langsung kepada lembaga-lembaga politik publik
g) Kompetensi/otorisasi, adanya proses pemilu secara bebas dan adil dalam proses
kompetitif
h) Solidaritas, dukungan dan niat komunitas kepada rezim demokrasi secara personal,
publik dan komunitas internasional.
Prinsip-prinsip demokrasi ini sangat penting karena sebagai pembagian kekuasaan tiga
lembaga negara agar kedudukannya sejajar satu sama lain untuk saling mengawasi dan saling
mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.
7. Sistem Distrik, adalah sistem pemilihan yang paling tua dan didasarkan atas geografis,
setiap geografis memiliki satu wakil dalam parlemen. Oleh karena itu, negara membagi
sejumlah distrik pemilihan yang diperkirakan sama dengan jumlah penduduknya. Karena
satu distrik hanya berhak atas satu wakil, maka calon yang memperoleh suara terbanyak
dalam distriknya menang (the first past the post)
Keuntungan sistem distrik :
a) Karena kecilnya distrik, wakil yang terpilih dapat dikenal penduduk distrik sehingga
memiliki hubungan yang erat dengan penduduk distrik, lebih memperjuangkan
kepentingan distrik dan kedudukan partainya akan lebih independen.
b) Mendorong ke arah integrasi partai-partai politik karena kursi yang diperebutkan
dalam setiap distrik hanya satu
c) Kecenderungan membentuk partai baru dapat diminimalisir
d) Memudahkan suatu partai untuk mencapai kedudukan mayoritas dalam parlemen,
sehingga tidak ada koalisi dengan partai lain, hal ini mendukung stabilitas nasional
e) Sistem yang sederhana dan mudah untuk diselenggarakan
Kelemahan sistem distrik :
a) Kurang memperhitungkan partai-partai kecil dan golongan minoritas
b) Kurang representatif, karena jika calon dari suatu partai kalah di distrik, maka akan
kehilangan suara-suara yang mendukungnya
c) Kemungkinan seorang wakil yang terpilih cenderung memperhatikan kepentingan distrik
dan warganya dari pada kepentingan nasional
d) Kurang efektif untuk negara yang masyarakatnya heterogen karena terbagi dalam
kelompok etnis, agama, dan ideologi
Sistem Proporsional, sistem yang memiliki gagasan bahwa jumlah kursi yang diperoleh
suatu partai adalah sesuai dengan jumlah suara yang diperoleh dari masyarakat, artinya setiap
pemilihan wakil akan disesuaikan dengan banyaknya penduduk dalam suatu daerah.
Keuntungan sistem proporsional :
a) Dianggap lebih demokratis karena asas man one vote dilaksanakan secara penuh,
sehingga praktis tanpa ada suara yang hilang dan hal ini juga memenuhi rasa adil (sense
of justice)
b) Dianggap representatif, karena jumlah kursi partai dalam parlemen sesuai dengan jumlah
suara yang diperoleh dari masyarakat dalam pemilu
c) Tidak ada distorsi jumlah suara yang masuk dengan jumlah pemilih yang terdaftar
Kelemahan sistem proporsional :
a) Mempermudah perpecahan partai, karena jika timbul suatu konflik dalam partai,
anggotanya cenderung memisahkan diri dan mendirikan partai baru hal ini dianggap
kurang menggalang kekompakkan
b) Kurang mendorong partai-partai untuk berintegritasi/kerjasama dan mencarikan serta
memanfaatkan persamaan-persamaan yang ada, dan lebih cenderung mempertajam
perbedaan sehingga dianggap memiliki akibat munculnya banyak partai
c) Memberikan kedudukan kuat pada pimpinan partai melalui sistem terdaftar, karena
pimpinan partai menentukan calon daftar
d) Wakil terpilih kemungkinan ikatannya akan renggang dengan masyarakat yang
memilihnya karena besarnya wilayah sehingga sukar dikenal orang dan pada pemilihan
semacam ini peran partai lebih menonjol ketimbang kepribadian wakil sehingga akan
lebih memperhatikan kepentingan partai serta masalah-masalah umum atau nasional dari
pada kepentingan distrik serta warganya
e) Banyaknya partai yang bersaing, dan sulitnya bagi satu partai untuk meraih mayoritas
dalam parlemen
Bab 4
1. Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada manusia sebagai mahluk
Tuhan YME dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia. Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang
dimiliki oleh manusia sesuai kodratnya, hak-hak tersebut meliputi hak hidup, hak
kemerdekaan/kebebasan, hak milik dan hak-hak dasar lain yang melekat pada diri
manusia dan tidak dapat diganggu gugat oleh orang lain. HAM bersifat universal dan
langgeng karena HAM merupakan hak dasar secara kodrati melekat pada diri manusia,
oleh karena itu HAM harus dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak boleh
diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh siapapun
3. HAM dalam perspektif Islam berdasarkan deklarasi Kairo yaitu pengakuan adanya hak
hidup, hak kemerdekaan, hak persamaan, hak keadilan, hak perlindungan hukum, hak
perlindungan dari kezaliman penguasa, hak perlindungan dari penyiksaan, hak untuk
berlindung, hak untuk melaksanakan kerja sama dalam kehidupan sosial, hak-hak
minoritas, hak kebebasan berfikir dan berbicara, serta hak-hak ekonomi, dan yang sangat
relevan dengan tuntutan kehidupan saat ini yang penuh dengan arogansi, tirani, dan
hegemoni kekuasaan adalah hak persamaan, hak keadilan, dan hak perlindungan. Islam
dan umat Islam sesungguhnya sudah mengembangkan kesadaran dan pengakuan bahwa
manusia adalah makhluk mulia dan terhormat baik secara individual maupun secara
komunal, yang hak asasinya harus diberikan penghormatan.
Persamaan HAM Barat dan HAM Islam, terdapat pada pernyataan semesta hak-hak
asasi manusia (The Universal Declaration of Human Rights/UHDR) yang dideklarasikan
PBB tahun 1948
Perbedaaan HAM Barat dan HAM Islam, HAM Barat tidak sesuai dengan pandangan
ajaran Islam yang telah ditetapkan Allah SWT karena masih ada perlakuan ketidakadilan
negara-negara Barat yang mengatas namakan HAM.
6. Pemikiran para pendiri negara (the founding father) tentang HAM di Indonesia
a) Soekarno, berpendapat bahwa HAM merupakan individualisme yang harus dikikis
habis karena HAM akan menimbulkan pertentangan dalam masyarakat, melahirkan
liberalisme, kapitalisme dan kolonialisme serta HAM tidak ada artinya dibandingkan
dengan masalah keadilan sosial.
b) Soepomo, berpendapat mengakui adanya HAM dan menghendaki liberalisme, bahwa
HAM bersifat individualistis, sehingga HAM akan bertentangan dengan faham negara
kekeluargaan (negara integralistik).
c) Moh. Hatta berpendapat bahwa HAM perlu dimasukkan dalam UUD 1945 untuk
menghindari penyalahgunaan kekuasaan oleh negara terhadap warga negara
(rechtstaat machstaat)
d) Mohammad Yamin berpendapat HAM perlu dimuat dalam UUD 1945 sebagai
perlindungan kemerdekaan terhadap warga negara.
7. Pengaturan tentang HAM setelah amandemen UUD 1945 diatur secara rinci dalam Pasal
28 A sampai dengan 28 J yang isinya bahwa Setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Hasil amandemen ini tidak
bertentangan dengan UU No.39/1999 tentang HAM karena yang tercantum dalam Pasal
28 A sampai dengan 28 J UUD 1945 telah sesuai dengan hak-hak asasi manusia yang
bersifat Universal
9. Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang
termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara
melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi
Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin olen undang-undang, dan tidak
mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil
dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku Pasal 1 angka 6 UU No. 39
Tahun 1999 tentang HAM).
Pelanggaran HAM di Indonesia salah satunya adalah pada era reformasi orde baru tahun
1998 di Universitas Trisakti, terjadi kejahatan terhadap kemanusiaan yaitu penembakan
mahasiswa dan warga sipil oleh para anggota bersenjata, maka sebagaimana dimaksud
pada Pasal 7 huruf b UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM, perbuatan tersebut dilakukan
sebagai bagian dari serangan yang meluas/sistematis yang ditujukan secara langsung
terhadap penduduk sipil.
10. Berdasarkan Undang-Undang No 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia,
maka yang merupakan lingkup kewenangan pengadilan HAM menurut UU No 26 Tahun
2000 adalah, sebagai berikut:
1) Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus perkara
pelanggaran HAM yang berat.
2) Pengadilan HAM berwenang juga memeriksa dan memutus perkara pelanggaran
HAM yang berat yang dilakukan di luar batas teritorial wilayah Negara Republik
Indonesia olen warga negara Indonesia.
3) Pengadilan HAM tidak berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak
asasi manusia yang berat yang dilakukan oleh seseorang yạng berumur di bawah 18
(delapan belas) tahun pada saat kejahatan dilakukan
4) Pelanggaran hak asasi manusia yang berat meliputi:
a) Kejahatan genosida
b) Kejahatan terhadap kemanusiaan
Kejahatan Genosida, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 7 huruf a adalah setiap
perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh
atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnik, kelompok agama, dengan cara :
1) Membunuh anggota kelompok;
2) Mengakibatkan penderitan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota
kelompok;
3) Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara
fisik baik seluruh atau sebagiannya;
4) Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok;
atau
5) Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu kelompok lain.
Kejahatan terhadap kemanusian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b adalah
salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau
sistematis yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap
penduduk sipil, yang berupa:
1) Pembunuhan;
2) Pemusnahan
3) Perbudakan
4) Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa
5) Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang
yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional;
6) Penyiksaan
7) Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan
seksual lain yang setara
8) Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari
persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau
alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum
internasional;
9) Penghilangan orang secara paksa; atau
10) Kejahatan apartheid
Di Indonesia pelanggaran HAM yang banyak terjadi adalah pelanggaran mengenai kejahatan
terhadap kemanusiaan hal ini terjadi karena adanya penyalahgunaan kekuasaan,
ketidaktegasan aparat penegak hukum, penyalahgunaan teknologi, kesenjangan sosial dan
ekonomi yang tinggi, dalam hal ini perlunya pemahaman HAM secara menyeluruh kepada
masyarakat agar tidak terjadinya pelanggan HAM dan Hak-hak manusia dapat dihargai.